Farmako blok 15 [revisi]

download Farmako blok 15 [revisi]

of 6

Transcript of Farmako blok 15 [revisi]

Histamin dan AntihistaminPendahuluan Untuk ilmu famakologi, obat antihistamin memegang penting karena banyak sekali penyakit kulit yang disertai gejala gatal-gatal, atau akibat alergi lain yang didasarkan pada penglepasan histamin. Tentunya banyak obat-obat lain yang digunakan dalam menanggulangi penyakit kulit, seperti obat jerawat, psoriasis, keratolitik, dll, yang telah melalui uji klinis yang benar. Pada praktikum, akan diperlihatkan reaksi yang timbul pada kulit akibat histamin, yang dikenal dengan rekasi Triple Response, yang terdiri dari : 1. Red Spot (seringkali tidak jelas karena tertutup wheal) 2. Wheal (edema) 3. Flare (kemerahan) Selain itu juga akan dilakukan observasi efek berbagai antihistamin oral pada orang percobaan untuk melawan kerja histamin, serta efek proteksi antihistamin pada bronkokonstriksi akibat penyemprotan larutan histamin yang dilakukan pada hewan coba. Praktikum pada orang percobaan akan dilakukan dengan desain tersamar ganda, dimana baik instruktur, orang percobaan, dan pengamat yang melakukan obsevasi tidak mengetahui obat apa yang diminum orang percobaan. Sasaran Belajar 1. Memperlihatkan efek Triple Response akibat pemberian histamin intradermal pada manusia. 2. Memperlihatkan dan membandingkan efek berbagai jenis antihistamin oral dalam melawan efek histamin. 3. Memperlihatkan dan membandingkan efek proteksi berbagai jenis histamin terhadap timbulnya bronkokostriksi akibat semprotan hitamin. 4. Memperlihatkan efek adrenalin dalam menanggulangi keadaan darurat akibat reaksi alergi hebat misalnya bronkospasme. 5. Membiasakan diri dengan Golden Rule ; tersamar ganda Persiapan 1. Pilihlah tiap kelompok 2 orang percobaan yang tidak mempunyai riwayat alergi, baik itu alergi kulit, seperti gatal-gatal, urtikaria, angio-edem, atau sistem organ lain seperti asma bronkial, tukak lambung, dll. 2. Orang percobaan harus puasa 4 jam seblum percobaan dimulai, agar absorpsi obat berlangsung dengan baik. 3. Hewan coba : 4 ekor marmot. 4. Alat-Alat yang dipakai : - Tensimeter, stetoskop. Termometer kulit, penggaris - Sungkup hewan coba dan nebulizer - Semprit 2.5 cc, tuberkulin, dan jarum suntik no. 23G dan 26G - Kertas karton yang telah dilubangi, dan kapas.

5. Obat-Obat : - Larutan histamin 1:80 - Larutan garam faal (NaCl 0,9%) - Larutan alkohol 70% - Larutan antihistamin : difenhidramin dan klorfeneramin - Antihistamin oral : Chlorpheramine maleate (CTM) Cetirizin Siproheptamin Loratadin Homoklomin Sacharum lactis (plasebo) (antihistamin dan plasebo diatas dikemas dalam kapsul yang sama bentuk, besar, dan warnanya.) Tatalaksana A. Praktikum dengan orang percobaan Untuk melihat timbulnya reaksi triple response akibat pemberian histamin intradermal pada manusia. 1. Lakukanlah pengukuran tanda vital : tekanan darah, nadi, frekuensi napas, dan suhu kulit pada orang percobaan yang berbaring diatas meja laboratorium. Tiap kelompok terdiri dari 2 orang mahasiswa sebagai orang percobaan dan lainnya bertindak sevagai pengamat. 2. Lakukan 2 kali dengan interval 5 menit dan cari nila rata-ratanya. 3. Orang percobaan dalam posisi duduk, dengan lengan bawah diletakkan diatas meja laboratorium dengan bagian voler menghadap ke atas. 4. Bersihkan lengan bagian voler kiri dengan kapas yang telah dibasahi alkohol untuk tindakan asepsis, yaitu dengan mengusap secara sentrifungal (dari bagian dalam ke luar) 5. Letakkan kertas karton yang telah dilubangi sebagai alat bantu diatas bagian voler lengan yang telah dibersihkan tadi, dan lakukan goresan X di dalam lubang tadi. Jangan menggores terlalu dalam sampai keluar darah dan jangan terlalu besar sehingga keluar dari lubang. 6. Mintalah larutan histamin pada instruktur dan teteskan 1 tetes tepat diatas goresan tadi. Catat waktunya dan biarkan larutan tadi tehisap habis. 7. Lakukan observasi kapan timbulnya triple response, catat sebagai mula kerja dan ukur diameter terpanjang dan terpendek dari edema dan area kemerahan dan catat saat triple response mencapai ukuran maksimal, sebagai lama kerja. 8. Catatlah semua nilai tadi sebagai parameter dasar. 9. Mintalah obat antihistamin pada instruktur dan catatlah kodenya, kemudian orang percobaan minum obat tadi dengan segelas air.

10. Setelah menunggu 1 jam, maka dilakukan lagi pengukuran tanda vital, suhu kulit, nadi, frekuensi pernapasan, serta percobaan goresan histamin, persis seperti diatas. 11. Bandingkanlah triple response yang terjadi sebelum dan sesudah minum obat. 12. Catatlah juga semua gejala yang terjadi pada orang percobaan seperti : mengantuk, mulut kering, dll. Hasil Pengukuran pada OP : Rosalita

Pembahasan ANTIHISTAMIN Farmakologi Menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus, bermacam macam otot polos; selain itu AH1 bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensifitas ata keadaan lain yang disertai penglepasan histamin endogen berlebihan

Farmakokinetik Setelah pemberian oral maupun parenteral, ah 1 diabsorbsi secara baik. Efeknya timbul 15-30 menit setelah pemberian oral dan maksimal 1-2 jam. Lama kerja AH1 setela pemberian dosis tunggal kira-kira 4-6 jam.

Efek Samping Pada dosis terapi semua AH1 menimbulkan efek samping walaupun jarang beersifat srius dan kadang-kadang hilang bila pengobatan diteruskan. Efek saming yang paing sering ialah sedasi, vertigo, tinitus, lelah, penat, inkoordinasi, penglihatan kabur, diplopia. Yang paling sring adalah nafsu makan berkurang, mual, muntah, keluhan pada epigastric, konstipasi maupun diare. Efek samping ini akan berkurang bila obat diberikan sewaktu makan. Efek samping lain yang mugkin ditemukan adalah mulut kering, disuria, palpitasi, hipotensi, sakit kepala, rasa berat, dan lemah pada tangan.

Indikasi AH1 berguna untuk pengobatan simtomatik berbagai penyakit alergi dan mencegah atau mengobati mabuk perjalanan.

Antihistamin Oral: Antagonis H1 Generasi 2 1.Loratadine Loratadine adalah suatu antihistamin yang mempunyai mula kerja cepat dan masa kerja selama 24 jam. Loratadine mempunyai selektivitas tinggi pada reseptor histamin-H1 perifer dan afinitas yang rendah pada reseptor-H1 di susunan saraf pusat. Oleh karena itu loratadine tidak mempunyai efek depresi pada susunan saraf pusat. Indikasi: Loratadine efektif untuk mengobati gejala-gejala yang berhubungan dengan rinitis alergi, seperti pilek, bersin-bersin, rasa gatal pada hidung serta rasa gatal dan terbakar pada mata. Selain itu loratadine juga mengobati gejala-gejala seperti urtikaria kronik dan gangguan alergi pada kulit lainnya. Kontra Indikasi: Hipersensitif terhadap loratadine. Komposisi: Tiap tablet mengandung 10 mg loratadine. Cara Kerja Obat: Loratadine merupakan suatu antihistamin trisiklik yang bekerja cukup lang (long acting), mempunyai selektifitas tinggi pada reseptor histamin -H1 periter dan tidak menimbulkan efek sedasi atau antikolinergik. Dosis : Dewasa dan anak-anak usia di atas 12 tahun: 1 tablet sehari. Peringatan dan Perhatian: - Efek pemakaian loratadine selama kehamilan belum diketahui secara pasti. - Hati-hati pemakaian loratadine pada pasien dengan gangguan hati dan gagal ginjal. - Loratadine sebaiknya tidak diberikan pada ibu menyusui karena dieksekresikan melalui air susu. - Pemberian loratadine pada anak-anak di bawah 12 tahun keamanannya belum diketahui dengan pasti. Efek Samping: Loratadine tidak memperlihatkan efek samping yang secara klinis bermakna, karena rasa mual, lelah, sakit kepala, mulut kering jarang dilaporkan. Frekuensi efek-efek ini pada loratadine maupun placebo tidak berbeda secara statistik. Interaksi Obat:

Pemberian loratadine bersama alkohol tidak memberikan efek potensiasi seperti yang terukur pada penampilan psikomotor. Pemberian loratadine bersama eritromisin, ketokonazol & simetidine dapat menghambat metabolisme loratadine. Cara Penyimpanan: Simpan pada suhu 2 - 30 derajat Celcius. Kemasan: Loratadine 10 mg tablet, kotak 5 strip @ 10 tablet 2.Cetirizine Cetirizine adalah antihistamin, pada dosis farmakologi aktif, mempunyai efek mengantuk yang lebih kecil, dengan tambahan sifat antialergi. Cetirizine adalah reseptor H1-antagonis selektif dan pada reseptor lain efeknya dapat diabaikan, bebas dari efek antikolinergik dan antiserotonin. Cetirizine menghambat mediator histamin fase awal dari reaksi alergi, juga menurunkan migrasi sel inflamasi dan melepaskan mediator yang berhubungan dengan respon alergi yang sudah lama. Farmako Kinetik : - Puncak level darah untuk 0,3 ug/ml dicapai antara 30- 60 menit setelah pemberian Cetirizine 10 mg. - Waktu paruh plasma kira-kira 11 jam. - Absorpsi sangat konsisten pada semua subjek. Pengeluaran melalui ginjal 30 ml/menit dan waktu paruh ekskresi kira-kira 9 jam. - Cetirizine terikat kuat pada protein plasma. Indikasi : - Pengobatan perennial rinitis, alergi rinitis musiman dan kronik idiopatik urtikaria. Dosis : - Dewasa dan anak-anak diatas atau sampai 12tahun: 1 tablet (10 mg) perhari. - Pada saat ini tidak cukup data klinik untuk direkomendasikan penggunaan Cetirizine pada anak-anak di bawah atau sampai 12 tahun. - Pada saat ini tidak ada data, yang menyarankan penurunan dosis untuk penderita lansia. Pada penderita kerusakan ginjal, dosis harus dikurangi menjadi 1/2 tablet perhari. Over Dosis : Mengantuk dapat menjadi gejala overdosis, akibat mengkonsumsi 50 mg sebagai dosis tunggal. Pada anak-anak, bisa terjadi agitasi (gelisah). Apabila terjadi overdosis, pengobatan dilakukan pada gejalanya atau pendukungnya, bisa disarankan untuk menggunakan obat pencernaan secara bersamaan. Hingga saat ini, tidak ada antidot yang khusus. Cetirizine tidak efektif untuk dihilangkan dengan cara dialisis, dan dialisis akan tidak efektif kecuali zat yang dapat di dialisa sama-sama dicerna. Kontra Indikasi :

Penderita dengan pengalaman hipersensitif pada Cetirizine. Cetirizine kontraindikasi pada ibu menyusui karena diekskresikan melalui ASI. Peringatan dan Perhatian : - Penelitian dengan ukuran objektif tidak menunjukkan adanya efek cetirizine pada fungsi kognitif, kinerja motorik atau mengantuk. Walaupun demikian, adanya efek terhadap system syaraf pusat telah diamati pada beberapa individu penderita, karenanya hati-hati bila mengendarai mobil atau mengoperasikan mesin. - Penggunaan pada kehamilan Cetirizine hanya boleh diberikan kepada wanita hamil, bila benar-benar diperhitungkan keuntungan lebih besar dari kerugiannya. - Hati-hati penggunaan pada penderita epilepsi.

Efek Samping : Ada beberapa laporan terjadinya efek samping ringan dan sementara, misalnya sakit kepala, pusing, mengantuk, gelisah, kering mulut dan ketidaknyamanan pada pencernaan. Pada beberapa individu terjadi reaksi hipersensitif, termasuk reaksi kulit dan mungkin terjadi angiodema. Interaksi : Pada saat ini tidak ada interaksi dengan obat lain. Penelitian Diazepam dan Cetirizine tidak memperlihatkan interaksi. Seperti pemakaian antihistamin lainnya, disarankan untuk tidak mengkonsumsi alkohol. Kemasan : Dus berisi 3 strip @ 10 tablet salut selaput Cara Penyimpanan : Simpan pada suhu kamar (25- 30 C), terlindung dari cahaya