ACARA 1 FISKIMTAN.

38
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DAN KIMIA TANAH PENGAMBILAN CONTOH TANAH Oleh: Tina Nur Mahmudah NIM A1H013006

description

Berbagi Ilmu

Transcript of ACARA 1 FISKIMTAN.

Page 1: ACARA 1 FISKIMTAN.

LAPORAN PRAKTIKUMFISIKA DAN KIMIA TANAH

PENGAMBILAN CONTOH TANAH

Oleh:Tina Nur Mahmudah

NIM A1H013006

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO

2015

Page 2: ACARA 1 FISKIMTAN.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah memiliki arti yang lebih khusus dan penting  sebagai media tumbuh

tanaman darat.  Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa

bahan organik dari organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup di atasnya atau di

dalamnya.  Selain itu di dalam tanah terdapat pula udara dan air yang berasal dari

hujan yang ditahan oleh tanah sehingga tidak meresap ke tempat lain.  Dalam

proses pembentukan tanah, selain campuran bahan mineral dan bahan organik

terbentuk pula lapisan-lapisan tanah yang disebut horizon.  Dengan demikian

tanah (dalam arti pertanian) dapat didefenisikan sebagai kumpulan benda alam di

permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran

bahan mineral, bahan organik, air dan udara, dan merupakan media tumbuhnya

tanaman.

Ilmu tanah merupakan unsur penting yang dikaji dalam dunia pertanian.

Optimalnya hasil produksi tanaman salah satunya ditentukan oleh kualitas tanah.

Kualitas tanah yang baik dapat diketahui melalui berbagai penelitian. Sampel

tanah tentu dibutuhkan dalam setiap penelitian. Pengambilan contoh atau sampel

tanah yang akan dianalisis terdiri dari tiga macam yaitu contoh tanah utuh

(undisturbed soil sample), contoh tanah tidak utuh atau terganggu (disturbed soil

sample), contoh tanah dengan agregat utuh (disturbed soil sample). Masing-

masing pengambilan contoh tanah digunakan untuk tujuan yang berbeda-beda.

Page 3: ACARA 1 FISKIMTAN.

Laporan ini membahas mengenai cara pengambilan masing-masing contoh tanah,

perbedaan dan kegunaan masing-masing contoh tanah.

B. Tujuan

1. Mengetahui cara pengambilan contoh tanah utuh dan contoh tanah terganggu.

2. Mengambil contoh tanah biasa atau tanah terganggu untuk analisis kimia dan

kestabilan agregat tanah (agregat stability).

Page 4: ACARA 1 FISKIMTAN.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengambilan contoh tanah sangat mempengaruhi tingkat kebenaran hasil

analisa di laboratorium. Metode atau pengambilan contoh tanah yang tepat sesuai

dengan jenis analisis yang akan dilakukan merupakan persyaratan yang perlu

diperhatikan.

Contoh tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu

bagian tubuh tanah (horizon/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu dengan

sifat-sifat yang dimiliki (Hardjowigeno, 1987).

Pengambilan contoh tanah berupa contoh tanah terganggu dan agregat utuh.

Contoh tanah terganggu digunakan untuk analisis sebaran partikel tanah (tekstur

tanah) dan kandungan bahan organik tanah, sedangkan agregat utuh digunakan

untuk analisis kemantapan agregat tanah.

Dengan demikian pengambilan contoh tanah yang diambil di lapangan

haruslah representatif artinya contoh tanah tersebut harus mewakili suatu areal

atau luasan tertentu. Penyebab utama dari contoh tanah tidak represetatif adalah

kontaminasi, jumlah contoh tanah yang terlalu sedikit untuk daerah yang

variabilitas kesuburannya tinggi.

Contoh tanah biasa atau contoh tanah-tanah terganggu untuk penetapan-

penetapan kadar air, tekstur dan konsistensi. Pengangkutan contoh tanah terutama

untuk penetapan kerapatan, pH, dan permeabilitas harus hati-hati. Guncangan-

guncangan yang dapat merusak struktur tanah harus dihindarkan. Dianjurkan

Page 5: ACARA 1 FISKIMTAN.

untuk menggunakan peti khusus yang besarnya disesuaikan dengan jumlah

tabung. Waktu penyimpanan perlu diperhatikan. Contoh tanah yang terlalu lama

dalam ruangan yang panas akan mengalami perubahan, karena terjadi pengerutan

dan aktivitas jasad mikro.

Pengambilan contoh tanah biasa atau tanah terganggu (disturbed soil)

dilakukan di atas permukaan tanah atau horizon/lapisan lainnya, tempat

pengambilan berdekatan atau sama dengan pengambilan contoh tanah utuh dan

pelaksanaannya mudah sekali. Contoh tanah ini untuk kepentingan analisa kimia

dan kestabilan agregat (agregat stability) dan untuk keperluan membuat contoh

tanah utuh secara simulasi atau cara tiruan (buatan) dimana bobot isinya

disesuaikan dengan keadaan lalmi tanah utuh dilapangan.

Tanah utuh atau tanah tidak terganggu di lapangan adalah tanah yang benar-

benar utuh tidak terganggu oleh faktor luar seperti tumbukan air hujan,sehingga

dalam pengambilannya benar-benar diperlukan kehati-hatian agar tanahyang

diperoleh benar-benar utuh atau tidak terganggu.

Adapun pengambilan contoh tanah utuh adalah penting sekali karena

banyak dipakai atau diperlukan untuk berbagai analisa sifat fisik tanah, seperti :

penentuan bobot isi tanah (bulk density), total porositas tanah, permeabilitas,

penentuan pF, penentuan distribusi pori, kandungan/kadar air yang tersedia bagi

tanaman, dan lain-lain. Cara pengambilannya harus betul-betul diperhatikan dan

dilakukan dengan hati-hati agar tanah tersebut benarbenar asli tidak terganggu,

begitu pula cara pengirimannya.

Page 6: ACARA 1 FISKIMTAN.

Pada pengambilan contoh tanah agregat utuh diambil pada permukaan tanah

atau top soil (0-20 cm) sedangkan untuk pengambilan contoh tanah terganggu

diambil pada kedalaman 0-20 dan 20-40 cm. Semakin dalamnya tanah, maka tidak

ditemukan agregat utuh lagi (bongkah), yang ada hanya tanah terganggu.

Teknik pengambilan contoh tanah agregat utuh (bongkah) yaitu dengan

menggunkan cangkul untuk menggali kedalaman yaitu sekitar 0-20 cm.

Pengambilan dilakukan di dua tempatyaitu lokasi 1 dan lokasi 2. sedangkan pada

tanah terganngu menggunakan metode komposit. Tekniknya yaitu mengambil

contoh tanah pada suatu areal atau bentang lahan yang relatif homogen, disatukan

dan dicampur hingga merata, kemudian contoh tanah dianalisis.

Pengambilan contoh tanah terganggu (disturbed soil)dilakukan di atas

permukaan tanah atau horizon/lapisan lainnya, tempat pengambilan berdekatan

atau sama dengan pengambilan contoh tanah utuh dan pelaksanaannya mudah

sekali. Contoh tanah ini untuk kepentingan analisa kimiadan kestabilan agregat

(agregat stability) dan untuk keperluan membuat contohtanah utuh secara simulasi

atau cara tiruan (buatan) dimana bobot isinyadisesuaikan dengan keadaan lalmi

tanah utuh dilapangan.anah yang berada di atas permukaan bumi ini merupakan

suatu benda alamyang bersifat kompleks atau memiliki sistem yang heterogen

karena tersusun daritiga fase, yaitu fase padat yang terdiri dari bahan-bahan

organik dan organik, fasegas yang terdiri dari udara tanah, fase yang terakhir yaitu

fase cairan yangmerupakan air tanah yang mengandung bahan-bahan terlarut di

dalamnya. Bahanorganik terdiri dari sisa-sisa tanaman dan hewan dan jasad-jasad

hidup lainnya yang bersifat makro atau mikro, yang hidup dalam tanah. Tanah

Page 7: ACARA 1 FISKIMTAN.

merupakan media yang baik bagi perakaran tanaman sebagai gudang unsur hara,

dan sanggup menyediakanair serta udara bagi keperluan tanaman. Jumlah dan

macamnya bahan penyususuntanah tadi bisa bervariasi dari satu tempat ke tempat

lain di permukaan bumisehingga dibedakan satu jenis tanah dengan jenis tanah

lainya.

Agregat tanah yang terambil berupa bongkahan-bongkahan tanah yang

berukuran besar terhitung sekitar 1.0 kg. yang sebelumnya dilakukan

pembersihanterhadap permukaan tanah dari rumput-rumputan atau bahan lainnya

sebelumdilakuakan pencangkualan untuk memperoleh agregat tanah Hal ini

dilakukan agar tanah yang diperoleh benar-benar tanah (biasa) tanpa tercampur

dengan yanglainnya. Selain itu juga untuk memperoleh keakuratan dalam

percobaan selanjutnya.Pengambilan tanah (biasa) dilapangan ini membutuhkan

ketelitian dan kehati-hatianagar tanah atau agregat-agregat tanah tidak rusak atau

hancur. Hal ini karena yangdiambil adalah agregat-agregat tanah bukan partikel-

partikel tanahnya. Yang untuk percobaan selanjutnya digunakan untuk

menentukan kestabilan agregat tanah. Agregat tanah antara tanah top soil dan sub

soil berbeda mulai dari warnanya, kandungannya, serta sifat fisiknya. Agegat

tanah pada tanah top soil umumnyamempunyai warna yang lebih gelap dan lebih

berat apabila ditimbang. Sedangkan pada tanah sub soil warnanya lebih terang dan

umumnya lebih ringan daripada tanah top soil.

Pengambilan contoh tanah sangat berpengaruh terhadap tingkat kebenaran

hasil analisis sifat fisik maupun sifat kimia tanah. Ada tiga macam cara

pengambilan contoh tanah, yaitu:

Page 8: ACARA 1 FISKIMTAN.

1. Contoh tanah utuh (unisturbed soil sample)

Digunakan untuk penetapan berat jenis isi (bulk density), berat jenis partikel

(particle density), porositas tanah, kurva pF dan permeabilitas tanah.

2. Contoh tanah tidak utuh/terganggu (disturbed soil sample)

Digunakan untuk penetapan kadar air tanah, tekstur tanah, konsistensi,

warna tanah dan analisis kimia tanah.

3. Contoh tanah dengan agregat utuh (undisturbed soil agregate)

Digunakan untuk penetapan kemantapan agregat, potensi mengembang dan

mengkerut yang inyatakan dengan nilai COLE (coefficient of linear extensibility)

Page 9: ACARA 1 FISKIMTAN.

III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Tanah di lahan

2. Penggaris

3. Kantong plastik

4. Pisau

5. Tanah

6. Label

7. Ring sampel

8. Cangkul

9. Spidol

B. Prosedur Kerja

1. Pengambilan Contoh Tanah Utuh

a. Diameter ring sampel dan berat ring sampel diukur.

b. Lapisan tanah diratakan dan dibersihkan dari rerumputan.

c. Tanah digali sampai kedalaman tertentu (5-10 cm) disekitar calon tabung

tembaga diletakkan, kemudian tanah diratakan dengan pisau.

d. Tabung diletakkan di atas permukaan tanah secara tegak lurus dengan

permukaan tanah, kemudian dengan menggunakan balok kecil yang

Page 10: ACARA 1 FISKIMTAN.

diletakkan di atas permukaan tabung, menekan tabung sampai tiga per

empat bagian masuk kedalam tanah.

e. Tabung lain diletakkan diatas tabung pertama dan tekan sampai 1 cm

masuk kedalam tanah.

f. Tanah di gali di sekeliling tabung dengan pisau kemudian tanah

dibersihkan pada sekitar tabung.

g. Kelebihan tanah di bagian atas diiris terlebih dahulu dengan hati-hati agar

permukaan tanah sama dengan permukaan tabung, kemudian tabung di

tutup menggunakan alumunium yang telah tersedia. Setelah itu bagian

bawah tanah diiris dengan cara yang sama dan menutup tabung dan di beri

label baik mengenai kedalaman tanah, tanggal, lokasi pengambilan contoh

tanah, dan lapisan tanah.

2. Pengambilan Contoh Tanah Terganggu

a. Permukaan tanah dibersihkan dari rerumputan dan sampah yang

menggangu.

b. Tanah digali sampai kedalaman 20 cm dari permukaan.

c. Bongkahan tanah yang agregatnya masih utuh diambil dengan hati-hati,

dan dimasukkan ke dalam kantung plastik yang telah disediakan dan di

beri label.

Page 11: ACARA 1 FISKIMTAN.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. Pengambilan Contoh Tanah Utuh

Kel.Jari-jari

(cm)

Tinggi

(cm)

Volume

(cm3)

Berat Ring +

Cap (gr)

Berat Ring + Cup

+ Tanah (gr)

1 2,45 5,5 97,06 35 180

2 2,5 5 98,125 35 165

3 2,5 5,5 107,94 35 190

4 2,5 5,5 87,43 35 175

5 2,5 5,5 98,125 35 165

Tabel 2.Pengambilan Contoh Tanah Terganggu

No. PengamatanSampel

Lapisan I Lapisan II Lapisan III

1. Kedalaman 30 cm 60 cm 90 cm

2. Warna 10R 5/4 10R 4/2 10R 4/3

3. Struktur Liat Liat Liat

4. Kekerasan Lunak Lunak Lunak

5. Kerikil Banyak Sedang Sedikit

6. Perakaran Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Page 12: ACARA 1 FISKIMTAN.

B. Pembahasan

Tanah adalah lapisan yang menempati bagian atas kulit bumi yang terdiri dari

benda padat ( bahan anorganik dan organik ) serta air dan udara tanah. Tanah telah

dikenal sejak awal peradaban manusia terutama setelah manusia menggunakan

tanah untuk bercocok tanam dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya.

Adapun pengertian tanah menurut beberap Ahli, yaitu :

1. J.J. Berzelius (swedia, 1803), tanah adalah sebagai laboratorium kimia

tempat proses dekomposisi dan reaksi kimia yang berlangsung secara

tersembunyi.

2. Justus Von Liebig (jerman 1840), mengajuka teori keseimbangan hara

tanaman (theory balanchesheet of plan naturation), yang menganggap tanah

sebagai tabung reaksi dimana dapat di ketahui jumlah dan jenis hara

tanamannya.

3. Fiedrich Fallon (1855), ahli geologi tanah adalah lapisan bumi teratas yang

terbentuk dari batu-batuan  yang telah lapuk.

4. Ahli fisika bumi, A.S. Thaer (1909) tanah adalah bahan-bahan  yang remah

dan lepas-lepas yang merupakan  akumulasi dan campuran berbagai bahan

terutama terdiri atas unsur-unsur Si, Al, Ca, Mg, Fe dan unsur-unsur

lainnya.

5. Thornbury (1957), seorang ahli geomorfologi  tanah sebagai bagian dari

permukaan bumi yang ditandai oleh lapisan yang sejajar dengan

permukaaan bumi, sebagai hasil modifikasi oleh proses-proses fisik,

Page 13: ACARA 1 FISKIMTAN.

kimiawi, maupun biologis yang bekerja di bawah kondisi yang bermacam-

macam dan bekerja selama periode tertentu. 

6. Dokuchaiev (Rusia 1855) tanah adalah bentukan-bentukan mineral dan

organic dipermukaan bumi, yang sedikit banyak selalu diwarnai oleh

humus, sebagai hasil kegiatan kombinasi bahan-bahan seperti jasad-jasad

baik yang hidup maupun yang mati, bahan induk dan relief. 

7. C.F. Marbut (Rusia 1914) tanah sebagai lapisan luar kulit bumi yang

biasanya bersifat tidak padu (unconsolidated), gembur mempunyai sifat

tertentu yang berbeda dengan bahan di bawahnya dalam hal warna, struktur,

sifat-sifat fisik, susunan kimiawi, proses-proses kimia, sifat biologi dan

morfologinya. 

8. Schroeder (1984) tanah adalah hasil pengalihragaman (transformation)

bahan mineral dan organik yang berlangsung di muka daratan bumi di

bawah pengaruh factor-faktor lingkungan yang bekerja selama waktu sangat

panjang, dan maujud sebagai suatu tubuh dengan organisasi dan morfologi

tertakrifkan (definable). 

9. SSM-USDA (1989) tanah diartikan sebagai kumpulan tubuh-tubuh alam

dipermukaan bumi yang dibeberapa tempat diubah atau dibuat oleh orang

menjadi bentuk-bentuk tertentu, yang mengandung mahkluk  hidup dan

menopang atau mampu untuk tumbuh tanaman secara alami. 

10. Humphry Davy (Inggris 1913), tanah adalah sebagai laboratorium alam

yang menyediakan unsur hara bagi tanaman. 

Page 14: ACARA 1 FISKIMTAN.

11. Romman (Jerman !917) tanah adalah sebagai bahan batuan yang sudah di

rombak menjadi partikel-partikel kecil yang telah berubah secara kimiawi

bersama-sama dengan sia-sia tumbuhan hewan yang hidup di dalam dan di

atasnya.

12. Wenner (1918), tanah adalah hitam tipis yang menutupi bahan padat

kering, terdiri atas partikel-partikel kecil yang remah dan sisa-sisa vegetasi

dan hewan tanah adalah medium bagi tanaman. 

13. Alfred Mistscherlich (1920), tanah adalah campuran bahan padat berupa

partikel-partikel kecil air dan udara yang mengandung hara dan dapat

menumbuhkan tumbuh-tumbuhan.

14. Jacob S. Joffe (1949), tanah merupakan benda lam yang tersusun oleh

horison-horison yang terdiri dari bahan-bahan kimia mineral  dan bahan

organik, biasanya tidak padu dan mempunyai tebal yang dapat di bedakan

dalam hal morfologi fisik,kimia dan biologinya. 

Beberapa jenis-jenis tanah yang perlu diketahui, antara lain :

1. Tanah gambut adalah tanah yang berasal dari bahan organik yang selalu

tergenang air (rawa) dan kekurangan unsur hara, sirkulasi udara tidak

lancar, proses penghancuran tidak sempurna, kurang baik untuk pertanian.

Banyak terdapat di Kalimantan, Sumatra Timur, dan Papua.

2. Tanah mergel adalah tanah campuran dari batuan kapur dan tanah liat yang

dikarenakan hujan yang tidak merata. Banyak terdapat di lereng

Page 15: ACARA 1 FISKIMTAN.

pegunungan dan dataran rendah seperti di Solo, Madiun, Kediri, dan Nusa

Tenggara.

3. Tanah kapur (renzina) adalah tanah yang terbentuk dari bahan induk kapur

yang mengalami laterisasi lemah. Banyak terdapat di Jawa Timur, Jawa

Tengah, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Sumatra.

4. Tanah endapan atau tanah aluvial adalah tanah yang terbentuk karena

pengendapan batuan induk dan telah mengalami proses pelarutan air. Jenis

tanah ini merupakan tanah subur dan banyak terdapat di Jawa bagian utara,

Sumatra bagian timur, Kalimantan bagian barat dan selatan.

5. Tanah terrarosa adalah tanah hasil pelapukan batuan kapur. Jenis tanah ini

banyak terdapat di daerah dolina dan merupakan daerah pertanian yang

subur. Daerah persebarannya meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa

Tenggara, Maluku, dan Sumatra.

6. Tanah humus adalah tanah hasil pelapukan tumbuhan (bahan organik),

berwarna hitam, sangat subur, cocok untuk pertanian. Banyak terdapat di

Kalimantan, Sumatra, Sulawesi, dan Papua.

7. Tanah vulkanis adalah tanah hasil pelapukan bahan padat dan bahan cair

yang dikeluarkan gunung berapi. Jenis tanah ini sangat subur dan cocok

untuk pertanian. Jenis tanah ini banyak terdapat di daerah Jawa, Sumatra,

Bali, Lombok, Halmahera, dan Sulawesi.

8. Tanah padzol adalah tanah yang terjadi karena temperature dan curah hujan

yang tinggi, sifatnya mudah basah, dan subur jika terkena air. Jenis tanah ini

Page 16: ACARA 1 FISKIMTAN.

berwarna kuning keabu-abuan dan cocok untuk perkebunan. Banyak

terdapat di pegunungan tinggi.

9. Tanah laterit adalah tanah yang terbentuk karena temperatur dan curah hujan

yang tinggi. Namun jenis tanah ini kurang subur dan banyak terdapat di

Jawa Timur, Jawa Barat, dan Kalimantan Barat.

10. Tanah pasir adalah tanah hasil pelapukan batuan beku dan sedimen dan

tidak berstruktur. Jenis tanah ini kurang baik untuk pertanian karena sedikit

mengandung bahan organik.

Pengambilan contoh tanah bertujuan untuk penetapan sifat-sifat fisik tanah

dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat fisik tanah pada satu titik pengamatan,

misalnya pada lokasi kebun percobaan atau penetapan sifat fisik tanah yang

menggambarkan suatu hamparan berdasarkan poligon atau jenis tanah tertentu

dalam suatu peta tanah.

Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program

uji tanah. Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan untuk

mengukur kadar hara, menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan sebagai

petunjuk penggunaan pupuk dan kapur secara efisien, rasional dan

menguntungkan. Namun, hasil uji tanah tidak berarti apabila contoh tanah yang

diambil tidak mewakili areal yang dimintakan rekomendasinya dan tidak dengan

cara benar. Oleh karena itu pengambilan contoh tanah merupakan tahapan

terpenting di dalam program uji tanah. Cara mengambil contoh tanah secara

umum dapat dilakukan sebagai berikut :

Page 17: ACARA 1 FISKIMTAN.

1. Menentukan tempat pengambilan contoh tanah  individu, terdapat dua cara

yaitu (1) cara sistematik seperti sistem diagonal atau zig- zag dan (2) cara

acak.

2. Rumput rumput, batu batuan atau kerikil, sisa tanaman atau bahan organik

segar/ serasah yang terdapat dipermukaan tanah di bersihkan.

3. Untuk lahan kering keadaan tanah pada saat pengambilan contoh tanah

sebaiknya pada kondisi kapasitas lapang (kelembaban tanah sedang yaitu

kondisi kira- kira cukup untuk pengolahan tanah). Sedang untuk lahan sawah

contoh tanah sebaiknya diambil pada kondisi basah atau seperti kondisi saat

terdapat tanaman.

4. Contoh tanah individu diambil menggunakan bor tanah (auger atau tabung)

atau cangkul dan sekop. Jika menggunakan bor tanah, contoh tanah individu

diambil pada titik pengambilan yang telah ditentukan, sedalam +20 atau

lapisan olah. Sedangkan jika menggunakan cangkul dan sekop, tanah

dicangkul sedalam lapisan olah.

5. Contoh- contoh tanah indivisu tersebut dicampur dan diaduk merata dalam

ember plastic, lalu bersihkan dari sisa tanaman atau akar. Setelah bersih dan

teraduk rata, diambil contoh seberat kira-kira 1 kg dan dimasukkan kedalam

kantong plastic (contoh tanah komposit). Untuk menghindari kemungkinan

pecah pada saat pengiriman, kantong plastik yang digunakan rangkap

dua.Pemberian label luar dan dalam. Label dalam harus dibungkus dengan

plastik dan dimasukkan diantara plastik pembungkus supaya tulisan tidak

kotor atau basah, sehingga label tersebut dapat dibaca sesampainya

Page 18: ACARA 1 FISKIMTAN.

dilaboratorium tanah. Sedangkan label luar disatukan pada sat pengikatan

plastic. Pada label diberi keterangan mengenai kode pengambilan, nomor

contoh tanah, asal dari (desa/kecamatan/kabupaten), tanggal pengambilan,

nama dan alamat pemohon. Selain label yang diberi keterangan, akan lebih

baik jika contoh tanah yang dikirim dilengkapi dengan peta situasi atau peta

lokasi contoh.

6. Informasi tambahan yang dibutuhkan antara lain penggunaan lahan ;

penggunaan pupuk, kapur, bahan organik;waktu terakhir penggunaan pupuk,

kapur atau bahan organik; kemiringan lahan; posisi/ letak pada lereng (bagian

atas tengah atau bawah); bentuk lereng (rata, cembung, atau cekung); bentuk

wilayah (datar, berombak, bergelombang atau berbukit); keadaan pertanaman;

tanaman terakhir atau sebelumnya; hasil yang telah dicapai dan yang

diinginkan. Seluruh informasi lokasi pengambilan contoh tanah dicatat dalam

formulir isian yang berlaku.

Ada beberapa metode statistik dalam pengambilan contoh tanah dalam suatu

hamparan atau bidang lahan dengan nilai ketelitian efektifitas berbeda, antara lain

pengambilan contoh acak sederhana, pengambilan contoh terstrata, pengambilan

contoh secara kelompok, pengambilan contoh sistematik.

1. Pengambilan Contoh Acak Sederhana

Aturan pengacakan tidak ada batasan dalam menentukan jumlah contoh

tanah yang dipilih. Semua titik contoh mempunyai peluang yang sama dan

saling bebas satu sama lainnya. Pengambilan contoh dengan metode SRS lebih

sederhana, mudah, dan cepat serta data yang diperoleh dapat mencerminkan

Page 19: ACARA 1 FISKIMTAN.

keadaan tanah yang sebenarnya, jika tanah diambil dari lahan bertopografi

datar dengan jenis tanah yang sama, yang diperkirakan sifat-sifat fisik tanahnya

homogen, atau perbedaannya tidak nyata.

2. Pengambilan Contoh secara Terstrata (StS)

Pengambilan contoh terstrata area dibagi dalam sub area, disebut strata,

masing-masing diperlukan seperti dalam SRS dengan jumlah contoh ditentukan

sebelum pengambilan contoh tanah. Pengambilan contoh tanah dengan metode

Sts lebih tepat dilakukan pada areal survey secara sekuen bergerak dari dataran

tinggi sampai dataran rendah/pantai yang diperkirakan sifatnya berbeda sesuai

ketinggian tempat. Dengan pengambilan contoh terstrata berdasarkan

ketinggian tempat, maka hasil analisis tanah yang diperoleh dihaarapkan dapat

mencerminkan nilai sebenarnya.

3. Pengambilan Contoh secara Kelompok (CS)

Pengambilan contoh secara kelompok atau cluster sampling, memilih set-

set yang diacu sebagai kelompok-kelompok. Pada prinsipnya jumlah kelompok

pada area bisa tidak terbatas, namun tidak mungkin semua kelompok dipilih.

Dengan demikian, hanya kelompok yang terpilih perlu ditentukan, dan

pemilihan dari sebuah kelompok dapat diambil melalui pemilihan salah satu

dari titik-titiknya. Pengelompokan secara special ini mengurangi perjalanan

antara satu titik dengan titik lain di lapangan, dan mengurangi waktu yang

diperlukan. Pengambilan tanah dengan metode CS lebih tepat dilakukan pada

areal datar sampai berombak dengan jenis tanah bervariasi. Pengelompokan

berdasarkan pada kesamaan jenis tanah. Pengambilan contoh tanah tersebut

Page 20: ACARA 1 FISKIMTAN.

dengan cara ini diprediksi dapat memperoleh analisisdan perhitungan yang

dapat mencerminkan nilai sifat fisik tanah sebenarnya.

4. Pengambilan Contoh secara Sistematik (SyS)

Pengambilan contoh secara sistematik atau systematic sampling, yaitu

dengan pemilihan pengacakan yang dilakukan dengan membatasi set dari titik.

Perbedaan dengan CS adalah hanya satu kluster yang dipilih. Dalam hal ini

SyS merupakan kasus khusus dari CS.

Pengambilan contoh tanah terganggu, digunakan metode komposit yang

merupakan teknik pengambilan contoh tanah pada beberapa titik pengamatan atau

pengambilan yang diambil dari suatu areal atau bentang lahan yang relatif

homogen. Syarat dari tanah yang relatif homogen diantaranya adalah :

1. Terletak pada topografi atau kemiringan yang sama, tidak mengambil contoh

tanah pada kemiringan tanah yang berbeda atau permukaan tanah yang tidak

rata dan jenis tanah yang berbeda.

2. Vegetasi yang sama, tidak mengambil contoh tanah terganggu pada tanah yang

mempunyai vegetasi yang berbeda dari contoh tanah yang diambil lainnya.

3. Iklim yang sama, contoh tanah yang diambil pada 2 titik harus mempunyai

ikim atau suhu kelembaban udara yang sama untuk memperkecil hasil analisis

percobaan yang menyimpang dari keadaan sebenarnya di lapang.

4. Jenis tanah yang sama, contoh tanah yang diambil sebaiknya mempunyai jenis

yang sama untuk menggambarkan penggambaran di lapang.

Pengambilan contoh tanah utuh, yaitu langkah pertama menentukan tempat

pengambilan contoh tanah dimana lokasi harus homogen.  Lalu  tempat

Page 21: ACARA 1 FISKIMTAN.

pengambilan contoh tanah dibersihkan dari tanaman liar, setelah itu menggunakan

ring sampel ditekan kedalam permukaan tanah disekitar ring di gali dan usahakan

tidak goyang. Setelah ring keluar dibersihkan menggunakan pisau lalu dimasukan

kedalam plastik dan diberi label  kedalaman tanah dan lokasi.

Gambar 4.1. Contoh Utuh

Pengambilan tanah terganggu, yaitu pada lokasi yang homogen, lahan

merupakan tanah yang biasa diolah.  Pengambilan tanah menggunakan metode

silang dengan pengambilan 2 titik (metode komposit) yang berbeda dengan

kedalaman yang sama kemudian tanah dicampurkan dan dimasukan ke dalam

plastik lalu plastik diberi label kedalaman tanah, waktu, dan lokasi.

Gambar 4.2. Contoh Tanah Terganngu

Pengambilan dan persiapan contoh tanah merupakan tahap kegiatan yang

amat penting dalam keseluruhan kegiatan analisis.  Kesalahan yang dilakukan

dalam tahap ini umumnya berkisar 87,8% dari kesalahan total analisis. Oleh

karena itu, kekeliruan dalam pengambilan contoh tanah membuat  fatal

penganalisis dan data yang di dapat tidak ada artinya. Hal ini juga dapat terjadi

apabila pengambilan contoh tanah tidak mengikuti prosedur yang benar. Hal-hal

yang perlu diperhatikan dalam pengambilan contoh tanah, antara lain :

Page 22: ACARA 1 FISKIMTAN.

1. Permukaan tanah yang akan diambil harus bersih dari rumput-rumputan,

sisa tanaman, bahan organik, dan batu-batuan atau kerikil.

2. Alat-alat yang digunakan bersih dari kotoran-kotoran dan tidak berkarat.

Kantong plastik wadah contoh tanah sebaiknya masih baru, belum dipakai

untuk keperluan lain.

3. Jangan mengambil contoh tanah dari selokan, bibir teras, bekas

pembakaran sampah atau sisa tanaman, dan bekas penggembalaan ternak.

Berdasarkan praktikum yang telah dlakukan pada pengambilan contoh tanah

utuh didapatkan data sebagai berikut :

Tabel 1. Pengambilan Contoh Tanah Utuh

Kel.Jari-jari

(cm)

Tinggi

(cm)

Volume

(cm3)

Berat Ring +

Cap (gr)

Berat Ring + Cup

+ Tanah (gr)

1 2,45 5,5 97,06 35 180

2 2,5 5 98,125 35 165

3 2,5 5,5 107,94 35 190

4 2,5 5,5 87,43 35 175

5 2,5 5,5 98,125 35 165

Pada data diatas Berat ring + Cup + Tanah yang dihasilkan dari setiap

kelompok mempunyai perbedaan bobot isi dan kandungan air yang tersedia cukup

untuk tanaman yang tidak terlalu jauh. Dimana bobot isi (volume) pada kelompok

satu dengan yang lainnya memiliki selisih yang masih wajar dengan rata-rata

bobot isi diatas sebesar 97,376.

Sedangkan pada pengambilan contoh tanah terganggu dengan sampel yang

digunakan adalah tiga, dengan kedalaman yang digunakan berturut-turut yaitu 30

Page 23: ACARA 1 FISKIMTAN.

cm, 60 cm, 90cm. didapatkan hasil warna yang tidak berbeda jauh dari ketiga

lapisan yang diuji. Dari Struktur , perakaran, dan kekerasan dari ketiga buah tanah

yang diambil didapatkan hasil yang sama yaitu struktur tanah yang diambil

merupakan jenis tanah liat, dengan kekerasan tanahnya lunak, dan tidak

mengandung akar. Kerikil pada lapisan tanah pertama lebih banyak dari lapisan

tanah kedua dengan jumlah kerikil agak banyak dan pada lapisan tanah ke ketiga

jumlah kerikilnya lebih sedikit.

Kendala yang dihadapi saat praktikum adalah pada saat pengambilan contoh

tanah utuh. Kesulitannya yaitu pada saat menekan ring sampel. Karena ring

sampel yang akan dimasukkan ketanah harus lurus. Selain itu, harus mencari

tanah yang tidak berakar.

Page 24: ACARA 1 FISKIMTAN.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pengambilan contoh tanah utuh banyak dipakai atau diperlukan untuk

berbagai analisa sifat fisik tanah, seperti : penentuan bobot isi tanah (bulk

density), total porositas tanah, permeabilitas, penentuan pF, penentuan

distribusi pori, kandungan/kadar air yang tersedia bagi tanaman, dan lain-

lain. Cara pengambilannya harus betul-betul diperhatikan dan dilakukan

dengan hati-hati agar tanah tersebut benar-benar asli tidak terganggu,

begitu pula cara pengirimannya.

2. Pada pengambilan contoh tanah agregat utuh diambil pada permukaan

tanah atau top soil (0-20 cm) sedangkan untuk pengambilan contoh tanah

terganggu diambil pada kedalaman 0-20 dan 20-40 cm. Semakin dalamnya

tanah, maka tidak ditemukan agregat utuh lagi (bongkah), yang ada hanya

tanah terganggu.

B. Saran

Page 25: ACARA 1 FISKIMTAN.

Diharapkan alat-alat praktikum yang bersangkutan dapat lebih lengkap lagi

untuk memaksimalkan kegiatan praktikum seperti yang tercantum di dalam

penuntun praktikum

Page 26: ACARA 1 FISKIMTAN.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulah. 2006. Ilmu Tanah. Swadaya, Jakarta.

Foth, Henry D. 1986. Fundamental of Soil Science. Gajah Mada University,

Yogyakarta.

Hakim, N, dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Bandar

Lampung.

Hanafiah, Kemas. 2004. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerbit Raja Grafindo Persad,

Jakarta.

Hakim, Nurhajati, dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UNILA, Lampung.in

Nugroho, Agus, dkk. 1998. Optimalisasi Pemanfaatan Sumber Daya Lahan

Untuk Mendukung Program Palagung 2001. HITI Komda Jawa Timur,

Malang.

Poerwowidodo. 1991. Ganesha Tanah. Penerbit Rajawali Pers, Jakarta