acara 1 tekben
-
Upload
nur-setiana-istiqomah -
Category
Documents
-
view
28 -
download
1
description
Transcript of acara 1 tekben
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Benih merupakan asal-muasal suatu tanaman. Kondisi dari benih ini
mementukan tanaman apa yang tumbuh, bagaimana tanaman itu tumbuh dan
menghasilkan. Kondisi yang mempengarusi adalah bagaimana kualitas benih
tersebut yang akan berdampak pada hasil produksinya. Benih yang berkualitas
diharapkan dapat menghasilkan produk yang lebih tinggi. Oleh karena itu,
pengujian benih sangat diperlukan oleh para petani.
Pengujian benih merupakan metode untuk menentukan nilai pertanaman di
lapangan. Oleh karena itu, komponen-komponen mutu benih yang menunjukan
korelasi dengan nilai pertanaman benih di lapang harus dievaluasi dalam
pengujian. Dalam pengujian benih mengacu dari ISTA, dan beberapa
penyesuaian telah diambil untuk mempertimbangkan kebutuhan khusus (ukuran,
struktur, pola perkecambahan) jenis-jenis yang dibahas di dalam petunjuk ini.
Beberapa penyesuaian juga telah dibuat untuk menyederhanakan prosedur
pengujian benih. Pengujian benih mencakup pengujian mutu fisik fisiologi benih.
Petunjuk ini menjelaskan bagaimana mempersiapkan contoh yang mewakili lot
benih untuk keperluan pengujian, dan bagaimana melakukan pengujian benih,
salah satunya yaitu analisis kemurnian.
Pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang dilakukan dengan
memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih
yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen benih tersebut.
Tujuan analisis kemurnian adalah untuk menentukan komposisi benih murni,
benih lain dan kotoran dari contoh benih yang mewakili lot benih.
B. Tujuan
Praktikum kemurnian benih bertujuan untuk mengetahui persentase
kemurnian benih dari sampel yang diambil.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kemurnian benih adalah merupakan persentase berdasarkan berat benih
murni yang terdapat dalam suatu contoh benih (Sutopo, 1984). Tujuan utama dari
analisa kemurnian benih adalah untuk menentukan komposisi berdasarkan berat
dari contoh benih yang akan diuji atau dengan kata lain komposisi dari kelompok
benih dan untuk mengidentifikasi dari berbagai species benih dan partikel-partikel
lain yang terdapat dalam suatu benih. Untuk analisa kemurnian benih, maka
contoh uji dipisahkan menjadi 4 komponen yaitu benih murni, benih species lain,
benih gulma dan bahan lain atau kotoran (Kartasapoetra, 1986).
Dalam pengertian benih murni termasuk semua varietas dari species yang
dinyatakan berdasarkan penemuan dengan uji laboratorium. Yang termasuk ke
dalam kategori benih murni dari suatu species adalah benih masak dan utuh, benih
yang berukuran kecil, mengerut tidak masak, benih yang telah berkecambah
sebelum diuji dan pecahan benih yang ukurannya lebih besar dari separuh benih
yang sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih itu termasuk
ke dalam species yang dimaksud (Justice, 1990).
Benih species lain, komponen ini mencakup semua benih dari tanaman
pertanian yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji.
Benih gulma mencakup semua benih ataupun bagian vegetatif tanaman yang
termasuk dalam kategori gulma. Juga pecahan gulma yang berukuran setengah
atau kurang dari setengah ukuran yang sesungguhnya tetapi masih mempunyai
embrio. Bahan lain atau kotoran, termasuk semua pecahan benih yang tidak
memenuhi persyaratan baik dari komponen benih murni, benih species lain
maupun benih gulma, partikel-partikel tanah, pasir, sekam, jerami dan bagian-
bagian tanaman seperti ranting dan daun (Sutopo, 1984). Peralatan yang
digunakan pada analisa kemurnian benih antara lain alat pembagi mekanis, alat
pembersih kotoran fisik (seed blower), alat pembersih kotoran varietas (purity
desk), alat timbangan dan peralatan lainnya seperti kaca pembesar, mikroskup
stereo, forsep dan saringan (Justice, 1990) .
Analisa kemurnian benih biasanya dilakukan secara duplo. Beda antara
hasil ulangan pertama dan kedua tidak boleh lebih tinggi atau lebih rendah dari
5%. Setiap komponen ditimbang lalu ditotal, dimana berat total seharusnya
dengan berat mula-mula keseluruhan contoh uji untuk kemurnian tetapi bisa
kurang. Persentase dari setiap komponen didapatkan dari berat masing-masing
komponen dibagi berat total kali 100%. Hasilnya ditulis dalam dua desimal atau
dua angka di belakang koma (Kartasapoetra, 1986).
Benih murni yang merupakan salah satu komponen dalam pengujian
benih, sangat penting dalam menghasilkan benih yang berkualitas tinggi. Pada
pengujian daya berkecambah, benih yang diuji diambil dari fraksi benih murni.
Dengan demikian hasil pengujian kemurnian benih dan daya kecambah benih
mempengaruhi nilai benih untuk tujuan pertanaman. Pengujian kemurnian
digunakan untuk mengetahui komposisi contoh kerja, kemurnian, dan identitasnya
yang akan mencerminkan komposisi lot benih yang didasarkan pada berat
komponen pengujian. Dalam pengujian kemurnian contoh kerja kemurnian
dipisahkan menjadi benih murni, biji tanaman lain, dan kotoran (Kuswanto,
1998).
III. METODE PRAKTIKUM
A. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah benih kedelai. Alat
yang digunakan antara lain adalah meja pemurnian, pinset, petridish,
magnifier, dan timbangan listrik.
B. Prosedur Kerja
1. Diambil contoh kerja dari benih yang ada dengan jalan pengurangan
dengan memakai pembagi benih sehingga diperoleh berat benih yang
diinginkan dan ditimbang
2. disediakan alat yang diperlukan
3. diperiksa contoh kerja sedikit demi sedikit diatas meja pemurnian
dengan teliti dan pisahkan ke dalam komponen-komponen benih: benih
murni, biji tanaman/ varietas lain, biji gulma dan kotoran benih
4. dihitung presentase berat komponen- komponen tersebut terhadap berat
contoh benih. Presentase benih murni adalah 100% dikurangi jumlah
presentasi komponen- komponen.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Berat awal
a. Benih murni : 45,2
gram
b. Kotoran benih
: 40,9 gram
c. Varietas lain : 13,5
gram
d. BA = BM + KB + VL
= 45,2 + 40,9 + 13,5 = 99,6 gram
2. Perhitungan Presentase (%)
a.
b.
c.
d.
B. Pembahasan
Pengujian kemurnian benih merupakan kegiatan-kegiatan untuk menelaah
tentang kepositifan fisik komponen-komponen benih termasuk pula presentase
berat dari benih murni (pure seed), benih tanaman lain, beinih varietas lain, biji-
bijia herba (weed seed) dan kotoran-kotoran pada masa benih (Kartasapoetra,
1992).
Pengujian kemurnian diperlukan sebagai upaya untuk mengetahuiseberapa
besar benih yang sebenarnya tanpa mempertimbangkankomponen lain selain
benih. Kemurnian sangat diperlukan untuk mendugaberapa berat benih yang
diperlukan untuk memproduksi sejumlah bibittertentu. Oleh karena itu, dalam
penentuan keperluan benih untuk suatutujuan produksi bibit, maka harus
dipertimbangkan berapa kemurnian dari benih tersebut (Harijoko, 2006).
Pengujian- pengujian benih yang seharusnya dilakukan diantaranya adalah (1)
pengujian setelah benih mengalami processing,(2) pengujian benih tersebut ketika
dimntakan pelabelan, (3) ketika mau ditanam dalam rangka pengembangan benih.
Pengujian setelah benih menglami processing lazimnya menyangkut semua hal
yang berkaitan dengan kualitas, sedangkan pengujian untuk pelabelan dan
menghadapi penanamananya hanyalah berkisar pada daya tumbuhnya saja
(Kartasapoetra,1986).
Pengujian-pengujian biasanya dilakukan secara rutin dan secara khusus.
Pengujian rutin akan meliputi kadar air, kemurnian dan daya tumbuh benih.
Sedangkan pengujian khusus meliputi pengujian kesehatan, varietas,
keanekaragaman atau perbedaan-perbedaan, serta vigor. Pada praktikum acara
satu ini termasuk ke dalam pengujian secara rutin karena hanya menguji pengujian
kemurnian benih, praktikum yang dilakukan hanya berdasar pada memisahkan
antara mana yang benih murni, benih varietas lain dan kotoran benih, praktikum
yang dilakukan juga sangat sederhana , hanya memisahkan dan dilihat dari bentuk
fisik saja (Kamil,1986).
Saat melakukan uji kemurnian benih yang dipisahkan adalah benih murni dan
inert matter (bahan yang tercampur). Bahan yang tercampur perlu dipilah
sehingga menjadi dua, yaitu kotoran (other material) dan biji lain (other seed).
Biji lain yang tercampur perlu dipilah apakah biji dari spesies lain atau dari
spesies sama tetapi varietasnya lain atau biji gulma. Hasil pemilihan dinyatakan
dalam persen (Kuswanto,1997).
Sertifikasi Benih adalah suatu proses pemberian sertifikasi atas cara
perbanyakan, produksi dan penyaluran benih sesuai dengan peraturan yang telah
ditetapkan oleh Departemen Pertanian untuk dapat diedarkan. Sertifikasi benih
juga dapat dikatakan sebagai suatu sistem atau mekanisme pengujian benih
berkala untuk mengarahkan, mengendalikan, dan mengorganisasi perbanyakan
dan produksi benih. Sertifikasi benih merupakan sistem bersanksi resmi untuk
perbanyakan dan produksi benih yang terkontrol. Tujuannya adalah untuk
memelihara dan menyediakan benih serta bahan perbanyakan tanaman bermutu
tinggi dari varietas berdaya hasil tinggi bagi masyarakat sehingga dapat ditanam
dan didistribusikan dengan identitas genetik yang terjamin. Dengan kata lain,
tujuan sertifikasi benih adalah untuk memberikan jaminan bagi pembeli benih
(petani atau penangkar benih) tentang beberapa aspek mutu yang penting, yang
tidak dapat ditentukan dengan segera, dengan hanya memeriksa benihnya saja
(Mugnisjah,1991).
Prosedur sertifikasi benih
Produsen Benih
BPSBPermohonan Sertifikasi
Lampiran :
Varietas apaKelas Benih Sejarah lahanW a k t uJumlah benih
Pengawasan lapangan
Kondisi lahanKondisi benihKondisi ekologisProses ProduksiRoguingPenentuan PanenProsesing benihSampling
Analisis Laboratorium
Uji viabilitasUji kadar airUji kemurnian Uji kesehatan
Pengawasan Pasca Sertifikasi
Kondisi benih yang dipasarkanBenih daluwarsa
Penentuan pemberian sertifikat
Kelas benihBatas daluwarsa
Perpanjangan masa berlakunya sertifikatPenarikan/pembatalan sertifikat benih
Pada prinsipnya sertifikasi benih terdiri atas 5 tahap, yaitu :
1. Verifikasi lahan tempat produksi benih
Kriteria lahan untuk produksi benih :
a. Lahannya subur dan memiliki sistem pengairan yang jelas,
b. Bebas dari hama dan penyakit yang soil borne,
c. Lahan di sekitarnya tidak ditanami komoditas atau varietas yang sama,
d. Tidak memproduksi benih bersamaan dengan tan. yang masih satu famili.
2. Verifikasi sumber benih yang digunakan
Sumber benih harus jelas, kemurniannya terjamin, dan kelas benihnya
minimal satu kelas lebih tinggi daripada benih yang akan diproduksi. (kelas
BS/Benih Penjenis, BD/Benih Dasar, atau minimal BP/Benih Pokok untuk
memproduksi BR/Benih Sebar – Extension Seed.
3. Pengawasan Tanaman di Lahan (oleh BPSB)
Pengawasan dilakukan sejak penetapan lahan, proses budidaya, sampai
panen. Beberapa hal yang harus diperhatikan :
a. Isolasi atau jarak antara petak produksi benih dengan
petak pertanam-an lain di sekitarnya harus sesuai dengan ketentuan.
b. Pertumbuhan tanaman harus sesuai dengan
deskripsinya.
c. Pelaksanaan roguing harus teliti dan sesuai ketentuan
d. Penentuan saat panen yang tepat (masak fisiologis),
dll.
4. Pengawasan dan pengujian benih selama prosesing dan pengemasan
Pengujian benih dilakukan secara laboratoris yang meliputi viabilitas ,
kadar air, kemurnian dan kesehatan benih. Kadangkala dilakukan pula uji
homogenitas dan verifikasi terhadap populasi benih.
5. Pemberian sertifikat dan label
Dasar dari pemberian sertifikat dan masa berlakunya sertifikat adalah hasil
pengawasan lapangan dan uji laboratorium (Eko, 2011).
Kemurnian benih adalah merupakan persentase berdasarkan berat benih
murni yang terdapat dalam suatu contoh benih. (Sutopo, 1984). Analisis
kemurnian benih adalah persentase berdasarkan berat benih murni yang terdapat
dalam suatu contoh benih. Prinsip melakukan analisis kemurnian benih adalah
dengan jalan memisahkan contoh benih dalam 3 komponen yaitu:
1. Benih murni (BM) adalah benih yang sesuai dengan pernyataan pengirim atau
secara dominan ditemukan dalam contoh benih termasuk didalamnya yaitu:
benih utuh, benih muda, benih berukuran kecil, benih mengkerut dan sedikit
rusak/ benih yang terserang penyakit tetapi bentuknya masih bisa dikenali dan
pecahan benih yang ukurannya lebih dari setengah ukuran normal.
2. Benih tanamn lain (BTL) adalah benih tanaman selain yang dimaksud oleh
pengirim yang ikut tercampur pada benih yang akan di uji.
3. Kotoran benih (KB) adalah bagian dari benih atau bahan material lain yang
bukan bagian dari benih yang ikut terbawa dalam contoh. Termasuk
didalamnya benih tanpa kulit benih, benih yang terlihat bukan benih sejati, biji
hampa tanpa lembaga, pecahan benih kurang dari setengah ukuran normal,
cangkang benih, sekam, pasir, partikel tanah, jerami, ranting, daun, dan
tangkai.
Analisa kemurnian benih biasanya dilakukan secara duplo. Beda antara
hasil ulangan pertama dan kedua tidak boleh lebih tinggi atau lebih rendah dari
5%. Setiap komponen ditimbang lalu ditotal, dimana berat total seharusnya
dengan berat mula-mula keseluruhan contoh uji untuk kemurnian tetapi bisa
kurang. Persentase dari setiap komponen didapatkan dari berat masing-masing
komponen dibagi berat total kali 100%. Hasilnya ditulis dalam dua desimal atau
dua angka di belakang koma (Kartasapoetra, 1986).
Praktikum yang dilakukan adalah menguji kemurnian benih kedelai.
Awalnya praktikan diberikan satu plastik benih kedelai kotor. Benih tersebut
kemudian dipisahkan ke dalam 3 komponen yaitu benih murni, varietas lain dan
kotoran benih. Setelah dipisahkan, masing-masing benih ditimbang dan diperoleh
hasil benih murni 45,2 gram, kotoran benih 40,9 gram, dan varietas lain 13,5
gram. Dari ketiga komponen tersebut diketahui berat awal seluruhnya adalah 99,6
gram. Presentase benih murni 45,38 %, presentase kotoran benih 40,9% dan
presentase varietas lain 13,55%. Dari hasil tersebut, diketahui benih murni yang
diperoleh tidak lebih dari 50% dari keseluruhan berat awal. Hal ini dikarenakan
berat kotoran benih yang cukup besar. Kotoran benih berupa kerikil, pasir dan
lainnya yang bobotnya cukup berat. Sedangkan varietas lain, tidak terlalu banyak
dan ditemukan benih padi serta kacanng hijau.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kemurnian benih adalah merupakan persentase berdasarkan berat benih
murni yang terdapat dalam suatu contoh benih. Analisa kemurnian benih,
maka dapat dipisahkan menjadi 4 komponen yaitu benih murni, benih
species lain, benih gulma dan bahan lain atau kotoran.
2. Sertifikasi Benih adalah suatu proses pemberian sertifikasi atas cara
perbanyakan, produksi dan penyaluran benih sesuai dengan peraturan yang
telah ditetapkan oleh Departemen Pertanian untuk dapat diedarkan.
3. Presentase benih murni yang diperoleh tidak lebih dari 50% dari
keseluruhan berat awal. Hal ini dikarenakan berat kotoran benih yang
cukup besar.
B. Saran
Praktikum pengujian benih sudah cukup baik, namun ketersediaan alat
untuk praktikum masih kurang seperti timbangan yang sedikit sehingga harus
menunggu bergantian setiap kelompok, jadi diharapkan agar laboratium dapat
menyediakan alat yang lebih untuk praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Dewanto, Eko. 2011. Modul Belajar Sertifikasi Benih. UNSOED . Purwokerto
Harijoko. 2006. Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan. Balai Perbenihan
Tanaman Hutan Jawa dan Madura . Sumedang.
Justice, O. L dan Lois, N. Bass. 1990. Praktek dan Penyimpanan Benih. Rajawali
Pers . Jakarta
Kamil, Jurnalis. 1986. Teknologi Benih 1. Angkasa Anggota IKAPI . Bandung
Kartasapoetra, A. G. 1986. Teknologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntutan
Praktikum. Bina Aksara . Jakarta
Kartasapoetra, A. G. 1992. Teknologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntutan
Praktikum. Bina Aksara . Jakarta
Kuswanto, Hendarto. 1998. Analisis Benih. Penerbit Andi. Yogyakarta
Mugnisjah, Q. W. dan Asep, S. 1991.Produksi Benih. Bumi Aksara. Jakarta
Sutopo, Lita. 1984. Teknologi Benih. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta