KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon...

88
1 Laporan Akhir Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena atas rahmat, hidayah dan perkenan-Nya-lah buku Laporan Akhir Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS) ini dapat diselesaikan dengan baik. Tak lupa kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Banyuwangi atas kepercayaaan yang telah diberikan kepada kami serta kepada semua fihak yang telah mendukung terselesaikannya penyusunan laporan hasil penelitian ini. Kami juga memohon maaf apabila masih banyak terdapat kekurang-sempurnaan dan kekhilafan dalam penyusunan laporan ini Semoga buku ini dapat menjadi masukan dan inspirasi bagi perbaikan dan pengembangan penyelenggaraan pembangunan di Kabupaten Banyuwangi pada masa-masa yang akan datang. Banyuwangi, 2014 Tim Penyusun

Transcript of KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon...

Page 1: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

1 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena atas rahmat, hidayah dan perkenan-Nya-lah buku Laporan Akhir Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS) ini dapat diselesaikan dengan baik. Tak lupa kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Banyuwangi atas kepercayaaan yang telah diberikan kepada kami serta kepada semua fihak yang telah mendukung terselesaikannya penyusunan laporan hasil penelitian ini. Kami juga memohon maaf apabila masih banyak terdapat kekurang-sempurnaan dan kekhilafan dalam penyusunan laporan ini Semoga buku ini dapat menjadi masukan dan inspirasi bagi perbaikan dan pengembangan penyelenggaraan pembangunan di Kabupaten Banyuwangi pada masa-masa yang akan datang. Banyuwangi, 2014 Tim Penyusun

Page 2: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

2 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Bab 1 Pendahuluan 1.1. Pendahuluan ............................................................................................. 1 1.2. Maksud dan Tujuan ................................................................................... 4 1.3. Sasaran .................................................................................................... 4 1.4. Referensi Hukum ...................................................................................... 4 Bab 2 Pendekatan Teoritis 2.1. Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan ..................................................... 8 2.2. Penggunaan Kawasan Hutan Untuk Pembangunan ................................ 28

Bab 3 Metodologi 3.1. Pendekatan ............................................................................................. 35 3.2. Metode Analisis ....................................................................................... 36 3.3. Kebutuhan Dan Sumber Data ................................................................. 37 Bab 4 Gambaran Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1. Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik .............................................. 40 4.2. Demografi ............................................................................................... 42 4.3. Sosial dan Budaya .................................................................................. 43 4.4. Sumber Daya Manusia ............................................................................ 44 4.5. Pengembangan Infrastruktur ................................................................... 45 4.6. Perekonomian Daerah ............................................................................ 46 4.7. Potensi Daerah ....................................................................................... 55 4.8. Analisis Perkembangan Sektoral ............................................................. 59 Bab 5 Analisa Kelayakan Lahan Pengganti 5.1. Pembangunan Jalan Lingkar Selatan ...................................................... 66 5.2. Kewajiban Lahan Pengganti .................................................................... 70 5.3. Kelayakan Lokasi .................................................................................... 75 5.4. Analisis Benefit Cost ............................................................................... 76 5.5. Aspek Hukum Pembebasan Tanah (Calon Lahan Pengganti) ................ 81 5.6. Dampak Sosial, Ekonomi dan Lingkungan .............................................. 82 Bab 6 Kesimpulan dan Rekomendasi 6.1. Kesimpulan ............................................................................................. 84 6.2. Rekomendasi .......................................................................................... 85 Daftar Pustaka

Page 3: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

1 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Pendahuluan

Pertumbuhan dan perkembangan kota atau wilayah berimplikasi pada

meningkatnya kebutuhan penduduk, disamping itu jumlah penduduk yang

senantiasa bertambah juga memiliki kontribusi yang besar bagi

peningkatan kebutuhan penduduk. Dengan pertambahan kebutuhan

penduduk maka akan bertambah pula permintaan perjalanan berupa

peningkatan aktivitas pergerakan orang dan barang dalam suatu wilayah

atau kota, yang mana aktivitas pergerakan ini mutlak memerlukan sarana

dan prasarana transportasi yang memadai baik secara kualitas maupun

kuantitas. Pembangunan infrastruktur transportasi yang dapat berupa

prasarana dan sarana jalan raya, prasarana dan sarana jaringan kereta

api, angkutan sungai, laut dan udara, semuanya bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat dengan segala aktivitas pergerakan

orang dan barang yang menyertainya. Akan tetapi pada kenyataannya

laju mobilitas yang tinggi tidak selalu dapat diimbangi oleh laju

penyediaan jaringan prasarana dan sarana transportasi sehingga

berdampak pada menurunnya aksesibilitas dalam mencapai suatu titik

tujuan perjalanan, suatu tempat, lokasi kegiatan maupun pusat-pusat

pelayanan. Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan yang

digunakan untuk mencapai suatu lahan atau lokasi kegiatan dengan

menggunakan sistem jaringan transportasi (Black, 1981). Tingkat

aksesibilitas dapat diukur dari jarak dan waktu. Jika suatu tempat memiliki

jarak yang berdekatan dikatakan memiliki aksesibilitas yang baik. Faktor

waktu berkarakter lebih dominan dibandingkan jarak, sebab jika waktu

tempuh yang diperlukan lebih pendek untuk menuju suatu tempat akan

dinyatakan memiliki aksesibilitas yang lebih baik meskipun memiliki jarak

yang relatif jauh, sebaliknya aksesibilitas dikatakan kurang baik jika waktu

tempuh yang diperlukan lebih lama walaupun jarak yang ditempuh lebih

dekat. Tinggi rendahnya aksesibilitas ditentukan oleh sistem jaringan

Page 4: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

2 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

transportasi yang menghubungkan antar tempat atau lokasi. Salah satu

jenis jaringan transportasi yang paling mendasar adalah jaringan

transportasi darat yang dalam hal ini adalah prasarana jalan.

Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang berguna untuk

mendukung kelancaran lalu lintas atau pergerakan kendaraan yang

berupa arus menerus maupun belok (Standar Perencanaan Geometrik

Jalan Perkotaan, 1988). Jalan memiliki berbagai kelebihan seperti biaya

investasi yang relatif rendah, bersifat fleksibel memenuhi kebutuhan dan

perkembangan kota yang mana pembangunannya dapat dilakukan

secara bertahap, mempunyai karakteristik pelayanan door to door

serviceserta menjadi penghubung antar sistem perangkutan lain seperti

kereta api, angkutan sungai, laut, dan udara. Oleh karena itu tepat jika

prasarana jalan dianggap sebagai tulang punggung sistem jaringan

transportasi. Banyak sekali manfaat ekonomi, politik, sosial dan manfaat

teknis lain akan diperoleh dengan adanya jaringan jalan. Dalam lingkup

spasial, prasarana jalan diantaranya berperan besar dalam mendorong

perkembangan wilayah, meningkatkan pendapatan daerah, menjadi urat

nadi perekonomian sebagai jalur mobilitas manusia, distribusi barang dan

jasa, membuka isolasi daerah-daerah terpencil, mempercepat

pemerataan pembangunan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Disamping itu secara teknis jaringan jalan yang baik terutama berfungsi

dalam mengurangi kemacetan, meningkatkan aksesibilitas, meningkatkan

efisiensi waktu dan biaya transportasi masyarakat dan sebagainya.

Semua itu menuntut akan suatu sistem jaringan jalan yang optimal dalam

pelayanan, karena itu kinerja jalan sebagai parameter pelayanan jalan

harus senantiasa dipertahankan pada level yang baik. Berbagai usaha

dilakukan pemerintah dalam rangka mempertahankan kinerja jalan agar

tetap dapat melayani kebutuhan transportasi penduduk yang kian hari

kian meningkat. Usaha tersebut bisa berbentuk perbaikan sistem jaringan

jalan maupun perbaikan pada manajemen lalu lintas dan sistem

perangkutan dan pergerakan (Ohta, 1998 dalam Riyanto, 2007).

Page 5: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

3 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

Salah satu upaya mendorong pengembangan perekonomian dan pusat-

pusat pertumbuhan baru, Pemerintah Pusat menginisiasi pembangunan

Jalan Lingkar Selatan (JLS). Direncanakan JLS akan melintasi delapan

kabupaten, yakni Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang,

Lumajang, Jember, dan Banyuwangi. Provinsi Jawa Timur memiliki

potensi sumber daya mineral yang luar biasa di kawasan selatan, tetapi

tidak dapat dimanfaatkan secara optimal karena ketiadaan akses.

Misalnya, kandungan emas di Jember dan Banyuwangi, pasir besi di

Lumajang, dan marmer di Trenggalek. Dengan adanya JLS,

perekonomian di selatan Jatim akan tumbuh dan akan membuka

lapangan pekerjaan baru. Di tahun 2012, pertumbuhan ekonomi Jatim

mencapai 7,27 persen dan diperkirakan dapat meningkat jika JLS

rampung dibangun. Ruas jalan yang telah selesai dibangun terdapat di

Pacitan, Malang, dan Tulungagung. Dengan demikian, pembangunan

ruas JLS yang nantinya rampung pada 2014 mencapai 251,58 km dan

telah menghabiskan anggaran Rp 2,3 triliun. Selain jalan, terdapat juga

jembatan sepanjang 1,6 km yang dibangun dengan anggaran sebesar Rp

291 miliar. Bagi Kabupaten Banyuwangi pembangunan ini akan

meningkatkan akses dari Tenkinol, Malangsari, Kendenglembu dan

menyatu dengan jalur eksisting di Glenmore.

Bagian penting dalam pelaksanaan pembangunan jalan lingkar selatan

tersebutadalah tersedianya lahan yang telah dibebaskan. Pemerintah

Kabupaten Banyuwangi telah membebaskan sejumlah lahan yang

menjadi jalur jalan lingkar selatan. Pembebasan lahan yang dimiliki oleh

perorangan dilakukan dengan ganti rugi tanah yang dibebaskan.

Sedangkan untuk tanah yang masuk kedalam kawasan hutan proses

ganti ruginya mengacu pada berbagai ketentuan yang lebih spesifik.

Tanah pengganti ini dalam prosesnya dibutuhkan telaahan berkait

kesesuaian secara teknis dan administratif. Oleh karena itu Pemerintah

Kabupaten Banyuwangi melalui Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah Kabupaten Banyuwangi melaksanakan kegiatan Feasibility Study

Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas

Selatan (JLS).

Page 6: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

4 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari Penyusunan Feasibility Study Pengadaan Calon

Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS) adalah

untuk untuk mengetahui tingkat kebutuhan dan kelayakan lahan

pengganti jalan lingkar selatan, mengetahui perkiraan waktu yang tepat

serta strategi yang sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah dalam

pemenuhan laha pengganti di Kabupaten Banyuwangi ini

1.3. Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai dari pekerjaan “Penyusunan Feasibility Study

Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas

Selatan (JLS)” adalah :

1. Mengidentifikasi kondisi eksisting Jalan Lingkar Selatan, fenomena

keberadaan dan tingkat perkembangan pelaksanaannya.

2. Menginventarisir dan menganalisis kebutuhan lahan pengganti yang

menjadi tanggungjawab Pemerintah Kabupaten Banyuwangi

3. Menganalisis kelayakan calon-calon lahan pengganti yang memenuhi

persayaratan teknis, administratif dan pembiayaan sesuai ketentuan

yang berlaku.

4. Memberikan simpulan mengenai tingkat kebutuhan dan kelayakan

lahan pengganti Jalur Lingkar Selatan serta rekomendasi mengenai

kelanjutan dan strategi pelaksanaan penggantian lahan di Kabupaten

Banyuwangi.

1.4. Referensi Hukum

1. Undang – Undang Dasar Tahun 1945 pasal 33;

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Undang-Undang

Pokok Agraria (UUPA);

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber

daya Alam Hayati dan Ekosistem;

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup;

Page 7: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

5 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

5. Undang – Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah;

6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan;

7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional;

8. Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8

tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas

Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah;

9. Undang–Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah;

10. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004, tentang Jalan;

11. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional;

12. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

13. Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan;

14. Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup;

15. Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 1970 tentang Perencanaan

Hutan;

16. Peraturan Pemerintah No.28 tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan;

17. Peraturan Pemerintah No.16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan

Tanah;

18. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah;

19. Peraturan Pemerintah No.34 tahun 2006 tentang Jalan;

20. Peraturan Pemerintah No.40 Tahun 2006 tentang Tata Cara

Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional;

21. Peraturan Pemerintah No.6 tahun 2007 tentang Tata Hutan dan

Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan;

Page 8: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

6 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

22. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah

Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;

23. Peraturan Pemerintah No.26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Nasional;

24. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang

Penyelenggaraan Penataan Ruang;

25. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2005 tentang

Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk

Kepentingan Umum;

26. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2006

tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005

tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan

27. Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;

28. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-

2014;

29. Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN Nomor 1 Tahun 1994 tentang

Ketentuan Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993;

30. Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 13 tahun 2006 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

31. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 tahun 1989 tentang

Pengelolaan Kawasan Budidaya;

32. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990

tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;

33. Keputusan Presiden Republik Indonesia No.62 Tahun 2000 tentang

Koordinasi Penataan Ruang Nasional;

34. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :

P.38/Menhut-II/2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Kehutanan Nomor P.18/Menhut-II/2011 Tentang Pedoman Pinjam

Pakai Kawasan Hutan

35. Peraturan Dalam Negeri No. 50 Tahun 2009 tentang Pedoman

Koordinasi Penataan Ruang Daerah;

Page 9: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

7 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

36. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1998 tentang

Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah;

37. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 8 Tahun 2012

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun

2012-2032;

38. Keputusan Menteri Kimpraswil No. 27 Tahun 2002 tentang Penataan

Pedoman Bidang Penataan Ruang; dan

39. Peraturan perundang-undangan terkait lainnya yang berlaku

Page 10: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

8 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

BAB 2 PENDEKATAN TEORITIS

2.1. Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan

Tanah merupakan modal dasar pembangunan. Hampir tak ada kegiatan

pembangunan (sektoral) yang tidak memerlukan tanah. Oleh karena itu

tanah memegang peranan yang sangat penting, bahkan menentukan

berhasil tidaknya suatu pembangunan. Kegiatan pembangunan yang

dilaksanakan baik untuk kepentingan umum maupun swasta selalu

membutuhkan tanah sebagai wadah pembangunan. Saat ini,

pembangunan terus meningkat sedangkan persediaan tanah tidak

berubah. Keadaaan ini berpotensi menimbulkan konflik karena

kepentingan umum dan kepentingan perorangan saling berbenturan.

Perlu diketahui bahwa pengaturan terkait pengadaan tanah bagi

pembangunan untuk kepentingan umum, Pemerintah telah menerbitkan

peraturan secara berturut-turut adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri

(Permendagri) Nomor 15 Tahun 1975 tentang Ketentuan-Ketentuan

Mengenai Tata Cara Pembebasan Tanah, Keputusan Presiden (Keppres)

Nomor 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan

Pembangunan untuk Kepentingan Umum, Peraturan Presiden (Perpres)

Nomor 36 Tahun 2005 yang kemudian diubah menjadi Perpres Nomor 65

Tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan

untuk Kepentingan Umum.

Peraturan perundang-undangan diatas selama ini dianggap belum

memenuhi rasa keadilan bagi pihak yang kehilangan tanahnya. Bagi

pemerintah yang memerlukan tanah, peraturan perundang-undangan

yang telah diterbitkan tersebut dipandang masih menghambat atau

kurang untuk memenuhi kelancaran pelaksanaan pembangunan sesuai

rencana. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan

Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum yang ditetapkan

Page 11: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

9 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

pada bulan Januari 2012, merupakan undang-undang yang ditunggu-

tunggu. Alasan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012

karena pelaksanaan pengadaan tanah pada saat ini masih lambat dalam

mendukung pembangunan infrastruktur. Pelaksanaan pengadaan tanah

selama ini masih dilakukan secara ad hoc dan menimbulkan banyak

permasalahan serta belum menjamin kepastian waktu dalam

pembebasan tanahnya. Sebagai peraturan pelaksana dari Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2012 yang mengatur teknis pembebasan lahan,

maka pada tanggal 7 Agustus 2012 yang lalu, Presiden telah menerbitkan

Perpres Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan

Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

Namun, dalam perjalanan waktu penetapan Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2012 ini tidak lepas dari pro dan kontra dari beberapa elemen

masyarakat. Sudah terdapat upaya judicial review dari beberapa

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang tergabung dalam Koalisi

Rakyat Anti Perampasan Tanah Rakyat (Karam Tanah) yang

beranggotakan Serikat Petani Indonesia (SPI), Indonesian Human Right

Committee for Social Justice (IHCS), Yayasan Bina Desa Sadajiwa,

Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), Koalisi Rakyat untuk Keadilan

Perikanan (KIARA), Walhi, Aliansi Petani Indonesia (API), Sawit Watch,

Koalisi Rakyat untuk Hak atas Air (KruHA), Perserikatan Solidaritas

Perempuan, Yayasan Pusaka, Elsam, Indonesia for Global Justice, dan

Serikat Nelayan Indonesia (SNI), yang menilai Undang-Undang tersebut

tidak berpihak kepada masyarakat.

Karam Tanah menilai bahwa Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012

memuat kewenangan pemerintah dengan dalih membangun fasilitas

umum, yang sesungguhnya tidak digunakan demi kepentingan umum,

tetapi lebih berorientasi pada kepentingan bisnis seperti membangun

jalan tol dan pelabuhan. Selain itu, terdapat beberapa kritik terkait

klausula yang dinilai kurang tepat serta beberapa ketentuan yang

memerlukan tambahan penjelasan dan beberapa materi yang belum

tercakup dalam peraturan ini.

Page 12: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

10 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

2.1.1. Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum

Sebelum Berlakunya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012

Review terhadap beberapa negara menunjukkan tidak ada negara yang

tidak memiliki kewenangan untuk mengambil tanah untuk kepentingan

pembangunan. Kecepatan pertumbuhan ekonomi di the new emerging

market tidak terlepas dari proses pengambilan tanah untuk pembangunan

infrastruktur dan wilayah perkotaan. Negara-negara seperti Cina, Korea

Selatan, dan Singapura melakukan pembebasan tanah secara besar-

besaran untuk kepentingan transportasi, perkantoran, fasilitas energi dan

infrastruktur lainnya. Beberapa literatur juga menujukkan trend penurunan

pengambilan tanah oleh pemerintah (Azuela, 2007). Pengambilan tanah

oleh pemerintah bukan saja makin menurun tapi juga semakin sulit untuk

dilakukan. Menurut Azuela, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan

makin sulitnya pengambilan tanah oleh pemerintah yaitu: (1) meluasnya

ketidakpuasan masyarakat terhadap praktik-praktik pengambilan tanah

oleh pemerintah, (2) meningkatnya independensi lembaga peradilan, (3)

menguatnya tekanan dari pemberitaan media massa, dan (4) dampak

implementasi perjanjian internasional.

Berdasarkan review atas implementasi pengadaan tanah untuk

kepentingan umum dari beberapa Negara, terdapat beberapa

permasalahan yang dapat dijadikan pelajaran bagi proses pengaturan

pengadaan tanah bagi pembangunan untukkepentingan umum di

Indonesia. Dari analisa terhadap masalah pengadaan tanah untuk

pembangunan di berbagai negara, dapat disimpulkan:

Pertama, hampir di seluruh negara pengadaan tanah untuk

pembangunan menjadi semakin sulit dilakukan. Ketidakpuasan

masyarakat, makin independennya lembaga peradilan, tekanan pers, dan

perjanjian internasional menjadi faktor-faktor sulitnya pembebasan tanah.

Untuk Indonesia, diperkirakan trend ini juga akan terjadi. Kedua, tidak ada

praktik pengadaan tanah untuk pembangunan yang benar-benar

sempurna. Hampir di semua negara yang menjadi sampel mengalami

permasalahan. Hanya saja, tingkat kerumitan permasalahan dan

Page 13: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

11 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

dampaknya pada penundaan proyek berbeda-beda. Untuk Indonesia,

saat ini adalah momentum untuk perbaikan terhadap kebijakan, prosedur,

dan praktik-praktik pengadaan tanah untuk pembangunan. Ketiga,

pelaksanaan pembebasan tanah dapat dipermudah dengan dua

pendekatan.

a. Pendekatan dengan meningkatkan keberpihakan dan penghormatan

terhadap pemilik hak atas tanah

Pendekatan ini dilakukan dengan mengedepankan sosialisasi,

negosiasi, dan pemberian kompensasi yang lebih komprehensif.

Pendekatan yang mengedepankan sosialisasi, negosiasi, dan

pemberian kompensasi yang lebih komprehensif memiliki

konsekuensi pada ketersediaan anggaran. Pemberian kompensasi

secara komprehensif membutuhkan dana yang besar. Dengan

demikian, penetapan kebijakan terhadap komponen apa saja yang

akan diperhitungkan dan bagaimana metode perhitungannya harus

memperhatikan kemampuan keuangan Negara.

b. Pendekatan dengan memperkuat kewenangan negara untuk

mengambil tanah pada harga yang ditetapkan walaupun tanpa

kerelaan pemilik tanah.

Pendekatan ini dilakukan dengan menggunakan kewenangan yang

diberikan Undang-Undang. Pendekatan yang mengedepankan

kewenangan pencabutan hak membutuhkan ketegasan sikap dan

wibawa pemerintah dan aparatnya. Penggunaan kewenangan

pencabutan hanya efektif dilaksanakan oleh pemerintah dan

aparatnya yang dikenal memiliki integritas dan tidak memiliki vested

interest dalam setiap tindakannya. Rendahnya integritas dan

buruknya reputasi pemerintah dan aparatnya di mata masyarakat

akan menyebabkan resistensi dari masyarakat.

Mengacu pada hasil review pengadaan tanah oleh Pemerintah pada

beberapa negara serta untuk menjamin terselenggaranya pembangunan

untuk kepentingan umum, diperlukan tanah yang pengadaannya

dilaksanakan dengan mengedepankan prinsip kemanusiaan, demokratis,

dan adil. Untuk mengakomodir hal tersebut, maka pada tahun 2012,

Pemerintah bersama DPR telah menetapkan Undang-Undang Nomor 2

Page 14: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

12 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk

Kepentingan Umum. Sebagai pelaksanaan amanat Pasal 53 dan Pasal

59 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012, Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono pada 7 Agustus lalu telah menandatangani Perpres Nomor 71

Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi

Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Perpres ini mengatur tata cara

pengadaan tanah untuk kepentingan umum dari tahapan perencanaan,

tahapan persiapan, tahapan pelaksanaan, sampai dengan penyerahan

hasil.

Sebelum diberlakukannya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012,

pengaturan tentang pengadaan tanah didasarkan pada Perpres Nomor

36 Tahun 2005 yang kemudian diubah menjadi Perpres Nomor 65 Tahun

2006 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk

Kepentingan Umum. Sesuai Perpres tersebut, pengadaan tanah

dilakukan oleh Panitia Pengadaan Tanah yang bersifat ad-hoc.

Prosesnya sering terhambat oleh diskontinuitas anggaran. Selain itu,

masalah lain yang sering muncul adalah definisi pembangunan untuk

kepentingan umum yang masih banyak diperdebatkan. Dan yang lebih

penting lagi, pengadaan tanah juga bersinggungan dengan isu hukum

mendasar seperti hak azasi manusia, prinsip keadilan, prinsip

keseimbangan antara kepentingan negara dengan kepentingan

masyarakat baik secara individu maupun kelompok.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 merupakan sebuah langkah

perbaikan, karena peraturan perundang-undangan sebelumnya dianggap

belum memenuhi rasa keadilan bagi pihak yang kehilangan tanahnya.

Dengan diterbitkannya undang-undang tersebut diharapkan dapat

mengatasi permasalahan-permasalahan dalam pengadaan tanah.

Beberapa permasalahan mendasar dalam proses pengadaan tanah

selama ini antara lain: pertama, belum tersedianya aturan dasar, prinsip,

prosedur dan mekanisme pengadaan tanah; kedua, belum ditetapkannya

kelembagaan pengadaan tanah; ketiga, tidak adanya peraturan khusus

pembiayaan pengadaan tanah; dan keempat, belum jelasnya kriteria

Page 15: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

13 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai kepentingan umum. Keempat

permasalahan tersebut menjadi salah satu penghambat untuk mencapai

tujuan pembangunan untuk kepentingan umum.

2.1.2. Landasan Penyusunan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012

Jika ditelaah secara seksama, pada bagian konsiderans Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2012 termaktub politik perundang-undangan

(legalpolitics) sebagai berikut:

a. bahwa dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil, makmur,

dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintah perlu

melaksanakan pembangunan;

b. bahwa untuk menjamin terselenggaranya pembangunan untuk

kepentingan umum, diperlukan tanah yang pengadaannya

dilaksanakan dengan mengedepankan prinsip kemanusiaan,

demokratis, dan adil;

c. bahwa peraturan perundang-undangan di bidang pengadaan

tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum belum dapat

menjamin perolehan tanah untuk pelaksanaan pembangunan;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk undang-undang

tentang pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan

umum.

Dasar filosofi yang harus menjadi basis Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2012 sebagaimana pula halnya dengan Undang-Undang Pokok Agraria

(UUPA) adalah Pancasila khususnya sila kedua, keempat serta kelima

sebagaimana telah termaktub pada konsiderans Undang-Undang Nomor

2 Tahun 2012 huruf a dan b diatas. Seharusnya dengan pencantuman

landasan filosofi tersebut harus mempertegas bahwa kegiatan

pembangunan yang dimaksud sesungguhnya diabdikan untuk

kepentingan siapa, dilakukan dengan cara yang bagaimana, serta

bagaimana langkah mencapai cara dimaksud.

Page 16: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

14 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

Sila-sila Pancasila sebagaimana dinyatakan oleh Notonagoro (1984)

merupakan pengisi dan pengarah serta menjiwai setiap norma-norma

yang hendak dirumuskan. Tulisan Notonagoro yang sama menyatakan

bahwa "Segala peraturan hukum yang ada dalam negara Indonesia mulai

saat berdirinya merupakan suatu tertib hukum. Dalam setiap tertib hukum

diadakan pembagian susunan yang hierarkis. Setiap peraturan

perundangan yang diundangkan seharusnya merupakan penjabaran dari

nilai-nilai yang terkandung dari sila-sila Pancasila yang seharusnya tiap

kualifikasi setiap rumusan sila pertama dalam rangkaian kesatuan dengan

sila-sila yang lainnya". Dapat dikatakan bahwa secara filosofis, maka

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 seolah-olah hendak menjalankan

amanat yang terkandung pada sila-sila Pancasila berpedoman pada

prinsip kemanusiaan, demokratis serta keadilan, walaupun pengaruh dari

ideologi neo-kapitalis tak diragukan lagi. Salah satu bukti yang nyata

adalah masuknya kepentingan swasta dalam undang-undang ini dengan

dalih untuk kepentingan pembangunan.

Selain itu, permasalahan-permasalahan terkait pengadaan tanah untuk

kepentingan umum yang timbul sebagai akibat lemahnya pengaturan

dalam Perpres Nomor 36 Tahun 2005 yang kemudian diubah menjadi

Perpres Nomor 65 Tahun 2006 antara lain pelaksanaan pengadaan tanah

yang masih lambat dalam mendukung Pembangunan Infrastruktur,

pelaksanaannya oleh panitia ad hoc dan menimbulkan banyak

permasalahan seperti tindak pidana, serta belum menjamin kepastian

waktu dalam pembebasan tanahnya menjadi dasar sosiologis dan yuridis

diterbitkannya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 guna mendukung

percepatan Pembangunan Infrastruktur dan sekaligus mempercepat

Pembangunan Ekonomi.

2.1.3. Prosedur Pelaksanaan Pengadaan Tanah Berdasarkan Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2012 dan Peraturan Pelaksananya

Tata cara atau prosedur pengadaan tanah untuk kepentingan umum telah

diatur secara jelas dalam UU PTUP dan peraturan pelaksananya, mulai

dari tahapan perencanaan, tahapan persiapan, tahapan pelaksanaan,

Page 17: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

15 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

sampai dengan penyerahan hasil berdasarkan Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2012 dan Perpres Nomor 71 Tahun 2012 sebagai berikut.

a. Tahap Perencanaan

Setiap instansi yang memerlukan tanah bagi pembangunan untuk

kepentingan umum, agar menyusun Dokumen Perencanaan

Pengadaan Tanah, yang sedikitnya memuat: (1) maksud dan

tujuan rencana pembangunan, (2) kesesuaian dengan Rancangan

Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Prioritas Pembangunan, (3)

letak tanah, (4) luas tanah yang dibutuhkan, (5) gambaran umum

status tanah, (6) perkiraan jangka waktu pelaksanaan pengadaan

tanah dan pelaksanaan pembangunan, (7) perkiraan nilai tanah,

dan (8) rencana penganggaran. Dokumen Perencanaan

Pengadaan Tanah tersebut disusun berdasarkan studi kelayakan

yang mencakup: (1) survei sosial ekonomi, (2) kelayakan lokasi,

(3) analisis biaya dan manfaat pembangunan bagi wilayah dan

masyarakat, (4) perkiraan harga tanah, (5) dampak lingkungan

dan dampak sosial yang mungkin timbul akibat pengadaan tanah

dan bangunan, serta (6) studi lain yang diperlukan Dokumen

Perencanaan tersebut selanjutnya diserahkan oleh instansi yang

memerlukan tanah kepada Gubernur yang melingkupi wilayah

dimana letak tanah berada. b. Tahap Persiapan

Dalam tahapan pelaksanaan, Gubernur membentuk Tim

Persiapan dalam waktu paling lama 10 hari kerja, yang

beranggotakan: (1) Bupati/Walikota, (2) SKPD Provinsi terkait, (3)

instansi yang memerlukan tanah, dan (4) instansi terkait lainnya.

Untuk kelancaran pelaksanaan tugas Tim Persiapan, Gubernur

membentuk sekretariat persiapan Pengadaan Tanah yang

berkedudukan di Sekretariat Daerah Provinsi. Adapun tugas Tim

Persiapan sebagai berikut:

a. Melaksanakan pemberitahuan rencana pembangunan

Pemberitahuan rencana pembangunan ditandatangani Ketua Tim

Persiapan dan diberitahukan kepada masyarakat pada lokasi

rencana pembangunan, paling lama 20 hari kerja setelah

Page 18: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

16 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah diterima resmi oleh

Gubernur.

Pemberitahuan dapat dilakukan secara langsung melalui

sosialisasi, tatap muka, dan/atau surat pemberitahuan, atau

melalui pemberitahuan secara tidak langsung melalui media cetak

maupun media elektronik.

b. Melakukan pendataan awal lokasi rencana pengadaan

Pendataan awal lokasi rencana pengadaan meliputi kegiatan

pengumpulan data awal Pihak yang Berhak dan Objek Pengadaan

Tanah bersama aparat kelurahan/desa paling lama 30 hari kerja

sejak pemberitahuan rencana pembangunan.

Hasil pendataan dituangkan dalam bentuk daftar sementara lokasi

rencana pembangunan yang ditandatangani Ketua Tim Persiapan

sebagai bahan untuk pelaksanaan Konsultasi Publik rencana

pembangunan.

c. Melaksanakan Konsultasi Publik rencana pembangunan

Konsultasi Publik rencana pembangunan dilakukan untuk

mendapatkan kesepakatan lokasi rencana pembangunan dari

Pihak yang Berhak dan masyarakat yang terkena dampak, dan

dilaksanakan paling lama 60 hari kerja sejak tanggal

ditandatanganinya daftar sementara lokasi rencana

pembangunan. Hasil kesepakatan atas lokasi rencana

pembangunan dituangkan dalam berita acara kesepakatan.

Apabila, dalam Konsultasi Publik, Pihak yang Berhak dan

masyarakat yang terkena dampak atau kuasanya tidak sepakat

atau keberatan, maka dilaksanakan Konsultasi Publik ulang paling

lama 30 hari kerja sejak tanggal berita acara kesepakatan. Jika

dalam Konsultasi Publik ulang masih terdapat pihak yang

keberatan atas rencana lokasi pembangunan, instansi yang

memerlukan tanah melaporkan keberatan kepada Gubernur

melalui Tim Persiapan. Selanjutnya, Gubernur membentuk Tim

Kajian Keberatan yang terdiri atas:

a. Sekretaris Daerah Provinsi atau pejabat yang ditunjuk sebagai

ketua merangkap anggota;

Page 19: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

17 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

b. Kepala Kantor Wilayah BPN sebagai sekretaris merangkap

anggota;

c. Instansi yang menangani urusan pemerintahan di bidang

perencanaan pembangunan daerah sebagai anggota;

d. Kepala Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM sebagai

anggota;

e. Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk sebagai anggota;

f. Akademisi sebagai anggota.

Tugas Tim Kajian Keberatan meliputi:

a. Menginventarisasi masalah yang menjadi alasan keberatan;

b. Melakukan pertemuan atau klarifikasi dengan pihak yang

keberatan;

c. Membuat rekomendasi diterima atau ditolaknya keberatan

yang ditandatangani Ketua Tim Kajian Keberatan kepada

Gubernur. Berdasarkan rekomendasi dari Tim Kajian, Gubernur

mengeluarkan surat diterima atau ditolaknya keberatan atas lokasi

rencana pembangunan. Penanganan keberatan oleh Gubernur

dilakukan paling lama 14 hari kerja sejak diterimanya keberatan.

Dalam hal Gubernur memutuskan dalam suratnya menerima

keberatan, instansi yang memerlukan tanah membatalkan

rencana pembangunan atau memindahkan lokasi rencana

pembangunan ke tempat lain. 4) Menyiapkan Penetapan Lokasi

Pembangunan

d. Penetapan Lokasi Pembangunan dibuat berdasarkan

kesepakatan yang telah dilakukan Tim Persiapan dengan Pihak

yang Berhak atau berdasarkan karena ditolaknya keberatan dari

Pihak yang Keberatan. Penetapan Lokasi Pembangunan dilampiri

peta lokasi pembangunan yang disiapkan oleh instansi yang

memerlukan tanah.

Penetapan Lokasi Pembangunan berlaku untuk jangka waktu 2

tahun dan dapat dilakukan permohonan perpanjangan waktu 1 kali

untuk waktu paling lama 1 tahun kepada Gubernur yang diajukan

Page 20: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

18 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

paling lambat 2 bulan sebelum berakhirnya jangka waktu

Penetapan Lokasi Pembangunan.

e. Mengumumkan Penetapan Lokasi Pembangunan

Pengumuman atas Penetapan Lokasi Pembangunan untuk

kepentingan umum paling lambat 3 hari sejak dikeluarkan

Penetapan Lokasi Pembangunan yang dilaksanakan dengan cara:

a) Ditempelkan di kantor Kelurahan/Desa, dan/atau kantor

Kabupaten/Kota dan di lokasi pembangunan;

b) Diumumkan melalui media cetak dan/atau media

elektronik. Pengumuman Penetapan Lokasi Pembangunan

dilaksanakan selama paling kurang 14 hari kerja.

f. Melaksanakan tugas lain yang terkait persiapan pengadaan tanah

bagi pembangunan untuk kepentingan umum yang ditugaskan

oleh Gubernur Dalam hal ini, Gubernur dapat mendelegasikan

kewenangan pelaksanaan tahapan persiapan pengadaan tanah

bagi pembangunan untuk kepentingan umum kepada

Bupati/Walikota berdasarkan pertimbangan efisiensi, efektivitas,

kondisi geografis, sumber daya manusia dan pertimbangan lain.

b. Tahap Pelaksanaan

Berdasarkan Penetapan Lokasi Pembangunan untuk kepentingan

umum, instansi yang memerlukan tanah mengajukan pelaksanaan

Pengadaan Tanah kepada Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah

dengan dilengkapi/dilampiri Dokumen Perencanaan Pengadaan

Tanah dan Penetapan Lokasi Pembangunan.

Ketentuan mengenai penyelenggaraan pengadaan tanah

diserahkan kepada Kepala BPN, yang pelaksanaannya

dilaksanakan oleh Kepala Kantor Wilayah BPN selaku Ketua

Pelaksana Pengadaan Tanah (dengan pertimbangan efisiensi,

efektifitas, kondisi geografis dan sumber daya manusia, dapat

didelegasikan kepada Kepala Kantor Pertanahan), dengan

susunan keanggotaan berunsurkan paling kurang:

1. Pejabat yang membidangi urusan Pengadaan Tanah di

lingkungan Kantor Wilayah BPN;

Page 21: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

19 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

2. Kepala Kantor Pertanahan setempat di lokasi Pengadaan

Tanah;

3. Pejabat SKPD Provinsi yang membidangi urusan pertanahan;

4. Camat setempat pada lokasi Pengadaan Tanah;

5. Lurah/Kepala Desa atau nama lain pada lokasi Pengadaan

Tanah.

Pelaksana Pengadaan Tanah kemudian melakukan penyiapan

pelaksanaan Pengadaan Tanah yang dituangkan dalam Rencana

Kerja yang memuat paling kurang:

1. Rencana pendanaan pelaksanaan;

2. Rencana waktu dan penjadwalan pelaksanaan;

3. Rencana kebutuhan pelaksana pengadaan;

4. Rencana kebutuhan bahan dan peralatan pelaksanaan;

5. Inventarisasi dan alternatif solusi faktor-faktor penghambat

dalam pelaksanaan;

6. Sistem monitoring pelaksanaan.

Pelaksanaan Pengadaan Tanah secara garis besar meliputi:

1) Inventarisasi dan identifikasi penguasaan, pemilikan, penggunaan,

dan pemanfaatan tanah

Dilakukan dengan jangka waktu paling lama 30 hari. Adapun

kegiatannya meliputi:

a) Pengukuran dan pemetaan bidang per bidang tanah; dan

b) Pengumpulan data Pihak yang Berhak dan Objek Pengadaan

Tanah.

Hasil inventarisasi dan identifikasi penguasaan, pemilikan,

penggunaan, dan pemanfaatan tanah tersebut wajib diumumkan

di kantor desa/kelurahan, kantor kecamatan dan tempat

Pengadaan Tanah dilakukan dalam waktu paling lama 14 hari

kerja.

Dalam hal tidak menerima hasil inventarisasi, Pihak yang Berhak

dapat mengajukan keberatan kepada Ketua Pelaksana

Pengadaan Tanah dalam waktu paling lama 14 hari kerja terhitung

Page 22: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

20 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

sejak diumumkan hasil inventarisasi, untuk kemudian dilakukan

verifikasi dan perbaikan dalam waktu paling lama 14 hari kerja

terhitung sejak diterimanya pengajuan keberatan atas hasil

inventarisasi.

2) Penilaian Ganti Kerugian

Hasil pengumuman dan/atau verifikasi serta perbaikan atas hasil

inventarisasi dan identifikasi penguasaan, pemilikan, penggunaan,

dan pemanfaatan tanah ditetapkan oleh Ketua Pelaksana

Pengadaan Tanah dan selanjutnya menjadi dasar penentuan

Pihak yang Berhak dalam pemberian Ganti Kerugian. Penetapan

besarnya nilai ganti kerugian oleh Ketua Pelaksana Pengadaan

Tanah berdasarkan hasil penilaian jasa penilai atau penilai publik

yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Ketua Pelaksana Pengadaan

Tanah yang penilaiannya dilaksanakan paling lama 30 hari kerja.

3) Musyawarah penetapan Ganti Kerugian

Pelaksana Pengadaan Tanah melakukan musyawarah dengan

Pihak yang Berhak dalam waktu paling lama 30 hari kerja sejak

hasil penilaian dari Penilai disampaikan kepada Ketua Pelaksana

Pengadaan Tanah untuk menetapkan bentuk dan/atau besarnya

Ganti Kerugian berdasarkan hasil penilaian Ganti Kerugian. Hasil

kesepakatan dalam musyawarah tersebut menjadi dasar

pemberian Ganti Kerugian kepada Pihak yang Berhak/kuasanya

yang dimuat dalam berita acara kesepakatan.

Dalam hal tidak terjadi kesepakatan mengenai bentuk dan/atau

besarnya Ganti Kerugian, Pihak yang Berhak dapat mengajukan

keberatan kepada Pengadilan Negeri setempat dalam waktu

paling lama 14 hari kerja setelah musyawarah penetapan Ganti

Kerugian. Pengadilan Negeri memutus bentuk dan/atau besarnya

Ganti Kerugian dalam waktu paling lama 30 hari kerja sejak

diterimanya pengajuan keberatan.

Pihak yang keberatan terhadap putusan Pengadilan Negeri, dalam

waktu paling lama 14 hari kerja dapat mengajukan kasasi kepada

Mahkamah Agung. Mahkamah Agung wajib memberikan putusan

dalam waktu paling lama 30 hari kerja sejak permohonan kasasi

Page 23: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

21 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

diterima. Putusan Pengadilan Negeri/Mahkamah Agung yang

telah memperoleh kekuatan hukum tetap menjadi dasar

pembayaran Ganti Kerugian kepada pihak yang mengajukan

keberatan.

4) Pemberian Ganti Kerugian

Pemberian ganti kerugian dapat dilakukan dalam bentuk:

a) Uang

b) Tanah Pengganti

c) Pemukiman kembali

d) Kepemilikan saham

e) Bentuk lain yang disetujui kedua belah pihak

Pelaksana Pengadaan Tanah membuat penetapan mengenai

bentuk ganti kerugian berdasarkan berita acara kesepakatan

dan/atau putusan Pengadilan Negeri/Mahkamah Agung.

Pemberian Ganti Kerugian dibuat dalam berita acara pemberian

Ganti Kerugian yang dilampiri dengan:

a) Daftar Pihak yang Berhak penerima Ganti Kerugian

b) Bentuk dan besarnya Ganti Kerugian yang telah diberikan

c) Daftar dan bukti pembayaran/kwitansi

d) Berita acara pelepasan hak atas tanah dan penyerahan bukti

penguasaan atau kepemilikan Objek Pengadaan Tanah

kepada instansi yang memerlukan tanah melalui Pelaksana

Pengadaan Tanah. Dalam hal Pihak yang Berhak menolak

bentuk dan/atau besarnya Ganti Kerugian berdasarkan hasil

musyawarah atau putusan pengadilan negeri/Mahkamah

Agung, Ganti Kerugian dititipkan di Pengadilan Negeri

setempat. Penitipan Ganti Kerugian juga dilakukan terhadap:

a. Pihak yang Berhak menerima Ganti Kerugian

tidak diketahui keberadaannya;

b. Objek Pengadaan Tanah yang akan diberikan Ganti

Kerugian:

c. sedang menjadi objek perkara di pengadilan;

d. masih dipersengketakan kepemilikannya;

e. diletakkan sita oleh pejabat yang berwenang; atau

Page 24: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

22 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

f. menjadi jaminan di bank.

Pada saat pelaksanaan pemberian Ganti Kerugian dan Pelepasan

Hak telah dilaksanakan atau pemberian Ganti Kerugian sudah

dititipkan di Pengadilan Negeri, kepemilikan atau Hak Atas Tanah

dari Pihak yang Berhak menjadi hapus dan alat bukti haknya

dinyatakan tidak berlaku dan tanahnya menjadi tanah yang

dikuasai langsung oleh negara.

c. Tahap Penyerahan Hasil Pengadaan Tanah

Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah menyerahkan hasil

pengadaan tanah kepada instansi yang memerlukan tanah disertai

data Pengadaan Tanah paling lama 7 hari kerja sejak pelepasan

hak Objek Pengadaan Tanah dengan berita acara. Setelah proses

penyerahan, paling lama 30 hari kerja instansi yang memerlukan

tanah wajib melakukan pendaftaran/pensertifikatan untuk dapat

dimulai proses pembangunan.

Pendanaan atas pengadaan tanah bagi pembangunan untuk

kepentingan umum, dibebankan pada instansi yang memerlukan

tanah dan dituangkan dalam dokumen penganggaran yang

bersumber dari APBN/APBD.

Dalam rangka efisiensi dan efektivitas, pengadaan tanah untuk

kepentingan umum yang luasnya tidak lebih dari 1 hektar, dapat

dilakukan secara langsung oleh instansi yang memerlukan tanah

dengan para pemegang hak atas tanah dengan cara jual beli atau

cara lain yang disepakati kedua belah pihak.

2.1.4. Kekurangan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012

Dalam perjalanannya, pengesahan Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2012 menemui hambatan dimana terdapat permohonan judicial review

dari Koalisi Rakyat Anti Perampasan Tanah Rakyat (Karam Tanah) yang

berpendapat bahwa substansi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012

belum berpihak kepada kepentingan rakyat. Hal tersebut terkait definisi

tentang 'pembangunan untuk kepentingan umum' yang didalamnya

terlihat mengakomodir kepentingan swasta dalam Undang-Undang ini

dengan dalih untuk kepentingan pembangunan.

Page 25: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

23 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

Definisi pembangunan untuk kepentingan umum pada dasarnya sudah

diuraikan dalam Pasal 1 angka 6, Pasal 9 ayat (1), dan Pasal 10 Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2012. Berdasarkan Pasal 1 angka 6 Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2012 disebutkan definisi mengenai kepentingan

umum sebagai kepentingan bangsa, negara, dan masyarakat yang harus

diwujudkan oleh pemerintah dan digunakan sebesar-besarnya untuk

kemakmuran rakyat. Pada Pasal 9 ayat (1) lebih lanjut dijelaskan bahwa

penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan umum

memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pembangunan dan

kepentingan masyarakat. Kemudian dalam Pasal 10 Undang-Undang ini

ditentukan bahwa tanah untuk kepentingan umum digunakan untuk

pembangunan:

a. pertahanan dan keamanan nasional;

b. jalan umum, jalan tol, terowongan, jalur kereta api, stasiun kereta

api, dan fasilitas operasi kereta api;

c. waduk, bendungan, bendung, irigasi, saluran air minum, saluran

pembuangan air dan sanitasi, dan bangunan pengairan lainnya;

d. pelabuhan, bandar udara, dan terminal;

e. infrastruktur minyak, gas, dan panas bumi;

f. pembangkit, transmisi, gardu, jaringan, dan distribusi tenaga

listrik;

g. jaringan telekomunikasi dan informatika Pemerintah;

h. tempat pembuangan dan pengolahan sampah;

i. rumah sakit Pemerintah/Pemerintah Daerah;

j. fasilitas keselamatan umum;

k. tempat pemakaman umum Pemerintah/Pemerintah Daerah;

l. fasilitas sosial, fasilitas umum, dan ruang terbuka hijau publik;

m. cagar alam dan cagar budaya;

n. kantor Pemerintah/Pemerintah Daerah/desa;

o. penataan permukiman kumuh perkotaan dan/atau konsolidasi

tanah, serta perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah

dengan status sewa;

p. prasarana pendidikan atau sekolah Pemerintah/Pemerintah

Daerah;

Page 26: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

24 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

q. prasarana olahraga Pemerintah/Pemerintah Daerah; dan

r. pasar umum dan lapangan parkir umum.

Isi ketentuan pasal-pasal diatas oleh beberapa kalangan dianggap telah

menghilangkan hak warga negara untuk menentukan jenis-jenis

pembangunan untuk kepentingan umum dan mana yang bukan. Sebab,

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 ini telah mendefinisikan sendiri

dan menentukan jenis-jenis pembangunan yang dikategorikan untuk

kepentingan umum (Andrinof A. Chaniago, Dosen FISIP UI selaku Ahli

dalam Sidang pengujian Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 di

Mahkamah Konstitusi). Berdasarkan ketentuan pasal-pasal diatas, yaitu

pada Pasal 10 dicontohkan bahwa pembangunan jalan tol dan semua

jenis proyek pelabuhan tidak tepat jika dikategorikan sebagai kepentingan

umum karena dikelola secara bisnis dan melayani kalangan tertentu saja.

Selain itu, dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 ini tidak

ditemukan mengenai definisi kepentingan pembangunan dan kepentingan

masyarakat yang menjadi syarat penyelenggaraan 'kepentingan umum'

sebagaimana dicantumkan dalam ketentuan Pasal 9 ayat (1). Hal ini

menunjukkan masih terdapatnya kekaburan definisi pembangunan untuk

kepentingan umum dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 seperti

halnya peraturan-peraturan sebelumnya.

Selain itu, dalam Pasal 39, Pasal 42 ayat (1) dan Pasal 43 Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2012 diatur bahwa dalam hal Pihak yang Berhak

menolak bentuk dan/atau besarnya Ganti Kerugian, tetapi tidak

mengajukan keberatan dalam waktu 14 hari kerja setelah musyawarah

penetapan Ganti Kerugian, karena hukum Pihak yang Berhak dianggap

menerima bentuk dan besarnya Ganti Kerugian. Ganti Kerugian tersebut

kemudian dititipkan di pengadilan negeri setempat. Pada saat

pelaksanaan pemberian Ganti Kerugian dan Pelepasan Hak telah

dilaksanakan atau pemberian Ganti Kerugian sudah dititipkan di

pengadilan negeri, kepemilikan atau Hak Atas Tanah dari Pihak yang

Berhak menjadi hapus dan alat bukti haknya dinyatakan tidak berlaku dan

tanahnya menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh negara.

Page 27: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

25 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

Hapusnya kepemilikan atau Hak Atas Tanah dari pihak yang berhak yang

menolak hasil musyawarah tetapi tidak mengajukan keberatan

sebagaimana diatur Pasal 39, 42 ayat (1) dan 43 di atas, menunjukkan

represifnya Undang-Undang ini yang sengaja ditabrakkan dengan

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak-hak

Tanah dan Benda-benda yang Ada Diatasnya. Pasal 43 ini jelas tidak

sesuai dengan apa yang telah diuraikan dalam diktum Menimbang,

Ketentuan Umum Pasal 1 angka 2 dan angka 10 serta Pasal 2 Undang-

Undang ini sendiri yaitu pengadaan tanah untuk kepentingan umum harus

memperhatikan asas kemanusiaan, keadilan, kesepakatan, dan asas-

asas lain.

Kemudian dalam Pasal 1 angka 4 dan Pasal 33 point b Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2012 disebutkan bahwa obyek pengadaan tanah dan

penilaian besarnya nilai Ganti Kerugian oleh Penilai antara lain meliputi

ruang atas tanah dan bawah tanah. Definisi mengenai apa yang

dimaksud 'ruang atas tanah dan bawah tanah' pada pasal tersebut tidak

dijelaskan lebih lanjut dalam Undang-Undang ini maupun peraturan

pelaksananya. Hal ini menjadi kabur apabila dihubungkan dengan bunyi

Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa

bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh

Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Dalam hal ini, perlu kejelasan yang dimaksud serta batasan ruang atas

tanah dan bawah tanah. Hal ini juga dimaksudkan untuk memberikan

penjelasan atas ketentuan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960

tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (atau sering disingkat

UUPA) dimana menyebutkan bahwa hak atas tanah meliputi permukaan

bumi, ruang atasnya dan bawahnya sekedar diperlukan yang berkaitan

dengan permukaan tanahnya. Namun, dalam UUPA tersebut belum

menjelaskan mengenai definisi dan batasan ruang atas tanah dan bawah

tanah.

Represifnya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 juga terlihat pada

Pasal 41 ayat (2) dan ayat (3) yang menyatakan bahwa Pihak yang

Page 28: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

26 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

Berhak harus menyerahkan bukti penguasaan atau kepemilikan yang

merupakan satu-satunya bukti yang sah menurut hukum dan tidak dapat

diganggu gugat di kemudian hari. Kalimat "tidak dapat diganggu gugat di

kemudian hari" ini bertentangan dengan fakta hukum yang sedang

berlangsung di Indonesia, dalam hal ini Pasal 19 ayat (2) UUPA sebagai

berikut:

Pasal 19 UUPA:

a. Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan

pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut

ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

b. Pendaftaran tersebut dalam ayat (1) pasal ini meliputi:

1. pengukuran perpetaan dan pembukuan tanah;

2. pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak

tersebut;

3. pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku

sebagai alat pembuktian yang kuat.

Bahwa Pasal 19 ayat (2) huruf c. UUPA menegaskan surat-surat tanda

bukti hak sebagai alat pembuktian yang kuat, dalam hal ini belum sebagai

alat pembuktian yang mutlak. Alat bukti kepemilikan tanah di Indonesia

yang sudah berupa Sertifikat Hak Atas Tanah saja setiap saat atau di

kemudian hari masih dapat diganggu gugat.

Seperti halnya Perpres Nomor 65 Tahun 2006, Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2012 dan Perpres Nomor 71 Tahun 2012 sudah mengatur batasan

waktu untuk tiap tahap pengadaan tanah. Namun, masih terdapat

kekurangan dalam peraturan ini dimana belum diatur sanksi dalam hal

batas waktu untuk setiap tahapan terlampaui.

2.1.5. Kelebihan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012

Namun, dibalik sifat represif dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012

maupun Perpres Nomor 71 Tahun 2012 sebagai peraturan pelaksananya,

tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat perbaikan yang signifikan dari

peraturan sebelumnya yaitu Perpres Nomor 65 Tahun 2006. Sebagai

contoh, ketentuan Pasal 35 yang menyatakan apabila dalam hal bidang

tanah tertentu yang terkena Pengadaan Tanah terdapat sisa yang tidak

Page 29: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

27 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

lagi dapat difungsikan sesuai dengan peruntukan dan penggunaannya,

Pihak yang Berhak dapat meminta penggantian secara utuh atas bidang

tanahnya. Bunyi pasal ini belum pernah muncul di peraturan peraturan

sebelumnya. Pasal ini muncul dalam rangka mewujudkan pengadaan

tanah yang adil. Setelah penetapan lokasi pembangunan Pihak yang

Berhak hanya dapat mengalihkan hak atas tanahnya kepada Instansi

yang memerlukan tanah melalui Lembaga Pertanahan. Hal ini untuk

menghindari "calo" dan spekulan tanah, pembatasan ini belum pernah

muncul pada peraturan perundang-undangan sebelumnya.

Selain itu, dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 maupun Perpres

Nomor 71 Tahun 2012 telah diatur mengenai jangka waktu pelaksanaan

pengadaan tanah yang jelas dari mulai tahapan perencanaan, tahapan

persiapan, tahapan pelaksanaan, sampai dengan penyerahan hasil,

termasuk didalamnya pihak-pihak yang berperan dalam masing-masing

tahapan. Peraturan ini juga mengatur durasi waktu setiap tahapan dalam

proses pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum.

Sebenarnya batasan waktu juga telah diatur dalam Perpres Nomor 65

Tahun 2006, namun dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012

maupun Perpres Nomor 71 Tahun 2012 sudah secara tegas mengatur

durasi waktu keseluruhan penyelenggaraan pembebasan tanah untuk

kepentingan umum paling lama (maksimal) 583 hari.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 maupun Perpres

Nomor 71 Tahun 2012 juga diatur keharusan instansi yang memerlukan

tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum agar menyusun

dokumen perencanaan pengadaan tanah. Karena itu harus disebutkan

tujuan rencana pembangunan, kesesuaian dengan Rancangan Tata

Ruang Wilayah (RTRW), letak tanah, luas tanah yang dibutuhkan,

gambaran umum status tanah, dan perkiraan nilai tanah. Lalu selanjutnya

diserahkan kepada Gubernur yang melingkupi wilayah dimana letak tanah

berada.

Page 30: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

28 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

Lebih lanjut, peraturan ini juga menyinggung soal pengaturan ganti

kerugian, pengalihan hak tanah, dan lainnya. Selain itu, terdapat

pengaturan soal penolakan dari pihak yang berhak untuk penggantian

rugi atas lahan tersebut dan sengketa lahan di pengadilan. Terkait

pengaturan sumber dana pengadaan tanah, termasuk pengadaan tanah

berskala kecil maupun pengadaan tanah untuk pembangunan

infrastruktur minyak, gas, dan panas bumi juga tidak luput diatur

didalamnya.

2.2. Penggunaan Kawasan Hutan Untuk Pembangunan

Sebagian rencana pembangunan Jalan Lingkar Selatan melewati

kawasan hutan dimana pengaturan ganti ruginy diatur secara khusus.

Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan diluar

kehutanan hanya dapat dilakukan dalam kawasan hutan produksi

dan kawasan hutan lindung dengan mempertimbangkan batasan luas,

jangka waktu tertentu, dan kelestarian lingkungan.

Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar

kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan untuk kegiatan yang

mempunyai tujuan strategis yang tidak dapat dielakkan, termasuk

diantaranya adalah kegiatan pertanian tertentu dalam rangka

ketahanan pangan dan ketahanan energi.

Persyaratan terhadap hapusnya persetujuan prinsip penggunaan

kawasan hutan atau izin pinjam pakai kawasan hutan perlu diubah

dengan pertimbangan untuk memberi kepastian hukum dalam

melakukan kegiatan bagi pemegang izin pinjam pakai kawasan

hutan.Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang

Penataan Ruang, Pemerintah Daerah menetapkan Rencana Tata

Ruang Wilayah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota yang

menjadi pedoman dalam pemanfaatan ruang.

Dalam penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi atau

Kabupaten/Kota terdapat perubahan peruntukan dan fungsi kawasan

Page 31: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

29 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

hutan yang belum mengacu pada perubahan peruntukan dan fungsi

kawasan hutan hasil penelitian terpadu sebagaimana diatur dalam

Pasal 19 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun

2004. Perubahan peruntukan tersebut mengakibatkan perbedaan

peruntukan ruang antara Rencana Tata Ruang Wilayah dengan

peruntukan dan fungsi kawasan hutan.

Perbedaan peruntukan ruang tersebut di atas mengakibatkan

perbedaan acuan dalam penggunaan ruang sehingga menimbulkan

ketidakpastian penggunaan ruang. Perbedaan acuan dalam

penggunaan ruang tersebut harus diselesaikan dengan ketentuan

dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun

2004.

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang yang mencabut Undang-Undang Nomor 24 Tahun

1992 tentang Penataan Ruang, maka Rencana Tata Ruang Wilayah

yang telah ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun

1992 tentang Penataan Ruang, wajib menyesuaikan melalui kegiatan

penyesuaian pemanfaatan ruang sesuai dengan Undang-Undang Nomor

26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Pemanfaatan ruang yang

tidak sesuai dengan rencana tata ruang harus disesuaikan dengan

rencana tata ruang melalui kegiatan penyesuaian pemanfaatan ruang.

Sehingga semua kegiatan usaha pertambangan yang izinnya

diterbitkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan Rencana Tata Ruang

Wilayah Provinsi yang ditetapkan sebelum berlakunya Undang-Undang

Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, namun berdasarkan

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun

2004 areal tersebut merupakan kawasan hutan dengan fungsi hutan

produksi, pemegang izin wajib mengajukan permohonan izin pinjam

Page 32: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

30 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

pakai kawasan hutan kepada Menteri. Kawasan hutan dapat digunakan

untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan, antara lain

kegiatan:

a) religi;

b) pertambangan;

c) instalasi pembangkit, transmisi, dan distribusi listrik, serta teknologi

energi baru dan terbarukan;

d) pembangunan jaringan telekomunikasi, stasiun pemancar radio, dan

stasiun relay televisi;

e) jalan umum, jalan tol, dan jalur kereta api;

f) sarana transportasi yang tidak dikategorikan sebagai sarana

transportasi umum untuk keperluan pengangkutan hasil produksi;

g) sarana dan prasarana sumber daya air, pembangunan jaringan

instalasi air, dan saluran air bersih dan/atau air limbah;

h) fasilitas umum;

i) industri terkait kehutanan;

j) pertahanan dan keamanan;

k) prasarana penunjang keselamatan umum; atau

l) penampungan sementara korban bencana alam.

Dengan syarat sebagai berikut:

a) hanya dapat dilakukan di dalam kawasan hutan produksi; dan/atau

kawasan hutan lindung. Berarti pembangunan di luar kegiatan

kehutanan tidak dapat dilakukan dalam hutan konservasi (Taman

Nasional, Cagar Alam, tahura dan sebaginya )

b) tanpa mengubah fungsi pokok kawasan hutan dengan

mempertimbangkan batasan luas dan jangka waktu tertentu serta

kelestarian lingkungan

c) kawasan hutan lindung hanya dapat dilakukan penambangan dengan

pola pertambangan bawah tanah (tidak boleh melakukan

penambangan dengan pola pertambangan terbuka)dengan ketentuan

dilarang mengakibatkan turunnya permukaan tanah; berubahnya

fungsi pokok kawasan hutan secara permanen; dan terjadinya

kerusakan akuiver air tanah

Page 33: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

31 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

d) hanya dapat dilakukan untuk kegiatan yang mempunyai tujuan

strategis yang tidak dapat dielakkan yaitu kegiatan yang diprioritaskan

karena mempunyai pengaruh yang sangat penting secara nasional

terhadap kedaulatan negara, pertahanan keamanan negara,

pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.

e) Penggunaan kawasan hutan dilakukan berdasarkan izin pinjam pakai

kawasan hutan yang diberikan oleh Menteri berdasarkan permohonan

f) Penggunaan kawasan hutan untuk pertambangan yang berdampak

penting dan cakupan yang luas serta bernilai strategis, izin pinjam

pakai kawasan hutan hanya dapat diberikan setelah mendapat

persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat

g) Tukar menukar kawasan hutan tidak boleh mengurangi luas kawasan

hutan tetap dan hanya dapat dilakukan dengan ketentuan:

h) kawasan hutan yang dimohon berupa HP dan/atau HPT yang tidak

dibebani izin penggunaan kawasan hutan, izin pemanfaatan hutan,

persetujuan prinsip tukar menukar kawasan hutan, atau bukan

merupakan KHDTK; dan

i) tetap terjaminnya luas kawasan hutan paling sedikit 30% (tiga puluh

perseratus) dari luas daerah aliran sungai, pulau, dan/atau provinsi

dengan sebaran yang proporsional sehingga dapat mempertahankan

daya dukung kawasan hutan tetap layak kelola.

j) dilarang menebang pohon dan wajib mempertahankan keadaan

vegetasi hutan pada kawasan perlindungan setempat pada areal

dengan radius atau jarak sampai dengan: 500 (lima ratus) meter dari

tepi waduk atau danau; 200 (dua ratus) meter dari tepi mata air dan

kiri kanan sungai di daerah rawa; 100 (seratus) meter dari kiri kanan

tepi sungai; 50 (lima puluh) meter dari kiri kanan tepi anak sungai; 2

(dua) kali kedalaman jurang dari tepi jurang; dan 130 (seratus tiga

puluh) kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah dari tepi

pantai.

k) Untuk tukar menukar kawasan hutan pantai berupa mangrove/bakau,

lahan pengganti harus lahan pantai berupa mangrove/bakau atau

lahan pantai yang dapat dijadikan hutan mangrove/bakau.

Page 34: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

32 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

l) Dalam hal tidak tersedia lagi lahan pengganti berupa mangrove/bakau

atau lahan pantai yang dapat dijadikan hutan mangrove/bakau, dapat

diganti dengan lahan lain dengan persyaratan tambahan sesuai

rekomendasi Tim Terpadu.

2.2.1. Tukar Menukar Kawasan Hutan

Tukar menukar kawasan hutan dilakukan untuk:

a) pembangunan di luar kegiatan kehutanan yang bersifat permanen;

(penempatan korban bencana alam; kepentingan umum, termasuk

sarana penunjang);

b) menghilangkan enclave dalam rangka memudahkan pengelolaan

kawasan hutan;

c) memperbaiki batas kawasan hutan.

2.2.2. Persyaratan Lahan Pengganti

Persyaratan Lahan Pengganti:

a) letak, luas dan batas lahan penggantinya jelas;

b) letaknya berbatasan langsung dengan kawasan hutan;

c) terletak dalam daerah aliran sungai, pulau, dan/atau provinsi yang

sama;

d) dapat dihutankan kembali dengan cara konvensional;

e) tidak dalam sengketa dan bebas dari segala jenis pembebanan dan

hak tanggungan; dan

f) mendapat rekomendasi dari gubernur dan bupati/walikota.

2.2.3. Tata Cara Permohonan Tukar Menukar Kawasan Hutan

Tata Cara Permohonan Tukar Menukar Kawasan Hutan

1. Tukar menukar kawasan hutan dilakukan berdasarkan permohonan

yang diajukan oleh:

a. menteri atau pejabat setingkat menteri;

b. gubernur;

c. bupati/walikota;

d. pimpinan badan usaha; atau

e. ketua yayasan.

Page 35: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

33 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

2. Permohonan kepada Menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang kehutanan, dengan tembusan disampaikan

kepada:

a. Sekretaris Jenderal;

b. Direktur Jenderal; dan

c. Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan.

2.2.4. Syarat Permohonan Tukar Menukar Kawasan Hutan

1. Persyaratan Administrasi

a. surat permohonan yang dilampiri dengan peta lokasi kawasan

hutan yang dimohon dan peta usulan lahan pengganti pada peta

dasar dengan skala minimal 1:100.000;

b. izin lokasi dari bupati/walikota/gubernur sesuai dengan

kewenangannya;

c. izin usaha bagi permohonan yang diwajibkan mempunyai izin

usaha;

d. rekomendasi gubernur dan bupati/walikota, dilampiri peta

kawasan hutan yang dimohon dan usulan lahan pengganti pada

peta dasar dengan skala minimal 1:100.000;

e. pernyataan untuk tidak mengalihkan kawasan hutan yang

dimohon kepada pihak lain dan kesanggupan untuk memenuhi

ketentuan peraturan perundang-undangan dalam bentuk surat

pernyataan tersendiri bagi pemohon Pemerintah atau pemerintah

daerah; dan

f. pernyataan untuk tidak mengalihkan kawasan hutan yang

dimohon kepada pihak lain dan kesanggupan untuk memenuhi

ketentuan peraturan perundang-undangan dalam bentuk akta

notaris bagi pemohon badan usaha atau yayasan.

g. Dalam hal permohonan diajukan oleh badan usaha atau yayasan,

selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditambah persyaratan lain, meliputi:· profil badan usaha atau

yayasan;· Nomor Pokok Wajib Pajak;· akta pendirian berikut

Page 36: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

34 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

perubahannya; dan · laporan keuangan 2 (dua) tahun terakhir

yang diaudit oleh Akuntan Publik.

2. Persyaratan Teknis

a. proposal, rencana teknis atau rencana induk termasuk rencana

lahan pengganti dan reboisasi/penanaman;

b. pertimbangan teknis dari Direktur Utama Perum Perhutani apabila

kawasan hutan yang dimohon merupakan wilayah kerja Perum

Perhutani; dan

c. hasil penafsiran citra satelit 2 (dua) tahun terakhir atas kawasan

hutan yang dimohon dan usulan lahan pengganti yang disertai

dengan pernyataan dari pemohon bahwa hasil penafsiran dijamin

kebenarannya, kecuali permohonan tukar menukar kawasan

hutan untuk penempatan korban bencana alam tidak perlu hasil

penafsiran citra satelit.

Page 37: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

35 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

BAB 3 METODOLOGI 3.1. Pendekatan

Untuk mencapai tujuan sesuai sasaran yang ditentukan di dalam

kerangka Acuan Kerja maka sebelum dibuat metode terperinci perlu

ditentukan lebih dahulu prinsip-prinsip dasar dan penyederhanaan

pelaksanaan. Harus lebih dahulu dipastikan tujuan dan prinsip yang benar

sehingga keputusan yang akan diambil dapat mencapai sasaran. Tanpa

hal ini maka program yang dilaksanakan kemungkinan akan gagal dan

tidak efisien selama pelaksanaannya sehingga tujuan akhir tidak tercapai.

Sangat diperlukan membuat identifikasi dan mengerti ruang lingkup,

pekerjaan yang akan dilaksanakan nantinya sebelum memutuskan

metode pelaksanaan yang diperlukan. Untuk mencapai tujuan sesuai

sasaran yang ditentukan di dalam Kerangka Acuan Kerja maka sebelum

dibuat metode terperinci perlu ditentukan lebih dahulu prinsip-prinsip

dasar dan penyederhanaan pelaksanaan. Harus lebih dahulu dipastikan

tujuan dan prinsip yang benar sehingga keputusan yang akan diambil

dapat mencapai sasaran. Tanpa hal ini maka program yang dilaksanakan

kemungkinan akan gagal dan tidak efisien selama pelaksanaannya

sehingga tujuan akhir tidak tercapai. Sangat diperlukan membuat

identifikasi dan mengerti ruang lingkup, pekerjaan yang akan

dilaksanakan nantinya sebelum memutuskan metode pelaksanaan yang

diperlukan.

Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah ini disusun berdasarkan studi

kelayakan yang mencakup: (1) survei sosial ekonomi, (2) kelayakan

lokasi, (3) analisis biaya dan manfaat pembangunan bagi wilayah dan

masyarakat, (4) perkiraan harga tanah, (5) dampak lingkungan dan

dampak sosial yang mungkin timbul akibat pengadaan tanah dan

bangunan

Page 38: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

36 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

3.2. Metode Analisis

Adapun pendekatan yang digunakan untuk menganalisa kelayakan Calon

Tanah Pengganti JLS adalah pendekatan sosial ekonomi, lingkungan,

dan lingkungan Pendekatan ekonomi digunakan untuk menilai kelayakan

pendirian ditinjau dari aspek manfaaat biaya. Adapun pendekatan

lingkungan dimanfaatkan untuk menganalisis sejauh mana keberadaan

tanah pengganti akan berdampak pada lingkungan sekitarnya dan

bagaimana cara mengantisipasi atau meminimalkan kondisi negatif yang

akan muncul. Sedangkan pendekatan sosial digunakan untuk

mencermati sejauhmana kehidupan sosial kemasyarakatan terpengaruh

oleh adanya pertukaran lahan. Dalam studi ini penilaian kelayakan adalah

sebagai berikut:

3.2.1. Aspek Lokasi

Penilaian terhadap kelayakan alternatif lokasi utamanya berkait dengan

tata ruang, topografi, aspek legal kepemilikan lahan dan sebagainya

sesuai dengan yang diatur dalam berbagai ketentuan perundangan.

Penilaian didasarkan pembobotan lahan sesuai dengan acuan peraturan

yang berlaku.

3.2.2. Aspek Sosial Ekonomi

Penilaian terhadap aspek demografi meliputi perkembangan

kependudukan, cakupan layanan, dan proyeksi kependudukan serta

kaitannya dengan penyediaan layanan jalan dan hutan terdampak.

3.2.3. Aspek Pembangunan Daerah

Penilaian terhadap aspek pembangunan daerah meliputi Pembangunan

infrastruktur berkaitan dengan tata letak/lokasi dan kemudahan dalam

pemanfaatan sarana dan prasarana. Kelayakan disesuaikan dengan

peraturan tata ruang wilayah.

3.2.4. Aspek Kebutuhan Biaya dan Manfaat Biaya

Aspek ini berkait dengan perhitungan kebutuhan pembiayaan berkait

dengan luas area dan sarana yang akan dibangun sesuai dengan

kebutuhan lahan pengganti.

Page 39: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

37 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

Analisis manfaat-biaya merupakan analisis yang digunakan untuk

mengetahui besaran keuntungan/kerugian serta kelayakan suatu proyek.

Dalam perhitungannya, analisis ini memperhitungkan biaya serta manfaat

yang akan diperoleh dari pelaksanaan suatu program. Sesuai dengan

dengan maknat ekstualnya yaitu benefit cost (manfaat-biaya) maka

analisis ini mempunyai penekanan dalam perhitungan tingkat

keuntungan/kerugian suatu program atau suatu rencana dengan

mempertimbangkan biaya yang akan dikeluarkan serta manfaat yang

akan dicapai.

3.3. Kebutuhan Dan Sumber Data

Data yang dibutuhkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data

primer diperoleh langsung dari nara sumber yang antara terdiri dari atas :

a. Pejabat Pemerintah terkait (BAPPEDA, Perhutani, BLH, Camat, dll),

untuk mengetahui kebijakan yang diambil dalam dalam pembangunan

JLS.

b. Tokoh Masyarakat dan pemangku kepentingan, untuk mengetahui

umpan balik masyarakat, sehubungan dengan adanya rencana

pendirian Kantor Kecamatan tersebut.

c. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui bahan publikasi yang

diterbitkan oleh instansi terkait dan berhubungan langsung dengan

studi ini.

3.4. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

Studi ini dibagi dalam dua tahap pengumpulan data. Tahap pertama di

fokuskan kepada aktivitas desk research yang meliputi telaah pustaka

dan pencarian data sekunder. Tahap kedua akan memfokuskan pada

pencirian data primer melalui wawancara mendalam (indepth interview)

dengan nara sumber terpilih baik dari kalangan pejabat pemerintahan,

maupun masyarakat dengan metode random sampling. Adapun teknik

pengolahan data didasarkan kepada aspek-aspek analisis kelayakan

yang antara lain meliputi :

Page 40: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

38 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

1. Aspek Kelayakan Teknis, melalui teknik analisis deskriptif terhadap

variabel-variabel yang telah ditentukan. Untuk kelayakan lokasi

digunakan analisi kesesuaian lahan.

2. Aspek Kelayakan Lingkungan diterapkan secara deskriptif untuk

mengetahui dan mengukur kemanfaatan dan kerugian yang diprediksi

akan muncul dengan adanya fasilitas JLS.

3. Teknik Analisis Manfaat Biaya (BCR)

Analisis manfaat-biaya merupakan analisis yang digunakan untuk

mengetahui besaran keuntungan/kerugian serta kelayakan suatu

proyek. Dalam perhitungannya, analisis ini memperhitungkan biaya

serta manfaat yang akan diperoleh dari pelaksanaan suatu program.

Sesuai dengan dengan maknat ekstualnya yaitu benefit cost

(manfaat-biaya) maka analisis ini mempunyai penekanan dalam

perhitungan tingkat keuntungan/kerugian suatu program atau suatu

rencana dengan mempertimbangkan biaya yang akan dikeluarkan

serta manfaat yang akan dicapai. Dibandingkan penerapannya dalam

bidang investasi, penerapan Benefit Cost Ratio (BCR) telah banyak

mengalami perkembangan. Salah satu perkembangan analisis BCR

antara lain yaitu penerapannya dalam bidang pengembangan

ekonomi daerah.

Dalam bidang pengembangan daerah, analisis ini umum digunakan

pemerintah daerah untuk menentukan kelayakan pengembangan

suatu proyek. Aplikasi BCR dalam sektor publik harus

mempertimbangkan beberapa aspek terkait manfaat sosial (social

welfare function) dan lingkungan serta tak kalah penting adalah faktor

efisiensi. Faktor efisiensi mutlak menjadi perhatian menimbang

terbatasnya dana dan kemampuan pemerintah daerah sendiri. Secara

terinci aspek-aspek tersebut juga mempertimbangkan dampak

penerapan suatu program dalam masyarakat baik secara langsung

(direct impact) maupun tidak langsung (indirect impact) faktor

eksternalitas, ketidakpastian (uncertainty), risiko (risk) serta shadow

price. Efisiensi ekonomi merupakan kontribusi murni suatu program

dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sehingga yang

Page 41: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

39 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

menjadi perhatian utama dalam penerapan BCR dalam suatu proyek

pemerintah yang berkaitan dengan sektor publik adalah redistribusi

sumber daya.

Analisis biaya-manfaat (CBA), kadang-kadang disebut analisis

manfaat-biaya (BCA), adalah proses sistematis untuk menghitung dan

membandingkan manfaat dan biaya dari proyek untuk dua tujuan:

1. Untuk menentukan apakah itu adalah investasi yang sehat

(pembenaran / kelayakan).

2. Untuk melihat bagaimana membandingkan dengan proyek-

proyek alternatif (peringkat / prioritas tugas). Ini melibatkan

membandingkan biaya total diharapkan setiap pilihan terhadap

manfaat yang diharapkan total, untuk melihat apakah

manfaatnya lebih besar daripada biaya, dan seberapa banyak.

Dalam CBA, manfaat dan biaya yang dinyatakan dalam bentuk uang,

dan disesuaikan dengan nilai waktu dari uang, sehingga semua aliran

arus manfaat dan biaya proyek dari waktu ke waktu (yang cenderung

terjadi pada titik-titik berbeda dalam waktu) disajikan pada dasar

umum dalam hal mereka "nilai sekarang".

Page 42: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

40 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANYUWANGI 4.1. Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik

Secara geografis Kabupaten Banyuwangi terletak di ujung timur Pulau

Jawa. Daerahnya terbagi atas dataran tinggi yang berupa daerah

pegunungan, merupakan daerah penghasil berbagai produksi

perkebunan. Daratan yang datar dengan berbagai potensi yang berupa

produksi tanaman pertanian, serta daerah sekitar garis pantai yang

membujur dari arah Utara ke Selatan yang merupakan daerah penghasil

berbagai biota laut. Berdasarkan garis batas koordinatnya, posisi

Kabupaten Banyuwangi terletak diantara 7 43‟ - 8 46‟ Lintang Selatan dan

113 53‟ - 114 38‟ Bujur Timur. Secara administratif sebelah utara

berbatasan dengan Kabupaten Situbondo, sebelah timur Selat Bali,

sebelah selatan Samudera Indonesia serta sebelah Barat berbatasan

dengan Kabupaten Jember dan Bondowoso.

Gambar 1 Peta Administrasi Kabupaten Banyuwangi

Page 43: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

41 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

Luas Wilayah Kabupaten Banyuwangi adalah 5.782,50 km2, yang

merupakan daerah kawasan hutan mencapai 183.396,34 ha atau sekitar

31,72%, persawahan sekitar 66.152 ha atau 11,44%, perkebunan dengan

luas sekitar 82.143,63 ha atau 14,21%, permukiman dengan luas sekitar

127.454,22 ha atau 22,04%. Adapun sisanya seluas 119.103,81 ha atau

20,63 persen dipergunakan untuk berbagai manfaat fasilitas umum dan

fasilitas sosial seperti jalan, ruang terbuka hijau, ladang, tambak dan lain-

lainnya. Selain penggunaan luas daerah yang demikian itu, Kabupaten

Banyuwangi memiliki panjang garis pantai sekitar 175,8 km, serta serta

pulau-pulau kecil sebanyak 10 buah. Seluruh wilayah tersebut telah

memberikan manfaat besar bagi kemajuan ekonomi.

Tabel 1 Nama, Luas Wilayah per-Kecamatan dan Jumlah Kelurahan/Desa

Nama Kecamatan Jumlah Desa /Kelurahan

Luas Wilayah

(Km2) (%) thd total

1. Pesanggaran 5 /- 802,5 13,9

2. Siliragung 5 /- 95,15 1,6

3. Bangorejo 7 /- 137,43 2,4

4. Purwoharjo 8 /- 200,3 3,5

5. Tegaldlimo 9 /- 1.341,12 23,2

6. Muncar 10 /- 146,07 2,5

7. Cluring 9 /- 97,44 1,7

8. Gambiran 6 /- 66,77 1,2

9. Tegalsari 6 /- 65,23 1,1

10. Glenmore 7 /- 421,98 7,3

11. Kalibaru 6 /- 406,76 7,0

12 Genteng 5 /- 82,34 1,4

13 Srono 10 /- 100,77 1,7

14 Rogojampi 18 /- 102,33 1,8

15 Kabat 16 /- 107,48 1,9

16 Singojuruh 11 /- 59,89 1,0

17 Sempu 7 /- 174,83 3,0

18 Songgon 9 /- 301,84 5,2

19. Glagah 8 /2 76,75 1,3

20. Licin 8 /- 169,25 2,9

21. Banyuwangi - /18 30,13 0,5

22. Giri 2 /4 21,31 0,4

23. Kalipuro 5 /4 310,03 5,4

24. Wongsorejo 12 /- 464,8 8,0

JUMLAH : 189/28 5.782,50 100 Sumber : Banyuwangi Dalam Angka,2011

Page 44: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

42 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

Wilayah daratannya terdiri atas dataran tinggi berupa pegunungan yang

merupakan daerah penghasil produk perkebunan; dan dataran rendah

dengan berbagai potensi produk hasil pertanian serta daerah sekitar garis

pantai yang membujur dari arah utara ke selatan yang merupakan daerah

penghasil berbagai biota laut. Kabupaten Banyuwangi terdiri dari 24

kecamatan, 28 kelurahan dan 189 desa. Dengan jumlah desa terbanyak

di Kecamatan Rogojampi sebanyak 18 desa. Kecamatan terluas adalah

Kecamatan Tegaldlimo dengan luas 1341,12 Ha, sedangkan kecamatan

terkecil adalah Kecamatan Giri dengan luas 21,31 Ha.

4.2. Demografi

Sampai dengan akhir tahun 2010 lalu penduduk Kabupaten Banyuwangi

tercatat sebanyak 1.615.548 jiwa menurut hasil registrasi oleh Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil. Sedangkan berdasarkan hasil Sensus

Penduduk 2010 dengan laju pertumbuhan penduduk 0,44 persen per

tahun, jumlah penduduk akhir tahun 2010 diproyeksikan sebanyak

1.556.078 jiwa. Sejak tahun 1980 sampai dengan 1990 angka

pertumbuhan penduduk Kab. Banyuwangi tercatat 0,22 persen. Pada

tahun 2000 sampai dengan 2010 angka pertumbuhan penduduk tercatat

sebesar 0,44 persen

Menurut hasil pendataan Sensus Penduduk tahun 2010, dengan

menggunakan pendekatan komposisi umur yang dibedakan laki-laki

dengan perempuan, diperoleh angka harapan hidup perempuan lebih

tinggi bila dibanding dengan angka harapan hidup laki-laki. Kaum

perempuan lebih bertahan hidup ketika mendekati umur 60 tahun keatas,

sedang laki-laki ada kelompok umur yang sama dengan perempuan

mempunyai kecenderungan dengan jumlah yang terus menurun

Angka keterbandingan yang demikian itu umumnya disebut dengan Sex

Ratio. Secara detil bila diikuti berdasarkan komposisi kelompok umur

antara laki-laki dengan perempuan, Sex Ratio tertinggi terjadi pada

kelompok umur 0 – 14 tahun. Pada kelompok umur ini anak laki-laki

jumlahnya relatif lebih banyak bila dibanding dengan jumlah penduduk

Page 45: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

43 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

perempuan. Dari hasil SP 2010 penyebaran penduduk Kabupaten

Banyuwangi masih tertumpu di Kecamatan Muncar (125.698 orang),

kemudian diikuti oleh Kecamatan Banyuwangi (101.567 orang) dan

Kecamatan Rogojampi (100.315 orang). Sedangkan Kecamatan dengan

jumlah penduduk paling sedikit adalah Kecamatan Giri (29.298 orang)

kemudian Kecamatan Licin (32.936 orang) dan Kecamatan Glagah

(33.932 orang).

Dengan luas wilayah Kabupaten Banyuwangi sekitar 5.781 km2 yang

didiami oleh 1.610.910 orang maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk

Kabupaten Banyuwangi adalah sebanyak 279 orang per km2.Kecamatan

yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan

Banyuwangi yakni sebanyak 3.371 orang per km2 sedangkan yang paling

rendah adalah Kecamatan Tegaldlimo yakni sebanyak 49 orang per km 2.

Sedangkan sampai dengan akhir tahun 2012 , penduduk Kabupaten

Banyuwangi tercatat sekitar 1.568.898 jiwa. Yang terdiri dari laki-laki

sejumlah 778.906 jiwa dan perempuan ada sebanyak 789.992 jiwa. Dari

sejumlah penduduk ini terdapat 471.588 kepala rumah tangga.

4.3. Sosial dan Budaya

Fasilitas pendidikan yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi terdiri dari

Taman Kanak-kanak (TK), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Dasar (SD),

Madrasah Tsanawiayah (MTs), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

(SLTP), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA),

dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sesuai dengan data yang ada,

maka tingkat , SD 826 unit, SLTP 159 Unit, SMA 46 unit, SMK 35 unit, MI

243 unit, MTs 81 unit dan MA 30 unit. Fasilitas pendidikan yang ada pada

tiap kecamatan menyebar secara merata. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Tabel berikut:

Page 46: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

44 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

Tabel 2 Fasilitas pendidikan yang tersedia di Kabupaten Banyuwangi

No. Nama

Kecamatan

Jumlah Sarana Pendidikan Umum Agama

SD SLTP SMA SMK MI MTs MA 1 Pesanggaran 37 6 1 1 3 1 1 2 Siliragung 28 8 1 1 8 1 1 3 Bangorejo 34 5 2 1 11 2 0 4 Purwoharjo 32 9 3 0 12 3 1 5 Tegaldlimo 33 6 3 2 16 2 1 6 Muncar 49 12 1 4 17 7 2 7 Cluring 36 6 1 2 16 5 2 8 Gambiran 33 7 2 1 7 2 0 9 Tegalsari 27 5 1 2 9 4 2 10 Glenmore 46 8 4 1 10 6 1 11 Kalibaru 31 8 1 1 6 1 1 12 Genteng 38 14 6 3 7 3 2 13 Srono 45 11 4 3 19 4 1 14 Rogojampi 48 8 3 2 10 4 0 15 Kabat 39 2 1 0 18 6 2 16 Singojuruh 29 3 1 1 3 1 1 17 Sempu 33 9 0 1 12 2 0 18 Songgon 31 4 1 0 8 3 2 19 Glagah 19 2 1 1 2 0 0 20 Licin 37 2 0 0 6 3 1 21 Banyuwangi 40 9 4 4 5 3 1 22 Giri 16 3 2 3 7 3 1 23 Kalipuro 28 5 1 0 16 8 3 24 Wongsorejo 37 7 2 1 15 7 4 Jumlah : 826 159 46 35 243 81 30

Sumber: Banyuwangi Dalam Angka, 2011

Namun demikian di Kabupaten Banyuwangi, masalah kemiskinan masih

cukup mendominasi. Angka kemiskinan di Kabupaten Banyuwangi

memang mengalami penurunan. Tetapi, jumlah penduduk yang

terkatagori miskin masih cukup besar. Berdasarkan hasil sensus

ekonomi tahun 2005, penduduk miskin di Kabupaten Banyuwangi

mencapai 157.347 KK., untuk tahun 2007 jumlahnya menurun menjadi

156.714 KK. Data terbaru berdasarkan hasil PPLS tahun 2008, jumlah

penduduk miskin menurun lagi menjadi 129.324 KK.

4.4. Sumber Daya Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Banyuwangi terus

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011

bahkan tercatat sebesar 72,8* melampaui Provinsi Jawa Timur sebesar

72,15. Kondisi yang belum pernah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.

Page 47: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

45 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

Grafik 1 Perkembangan IPM Kabupaten Banyuwangi dan

4.5. Pengembangan Infrastruktur

Salah satu indikator dalam ketersediaan infrastruktur adalah kondisi

dan panjang jalan yang disediakan oleh pemerintah, baik oleh

Pemerintah Kabupaten, Provinsi maupun Pusat. Selama lima periode,

perkembangan panjang jalan Kabupaten, Provinsi maupun Pusat tidak

mengalami perubahan. Masing-masing panjang jalan untuk kabupaten,

provinsi dan pusat (nasional) adalah 2.718,8 km; 114,26km; dan 130,08

km.

Grafik 2 Perkembangan Jalan Kabupaten, Provinsi, dan Nasional

Sumber: Bina Marga Provinsi Jatim dan Dinas PU Kab.Banyuwangi (dalam

RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010)

Page 48: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

46 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

Luas irigasi Kabupaten Banyuwangi dalam kondisi baik pada tahun

2006 meningkat pada tahun 2007 sebesar 98 persen dan pada

tahun 2009 mencapai 99 persen. Cakupan bina kelompok tani pada

tahun 2006 sebesar 25,03 persen mengalami peningkatan pada tahun

2009 tahun 2010 menjadi 25,95 persen. Di sektor perikanan, dapat

dilihat adanya produksi perikanan pada tahun 2010 sebesar 57,8

ribu ton, meningkat dari tahun 2009 yang hanya sebesar 44,84 ribu

ton.

Disamping itu, peningkatan infrastruktur pariwisata menjadi salah satu

fokus dalam lima tahun terakhir. Seiring dengan pengembangan

kawasan segitiga berlian wisata yaitu ijen, sukamade, dan plengkung,

maka infrastruktur menuju destinasi wisata tersebut menjadi salah

satu prioritas penanganan. Pemeliharaan jalur transportasi menuju Ijen

dilaksanakan dalam rangka pengembangan wisata dan pengembangan

wilayah Kecamatan Licin dan Glagah.

4.6. Perekonomian Daerah

Pergerakan ekonomi Banyuwangi yang meningkat dalam beberapa tahun

terakhir, dikontribusi oleh dua sektor utama yaitu pertanian (termasuk

perikanan dan peternakan) serta perdagangan, hotel dan restoran.

Pertanian memberikan kontribusi rata-rata 46,5 persen sedangkan

perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi rata-rata 26,8

persen. Sektor pertanian tidak hanya menjadi andalan Banyuwangi,

namun juga sektor yang diandalkan di level Jawa Timur. Pertumbuhan

dan kontribusi sektor ini di Banyuwangi melampaui Jawa Timur, sehingga

menurut analisis tipologi Klassen, sektor pertanian menjadi masuk dalam

kategori sektor prima. Sektor pertanian termasuk didalamnya sub sektor

perikanan, peternakan, perkebunan, dan kehutanan merupakan sektor

yang menghidupi mayoritas penduduk Banyuwangi (market share) paling

besar, yang menjadi hajat hidup orang banyak. Untuk itu dalam beberapa

tahun kedepan, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menetapkan

Page 49: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

47 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

kebijakan untuk tetap meletakkan sektor ini sebagai prioritas unggulan

utama.

Sementara itu, sektor perdagangan, hotel dan restoran, meskipun dalam

posisi kedua dalam memberi kontribusi ekonomi Banyuwangi, namun

menjadi lokomotif utama yang mengangkat tumbuhnya perekonomian.

Sektor ini pada tahun 2011 mampu tumbuh 8,9 persen dan pada tahun

2012 mencapai posisi 9,2 persen melampaui total pertumbuhan ekonomi

Banyuwangi. Sedangkan sektor pertanian yang menjadi unggulan utama,

hanya tumbuh rata-rata 5 persen. Ketika sektor perdagangan, jasa, dan

restoran serta sektor konstruksi mengalami trend peningkatan, sektor

lainnya akan mengalami trend penurunan.

Kondisi ini menunjukkan bahwa saat ini Banyuwangi dalam proses

transformasi, dari pertanian ke sektor jasa perdagangan. Sektor

pertanian, di samping pertumbuhannya lambat, kontribusinya terhadap

total PDRB semakin tahun semakin menurun. Jika pada tahun 2007-2008

kontribusi sektor pertanian pada posisi diatas 47 persen, maka pada

tahun 2010 turun menjadi 46 persen dan turun lagi pada posisi 45,9

persen pada tahun 2011.

Sedangkan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran, yang menjadi

lokomotif pertumbuhan ekonomi Banyuwangi, faktanya merupakan sektor

„terbelakang‟ dalam konstelasi ekonomi Jawa Timur. Rerata pertumbuhan

sektor perdagangan, hotel dan restoran Jawa Timur lebih tinggi daripada

Banyuwangi. Pada sektor ini, ternyata didominasi oleh perdagangan yang

mencapai hampir 90 persen, sedangkan peran sektor hotel dan restoran

hanya pada kisaran 10 persen. Pada sektor pertanian, masih ditentukan

oleh sub sektor tanaman bahan makanan yang mendominasi hingga 50

persen, sedangkan perkebunan 20 persen, perikanan 17 persen,

peternakan 10 persen dan kehutanan 3 persen. Inilah tantangan yang

masih harus dihadapi saat ini dan pada tahun-tahun mendatang. Ini juga

merupakan resultan kerja bareng Pemerintah (seluruh satuan kerja

perangkat daerah), bersama swasta dan seluruh komponen masyarakat,

Page 50: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

48 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

yang masih harus terus diupayakan peningkatannya. Peran pemerintah

dicerminkan dari besarnya prosentase APBD terhadap total PDRB.

APBD Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2012 sebesar 1,86 Trilyun

Rupiah, namun proporsinya dalam menstimulasi perekonomian hanya 6,6

persen. Selebihnya (93,4 persen) adalah kontribusi seluruh komponen

masyarakat dan swasta.

Sebagai gambaran bahwa dari 1,86 trilyun dialokasikan antara lain 42,5

persen untuk memenuhi belanja pendidikan, 13,4 persen infrastruktur,

9,23 persen kesehatan, selebihnya untuk membiayai 22 urusan

pembangunan. Anggaran infrastruktur sebesar 250 milyar rupiah

diperuntukkan untuk meningkatkan aksesibilitas umum (pembangunan/

rehab jalan dan jembatan serta infrastruktur strategis lainnya), menunjang

sektor pertanian (pembangunan /rehab jaringan irigasi), kesehatan

(pengembangan/ rehab jaringan puskesmas), dan peningkatan sarana

publik lainnya.

Dalam konstelasi pertumbuhan ekonomi, meskipun belanja pemerintah

relatif kecil dibanding total PDRB (hanya 6,6 persen), tetapi diharapkan

mampu mendorong 3 faktor utama fundamental ekonomi Banyuwangi

yaitu peningkatan netto perdagangan dan konsumsi lokal, peningkatan

konsumsi produk lokal, serta masuknya investasi. Pertama, peningkatan

netto perdagangan dan konsumsi lokal. Penduduk Banyuwangi dengan

jumlah 1,56 juta jiwa merupakan terbesar keempat penduduk di Jawa

Timur. Penduduk yang besar ini merupakan pasar yang sangat potensial.

Untuk itu, penduduk Banyuwangi harus mengutamakan untuk

mengkonsumsi produk lokal Banyuwangi atau setidaknya membeli produk

domestik yang dijual di Banyuwangi, supaya ekonomi di Banyuwangi

bergerak dan tumbuh. Tentunya dengan catatan bahwa produk lokal

Banyuwangi harus berdaya saing; berkualitas dengan harga yang

terjangkau atau relatif murah. Oleh sebab produk Banyuwangi harus

berhadapan dengan produk-produk dari luar Banyuwangi bahkan dari

negara lain. Pilihan masyarakat seharusnya pada jeruk, durian, batik atau

produk lokal Banyuwangi lainnya, bukan mengkonsumsi jeruk, durian,

Page 51: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

49 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

batik atau produk import. Jika ini dilakukan oleh seluruh masyarakat,

maka netto perdagangan Banyuwangi akan surplus dan yang jauh lebih

penting adalah memberikan dampak ikutan kepada petani dan produsen

lokal Banyuwangi untuk terus memproduksi, memberikan upah tenaga

kerja, mengurangi pengangguran, dan seterusnya.

Kedua, peningkatan investasi. Posisi Kabupaten Banyuwangi sangat

strategis karena terletak di ujung Pulau Jawa dan berbatasan dengan

Provinsi Bali. Dalam Materplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan

Ekonomi Indonesia (MP3EI), posisi Banyuwangi merupakan pintu

gerbang Koridor Ekonomi Jawa sebagai “Pendorong Industri dan Jasa

Nasional”, yang menghubungkan dengan Koridor Ekonomi Bali Nusa

Tenggara sebagai “Pintu Gerbang Pariwisata dan Pendukung Pangan

Nasional”. Pada posisi ini, diharapkan Banyuwangi, dalam koridor

ekonomi nasional ini menjadi „pintu‟ untuk masuknya investasi.

Harapan tersebut nampaknya semakin dekat dengan kenyataan. Dari

data Badan Penanaman Modal Jawa Timur, jika sebelumnya minat

investasi di Banyuwangi hanya menjadi rangking 31 diantara 38

Kabupaten/Kota di Jawa Timur, saat ini menempati posisi rangking ketiga

sebagai daerah yang paling diminati investor setelah Gresik dan

Surabaya. Dengan keberadaan investor, diharapkan bisa membangun

sinergi positif demi kemajuan Banyuwangi ke depan. Untuk itulah,

investasi apa pun, terutama investasi di sektor yang terkait dengan

pertanian (termasuk perikanan dan peternakan) harus didorong lebih kuat

dan lebih cepat guna mendayagunakan lebih banyak sumberdaya alam di

Banyuwangi.

Upaya peningkatan investasi dengan konsep penataan dan

pengembangan wilayah telah dirumuskan dan disesuaikan dengan

potensi dan kebutuhan di Kabupaten Banyuwangi. Konsep

pengembangan wilayah Banyuwangi telah ditetapkan dalam Rencana

Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011-2031, Pertama

Konsep pengembangan wilayah berbasis karakter sumberdaya yang

Page 52: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

50 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

dimiliki, yaitu Pengembangan kegiatan industri pengolahan potensi

kelautan dan perikanan yang terintegrasi dengan pengembangan

kawasan Minapolitan di Kecamatan Muncar; Pengembangan agroindustri

berada disentra produksi pertanian terintegrasi dengan pengembangan

kawasan agropolitan di Kecamatan Bangorejo, Siliragung, Kalibaru dan

Kalipuro; Pengembangan industri kecil (home industry) dan menengah

yang tersebar di seluruh kecamatan. Konsep ini menekankan pada pilihan

komoditas unggulan sebagai motor penggerak ekonomi.

Kedua, Konsep pengembangan wilayah berbasis penataan ruang.

Konsep pusat pertumbuhan yang menekankan perlunya investasi dengan

dukungan infrastruktur yang baik. Pengembangan kawasan industri

estate atau kawasan industri terpadu diarahkan di Kecamatan

Wongsorejo; dan Pengembangan kegiatan industri yang terintegrasi

dengan pengembangan Pelabuhan Umum dan Pelabuhan Khusus

diarahkan di Kecamatan Kalipuro; Saat ini sedang diupayakan realisasi

Kawasan Industri Wongsorejo (KIW) seluas 600 hektar dari 1.000 hektar

lahan yang telah disiapkan. Ini semua merupakan ikhtiar dalam upaya

menjadikan kawasan Banyuwangi utara sebagai kawasan industri guna

menyokong perekonomian Banyuwangi dalam skala yang lebih luas lagi.

Dengan dukungan dana APBN, pemerintah juga akan melakukan

penambahan runway lapangan terbang Blimbingsari serta runway lighting

sehingga bisa digunakan untuk pendaratan malam hari dan mampu

melayani rute penerbangan armada setara Boeing. Mulai tanggal 1 Mei

2012 yang lalu frekuensi penerbangan dari Banyuwangi-Surabaya oleh

Merpati Air sudah dilakukan tiap hari, dan mulai tanggal 20 September

2012, maskapai Wings Air telah membuka penerbangan Banyuwangi-

Surabaya PP setiap hari. Dengan demikian diharapkan akan semakin

banyak investor yang tertarik untuk menanamkan modalnya di

Banyuwangi.

Investasi dan pertumbuhan ekonomi diharapkan memberikan dampak

pada perluasan lapangan kerja, pengurangan pengangguran dan

Page 53: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

51 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

pengurangan kemiskinan. Pengurangan pengangguran ditunjukkan dari

menurunnya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Pada tahun 2010,

TPT di Banyuwangi mencapai 3,92 persen dari seluruh angkatan kerja.

Kondisi ini membaik pada tahun 2011, tingkat pengangguran terbuka

menurun mencapai 3,71 persen, berada di bawah TPT Jawa Timur yang

mencapai 4,16 persen. Pada tahun 2009, prosentase penduduk miskin di

Banyuwangi mencapai 12,16 persen penduduk. Kondisi ini membaik pada

tahun 2010, penduduk miskin di Banyuwangi menurun mencapai 11,25

persen, berada di bawah penduduk miskin Jawa Timur yang mencapai

15,2 persen dan penduduk miskin nasional sebesar 13,33 persen

penduduk. Investasi di Banyuwangi diharapkan mampu terus

meningkatkan angka partisipasi angkatan kerja dan pada gilirannya

mampu menurunkan pengangguran dan kemiskinan.

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan investasi disisi lain, jika tidak

diantisipasi dapat memberikan dampak sosial dan disparitas. Untuk itu

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi terus memberikan dukungan

terhadap penyelenggaraan jaminan sosial. Jumlah industri non formal di

Banyuwangi saat ini sebesar 14.926 Unit Usaha, dengan Jumlah Tenaga

Kerja sebanyak 54.869 orang, terus didorong untuk terlindungi jaminan

sosial. Asuransi Kesejahteraan Sosial (Askesos) saat ini telah diikuti

3.261 peserta dari 17 lembaga, dengan dana keseluruhan sebesar Rp.

510 juta. Sedangkan Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja), saat ini

telah diikuti 20.796 tenaga kerja pada 787 lembaga. Jaminan Kesehatan

Daerah (Jamkesda) telah disediakan (kuota) sebesar 66.911 dengan

realisasi sebesar 2.542 (3,8 persen). Adapun Jaminan Kesehatan

Masyarakat (Jamkesmas) bersumberdana APBN disediakan kuota

463.210 dengan realisasi sebesar 154.915 (33,4 persen).

Sebagaimana tadi diuraikan bahwa sektor pertanian termasuk sub sektor

perikanan kelautan sebagai prioritas utama pembangunan daerah.

Pengembangan investasi diharapkan memberikan efek pengganda

(multiplier effect) yang lebih luas kepada ekonomi Banyuwangi

khususnya di sektor pertanian. Pada tahun 2011 luas panen 116,7 ribu

Page 54: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

52 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

hektar dan produksi padi mencapai 761,3 ribu ton. Provitas padi pada

tahun 2012 sebesar 6,33 ton per hektar.

Dukungan APBD pada pembangunan jalan usaha tani tahun 2011

sebesar Rp. 2,16 milyar yang tersebar pada 12 Kecamatan, Jalan

produksi disentra produksi kapas, tembakau dan kelapa sebesar Rp.

758,4 juta di Kec. Sempu dan Wongsorejo, dan Jaringan irigasi tingkat

usaha tani (JITUT) serta Jaringan Irigasi Pedesaan (JIDES) dengan dana

sebesar Rp. 1,74 yang tersebar di 24 kecamatan. Dukungan peningkatan

infrastruktur juga terus diupayakan guna peningkatan produksi dan

produktifitas pertanian. Pada tahun 2011, saluran tersier yang diperbaiki

mencapai 44,4 km dengan baku sawah terairi 3.330 hektar. Sedangkan

saluran skunder yang diperbaiki mencapai 1,03 km dengan baku sawah

terairi 300 hektar.

Sementara itu, dengan dukungan dana APBN, Waduk Bajulmati yang

terletak di Desa Watukebo Kecamatan Wongsorejo terus berlangsung,

dengan harapan nantinya berfungsi untuk meningkatkan areal sawah

beririgasi teknis seluas 1.800 hektar, penyediaan air bersih untuk 18.000

KK, air bersih untuk pelabuhan dengan kapasitas 0,06 m3/detik, dan

pariwisata serta perikanan. Sedangkan pada sub sektor perikanan dan

kelautan, produksi tahun 2011 tercatat sebesar 31,01 ribu ton dengan

produksi budidaya sebesar 1.090 ton dan produksi tangkap sebesar 29,9

ribu ton. Produksi ini meningkat pada tahun 2012 menjadi sebesar 45,7

ton.

Kinerja ekonomi masa lalu Kabupaten Banyuwangi merupakan pondasi

bagi pertumbuhan saat ini. Kondisi ekonomi Kabupaten Banyuwangi

mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahunnya sejak tahun 2006 yaitu

sebesar 4,74 %. Kondisi ini terus meningkat pada tahun 2006 – 2010,

pertumbuhan ekonomi di Banyuwangi sebesar 6,22 %. Hal ini dapat

dilihat pada besaran PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) ADHK

(Atas Dasar Harga Konstan) tahun 2010 mencapai 11.099.055,81 juta

rupiah, meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 10.439.329,31 juta

Page 55: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

53 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

rupiah. Angka pendapatan per kapita kabupaten Banyuwangi tahun 2010

sebesar Rp. 6.101.969,78 Tahun 2012 tampaknya menjadi tahun terbaik

dalam sejarah perekonomian Banyuwangi. Kinerja makro ekonomi

Banyuwangi dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir terus mengalami

trend peningkatan. Pada tahun 2011-2012 menjadi tahun pertumbuhan

ekonomi yang sangat atraktif. Dalam rentang waktu tahun 2003-2010

ekonomi Banyuwangi hanya tumbuh pada kisaran 4-6 persensaja. Namun

pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi mencapai 7,02 persen dan

sampai pada posisi 7,15 persen pada tahun 2012 (selengkapnya lihat

grafis).

Dalam lintasan waktu 2003-2012, pertumbuhan ekonomi Banyuwangi

meningkat stabil dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur

yang cenderung fluktuatif. Fundamental ekonomi Banyuwangi juga relatif

kuat dibanding Jawa Timur. Terbukti ditengah krisis yang terjadi tahun

2008-2009 akibat Subprime Mortage di AS, Ekonomi Indonesia tertekan

pada posisi 4,55 persen yang kemudian berimbas menekan ekonomi

Jawa Timur menjadi 5,01 persen. Pada kondisi yang cukup sulit tersebut,

ekonomi Banyuwangi masih tumbuh pada posisi 6 persen. Dengan

kondisi itu, diprediksikan pertumbuhan ekonomi Banyuwangi masih akan

terus meningkat dan ketika momentum pertumbuhan ini bisa dijaga maka

pada tahun 2013 ekonomi Banyuwangi dapat tumbuh 7,2 persen atau

bahkan lebih.

Guncangan ekonomi global dan nasional relatif tidak mempengaruhi laju

ekonomi Banyuwangi. Dukungan sektor riel yang kuat menjadi modal

penting bergeraknya ekonomi di Banyuwangi selama ini. Basis

pertumbuhan ini diprediksi akan terus menguat sehingga menjadikan

perekonomian Banyuwangi lebih atraktif lagi pada tahun-tahun

mendatang.

Dengan inflasi pada kisaran tersebut (kisaran 4,9-5,3 persen), memberi

pengaruh yang positif dalam mendorong perekonomian menjadi lebih

baik; masyarakat lebih bergairah untuk bekerja, melaksanakan

Page 56: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

54 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

diversifikasi usaha, dan mengadakan investasi yang dampaknya

meningkatkan pendapatan masyarakat dan daerah. Sebaliknya, jika

terjadi hiperinflasi (diatas 10 persen) akan menyebabkan gangguan

stabilitas ekonomi dan para pelaku ekonomi enggan untuk melakukan

aktifitas dalam perekonomian karena menurunnya daya beli masyarakat

sebagai akibat harga-harga meningkat.

Indeks daya beli yang ditunjukkan dari pengeluaran riel per kapita juga

menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam 2 tahun terakhir. Jika

pada tahun-tahun sebelumnya hingga tahun 2010, pengeluaran riel per

kapita pada kisaran 620 ribu rupiah, maka pada tahun 2011 sebesar

632,8 ribu rupiah dan mencapai 635,3 ribu rupiah pada tahun 2012.

Pengeluaran riel yang meningkat disebabkan pendapatan yang

meningkat. Pendapatan masyarakat yang ditunjukkan dari PDRB per

kapita juga nampak peningkatan yang signifikan. PDRB perkapita dalam

bebeberapa tahun terakhir dalam kisaran 6-15 juta per kapita per tahun,

meningkat signifikan menjadi 16,8 juta per kapita per tahun pada 2011

dan menjadi 18,1 juta per kapita per tahun pada 2012.

Meskipun ekonomi Banyuwangi telah bergerak dan tumbuh meningkat,

namun beban dan tantangan masih cukup tinggi. Pertumbuhan ekonomi

Banyuwangi juga telah memberi dorongan penurunan angka kemiskinan.

Pada tahun 2011 sekitar 12,25 persen penduduk di bawah angka

kemiskinan Provinsi Jawa Timur (15,2 persen) dan angka kemiskinan

nasional (13,3 persen). Pertumbuhan ekonomi telah mendorong

peningkatan pendapatan penduduk miskin, namun diakui bahwa

peningkatan pendapatan mereka dibawah laju peningkatan pendapatan

kelompok masyarakat menengah keatas. Fakta ini menunjukkan bahwa

masih ada disparitas pendapatan masyarakat.

Kabupaten Banyuwangi yang terdiri dari 24 kecamatan, ada 5 kecamatan

yang menjadi pendukung utama perekonomian Kabupaten Banyuwangi,

yaitu Kecamatan Muncar yang memberikan kontribusi sebesar 9,45%,

kemudian Kecamatan Wongsorejo 8,12%, Kecamatan Kalipuro 6,73%,

Page 57: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

55 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

Kecamatan Banyuwangi 6,20% dan Kecamatan Rogojampi 6,20%.

Hampir separuh dari seluruh kegiatan ekonomi yang ada di Kabupaten

Banyuwangi bergerak di bidang Pertanian dengan luas tanah persawahan

sekitar 66.152 Ha atau sekitar 11,44% sehingga mempunyai pengaruh

terhadap struktur ekonomi sebesar 49,18%. Sektor ekonomi kedua yang

mempunyai peranan terbesar adalah Sektor Perdagangan, Hotel dan

Restoran dengan besar sumbangannya terhadap perekonomian

Kabupaten Banyuwangi sebesar 24,05%. Angka Pertumbuhan Ekonomi

sering digunakan sebagai salah satu indikator penting dalam mengkaji

kinerja ekonomi suatu daerah, apabila semakin tinggi angka pertumbuhan

ekonomi suatu daerah maka akan semakin baik kinerja ekonomi daerah

tersebut. Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Banyuwangi (Atas

Dasar Harga Berlaku) dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011

menunjukkan perkembangan yang signifikan yaitu pada tahun 2008

sebesar 18,372 milyar rupiah, meningkat menjadi 20,723 milyar

rupiah pada tahun 2009 dan meningkat menjadi 23,558 milyar rupiah

di tahun 2010 serta di tahun 2011 meningkat menjadi 26,367 milyar

rupiah.

4.7. Potensi Daerah

Daya saing daerah adalah kemampuan perekonomian daerah dalam

mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan

berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan dengan provinsi

lainnya yang berdekatan, domestik atau internasional. Aspek daya saing

daerah terdiri dari kemampuan ekonomi daerah, fasilitas wilayah atau

infrastruktur, iklim berinvestasi, dan sumber daya manusia. Indikator

aspk daya saing daerah terdiri dari:

4.7.1. Kemampuan Ekonomi Daerah

Dalam menunjang besarnya PDRB Kabupaten Banyuwangi, sektor

pertanian merupakan sektor yang memilki kontribusi tertingggi dalam

besarnya PDRB yang hampir mencapai 50%. Hal ini disebabkan

karena Kabupaten Banyuwangi merupakan produsen sektor primer

terutama beras dan perikanan, dimana merupakan salah satu

Page 58: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

56 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

lumbung beras Provinsi Jawa Timur dan produsen ikan laut

(Muncar). Dua sektor utama penunjang perekonomian Kabupaten

Banyuwangi adalah sektor pertanian serta sektor perdagangan, hotel

dan restoran.

Wilayah Kabupaten Banyuwangi membentang dari dataran rendah

hingga pegunungan, dari kawasan nelayan di sepanjang garis pantai

hingga kawasan pertanian dan perkebunan yang terhampar dari

wilayah utara, selatan hingga wilayah barat. Sehingga, Kabupaten

Banyuwangi memiliki beberapa keunggulan daerah, dimana apabila

dapat dimanfaatkan dengan baik akan dapat meningkatkan

pertumbuhan perekonomian daerah. Beberapa potensi daerah yang

dimaksud adalah:

a. Potensi wisata dan budaya

Kabupaten Banyuwangi dengan Triangel Diamond-nya

(Segitiga Berlian) memilki berbagai macam tujuan wisata,

sebelah utara Kawah Ijen dengan belerang dan perkebunan

yang mengelilinginya. Di tengah ada GLand (Plengkung)

surga bagi peselancar dengan ombaknyanya yang memukau.

Sebelah selatan ada Sukamade dengan Penangkaran Penyu-

nya akan mampu menarik wisatawan. Belum lagi dengan adat

istiadatnya yang unik dan menarik. Berikut Triangel Diamond

Kabupaten Banyuwangi.

Kawah Ijen

Kawah Ijen yang berada di ketinggian 2.386 m di

atas permukaaan laut, merupakan kawah danau terbesar

di Pulau Jawa, kawah berbentuk ellips dengan ukuran

kurang lebih 960 x 600 m dengan ketinggian

permukaan air danau kurang lebih 2.140 m di atas

permukaaan laut dengan kedalaman danau kurang

lebih 200 m serta merupakan danau terasam di dunia

dengan ph 0,5. Kawah belerang berada dalam

sulfatara yang dalam. Kedalamannya 200 m dan

mengandung kira-kira 36 juta meter kubik air asam

Page 59: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

57 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

beruap, diselimuti kabut berbau belerang yang

berputar-putar diatasnya. Di dalam kawah, berbagai

warna dan ukuran batu belerang dapat ditemukan.

Sungguh, Kawah ijen merupakan taman batu belerang

yang indah.

Alas Purwo – Plengkung

Plengkung atau yang dikenal oleh wisatawan

mancanegara dengan nama G-Land merupakan surga

bagi para peselancar profesional dari dalam negeri

maupu mancanegara. Huruf G berasal dari kata

Grajagan, nama dari sebuah teluk yang memiliki

ombak yang besar. G-Land dikelilingi oleh hutan hujan

tropis yang masih alami. Bulan Mei sampai Oktober

adalah bulan terbaik untuk surfing. G-Land

menawarkan olahraga surfing yang paling digemari oleh

para pesurfer dan disarankan hanya untuk para

pesurfer profesional karena ombaknya yang dapat

mencapai 5 meter. Kebanyakan dari para peselancar

berangkat dari Bali, melalui Banyuwangi langsung ke G-

Land atau ke Grajagan, kemudian menyewa boat ke

Pantai Plengkung. Untuk menginap tersedia cottage

dan Jungle Camp dekat pantai bagi para pengunjung.

Pantai Sukamade

Jarak Pantai Sukamade kira-kira 97 km ke arah barat

daya dari Kota Banyuwangi. Pantai Sukomade

merupakan pantai yang tenang dan indah. Pada

mulanya pantai ini ditemukan oleh Belanda pada tahun

1927. Karet, kopi, dan coklat ditanam di tanah perkebunan

seluas1.200 hektar. Sukamade merupakan hutan lindung

alam di Jawa Timur yang berhubungan dengan

penangkaran penyu. Perjalanan malam hari ke Pantai

Sukamade menjadi tak terlupakan. Para pengunjung

dibimbing oleh para pemandu penjaga hutan yang

berpengalaman untuk melihat penyu yang mendarat ke

Page 60: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

58 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

pantai dan bertelur di pantai pasir. Penyu betina

biasanya bertelur hingga ratusan yang diletakkan di

dalam pasir pantai. Penyu betina biasanya mulai

mendarat di pantai jam 07.30 malam dan kembali ke

laut pada jam 12.00 malam hari. Bulan Nopember

hingga Maret adalah musim penyu bertelur.

b. Perikanan

Di bagian timur, terdapat salah satu penghasil ikan terbesar

di Indonesia yaitu Pelabuhan Ikan Muncar.

c. Potensi pengembangan sektor pertanian

Sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB di Kabupaten

Banyuwangi terbilang besar dibandingkan dengan sektor lain.

Rata-rata sumbangan sektor ini mencapai sekitar 50% setiap

tahunnya. Hal ini merupakan sebuah potensi besar untuk

dikembangkan. Namun, potensi tersebut belum termanfaatkan

secara baik karena produk-produk pertanian masih belum

terkait secara baik Sumber daya manusia yang melimpah

Kabupaten Banyuwangi selain memilki luas wilayah yang

paling besar dari seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur, juga

memilki sumber daya manusia yang melimpah sebaga salah satu

modal pembangunan.

4.7.2. Fokus Iklim Berinvestasi

Salah satu upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah

melalui investasi. Dengan investasi akan dapat menumbuhkan dan

meningkatkan kegiatan sektor riil yang selanjutnya akan

meningkatkan produksi dan nantinya akan meningkatkan pendapatan

dan pertumbuhan ekonomi. Perkembangan iklim investasi di

KabupatenBanyuwangi meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2010

jumlah PMA sebanyak 17 dengan nilai investasi sebesar $.2.143.483

dan PMDN sebanyak 32 dengan nilai investasi sebesar

Rp.1.257.726.778.207,-. Sedangkan tahun 2011 mengalami

Page 61: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

59 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

peningkatan menjadi 21 PMA dengan nilai investasi $3.602.118 dan 46

PMDN dengan nilai investasi Rp.1.796.752.540.295,-.

4.8. Analisis Perkembangan Sektoral

Pergerakan ekonomi Banyuwangi yang meningkat dalam beberapa tahun

terakhir, dikontribusi oleh dua sektor utama yaitu pertanian (termasuk

perikanan dan peternakan) serta perdagangan, hotel dan restoran.

Pertanian memberikan kontribusi rata-rata 46,5 persen sedangkan

perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi rata-rata 26,8

persen.

Sektor pertanian tidak hanya menjadi andalan Banyuwangi, namun juga

sektor yang diandalkan di level Jawa Timur. Pertumbuhan dan kontribusi

sektor ini di Banyuwangi melampaui Jawa Timur, sehingga menurut

analisis tipologi Klassen, sektor pertanian menjadi masuk dalam kategori

sektor prima (lihat grafis). Sektor pertanian termasuk didalamnya sub

sektor perikanan, peternakan, perkebunan, dan kehutanan merupakan

sektor yang menghidupi mayoritas penduduk Banyuwangi (market share)

paling besar, yang menjadi hajat hidup orang banyak. Untuk itu dalam

beberapa tahun kedepan, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi

menetapkan kebijakan untuk tetap meletakkan sektor ini sebagai prioritas

unggulan utama.

Sementara itu, sektor perdagangan, hotel dan restoran, meskipun dalam

posisi kedua dalam memberi kontribusi ekonomi Banyuwangi, namun

menjadi lokomotif utama yang mengangkat tumbuhnya perekonomian.

Sektor ini pada tahun 2011 mampu tumbuh 8,9 persen dan pada tahun

2012 mencapai posisi 9,2 persen melampaui total pertumbuhan ekonomi

Banyuwangi. Sedangkan sektor pertanian yang menjadi unggulan utama,

hanya tumbuh rata-rata 5 persen. Ketika sektor perdagangan, jasa, dan

restoran serta sektor konstruksi mengalami trend peningkatan, sektor

lainnya akan mengalami trend penurunan.

Page 62: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

60 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

Kondisi ini menunjukkan bahwa saat ini Banyuwangi dalam proses

transformasi, dari pertanian ke sektor jasa perdagangan. Sektor

pertanian, di samping pertumbuhannya lambat, kontribusinya terhadap

total PDRB semakin tahun semakin menurun. Jika pada tahun 2007-2008

kontribusi sektor pertanian pada posisi diatas 47 persen, maka pada

tahun 2010 turun menjadi 46 persen dan turun lagi pada posisi 45,9

persen pada tahun 2011. Sedangkan pada sektor perdagangan, hotel

dan restoran, yang menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi Banyuwangi,

faktanya merupakan sektor „terbelakang‟ dalam konstelasi ekonomi Jawa

Timur. Rerata pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran Jawa

Timur lebih tinggi daripada Banyuwangi. Pada sektor ini, ternyata

didominasi oleh perdagangan yang mencapai hampir 90 persen,

sedangkan peran sektor hotel dan restoran hanya pada kisaran 10

persen. Pada sektor pertanian, masih ditentukan oleh sub sektor tanaman

bahan makanan yang mendominasi hingga 50 persen, sedangkan

perkebunan 20 persen, perikanan 17 persen, peternakan 10 persen dan

kehutanan 3 persen. Inilah tantangan yang masih harus dihadapi saat ini

dan pada tahun-tahun mendatang. Ini juga merupakan resultan kerja

bareng Pemerintah (seluruh satuan kerja perangkat daerah), bersama

swasta dan seluruh komponen masyarakat, yang masih harus terus

diupayakan peningkatannya. Peran pemerintah dicerminkan dari

besarnya prosentase APBD terhadap total PDRB. APBD Kabupaten

Banyuwangi pada tahun 2012 sebesar 1,86 Trilyun Rupiah, namun

proporsinya dalam menstimulasi perekonomian hanya 6,6 persen.

Selebihnya (93,4 persen) adalah kontribusi seluruh komponen

masyarakat dan swasta.

Sebagai gambaran bahwa dari 1,86 trilyun dialokasikan antara lain 42,5

persen untuk memenuhi belanja pendidikan, 13,4 persen infrastruktur,

9,23 persen kesehatan, selebihnya untuk membiayai 22 urusan

pembangunan. Anggaran infrastruktur sebesar 250 milyar rupiah

diperuntukkan untuk meningkatkan aksesibilitas umum

(pembangunan/rehab jalan dan jembatan serta infrastruktur strategis

Page 63: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

61 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

lainnya), menunjang sektor pertanian (pembangunan/rehab jaringan

irigasi), kesehatan (pengembangan/rehab jaringan puskesmas), dan

peningkatan sarana publik lainnya. Dalam konstelasi pertumbuhan

ekonomi, meskipun belanja pemerintah relatif kecil dibanding total PDRB

(hanya 6,6 persen), tetapi diharapkan mampu mendorong 3 faktor utama

fundamental ekonomi Banyuwangi yaitu peningkatan netto perdagangan

dan konsumsi lokal, peningkatan konsumsi produk lokal, serta masuknya

investasi.

Pertama, peningkatan netto perdagangan dan konsumsi lokal. Penduduk

Banyuwangi dengan jumlah 1,56 juta jiwa merupakan terbesar keempat

penduduk di Jawa Timur. Penduduk yang besar ini merupakan pasar

yang sangat potensial. Untuk itu, penduduk Banyuwangi harus

mengutamakan untuk mengkonsumsi produk lokal Banyuwangi atau

setidaknya membeli produk domestik yang dijual di Banyuwangi, supaya

ekonomi di Banyuwangi bergerak dan tumbuh. Tentunya dengan catatan

bahwa produk lokal Banyuwangi harus berdaya saing; berkualitas dengan

harga yang terjangkau atau relatif murah. Oleh sebab produk Banyuwangi

harus berhadapan dengan produk-produk dari luar Banyuwangi bahkan

dari negara lain. Pilihan masyarakat seharusnya pada jeruk, durian, batik

atau produk lokal Banyuwangi lainnya, bukan mengkonsumsi jeruk,

durian, batik atau produk import. Jika ini dilakukan oleh seluruh

masyarakat, maka netto perdagangan Banyuwangi akan surplus dan

yang jauh lebih penting adalah memberikan dampak ikutan kepada petani

dan produsen lokal Banyuwangi untuk terus memproduksi, memberikan

upah tenaga kerja, mengurangi pengangguran, dan seterusnya.

Kedua, peningkatan investasi. Posisi Kabupaten Banyuwangi sangat

strategis karena terletak di ujung Pulau Jawa dan berbatasan dengan

Provinsi Bali. Dalam Materplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan

Ekonomi Indonesia (MP3EI), posisi Banyuwangi merupakan pintu

gerbang Koridor Ekonomi Jawa sebagai “Pendorong Industri dan Jasa

Nasional”, yang menghubungkan dengan Koridor Ekonomi Bali Nusa

Tenggara sebagai “Pintu Gerbang Pariwisata dan Pendukung Pangan

Page 64: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

62 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

Nasional”. Pada posisi ini, diharapkan Banyuwangi, dalam koridor

ekonomi nasional ini menjadi „pintu‟ untuk masuknya investasi.

Harapan tersebut nampaknya semakin dekat dengan kenyataan. Dari

data Badan Penanaman Modal Jawa Timur, jika sebelumnya minat

investasi di Banyuwangi hanya menjadi rangking 31 diantara 38

Kabupaten/Kota di Jawa Timur, saat ini menempati posisi rangking ketiga

sebagai daerah yang paling diminati investor setelah Gresik dan

Surabaya. Dengan keberadaan investor, diharapkan bisa membangun

sinergi positif demi kemajuan Banyuwangi ke depan. Untuk itulah,

investasi apa pun, terutama investasi di sektor yang terkait dengan

pertanian (termasuk perikanan dan peternakan) harus didorong lebih kuat

dan lebih cepat guna mendayagunakan lebih banyak sumberdaya alam di

Banyuwangi.

Upaya peningkatan investasi dengan konsep penataan dan

pengembangan wilayah telah dirumuskan dan disesuaikan dengan

potensi dan kebutuhan di Kabupaten Banyuwangi. Konsep

pengembangan wilayah Banyuwangi telah ditetapkan dalam Rencana

Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011-2031, Pertama

Konsep pengembangan wilayah berbasis karakter sumberdaya yang

dimiliki, yaitu Pengembangan kegiatan industri pengolahan potensi

kelautan dan perikanan yang terintegrasi dengan pengembangan

kawasan Minapolitan di Kecamatan Muncar; Pengembangan agroindustri

berada disentra produksi pertanian terintegrasi dengan pengembangan

kawasan agropolitan di Kecamatan Bangorejo, Siliragung, Kalibaru dan

Kalipuro; Pengembangan industri kecil (home industry) dan menengah

yang tersebar di seluruh kecamatan. Konsep ini menekankan pada pilihan

komoditas unggulan sebagai motor penggerak ekonomi.

Kedua, Konsep pengembangan wilayah berbasis penataan ruang.

Konsep pusat pertumbuhan yang menekankan perlunya investasi dengan

dukungan infrastruktur yang baik. Pengembangan kawasan industri

estate atau kawasan industri terpadu diarahkan di Kecamatan

Wongsorejo; dan Pengembangan kegiatan industri yang terintegrasi

Page 65: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

63 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

dengan pengembangan Pelabuhan Umum dan Pelabuhan Khusus

diarahkan di Kecamatan Kalipuro; Saat ini sedang diupayakan realisasi

Kawasan Industri Wongsorejo (KIW) seluas 600 hektar dari 1.000 hektar

lahan yang telah disiapkan. Ini semua merupakan ikhtiar dalam upaya

menjadikan kawasan Banyuwangi utara sebagai kawasan industri guna

menyokong perekonomian Banyuwangi dalam skala yang lebih luas lagi.

Dengan dukungan dana APBN, pemerintah juga akan melakukan

penambahan runway lapangan terbang Blimbingsari serta runway lighting

sehingga bisa digunakan untuk pendaratan malam hari dan mampu

melayani rute penerbangan armada setara Boeing. Mulai tanggal 1 Mei

2012 yang lalu frekuensi penerbangan dari Banyuwangi-Surabaya oleh

Merpati Air sudah dilakukan tiap hari, dan mulai tanggal 20 September

2012, maskapai Wings Air telah membuka penerbangan Banyuwangi-

Surabaya PP setiap hari. Dengan demikian diharapkan akan semakin

banyak investor yang tertarik untuk menanamkan modalnya di

Banyuwangi.

Investasi dan pertumbuhan ekonomi diharapkan memberikan dampak

pada perluasan lapangan kerja, pengurangan pengangguran dan

pengurangan kemiskinan. Pengurangan pengangguran ditunjukkan dari

menurunnya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Pada tahun 2010,

TPT di Banyuwangi mencapai 3,92 persen dari seluruh angkatan kerja.

Kondisi ini membaik pada tahun 2011, tingkat pengangguran terbuka

menurun mencapai 3,71 persen, berada di bawah TPT Jawa Timur yang

mencapai 4,16 persen. Pada tahun 2009, prosentase penduduk miskin di

Banyuwangi mencapai 12,16 persen penduduk. Kondisi ini membaik pada

tahun 2010, penduduk miskin di Banyuwangi menurun mencapai 11,25

persen, berada di bawah penduduk miskin Jawa Timur yang mencapai

15,2 persen dan penduduk miskin nasional sebesar 13,33 persen

penduduk. Investasi di Banyuwangi diharapkan mampu terus

meningkatkan angka partisipasi angkatan kerja dan pada gilirannya

mampu menurunkan pengangguran dan kemiskinan.

Page 66: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

64 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan investasi disisi lain, jika tidak

diantisipasi dapat memberikan dampak sosial dan disparitas. Untuk itu

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi terus memberikan dukungan

terhadap penyelenggaraan jaminan sosial. Jumlah industri non formal di

Banyuwangi saat ini sebesar 14.926 Unit Usaha, dengan Jumlah Tenaga

Kerja sebanyak 54.869 orang, terus didorong untuk terlindungi jaminan

sosial. Asuransi Kesejahteraan Sosial (Askesos) saat ini telah diikuti

3.261 peserta dari 17 lembaga, dengan dana keseluruhan sebesar Rp.

510 juta. Sedangkan Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja), saat ini

telah diikuti 20.796 tenaga kerja pada 787 lembaga. Jaminan Kesehatan

Daerah (Jamkesda) telah disediakan (kuota) sebesar 66.911 dengan

realisasi sebesar 2.542 (3,8 persen). Adapun Jaminan Kesehatan

Masyarakat (Jamkesmas) bersumberdana APBN disediakan kuota

463.210 dengan realisasi sebesar 154.915 (33,4 persen).

Sebagaimana tadi diuraikan bahwa sektor pertanian termasuk sub sektor

perikanan kelautan sebagai prioritas utama pembangunan daerah.

Pengembangan investasi diharapkan memberikan efek pengganda

(multiplier effect) yang lebih luas kepada ekonomi Banyuwangi

khususnya di sektor pertanian. Pada tahun 2011 luas panen 116,7 ribu

hektar dan produksi padi mencapai 761,3 ribu ton. Provitas padi pada

tahun 2012 sebesar 6,33 ton per hektar.

Dukungan APBD pada pembangunan jalan usaha tani tahun 2011

sebesar Rp. 2,16 milyar yang tersebar pada 12 Kecamatan, Jalan

produksi disentra produksi kapas, tembakau dan kelapa sebesar Rp.

758,4 juta di Kec. Sempu dan Wongsorejo, dan Jaringan irigasi tingkat

usaha tani (JITUT) serta Jaringan Irigasi Pedesaan (JIDES) dengan dana

sebesar Rp. 1,74 yang tersebar di 24 kecamatan. Dukungan peningkatan

infrastruktur juga terus diupayakan guna peningkatan produksi dan

produktifitas pertanian. Pada tahun 2011, saluran tersier yang diperbaiki

mencapai 44,4 km dengan baku sawah terairi 3.330 hektar. Sedangkan

Page 67: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

65 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

saluran skunder yang diperbaiki mencapai 1,03 km dengan baku sawah

terairi 300 hektar.

Sementara itu, dengan dukungan dana APBN, Waduk Bajulmati yang

terletak di Desa Watukebo Kecamatan Wongsorejo terus berlangsung,

dengan harapan nantinya berfungsi untuk meningkatkan areal sawah

beririgasi teknis seluas 1.800 hektar, penyediaan air bersih untuk 18.000

KK, air bersih untuk pelabuhan dengan kapasitas 0,06 m3/detik, dan

pariwisata serta perikanan. Sedangkan pada sub sektor perikanan dan

kelautan, produksi tahun 2011 tercatat sebesar 31,01 ribu ton dengan

produksi budidaya sebesar 1.090 ton dan produksi tangkap sebesar 29,9

ribu ton. Produksi ini meningkat pada tahun 2012 menjadi sebesar 45,7

ton.

Page 68: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

66 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

BAB 5 ANALISA KELAYAKAN LAHAN PENGGANTI

5.1. Pembangunan Jalan Lingkar Selatan

Salah satu program strategis Pemerintah Provinsi Jawa Timur di bidang

infrastruktur yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2005 – 2025,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi

Jawa Timur Tahun 2009 – 2014 dan dituangkan dalam Peraturan Daerah

Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Timur Tahun 2005 – 2020 adalah

Pembangunan Jalan Lintas Selatan Provinsi Jawa Timur meliputi

Kabupaten Pacitan, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tulungagung,

Kabupaten Blitar, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Jember dan

Kabupaten Banyuwangi.

Tujuan Pembangunan Jalan Lintas Selatan Provinsi Jawa Timur dalam

rangka mengurangi kesenjangan (disparitas) perkembangan

pembangunan wilayah selatan Jawa Timur dengan wilayah bagian tengah

dan utara dari Provinsi Jawa Timur. Sasaran dalam Pembangunan Jalan

Lintas Selatan adalah :

Pemeratakan hasil-hasil pembangunan, meningkatkan

pertumbuhan ekonomi, memperluas kesempatan kerja dan

menjamin keberlanjutan Pembangunan Daerah.

Meningkatkan pengelolaan potensi sumber daya alam yang

berwawasan lingkungan sesuai dengan RTRW Provinsi Jawa

Timur dan RTRW Kabupaten.

Meningkatkan Pendapatan Masyarakat dan PAD melalui

pengembangan sarana dan prasarana transportasi.

Page 69: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

67 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

Memberdayakan peran serta masyarakat melalui optimalisasi

pengembangan usaha ekonomi produktif di wilayah selatan

provinsi jawa timur yang berbasis potensi sumber daya alam lokal.

Pembangunan jalan lintas selatandi Jawa Timur tersebut akan

berdampak pada peningkatan sektor-sektor pembangunan di wilayah

selatan, sehingga dalam mendukung dan mewujudkan program

pembangunan jalan lintas selatan telah dituangkan dalam Kesepakatan

Bersama antara Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan 8 (delapan)

Pemerintah Kabupaten yang dilewati jalan lintas selatan ditetapkan dalam

Kerjasama Pembangunan Wilayah Selatan Jawa Timur Nomor :

120.1/403/012/2001 – Nomor : 129 Tahun 2001 tanggal 26 September

2001. Bidang kerjasama menjadi prioritas pengembangan di wilayah

selatan meliputi : Bidang pekerjaan umum, kehutanan dan perkebunan,

pertanian, industri dan perdagangan, kelautan, pertambangan, pariwisata

dan sektor lainnya disesuaikan dengan kebutuhan daerah.

Pembangunan Jalan Lintas Selatan ini statusnya ditingkatkan menjadi

program strategis nasional dan pencanangannya dilakukan oleh Presiden

RI pada tanggal 14 Februari 2004 bertempat di Kabupaten Blitar. Biaya

pembangunan fisik ditanggung oleh pemerintah provinsi, sedangkan

biaya pembebasan tanah telah disediakan oleh masing-masing Pemkab

terkait. Dalam pembangunan JLS tidak lepas dari kendala – kendala yang

menghadang. Berbagai permasalahan umum yang dihadapi baik teknis

maupun non teknis, seperti keterbatasan dana, keadaan topografi,

pembebasan lahan, kesulitan penggunaan tanah perhutani, aksesibilitas

rendah, dan yang lainnya. Pengembangan jalan penghubung utama di

bagian Selatan atau dikenal Jalan Lintas Selatan (JLS) sebagai

program regional telah direspon Kabupaten Banyuwangi. Jalan yang

diarahkan untuk menghubungkan mulai dari Pacitan– Trenggalek –

Tulungagung – Blitar – Malang – Lumajang – Jember – Banyuwangi

dengan panjang ruas 618,80 km. Di Kabupaten Banyuwangi, Jalan

Lintas Selatan akan menghubungkan Tengkinol- Malangsari–

Kendenglembu– Glenmore – Gentengkulon – Rogojampi – Banyuwangi

Page 70: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

68 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

– Ketapang, dengan panjang 110 Km. Peningkatan ketersediaan

infrastruktur merupakan salah satu hal yang mendukung kelancaran

mobilitas barang dan jasa.

Pembangunan Jalan Lintas Selatan di Kabupaten Banyuwangi, meliputi :

1. Jalan Arteri Primer total panjang jalan 110 Km, melewati :

Jalan arteri primer yang ada (Jalan Nasional) = 76,30 Km ;

Kawasan hutan Perhutani KPH Banyuwangi Selatan = 10,89

Km

Kawasan perkebunan PTPN XII (Persero) di Unit Usaha

Strategik (UUS) Malangsari, UUS Kendenglembu, UUS Kalirejo

/ Pengundangan = 22,81 Km

2. Trase yang melewati kawasan hutan dan kawasan perkebunan

sebagian besar merupakan kegiatan pembukaan lahan.

3. Jalan Kolektor Primer total panjang 163,23 Km, berupa jalan

kabupaten yang terkoneksi dengan ruas jalan arteri primer dan

melewati beberapa kecamatan di wilayah selatan Kabupaten

Banyuwangi.

Pembangunan sarana jalan raya harus memberikan manfaat bagi

berbagai kepentingan sosio ekonomis masyarakat dilingkungannya.

Wipper (1994) menyatakan ada dua hal penting yang seharusnya menjadi

orientasi pembangunan sarana ini. Kedua hal itu adalah keselamatan dan

kualitas kehidupan kerja. Artinya pembangunan ini tidak hanya

memberikan kemudahan dan perlindungan fisik, tetapi seharusnya

memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk meningkatkan taraf

hidupnya. Terbukanya (kemudahan) akses dengan pihak lain (luar)

memberikan peluang kepada masyarakat untuk memperbaiki taraf

hidupnya. Poister dan Harris (2000) menegaskan bahwa progam mutu

terpadu harus merupakan komitmen yang harus dipertahankan dalam

rangka peningkatan kualias cara hidup. Pembangunan sarana jalan

merupakan sistem yang sangat kompleks dan terpadu. Talvitie (1999)

menggunakan pendekatan yang lebih komprehensif dalam

menggambarkan sistem transportasi. Dalam pandangannya sistem ini

Page 71: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

69 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

tidak hanya merupakan input – proses – maupun output, namun juga

termasuk didalamnya adalah dampak (outcome) dan berbagai

konsekuensi lain (consequences).

Poister dan Harris (2000) menyatakan bahwa membangun sistem jalan

raya harus memberikan dampak terhadap peningkatan kualitas layanan,

efektifitas dalam segala hal dan penghematan. Untuk itu, proses yang

terjadi dalam sistem ditujukan untuk mengelola organisasi, mendapatkan

informasi, mengembangkan alternatif, mengevaluasi program-program,

mengalokasi berbagai sumber daya untuk menghasilkan produk dan jasa,

serta output untuk para pengguna jalan (road users).

Sistem jalan raya merupakan sistem yang secara mandiri adaptif (self

adaptive), hal ini disebabkan tujuan dan sasaran yang ada sebenarnya

merupakan respon dari evaluasi terhadap output, proses, dampak

Page 72: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

70 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

(outcome), berbagai konsekuensi dan umpan balik yang diberikan oleh

komunitas sistem.

Gambaran komprehensif Talvitie (1999) menegaskan bahwa keberhasilan

sistem tidak hanya berhenti pada output, tetapi juga perlu melihat dampak

atau imbas yang terjadi sehubungan dengan pemanfaatan fasilitas yang

diberikan pemerintah tersebut. Pembangunan sarana ini harus

berdampak pada naiknya aksesibilitas, semakin berkurangnya

kemaceten, peningkatan kualitas jalan raya dan berkurangnya waktu

perjalanan maupun berkurangannya polusi udara. Pembangunan ini juga

memberikan konsekuensi misal perununan kualitas kesehatan

(dikarenakan polusi tinggi), lapangan kerja yang lebih terbuka, semakin

sempitnya lahan dan sebagainya.

Konsekuensi-konsekuensi yang muncul bisa jadi kurang menguntungkan

(misal penurunan kualitas kesehatan dan turunnya nilai-nilai). Dampak

maupun konsekuensi negatif yang muncul sebagai akibat pembangunan

jalan raya sedapat mungkin diantisipasi atau bila terlanjur terjadi,

informasi yang diterima diharapkan dapat memberikan umpan balik

masukan penting bagi pemerintah guna perbaikan sistem dan mutu

layanan dimasa mendatang. Terkait dengan mutu layanan, Poister dan

Harris (2000) menyatakan bahwa hal ini merupakan proposisi jangka

panjangdan cenderung kontraproduktif. Oleh karena itu perlu untuk

senantiasa dipertimbangkan baik pada awal kegiatan maupun akhir.

Mereka juga merekomendasikan pentingnya investasi untuk melatih

karyawan. Diperlukan kesabaran dan ekspektasi yang realistis dalam

menunggu hasil yang diharapkan

5.2. Kewajiban Lahan Pengganti

Ditinjau dari kondisi geografis dan pembangunan trase jalan lintas selatan

melewati Jalan Nasional, Jalan Provinsi, Jalan Kabupaten eksisting yang

berada di masing-masing Kabupaten dan sebagian trase jalan lintas

selatan melewati kawasan hutan milik Perum Perhutani Unit II Jawa

Timur. Berkenaan dengan pembangunan jalan lintas selatan kawasan

Page 73: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

71 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

hutan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dikenakan

ketentuan-ketentuan yang wajib dipenuhi oleh Dinas/Instansi terkait baik

dari unsur Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten.

Di Kabupaten Banyuwangi panjang trase jalan lintas selatan sekitar 110

Km, sebagian besar melewati ruas jalan nasional, jalan provinsi dan

sebagian kecil melewati jalan kabupaten. Sebagian trase jalan lintas

selatan juga melewati perkebunan dan kawasan hutan. Penggunaan

kawasan hutan untuk pembangunan jalan lintas selatan sesuai peraturan

perundangan yang berlaku dilakukan melalui mekanisme pinjam pakai

kawasan hutan. Berkenaan hal tersebut, Pemerintah Kabupaten

Banyuwangi sudah mendapat surat Menteri Kehutanan RI. tanggal 19

Agustus 2009 Nomor S.651/Menhut -VII/2009 perihal persetujuan Prinsip

Penggunaan Kawasan Hutan seluas ± 25,79 Ha Untuk Pembangunan

Jalan Lintas Selatan Jawa Timur a.n. Bupati Banyuwangi di Kabupaten

Banyuwangi Provinsi Jawa Timur, kewajiban-kewajiban yang harus

dipenuhi oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi (Bupati Banyuwangi)

yaitu :

a. Menyediakan dan menyerahkan lahan bukan kawasan hutan

kepada Kementrian Kehutanan seluas ± 25,79 ha yang “ clear and

clean “ sebagai kompensasi atas kawasan hutan yang digunakan;

b. Menanggung biaya tata batas pinjam pakai kawasan hutan.

c. Menanggung biaya inventarisasi tegakan;

d. Menangung biaya pengukuhan kawasan hutan yang berasal dari

lahan kompensasi;

e. Melaksanakan dan menanggung biaya reboisasi atas lahan

kompensasi;

f. Melaksanakan reklamasi dan reboisasi pada kawasan hutan yang

sudah tidak dipergunakan tanpa menunggu selesainya jangka

waktu pinjam pakai kawasan hutan;

g. Menyelenggarakan perlindungan hutan;

h. Memberikan kemudahan bagi aparat kehutanan baik pusat

maupun daerah sewaktu melakukan monitoring dan evaluasi di

lapangan.

Page 74: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

72 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

i. Menanggung seluruh biaya sebagai akibat adanya pinjam pakai

kawasan hutan.

j. Mengingat pemenuhan kewajiban-kewajiban huruf f, g, h, i

dilaksanakan pada saat telah terbit izin pinjam pakai kawasan

hutan, maka pemohon wajib membuat pernyataan di depan

notaris;

k. Membayar ganti rugi nilai tegakan kepada Perum Perhutani;

l. Membayar PSDH dan DR kepada Pemerintah sesuai ketentuan

yang berlaku;

m. Membayar biaya inventasi pengelolaan hutan atau pemanfaatan

hutan kepada Perum Perhutani akibat penggunaan kawasan

hutan sesuai dengan luas areal hutan tanaman yang dipinjam

pakai dan jangka waktu pinjam pakai kawasan hutan;

Persetujuan prinsip penggunaan kawasan hutan tersebut diatas, bukan

merupakan izin pinjam pakai kawasan hutan sehingga kegiatan

pembangunan trase jalan lintas selatan di kawasan hutan tidak boleh

dilaksanakan sebelum beberapa kewajiban utama dilaksanakan oleh

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi sebagai dasar memperoleh Izin

Pinjam Pakai Kawasan Hutan dari Menteri kehutanan RI.

Adapun Lokasi Calon Lahan Kompensasi yang diajukan oleh Pemerintah

Kabupaten Banyuwangi di Wilayah Kabupaten Banyuwangi adalah

sebagai berikut:

Page 75: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

73 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

Lokasi I

No Kriteria Keterangan

1 Status Tanah Yasan dengan kepemilikan terdiri dari ± 40 0rang, belum bersertifikat

2 Lokasi a. Menurut administrasi pemerintahan : Dusun : Krajan Dua Desa : Bangsring Kecamatan : Wongsorejo Kabupaten : Banyuwangi Berbatasan dengan kawasan hutan : Petak : 64, Pal B.320 s/d B.345 RPH : Selogiri BKPH : Ketapang KPH : Banyuwangi Utara

3 Luas ± 22,29 ha (lebih kurang dua puluh dua koma dua puluh sembilan hektar)

4 DAS Sampean

5 Kondisi lapangan a. Lapangan : landai b. Jenis tanah : Latosol c. Ketinggian : 88 mdpl d. Kemiringan : 0 s/d 10 % e. Solum : agak dalam f. Jenis tanaman : semusim, sengon, dan mangga

Page 76: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

74 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

Lokasi II

No Kriteria Keterangan

1 Status Tanah Yasan dengan kepemilikan ± 5 orang, belum bersertifikat

2 Lokasi Menurut administrasi pemerintahan : Dusun : Pal Tujuh Karangrejo Utara Desa : Wongsorejo Kecamatan : Wongsorejo Kabupaten : Banyuwangi Berbatasan dengan kawasan hutan : Petak : 24d (Pal B.108/1 s/d B.111/B. 108/10) dan (Pal B. 112/1 s/d B.112/6) RPH : Alasbuluh BKPH : Watudodol KPH : Banyuwangi Utara

3 Luas ± 5 ha

4 DAS Sampean

5 Kondisi lapangan a. Lapangan : lereng landai b. Jenis tanah : latosol c. Ketinggian : 250 m dpl d. Kemiringan : 5 s/d 35 % e. Solum : agak dalam f. Jenis tanaman: semusim

Page 77: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

75 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

5.3. Kelayakan Lokasi

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi telah mendapatkan persetujuan

prinsip dari Menteri kehutanan No. S.651/Menhut-VII/2009 tanggal 19

Agustus 2009, Perihal Persetujuan Prinsip Penggunaan Kawasan Hutan

Seluas ± 25,79 Ha Untuk Pembangunan Jalan Lintas Selatan Jawa Timur

a.n. Bupati Banyuwangi di Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur,

dengan proses pinjam pakai dengan kompensasi ratio 1 : 1.

Calon lahan kompensasi yang telah diajukan oleh Pemerintah Kabupaten

Banyuwangi dan telah dinilai kelayakan teknisnya seluas ± 27 ha, masuk

wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Banyuwangi dan masuk

wilayah kerja Perum Perhutani KPH Banyuwangi Utara .

Kondisi di lapangan terhadap lahan kompensasi adalah sebagai berikut :

1. Merupakan tanah yasan dengan solum agak dalam s/d dalam.

2. Lokasi dalam satu DAS dengan lokasi kawasan hutan yang

dimohon pinjam pakai, yaitu wilayah DAS Sampean.

3. Terdapat jenis tanaman sengon, jabon, kopi, kelapa, mangga,

srikaya, dan tanaman semusim dengan keadaan tumbuh baik.

4. Pada lokasi II/ Dusun Pal Tujuh Karangrejo Utara, Desa

Wongsorejo, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi

pada keluasan ± 5,00 ha terdapat kawasan berupa curah yang

akan difungsikan sebagai kawasan perlindungan setempat (KPS)

seluas ± 1,50 ha.

Berdasarkan Pasal 32 Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia

Nomor : P.38/Menhut-II/2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Kehutanan Nomor P.18/Menhut-II/2011 Tentang Pedoman Pinjam Pakai

Kawasan Hutan Calon lahan kompensasi sebagaimana dimaksud,

diharuskan memenuhi persyaratan:

1. letaknya berbatasan langsung dengan kawasan hutan, kecuali lahan

kompensasi tersebut dapat dikelola dan dijadikan satu unit

pengelolaan hutan;

Page 78: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

76 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

2. terletak dalam daerah aliran sungai, pulau, dan/atau provinsi yang

sama;

3. dapat dihutankan kembali dengan cara konvensional;

4. tidak dalam sengketa dan bebas dari segala jenis pembebanan dan

hak tanggungan; dan

5. mendapat rekomendasi dari gubernur atau bupati/walikota.

Berdasarkan syarat tersebut calon lahan kompensasi telah memenuhi

setidaknya 3 persyaratan yaitu letaknya berbatasan langsung dengan

hutan, terletak pada daerah aliran sungai yang sama dan dapat

dihutankan kembali secara konvensional. Sesuai dengan persetujuan

prinsip dari Menteri Kehutanan No. S.651/Menhut-VII/2009 tanggal 19

Agustus 2009, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dibebani kewajiban

menyediakan lahan kompensasi minimal seluas ± 25,79 ha untuk

memenuhi ratio 1 : 1 dan luasan total lahan kompensasi telah memenuhi

luas lahan kompensasi minimal

5.4. Analisis Benefit Cost

Untuk memenuhi kewajiban penyediaan lahan kompensasi Pemerintah

Kabupaten Banyuwangi telah mengeluarkan anggaran yang bersumber

dari APBD Kabupaten Banyuwangi dengan rincian sebagai berikut:

No. KEWAJIBAN SUDAH BELUM KETERANGAN

1 2 3 4 5

1 Membayar biaya inventarisasi tegakan dan PPN 10% dari seluruh pemenuhan kewajiban

√ Total yang harus dibayar Rp. 77.283.000,00,- Sudah dibayar Rp. 77.283.000,- Kurang Rp. 0,- Total PPN 10% Rp. 37.082.576,00 Sudah dibayar Rp. 37.082.576,00 Kurang Rp. 0,- Jumlah Invetarisasi tegakan dan PPN 10% = Rp. 114.365.576,00 Keterangan : Sumber APBD Kabupaten Tahun 2011

Page 79: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

77 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

No. KEWAJIBAN SUDAH BELUM KETERANGAN

1 2 3 4 5

2 Dana untuk pembebasan lahan kompensasi

√ Sudah dialokasi dana pembebasan lahan APBD Kabupaten Banyuwangi tahun sebesar ±Rp. 1.000.000.000,- untuk realisasi menunggu persetujuan Menteri Kehutanan RI atas usulan calon lahan kompensasi

3 Surat Kementerian Kehutanan atas Usulan Calon Lahan Kompensasi

√ Surat Kementerian Kehutanan tanggal 26 Juli 2011 nomor S.479/Menhut-VII/PKH/2011 atas usulan calon lahan kompensasi untuk pembangunan JLS yang pada prinsipnya telah memenuhi persyaratan, kecuali peta yang dilampirkan belum terdapat koordinat. Pemerintah Kabupaten melalui surat tanggal 6 Januari 2012 mengirimkan surat untuk pemenuhan data peta yang dengan dilengkapi koordinat.

4 Usulan Calon lahan kompensasi

√ Kabupaten Banyuwangi melalui surat Bupati Banyuwangi tanggal 26 Mei 2011 nomor 050/1729/429.202/2011 mengirimkan surat Usulan Calon Lahan Kompensasi atas Penggunaan Kawasan Hutan untuk pembangunan jalan lintas selatan di Kabupaten Banyuwangi kepada Menteri Kehutanan, berdasarkan Penilaian teknis terhadap calon lahan kompensasi atas penggunaan hutan pada tanggal 23 Desember 2010 seluas ± 25,79 Ha di

Page 80: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

78 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

No. KEWAJIBAN SUDAH BELUM KETERANGAN

1 2 3 4 5

Kecamatan Wongsorejo.

5 Menyerahkan lahan kompensasi

√ Pengadaan Lahan Kompensasi sudah dialokasikan pada APBD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2010 sebesar Rp. 1,5 M, akan tetapi belum direalisasikan menunggu hasil kegiatan penilaian kelayakan teknis calon lahan kompensasi yang dilaksanakan BAPPEDA Kabupaten Banyuwangi Tahun Anggaran 2010 (Mengacu pada mekanisme Permenhut RI. No. P.43/Menhut-II/2008 ttg Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan)

6 Menanggung biaya tata batas

√ Total yang harus dibayar Rp. 152.527.300,- Sudah dibayar Rp. 152.527.300,- Kurang Rp. 0,- Keterangan : Sumber dana APBD Kabupaten Tahun 2010

7 Menanggung biaya pengukuhan lahan kompensasi

√ Menunggu setelah pelaksanaan lahan kompensasi

8 Menanggung Reboisasi lahan kompensasi

√ Menunggu setelah pelaksanaan lahan kompensasi

9 Menanggung reklamasi dan reboisasi lahan yang tidak digunakan (membuat pernyataan didepan notaris)

√ Kegiatan belum dilaksanakan, tetapi Surat Pernyataan Bupati Banyuwangi dikuatkan dg Notaris tertanggal 4 November 2009, sudah dilaksanakan dan dikirimkan ke Menteri Kehutanan RI.

10 Menyelenggarakan perlindungan hutan (membuat pernyataan dengan diketahui notaris)

√ Kegiatan belum dilaksanakan, tetapi Surat Pernyataan Bupati Banyuwangi dikuatkan dg Notaris tertanggal 4

Page 81: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

79 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

No. KEWAJIBAN SUDAH BELUM KETERANGAN

1 2 3 4 5

November 2009, sudah dilaksanakan dan dikirimkan ke Menteri Kehutanan RI.

11 Memberi kemudahan aparat kehutanan melakukan monev (membuat pernyataan dengan diketahui notaris)

√ Kegiatan belum dilaksanakan, tetapi Surat Pernyataan Bupati Banyuwangi dikuatkan dg Notaris tertanggal 4 November 2009, sudah dilaksanakan dan dikirimkan ke Menteri Kehutanan RI.

12 Menanggung seluruh biaya akibat adanya pinjam pakai (membuat pernyataan dengan diketahui notaris)

√ Kegiatan belum dilaksanakan, tetapi Surat Pernyataan Bupati Banyuwangi dikuatkan dg Notaris tertanggal 4 November 2009, sudah dilaksanakan dan dikirimkan ke Menteri Kehutanan RI.

13 Membayar ganti rugi tegakan

√ Total yang harus dibayar Rp. 55.031.500,- Sudah dibayar Rp. 55.031.500,- Kurang Rp. 0,- Keterangan : Sumber dana APBD Kabupaten Tahun 2010

13 Membayar PSDA √

14 Membayar biaya investasi

√ Total yang harus dibayar Rp. 3.334.000,- x 25,79 Ha = Rp. 85.983.860,- Sudah dibayar Rp. 85.983.860,- (sumber dana APBD Kab. Banyuwangi Tahun 2010) Kurang Rp. 0,-

Page 82: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

80 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

Adapun estimasi total biaya inventasi untuk lahan kompensasi adalah

sebagai berikut:

No. Cost Total

1 Pembayaran biaya inventarisasi tegakan dan PPN 10% dari seluruh pemenuhan kewajiban 114.365.576

2 Dana untuk pembebasan lahan kompensasi (estimasi harga per m2 Rp. 20.000,-) 5.400.000.000

3 Pembayaran biaya tata batas 152.527.300

4 Estimasi biaya pengukuhan lahan kompensasi 270.000.000

5 Estimasi Biaya Reboisasi lahan kompensasi 270.000.000

6 Estimasi reklamasi dan reboisasi lahan yang tidak digunakan (membuat pernyataan didepan notaris) 270.000.000

7 Estimasi perlindungan hutan (membuat pernyataan dengan diketahui notaris) 270.000.000

8 Estimasi Pembayaran ganti rugi tegakan

9 Estimasi Pembayaran PSDA 270.000.000

10 Pembayaran investasi 85.938.860

Total Cost 7.102.831.736

Untuk perhitungan benefit; mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh

Tunjung Hapsari (2011) bahwa peningkatan 1 persen panjang jalan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,176395 persen. Menurut

statusnya jalan terbagi atas 3 kategori, yaitu jalan nasional, jalan propinsi,

dan jalan kabupaten/kota. Panjang jalan nasional di Kabupaten

Banyuwangi pada tahun 2010 mencapai 101 Km, dengan kondisi baik 50

Km dan kondisi sedang 51 KM. Panjang jalan propinsi mencapai 114 Km,

dengan kondisi baik 44 Km, kondisi sedang 62 Km dan rusak ringan 8

Km, sedangkan panjang jalan kabupaten mencapai 1.541 Km, sehingga

total panjang jalan Kabupaten Banyuwangi tahun 2010 secara

keseluruhan menjadi 1.756 Km. Sedangkan lahan yang dikompensasikan

mencakup 3,5 km atau atau tumbuh sekitar 0,199%. Pertumbuhan

tersebut berkontribusi sebesar 0,035% PDRB Kabupaten Banyuwangi.

Jika diasumsikan umur ekonomis jalan adalah 20 tahun dan PDRB harga

berlaku Kabupaten Banyuwangi tahun 2012 adalah 28,3 triliun maka

benefit yang diperoleh adalah sebesar 596,9 juta per tahun atau 11,9

milyar rupiah dalam 20 tahun. Benefit Cost Ratio yang diperoleh dari

proyek ini adalah sebesar 11,9 milyar dibagi 7,1 milyar atau sebesar

1,682 sehingga secara finansial layak dilaksanakan.

Page 83: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

81 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

5.5. Aspek Hukum Pembebasan Tanah (Calon Lahan Pengganti)

Pengadaan tanah (calon Lahan Pengganti) untuk pembangunan Jalan

Lingkar Selatan yang merupakan jalan umum, termasuk dalam

pengadaan tanah untuk kepentingan umum, sebagaimana terdapat dalam

Pasal 10 huruf b Undang-Undang No. 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan

Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (“UU

2/2012”):

Pasal 10 UU 2/2012:

“Tanah untuk Kepentingan Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

ayat (1) digunakan untuk pembangunan:

a. …;

b. jalan umum, jalan tol, terowongan, jalur kereta api, stasiun kereta api,

dan fasilitas operasi kereta api;

…”

Pada dasarnya pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilaksanakan

dengan pemberian ganti kerugian yang layak dan adil sebagaimana

dikatakan dalam Pasal 9 ayat (2) UU 2/2012. Penilaian besarnya nilai

ganti kerugian atas tanah yang terkena pengadaan tanah untuk

kepentingan umum ditetapkan oleh Penilai (Pasal 33 jo. Pasal 32 UU

2/2012). Penilai ini ditetapkan oleh Lembaga Pertanahan (Pasal 31 ayat

(1) UU 2/2012). Nilai ganti kerugian yang dinilai oleh Penilai merupakan

nilai pada saat pengumuman penetapan lokasi pembangunan untuk

kepentingan umum (Pasal 34 ayat (1) UU 2/2012).

Penetapan besarnya nilai ganti kerugian dilakukan oleh Ketua Pelaksana

Pengadaan Tanah berdasarkan hasil penilaian jasa penilai atau penilai

publik tersebut (Pasal 63 Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2012 Tentang

Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk

Kepentingan Umum). Nilai ganti kerugian berdasarkan hasil penilaian

Penilai tersebut menjadi dasar musyawarah penetapan ganti kerugian

(Pasal 34 ayat (3) UU 2/2012). Penentuan bentuk dan besarnya ganti

kerugian dilakukan dengan musyawarah antara Lembaga Pertanahan

dengan pihak yang berhak dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari

Page 84: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

82 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

(Pasal 37 ayat (1) UU 2/2012). Pihak yang berhak adalah pihak yang

menguasai atau memiliki objek pengadaan tanah (Pasal 1 angka 3 UU

2/2012). Hasil kesepakatan dalam musyawarah menjadi dasar pemberian

ganti kerugian kepada pihak yang berhak. Hasil kesepakatan tersebut

dimuat dalam berita acara kesepakatan (Pasal 37 ayat (2) UU 2/2012).

Jika tidak terjadi kesepakatan mengenai bentuk dan/atau besarnya ganti

kerugian, pihak yang berhak dapat mengajukan keberatan kepada

pengadilan negeri setempat dalam waktu paling lama 14 (empat belas)

hari setelah musyawarah penetapan ganti kerugian (Pasal 38 ayat (1) UU

2/2012). Pengadilan negeri memutus bentuk dan/atau besarnya ganti

kerugian dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak

diterimanya pengajuan keberatan (Pasal 38 ayat (2) UU 2/2012). Jika ada

pihak yang keberatan dengan putusan pengadilan negeri, maka pihak

yang keberatan tersebut, dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari

kerja, dapat mengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung Republik

Indonesia (Pasal 38 ayat (3) UU 2/2012). Selanjutnya, Mahkamah Agung

wajib memberikan putusan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari

kerja sejak permohonan kasasi diterima (Pasal 38 ayat (4) UU 2/2012).

Putusan pengadilan negeri/Mahkamah Agung yang telah memperoleh

kekuatan hukum tetap menjadi dasar pembayaran ganti kerugian kepada

pihak yang mengajukan keberatan (Pasal 38 ayat (5) UU 2/2012). Jika

pihak yang berhak menolak bentuk dan/atau besarnya ganti kerugian,

tetapi tidak mengajukan keberatan dalam waktu yang telah ditetapkan

dalam Pasal 38 ayat (1) UU 2/2012, maka karena hukum pihak yang

berhak dianggap menerima bentuk dan besarnya ganti kerugian hasil

musyawarah (Pasal 39 UU 2/2012).

5.6. Dampak Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

Pembangunan sarana jalan raya harus memberikan manfaat bagi

berbagai kepentingan sosio ekonomis masyarakat dilingkungannya.

Wipper (1994) menyatakan ada dua hal penting yang seharusnya menjadi

orientasi pembangunan sarana ini. Kedua hal itu adalah keselamatan dan

Page 85: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

83 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

kualitas kehidupan kerja. Artinya pembangunan ini tidak hanya

memberikan kemudahan dan perlindungan fisik, tetapi seharusnya

memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk meningkatkan taraf

hidupnya. Terbukanya (kemudahan) akses dengan pihak lain (luar)

memberikan peluang kepada masyarakat untuk memperbaiki taraf

hidupnya. Pembangunan sarana ini harus berdampak pada naiknya

aksesibilitas, semakin berkurangnya kemacetan, peningkatan kualitas

jalan raya dan berkurangnya waktu perjalanan maupun berkurangannya

polusi udara. Pembangunan ini juga memberikan konsekuensi misal

perununan kualitas kesehatan (dikarenakan polusi tinggi), lapangan kerja

yang lebih terbuka, semakin sempitnya lahan dan sebagainya.

Konsekuensi-konsekuensi yang muncul bisa jadi kurang menguntungkan

(misal penurunan kualitas kesehatan dan turunnya nilai-nilai). Dampak

maupun konsekuensi negatif yang muncul sebagai akibat pembangunan

jalan raya sedapat mungkin diantisipasi atau bila terlanjur terjadi,

informasi yang diterima diharapkan dapat memberikan umpan balik

masukan penting bagi pemerintah guna perbaikan sistem dan mutu

layanan dimasa mendatang.

Berkait dengan dampak sosial; calon lokasi lahan kompensasi utamanya

lokasi 1 merupakan lahan yang dimiliki oleh kurang lebih 40 orang dan

terdapat rumah warga dengan bangunan permanen sebanyak kurang

lebih 8 rumah sehingga pembebasannya perlu sosialisasi dan

pendekatan yang lebih intensif.

Page 86: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

84 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1. Kesimpulan

1. Berdasarkan Pasal 32 Peraturan Menteri Kehutanan Republik

Indonesia Nomor : P.38/Menhut-II/2012 Tentang Perubahan Atas

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.18/Menhut-II/2011 Tentang

Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan calon lahan kompensasi

telah memenuhi 3 persyaratan yaitu letaknya berbatasan langsung

dengan hutan, terletak pada daerah aliran sungai yang sama dan

dapat dihutankan kembali secara konvensional. Sedangkan 2 syarat

lainnya bersifat normatif dan diharapkan dapat dipenuhi.

2. Sesuai dengan persetujuan prinsip dari Menteri Kehutanan No.

S.651/Menhut-VII/2009 tanggal 19 Agustus 2009, Pemerintah

Kabupaten Banyuwangi dibebani kewajiban menyediakan lahan

kompensasi minimal seluas ± 25,79 ha untuk memenuhi ratio 1 : 1

dan luasan total lahan kompensasi telah memenuhi luas lahan

kompensasi minimal.

3. Pembebasan lahan pada lokasi 1 berupa tanah yasan dengan

kepemilikan ±22 orang dengan status tanah belum bersertifikat

sedangkan pada lokasi II/ Dusun Pal Tujuh Karangrejo Utara, Desa

Wongsorejo, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi pada

keluasan ± 5,00 ha terdapat kawasan berupa curah yang akan

difungsikan sebagai kawasan perlindungan setempat (KPS) seluas ±

1,50 ha dengan kepemilikan 5 orang.

4. Biaya yang dibutuhkan untuk lahan pengganti adalah sebesar Rp.

7.102.831.736 (Tujuh milyar seratus dua juta delapan ratus tiga puluh

satu ribu tujuh ratus tiga puluh enam rupiah).

5. Benefit Cost Ratio yang diperoleh dari proyek ini adalah sebesar

1,682 sehingga secara finansial layak dilaksanakan.

Page 87: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

85 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

6.2. Rekomendasi

1. Berkait dengan Peraturan Presiden No. 40 tahun 2014 tentang

Perubahan Atas Peraturan Presiden No. 71 tahun 2012 Tentang

Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk

Kepentingan Umum beberapa perubahan yang perlu diperhatikan

adalah sebagai berikut:

a. Ketentuan mengenai sumber dana biaya operasional dan

biaya pendukung untuk kegiatan pengadaan lahan baik dari

APBN dan APBD akan diatur sesuai Peraturan Menteri

Keuangan. Sehingga untuk realisasi lahan pengganti harus

sesuai Peraturan Menteri Keuangan yang diterbitkan

Kementerian Keuangan.

b. Ketentuan pasal 121 diubah menjadi dalam rangka efisiensi

dan efektivitas, pengadaan tanah untuk kepentingan umum

yang luasnya tidak lebih dari 5 ha, dapat dilakukan langsung

oleh instansi yang memerlukan tanah dengan para pemegang

hak atas tanah, dengan cara jual beli atau tukar menukar atau

cara lain yang disepakati kedua belah pihak.

2. Mengingat proses administratif pengadaan lahan pengganti yang

panjang, lahan pengganti yang akan dibebaskan diharapkan

ukurannya lebih luas dari ketentuan sebagai antisipasi perubahan

pengukuran luas lahan.

Page 88: KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · Laporan Akhir 1 Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan ... (Standar Perencanaan Geometrik

86 Laporan Akhir

Feasibility Study Pengadaan Calon Lahan Kompensasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)

DAFTAR PUSTAKA

Jayadinata, Johara T. "Tata guna tanah dalam perencanaan pedesaan perkotaan dan wilayah " 1999, ITB Bandung

Sugiyono. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.ALFABETA. Bandung.

Tarigan, Robinson. 2006. Perencanaan Pembangunan Wilayah, Bumi Aksara, Jakarta