Farmako GIT

download Farmako GIT

of 18

description

Farmakologi sistem Gastrointestinal

Transcript of Farmako GIT

PENDAHULUAN

Sistem pencernaan berfungsi untuk menerima makanan, memecah makanan menjadi zat-zat gizi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah, dan membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh. Gangguan pada fungsi tersebut dapat mengakibatkan ketidakseimbangan nutrisi dan cairan. Gangguan tersebut di antaranya: ulkus peptikum, gastritis, diare, konstipasi, nausea-vomitus, dan hemoroid.Obat sistem pencernaan adalah obat yang bekerja pada sistem gastrointestinal dan hepatobiliar. Klasifikasi obat gastrointestinal secara umum yaitu:Agen pengendali asam (Antasida, Antagonis reseptor H2, Inhibitor Pompa Proton), golongan pelindung mukosa, Analog Prostaglandin E1, Antidiare, Laksatif/pencahar, Antiemetik, Antinausea, dan obat Hemoroid.

Acid-Controlling Agents Antacids H2 antagonists Proton pump inhibitorsAntacids: aluminium, magnesium, kalsium karbonat, dan natrium bikarbonatMechanism of ActionMekanisme kerja antasida yaitu menetralisis atau mendapar sejumlah asam tetapi tidak melalui efek langsung, atau menurunkan tekanan esophageal bawah (LES). Kegunaan antasida sangat dipengaruhi oleh rata-rata disolusi; efek fisiologi kation; kelarutan air; dan ada atau tidak adanya makanan.- Aluminium hidroksida (Al(OH)3)(Gelusil, Maalox,Polysilane)Alumunium hidroksida relatif aman, antasida yang umum digunakan. Pada penggunaan bertahun-tahun, deplesi fosfat tiba-tiba berkembang sebagai hasil ikatan fosfat oleh alumunium di saluran pencernaan yang sulit diabsorbsi di usus kecil, sehingga ekskresi fosfat melalui urin berkurang sedangkan melalui tinja bertambah. Risiko deplesi fosfat meningkat pada peminum alkohol, pasien malnutrisi, dan pasien dengan penyakit ginjal (termasuk mereka yang menjalani hemodialisa).Ion Aluminium dapat bereaksi dengan protein sehingga bersifat astringen (menciutkan selaput lendir). Antasida ini mengadsorpsi pepsin dan menginaktivasinya. Absorpsi makanan setelah pemberian aluminium tidak banyak dipengaruhi dan komposisi tinja tidak berubah. Aluminium juga bersifat demulsen dan adsorben.Cara kerja obat ini adalah senyawa Aluminium yang merupakan suatu zat koloid yang terdiri dari aluminium hidroksida dan aluminium oksida yang terikat pada molekul air. Aluminium hidroksida akan melapisi selaput lendir lambung sebagai lapisan pelindung. Senyawa ini menetralkan asam klorida, juga dapat mengikat sebagai asam klorida secara adsorptif.Efek samping Al(OH)3: Konstipasi yang dapat diatasi dengan memberikan antasida garam Mg. Dapat terjadi mual muntah. Gangguan adsorpsi fosfat dapat terjadi sehingga menimbulkan sindrom depresi fosfat disertai osteomalasia. Al(OH)3 dapat mengurangi absorpsi bermacam-macam vitamin dan tetrasiklin.- Magnesium hidroksida (Gelusil, Maalox, Mylanta)Magnesium Hidroksida digunakan sebagai katartik dan antasida. Obat ini praktis tidak larut dan efektif sebelum obat ini bereaksi dengan HCl dan membentuk MgCl2. Magnesium hidroksida yang tidak bereaksi akan tetap berada dalam lambung dan akan menetralkan HCl yang disekresi belakangan sehingga masa kerjanya lama. Antasida ini dan natrium bikarbonat sama efektifnya dalam hal menetralkan HCl.Magnesium hidroksida adalah antasida yang lebih efektif dari alumunium tapi dapat menyebabkan diare, banyak sediaan antasida mengkombinasi antasida magnesium dan alumunium. Karena hanya sedikit jumlah Magnesium yang diserap, penggunaan sediaan magnesium pada penderita ginjal sebaiknya berhati-hati, karena ion magnesium dalam usus akan diabsorpsi dan cepat diekskresi melalui ginjal.Efek samping Mg(OH)2: Menyebabkan efek katartik, sebab magnesium yang larut tidak diabsorpsi tetap berada dalam usus dan akan menarik air. Sebanyak 5-10 % magnesium diabsorpsi dan dapat menimbulkan kelainan neurologi, neuromuskular, dan kardiovaskular. - Kalsium karbonat (Kapur, Stomagel)Kalsium karbonat merupakan antasida yang efektif karena mula kerjanya cepat, masa kerjanya lama, dan daya menetralkan asamnya cukup tinggi. Namun, peran obat ini sebagai antasida sudah amat berkurang. Seperti pada natrium hidrogenkarbonat, senyawa ini bereaksi dengan asam klorida lambung dengan membentuk karbondioksida, walaupun jumlah karbondioksida yang terbentuk jauh lebih sedikit dan karena itu agak kurang mengganggu. dalam usus halus terbentuk karbonat dan fosfat, kuosien absorpsi sekitar 10%.Efek samping CaCO3: Dapat menyebabkan konstipasi Mual & muntah Perdarahan saluran cerna Disfungsi ginjal Fenomen acid rebound. Fenomena tersebut bukan berasal dari daya netralisasi tetapi merupakan kerja langsung dari kalsium di antrum yang mensekresi gastrin yang merangsang sel parietal yang mengeluarkan HCl (H+). Sebagai akibatnya sekresi asam pada malam hari akan sangat tinggi yang akan mengurangi efek netralisasi obat ini. Efek serius yang dapat terjadi adalah hiperkalsemia, kalsifikasi metastetik, alkalosis, arzetomia, terutama terjadi pada penggunaan kronis kalsium karbonat bersama dengan susu dan antasida lainnya (sindrom susu alkali o.k: Na(OH)3/CaCO3 + susu, dengan gejala: sakit kepala, lemas, mual, muntah). Tulang: osteoporosis, batu ginjal Saraf: neurotoksisitas Cerna: gangguan saluran cerna- Natrium bikarbonat (soda kue, anti maag,Gelusil II)Natrium bikarbonat cepat menetralkan HCl lambung karena daya larutnya tinggi. Garam Natrium klorida (NaCl) yang terbentuk dapat menyebabkan retensi garam, edema. Karbon dioksida (CO2) yang terbentuk dalam lambung akan menimbulkan efek carminative yang menyebabkan sendawa. Distensi lambung dapat terjadi, dan dapat menimbulakan perforasi. Karena zat-zat tersebut maka natrium bikarbonat jarang digunakan, kecuali pada keadaan asidosis metabolik.Efek samping: Selain menimbulkan alkalosis metabolik obat ini dapat menyebabkan retensi natrium dan udem, adanya alkali berlebihan di dalam darah dan jaringan menimbulkan gejala mual, muntah, anoreksia, nyeri kepala, dan gangguan perilaku.Indication1. Pengobatan hiperasiditas, hiperfosfatemia.2. Pengobatan jangka pendek konstipasi dan gejala-gejala hiperasiditas, terapi penggantian magnesium. Magnesium hidroksida juga digunakan sebagai bahan tambahan makanan dan suplemen magnesium pada kondisi defisiensi magnesium.3, 4, 5. Antasida.6. Antasida. Kalsium karbonat juga digunakan sebagai supplemen kalsium pada keadaan defisiensi, sebagai tambahan terapi osteoporosis, serta untuk mengobati hiperfosfatemia pada pasien gagal ginjal kronis atau hiperparatiroidisme sekunder yang terkait.Side Effects(a) Gastrointestinal: konstipasi, kram lambung, fecal impaction, mual, muntah, perubahan warna feses (bintik-bintik putih). Endokrin dan metabolisme:hipofosfatemia, hipomagnesemia.(b) Kardiovaskuler: hipotensi. Endokrin dan metabolisme:hipermagnesemia. Gastrointestinal:diare, kram perut. Neuromuskuler dan skeletal:kelemahan otot. Pernapasan:depresi pernapasan (c) Kadang-kadang menyebabkan konstipasi, kembung akibat pelepasan karbondioksida pada beberapa pasien. Dosis tinggi dan penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan hipersekresi lambung dan kembalinya asam (acid rebound). Kalsium karbonat dapat menyebabkan hiperkalsemia, khususnya pada pasien dengan gangguan ginjal atau pada pemberian dengan dosis tinggi. Alkalosis dapat juga terjadi akibat absorpsi ion karbonat (1) Efek samping lain (1-10% pasien): bengkak, CHF, hipertensi, takikardi, aritmia, hypotensi, miocardial infark, demam, infeksi,sepsis, perubahan berat badan, asma, sindrom seperti flu, hipergikemi, hipoglikemi, pneumonia, depresi pernafasan.Drug InteractionsDengan Obat Lain:(a) Aluminium hidroksida dapat mengurangi absorpsi allopurinol, efek antibiotik (tetrasiklin, kuinolon, beberapa sefalosporin), turunan bifosfonat, kortikosteroid, siklosporin, garam-garam besi, antifungi imidazol, isoniazid, penisilamin, suplemen fosfat, fenitoin, fenotiazin. Absorbsi aluminium hidroksida dapat dikurangi oleh turunan asam sitrat.(b) Menurunkan absorpsi tetrasiklin, digoksin, garam-garam besi, isoniazid, atau kuinolon.(c) Kalsium karbonat berinteraksi dengan banyak obat karena mengubah pH asam lambung dan pengosongan lambung dengan pembentukan kompleks yang tidak diabsorpsi.Interaksi dapat diminimalisasi melalui pemberian terpisah kalsium karbonat dari obat lainnya selama 2-3 jam.Dengan Makanan : -Histamine Type 2 (H2) Antagonists: simetidin, ranitidine, famotidin, nisatidinMechanism of ActionMekanisme kerja antagonis reseptor histamin H2 adalah menghambat sekresi asam lambung dengan melakukan inhibisi kompetitif terhadap reseptor histamin H2 yang terdapat pada sel parietal dan menghambat sekresi asam lambung yang distimulasi oleh makanan, ketazol, pentagrastin, kafein, insulin, dan refleks fisiologi vagal. Struktur kimia untuk ranitidine, famotidin, dan simetidin berbeda, simetidin mengandung cincin imidazol, famotidin mengandung cincin tiazol, dan ranitidine mengandung cincin furan.Blokade H2 diserap dengan baik dari saluran pencernaan dengan mulai kerja 30-60 menit setelah diminum dan efek puncak obatnya pada 1 sampai 2 jam. Pemberian intra vena menghasilkan mulai kerja yang cepat. Lama kerja proporsional dengan dosis dan bervariasi dari 6 sampai 20 jam. Dosis sebaiknya dikurangi pada pasien yang lanjut usia.Simetidin memiliki efek antiandrogen minor yang diekspresikan secara reversibel (bisa kembali lagi) ginekomastia dan sangat jarang disfungsi ereksi utuk penggunaan jangka panjang. Perubahan status mental, diare, ruam, demam obat, nyeri otot, trombositopenia (kadar trombosit kurang) dan bradikardia (denyut jantung lemah) sinus dan hipotensi setelah pemberian intra vena cepat dilaporkan pada blokade H2 umumnya < 1% pasien yang diobati tapi lebih umum pada pasien usia lanjut.Simetidin tingkat yang lebih rendah, blokade H2 lainnya berinteraksi dengan enzim mikrosom P-450 dan dapat menunda metabolisme obat lain yang dieliminasi melalui sistem ini seperti fenitoin, warfarin, teofilin, diazepam, lidokain.IndicationsKegunaan terapi antagonis reseptor H2: Tukak peptic, Zoolinger Ellison Syndrom, Tukak akut, dan GERD (Gastro Esophageal Refluks Disease) / heart burn.Side EffectsSakit kepala, pusing, mual, diare, obstipasi, sakit otot dan sendi, sistem saraf pusat (kecemasan, halusinasi terutama pada orang tua dan konsumsi jangka panjang), penurunan transaminase serum.Proton Pump Inhibitors: omeprazol, lansoprazol, rabeprazolMechanism of ActionPada pH netral, penghambat pompa proton secara kimia stabil, larut lemak, dan merupakan basa lemah. Penghambat pompa proton mengandung gugus sulfinil pada jembatan antara benzimidazol tersubstitusi dan cincin piridin. Mekanisme kerja penghambat pompa proton adalah basa lemah netral mencapai sel Parietal dari darah dan berdifusi ke dalam sekretori kanalikuli, tempat obat terprotonasi dan terperangkap. Zat yang terprotonasi membentuk asam sulfenik dan sulfanilamide. Sulfanilamide berinteraksi secara kovalen dengan gugus sulfhidril pada sisi kritis luminal tempat H+- K+--- ATPase, kemudian terjadi inhibisi penuh dengan dua molekul dari inhibitor mengikat tiap molekul enzim.Obat-obatan ini menghambat pengeluaran asam dan memiliki durasi kerja yang panjang. Obat-obatan ini membantu penyembuhan dan merupakan komponen kunci membasmi H. Pylori. Penghambat pompa proton menggantikan blokade H2. IndicationsSindrom Zollinger-Ellison, GERD, kasus tukak peptikum beratSide Effects Penghambat pompa proton jangka panjang berakibat bertambahnya kadar gastrin (hormon yang bertugas merangsang keluarnya asam lambung) yang berujung hiperplasia sel (keganasan sel). Akan tetapi, tidak ada bukti displasia atau bentuk keganasan pada pasien yang menerima pengobatan ini. Beberapa pasien dapat menderita gangguan penyerapan vitamin B12.PPI dapat mengakibatkan efek samping yang tidak banyak. Efek samping yang tersering adalah: Nausea Nyeri abdomen Konstipasi Flatulence DiareSelain itu dapat pula mengakibatkan subacute myopathy, arthralgias, nyeri kepala, dan skin rashes. Karena PPI dimetabolisme oleh CYPs pada hepar, maka PPI juga dapat mengintervensi eliminasi obat lain yang juga dimetabolisme oleh CYPs.Hipergastrinemia dapat terjadi pada penggunaan PPI dan kejadiannya lebih sering dan lebih parah bila dibandingkan dengan pengguanaan H2-receptor antagonists dan level gastrin dapat meningkat hingga 500 ng/L pada 5-10% pasien yang menggunakan omeprazole secara kronis. Hipergastrinemia merupakan factor predisposisi terjadinya rebound hypersecretion dari asam lambung apabila terapi dihentikan secara tiba-tiba, serta dapat pula meningkatkan risiko terjadinya pertumbuhan tumor gastrointestinal.Drug InteractionsPPI dapat berinteraksi dengan: warfarin (esomeprazole, lansoprazole, omeprazole, and rabeprazole) diazepam (esomeprazole and omeprazole) cyclosporine (omeprazole and rabeprazole)Diantara PPI, hanya omeprazole yang menginhibisi CYP2C19 sehingga dapat menurunkan klirens disulfiram, phenytoin, dan obat lain dan dapat juga menginduksi ekspresi CYP1A2 sehingga dapat meningkatkan klirens imipramine, beberapa obat antipsikotik, tacrine, dan theophylline.Penggunaan kronis omeprazole dapat mengurangi absorpsi vitamin B12, namun relevansi klinisnya masih belum jelas. Hilangnya keasaman lambung juga dapat berpengaruh terhadap bioavailabilitas obat-obat seperti ketoconazole, ampicillin esters, dan iron salts.Sucralfate (Carafate): Golongan pelindung mukosaMekanisme kerja sukralfat adalah membentuk kompleks ulser adheren dengan eksudat protein seperti albumin dan fibrinogen pada sisi ulser dan melindunginya dari serangan asam, membentuk barier viskos pada permukaan mukosa di lambung dan duodenum, serta menghambat aktivitas pepsin dan membentuk ikatan garam dengan empedu. Sukralfat sebaiknya dikonsumsi pada saat perut kososng untuk mencegah ikatan dengan protein dan fosfat. Obat ini merupakan kompleks sukrosa-alumunium yang kemudian memisahkan diri di dalam asam lambung dan membentuk pelindung sekitar daerah yang terluka, melindungi dari asam, pepsin dan garam empedu. Obat ini juga menghambat interaksi pepsin-substrat, merangsang produksi prostaglandin mukosa da berikatan dengan agaram empedu. Tidak ada efek terhadap hasil asam atau pengeluaran gastrin.Sukralfat sepertinya memiliki efek tropik pada mukosa yang luka, kemungkinan berikatan hormon pertumbuhan dan menkonsentrasikan pada bagian luka. Penyerapan sistemik sukralfat dapat diabaikan. Sembelit muncul pada 3-5% pasien. Sukralfat dapat berikatan dengan obat lain dan mengganggu penyerapan obat lain tersebut.Misoprostol (Cytotec): Golongan analog prostaglandin E1Mekanisme kerja misoprostol adalah meningkatkan produksi mucus lambung dan sekresi mukosa, menghambat sekresi asam lambung dengan kerja langsung ke sel parietal, dan menghambat sekresi asam lambung yang distimulasi makanan, histamin dan pentagastrin. Digunakan untuk mencegah ulkus gastrikum yang disebabkan oleh obat-obat anti peradangan non-steroid. Obat ini diberikan kepada penderita artritis yang mengkonsumsi obat anti peradangan non-steroid dosis tinggi. Tetapi obat ini tidak digunakan pada semua penderita artritis tersebut karena menyebabkan diare (pada 30% penderita). Efek samping: mual, pusing, diare.Prostaglandin bekerja dengan:- Menghambat sekresi HCl- Meningkatkan aliran darah ke mukosa gaster- Memiliki daya sitoprotektifTeprenon: Golongan peningkat faktor pertahanan lambung Mekanisme kerja teprenon adalah meningkatkan pertahanan mukosa lambung dan usus besar dari efek merusak yang ditimbulkan NSAIDs baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Teprenon dapat bekerja secara langsung karena teprenon merupakan sediaan prostaglandin yang melindungi mukosa lambung dan usus besar dari luka, dan secara tidak langsung melalui kemampuan sitoprotektifnya yang mudah menyesuaikan atau percepatan sintesis prostaglandin endogen dengan efek iritasi yang rendah.Antidiarrheals Adsorben: Termasuk ke dalam golongan obat-obat adsorben atau pengeras tinja ini adalah kaolin, pektin, campuran kaolin-pektin, karbon aktif, tabonal, magnesium aluminium silikat, dan sebagainya. Mekanisme kerja: mengikat atau menyerap toksin, bakteri dan hasil-hasil metabolismenya, melapisi permukaan mukosa usus sehingga toksin dan mikroorganisme tidak dapat merusak serta menembus mukosa usus.Antikolinergik: Obat-obatan golongan ini kurang bermanfaat pada pengobatan diare. Trisiklamol misalnya, mempunyai efektivitas yang lebih rendah daripada kodein dalam pengobatan diare kronik non spesifik. Begitu pula mefenzolat bromida tidak lebih baik daripada plasebo dalam pengobatan diare akut.Antisekretorik: Penyerapan cairan dan elektrolit terjadi di daerah epitel jonjot usus sedangkan sekresi cairan dan elektrolit terjadi di daerah kripta. Dalam keadaan normal (sehat) volume cairan dan elektrolit yang diserap dan disekresikan kurang lebih seimbang. Tetapi bila terdapat infeksi oleh bakteri-bakteri yang mengeluarkan toksin (misal : heat labile toxin dari Enterotoxigenic E. coli atau cholera enterotoxin) maka aktivitas enzim adenil siklase dapat dipengaruhi sehingga menghasilkan cAMP (cyclic Adenosine Monophosphate) yang berlebihan. Absorpsi air dan elektrolit akan dihambat oleh cAMP sedangkan sekresi air dan elektrolit akan dirangsang sehingga akan menyebabkan diare sekretorik yang hebat (profuse diarrhoea).Toksin lain seperti heat stable toxin dari ETEC juga akan menyebabkan diare sekretorik melalui perubahan aktivitas enzim guanil siklase yang dapat menghasilkan peningkatan cGMP (cyclic Guanosine Monophosphate). Obat-obat anti inflamasi seperti asetosal (Aspirin), indometasin, bismut subsalisilat dan glukokortikoid termasuk obat antisekretorik karena mempunyai khasiat yang berlawanan dengan cAMP dan cGMP yaitu meningkatkan penyerapan air dan elektrolit di daerah epitel dan menghambat sekresi air dan elektrolit di daerah kripta. Klorpromazin, suatu major tranquilizer dan kolestiramin, suatu anion exchange resin termasuk pula obat anti sekretorik yang kuat. Asetosal dapat mengurangi volume tinja penderita diare. Mekanisme berkurangnya diare oleh asetosal disebabkan karena obat ini dapat menghambat sekresi prostaglandin (PGF) sehingga kadarnya di dalam plasma rendah, karenanya asetosal disebut pula Prostaglandin synthetase inhibitor (selain asetosal juga loperamid).Antimotilitas (anti peristaltik): Obat-obat derivat opium seperti tingtur opiat, kodein fosfat dan opiat sintesis seperti difenoksilat, difenoksin dan loperamid selain mempunyai efek antimotilitas juga mempunyai efek antisekretorik. Di antara obat-obat tersebut di atas loperamid adalah derivate opium yang paling banyak digunakan. Loperamid dalam percobaan terbukti dapat meningkatkan absorpsi air, natrium dan klorida. Obat ini juga dapat menghambat toksin kolera, heat stable enterotoxin ETEC dan prostaglandin. Selain itu loperamid juga berperan pada metabolisme kalsium dalam membran sel serta penglepasan neurotransmitor. Antimikroba: Antimikroba atau antibiotika dan anti parasit hanya berguna untuk diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Diare karena sebab lain seperti sindroma malabsorpsi, infeksi oleh virus, infeksi oleh parasit selain oleh entamuba histolitika dan giardia larnblia (misal jamur) tidak dapat disembuhkan oleh antibiotika. Sebagian besar etiologi diare adalah bukan oleh infeksi bakteri, karena itu hanya sebagian kecil saja yang memerlukan antibiotika.Beberapa mekanisme obat antidiare adalah melapisi usus yang teriritasi dan bekerja sebagai protektif (demulcents), mengabsorpsi substansi yang toxic dari usus (adsorbents) atau menyusutkan gembung atau jaringan yang meradang (astringent). Pada situasi tertentu, sedative dan antispasmodik bisa diberikan.Laxatives Bulking Agents: Bulking agents(gandum, psilium, kalsium polikarbofil dan metilselulosa) bisa menambahkan serat pada tinja. Pelunak Tinja: Dokusat akan meningkatkan jumlah air yang dapat diserap oleh tinja. Minyak Mineral: Minyak mineral akan melunakkan tinja dan memudahkannya keluar dari tubuh. Bahan Osmotik: Bahan-bahan osmotik mendorong sejumlah besar air ke dalam usus besar, sehingga tinja menjadi lunak dan mudah dilepaskan.Cairan yang berlebihan juga meregangkan dinding usus besar dan merangsang kontraksi. Pencahar ini mengandung garam-garam (fosfat, sulfatdanmagnesium) atau gula (laktulosadansorbitol). Pencahar Perangsang langsung merangsang dinding usus besar untuk berkontraksi dan mengeluarkan isinya. Mengandung substansi yang dapat mengiritasi seperti senna, kaskara, fenolftalein, bisakodil atau minyak kastor. bekerja setelah 6-8 jam dan menghasilkan tinja setengah padat, tapi sering menyebabkan kram perut. Dalam bentuksupositoria(obat yang dimasukkan melalui lubang dubur), akan bekerja setelah 15-60 menit.jangka panjang menyebabkan kerusakan pada usus besar, juga seseorang bisa menjadi tergantung pada obat ini sehingga usus menjadi malas berkontraksi (Lazy Bowel Syndromes). Indikasi : untuk mengosongkan usus besar sebelum proses diagnostik dan untuk mencegah atau mengobati konstipasi yang disebabkan karena obat yang memperlambat kontraksi usus besar (misalnya narkotik). Penggolongan obat pencahar berdasarkan mekanisme kerja dan sifat kimianya:1. Zat-zat yang merangsang dinding ususMisalnya Rhei radix, Aloe, bisakodil (Dulcolax), fenolftalin.laktulosa (Duphalax), minyak kastor (minyak jarak)2. Zat-zat yang memperbesar isi usus.Misalnya garam inggris (MgSO4), agar-agar, CMC, serat-serat yang berasal dari sayuran.3. Zat pelicinMisalnya paraffin cair, natrium laurilsulfat (Microlax)Antiemetic AgentsSkopolamin: hyosiamin, scopoldern TTS (transdermal)Zat ini dianggap sebagai yang paling efektif untuk profilaksis dan penanganan mbauk darat. Efek samping tersering adalah gejala antikolinergis umum: mulut kering, lebih jarang rasa kantuk, gangguan penglihatan , obstipasi dan iritasi kulit. Sampai 3 hari penggunaan juga mula dan muntah, nyeri kepala dan gangguan keseimbangan.AntihistaminikaObat ini terutama digunakan untuk mencegah dan mengobati mual dan muntah akibat mabuk darat serta pada gangguan tujuh keliling (vertigo).Siklizin dan dimenhidrinat diresorpsi baik, kerjanya cepat dan dapat bertahan 4-5 jam. Meklizin baru berkerja setelah 1-2 jam, tetapi efeknya lebih lama, antara 12 dan 24 jam.Efek sampingnya berupa perasaan mengantuk dan efek antikolinergis yang agak sering dilaporkan pada dimenhidrinat, jarang pada siklizin dan meklizin.Neuroleptika Sejumlah neuroleptika juga berdaya anti-emetis khususnya derivate fenotiazin =, seperti perfenazin, proklorperazin, dan tietilperazin. Begitu pula derivate butirofenon. Pada proklorperazin dan lebih-lebih pada tietilperazin, efek anti emetisnya yang menonjol, sehingga digunakan khusus sebagai anti emetika pada kemo dan radioterapi. Efek samping yang terpenting adalah gejala ekstrapiramidal, efek antikolinergis, dan sedasi, yang paling ringan pada tietilperazin.Dosis masing-masing adalah sebagai berikut:Haloperidol (haldol): 2-3 dd 0,5 mg.Perfenazin (trilafon): 3 dd 4-8 mg, i.m 5 mg.Proklorperazin (stemetil): 2-4 dd 5-10 mg, rectal 1-2 dd 25 mg.Tietilperazin (torecan): oral dan rectal 2-4 dd 6,5mg, s.c/i.m 6,5 mg sekali.Metoklopramida: primperan, opramDerivate aminoklorbenzamida ini berkhasiat anti emetis kuat berdasarkan pertama-tama blokade reseptor dopamine di CTZ. Disamping itu, zat ini juga memperkuat pergerakan dan pengosongan lambung. Efektif pada semua jenis muntah, termasuk akibat radio/khemoterapi dan migraine, pada mabuk darat oat ini tidak ampuh.Efek sampingnya yang terpenting adalah sedasi dan gelisah berhubung rintangan darah otak. Efek samping lainnya berupa gangguan lambung usus serta gangguan ekstrapiramidal, terutama pada anak-anak kecil.Dosis: 3-4 dd 5-10 mg, anak-anak maksimal 0,5 mg/kg/sehari. Rectal 2-3 dd 20 mg.Domperidon: motiliumSenyawa benzimdazolinum ini adalah propulsivum yang berkhasiat menstimulasi peristalstik dan pengosongan lambun, selian berdaya anti emetis, digunakan pada relflux-esofagus dan pada muntah akibat khemoterapi dan pada migraine.Dosis: 3-4 dd 10-20 mg a.c; anak-anak 3-4 dd0,3 mg/kg, rectal anak-anak sampai 2 tahun2-4 dd 10 mg; i.m/i.v 0,1 -0,2 mg per kg berat badan dengan maksimum 1 mg/kg berat badan sehari.Ondansetron: zolfranSenyawa carbazol ini adalah antagonis serotonin selektif (dari reseptor 5HT3). Berkerja anti emetis kuat dengan mengantagoniskan refleks muntah dari usus halus dan stimulasi CTZ, yang keduanya diakibatkan dengan pemberian dosis tunggal deksametason (20 mg/ infuse ) sebelum kemoterapi dimulai. Selain pada kemo dan radioterapi juga sering diberikan untuk profilaksis, gejala-gejala demikian setelah pebedahan ginekologi.Efek sampingnya berupa nyeri kepala, obstipasi, rasa panas di muka dan perut bagian atas, jarang sekali gangguan ekstra pyramidal dan reaksi hipersensitivas.Dosis: 1-2 jam sebelum mejalankan kemoterapi 8 mg, lalu tiap 12 jam 8 mg selama 5 hari. iv 4-8 mg (perlahan).Antinausea AgentsAntikolinergik Kelompok ini obat yang digunakan yaitu skopolamin dan antihistamin (siklizin, meklizin, sinarizin, prometazin, dan dimenhidrinat). Obat- obatan ini efektif terhadap segala jenis muntah, dan banyak digunakan pada mabuk darat dan mual kehamilan (antihistaminika) efeknya berdasarkan sifat antikolinergisnya dan mungkinjuga blokade reseptor H1 di CTZ.Antagonis DopaminZat-zat ini hanya efektif pada mual yang diakibatkan oleh efek samping. Mekanisme kerjanya melalui perintangan neurotransmisi dari CTZ ke pusat muntah dengan jalan blokade reseptor dopamine.Propulsive (prokinetika): metoklopramida dan domperidon banyak sekali digunakan. Pada dosis tinggi, metoklopramida menimbulkan efek-efek antikolinergis lebih kuat daripada neuroleptika. Alizaprida (litican) menghambat refleks muntah secara sentral dan bersifa anksiolitis.Derivate fenotiazin: proklorperazin dan thietilperazin (torecan).Derivate butirofenon: haloperidol dan droperidol terutama digunakan pada muntah-muntah akibat gangguan neurologis dan setelah pembedahan.Antagonis Contoh obatnya antara lain: granisetron, ondansetron, dan tripisetron. Mekanisme kerja kelompok zat agak baru ini belum begitu jelas, tetapi mungkin karena blokade serotonin yang memicu refleks muntah dari usus halus dan rangsangan terhadap CTZ. Terutama efektif selama hari pertama dari teraapi dengan sitostika yang bersifat emetogen kuat, juga pada radioterapi.KortikosteroidaContoh obatnya deksametason ternyata efektif untuk muntah-muntah yang diakibatkan oleh sitostatika. Mekanisme kerjanya tidak diketahui. Pengunaannya sering sekali bersamaan suatu antagonis serotonin.BenzodiazepineMempengaruhi system kortikal/limbis dari otak dan tidak mengurangi frekuensi dan hebatnya emesis, melainkan memperbaiki sikap pasein terhadap peristiwa muntah. Terutama lorazepam ternyata efektif sebagai pencegah muntah.Kanabinoida Contohnya antara lain: marihuana, THC. Efektif pada dosis tinggi untuk sitostatika.Obat HemoroidBiasanya, wasir tidak membutuhkan pengobatan kecuali bila menyebabkan gejala. Obat pelunak tinja atau psilium bisa mengurangi sembelit dan peregangan yang menyertainya. Suntikan skleroterapi diberikan kepada penderita wasir yang mengalami perdarahan. Dengan suntikan ini, vena digantikan oleh jaringan parut. Pengobatan dilakukan dengan selang waktu 2 minggu atau lebih. Mungkin 3-6 kali pengobatan.Wasir dalam yang besar dan tidak bereaksi terhadap suntikan skleroterapi, diikat dengan pita karet. Cara ini, disebut ligasi pita karet, meyebabkan wasir menjadi layu dan putus tanpa rasa sakit. Wasir juga bisa dihancurkan dengan menggunakan laser (perusakan laser), sinar infra merah (fotokoagulasi infra merah) atau dengan arus listrik (elektrokoagulasi). Pembedahan mungkin digunakan bila pengobatan lain gagal.Kandungan obat hemoroid / wasir Polidocanol, sediaan injeksi (ampul). Senyawa bismuth dan kombinasinya, Kombinasi Hydrokortison, suppositoria. Ekstrak tumbuh-tumbuhan, Graptophyllum pictum, Sophora japonica , dll Senyawa flucortolone dan kombinasi senyawa alumunium, senyawa zink, hydrokortison dan lidokain dalam bentuk krim.

PENUTUP

Acid-controlling Agent (Agen pengendali asam) berfungsi menekan kelebihan produksi asam lambung. Agen tersebut termasuk Antasida, Antagonis reseptor H2, dan Inhibitor Pompa Proton. Antasida meliputi aluminium, magnesium, kalsium karbonat, dan natrium bikarbonat. Mekanisme kerja antasida yaitu menetralisir atau mendapar sejumlah asam tetapi tidak melalui efek langsung, atau menurunkan tekanan esophageal bawah (LES). Antagonis reseptor H2 meliputi simetidin, ranitidine, famotidin, dan nisatidin. Mekanisme kerja antagonis reseptor histamin H2 adalah menghambat sekresi asam lambung dengan melakukan inhibisi kompetitif terhadap reseptor histamin H2 yang terdapat pada sel parietal. Inhibitor Pompa Proton meliputi omeprazol, lansoprazol, rabeprazol. Mekanisme kerja penghambat pompa proton: basa lemah netral mencapai sel Parietal dari darah dan berdifusi ke dalam sekretori kanalikuli, tempat obat terprotonasi dan terperangkap.Golongan pelindung mukosa (sukralfat) membentuk barier viskos pada permukaan mukosa di lambung dan duodenum, melindunginya dari serangan asam. Analog Prostaglandin E1 (misoprostol) meningkatkan produksi mucus lambung dan sekresi mukosa, menghambat sekresi asam lambung dengan kerja langsung ke sel parietal. Golongan peningkat faktor pertahanan lambung (teprenon) meningkatkan mukosa lambung dan usus besar, melindungi dari efek merusak yang ditimbulkan NSAIDs.Antidiare terdiri dari Adsorben (mengikat atau menyerap toksin), Antikolinergik (menurunkan tonus otot usus dan peristaltik), Antisekretorik (menghambat sekresi air dan elektrolit di daerah kripta), Antimotilitas (anti peristaltik), dan Antimikroba atau antibiotika. Obat pencahar berdasarkan mekanisme kerjanya: zat-zat yang merangsang dinding usus, zat-zat yang memperbesar isi usus, dan zat pelicin.Agen anti muntah dan anti mual di antaranya: Anticholinergic agents (ACh blockers), Antihistamine agents (H1 receptor blockers), Neuroleptic agents, dan Tetrahydrocannabinoids (THC). Hemoroid biasanya tidak membutuhkan pengobatan kecuali bila menyebabkan gejala. Obat pelunak tinja atau psilium bisa mengurangi sembelit dan peregangan yang menyertainya.DAFTAR PUSTAKA

Hasanah, AN. 2007. Evaluasi Penggunaan Obat Antipeptik Ulser Pada Penderita Rawat Tinggal Di Rumah Sakit Advent Bandung - Karya Ilmiah yang Tidak Dipublikasikan. Bandung: Universitas PadjadjaranMediastore. 2007. Gastritis. http://www.mediastore.com/Medicatherapy. 2012. Antasida. http://medicatherapy.com/Peni, Mirna. 2011. Mengenal Golongan Obat Gangguan Pencernaan. http://www.lkc.or.id/PT Novell Pharmaceutical Laboratories. 2010. Ulkus. http://www.lambungsehat.com/Siswanto. 2000. Kimia Medisinal jilid 2. Jakarta: AirlanggaSyukrilah G, Novilia T, Abdilah . 2011. Laporan Akhir Praktikum Farmakologi I Obat yang Mempengaruhi Saluran Pencernaan (Antidiare). Bandung: Laboratorium Terpadu Farmasi Unit D Universitas Islam BandungTjay, Tan Han dan Raharja, Kirana. 2002. Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya Edisi ke V. Jakarta: Elex Media Komputindo.