Feasibility Study

7
BAB I. PENDAHULUAN A. PENDAHULIAN Penyertaan Modal Negara (PMN) pada tahun 2015 ini mempunyai posisi yang strategis dengan nilai yang sangat signifikan. Berikut ini merupakan data PMN di Indonesia. Berdasarkan data tersebut, PMN pada tahun 2015 sangat besar nilainya. Dengan nilai sebesar ini yang telah disahkan oleh DPR dan menjadi UU, tentu terdapat pertimbangan dari pemerintah terkait proyek tersebut. Dalam hal PMN, terdapat proses pembahasan yang termasuk di dalamnya feasibility study terhadap kelayakan PMN. Gambar I. Jumlah PMN untuk BUMN, Organisasi, dan Lainnya dari Tahun 2012 – 2015 (P) 2012 2013 2014 2015 2015 (P) - 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 7,600 2,000 3,000 5,107 64,883 541 883 725 434 250 378 1,113 1,580 1,778 5,238 BUMN Organisasi Lainnya Oleh karenanya, kelompok kami tertarik membahas mengenai PMN di Indonesia, khususnya mengenai pertimbangan-pertimbangan pada feasibility study yang mendasari pemberian PMN tersebut. Aspek-aspek pertimbangan apa saja yang mendasari pemberian PMN di Indonesia. B. TUJUAN PAPER Membahas dan menganalisis mengenai feasibility study dan pertimbangan-pertimbangan yang mendasari pemberian PMN di Indonesia. C. LANDASAN TEORI Definisi Penyertaan Modal Negara sesuai PP 44 Tahun 2005 adalah :

description

oj

Transcript of Feasibility Study

BAB I. PENDAHULUANA. PENDAHULIAN Penyertaan Modal Negara (PMN) pada tahun 2015 ini mempunyai posisi yang strategis dengan nilai yang sangat signifikan. Berikut ini merupakan data PMN di Indonesia. Berdasarkan data tersebut, PMN pada tahun 2015 sangat besar nilainya. Dengan nilai sebesar ini yang telah disahkan oleh DPR dan menjadi UU, tentu terdapat pertimbangan dari pemerintah terkait proyek tersebut. Dalam hal PMN, terdapat proses pembahasan yang termasuk di dalamnya feasibility study terhadap kelayakan PMN. Gambar I. Jumlah PMN untuk BUMN, Organisasi, dan Lainnya dari Tahun 2012 2015 (P)

Oleh karenanya, kelompok kami tertarik membahas mengenai PMN di Indonesia, khususnya mengenai pertimbangan-pertimbangan pada feasibility study yang mendasari pemberian PMN tersebut. Aspek-aspek pertimbangan apa saja yang mendasari pemberian PMN di Indonesia.B. TUJUAN PAPERMembahas dan menganalisis mengenai feasibility study dan pertimbangan-pertimbangan yang mendasari pemberian PMN di Indonesia.C. LANDASAN TEORIDefinisi Penyertaan Modal Negara sesuai PP 44 Tahun 2005 adalah : Penyertaan Modal Negara adalah pemisahan kekayaan negara dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau penetapan cadangan perusahaan atau sumber lain untuk dijadikan sebagai modal BUMN dan/atau Perseroan Terbatas lainnya, dan dikelola secara korporasi.Proses Penyertaan Modal Negara :

Dalam pembahasan Penyertaan Modal negara yang dikoordinatori oleh Menteri Keuangan, dilakukanlah proses berupa studi kelayakan (feasibility study) terkait dengan proyek yang diusulkan. Dalam pembahasan ini dibahas mengenai : Alasan-alasan penyertaan modal, Tujuan penyertaan modal, Dana yang disertakan disalurkan kemana saja,Istilah studi kelayakan mengandung arti, bahwa penelitian yang dilakukan secara mendalam dengan tujuan untuk menentukan apakah program / proyek yang dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan. Hal ini juga terkait dengan manajemen risiko akan penyaluran dana pemerintah yang tidak dipisahkan, menjadi dana yang dipisahkan dari negara. Sebelum proyek PMN disahkan atau disetujui, tentu perlu dilakukan pertimbangan yang matang, serta terdapat pertimbangan-pertimbangan dan alasan yang mendasarinya.

BAB II. PEMBAHASAN DAN ANALISISDalam pembahasan feasibility study dan manajemen resiko terkait PMN, terdapat 2 (dua) aspek utama yaitu :1. Feasibility Study Aspek Non Finansiala. Visi dan Misi Pemerintahanb. Aspek Teknisc. Aspek Manajemend. Aspek Pasare. Aspek Sosial, Lingkungan, dan Ekonomi2. Feasibility Study Aspek Finansiala. Proyeksi Arus Kas, terdiri Arus Kas Masuk dan Arus Kas Keluar,b. Analisis Laba Rugi Perusahaan Terkait,c. Kriteria Kelayakan Investasi, terdiri dari NPV, IRR, Benefit Cost Ratio, Payback Period, Analisis Sensitivitas.

A. FEASIBILITY STUDY NON FINANCIAL ASPECT di Indonesia

Pembahasan dan Analisis :Berdasarkan data PMN Tahun 2015 di Indonesia, dapat diolah data menjadi sebagai berikut :

. (grafik2x)Dalam pelaksanaan PMN di Indonesia khususnya tahun 2015, nilai yang sangat besar tersebut diarahkan kepada BUMN-BUMN yang mendukung visi-misi dan program pemerintah, yaitu Nawacita. Fokus dari program PMN tersebut ditujukan pada BUMN yang bergerak di bidang infrastruktur, kemaritiman, dan ketahanan pangan. BUMN dianggap dapat menjadi agent of development dengan harapan dapat berperan aktif dalam mendukung terwujudnya program agenda prioritas nasional (Nawacita). Tambahan PMN tersebut digunakan untuk investasi dan sekaligus memperkuat permodalan sehingga dapat me-leverage kemampuan pendanaan BUMN berkenaan. Pada grafik, dapat diketahui bahwa BUMN yang bergerak di bidang infrastruktur dan kemaritiman mendapatkan porsi sebesar .% dari keseluruhan PMN 2015. BUMN yang bergerak di bidang ketahanan pangan mendapatkan porsi sebesar .%. BUMN yang bergerak selain pada bidang yang telah disebutkan, mendapat possi .%, bahkan beberapa diantaranya tidak mendapatkan PMN. Dalam hal ini menunjukkan bahwa hal yang menjadi pertimbangan utama bagi pemerintah dalam pemberian PMN adalah aspek non finansial yang berupa visi misi pemerintah, urgensi strategis, dan aspek sosial ekonominya.

B. FEASIBILITY STUDY FINANCIAL ASPECT di Indonesia

Studi Kasus :Pada PMN tahun 2015 sedikitnya ada 3 BUMN yang sudah mengajukan PMN, namun pada akhirnya sama sekali tidak mendapatkan tambahan PMN. Diantaranya adalah PT Djakarta Lyod, PT Rajawali Nusantara Indah, dan Bank Mandiri. PT. Djakarta Lyod saat ini status hukumnya dalam masa PKPU (Penundaan Kewajiban Pembayarana Utang), sementara PT RNI usulan bisnisnya dinilai masih kurang jelas. Namun dalam kasus usulan PMN untuk PT Mandiri terdapat hal menarik. Dari sisi financial, pencapaian kinerja dan keuntungan dari Bank Mandiri dinilai sehat, dilihat dari indikator kinerja keuangan peningkatan aset Rp 121,9 trilliun (tumbuh 16,6%), peningkatan kredit sebesar Rp 57,6 Triliun (tumbuh 12,2%), Net Interest Margin meningkat 23 bps ,menjadi 5,97%, NPL dapat dijaga dibawah 1%. (Sumber : Kinerja Keuangan Bank Mandiri 2014, Advertorial: detik.com). Selain itu, Renald Kasali (2015), menyatakan rasio kecukupan modal Bank Mandiri saat ini hanya 16,22%. Jika mengacu pada persyaratan kelayakan perbankan ASEAN (Qualified ASEAN Bank / QAB) untuk tahun 2019 nanti perlu mencapai 17,5%. Saai ini masih belum memenuhi persyaratan. Jika saja dana PMN masuk, modal Bank Mandiri bisa mencapai 100 triliun dan nilai QAB nya 17% lebih sehingga Bank Mandiri bisa cukup leluasa mengejar target QAB 17,5%. Namun faktanya, Bank Mandiri tidak mendapat PMN tahun 2015, dengan alasan bukan merupakan prioritas.Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melaporkan dari 35 perusahaan BUMN menerima suntikan dana melalui PMN 2015, 14 diantaranya dinilai mempunyai kinerja yang tidak efisien dan sistem tata kelola yang lemah. Selain itu, belum menyelesaikan catatan dan temuan BPK yang signifikan terkait pengelolaan keuangannya. Wakil Ketua BPK, Achsanul Qosasi mengungkapkan, diantaranya PT Antam, PT Angkasa Pura, Perum Bulog, PT Garam, PTPN, PT Pelni, PT Pindad, PT Kereta Api Indonesia, PT Sang Hyang Seri, Perum Perumnas, Perum Perikanan, PT Industri Kapal, dan PT Pelindo IV. (Sumber : antaranews.com)

Pembahasan dan Analisis :Berdasarkan studi kasus tersebut diatas, dapat diketahui bahwa feasibility study terkait financial dilaksanakan dengan mempertimbangkan aspek-aspek keuangan pada perusahaan yang akan mendapatkan PMN. Sesuai prinsip feasibility study yang dilakukan terkait dengan aspek keuangan, Djakarta Lyod, Rajawali Nusantara Indah memang dinilai tidak layak mendapatkan PMN, karena salah salah satu atau beberapa aspek kelayakan keuangannya tidak terpenuhi. Jika terdapat elemen yang tidak layak, PMN tidak diberikan. Namun dalam hal ini, tidak hanya aspek kelayakan keuangan yang baik saja yang dinilai, tapi juga aspek non financial. Dalam kasus Bank Mandiri yang berkinerja baik dan membutuhkan PMN, aspek yang dinilai tidak hanya aspek finansial, tapi lebih kepada aspek urgensi dan prioritas pemerintah. Dalam hal ini, Bank Mandiri dianggap bukan prioritas oleh pemerintah / DPR, sehingga PMN diberikan kepada BUMN lain yang lebih prioritas dan sesuai dengan visi-misi pemerintah saat ini. Disisi lain, terdapat banyak BUMN yang secara finansial memiliki kinerja yang kurang baik, tidak dikelola dengan baik, dan memiliki produktivitas rendah, namun tetap mendapatkan kucuran dana PMN. Hal ini salah satunya dikarenakan BUMN-BUMN tersebut tetap dinilai memiliki peran strategis dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai pemerintah. Dengan kata lain, aspek non finansial dianggap lebih dominan daripada studi kelayakan dari sisi keuangannya. Padahal, penyertaan modal melalui PMN ke BUMN dengan mengabaikan aspek finansial, sangat berisiko, karena pembiayaan PMN ini dibiayai oleh utang. (Fachru, 2015). Bila produktivitas BUMN rendah dan tidak dapat berkinerja seperti tujuan awal, risikonya pemberian PMN akan menjadi sia-sia, dan yang harus ditanggung oleh negara dan masyarakat adalah kemungkinan penambahan utang baru.

BAB III. KESIMPULAN Aspek-aspek pertimbangan dalam pemberian PMN, utamanya terkait dengan studi kelayakan dalam aspek Finansial dan Non Finansial. Kedua aspek tersebut menjadi pertimbangan bagi pemberian PMN di Indonesia. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan oleh kelompok, di Indonesia pertimbangan Non Finansial seperti unsur politis, visi-misi pemerintah, urgensi / prioritas, aspek sosial dan lingkungan menjadi hal yang lebih utama dibanding sekedar kelayakan dari sisi finansialnya. Penyertaan Modal Negara (PMN) khususnya 2015 ini diberikan mayoritas kepada para BUMN dalam rangka menjadi agen pembangunan negara. BUMN tersebut ditugaskan untuk lebih aktif berpartisipasi membangun infrastruktur yang tak bisa didanai oleh APBN. Tambahan dana dalam bentuk PMN dalam jumlah sangat besar tahun 2015 kepada BUMN, dll digunakan dengan fokus untuk pembangunan infrastruktur dasar, mengingat kebutuhan di berbagai daerah sangat besar. Belanja ini difokuskan untuk infrastruktur dasar yang tidak mungkin diserahkan ke pihak swasta, misalnya membangun irigasi, jalan-jalan arteri, dsb. Oleh karena itulah peran dari BUMN dinilai sangat krusial sebagai agent of development sehingga layak untuk diberikan dana PMN. Menurut kelompok kami, pemberian PMN di Indonesia seharusnya dilakukan selaras antara studi kelayakan aspek finansial dan non finansial. Studi finansial diperlukan sebagai dasar pemerintah mengevaluasi dan menganalisis kelayakan dari keuangan, manajemen, produktivitas dan kinerja BUMN calon penerima PMN. Jika dari sisi pengelolaan keuangan dan manajemen baik, besar harapan PMN akan tepat sasaran dan BUMN dapat bekerja sesuai ekspektasi dan harapan pemerintah. Sementara pertimbangan aspek non finansial diperlukan sebagai sarana mewujudkan visi dan misi pemerintah. Kedua aspek tersebut harusnya berjalan beriringan, tidak mengutamakan salah satu aspek dengan meniadakan fungsi aspek lainnya. Pencapaian tujuan pemerintah melalui PMN tetap menjadi prioritas utama, dengan tidak mengesampingkan manajemen resiko yang ada pada studi kelayakan aspek finansialnya.