MAKALAH FISTAN

27
Etilen dan Asam Absisat 201 2 KATA PENGANTAR Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT, karena atas segala limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan yang diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas tentang “Etilen dan Asam Absisat”. Makalah ini kami buat sebagai tugas terstruktur mata kuliah “Fisiologi Tanaman”. Dalam makalah ini kami menjelaskan mengenai pengertian etilen dan asam absisat dan fungsi bagi tanaman dan juga membahas tentang peranan kedua hormon tersebut bagi tanaman. Dalam proses pembuatan makalah ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan agar kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan harapan dan dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Untuk itu, kami sampaikan terima kasih kepada pihak yang bersangkutan yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini, terutama kami sampaikan terima kasih kepada Ir. Koesriharti, Ms. selaku pembimbing kami dalam mata kuliah “Fisiologi Tanaman”. Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat memberikan manfaat terutama kepada pihak yang telah meluangkan waktunya untuk membaca makalah ini. Makalah Fisiologi Tanaman Kelompok 5 1

Transcript of MAKALAH FISTAN

Page 1: MAKALAH FISTAN

Etilen dan Asam Absisat 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT, karena atas segala limpahan

rahmat, taufik, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan yang

diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas tentang “Etilen dan Asam Absisat”.

Makalah ini kami buat sebagai tugas terstruktur mata kuliah “Fisiologi Tanaman”.

Dalam makalah ini kami menjelaskan mengenai pengertian etilen dan asam absisat dan

fungsi bagi tanaman dan juga membahas tentang peranan kedua hormon tersebut bagi

tanaman.

Dalam proses pembuatan makalah ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan agar

kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan harapan dan dapat terselesaikan tepat

pada waktunya. Untuk itu, kami sampaikan terima kasih kepada pihak yang bersangkutan

yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini, terutama kami sampaikan terima

kasih kepada Ir. Koesriharti, Ms. selaku pembimbing kami dalam mata kuliah “Fisiologi

Tanaman”.

Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat memberikan manfaat terutama

kepada pihak yang telah meluangkan waktunya untuk membaca makalah ini.

Malang, 12 Desember 2012

Penyusun

Makalah Fisiologi Tanaman Kelompok 5 1

Page 2: MAKALAH FISTAN

Etilen dan Asam Absisat 2012

DAFTAR ISI

Makalah Fisiologi Tanaman Kelompok 5 2

Page 3: MAKALAH FISTAN

Etilen dan Asam Absisat 2012

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap tanaman pasti akan mengalami fase pertumbuhan dan perkembangan, pada

fase-fase tersebut tanaman akan mengalami perubahan secara fisiologis. Perubahan

fisiologis tersebut dapat dipengaruhi oleh adanya beberapa hormon yang ada pada

tanaman tersebut. Proses tumbuh dan berkembangnya suatu tanaman dapat dipengaruhi

diantaranya oleh adanya hormon auksin, giberelin, sitokinin, dan asam absisat, dimana

pada masing-masing hormon memiliki fungsi dan sifat masing-masing sehingga

memberikan pengaruh perubahan yang berbeda-beda pula pada tanaman.

Dengan adanya hormon-hormon tersebut proses pertumbuhan dan perkembangan

tanaman dapat berjalan dengan mudah. Sejak tanaman mulai tumbuh hormon-hormon

pada tanaman tersebut telah mulai aktif bekerja, dan mereka bekerja sesuai dengan waktu

dan peranan masing-masing. Seperti pada saat pertumbuhan, saat tanaman masuk fase

generatif, saat tanaman mulai berbunga ddan berbuah, dan saat tanaman mulai mengalami

pemasakan buah. Maka hormon-hormon tersebut akan muncul dan bekerja sesuai dengan

waktu dan fungsi mereka masing-masing. Oleh sebab itu perlu dipelajari lebih lanjut lagi

mengenai keberadaan hormon tersebut pada tanaman beserta fungsi dan pengaruhnya bagi

tanaman.

1.2 Tujuan

Sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas terstruktur yang diberikan.

1.3 Manfaat

Mahasiswa dapat mengerti dan memahami serta menerangkan mengenai hormon

etilen dan asam absisat.

Makalah Fisiologi Tanaman Kelompok 5 3

Page 4: MAKALAH FISTAN

Etilen dan Asam Absisat 2012

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Penemuan Etilen

Pada tahun 1910, laporan tahunan yang disusun oleh HH Cousins dalam Jamaican

Agricultural Department menyebutkan bahwa buah jeruk sebaiknya tidak disimpan

bersamaan dengan pisang saat dikapalkan, sebab suatu aliran dari buah jeruk akan

meyebabkan buah pisang menjadi masak sebelum waktunya. Laporan tersebut menjadi

penjelasan pertama bahwa buah-buahan melepaskan gas yang memacu pemasakan dan

menjadi dasar penelitian yang berkelanjutan ditahun-tahun berikutnya.

Seorang ahli fisiologi berkebangsaan Rusia, Dimitry N Neljubow (1876-1926),

adalah orang pertama yang menyatakan bahwa etilen mempengaruhi pertumbuhan

tumbuhan. Pada tahun 1901 ia mencirikan etilen di dalam gas bercahaya dan

menunjukkan bahwa etilen menyebabkan tiga respon pada kecambah kacang kapri, yaitu;

terhambatnya pemanjangan batang; semakin menebalnya batang; dan munculnya

kebiasaan untuk tumbuh mendatar. Selanjutnya perluasan helai daun terhambat serta

pembukaan normal bengkokan epikotil terhambat. Dan baru pada tahun 1934, R Gene

membuktikan bahwa etilen disintesis oleh tumbuhan dan menyebabkan proses pemasakan

yang lebih cepat yang artinya gas etilen tersebut dapat memberikan efek fisiologis pada

tanaman (Salisbury & Ross, 1995).

2.2 Biosintesis Etilen

Etilen merupakan satu-satunya hormon dalam bentuk gas pada saat suhu biasa

(Sinha, 2004) yang memiliki struktur kimia CH2=CH2+H2PO4-+Cl- biasa juga dalam

bentuk H2C=CH2. Etilen tidak berpengaruh nyata dalam pertumbuhan vegetatif tumbuhan

walaupun memiliki efek yang signifikan dalam perkembangan akar dan batang (Hopkins,

1999).

Etilen dihasilkan dari sintesis primer sebagai respon dari stres tumbuhan dan

kemungkinan diproduksi disebagian besar dalam jaringan yang mengalami senescence

(penuaan) atau ripening (pematangan). Etilen bisanya digunakan untuk mempercepat

Makalah Fisiologi Tanaman Kelompok 5 4

Page 5: MAKALAH FISTAN

Etilen dan Asam Absisat 2012

pematangan pada buah pisang dan buah lainnya yang masih hijau (belum matang) dalam

perdagangan yang disimpan dalam kapal. Perlu diketahui bahwa etilen sering dihasilkan

ketika auksin dalam konsentrasi tinggi dalam jaringan tumbuhan (Hopkins, 1999).

Pada tumbuhan tingkat tinggi prekusor utama dalam biosintesis etilen ialah asam

amino metionin. Dalam prosesnya terdapat 3 fase, yaitu;

Pertama, proses ini meliputi konversi metionin menjadi S-Adenosyl methionine

(SAM). Metionin diaktifkan oleh ATP dan enzim SAM sintase.

Kedua, SAM dipecah menjadi 1-amino cyclopropane-1-carboxylic acid (ACC)

dan 5’ metil tioadenosin. Prosesnya dikatalisis oleh enzim ACC sintase. Enzim ini

menjadikan pyrodoxal phosphate sebagai kofaktornya. ACC juga diubah yang kemudian

disimpan dari ethylene-N-malonyl ACC. Bentuk ACC mengontrol produksi etilen. Fase

ini langsung berkorelasi dalam pembentukan etilen. Faktor yang menghambat aktivitas

enzim ACC sintase juga menghambat biosintesis etilen. Auksin, factor stress (luka, water

stress, patogen), pematangan buah, gugur daun dan bunga mempercepat aktifitas enzim

ini, oleh karenya biosintesis etilen juga meningkat. Bahan kimia seperti aminoethoxy

vinyl glysine (AVG) dan amino o$xyacetic acid (AOA) menghambat biosintesis etilen

dari yang menghambat aktifitas enzim ACC sintase.

Ketiga, fase ini melibatkan oksidasi ACC yang menghasilklan CO2 dan HCN.

HCN dibentuk menjadi asam formic dan ammonia. Enzim yang berperan dalam fase ini

ialah enzim ACC oksidase yang mana melibatkan Fe++ dan askorbat untuk aktifitas ini.

Fase ini membutuhkan cahaya dan O2. Aktifitas enzim ini dipacu oleh pematangan,

pelukaan, dan dihambat oleh sulfhydryl inhibitors ( Co++, Cu++, Zn++). Oksidasi ACC tidak

rate limiting tidak seperti ACC sintase.

Regenerasi metionin muncul dalam sintesis siklus lanjutan dari 5’methyl

theoadenosine yang disebut “Siklus Yang” seperti terlihat pada gambar 1.

Lintasan lain dalam biosintesis etilen dalam tumbuhan adalah lintasan acrylic acid.

Disini, acrylic acid merupakan prekusor langsung dari etilen. Acrylic acid disintesis dari

asetat dan β-alanin (gambar 2).

Makalah Fisiologi Tanaman Kelompok 5 5

Page 6: MAKALAH FISTAN

1 3

2

CH3COOHAcetat

Malonic Acid Malonic semialdehyde

Β-hydroxy propionate

β-alanine

EtilenAcrylic acid

Etilen dan Asam Absisat 2012

Sintesis etilen meningkat dengan meningkatnya suhu yang mencapai 35o. dan

menurun ketika suhu mencapa 0-2oC. sintesis etilen dihambat oleh rendahnya konsentrasi

O2. Konsentrasi O2 yang tinggi tumbuhan tidak respon terhadap etilen (Sinha, 2004).

Gambar 1. Biosintesis etilen

Gambar 2. Acrylic pathway

Makalah Fisiologi Tanaman Kelompok 5 6

Page 7: MAKALAH FISTAN

Etilen dan Asam Absisat 2012

2.3 Katabolisme Etilen

Ethylen is metabolized to ethylene oxide in plants and micro-organism, wich is

incorporated into glyoxylate cycle as ethylene glycol and malonyl ACC. Ethylene may

also form a conjugate with glucose (Sinha, 2004).

2.4 Mekanisme Kerja Etilen

Many theories have been proposed to explain the mechanism of action of ethylene

of wich two are discussed below:

a. Membrane Permeability Theory: Ethylene acts by changing permeability of the cell

membrane. Ethylene is lipid soluble, hence, it gets dissolved in lipid of membrane and

alters the permeability of membrane. Increase RNA and protein synthesis. It

accelerates the secretion of α-amylase enzyme in barley aleurone layer but latter

synthesis is not enhanced. This result in hydrolysis of starch into sugars. High

permeability increase respiration, thereby, hastening fruit ripening process.

b. Molecular Level Action of Ethylene Theory: Ethylene acts at molecular level by

synthesizing a ccell wall softening enzyme polygalacturonases. Anthocyanidin is

formed by enzyme phenyl alanine ammonialyase which imparts bright colour to fruits.

Other enzymes also get increased (e.g. phenyl alanine ammonia, cellulose, polyphenol

oxidase, phospholipase, peroxidase). Cellulose perform softening of fruits during

ripening. Phospholipases causes degradation of phospholipids. Inhibitors of nucleic

acids/protein synthesi also inhibit ethylene action (Sinha, 2004).

2.5 Efek Fisiologi Etilen

(i) Germination and sprouting; Ethylene stimulates seed germination in barley

and other cereals. It stimulates the action of hydrolytic enzymes in storages tissues. This

causes sprouting and germination in dormant potato tubers, dormant stolons, corms and

rhizomes.

Ethylene breaks dormancy when it is exposed for some time, longer duration

might inhibit further growth of sprouts.

Makalah Fisiologi Tanaman Kelompok 5 7

Page 8: MAKALAH FISTAN

Etilen dan Asam Absisat 2012

(ii) Formation and growth of roots; Both auxins and ethylene induce root

formation in mung bean hypocotyls cuttings. Ethylene treatment in some plants promotes

the formation of secondary roots and root hairs.

Ethylene stimulates lateral enlargement of roots (e.g. radish) but not the elongation

of root. Root elongation is inhibites by ethylene.

Geotropical bending of root occurs due to inhibition of root elongation caused by

ethylene. More ethylene is produced on the geotropically lower side of the root because of

more auxin contents. Ethylene intervenes the lateral transport of auxins, as a result auxin

is symmetrically distributed in plants. Hence, tropic movement fails and horizontal

growth occurs due to ethylene.

(iii) Shoot growth; Ethylene inhibits the longitudinal growth of stem but in turn it

causes lateral groth of stem which leads to increase in girth of stem. The lateral swelling

is due cell enlargement and not due to cell division. Ethylene mediated inhibition is

transitory, plants resume normal growth if ethylene is removed. Ethylene mediated

inhibion can also be overcome by CO2 application. Ethylene inhibits internode elongation.

High concentration of ethylene generally inhibits growth but it promotes growth in

paddy plants. Paddy plant produce more ethylene. The latter in turn promote growth in

former, which helps the plants in emerging out of submerged water.

(iv) Apical dominance; The growth of lateral buds is inhibited by ethylene just

like auxin, hence it causes apical dominance.

(v) Epinasty (Bending of leaves); Epinasty is process in which swelling of cells

on the upper part of the petiole occurs, which result into drooping of leaves. Monocots do

not show epinasty. Young leaves are more sensitive than old. Epnasty may be due to

migration of auxin to the upper side of the petiole. Higher auxin content result in

elongation of cells of the upper side of petiole. Hence, more growth occurs on upper side

which causes epinasty.

(vi) Flowering; Ethylene inhibits flowering in plants almost universally. However

pine-apple, plumbago, cucurbits are exeptions. Ethylene enhances pistillate flower

Makalah Fisiologi Tanaman Kelompok 5 8

Page 9: MAKALAH FISTAN

Etilen dan Asam Absisat 2012

formation in cucurbits. Inn plumbago and pine-apple ethylene application in vegetative

body causes uniform flowering. Ethylene induces flowering S.D. plants even in long day

condition.

(vii) Sex expression; Ethylene application reduces the male flower formation and

favours female flower formation. As a result, more fruits are produced by ethylene

treatment but is size of fruits is smaller. Example – cucumber, pumpkin, ridge gourd,

melon etc.

(viii) Fruit ripening; Ethylene induces the typical fruit set. Is hastens the ripening

of harvested climacteric fruits like banana, mango, melon. Climacteric fruits are such

fruits which shoe increase in respiration after harvesting abruptly and then decline, while

non-climateric fruits (like grapes, lemon, orange) show decrease in respiration gradually

after harvesting. These fruits do not respond to ethylene.

During ripening ethylene increase cell permeability, which result into softening of

fruits as well as increases cell respiration.

(ix) Abscission; Ethylene accelerates the abscission of vegetative parts (leaves,

stems) as well as reproductive organs (flowers, fruits) of plants. The chief role of ethylene

is to promote senescence in leaves and induction of cell wall degrading enzymes in

abscission region. Ethylene further prevents auxin to reach the abscission zone, as a result

auxin level is reduced in abscission zone.

Older leaves produce more ethylene than young leaves. High concentration of

ethylene along with low concentration of auxin is responsible for abscission of old leaves.

Ethylene is absorbed by potassium permangate crystals. Thin chemical is kept with

flowers to keep the flowers fresh during transit (Sinha, 2004).

2.6 Hubungan Etilen dengan Auksin

Kemampuan IAA dan semua auksin tiruan untuk menaikkan produksi etilen

menimbulkan pertanyaan: benarkah banyak efek auksin betul-betul disebabkan oleh

etilen? Memang tampaknya etilen bertanggung jawab dalam beberapa kasus, termasuk

epinasti daun, penghambatan pemanjangan batang dan daun, induksi pembungaan pada

Makalah Fisiologi Tanaman Kelompok 5 9

Page 10: MAKALAH FISTAN

Etilen dan Asam Absisat 2012

bromelia serta mangga, penghambatan pada pembukaan bengkokan epikotil atau hipokotil

kecambah dikotil, dan bertambahnya persentase bunga pada tumbuhan monoseus. Juga,

pelepasan auksin oleh serbuk sari yang berkecambah di stigma mendorong produksi

etilen; etilen ini menyebabkan penuaan bunga pada beberapa spesies. Gugur daun, bunga,

dan buah melibatkan interaksi antara auksin, etilen, sitokinin, dan asam absisat. Walaupun

demikian, pemacuan pertumbuhan, tahap awal pembentukan akar liar, dan banyak efek

auksin lainnya tampaknya tak bergantung pada produksi etilen. Hanya pada beberapa

bagian tumbuhan tertentu, dan hanya bila konsentrasi auksin cukup tinggi, maka produksi

etilen berperan cukup besar pada efek tertentu auksin (Salisbury & Ross, 1999).

2.7 Nilai Ekonomi Etilen

Ethylen has been used for synchronised flowering and fruit ripening for centuries.

Several chemicals which release ethylene are used now-a-days for promotion of

flowering in pine apple. Ethrel or Etepon (asam 2-kloroetilfosfonat) is ethylene releasing

chemical. It rapidly breaks down in water to produce ethylene.

Ethylene is also used for induction of feminity in cucurbits. Ethylene is widely used

in fruit ripening, improvement of colour (quality). Other ethylene releasing chemicals are

– BOH, ethypropyl phosphate, monoethyl sulphate. Ethylene is antagonist to auxin which

can be evident by following illustration: (i) Auxin delays abscission while ethylene

promotes. (ii) Auxin promotes elongation while ethylene inhibits (Sinha, 2004).

2.8 Sejarah Penemuan Asam Absisat (ABA)

Pada tahun 1963, asam absisat pertama kali dikenali dan dicirikan secara kimia di

California oleh Frederick T Addicott dan beberapa pembantunya, yang saat itu sedang

mempelajari senyawa yang menyebabkan gugurnya buah kapas. Mereka menamakan

salah satu senyawa aktifnya absisin I dan senyawa kedua (yang jauh lebih aktif) absisin

II. Absisin II ternyata ABA. Pada tahun yang sama, dua kelompok peneliti lain

menemukan ABA juga. Satu kelompok dipimpin oleh Philip F Wareing di Wales; mereka

mempelajari senyawa yang menyebabkan dormansi pada tumbuhan berkayu, khususnya

Acer pseudoplatamus. Mereka namakan senyawa yang paling aktif itu dormin. Kelompok

lainnya dipimpin oleh RFM van Stevenick, mula-mula di New Zealand, kemudian di

Makalah Fisiologi Tanaman Kelompok 5 10

Page 11: MAKALAH FISTAN

Etilen dan Asam Absisat 2012

Inggris; mereka meneliti senyawa yang mempercepat gugurnya bunga dan buah pada

lupinus kuning (Lupinus luteus). Karena terbukti (pada tahun 1964) bahwa dormin dan

senyawa dari lupinus sama dengan absisin II, para ahli fisiologi bersepakat, pada tahun

1967, untuk menamakan senyawa itu asam absisat. ABA tampaknya umum ditemui pada

tumbuhan berpembuluh; juga terdapat di beberapa jenis lumut, ganggang hijau,

cendawan, namun tidak pada bakteri (Salisbury & Ross, 1999).

2.9 Biosintesis ABA

ABA is a terpenoid involved primarily in regulating seed germination, inducing

storage protein synthesis, and modulating water stress.

Unlike auxin, gibberelin, cytokinin hormone,

ABA as a single compound (Gambar 3). Originally

thought to be involved in regulating both abscission

and bud dormancy, ABA now appears to have little

to do with either of these phenomena. Two major

areas of ABA action appear to be in the mobilization

of reserves during seed development and germination

and in the response of leaves to water stress. ABA is known to induce transport of

photosynthate toward developing seeds and to promote the synthesis of storage protein.

During germination of cereals grains, ABA antagonizes the promotory effect of

gibberellins on α-amylase synthesis. Relatively large amounts of ABA are rapidly

synthesized in the leaves in response to water stress, where it appears to play a major role

in regulating stomatal opening and closure (Hopkins, 1999).

There are two pathway of abscisic acid synthesis:

Isoprenoid pathway: ABA is synthesized from mevalonic acid. Gibberellins

is also synthesized from mevalonic acid, i.e. both GA and ABA is

synthesized from common precursor.

Oxidation of carotenoids: Xanthophyll and vialaxanthin are precursors of

ABA in bean tissues. Oxidative cleavage of xanthophylls either by

Makalah Fisiologi Tanaman Kelompok 5 11

Gambar 3 Asam Absisat

Page 12: MAKALAH FISTAN

Etilen dan Asam Absisat 2012

photooxidation or by action of enzyme lipoxygenase produces xanthoxin and

aldehyde. This aldehyde is oxidized to produce ABA (Sinha, 2004).

Skema kedua lintasan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4 possible ABA pathway

Oxidation of carotenoids Isoprenoid pathway

2.10 Katabolisme ABA

ABA forms ester with glucose. This ester is quite stable in plants and possesses

hormonal activity similar to ABA.

ABA + Glucose → ABA-glucose ester

ABA is metabolized to phaseic acid and dihydrophaseic acid in some plant. Seperti

pada gambar berikut.

Makalah Fisiologi Tanaman Kelompok 5 12

Page 13: MAKALAH FISTAN

Etilen dan Asam Absisat 2012

Gambar 5 Katabolisme ABA

2.11 Mekanisme Kerja ABA

Different theories have been proposed to explain the possible mechanism of action:

(i) Membrane Permeability Theory; Rapid action of ABA is stomatal closing and

inhibition of auxin mediated growth elongation in coleoptiles. These responses occur

due to change in membrane permeability of cells. The stomatal closing is observed

within a minute of ABA application. Likewise, inhibition of elongation of growth in

coleoptiles is observed in few minutes. ABA can also influence ion transport across the

membrane by inhibiting ATPase activity. Permeability of membrane might have been

changed due to decrease in unsaturated fatty acids (linoleic acid, linolenic acid) of the

membrane and increase in saturated fatty acids (palmitic acid). Increase in saturated fatty

acids favours increase in viscosity of membrane, thereby, reducing permeability of the

membrane, and consequently less diffusion of ions/molecules along the membrane.

(ii) Gene Expression Inhibition Theory; Long term effects of ABA take place at

molecular level. Such responses occur late after stimulus application (ethylene action).

Ethylene decrease transcription or translation process. Decrease in transcriptional rate

may be either due to decrease in RNA polymerase activity or increase in ribonuclease

activity. Inhibition of RNA synthesis can be detected after three hours of ABA

Makalah Fisiologi Tanaman Kelompok 5 13

(+) Abscisic acid cis 4’-Dihidrophaseic acidPhaseic acid

(-) ABA trans formGlucose ester of ABA

oxidation

Page 14: MAKALAH FISTAN

Etilen dan Asam Absisat 2012

treatment. In bean seedling, two hours treatment with ABA decrease RNA synthesis by

80 per cent.

ABA may inhibit formation of certain enzymes without inhibiting total protein

synthesis. Ihle and Dure III (1972) showed that ABA inhibited production of protease

and isocitrase during germination of cotton seeds. This was due to inhibition of

translation of pre-exiting mRNA.

ABA inhibits the translation of amylase mRNA which inhibits the formation of α-

amylase in barley aleurone layers.

(iii) Secondary Messenger Involvement Theory: This theory assumes that ABA

acts by involvement of secondary messenger such as calcium and calmodulin. Ca2+ is

involved in ABA stimulated geotropism in maize roots. According to Coccuci and

Negrini (1989), ABA inhibits germination by controlling the development of some

activities dependent on calcium-calmodulin system. Stomatal closing by ABA also

requires Ca2+. In absence of Ca2+ ABA fails to close stomata (Sinha, 2004).

2.12 Efek Fisiologi ABA

Hormon ABA pada tumbuhan menimbulkan fisiologis bagi perkembangan dan

pertumbuhan tumbuhan, berikut diantaranya.

Inhibition of seed germination, seedling growth and bud growth: Exogenous ABA

inhibits germination of most non-dormant seeds. It might be due to inhibition of

enzymes protease and amylase along with carboxypeptidase synthesis. ABA also

inhibits water uptake in germinating seeds. Shortage of water in germinating seed

might inhibit their germination.

Seedling growth inhibition by ABA occurs due to decrease in water potential.

Exogenous ABA induces seed dormancy in woody plants. ABA content in dormant

bud is high. Hormone inhibits lateral growth of buds.

ABA acts opposite to growth promoting hormones. It counteracts the growth

stimulatory effects of auxins, gibberellins, and cytokinins. ABA is specific antagonist

of GA hence ABA is knoen as “Anti-gibberellin”.

Makalah Fisiologi Tanaman Kelompok 5 14

Page 15: MAKALAH FISTAN

Etilen dan Asam Absisat 2012

Dormancy: ABA induces dormancy of seed and buds. After removal of ABA from

plant tissues, growth resumes. ABA inhibits the sprouting of potato buds completely,

thereby, maintaining quality of potato (sprouting makes potato sweet due to coversion

of starch into sugar).

Senescence and abscission: ABA accelerates senescence and abscission of leaves,

flowers, fruits. It promotes callus tissues development at abscission zone of petioles.

Stomatal closing: ABA is involved in stomatal closing. Increased content of ABA

favours stomatal closure, thereby, reducing transpiration rate. Hence it is regarded as a

good “antitranspirant”. ABA is increased during water stress. Response of ABA is fast

and occurs within a few minutes of ABA application. ABA inhibits K+ transport from

outside to guard cell and release malate from guard cells. This leads flaccidity in guard

cells. Consequently, stomata get closed.

Other roles of ABA: It inhibits flowering in long-day plants. ABA treatment inhibits

nodulation in pea and runner formation in strawberry (Sinha, 2004).

Makalah Fisiologi Tanaman Kelompok 5 15

Page 16: MAKALAH FISTAN

Etilen dan Asam Absisat 2012

BAB IIIPENUTUP

KesimpulanEtilen merupakan satu-satunya hormon dalam bentuk gas yang dihasilkan oleh

tumbuhan dan berperan dalam proses penuaan pada organ tumbuhan.

Asam absisat (ABA) merupakan hormon senyawa tunggal yang dihaslikan oleh

tumbuhan dan berperan sebagai hormon antagonis yang mempengaruhi fisiologis tumbuhan.

Makalah Fisiologi Tanaman Kelompok 5 16

Page 17: MAKALAH FISTAN

Etilen dan Asam Absisat 2012

DAFTAR PUSTAKA

Hopkins, W. G. 1999. Introduction to Plant Physiology: Second Edition. New York: John

Wiley & Sons.

Salisbury, F.B & Cleon W Ross. Fisiologi Tumbuhan: Jilid 3. Bandung: ITB.

Sinha, R.H. 2007. Modern Plant Physiology. New Delhi: Narosa Publishing Pvt. Ltd.

Makalah Fisiologi Tanaman Kelompok 5 17

Page 18: MAKALAH FISTAN

Etilen dan Asam Absisat 2012

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................1

DAFTAR ISI...........................................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................3

1.1 Latar Belakang..............................................................................................................................3

1.2 Tujuan...........................................................................................................................................3

1.3 Manfaat.........................................................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................4

2.1 Sejarah Penemuan Etilen...............................................................................................................4

2.2 Biosintesis Etilen..........................................................................................................................4

2.3 Katabolisme Etilen.........................................................................................................................7

2.4 Mekanisme Kerja Etilen................................................................................................................7

2.5 Efek Fisiologi Etilen......................................................................................................................7

2.6 Hubungan Etilen dengan Auksin...................................................................................................9

2.7 Nilai Ekonomi Etilen...................................................................................................................10

2.8 Sejarah Penemuan Asam Absisat (ABA)....................................................................................10

2.9 Biosintesis ABA..........................................................................................................................11

2.10 Katabolisme ABA.....................................................................................................................12

2.11 Mekanisme Kerja ABA.............................................................................................................13

2.12 Efek Fisiologi ABA...................................................................................................................14

BAB III PENUTUP...............................................................................................................................16

Kesimpulan.......................................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................17

Makalah Fisiologi Tanaman Kelompok 5 18