Farm as III

download Farm as III

of 24

Transcript of Farm as III

MUKOLITIK DAN EKSPEKTORAN Ekspektoran meningkatkan pembersihan mukus dari saluran bronkus. Satu-satunya preparat yang paling efektif adalah air, terutama pada pasien dehidrasi. Karena itu anjurkan pasien asma untuk minum sebanyak mungkin karena hal ini akan mencegah pengeringan mukus. Pada asma berat, setelah terapi inhalasi dengan bronkodilator dapat dilanjutkan dengan cairan NaCl 0,9% memakai nebulizer selama 20-30 menit, 3-4 kali sehari. Manfaat obat ekspektoran dan mukolitik tergantung dari masukan air yang adekuat. Obat yang terdapat di pasaran pada saat ini misalnya gliseril guaiakolat, iodida, asetilsistein, bromheksin, dan ambroksol. METILXANTIN Teofilin merupakan salah satu obat utama untuk pengobatan asma akut maupun kronik. Bekerja dengan menghalangi kerja enzim fosfodiesterase sehingga menghindari perusakan cAMP dalam sel, antagonis adenosin, stimulasi pelepasan katekolamin dari medula adrenal, mengurang; konsentrasi Ca bebas di otot polos, menghalangi pembentukan prostaglandin, dan memperbaiki kontraktilitas diafragma. Farmakokinetik Preparat cair diserap kurang lebih l/2 sampai 1 jam, tablet yang tak berlapis 2 jam, dan preparat lepas lambat 4 sampai 6 jam. Teofilin dieliminasi dalam hati dan disekresi dalam urin. Terdapat variasi individual dalam eliminasi teofilin. Harus diperhatikan umur dan gemuknya seseorang. Dosis oral. Oleh karena terdapat variasi antara setiap individu maka dosis harus disesuaikan dengan melihat perbaikan klinis, efek samping, dan kadar pemeliharaan dalam darah antara 1020 g/ml. Dosis permulaan yang umum antara 10-16 mg/kgBB/hari, bilamana dosis akan ditingkatkan maka perlu monitor kadar teofilin dalam plasma. Untuk preparat lepas lambat dosis seharinya lebih rendah dari preparat biasa Bila tampak tanda intoksikasi maka dosis harus segera diturunkan. Dosis intravena. Tujuan utama pemberian teofilin intravena adalah untuk secara cepat mendapatkan kadar dalam plasma antara 10-20 sel/ml. Bila pasien belum mendapat teofilin sebelumnya, diberikan loading dose 6 mg/kgBB selama 20-30 menit melaui infus, selanjutnya diteruskan dengan dosis pemeliharaan. Terdapat beberapa jenis preparat teofilin, yaitu dalam bentuk sirop yang bekerja cepat, tablet, kapsul, tablet lepas lambat, dan kombinasi teofilin dengan obat lainnya. Dalam memilih preparat yang akan dipakai, pertimbangkan hal seperti berikut. Adanya alkohol dalam sirop dapat mengakibatkan efek samping bila dipakai terus-menerus, jadi preparat ini sebaiknya hanya dipakai sebagai terapi permulaan untuk mengatasi keadaan akut. Hindari kombinasi teofilin dengan obat lain dalam satu preparat karena preparat jenis ini sering terjadi efek samping. Preparat lepas lambat sangat berguna untuk pengobatan asma kronik sebab dapat diberikan dosis dua kali sehari sehingga meningkatkan kepatuhan pasien. Reaksi yang merugikan mulai timbul bila dosis teofilin dalam darah telah melebihi 15 g/ml. Efek samping yang sering terjadi adalah muntah dan gangguan saraf pusat. OBAT ANTIKOLINERGIK Asetilkolin berperan dalam bronkospasme. Atropin sulfat, beladona, dan skopolamin efektif untuk mencegah bronkospame oleh metakolin, tetapi tidak untuk bronkospasme oleh histamin. Pada mulanya pemakaian aerosol atropin sangat terbatas oleh karena efek samping seperti

peninggian viskositas dan menurunnya jumlah sputum, orofaring jadi kering, denyut jantung meningkat, sedasi, dan gangguan visus. Tetapi dengan preparat baru (ipratropium bromide) yang dapat mengurangi efek samping tersebut maka obat ini mulai banyak lagi dipakai, terutama untuk orang dewasa yang menderita asma intrinsik atau asma bronkitis yang bronkospasmenya dipengaruhi oleh asetilkolin. NATRIUM KROMOLAT Obat ini mampu menghambat pelepasan mediator dari sel mast dan basofil sehingga alergen yang masuk ke dalam badan tidak lagi menimbulkan reaksi alergi. Diperlukan waktu 2-3 bulan untuk evaluasi efek natrium kromolat. Telah dilaporkan bahwa pada waktu penghirupan obat ini dapat terjadi bronkokonstriksi, oleh karena itu dianjurkan untuk memakai inhalasi 2 terlebih dahulu sebelum penggunaan obat ini. Indikasi adalah untuk asma, rinitis alergik, konjungtivitis alergik, alergi makanan, ulserasi mukosa (protokolitis, sariawan). Untuk rinitis alergik diberikan dalam bentuk tetes hidung, untuk konyungtivitis alergik dalam bentuk tetes mata, dan untuk alergi makanan diberikan peroral 30 menit sebelum makan. htpp://www.childrenallergyclinic.wordpress.com/ mucolytic agents: obat yang dapat mengencerkan dan membersihkan mukus dari saluran pernapasan dengan memecah sputum (dahak). mukus seringkali menyebabkan penyempitan atau bahkan menutup saluran napas hingga menyesakkan dan membuat sulit bernapas. contoh: acetylcysteine, bromhexine, carbocisteine, eprazinone, erdosteine, mesna, ambroxol. expectorant: obat yang dapat membantu mengeluarkan mukus dan bahan lain dari paru, bronchi, dan trachea. salah satu contoh expectorant adalah guaifenesin yang menaikkan pembuangan mukus dengan mengencerkannya dan juga melubrikasi saluran napas yang teriritasi. contoh: potassium iodide, guaifenesin, ipecacuanha, guaiacolsulfonate, ammonium chloride, sodium citrate. untuk menunjang kerjanya harus disertai banyak minum air. cough suppressants (antitussives): obat yang menekan batuk dengan bekerja pada pusat batuk di otak. beberapa di antaranya tergolong narkotika. obat narkotika ini bisa memberi efek ketergantungan secara mental atau pun fisik, terutama bila digunakan dalam jangka waktu lama. biasa digunakan untuk batuk tidak produktif atau tidak berdahak. contoh: codein, dextromethorphan, diphenhydramine. kedua kelompok yg pertama cocok untuk batuk berdahak, kelompok ketiga sebaiknya untuk batuk kering/non-produktif/tidak berdahak. untuk batuk yang menyertai flu ada obat kombinasi antara antihistamin, dekongestan, pereda nyeri, antitusif dan/atau ekspektoran. kalau minum obat kombinasi ini perlu hati-hati, tidak perlu minum obat flu lain lagi untuk menghindari overdosis. antihistamin (H1-receptor inhibitor) banyak ditambahkan dalam obat batuk dan flu untuk mengatasi pilek dan hidung tersumbat. bahan ini secara tidak langsung juga memiliki efek antitussive. contoh: chlorpheniramine, dexbrompheniramine. analgesik atau pereda nyeri digunakan dalam pengobatan flu untuk menghilangkan rasa sakit dan nyeri. contoh: paracetamol, aspirin.

dekongestan bekerja dengan menyempitkan pembuluh darah dalam hidung. penyempitan ini bisa mengurangi aliran darah sehingga jaringan yang mengembang bisa menyusut dan udara bisa lewat dengan lebih mudah. contoh: phenylephrine, pseudoephedrine. referensi: Mayo Clinic: Cough and Cold Combination (Oral Route) WebMD: Cough Syrup & Cough Medicine Nebulizer adalah 2011-02-05 Nebulizer adalah alat yang dapat mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol secara terusmenerus dengan tenaga yang berasal dari udara yang dipadatkan atau gelombang ultrasonik. Tujuan pemberian Nebulizer Untuk mengurangi sesak pada penderita asma, untuk mengencerkan dahak, bronkospasme berkurang/ menghilang. Obat-obat Nebulizer: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Pulmicort: kombinasi anti radang dengan obat yang melonggarkan saluran napas Nacl : mengencerkan dahak Bisolvon cair : mengencerkan dahak Atroven : melonggarkan saluran napas Berotex : melonggarkan saluran napas Inflamid :untuk anti radang Combiven : kombinasi untuk melonggarkan saluran napas Meptin : melonggarkan saluran napas.

Kombinasi yang dianjurkan: * Bisolvon-Berotec-Nacl * Pulmicort-Nacl * Combivent-Nacl * Atroven-Bisolvon-Nacl 2. Indikasi dan kontraindikasi Nebulizer: * Indikasi Nebulizer: Untuk penderita asma, sesak napas kronik, batuk, pilek, dan gangguan saluran pernapasan. * Kontraindikasi Nebulizer: Pada penderita trakeotomi, pada fraktur didaerah hidung. 5. Macam-macam Nebulizer: * Nebulizer mini

Adalah alat genggam yang menyemburkan medikasi atau agens pelembab, seperti agans bronkodilator atau mukolitik menjadi partikel mikroskopik dan mengirimkannya kedalam paru-paru ketika pasien menghirup napas. Cara pemberian Nebulizer a. Persiapan alat : 1) Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter, humidifier 2) Masker Nebulizer 3) Obat yang akan diberikan 4) Spuit 2 cc (sesuai dengan jumlah obat yang diberikan) 5) Alat tulis b. Persiapan pasien : * Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan o Menyiapkan lingkungan yang aman untuk klien dan memasang sampiran c. Langkah- langkah : * Memberi posisi yang nyaman pada klien * Mengontrol flowmeter dan humidifier o Mencuci tangan + Menyambungkan masker nebulizer dengan tabung oksigen k/p dengan selang penghubung o Mengontrol apakah selang dan masker berfungsi dengan baik + Menghisap obat sesuai instruksi medik dan memasukkannya ke dalam tabung masker nebulizer o Memasang masker sesuai wajah klien o Mengalirkan oksigen sesuai indikasi medik o Mengevaluasi respon klien (pola napas) o Merapihkan pasien o Cuci tangan o Dokumentasi - Jenis obat dan jumlah liter oksigen yang diberikan - Waktu pemberian - Reaksi pasien d. Sikap * Teliti * Sabar * Hati-hati * Tanggap terhadap reaksi pasien Sumber : http://iniblogbentra.blogspot.com/2010/01/pemberian-nebulizer.html

1. Pengertian Nebulizer Nebulizer adalah alat yang dapat mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol secara terusmenerus dengan tenaga yang berasal dari udara yang dipadatkan atau gelombang ultrasonik. 1. Tujuan pemberian Nebulizer Untuk mengurangi sesak pada penderita asma, untuk mengencerkan dahak, bronkospasme berkurang/ menghilang. 3. obat-obat Nebulizer: 1. Pulmicort: kombinasi anti radang dengan obat yang melonggarkan saluran napas 1. Nacl : mengencerkan dahak 2. Bisolvon cair : mengencerkan dahak 3. Atroven : melonggarkan saluran napas 4. Berotex : melonggarkan saluran napas 5. Inflamid :untuk anti radang 6. Combiven : kombinasi untuk melonggarkan saluran napas 7. Meptin : melonggarkan saluran napas. Kombinasi yang dianjurkan: Bisolvon-Berotec-Nacl Pulmicort-Nacl Combivent-Nacl Atroven-Bisolvon-Nacl

2. Indikasi dan kontraindikasi Nebulizer: Indikasi Nebulizer: Untuk penderita asma, sesak napas kronik, batuk, pilek, dan gangguan saluran pernapasan. Kontraindikasi Nebulizer: Pada penderita trakeotomi, pada fraktur didaerah hidung. 5. Macam-macam Nebulizer: Nebulizer mini Adalah alat genggam yang menyemburkan medikasi atau agens pelembab, seperti agans bronkodilator atau mukolitik menjadi partikel mikroskopik dan mengirimkannya kedalam paru-paru ketika pasien menghirup napas. Nebulizer nebulizer jet-aerosol menggunakan gas bawah tekanan Nebulizer ultrasonik menggunakan getaran frekuensi-tinggi untuk memecah air atau obat halus. 6. Cara pemberian Nebulizer a. Persiapan alat : 1) Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter, humidifier menjadi tetesan atau partikel

2) 3) 4) 5)

Masker Nebulizer Obat yang akan diberikan Spuit 2 cc (sesuai dengan jumlah obat yang diberikan) Alat tulis Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan Menyiapkan lingkungan yang aman untuk klien dan memasang sampiran

b. Persiapan pasien :

c. Langkah- langkah : Memberi posisi yang nyaman pada klien Mengontrol flowmeter dan humidifier Mencuci tangan Menyambungkan masker nebulizer dengan tabung oksigen k/p dengan selang penghubung Mengontrol apakah selang dan masker berfungsi dengan baik Menghisap obat sesuai instruksi medik dan memasukkannya ke dalam tabung masker nebulizer Memasang masker sesuai wajah klien Mengalirkan oksigen sesuai indikasi medik Mengevaluasi respon klien (pola napas) Merapihkan pasien Cuci tangan Dokumentasi Jenis obat dan jumlah liter oksigen yang diberikan Waktu pemberian Reaksi pasien Teliti Sabar Hati-hati Tanggap terhadap reaksi pasien

d. Sikap

Terdapat 2 jenis inhaler dilihat dari waktu penggunaannya: 1. Relievers Inhaler jenis ini digunakan untuk pertolongan saat keadaan darurat atau saat terjadi serangan asma (asthma attack). Ingat! Hanya digunakan saat terdapat gejala-gejala atau saat terjadi serangan. Jika seorang penderita harus menggunakan reliever lebih dari 3 kali seminggu, maka perlu penanganan lebih lanjut dari dokter (berdasarkan pengalaman, inhaler relievers dapat mengurangi serangan asma saat semprotan kedua). Inhaler yang termasuk relievers di antaranya: fenoterol (sold as Berotec), ipratropium(sold as Atrovent and Ipvent), salbutamol (sold as Asthavent, Venteze and Ventolin), terbutaline (sold as Bricanyl) and tiotropium (sold as Spiriva). Zizah sendiri dulu

menggunakan Ventolin dan sekarang Berotec. 2. Controllers/Preventers Inhlaler jenis controllers/preventers harus digunakan setiap hari, saat penderita merasa baik atau tidak baik. Alat kontrol yang paling efektif adalah jenis inhaler steroid. Inhaler ini merupakan pengotrol yang paling kuat. Contoller/preventer yang Zizah pakai adalah Inflammide (Budesonide) dan Pulmicort Turbuhaler (Budesonide). Biasanya alat ini digunakan saat menjelang tidur (saran dari dokter). Berdasarkan bentuk obat yang dibawanya, inhaler dibedakan menjadi 3 macam, yaitu aerosol inhaler, dry powder inhaler, dan nebuliser. Aerosol Inhaler Zat aktifnya dalam bentuk aerosol yang tersuspensi dalam propelan, yaitu suatu gas inert bertekanan yang berfungsi sebagai pendorong. Pada saat alat ditekan, maka propelan akan mendorong beberapa dosis obat dalam satu hembusan, bersamaan dengan itu pengguna harus menarik napas dalam agar obat terbawa masuk ke dalam saluran pernapasan. Jenis alat untuk aerosol inhaler ada beberapa macam, yaitu: a. MDI (Metered dose inhaler) Standard MDIs : ketika alat ditekan, propelan akan mendorong beberapa dosis obat, dan secara bersamaan dengan itu pengguna harus menarik napas dalam agar obat terbawa masuk ke dalam saluran pernapasan. Butuh koordinasi yang baik antara menekan alat dan menarik napas. Breathe activated MDIs : alat dimasukkan ke dalam mulut, dan dosis obat akan lepas bersamaan dengan saat bernapas, sehingga tidak perlu ada kordinasi. Cara penggunaannya yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. Kocok tabung inhaler (3-4 kali). Buka tutupnya. Bernapaslah di luar alat. Masukkan alat ke dalam mulut, dan kunci diantara gigi, tutup mulut rapat-rapat. Mulailah bernapas dengan perlahan, tekan bagian atas alat dan tetap bernapas perlahan sampai satu tarikan penuh. 6. Keluarkan alat dari mulut, tahan napas selama 10 detik sebelum membuang napas. 7. Jika butuh lebih dari satu puff, tunggu dulu selama kurang lebih 1 menit, kemudian kocok lagi tabung inhaler dan ulangi langkah 3-6. 8. Setelah selesai, cuci muka dan berkumur dengan air jika menggunakan inhaler yang mengandung kortikosteroid. b. Spacer Ada ruangan antara mulut dan inhaler, dan pada bagian mulut ada katup, saat menarik napas, katup terbuka dan dosis obat akan masuk, katup tertutup secara otomatis saat menghembuskan napas. Lebih mudah, dan tidak perlu koordinasi, biasanya digunakan untuk anak-anak atau bayi. Cara penggunaannya yaitu: 1. Buka tutupnya, kemudian kocok tabung inhaler (3-4 kali). 2. Pasang tabung pada spacer, di bagian yang berlawanan dengan masker. 3. Pasang masker menutupi mulut dan hidung, pastikan tertutup dengan baik.

4. 5. 6. 7.

Semprotkan 1 puff obat ke dalam spacer, biarkan sampai 6 tarikan napas Tunggu selama satu menit. Ulangi lagi langkah 4-5 jika dibutuhkan lebih dari 1 puff. Setelah selesai, cuci muka dan berkumur dengan air jika menggunakan inhaler yang mengandung kortikosteroid.

Dry Powder Inhaler Zat aktifnya dalam bentuk serbuk kering yang akan tertarik masuk ke paru-paru saat menarik napas. Pada inhaler jenis ini tidak terdapat propelan untuk mendorong obat masuk ke dalam saluran napas. Biasanya dosisnya lebih kecil, dan ada indikator untuk menunjukkan berapa dosis yang tersisa. Alatnya ada beberapa macam yaitu Turbohaler, Diskhaler, dan Accuhaler, tergantung dari industri farmasi yang memproduksinya. Untuk turbohaler, penggunaannya adalah sebagai berikut: 1. Buka tutupnya, pegang turbohaler dalam posisi berdiri. 2. Putar sejauh mungkin bagian pegangan yang berwarna, kemudian putar balik sampai terdengar bunyi klik. 3. Bernapaslah di luar alat. 4. Masukkan alat ke dalam mulut, dan kunci diantara gigi, tutup mulut rapat-rapat. Tarik napas dengan kuat dan dalam lewat mulut. 5. Keluarkan alat dari mulut sebelum membuang napas. 6. Selalu cek strip indikatornya, untuk mengetahui berapa dosis yang tersisa. 7. Setelah selesai, cuci muka dan berkumur dengan air jika menggunakan inhaler yang mengandung kortikosteroid. Nebuliser Zat aktifnya dalam bentuk uap, pada penggunaannya perlu menggunakan masker atau mouthpiece untuk menghirup uap obat. Tidak dibutuhkan koordinasi pada penggunaan inhaler jenis ini, hanya perlu bernapas seperti biasa dan uap akan terhirup bersama tarikan napas. Nebuliser biasanya digunakan di rumah sakit untuk penanganan serangan asma yang membutuhkan inhalasi dosis besar, tetapi sekarang sudah jarang digunakan karena inhalasi dosis besar dapat dilakukan dengan spacer.INHALER

Inhaler merupakan sebuah alat yang digunakan untuk memberikan obat ke dalam tubuh melalui paru-paru. Hal ini terutama digunakan dalam pengobatan asma.

Ada beberapa jenis inhaler:

1. MDI (Metered Dose Inhaler).Yang paling umum adalah MDI (Metered Dose Inhaler) yang diberi tekanan udara dan diukur dosis pengisapnya. Pada MDI, obat-obatan biasanya disimpan dalam bentuk larutan yang diberi tekanan udara dalam tabung kecil yang berisi propellan, meskipun mungkin juga bisa dalam bentuk suspensi. Prosedur yang benar untuk menggunakan MDI adalah pertama, mengambil nafas dan keluarkan sepenuhnya, masukkan pompa ke dalam mulut kemudian ambil nafas, tekan ujung tabung untuk melepaskan obat.

2. DPI (Dry Powder Inhalers)Selain MDI jenis inhaler yang lain adalah DPI (Dry Powder Inhalers), yang melepaskan dosis obat sebagai serbuk aerosol yang dihisap oleh pasien

3. NebulizerNebulizer yang melepaskan aerosol sebagai kabut yang dibuat dari formulasi cair.

SALBUTAMOL Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian Oral (Lebih dipilih dengan inhalasi) : Dewasa : dosis 4mg (orang lanjut usia dan penderita yang peka awali dengan dosis awal 2 mg) 3-4 kali sehari; dosis maksimal 8mg dalam dosis tunggal ( tetapi jarang memberikan keuntungan ekstra atau dapat ditoleransi dengan baik). Anak-anak dibawah 2 tahun : 100 mcg/kg 4 kali sehari (unlicensed); 2-6 tahun 1-2 mg 3-4 kali sehari; 6-12 tahun 2 mg 3-4 kali sehari. Injeksi s.c / i.m 500mcg ulangi tiap 4 jam bila perlu. Injeksi IV bolus pelan 250 mcg diulangi bila perlu. IV infus, dosis awal 5mcg/menit, disesuaikan dengan respon dan nadi, biasanya dalam interval 3-20 mcg/menit, atau lebih bila perlu. Anak-anak 1-12 bulan 0,1-1 mcg/kg/menit (unlicensed). Inhalasi : Dewasa : 100-200 mcg (1-2 semprot); untuk gejala yang menetap boleh diberikan sampai 4 kali sehari; Anak-anak : 100mcg (1 semprot), dapat ditingkatkan sampai 200 mcg (2 semprot) bila perlu; untuk gejala menetap boleh diberikan sampai 4 kali sehari. Profilaksis pada exercise-induced bronchospasm, Dewasa 200mcg (2 semprot); anak-anak 100mcg (1 semprot), ditingkatkan sampai 200mcg (2 semprot) bila perlu. Serbuk inhalasi : Dewasa 200-400 mcg; untuk gejala yang menetap boleh diberikan sampai 4 kali sehari; anak-anak 200mcg. Profilaksis untuk exercise-induced bronchospasm Dewasa 400mcg; anakanak 200 mcg. Inhalasi dengan larutan nebulizer, bronkospasme kronik yang tidak respon terhadap terapi konvensional dan pada terapi asma akut berat. Dewasa dan anak lebih dari 18 bulan 2.5 mg, diulang sampai 4 kali, dapat ditingkatkan menjadi 5 mg bila perlu, tetapi perlu mempertimbangkan penilaian medis karena kemungkinan terapi alternatif dapat diindikasikan. Anak dibawah 18 tahun (unlicensed) (hipoksemia transient dapat terjadi-pertimbangkan penggunaan suplemen oksigen), 1.25-2.5 mg sampai 4 kali sehari tetapi administrasi yang lebih sering kemungkinan diperlukan pada kasus-kasus parah. Farmakologi Onset of action: peak effect: sediaan dalam bentuk nebulization/oral inhalation: 0.5-2 jam, sediaan oral: 2-3 jam. Duration of Action: sediaan dalam bentuk nebulization/oral inhalation: 3-4 jam, sediaan oral: 4-6 jam. Salbutamol mengalami metabolisme di hati menjadi bentuk sulfat yang tidak aktif. T eliminasi: sediaan dalam bentuk inhalasi: 3-8 jam, sediaan oral: 3.7-5 jam. Ekskresi melalui urin (30% dalam bentuk yang tidak berubah). (4)

Stabilitas Penyimpanan HFA aerosol: simpan pada suhu 15C sampai 25C. Larutan inhalasi simpan pada suhu 2C sampai 25C, jangan digunakan apabila cairan berubah warna atau menjadi keruh. Gunakan dalam waktu 1 minggu setelah dibuka Nebulization 0.5% solution: simpan pada suhu 2C sampai 30C. Sediaan dalam bentuk sirup: simpan pada suhu 2C sampai 30C. (4) Sediaan dalam bentuk tablet: simpan pada suhu 2C-25C. (2) Kontraindikasi Reaksi hipersensitivitas terhadap salbutamol/albuterol, adrenergic amines. (2) Efek Samping Efek samping yang sering terjadi antara lain : Kardiovaskular : Palpitasi, Takiaritmia Endocrine metabolic : Hipokalemia Neurologic : Tremor Psychiatric : Nervousness Sedangkan efek samping yang cukup parah meliputi : Dermatologic : Erythema multiforme, Stevens-Johnson syndrome. (2) Interaksi - Dengan Obat Lain : Peningkatan efek / toksisitas :Peningkatan durasi efek bronkodilasi mungkin terjadi jika salbutamol digunakan bersama Ipratropium inhalasi. Peningkatan efek pada kardiovaskular dengan penggunaan MAO Inhibitor, Antidepresan Trisiklik, serta obat-obat sympathomimetic (misalnya: Amfetamin, Dopamin, Dobutamin) secara bersamaan. Peningkatkan risiko terjadinya malignant arrhythmia jika salbutamol digunakan bersamaan dengan inhaled anesthetic (contohnya: enflurane, halothane). Penurunan efek: Penggunaan bersama dengan Beta-Adrenergic Blocker (contohnya: Propranolol) dapat menurunkan efek Salbutamol. Level/efek Salbutamol dapat turun bersama dengan penggunaan: Aminoglutethimide, Carbamazepine, Nafcillin, Nevirapine, Phenobarbital, Phenytoin, Rifamycins dan obat lain yang dapat menginduksi CYP3A4.4 - Dengan Makanan : Batasi penggunaan Caffein (dapat menyebabkan stimulasi CNS). (4) Pengaruh - Terhadap Kehamilan : Termasuk dalam kategori C. (2) Untuk penggunaan bronkodilator pada terapi asma, inhalasi Salbutamol masih dapat direkomendasikan sebagai inhalasi Beta-2 Agonist yang dipilih. (2) Salbutamol dapat masuk ke dalam plasenta, sehingga dapat menyebabkan: tocolytic effects, fetal tachycardia, fetal hypoglycemia secondary to maternal hyperglycemia dengan pemakaian oral maupun intravena. (4) - Terhadap Ibu Menyusui : Pengaruh terhadap bayi belum dapat dipastikan sehingga perlu dipertimbangkan antara risk dan benefit. (2) Tidak diketahui apakah terdistribusi dalam ASI. (2,3) Pada penggunaan inhaler hanya sedikit yang masuk dalam sirkulasi sistemik ibu, sehingga secara teoritis jumlah yang terekskresi dalam ASI sangat sedikit. (2)

- Terhadap Anak-anak : Lihat leaflet dari pabrik mengenai keamanan penggunaan pada anak-anak. Pabrik produsen Ventolin menyatakan penggunaan inhalasi aerosol pada anak-anak perlu dilakukan dengan supervisi orang dewasa. (3) - Terhadap Hasil Laboratorium : Meningkatkan renin, meningkatkan aldosterone. (4) Parameter Monitoring Tes fungsi paru (misalnya FEV1, peak flow), tekanan darah, detak jantung, stimulasi CNS, kadar gula darah, kadar potasium dalam darah, gejala asma, arterial atau capillary blood gases (apabila keadaan pasien mengkhawatirkan). (4) Bentuk Sediaan Sirup 2 mg/5ml, 1 mg/5ml, Easyhaler 200 mcg/dosis, 200 dosis MDI 10 ml, 0.1 mg/tiap Semprot Aerosol Inhalasi, 0.5 mg/ml Injeksi, Inhaler Dosis 200 dan Dosis 400, 2.5 mg/2.5 ml NaCl Digunakan Dengan Nebulizer. (5,6). Tablet 2 mg, 4 mg, dan 8 mg, Serbuk Inhalasi, Kapsul 2 mg, Kaplet 4 mg Peringatan 1. Kelainan pada sistem cardiovascular , khususnya coronary insufficiency, cardiac arrhythmias, and hipertensi; dapat menyebabkan perubahan pada pulse rate, tekanan darah, electrocardiogram 2. Kelainan convulsive 3. Diabetes mellitus 4. Hyperthyroidism 5. Hypokalemia. (2) Kasus Temuan Dalam Keadaan Khusus Informasi Pasien Penggunaan inhalasi : Informasikan kepada pasien tentang cara penggunaan, pembersihan/perawatan dan penyimpanan inhaler dan spacer (bila pasien menggunakan spacer). (2) Kocok inhaler setiap kali sebelum dipakai. Hindari semprotan ke dalam mata. Lakukan test semprotan ke udara pertama kali sebelum digunakan. Bila inhaler tidak digunakan dalam waktu >2 minggu, lakukan 4 kali semprotan dulu ke udara sebelum digunakan. (4) Kumur mulut dengan air setelah inhalasi. Diberitahukan kepada pasien untuk segera menghubungi dokter bila dijumpai efek-efek samping atau kondisi yang bertambah parah. (2) Penggunaan Oral : diminum dengan air satu jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan. (4) Mekanisme Aksi Salbutamol merupakan sympathomimetic amine termasuk golongan beta-adrenergic agonist yang memiliki efek secara khusus terhadap reseptor beta(2)-adrenergic yang terdapat didalam adenyl cyclase. Adenyl cyclase merupakan katalis dalam proses perubahan adenosine triphosphate (ATP) menjadi cyclic-3', 5'-adenosine monophosphate (cyclic AMP). Mekanisme ini meningkatkan jumlah cyclic AMP yang berdampak pada relaksasi otot polos bronkial serta menghambat pelepasan mediator penyebab reaksi hipersensitivitas dari mast cells. (2)

Terapi farmakologi Asma merupakan penyakit kronis, sehingga membutuhkan pengobatan yang perlu dilakukan secara teratur untuk mencegah kekambuhan. Berdasarkan penggunaannya, maka obat asma terbagi dalam dua golongan yaitu pengobatan jangka panjang untuk mengontrol gejala asma, dan pengobatan cepat (quick-relief medication) untuk mengatasi serangan akut asma. Beberapa obat yang digunakan untuk pengobatan jangka panjang antara lain inhalasi steroid, beta2 agonis aksi panjang, sodium kromoglikat atau kromolin, nedokromil, modifier leukotrien, dan golongan metil ksantin. Sedangkan untuk pengobatan cepat sering digunakan suatu bronkodilator (beta2 agonis aksi cepat, antikolinergik, metilksantin), dan kortikosteroid oral (sistemik). Obat-obat asma dapat dijumpai dalam bentuk oral, larutan nebulizer, dan metered-dose inhaler (MDI). Contoh obat yang digunakan untuk terapi jangka panjang adalah inhalasi kombinasi budesonide dan formoterol (contoh: Symbicort), kombinasi salmeterol dan flutikason (contoh : Seretide), dan budesonide tunggal (contoh: Pulmicort). Obat ini aman dipakai jangka panjang untuk mengontrol asma yang berat. Obat lain yang diindikasikan untuk pencegahan asma adalah ketotifen (suatu anti alergi), teofilin lepas lambat, dan sodium kromoglikat/nedokromil. Sedangkan obat untuk melegakan serangan asma yang perlu aksi cepat adalah salbutamol, terbutalin, dan ipratropium bromide. Salbutamol merupakan beta agonis aksi cepat, dan banyak dijumpai dalam berbagai bentuk sediaan. Ada yang berbentuk tablet, sirup, atau inhalasi. Untuk mengatasi serangan asma, obat ini merupakan pilihan pertama. Salbutamol kadang dikombinasikan dengan ipratriopium bromide (contoh: Combivent) dalam bentuk inhalasi, yang di awal posting ini aku ceritakan untuk mengasap Hanni. Injeksi aminofilin juga masih cukup banyak dipakai di RS untuk mengatasi serangan asma akut yang memerlukan aksi segera. Idealnya, obat-obat untuk asma diberikan secara inhalasi, artinya dihirup. Bentuknya bisa suatu aerosol atau serbuk kering. Sekarang telah banyak berbagai merk obat inhalasi untuk asma. Bentuk inhalasi dapat diberikan menggunakan nebulizer (seperti yang aku ceritakan di awal posting ini), atau dengan menggunakan sediaan metered-dose inhaler (MDI). Penggunaan MDI memerlukan teknik tersendiri, di mana diperlukan koordinasi yang pas antara tangan menekan dan mulut menghirup obat. Untuk itu, jika Anda mendapatkan obat bentuk ini, pastikan Anda benar menggunakannya. Tanyakan apoteker untuk cara penggunaan yang benar. Kalau salah menggunakan, maka tujuan terapi mungkin tidak tercapai. Sediaan ini masih agak mahal bagi kalangan masyarakat tertentu. Sehingga tidak heran juga jika sebagian masyarakat lebih memilih bentuk sediaan yang diminum. Ada beberapa merk obat bebas terbatas yang ditujukan untuk asma (Bricasma, Neo Napacin, Brondilex, Nitrasma, dll). Umumnya mereka berisi kombinasi teofilin dan efedrin. Secara teori dari evidence-based medicine, teofilin dan efedrin bukanlah pilihan pertama untuk melegakan asma. Tetapi boleh saja digunakan selama Anda memang mendapatkan manfaat dari obat ini. Jika tidak, pastikan keparahan asmanya melalui pemeriksaan yang tepat oleh dokter, dan gunakan obat-obat yang diresepkan. Tulisan lebih rinci tentang asma dan penyakit pernafasan lainnya dapat dijumpai di buku Farmakoterapi Sistem Pernafasan terbitan Penerbit Pustaka Adipura tahun 2007. Silakan beli, berarti Anda menghargai karya apoteker, yaitu diriku sendiri hehe.. Salbutamol merupakan salah satu bronkodilator yang paling aman dan paling efektif. Tidak salah jika obat ini banyak digunakan untuk pengobatan asma. Selain untuk membuka saluran pernafasan yang menyempit, obat ini juga efektif untuk mencegah timbulnya exercise-induced broncospasm (penyempitan saluran pernafasan akibat olahraga). Saat ini, salbutamol telah banyak beredar di pasaran dengan berbagai merk dagang, antara lain: Asmacare, Bronchosal, Buventol Easyhaler, Glisend,

Ventolin, Venasma, Volmax, dll. Selain itu, salbutamol juga telah tersedia dalam berbagai bentuk sediaan mulai dari sediaan oral (tablet, sirup, kapsul), inhalasi aerosol, inhalasi cair sampai injeksi. Adapun dosis yang dianjurkan adalah sebagai berikut: Sediaan oral Anak : 200 mcg/kg BB diminum 4 kali sehari Anak 2-6 tahun : 1-2 mg 3-4 kali sehari Anak 6-12 tahun : 2 mg diminum 3-4 kali sehari Dewasa : 4 mg diminum 3-4 kali sehari, dosis maksimal 1 kali minum sebesar 8 mg Catatan : dosis awal untuk usia lanjut dan penderita yang sensitif sebesar 2 mg Inhalasi aerosol * Anak : 100 mcg (1 hisapan) dan dapat dinaikkan menjadi 200 mcg (2 hisapan) bila perlu. * Dewasa : 100-200 mcg (1-2 hisapan), 3-4 kali sehari Inhalasi cair * Dewasa dan anak >18 bulan : 2,5 mg diberikan sampai 4 kali sehari atau 5 kali bila perlu. * Catatan : manfaat terapi ini pada anak Injeksi subkutan atau intramuscular * Dosis : 500 mcg diulang tiap 4 jam bila perlu Injeksi intravena lambat * Dosis : 250 mcg, diulang bila perlu Sediaan inhalasi cair banyak digunakan di rumah sakit untuk mengatasi asma akut yang berat, sedangkan injeksi digunakan untuk mengatasi penyempitan saluran nafas yang berat. Bentuk sediaan lain, seperti tablet, sirup dan kapsul digunakan untuk penderita asma yang tidak dapat menggunakan cara inhalasi. Dari berbagai bentuk sediaan yang ada, pemberian salbutamol dalam bentuk inhalasi aerosol cenderung lebih disukai karena selain efeknya yang cepat, efek samping yang ditimbulkan lebih kecil jika dibandingkan sediaan oral seperti tablet. Bentuk sediaan ini cukup efektif untuk mengatasi serangan asma ringan sampai sedang, dan pada dosis yang dianjurkan, efeknya mampu bertahan selama 3-5 jam. Beberapa keuntungan penggunaan salbutamol dalam bentuk inhalasi aerosol, antara lain: v Efek obat akan lebih cepat terasa karena obat yang disemprotkan/dihisap langsung masuk ke saluran nafas. v Karena langsung masuk ke saluran nafas, dosis obat yang dibutuhkan lebih kecil jika dibandingkan dengan sediaan oral.

v Efek samping yang ditimbulkan lebih kecil dibandingkan sediaan oral karena dosis yang digunakan juga lebih kecil. Namun demikian, penggunaan inhalasi aerosol ini juga memiliki kelemahan yaitu ada kemungkinan obat tertinggal di mulut dan gigi sehingga dosis obat yang masuk ke saluran nafas menjadi lebih sedikit dari dosis yang seharusnya. Untuk memperbaiki penyampaian obat ke saluran nafas, maka bisa digunakan alat yang disebut spacer (penghubung ujung alat dengan mulut). Sangat penting untuk mengetahui bagaimana cara penggunaan inhalasi aerosol yang benar. Mengapa? Karena cara pakai yang salah bisa berakibat kegagalan terapi. Cara yang benar adalah dengan menghisapnya secara perlahan dan menahan nafas selama 10 detik sesudahnya. Kontraindikasi dari obat ini adalah untuk penderita yang hipersensitif terhadap salbutamol maupun salah satu bahan yang terkandung di dalamnya. Adapun efek samping yang mungkin timbul karena pamakaian salbutamol, antara lain: gangguan sistem saraf (gelisah, gemetar, pusing, sakit kepala, kejang, insomnia); nyeri dada; mual, muntah; diare; anorexia; mulut kering; iritasi tenggorokan; batuk; gatal; dan ruam pada kulit (skin rush). Untuk penderita asma yang disertai dengan penyakit lainnya seperti: hipertiroidisme, diabetes mellitus, gangguan jantung termasuk insufisiensi miokard maupun hipertensi, perlu adanya pengawasan yang lebih ketat karena penggunaan salbutamol bisa memperparah keadaan dan meningkatkan resiko efek samping. Pengawasan juga perlu dilakukan pada penderita asma yang sedang hamil dan menyusui karena salbutamol dapat menembus sawar plasenta. Untuk meminimalkan efek samping maka untuk wanita hamil, sediaan inhalasi aeorosol bisa dijadikan pilihan pertama. Penggunaan salbutamol dalam bentuk sediaan oral pada usia lanjut sebaiknya dihindari mengingat efek samping yang mungkin muncul. Beberapa hal penting yang perlu diketahui oleh para pengguna salbutamol untuk mengatasi asma, adalah sebagai berikut: v Sebaiknya tidak menggunakan obat ini jika memiliki riwayat alergi terhadap salbutamol atau bahanbahan lain yang terkandung di dalamnya. v Untuk sediaan oral, sebaiknya diminum 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan. v Telan tablet salbutamol dan jangan memecah maupun mengunyahnya. v Untuk sediaan inhalasi, kocok dulu sebelum digunakan dan buang 4 semprotan pertama jika menggunakan inhaler baru atau inhaler yang sudah tidak terpakai selama lebih dari 2 minggu. v Sebaiknya berkumur setiap kali sehabis mengkonsumsi salbutamol supaya tenggorokan dan mulut tidak kering. v Jika dibutuhkan lebih dari 1 hisapan dalam sekali pemakaian, maka beri jarak waktu minimal 1 menit untuk setiap hisapan. v Simpan obat pada suhu kamar agar stabil (aerosol: 15-25o C; inhalasi cair: 2-25o C dan sirup: 2-30o C) v Jika ada dosis yang terlewat, segera minum salbutamol yang terlewat. Namun jika waktu yang ada hampir mendekati waktu pengonsumsian selanjutnya, lewati pengonsumsian yang tertinggal kemudian

lanjutkan mengkonsumsi salbutamol seperti biasa. Jangan pernah mengkonsumsi 2 dosis dalam sekali pemakaian. v Obat-obat golongan beta blocker, seperti: propanolol, metoprolol, atenolol, dll bisa menurunkan efek salbutamol. v Penggunaan salbutamol dosis tinggi bersamaan dengan kortikosteroid dosis tinggi akan meningkatkan resiko hipokalemia. v Asetazolamid, diuretik kuat dan thiazida dosis tinggi akan meningkatkan resiko hipokalemia jika diberikan bersamaan dengan salbutamol dosis tinggi pula. v Penggunaan salbutamol bersama dengan obat golongan MAO-inhibitor (misal: isocarboxazid, phenelzine) bisa menimbulkan reaksi yang serius. Hindari pemakaian obat-obat golongan ini 2 minggu sebelum, selama maupun sesudah konsumsi salbutamol. Asma merupakan penyakit yang membutuhkan terapi jangka panjang sehingga perlu dilakukan monitoring terhadap perkembangannya secara terus-menerus untuk melihat apakah obat yang diberikan cocok atau tidak. Ada kalanya asma tidak cukup diatasi hanya dengan satu macam obat saja, sehingga perlu penambahan obat (kombinasi obat). Maka dari itu, pengetahuan akan salah satu jenis obat saja tidak cukup karena masih banyak obat selain salbutamol yang tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Agar tujuan terapi tercapai, maka penderita asma dianjurkan tetap proaktif dan semangat dalam mengatasi penyakitnya. Pengendalian asma yang tepat akan mampu meningkatkan kualitas hidup penderita asma sehingga bisa menjalani hidupnya secara menyenangkan. Dan satu hal yang perlu diingat: jangan biarkan asma mengendalikan hidup Anda, tetapi Andalah yang harus mengendalikan asma.Salbutamol merupakan salah satu bronkodilator yang paling aman dan paling efektif. Tidak salah jika obat ini banyak digunakan untuk pengobatan asma. Selain untuk membuka saluran pernafasan yang menyempit, obat ini juga efektif untuk mencegah timbulnya exercise-induced broncospasm (penyempitan saluran pernafasan akibat olahraga). Saat ini, salbutamol telah banyak beredar di pasaran dengan berbagai merk dagang, antara lain: Asmacare, Bronchosal, Buventol Easyhaler, Glisend, Ventolin, Venasma, Volmax, dll. Selain itu, salbutamol juga telah tersedia dalam berbagai bentuk sediaan mulai dari sediaan oral (tablet, sirup, kapsul), inhalasi aerosol, inhalasi cair sampai injeksi. Adapun dosis yang dianjurkan adalah sebagai berikut: Sediaan oral Anak : 200 mcg/kg BB diminum 4 kali sehari Anak 2-6 tahun : 1-2 mg 3-4 kali sehari Anak 6-12 tahun : 2 mg diminum 3-4 kali sehari Dewasa : 4 mg diminum 3-4 kali sehari, dosis maksimal 1 kali minum sebesar 8 mg Catatan : dosis awal untuk usia lanjut dan penderita yang sensitif sebesar 2 mg Inhalasi aerosol

* Anak : 100 mcg (1 hisapan) dan dapat dinaikkan menjadi 200 mcg (2 hisapan) bila perlu. * Dewasa : 100-200 mcg (1-2 hisapan), 3-4 kali sehari Inhalasi cair * Dewasa dan anak >18 bulan : 2,5 mg diberikan sampai 4 kali sehari atau 5 kali bila perlu. * Catatan : manfaat terapi ini pada anak Injeksi subkutan atau intramuscular * Dosis : 500 mcg diulang tiap 4 jam bila perlu Injeksi intravena lambat * Dosis : 250 mcg, diulang bila perlu Sediaan inhalasi cair banyak digunakan di rumah sakit untuk mengatasi asma akut yang berat, sedangkan injeksi digunakan untuk mengatasi penyempitan saluran nafas yang berat. Bentuk sediaan lain, seperti tablet, sirup dan kapsul digunakan untuk penderita asma yang tidak dapat menggunakan cara inhalasi. Dari berbagai bentuk sediaan yang ada, pemberian salbutamol dalam bentuk inhalasi aerosol cenderung lebih disukai karena selain efeknya yang cepat, efek samping yang ditimbulkan lebih kecil jika dibandingkan sediaan oral seperti tablet. Bentuk sediaan ini cukup efektif untuk mengatasi serangan asma ringan sampai sedang, dan pada dosis yang dianjurkan, efeknya mampu bertahan selama 3-5 jam. Beberapa keuntungan penggunaan salbutamol dalam bentuk inhalasi aerosol, antara lain: v Efek obat akan lebih cepat terasa karena obat yang disemprotkan/dihisap langsung masuk ke saluran nafas. v Karena langsung masuk ke saluran nafas, dosis obat yang dibutuhkan lebih kecil jika dibandingkan dengan sediaan oral. v Efek samping yang ditimbulkan lebih kecil dibandingkan sediaan oral karena dosis yang digunakan juga lebih kecil. Namun demikian, penggunaan inhalasi aerosol ini juga memiliki kelemahan yaitu ada kemungkinan obat tertinggal di mulut dan gigi sehingga dosis obat yang masuk ke saluran nafas menjadi lebih sedikit dari dosis yang seharusnya. Untuk memperbaiki penyampaian obat ke saluran nafas, maka bisa digunakan alat yang disebut spacer (penghubung ujung alat dengan mulut). Sangat penting untuk mengetahui bagaimana cara penggunaan inhalasi aerosol yang benar. Mengapa? Karena cara pakai yang salah bisa berakibat kegagalan terapi. Cara yang benar adalah dengan menghisapnya secara perlahan dan menahan nafas selama 10 detik sesudahnya. Kontraindikasi dari obat ini adalah untuk penderita yang hipersensitif terhadap salbutamol maupun salah satu bahan yang terkandung di dalamnya. Adapun efek samping yang mungkin timbul karena pamakaian salbutamol, antara lain: gangguan sistem saraf (gelisah, gemetar, pusing, sakit kepala, kejang, insomnia); nyeri dada; mual, muntah; diare; anorexia; mulut kering; iritasi tenggorokan; batuk; gatal; dan ruam pada kulit (skin rush). Untuk penderita asma yang disertai dengan penyakit lainnya

seperti: hipertiroidisme, diabetes mellitus, gangguan jantung termasuk insufisiensi miokard maupun hipertensi, perlu adanya pengawasan yang lebih ketat karena penggunaan salbutamol bisa memperparah keadaan dan meningkatkan resiko efek samping. Pengawasan juga perlu dilakukan pada penderita asma yang sedang hamil dan menyusui karena salbutamol dapat menembus sawar plasenta. Untuk meminimalkan efek samping maka untuk wanita hamil, sediaan inhalasi aeorosol bisa dijadikan pilihan pertama. Penggunaan salbutamol dalam bentuk sediaan oral pada usia lanjut sebaiknya dihindari mengingat efek samping yang mungkin muncul. Beberapa hal penting yang perlu diketahui oleh para pengguna salbutamol untuk mengatasi asma, adalah sebagai berikut: v Sebaiknya tidak menggunakan obat ini jika memiliki riwayat alergi terhadap salbutamol atau bahanbahan lain yang terkandung di dalamnya. v Untuk sediaan oral, sebaiknya diminum 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan. v Telan tablet salbutamol dan jangan memecah maupun mengunyahnya. v Untuk sediaan inhalasi, kocok dulu sebelum digunakan dan buang 4 semprotan pertama jika menggunakan inhaler baru atau inhaler yang sudah tidak terpakai selama lebih dari 2 minggu. v Sebaiknya berkumur setiap kali sehabis mengkonsumsi salbutamol supaya tenggorokan dan mulut tidak kering. v Jika dibutuhkan lebih dari 1 hisapan dalam sekali pemakaian, maka beri jarak waktu minimal 1 menit untuk setiap hisapan. v Simpan obat pada suhu kamar agar stabil (aerosol: 15-25o C; inhalasi cair: 2-25o C dan sirup: 2-30o C) v Jika ada dosis yang terlewat, segera minum salbutamol yang terlewat. Namun jika waktu yang ada hampir mendekati waktu pengonsumsian selanjutnya, lewati pengonsumsian yang tertinggal kemudian lanjutkan mengkonsumsi salbutamol seperti biasa. Jangan pernah mengkonsumsi 2 dosis dalam sekali pemakaian. v Obat-obat golongan beta blocker, seperti: propanolol, metoprolol, atenolol, dll bisa menurunkan efek salbutamol. v Penggunaan salbutamol dosis tinggi bersamaan dengan kortikosteroid dosis tinggi akan meningkatkan resiko hipokalemia. v Asetazolamid, diuretik kuat dan thiazida dosis tinggi akan meningkatkan resiko hipokalemia jika diberikan bersamaan dengan salbutamol dosis tinggi pula. v Penggunaan salbutamol bersama dengan obat golongan MAO-inhibitor (misal: isocarboxazid, phenelzine) bisa menimbulkan reaksi yang serius. Hindari pemakaian obat-obat golongan ini 2 minggu sebelum, selama maupun sesudah konsumsi salbutamol. Asma merupakan penyakit yang membutuhkan terapi jangka panjang sehingga perlu dilakukan

monitoring terhadap perkembangannya secara terus-menerus untuk melihat apakah obat yang diberikan cocok atau tidak. Ada kalanya asma tidak cukup diatasi hanya dengan satu macam obat saja, sehingga perlu penambahan obat (kombinasi obat). Maka dari itu, pengetahuan akan salah satu jenis obat saja tidak cukup karena masih banyak obat selain salbutamol yang tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Agar tujuan terapi tercapai, maka penderita asma dianjurkan tetap proaktif dan semangat dalam mengatasi penyakitnya. Pengendalian asma yang tepat akan mampu meningkatkan kualitas hidup penderita asma sehingga bisa menjalani hidupnya secara menyenangkan. Dan satu hal yang perlu diingat: jangan biarkan asma mengendalikan hidup Anda, tetapi Andalah yang harus mengendalikan asma.

TERAPI INHALASI RESPIRATORY3 Jun

Rate This i