Fistan acara 1

26
ACARA I KETERBATASAN SOURCE (SUMBER) DAN SINK (LUBUK), PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN I. TUJUAN Mengetahui pengaruh keterbatasan sumber dan lubuk terhadap pertumbuhan tanaman kacang tunggak (Vigna unguiculata) II. TINJAUAN PUSTAKA Pada umunya, triosa phosphat meruapakan prduk (hasil) utama dari fotosintesis di kloroplas dan sukrosa merupakan hasil utama fotosintesis di daun. Sukrosa disintesi untuk ditransportasikan usebagai asimilat dari jaringan source (sumber) ke jaringan sink (lubuk melaui pembongkaran menjadi senyawa karbon organic atau di suatu bagian, akan diakumulasikan dan dialirkan (Foyer, 1984). Daun dan jaringan hijau lainnya merupakan sumber asal hasil asimilasi. Sebagian hasil asimilasi tetap tertinggal dalam jaringan untuk pemeliharaan sel, dan bila translokasi lambat, dapat diubahn menjaditepung bentuk cadangan makanan lainnya. Sisanya diekspor (ditranslikasikan) ke daerah pemanfaatan vegetatif, yang terdiri dari fungsi- fungsipertumbuhan, pemeliharaan dan cadangan makan (Gardner, 1991). Pada tanaman budidaya, dasar fisiologi untuk produksi bahan kering tergantung pada konsep source-sink, dimana source adalah

description

KETERBATASAN SOURCE (SUMBER) DAN SINK (LUBUK), PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

Transcript of Fistan acara 1

Page 1: Fistan acara 1

ACARA I

KETERBATASAN SOURCE (SUMBER) DAN SINK (LUBUK),

PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL

TANAMAN

I. TUJUAN

Mengetahui pengaruh keterbatasan sumber dan lubuk terhadap pertumbuhan

tanaman kacang tunggak (Vigna unguiculata)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pada umunya, triosa phosphat meruapakan prduk (hasil) utama dari fotosintesis di

kloroplas dan sukrosa merupakan hasil utama fotosintesis di daun. Sukrosa disintesi untuk

ditransportasikan usebagai asimilat dari jaringan source (sumber) ke jaringan sink (lubuk

melaui pembongkaran menjadi senyawa karbon organic atau di suatu bagian, akan

diakumulasikan dan dialirkan (Foyer, 1984).

Daun dan jaringan hijau lainnya merupakan sumber asal hasil asimilasi. Sebagian

hasil asimilasi tetap tertinggal dalam jaringan untuk pemeliharaan sel, dan bila translokasi

lambat, dapat diubahn menjaditepung bentuk cadangan makanan lainnya. Sisanya diekspor

(ditranslikasikan) ke daerah pemanfaatan vegetatif, yang terdiri dari fungsi-

fungsipertumbuhan, pemeliharaan dan cadangan makan (Gardner, 1991).

Pada tanaman budidaya, dasar fisiologi untuk produksi bahan kering tergantung pada

konsep source-sink, dimana source adalah kapasitas potensial untuk fotosintesis dan sink

adalah kapasitas potensial penggunaan produk fotosintesis. Jika sink kecil, produksi tidak

dapat tinggi, dan jika sink besar, hasil tidak dapat tinggi jika kapasitas source terbatas.

Source yang maksimal dan penggunaannya sendiri untuk lubuk ekonomi penting agar

memperbaiki potensial hasil tanaman. Baik source maupun sinkyang terbatas dapat

mengakibatkan hasil yang rendah pada gandum (Alam et al., 2008).

Sumber-sink dinamika adalah suatu model teoritis yang digunakan oleh ekologi

untuk menggambarkan bagaimana variasi dalam habitat kualitas dapat mempengaruhi

populasi pertumbuhan atau penurunan dari organisme. Dalam medel ini organisme

menduduki dua path habitat. Satu patch sumber kualitas habitat yang tinggi memungkinkan

Page 2: Fistan acara 1

rata-rata produksi meningkat. Patch kedua sink, sanat rendah kualitas yang dengan

sendirinya akan dapat mendukung populasi (Anonim, 2012).

Karakter morfologis tanaman termasuk ketebalan daun dan laju pertumbuhan,

merupakan karekteristik tanaman yang diduga mempengaruhi tingkat produktifitas karena

dapat mempengaruhi kecepatan proses fotosintesis. Laju pengisian biji yang tinggi dan

berlangsung relatif lama akan menghasilkan bobot biji yang tinggi selama biji sebagai sink

dapat menampung hasil asimilat. Sebaliknya jika sink cukup banyak, tetapi hasil asimilat

rendah mengakibatkan kehampaan biji. Keterbatasan source sering kali terjadi pada periode

pengisian biji kedelai, tetapi keterbatasan sink terjadi pada kondisi tanpa cekkaman (Sutoro,

2008).

Semua tanaman tingkat tinggi dapat disebut sebagai sebuah organisasi sumber karbon

fotosintetik yang terintegrasi dan non fotosintetik konsumsi karbon lubuk seperti

pertumbuhan dan respirasi. Tebu menunjukkan sistem sumber dan lubuk yang unik untuk

dua alasan: 1 menyimpan asimilat pada konsentrasi tinggi dalam bentuk sukrosa yang

berupa solut aktif secara osmotik yang sebaliknya kebanyakan tanaman lain menyimpannya

dalam bentuk polisakarida tidak terlarut seperti pati; dan 2 penyimpanan terjadi pada

tangkai (culm) jaringan parenkima dan bukan pada organ terminal lubuk (McCormick et

al., 2009).

Page 3: Fistan acara 1

III. METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Praktikum fisiologi tanaman mengenai “Keterbatasan Source (sumber) dan Sink

(lubuk), Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman ” ini dilaksanakan pada

hari Selasa 9 Oktober 2012 di Laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian,

Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Bahan-bahan yang digunakan adalah

tanaman kacang tunggak (Vigna unguiculata). Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah

polibag, timbangan, penggaris, gunting,serta oven.

Cara kerja yang dilakukan yaitu disiapkan tanaman kacang tunggak (Vigna

unguiculata) dan dibuat blok untuk perlakuan yang akan diuji. Perlakuan diulang sebanyak

tiga kali (masing-masing tanaman digunakan satu tanaman sampel). Pemberian perlakuan

dimulai ketika tanaman mulai membentuk bunga. Perlakuannya berupa kontrol, yang tidak

diperlakukan apa-apa, D 50 yang berarti daun dipotong tinggal 50% dari rata-rata kontrol;

serta B 50 yang berarti buah dipotong hingga tinggal 50% dari buah kontrol. Pengamatan

yang dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada umur tujuh minggu setelah tanam dan pada

saat panen akhir (9 minggu setelah tanam). Variabel yang diamati meliputi luas daun, berat

segar total (tajuk dan akar), jumlah buah dan berat buah, berat kering. Dari hasil

pengamatan dihitung LAI,NAR,CGR, dan HI. Setelah itu, hasil dianalisis dan dibuat

persamaan regresi antar LAI dengan NAR, LAI dengan CGR, dan LAI dengan HI. Serta

hasil dimasukan kedalam grafik luas daun dan histogram kering total.

Page 4: Fistan acara 1

DAFTAR PUSTAKA

Alam, M.S., A. H. M. M. Rahman, M. N. Nesa, S. K. Khan, dan N. A. Siddquie. 2008. Effect of source and/or sink restriction on the grain yield in wheat. Journal of Applied Sciences Research 4: 258-261.

Anonim, 2010. Source-sink dinamika< http://en.wikipedia.org/wiki/ source-and-sink/ . Diakses pada tanggal 3 Oktober 2010.

Foyer, C. H. 1984. Photosynthesis. John Wiley and Sons, United State of Amerika.

Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchell, 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya ( Alih bahasa : Herawati Susilo). Universitas Indonesia Press.

McCormick, A. J., D. A. Watt, and M. D. Cramer. 2009. Supply and demand: sink regulation of sugar accumulation in sugarcane. Journal of Experimental Botany 60:357–364

Sutoro., Nurwita, Dewi., dan Setyowati, mamik, 2008. Hubungan sifat morfologis tanaman dengan hasil kedeelai. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 27:3.

Page 5: Fistan acara 1

IV. HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. Hasil analisis berbagai variabel pertumbuhan kacang tunggak korban kedua

Perlakuan LAI NAR CGR HI LD BS BK Bkbiji JD JB

(g/dm2/mggu) (kg/m2/mggu)   (dm2) (gr) (gr) (gr)    

Kontrol 18,17a 0,41a 0,07a 0,26a 4,54a 33,59a 9,30a 2,47a 6,00a 4,33a

D50 14,27a 0,07a 0,009a 0,29a 3,57a 32,67a 7,42ab 1,93a 6,00a 4,00a

B50 15,41a 0,39a 0,044a 0,13a 3,85a 23,79a 5,48b 0,63a 3,00a 2,00b

Contoh Perhitungan :

Keterangan: W = berat kering total

T = waktu

La = luas daun

Keterangan: W = berat kering total

T = waktu

Keterangan: W = berat kering total

We = berat kering hasil (ekonomis)

V. PEMBAHASAN

Page 6: Fistan acara 1

Sumber adalah bagian tanaman yang mempunyai peranan untuk melakukan fotosintesis.

Proses ini merupakan proses utama yang harus dilakukan tanaman untuk melakukan

pertumbuhan dan metabolisme tubuhnya yaitu dengan menimbun hasil fotosintesis tersebut.

Sebagai contoh hasil asimilat tersebut dirombak agar tanaman bisa melakukan respirasi

dimana proses tersebut menghasilkan energi yang nantinya digunakan untuk melakukan

pembelahan sel sehingga tanaman dapat tumbuh besar. Sumber mempunyai ciri

mempunyai klorofil yang meruapakan organ yang dapat mengkap cahaya matahari yang

merupakan bahan baku fotosintesis. Jadi, sumber ini merupakan bagian tanaman yang

berwarna hijau.

Sumber adalah bagian tanaman yang mempunyai peranan untuk melakukan fotosintesis.

Proses ini merupakan proses utama yang harus dilakukan tanaman untuk melakukan

pertumbuhan dan metabolisme tubuhnya yaitu dengan menimbun hasil fotosintesis tersebut.

Sebagai contoh hasil asimilat tersebut dirombak agar tanaman bisa melakukan respirasi

dimana proses tersebut menghasilkan energi yang nantinya digunakan untuk melakukan

pembelahan sel sehingga tanaman dapat tumbuh besar. Sumber mempunyai ciri

mempunyai klorofil yang meruapakan organ yang dapat mengkap cahaya matahari yang

merupakan bahan baku fotosintesis. Jadi, sumber ini merupakan bagian tanaman yang

berwarna hijau

Daun atau bagian tanaman lain yang mampu melakukan fotosintesis berperan

sebagai sumber/source dan bagian tanaman yang menerima hasilnya disebut lubuk/sink.

Sudah disebutkan diatas bahwa sumber merupakan bagian tanaman yang memiliki klorofil

baik daun maupun bagian tanaman lain seperti buah dan batang walaupun hanya

menyumbangkan hasilnya sedikit atau digunakan bagian tersebut masih kurang. Daun pun

bisa dikatakan sebagai lubuk juga, karena selain melakukan fotosintesis, daun juga

melakukan proses respirasi yang membutuhkan energi dari hasil fotosintesis. Proses ini

merupakan proses utama yang harus dilakukan tanaman untuk melakukan pertumbuhan dan

metabolisme tubuhnya yaitu dengan menimbun hasil fotosintesis tersebut. Sebagai contoh

hasil asimilat tersebut dirombak agar tanaman bisa melakukan respirasi dimana proses

tersebut menghasilkan energi yang nantinya digunakan untuk melakukan pembelahan sel

sehingga tanaman dapat tumbuh besar. Sumber mempunyai cirri mempunyai klorofil yang

meruapakan organ yang dapat mengkap cahaya matahari yang merupakan bahan baku

Page 7: Fistan acara 1

fotosintesis. Jadi, sumber ini merupakan bagian tanaman yang berwarna hijau.

Kemampuan source/sumber untuk memproduksi asimilat ternyata terbatas Sebagai contoh

yang bertidak sebagai sumber pada kacang tunggak yaitu daun. kulit dan batang yang

berwarna hijau. Apabila daun mempunyai luas yang cukup, daun mempunyai ketahanan

untuk menjaga kehijauannya, dan efisiensi fotosintesisnya yang tinggi maka sumber bisa

dikatakan mempunyai kemampuan yang tinggi.

Sink (lubuk) adalah bagian tanaman yang berfungsi sebagai pengguna hasil

fotosintesis atau asimilat. Kemampuan lubuk itu ditunjukkan dengan melihat kemampuan

buah untuk menampung hasil fotosintesis. Laju fotosintesis akan berkurang sampai laju

yang sesuai dengan kemampuan menerima hasil asimilasi oleh daerah pengguna. Agar

fotosintesis daun dapat mencapai laju maksimum, daerah pemanfaatan harus dapat

memanfaatkan seluruh hasil asimilasi yang dihasilkan. Dalam hal ini, pembagian akan

dikendalikan oleh kekuatan daerah pemanfaatan, yaitu tersedianya daerah pemanfaatan dan

laju pemanfaatan hasil asimilasi oleh daerah pemanfaatan yang tersedia.

Lebih singkatnya sumber (source) adalah bagian dari tanaman yang menghasilkan

fotosintat, sedangkan lubuk (sink) adalah bagian dari tanaman yang menggunakan

fotosintat. Ada beberapa faktor yang dapat membatasi suatu hasil :

1. Kemampuan tanaman melakukan fotosintesis sesudah pembungaan. Halini

dipengaruhi oleh luas daun dan ketahanan daun agar tetap hijau. Ketebalan daun

menunjukkan banyaknya jumlah klorofil dalam daun. Semakin tebal daun tersebut, maka

jumlah klorofilnya semakin banyak sehingga mengakibatkan NARnya pun juga

meningkat. Apabila NAR tersebut diimbangi dengan LAI optimum, maka pertumbuhan

tanaman akan maksimal dan source yang didapat dari fotosisntesis juga akan maksimal.

2. Kemampuan buah dari tanaman untuk menampung hasil fotosintesis. Apabila

(lubuk atau sink) buah memiliki daya tampung yang kecil untuk menampung makanan

dari source, maka penampakan hasil yang didapatkan akan kecil pula. Walaupun source

yang dihasilkan dari fotosintesis cukup besar, hal lain yang harus diperhatikan dalam

mendapatkan makanan dari source selain ukuran buah adalah jumlah daun dan

kemampuan buah dalam bersaing dengan sink yang lainnya dalam satu tanaman. Jumlah

buah dalam tanaman akan mempengaruhi tinggi rendahnya persaingan dalam tanaman

tersebut.

Page 8: Fistan acara 1

3. Kemampuan jaringan pengangkut untuk mengalirkan hasil fotosintesis. Apabila

jaringan pengakutnya dapat dengan baik menyalurkan makanan kebuah (sink), maka

kebutuhan makanan untuk buah tersebut akan terpenuhi dan perkembangan dan

pertumbuhannya akan baik pula.

Pada percobaan ini dilakukan 3 macam perlakuan, yaitu kontrol, D50 (daun dipotong

hingga tinggal 50% dari rata-rata kontrol), dan B50 (buah dipotong hingga tinggal 50% dari

buah kontrol). D50 merupakan pengurangan jumlah source bertujuan untuk mengetahui

apakah sumber sebagai faktor pembatas pada pertumbuhan tanaman kacang tunggak (Vigna

unguiculata), sedangkan B50 merupakan pengurangan jumlah lubuk bertujuan untuk

mengetahui apakah lubuk yang menjadi faktor pembatas pada pertumbuhan tanaman

kacang tunggak (Vigna unguiculata). Dari pengamatan yang dilakukan kemudian dibuat

grafik regresi antara LAI vs CGR, LAI vs NAR,dan LAI vs HI, dan juga dibuat histogram

luas daun, jumlah daun,jumlah buah, berat segar, dan berat kering.

Berikut adalah grafik regresi LAI vs NAR dari berbagai perlakuan :

Gambar 1.1. Regresi LAI vs NAR perlakuan Kontrol

Dari regresi diatas, koefisien regresi benilai negatif. Artinya kenaikan LAI menurunkan

nilai NAR. Hal ini dapat diasumsikan sebagai kenaikan luas daun, akan menurunkan nilai

NAR yang berarti laju pembentukan asimilat lebih lambat. Namun hal tersebut terjadi

karena nilai LAI melewati nilai optimal. LAI optimal menyebabkan NAR optimal juga,

sementara jika nilai LAI yang melewati nilai optimum maka akan menyebabkan daun

saling menaungi (mutual shading) sehingga dapat menurunkan hasil bersih fotosintesis

yang dapat mempengaruhi NAR. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada tanaman yang

Page 9: Fistan acara 1

diberi perlakuan kontrol, nilai LAI telah melampaui batas optimal sehingga malah

menurunkan nilai NAR. Nilai R2 kecil, yaitu hanya 0,3 sehingga data ini tidak cocok bila

dianalisis menggunakan persamaan linier.

Gambar 1.2. Regresi LAI vs NAR pada perlakuan B50.

Dari regresi diatas, koefisien regresi benilai positif. Artinya, kenaikan LAI

meningkatkan NAR. Hal tersebut menunjukkan bahwa kenaikan luas daun dapat

mempercepat laju pembentukan asimilat pada tanaman yang diberi perlakuan B50. Jumlah

daun yang terdapat pada tanaman belum saling menutupi, mutual shading sehingga masing-

masing daun masih dapat berfotosintesis secara optimal. Nilai R2 yang sangat kecil

menunjukkan bahwa data ini tidak cocok dianalisis menggunakan persamaan linier.

Gambar 1.3. LAI vs NAR perlakuan D50.

Dari regresi diatas, koefisien regresi benilai positif. Artinya, peningkatan LAI akan

meningkatkan NAR. Hal tersebut menunjukkan bahwa kenaikan luas daun dapat

mempercepat laju pembentukan asimilat pada tanaman yang diberi perlakuan B50. Jumlah

daun yang terdapat pada tanaman belum saling menutupi, mutual shading belum terjadi

sehingga masing-masing daun masih dapat berfotosintesis secara optimal sehingga

Page 10: Fistan acara 1

penambahan jumlah daun masih dapat meningkatakan laju pembentukan asimilat. Laju

asimilat yang terbentuk masih dapat mendukung pertumbuhan tanaman walaupun jumlah

daun dikurangi. Nilai R2 yang sangat kecil menunjukkan bahwa data ini tidak cocok bila

dianalisis menggunakan persamaan regresi.

Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan control memiliki nilai NAR

paling tinggi yaitu 0,41, dilanjutkan oleh perlakuan D50 dan B50 yaitu sebesar 0,39, dan

0,07. Pada perlakuan B50, nilai NAR menurun bila dibandingkan dengan nilai NAR pada

perlakuan kontrol. Berkurangnya lubuk dapat menurunkan nilai hasil hal ini menunjukkan

bahwa lubuk merupakan faktor pembatas. Pada perlakuan D50 nilai NAR menurun bila

dibandingkan dengan nilai NAR kontrol. Berkurangnya sumber yang menurunkan hasil,

menunjukkan sumber merupakan faktor pembatas. Sehingga, pada tanaman kacang tunggak

baik sumber maupun lubuk dapat menjadi faktor pembatas. Modifikasi sumberdan lubuk

yang tidak tepat dapat menurunkan hasil. Oleh karena itu, perbandingan antara sumber dan

lubuk pada tanaman kacang tunggak harus dijaga agar selalu dalam kisaran nilai optimal.

Grafik regresi LAI vs CGR pada berbagai perlakuan :

Gambar 1.4. LAI vs CGR perlakuan kontrol.

Dari regresi diatas, koefisien regresi benilai negatif. Artinya kenaikan LAI menurunkan

nilai CGR. Hal ini dapat diasumsikan sebagai kenaikan luas daun, akan meningkatkan nilai

CGR yang berarti laju pe rtumbuhan lebih cepat. Namun hal tersebut terjadi apabila

nilai LAI mencapai nilai optimal. LAI optimal menurunkan CGR karena semakin banyak

daun maka akan menyebabkan daun saling menaungi sehingga dapat menurunkan hasil

bersih fotosintesis yang dapat mempengaruhi CGR. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada

tanaman yang diberi perlakuan kontrol, nilai LAI telah melampaui batas optimal sehingga

Page 11: Fistan acara 1

malah menurunkan nilai CGR. Nilai R2 kecil, yaitu hanya 0,3 sehingga data ini tidak cocok

bila dianalisis menggunakan persamaan linier.

Gambar 1.5. LAI vs CGR perlakuan B50.

Dari regresi diatas, koefisien regresi bernilai positif. Artinya, kenaikan LAI

meningkatakan CGR. Hal tersebut menunjukkan bahwa kenaikan luas daun dapat

mempercepat laju pertumbuhan pada tanaman yang diberi perlakuan B50. Jumlah daun

yang terdapat pada tanaman belum saling menutupi, mutual shading, sehingga masing-

masing daun masih dapat berfotosintesis secara optimal. Nilai R2 yang sangat kecil

menunjukkan bahwa data ini tidak cocok dianalisis menggunakan persamaan linier

Gambar 1.6. LAI vs CGR perlakuan D50.

Dari regresi diatas, koefisien regresi benilai positif. Artinya, peningkatan LAI akan

meningkatkan CGR. Hal tersebut menunjukkan bahwa kenaikan luas daun dapat

mempercepat laju pertumbuhan pada tanaman yang diberi perlakuan D50. Jumlah daun

yang terdapat pada tanaman belum saling menutupi, mutual shading belum terjadi sehingga

masing-masing daun masih dapat berfotosintesis secara optimal sehingga penambahan

Page 12: Fistan acara 1

jumlah daun masih dapat meningkatakan laju pembentukan asimilat. Laju asimilat yang

terbentuk masih dapat mendukung pertumbuhan tanaman walaupun jumlah daun dikurangi.

Nilai R2 yang sangat kecil menunjukkan bahwa data ini tidak cocok bila dianalisis

menggunakan persamaan regresi.

Grafik regresi LAI vs HI (Harvest indeks) pada berbagai perlakuan :

Gambar 1.7. LAI vs HI perlakuan kontrol.

Dari grafik regresi LAI dengan HI perlakuan kontrol menunjukkan hubungan yang

negatif, artinya kenaikan LAI diikuti dengan penurunan HI. Hal tersebut menunjukkan

bahwa kenaikan indeks luas daun pada tanaman kancang tunggak telahmelewati optimum

sehingga terjadi mutual shading yang mengakibatkan penurunan laju fotosistesisdan dapat

menurunkan hasil similat. Produksi asimilat yang rendah menyebabkan indeks panen

menurun. Nilai R2 yang besar yaitu 0,9 menunjukkan bahwa data ini cocok bila dianalisis

menggunakan persamaan regresi.

Gambar 1.8. LAI vs HI perlakuan B50.

Page 13: Fistan acara 1

Pada tanaman kacang tunggak bagian tanaman yang mempunyai nilai ekonomis

adalah bagian bijinya. Pada perlakuan B 50 pengurangan buah akan mengurangi terjadinya

persaingan antara bagian vegetatif dan reproduktif dalam menggunakan hasil asimilat.

Akibat pengguna (sink) jumlahnya berkurang, maka hasil fotosintesis dapat digunakan

tanaman secara optimal untuk pembentukan buah yang tersisa. Buah yang tersisa akan

semakin banyak mendapat suplai hasil asimilat sehingga berat segarnya dan berat

keringnya menjadi lebih tinggi. Dari grafik regresi LAI dengan HI perlakuan kontrol

menunjukkan hubungan yang negatif, artinya penurunan LAI diikuti dengan penurunan HI.

Hal tersebut menunjukkan bahwa meskipun mempunyai indeks luas daun pada tanaman

yang tinggi tetapi tidak selamanya dapat menaikkan HI. Produksi asimilat yang rendah

menyebabkan indeks panen menurun. Nilai R2 yang besar yaitu 0,7 menunjukkan bahwa

data ini cocok bila dianalisis menggunakan persamaan regresi.

Gambar 1.9.LAI vs HI perlakuan D50.

Dari grafik regresi LAI dengan HI perlakuan kontrol menunjukkan hubungan yang

negatif, artinya penurunan LAI diikuti dengan penurunan HI. Perlakuan D50% yang

menghilangkan 50% daun dari kontrolnya mengakibatkan nilai indeks panen yang

dihasilkan menurun karena terdapat daun yang tidak digunakan untuk proses fotosintesis.

Jadi indeks luas daun yang menurun juga akan menurunkan hasil dari asimilat yang

menyebabkan indeks panen yang juga menurun.

Page 14: Fistan acara 1

Gambar 1.10. Histogram Luas Daun.

Pada histogram diatas diketahui luas daun pada minggu ke-7 untuk perlakuan kontrol 4,04

dm2,perlakuan B50 4,5dm2 dan perlakuan D50 1,9 dm2. Sedangkan pada minggu ke-9 luas daun

perlakuan kontrol 4,5 dm2,perlakuan B50 3,5 dm2 dan perlakuan D50 3,8 dm2.Dengan demikian,

diketahui bahwa semakin banyak daun, maka luas daun juga akan semakin meningkat.

Proses fotosintesis juga akan meningkat sehingga pertumbuhan tanaman semakin

meningkat. Proses fotosintesis juga tidak lepas dari peran cahaya matahari. Respon

terhadap intensitas cahaya tinggi dapat menguntungkan atau merugikan. Hal ini disebabkan

tanaman memiliki ambang batas terhadap intensitas cahaya yang harus diterima.

Dari histogram tersebut terlihat bahwa luas daun perlakuan B50 pada pengamatan

minggu ke-7 sampai ke-9 mengalami penurunan. Hal ini kurang sesuai dengan teori.

Seharusnya pengisian sumber kepada lubuk dapat lebih optimal, substrat hasil fotosintesis

dapat sekaligus mengisi organ lubuk lainnya, misalnya pada daun-daun muda. Asimilat

dapat digunakan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman termasuk pertumbuhan

daun-daun muda. Namun , luas daun pada perlakuan B50 paling rendah daripada perlakuan

kontrol lebih tinggi daripada perlakuan D50.Hal tersebut dapat terjadi karena faktor

lingkungan antara lain suhu tinggi, dan keadaan lingkungan media pertanaman yang tidak

cukup lengas, sehinga menyebabkan proses fotosintesis tanaman kurang maksimal yang

berakibat pada penurunan luas daun. Dan juga terdapat serangan hama ulat yang memakan

daun dan menyebabkan pengurangan jumlah daun dan secara langsung mengurangi luas

daun.

Page 15: Fistan acara 1

Gambar 1.11. Histogram Jumlah Daun.

Pada histogram diatas tidak terjadi kenaikan jumlah daun pada semua perlakuan

dari 7 MST sampai 9 MST. Jumlah daun perlakuan kontrol dan B50 memiliki jumlah yang

sama yaitu 6 sementara perlakuan D50 memiliki 3 daun, hal ini menunjukan bahwa lubuk

bukan merupakan faktor pembatas pada tanaman kacang tunggak, jika lubuk merupakan

faktor pembatas, seharusnya jumlah daun pada perlakuan B50 paling tinggi karena

fotosintat yang dihasilkan dari proses fotosintesis tersalur pembentukan daun-daun muda

lebih banyak.

Pada tanaman semusim, pertumbuhan vegetatif umumnya diakhiri oleh reproduksi.

Daun, batang, dan bagian-bagian vegetatif lainnya tidak hanya gagal untuk bersaing dalam

hal hasil asimilasi yang diprosuksi oleh pemasakan buah, tetapi sampai batas tertentu

organ-organ vegetatif tersebut akan menyumbangkan karbon danmineral yang telah

tertimbun sebelumnya melalui proses mobilisasi dan redistribusi. Proses ini mempercepat

penuaan dan akhirnya berakibat matinya tanaman.

Gambar 1.12. Histogram Jumlah Buah.

Dari histogram jumlah buah diatas, jumlah buah kacang tunggak (Vigna

unguiculata) pada umur tanaman 7 MST untuk perlakuan kontrol 4,B50 2,D50 4, sementara

berat kering pada umur tanaman 9 MST untuk perlakuan kontrol 4,3 ,B50 2 ,D50 4

Page 16: Fistan acara 1

Dari histogram diatas,jumlah buah pada umur tanaman 9 MST paling tinggi adalah

perlakuan kontrol, kemudian diikuti D50 dan B50. Pada perlakuan D50 jumlah buahnya

lebih sedikit dibanding kontrol dikarenakan pengurangan sumber yaitu daun, sehingga

produksi fotosintat yang didistribusikan untuk pembentukan buah tidak sebesar perlakuan

kontrol pertumbuhan vegetatif tanaman semusim umumnya diakhiri oleh reproduksi. Daun,

batang, dan bagian-bagian vegetatif lainnya tidak hanya gagal untuk bersaing dalam hal

hasil asimilasi yang diprosuksi oleh pemasakan buah, tetapi sampai batas tertentu organ-

organ vegetatif tersebut akan menyumbangkan karbon danmineral yang telah tertimbun

sebelumnya melalui proses mobilisasi dan redistribusi. Proses ini mempercepat penuaan

dan akhirnya berakibat matinya tanaman.

Gambar 1.13. Histogram Berat segar total.

Dari histogram diatas diketahui nilai berat segar total kacang tunggak (Vigna unguiculata)

pada umur tanaman 7 MST untuk perlakuan kontrol 27,95 gr ,B50 33,73 gr,D50 15,910 gr

sementara berat kering pada umur tanaman 9 MST untuk perlakuan kontrol 33,593 gr, B50

32,670 gr, D50 23,787 gr

Dari histogram diatas menunjukkan bahwa terjadi kenaikan berat segar pada

perlakuan kontrol dan D50. tetapi pada perlakuan B50, berat segar menurun. Sejalan

dengan hasil pengamatan luas daun, berat segar tanaman umur 9 mst pada perlakuan B50

lebih rendah daripada umur 7 mst karena tanaman ini memiliki ukuran yang lebih kecil.

Pada 9 mst, perlakuan D50 memberikan berat basah yang paling rendah dibandingkan

dengan perlakuan lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengurangan daun sebagai sumber

menurunkan produksi biomassa sehingga dapat dikatakan bahwa sumber sebagai faktor

Page 17: Fistan acara 1

pembatas. Namun, analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang

signifikan antara berat basah di semua perlakuan.

Gambar 1.14. Berat Kering total.

Dari histogram diatas diketahui nilai berat kering total kacang tunggak (Vigna

unguiculata) pada umur tanaman 7 MST untuk perlakuan kontrol 5,74 gr ,B5 6,97 gr ,D50

sementara berat kering pada umur tanaman 9 MST untuk perlakuan kontrol 9,3 gr,B50 6,9

gr , dan D50 5,4 gr

Dari histogram diatas, dapat terlihat bahwa pada 7 mst berat kering tanaman yang

paling tinggi adalah pada perlakuan kontrol dan D50, tetapi tidak terlalu berbeda nyata

dengan perlakuan B50. Berat kering tanaman total menunjukkan asimilat yang dihasilkan

tanaman pada pada masing-masing perlakuan. Pada perlakuan D50, daun dirompes, dengan

demikian seharusnya asimilat dari hasil fotosintesis menurun. Akan tetapi, pada hasil yang

didapatkan tidak demikian. Hal ini menunjukkan bahwa source tidak menjadi faktor

pembatas pada ketersediaan asimilat yang dihasilkan dari proses fotosintesis pada

perlakuan D50.

Gambar 1.15. Histogram berat kering biji .

Page 18: Fistan acara 1

Dari histogran diatas diketahui bahwa pada perlakuan kontrol 7 mst dan 9 mst berat

kering biji adalah 0,62 dan 2,46. Kemudian pada perlakuan B50 7 mst dan 9 mst berat

kering biji adalah 0,41 dan 1,93. Lalu pada perlakuan D50 luas daun pada 7 mst dan 9 mst

berat kering biji adalah 0,33 dan 0,63.

Dari histogram dapat dilihat bahwa berat kering biji meningkat pada 9 mst bila

dibandingkan dengan 7 mst pada setiap perlakuan. Berbeda dengan luas daun, jumlah buah

dan daun, berat segar, serta berat kering, berat kering biji pada perlakuan B50 9 mst

meningkat bila dibandingkan dengan 7 mst. Hal tersebut menunjukkan bahwa meskipun

ukuran tanaman pada 9 mst lebih kecil daripada 7 mst, distribusi asimilat ke buah

khususnya ke biji lebih besar daripada ditribusi ke organ yang lain sehingga berat kering

biji meningkat. namun, sejalan dengan kelima histogram sebelumnya, pengurangan daun

sebanyak 50% menyebabkan nilai berat kering biji paling rendah bula dibandingkan dengan

perlakuan yang lain. Sehingga, sama seperti pembahasan sebelumnya, dapat dikatakan

bahwa pada tanamn kacang tunggak sumber merupakan faktor pembatas.

VI. KESIMPULAN

1. Pertumbuhan dan hasil tanaman dipengaruhi oleh kemampuan dan keterbatasan

sumber dan lubuk.

2. Kemampuan sumber dipengaruhi oleh kemampuan daun untuk melakukan

fotosintesis.

3. Kemampuan lubuk merupakan kapasitas untuk menampung asimilat.

4. Faktor pembatas pada tanaman kacang tunggak adalah lubuk (buah).

5. Perlakuan dengan pemotongan lubuk dapat menurunkan berat kering total dan berat

kering buah kacang tunggak.