Fever

35
Bagian Ilmu Kesehatan Anak REFLEKSI KASUS Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman PROLONGED FEVER oleh: Siti Munawaroh 1410029014 Pembimbing: dr. William S. Tjeng, Sp.A Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik

description

fever

Transcript of Fever

Bagian Ilmu Kesehatan Anak REFLEKSI KASUS

Fakultas Kedokteran

Universitas Mulawarman

PROLONGED FEVER

oleh:

Siti Munawaroh

1410029014

Pembimbing:

dr. William S. Tjeng, Sp.A

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik

Pada Bagian Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas Kedokteran

Universitas Mulawarman

RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

2015

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Tujuan

Penulisan laporan ini bertujuan untuk mengkritis kasus serta memperluas

pengetahuan penulis dan pembaca mengenai penyakit yang dapat menyebabkan

prolonged fever.

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1. Identitas Pasien

Nama : An. RA

Usia : 15 bulan

Alamat : Desa Batu (I hulu)

Agama : Islam

Anak ke : 2 dari 2 bersaudara

Nama Ayah : Tn. S

Umur : 35 tahun

Alamat : Desa Batu (I hulu)

Pekerjaan : Swasta

Pendidikan Terakhir : SMP

Ayah perkawinan ke : 1

Riwayat kesehatan ayah : Sehat

Nama Ibu : Ny.R

Umur : 32 tahun

Alamat : Desa Batu (I hulu)

Pekerjaan : PNS

Pendidikan Terakhir : S1 Biologi

Ibu perkawinan ke : 1

Riwayat kesehatan ibu : Sehat

Tanggal masuk : 14 September 2015

Tanggal pemeriksaan : 15 September 2015

2.2. Subject:

a. Keluhan Utama : Demam

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Orangtua pasien mengaku anaknya mengalami demam selama kurang

lebih selama 10 hari. Saat MRS anak sudah tidak demam lagi. Pada saat

demam menurut ibu pasien, anak juga disertai mengigil namun tidak

disertai keringat dingin. Keluhan disertai nyeri kepala, nyeri sendi dan

nyeri ulu hati dan muntah yang diawali mual. Muntah hanya satu kali yaitu

pada hari ke-2 demam. Muntah hanya berisi makanan yang dimakan oleh

pasien, volume muntah kurang lebih 1 gelas air mineral tanpa disertai

darah atau cairan berwarna hitam. Penurunan kesadaran (-) kejang (-)

mimisan (-) gusi berdarah (-) batuk dan pilek (-) sesak (-) nyeri dada dan

berdebar (-) BAB hitam dan mencret (-) BAK warna kuning dan jernih.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat demam sebelumnya disangkal

Asma, alergi dan kejang disangkal

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluhan demam yang serupa pada keluarga maupun orang-orang

disekitar pasien.

e. Riwayat saudara-saudaranya

No Aterm/prematur/

abort/lahir mati

persalina

n

usia Sehat/

tidak

Umur

meninggal

Sebab

meninggal

1 Aterm Spontan 5 th Sehat - -

f. Riwayat tumbuh kembang

BB lahir : 2.700 grPB lahir : tidak ingat

BB sekarang : 9 kgTB sekarang : 80 cmGigi keluar : 9 bulanTersenyum : 2 bulanMiring : 3 bulanTengkurap : 3 bulanDuduk : tidak ingatMerangkak : tidak ingatBerdiri : 2 tahunBerjalan : tidak ingatBerbicara dua suku kata : tidak ingatMasuk TK : belumMasuk SD : belum

g. Riwayat makan dan minum anak

ASI : dari lahir sampai seminggu SMRS, dihentikan

dengan alasan ibu pasien kerja

Susu sapi buatan : (+)

Buah : sejak 6 bulan

Bubur susu : sejak 6 bulan

Tim saring : tidak ada

Makan padat dan lauk: belum diberikan

h. Riwayat prenatal

Pemeriksaan ANC setiap bulan sebanyak 9 kali di BPS, diperiksa oleh

bidan. Minum obat tablet besi saja.

i. Riwayat kelahiran

Riwayat lahir spontan, lahir di RS, ditolong oleh dokter dengan usia kehamilan 9 bulan.

j. Riwayat post natal

Di Puskesmas.

k. Riwayat imunisasi

Lengkap

BCG : usia 1 bulan

Polio : usia 1,2,3,4 bulan

DPT : 2,3,4 bulan

Hepatitis B : 0,1,2,3,4 bulan

Campak : usia 9 bulan

2.3. Object:

a. Pemeriksaan Fisik

Vital Sign

Composmentis, GCS : E4V5M6 , tampak sakit sedang.

TD : 90/60 Nadi : 60 x/menit RR : 28 kali/ menit Temp : 36, 0 derajat C

Gizi : baik (dihitung dengan rumus Behrman)

Kepala dan Leher

Kepala :

- Ubun-ubun sudah menutup

rambut

- rambut warna hitam

Mata

- Anemia (-/-) - Ikterik (-/-)

- Sianosis (-) - edema (-)

hidung

- Tidak tersumbat

- Rinorhea (-)

Mulut

- Bibir lembab, sianosis (-)

- Lidah bersih

- Perdarahan pada mukosa oral dan ginggiva (-)

- Tonsil T1/T1

- Hiperemia faring (-)

- Pembesaran kelenjar getah bening (-)

Thorak

Pulmo :

- Inspeksi : Pergerakan dinding dada kanan dan kiri simetris, retraksi ics (-).

- Palpasi : Trakea di tengah

+/+- Perkusi : Sonor +/+

+/++/+ -/- -/-

- Auskultasi : Vesikuler +/+ ; Wheezing -/- ; Rhonki -/-+/+ -/- -/-

Cor :

- Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

- Palpasi : Iktus teraba di ICS 5

- Perkusi :

o Batas jantung kanan : ICS 3 dekstra sejajar dengan para sternal line

dekstra

o Batas jantung kiri : ICS 5, mid klavikula line

sinistra

- Auskultasi : S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-).

Abdomen :

- Inspeksi : Flat

- Auskultasi : BU (+) N, hipertimpani (-)

- Perkusi : timpani + +

+ +

- Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+)

Nyeri Tekan Abdomen _ _

_ _

Hepatomegali (-)

Sphenomegali (-)

Ekstremitas - -

- Akral hangat, edema

- -

- Uji rumple leede : negatif

- Kekuatan otot 5 5

5 5

b. Pemeriksaan Penunjang :

Lab 14/ 09/ 2015

DARAH LENGKAP HASIL NILAI NORMALWBC 12.700 4.000-10.000/uLRBC - 3.500.000-5.500.000/uLHGB 9,6 11,0-16,0 %HCT 28 % 37-54 %PLT 615.000 150.000 – 450.000 / uLDDR Negatif

KIMIA DARAHGDS 60-150 mg/dLSGOT P<25/W<31SGPT P<41/W<32Bilirubin Total 0-1,0Bilirubin Direck 0-0,25Bilirubin Indireck 0-0,75Protein Total 6,6-8,7Albumin 3,2-4,5Globulin 2,3-3,5HBA1cCholesterol 150-220Asam Urat P 2,5-7 / W 2-6Ureum 10-40mg/DlCreatinin 0,5-1,5 mg/dL

ELEKTROLITNatrium 139 135-155 mmol/LKalium 4,9 3,6-5,5 mmol/LChloride 108 95-108 mmol/L

SEROLOGISHbsAgAb hIVWIDALIgM/IgG antidengue

2.4 Assessment Poliklinik Anak : Prolonged FeverDM : Prolonged Fever

2.5 Planning Poliklinik- Thorax Foto AP/Lat- Cek DL, SE, IgM Salmonella, CRP, Tubex Test, DDR, Diff Count, UL,

Mantoux test- IVFD D5 1/4 NS 900cc/24 jam- Inj. Ampicillin 4x250 mg IV- Inj. Kloramfenikol 4x125 mg- Inj. PCT 3x100 mg- Inj. Dexametason 3x1,5 mg- Ambroxol 3x1/3 cth

Planning Ruangan- DL, UL, Mantoux Test, HDT, Tubex Test- Foto thorax AP/Lat

Tanggal S O A P

14/09/2015Lab :WBC : 12.700HB : 9,6HCT : 28%PLT : 615.000

BB : 9 kgN :RR : 28xT : 36,0 CAne (-/-) ikt (-/-)Rho (-/-) whz (-/-)BU (+) N, NTE (-)Petekie (-)

Prolonged fever

- DL, UL, Mantoux Test, HDT, Tubex Test

- Foto thorax AP/Lat

15/05/2014Lab :WBC : 6910HB : 13,3HCT : 39,9PLT : 60.000

Demam (-)Mual dan muntah (-)Nyeri kepala dan sendi (-)Nyeri ulu hati (+)

BB : 33 KgTD : 100/60N : 92 x/iR : 18x/iAne (-) ikt (-)Rho (-) whz (-)BU (+)N, NTE (+)Petekie (-)

DHF grade I

D5 ½ NS 1760 cc/24 jamInj ranitidin 2x 25 mg

31/05/2014 Demam (-) BB : 33 Kg DHF Pasien Pulang

WBC : 6100HB : 13,4HCT : 39,2PLT : 94.000

Mual dan muntah (-)Nyeri kepala dan sendi (-)Nyeri ulu hati (+)

TD : 100/60N : 88 x/iR : 16x/iAne (-) ikt (-)Rho (-) whz (-)BU (+)N, NTE (-)Petekie (-)

grade IObat pulang ranitidin 2 x ½ tab

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definsi

Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak dan

dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya

memburuk setelah dua hari pertama (Hadinegoro, Sri, Soegeng, & Thomas,

2001).

3.2 Etiologi

Virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus

(Arbovirus) yang sekarang dikenal sebagai genus flavivirus, familio flavivisidae

dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu : DEN – 1 , DEN – 2 , DEN – 3, DEN – 4.

Di Indonesia pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di

beberapa Rumah Sakit menunjukkan keempat serotipe di temukan dan

bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN – 3 merupakan serotipe yang

dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang

berat (Hadinegoro, Sri, Soegeng, & Thomas, 2001)

3.3 Epidemiologi

Demam berdarah dengue di Indonesia pertama kali dicurigai terjangkit di

Surabaya pada tahun 1968, tetapi kepastian virologiknya baru diperoleh pada

tahun 1970. Demam berdarah dengue pada orang dewasa dilaporkan pertama kali

oleh Swandana (1970) yang kemudian secara drastis meningkat dan menyebar ke

seluruh Dati I di Indonesia(2). Faktor yang mempengaruhi peningkatan dan

penyebaran kasus Demam Berdarah Dengue sangat kompleks, yaitu (1)

pertumbuhan penduduk yang tinggi (2) Urbanisasi yang tidak terencana dan tidak

terkendali (3) Tidak ada kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis

dan (4) Peningkatan sarana transportasi (Suhendro, Nainggolan, Chen, & Pohan,

2009).

Di Indonesia, karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di setiap

tempat, maka pola terjadinya penyakit agak berbeda untuk setipa tempat. Di Jawa

pada umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai awal Januari, meningkat terus

sehingga kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan April – Mei setiap tahun

3.4 Patogenesis

Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi

pertama mungkin memberi gejala sebagai demam dengue. Reaksi yang amat

berbeda akan tampak bila seseorang mendapat infeksi yang berulang dengan tipe

virus dengue yang berlainan.

Hipotesis infeksi sekunder (the secamdary heterologous infection/ the

sequential infection hypothesis) menyatakan bahwa demam berdarah dengue

dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi dengue pertama kali mendapat

infeksi berulang dengue lainnya. Re – infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi

amnestif antibodi yang akan terjadi dalam beberapa hari mengakibatkan

proliferasi dan transformasi limsofit dengan menghasilkan titik tinggi antibodi Ig

G antidengue.

Disamping itu replikasi virus dengue terjadi juga dalam limsofit yang

bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah banyak. Hal ini

akan mengakibatkan terbentuknya virus kompleks antigen – antibodi (virus

antibody complex) yang selanjutnya akan mengakibatkan aktivasi sistem

komplemen pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3 dan C5 menyebabkan

peningkatan permeabilitis dinding pembuluh darah dan merembesnya plasing dari

ruang intravascular ke ruang ekstravascular.

Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan

demam dengue dengan demam berdarah dengue ialah meningginya permeabilitas

dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktoksin, histamin dan serothin sert

aktivasi sistim kalikrein yang berakibat ekstravasosi cairan intravascular. Hal ini

mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi,

hemokonsentrasi, hipeproteinemia, efusi dan syok. Plasma merembes selama

perjalanan penyakit mulai dari saat permulaan demam dan mencapai puncaknya

pada saat syok (Hadinegoro, Sri, Soegeng, & Thomas, 2001).

3.5 Gejala Klinis

Demam

Demam tinggi yang mendadak, terus – menerus berlangsung selama 2 – 7 hari,

naik turun (demam bifosik). Kadang – kadang suhu tubuh sangat tinggi sampai

40C dan dapat terjadi kejan demam. Akhir fase demam merupakan fase kritis

pada demam berdarah dengue. Pada saat fase demam sudah mulai menurun dan

pasien seakan sembuh hati – hati karena fase tersebut sebagai awal kejadian syok,

biasanya pada hari ketiga dari demam.

Tanda – tanda perdarahan

Penyebab perdarahan pada pasien demam berdarah adalah vaskulopati,

trombosipunio gangguan fungsi trombosit serta koasulasi intravasculer yang

menyeluruh. Jenis perdarahan terbanyak adalah perdarahan bawah kulit seperti

retekia, purpura, ekimosis dan perdarahan conjuctiva. Retekia merupakan tanda

perdarahan yang sering ditemukan. Muncul pada hari pertama demam tetepai

dapat pula dijumpai pada hari ke 3,4,5 demam. Perdarahan lain yaitu, epitaxis,

perdarahan gusi, melena dan hematemesis.

Hepatomegali

Pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit bervariasi dari haya

sekedar diraba sampai 2 – 4 cm di bawah arcus costa kanan. Derajat hepatomegali

tidak sejajar dengan beratnya penyakit, namun nyeri tekan pada daerah tepi hepar

berhubungan dengan adanya perdarahan.

Syok

Pada kasus ringan dan sedang, semua tanda dan gejala klinis menghilang setelah

demam turun disertai keluarnya keringat, perubahan pada denyut nadi dan tekanan

darah, akral teraba dingin disertai dengan kongesti kulit. Perubahan ini

memperlihatkan gejala gangguan sirkulasi, sebagai akibat dari perembasan plasma

yang dapat bersifat ringan atau sementara. Pada kasus berat, keadaan umum

pasien mendadak menjadi buruk setelah beberapa hari demam pada saat atau

beberapa saat setelah suhu turun, antara 3 – 7, terdapat tanda kegagalan sirkulasi,

kulit terabab dingin dan lembab terutama pada ujung jari dan kaki, sianosis di

sekitar mulut, pasien menjadi gelisah, nadi cepat, lemah kecil sampai tidak teraba.

Pada saat akan terjadi syok pasien mengeluh nyeri perut (Mansjoer, Triyanti,

Savitri, & Wardani, 2000).

3.6 Pemeriksaan Penunjang

1. laboratorium

- Darah Lengkap

Nilai leukosit dapat normal atau menurun. Trombositopenia umumnya

ditemukan pada hari ke-3 sampai hari ke-8. Kebocoran plasma dibuktikan

dengan ditemukannya hematokrit > 20 % dari hematokrit awal umumnya

pada hari ke-3 demam.

- Fungsi Hepar

SGOT/SGPT dapat meningkat.

- Fungsi Ginjal

Serum kreatinin dan ureum dapat meningkat bila terjadi gangguan fungsi

ginjal.

- Serologi

IgM anti dengue mulai terdeteksi hari 3-5 meningkat sampai minggu ke-3.

Hilang pada hari 60-90. IgG antidengue pada infeksi primer mulai

terdeteksi pada hari ke 14, sedangkan pada infeksi sekunder pada hari ke-

2.

- Uji HI

Pemeriksaan ini dilakukan untuk kepentingan surveilans

- elektrolit

Sebagai parameter pemantauan pemberian cairan (Suhendro, Nainggolan,

Chen, & Pohan, 2009).

2. radiologis

Pemeriksaan foto thorax dilakukan untuk mencari terjadinya efusi pleura

apabila terjadi perembesan plasma yang hebat (Suhendro, Nainggolan, Chen, &

Pohan, 2009).

3.7 Spektrum Klinis dan derajat infeksi virus Dengue

Demam Dengue

Demam tinggi mendadak

Ditambah gejala penyerta 2 atau lebih:

- Nyeri kepala

- Nyeri retro orbita

- Nyeri otot dan tulang

- Ruam kulit

- Meski jarang dapat disertai manifestasi perdarahan

- Leukopenia

- Uji HI >1280 atau IgM/IgG positif

Tidak ditemukan tanda kebocoran plasma (hemokonsentrasi, efusi pleura,

asites, hipoproteinemia)

Demam Berdarah Dengue

1. Klinis

Gejala klinis berikut harus ada, yaitu:

Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus

menerus selama 2-7 hari

Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan:

• uji bendung positif

• petekie, ekimosis, purpura

• perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi

• hematemesis dan atau melena

Pembesaran hati

Syok, ditandai nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba, penyempitan

tekanan nadi ( 20 mmHg), hipotensi sampai tidak terukur, kaki dan

tangan dingin, kulit lembab, capillary refill time memanjang (>2 detik) dan

pasien tampak gelisah.

2. Laboratorium

Trombositopenia (100 000/μl atau kurang)

Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler, dengan

manifestasi sebagai berikut:

• Peningkatan hematokrit ≥ 20% dari nilai standar

• Penurunan hematokrit ≥ 20%, setelah mendapat terapi cairan

• Efusi pleura/perikardial, asites, hipoproteinemia.

Dua kriteria klinis pertama ditambah satu dari kriteria laboratorium (atau

hanya peningkatan hematokrit) cukup untuk menegakkan Diagnosis Kerja

DBD (Hadinegoro, Sri, Soegeng, & Thomas, 2001)

Derajat Penyakit

Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat (pada setiap derajat

sudah ditemukan trombositopenia dan hemokonsentrasi)

Derajat I Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi

perdarahan ialah uji bendung.

Derajat II Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau

perdarahan lain.

Derajat III Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat,

tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi,

sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan lembap dan anak tampak

gelisah.

Derajat IV Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan

darah tidak terukur (WHO, 2008).

3.8 Penatalaksanaan pada Anak

Tatalaksana Demam Dengue

Sebagian besar anak dapat dirawat di rumah dengan memberikan nasihat

perawatan pada orang tua anak. Berikan anak banyak minum dengan air hangat

atau larutan oralit untuk mengganti cairan yang hilang akibat demam dan muntah.

Berikan parasetamol untuk demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena

obat-obatan ini dapat merangsang perdarahan. Anak harus dibawa ke rumah sakit

apabila demam tinggi, kejang, tidak bisa minum, muntah terus-menerus (WHO,

2008).

Tatalaksana Demam Berdarah Dengue tanpa syok

Anak dirawat di rumah sakit

Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup, susu,

untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam,

muntah/diare Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau

ibuprofen karena obat-obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.

Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:

o Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetat

o Kebutuhan cairan parenteral

Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam

Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam

Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam

o Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium

(hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam

o Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah

cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya

memerlukan waktu 24–48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah

pemberian cairan. Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai

dengan tata laksana syok terkompensasi (compensated shock (WHO, 2008)).

Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan Syok

Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secarra

nasal. Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/asetat secepatnya.

Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB

secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian koloid

10-20ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam. Jika tidak ada perbaikan klinis

tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun pertimbangkan terjadinya perdarahan

tersembunyi; berikan transfusi darah/komponen. Jika terdapat perbaikan klinis

(pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik, tekanan nadi melebar),

jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara

bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan laboratorium. Dalam

banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam. Ingatlah

banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak daripada

pemberian yang terlalu sedikit (WHO, 2008).

Tatalaksana komplikasi perdarahan

Jika terjadi perdarahan berat segera beri darah bila mungkin. Bila tidak, beri

koloid dan segera rujuk.

Penanganan kelebihan cairan

Kelebihan cairan merupakan komplikasi penting dalam penanganan syok.

Hal ini dapat terjadi karena:

- kelebihan dan/atau pemberian cairan yang terlalu cepat

- penggunaan jenis cairan yang hipotonik

- pemberian cairan intravena yang terlalu lama

- pemberian cairan intravena yang jumlahnya terlalu banyak dengan

kebocoran yang hebat.

Tanda awal:

- napas cepat

- tarikan dinding dada ke dalam

- efusi pleura yang luas

- asites

- edema peri-orbital atau jaringan lunak (WHO, 2008).

Tanda-tanda lanjut kelebihan cairan yang berat

- edema paru

- sianosis

- syok ireversibel (WHO, 2008).

Tatalaksana penanganan kelebihan cairan berbeda tergantung pada keadaan

apakah klinis masih menunjukkan syok atau tidak:

• anak yang masih syok dan menunjukkan tanda kelebihan cairan yang berat

sangat sulit untuk ditangani dan berada pada risiko kematian yang tinggi. Rujuk

segera.

• Jika syok sudah pulih namun anak masih sukar bernapas atau bernapas cepat dan

mengalami efusi luas, berikan obat minum atau furosemid intravena 1

mg/kgBB/dosis sekali atau dua kali sehari selama 24 jam dan terapi oksigen.

• Jika syok sudah pulih dan anak stabil, hentikan pemberian cairan intravena dan

jaga anak agar tetap istirahat di tempat tidur selama 24–48 jam. Kelebihan cairan

akan diserap kembali dan hilang melalui diuresis.

Pemantauan

Petugas medik memeriksa tanda vital anak setiap jam (terutama tekanan nadi)

hingga pasien stabil, dan periksa nilai hematokrit setiap 6 jam. Dokter harus

mengkaji ulang pasien sedikitnya 6 jam.

Untuk anak tanpa syok:

Petugas medis memeriksa tanda vital anak (suhu badan, denyut nadi dan tekanan

darah) minimal empat kali sehari dan nilai hematokrit minimal sekali sehari. Catat

dengan lengkap cairan masuk dan cairan keluar (WHO, 2008).

BAB IV

PEMBAHASAN

1.1. Anamnesis

Fakta TeoriDemam 3 hari, hari ke 4-7 tidak Demam muncul mendadakDemam naik turun yang muncul Pada malam hari sajatidak disertai mengigilkeringat dinginnyeri sendi dan nyeri ulu hatimuntah darah (-) BAB hitam (-)

Demam pada DHF muncul mendadak selama 2-7 hari.Tidak naik turunTidak disertai mengigil dan keringat dingin

Pada kasus ini karakteristik demam tidak sesuai dengan gejala

DHF pada umumnya yang bersifat demam tinggi mendadak selama 2-7

hari disertai gejala nyeri kepala, nyeri retroorbita, nyeri otot dan tulang.

Pada kasus ini karakteristik demam naik turun, yang muncul hanya pada

malam hari.

1.2. Pemeriksaan Fisik

Fakta TeoriVital sign dalam batas normalTidak ada tanda perdarahan spontan dari pemeriksaan fisikRumple leede (-)

Spektrum klinis DHF yaitu tanpa syok dan dengan syok

Derajat infeksi demam dengue jika terjadi hemokonsentrasi dan rumple leed (+) maka tergolong DHF grade I.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital dalam batas

normal, sehingga tidak ada syok pada kasus ini. Dari hasil pemeriksaan

juga tidak ada tanda perdarahan bahkan setelah dilakukan rumple leede

test.

1.3. Pemeriksaan Laboratorium

Fakta Teori28/05/2014

WBC : 3400Hb : 13,2HCT : 40,1PLT : 66.000

Nilai leukosit dapat normal atau menurun. Trombositopenia umumnya ditemukan pada hari ke-3 sampai hari ke-8. Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya hematokrit > 20 % dari hematokrit awal umumnya pada hari ke-3 demam

IgM anti dengue mulai terdeteksi hari 3-5 meningkat sampai minggu ke-3. Hilang pada hari 60-90. IgG antidengue pada infeksi primer mulai terdeteksi pada hari ke 14, sedangkan pada infeksi sekunder pada hari ke-2

29/05/2014WBC : 5.600HB : 13,5HCT : 38,4PLT : 89.000

30/05/2014WBC : 6910HB : 13,3HCT : 39,9

PLT : 60.00031/05/2014

WBC : 6100HB : 13,4HCT : 39,2

PLT : 94.000

Hasil laboratorium yang ditemukan yaitu jumlah leukosit yang

normal, tidak ada hemokonsentrasi dan terdapat trombositopenia. Hasil

laboratorium tersebut kurang sesuai untuk diagnosis DHF grade 1 karena

pada DHF grade I perlu dilakukan permeriksaan serologi antidengue, dan

terdapat hemokonsentrasi.

1.4. Diagnosa

Fakta TeoriDHF Grade I Untuk diagnosa DHF grade 1 :

Demam mendadak 2-7 hari lalu demam turun disertai nyeri kepala, nyeri retroorbita, mialgia, atralgia.

Trombositopenia

Hemokonsentrasi

Serologi dengue positifPada kasus ini gejala demam kurang sesuai dengan gejala infeksi

dengue yang sifatnya mendadak, terus menerus lalu turun setelah hari 2-7.

Selain itu tidak dilakukan pemeriksaan serologi dengue dan tidak terdapat

hemokonsentrasi. Pada pemeriksaan laboratorium yang sesuai hanya

trombositopenia. Dari pemeriksaan fisik juga tidak terdapat menifestasi

perdarahan.

1.5. Tatalaksana

Fakta Teori28/05/2014IVFD RL 20 tpmParacetamol 3x ¾ tab

DL/hari

Terapi pada DHF tanpa syok :

minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup, susu, untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah/diare

paracetamol 10-15 mg/kgBB/dosis

terapi cairanKebutuhan cairan parenteral

Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jamBerat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jamBerat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam

29/05/2014IVFD RL 20 tpmParacetamol 3x ¾ tabDL/hari30/05/2014D5 ½ NS 1760 cc/24 jamInj ranitidin 2x 25 mg31/05/2014Pasien PulangObat pulang ranitidin 2 x ½ tab

Terapi pada kasus ini kurang sesuai jika diagnosa kasus adalah

DHF grade I tanpa syok, karena terapi cairan sesuai rumus seharusnya

terapi cairan dengan berat badan 33 kg adalah 165 cc/jam sehingga cairan

perhari adalah 3.960 cc/24 jam. Untuk dosis paracetamol 3 x ¾ tablet (375

mg) adalah sesuai dengan dosis anak yaitu 10-15 mg/kgBB/hari. Ranitidin

diberikan untuk mengurangi gejala nyeri ulu hari, dosis pemberian 1

mg/kgBB/dosis.

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Diagnosis pada kasus ini belum dapat ditegakkan karena belum dilakukan

beberapa pemeriksaan yang diperlukan untuk menegakkan dianosis serta terdapat

ketidaksesuaian hasil anamnesa dengan diagnosa saat ini. Penatalaksaan Infeksi

dengue bersifat simptomatis dan suportif.

5.2. Saran

a. Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan

terhadap pasien seharusnya dilakukan secara holistik dan optimal sehingga

diagnosis dapat lebih ditegakkan sesuai dengan masalah yangg dihadapi

pasien.

b. Pemeriksaan terhadap pasien sebaiknya lebih lengkap.

c. Penatalaksanaan yang didapatkan oleh pasien ini memenuhi standar terapi

yang sesuai dengan literatur namun perlu dilakukan penegakan diagnosa

terlebih dahulu.

d. Sebaiknya dilakukan evaluasi terhadap pengobatan dan perkembangan

penyakit pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Hadinegoro, Sri, H. R., Soegeng, S., & Thomas, W. S. (2001). Tatalaksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta: DepKes & Kesejahteraan Sosial Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Hidup.

Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., & Wardani, W. I. (2000). Demam Berdarah Dengue. In Kapita Selekta Kedokteran (p. 419). Jakarta: Media Aesculapius FKUI.

Suhendro, Nainggolan, L., Chen, K., & Pohan, H. T. (2009). Demam Berdarah Dengue. In Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (p. 2773). Jakarta: Internal Publishing.

WHO. (2008). Child Health Service in Hospital. Jakarta: DEPKES RI.