Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Dokter Internsip

download Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Dokter Internsip

of 113

Transcript of Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Dokter Internsip

  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

    KINERJA DOKTER INTERNSIP

    (STUDI PADA DOKTER INTERNSIP LULUSAN UNIVERSITAS

    JEMBER DAN DOKTER PENDAMPING DI PUSKESMAS)

    SKRIPSI

    Oleh

    Kartika Tya Rachmani

    NIM 102010101059

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS JEMBER

    2013

  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

    KINERJA DOKTER INTERNSIP

    (STUDI PADA DOKTER INTERNSIP LULUSAN

    UNIVERSITAS JEMBER DAN DOKTER PENDAMPING DI

    PUSKESMAS)

    SKRIPSI

    diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat

    untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran (S1)

    dan mencapai gelar Sarjana Kedokteran

    Oleh

    Kartika Tya Rachmani

    NIM 102010101059

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS JEMBER

    2013

    SKRIPSI

  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

    KINERJA DOKTER INTERNSIP

    STUDI PADA DOKTER INTERNSIP LULUSAN UNIVERSITAS JEMBER

    DAN DOKTER PENDAMPING DI PUSKESMAS)

    Oleh

    Kartika Tya Rachmani

    NIM 102010101059

    Pembimbing :

    Dosen Pembimbing Utama : dr. Cholis Abrori, M. Kes, M. Pd. Ked.

    Dosen Pembimbing Anggota : dr. Irawan Fajar Kusuma, M. Sc.

  • PERSEMBAHAN

    Skripsi ini saya persembahkan untuk:

    1. Allah SWT, atas ridho dan amanah-Nya sehingga dapat mendapat

    kesempatan untuk belajar semua ilmu yang luar biasa ini. Semoga barokah

    atas semua yang saya kerjakan selama ini.

    2. Rasulullah Muhammad SAW, yang telah membawa pencerahan sehingga

    dapat sampai pada saya saat ini.

    3. Kepada orang tuaku tercinta, Ayahanda Erie Trijono dan Ibunda

    Noenoeng Isnantijowati atas semua doa yang selalu menyertai di setiap

    waktunya, serta telah mendidik saya menjadi manusia yang lebih

    bermanfaat.

    4. Kepada kakakku tersayang, Pradipto Natrio Nugroho atas semua

    dukungan yang tiada henti.

    5. Guru-guruku tercinta, yang telah susah menempa dan mendidik saya untuk

    menjadi manusia yang berilmu dan bertakwa.

    6. Lambda 2010, atas kebersamaan yang telah kita lalui selama ini.

    7. Almamater Fakultas Kedokteran Universitas Jember atas seluruh

    kesempatan menimba ilmu yang berharga ini.

  • MOTTO

    Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan

    kami

    janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami

    memikulnya.

    Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatillah kami. Engkaulah pelindung

    kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir (terjemahan QS: Al-Baqarah ayat: 286)

    Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah hanyalah orang-orang kafir

    (terjemahan QS: Yusuf ayat 87)

  • PERNYATAAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

    Nama : Kartika Tya Rachmani

    NIM : 102010101059

    menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah saya yang berjudul

    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Dokter Internsip (Studi pada Dokter

    Internsip Lulusan Universitas Jember dan Dokter Pendamping di Puskesmas)

    adalah benar-benar hasil karya sendiri, Dengan ini saya menyatakan dengan

    sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian

    tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentu

    rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau

    pemikiran dari penulis lain, yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya

    sendiri, dan/atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin

    itu, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain, kecuali kutipan yang sudah saya

    sebutkan sumbernya, belum pernah diajukan pada institusi mana pun, dan bukan

    karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya

    sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan

    dan paksaan dari pihak mana pun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika

    ternyata dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.

    Jember, 18 Oktober 2013

    Yang menyatakan,

    Kartika Tya Rachmani

    NIM 102010101059

  • PENGESAHAN

    Skripsi berjudul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Dokter Internsip

    (Studi pada Dokter Internsip Lulusan Universitas Jember dan Dokter Pendamping

    di Puskesmas) telah diuji dan disahkan oleh Fakultas Kedokteran Universitas

    Jember pada :

    Hari, tanggal : Jumat, 18 Oktober 2013

    tempat : Fakultas Kedokteran Universitas Jember

    Penguji I, Penguji II,

    dr. Alif Mardijana, Sp. KJ dr. Enny Suswati, M. Kes

    NIP 195811051987022001 NIP 197002141999032001

    Penguji III, Penguji IV,

    dr. Cholis Abrori, M.Kes, M.Pd., Ked. dr. Irawan Fajar Kusuma, M.

    Sc.

    NIP 196904122001121007 NIP 198103032006041003

    Mengesahkan,

    Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Jember

    dr. Enny Suswati, M.Kes

    NIP 197002141999032001

  • RINGKASAN

    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Dokter Internsip (Studi pada

    Dokter Internsip Lulusan Universitas Jember dan Dokter Pendamping di

    Puskesmas); Kartika Tya Rachmani; 102010101059; 2013; 95 halaman; Fakultas

    Kedokteran Universitas Jember.

    Program Internsip Dokter Indonesia (PIDI) adalah program magang bagi

    dokter baru dengan tujuan menyelaraskan kompetensi yang diperoleh selama

    pendidikan dengan praktik di lapangan (Sedyaningsih, 2009). Program ini muncul

    dari hasil studi orientasi proyek Health Worksforce and Service (HWS) yang

    dijalankan oleh Dikti pada Inggris, Belanda, Australia, dan Singapura yang

    mewajibkan internsip bagi lulusan dokter yang semasa pendidikannya

    menggunakan strategi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Program ini

    dipelopori oleh dokter lulusan Universitas Andalas sejak tahun 2010 dan saat ini

    sudah diikuti oleh hampir seluruh Fakultas Kedokteran di Indonesia (Depkes,

    2009). Fakultas Kedokteran Universitas Jember mengawali keikutsertaannya pada

    tahun 2012.

    Mengacu pada hasil survey pelaksanaan internsip yang dilakukan oleh

    Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI) pada berbagai Fakultas

    Kedokteran di Indonesia pada tahun 2013, 43% responden mendukung, 14%

    responden tidak mendukung, dan 43% responden mendukung dengan perbaikan

    program. Beberapa responden tidak mendukung program ini karena distribusi

    dokter internsip tidak merata, anggapan bahwa dokter internsip masih co-ass,

    supervisi dokter pendamping yang kurang tepat, dan tunjangan hidup yang

    minimal. Hal ini dapat menyebabkan kinerja dokter internsip kurang optimal

    dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Hal ini didukung dari

    hasil survey yang dilakukan peneliti pada salah satu dokter pendamping di

    Puskesmas Srengat, Kabupaten Kediri, pada bulan Juni 2013, bahwa proporsi

    kinerja dokter internsip cukup bervariasi, yaitu sangat baik, baik dan buruk.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja dokter internsip lulusan

    Universitas Jember, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhinya dan

  • mengetahui faktor apa yang paling berpengaruh. Penelitian dilakukan dengan

    menggunakan kuesioner HPEQ Project yang telah dimodifikasi oleh Rachmani

    (2013) pada 52 dokter internsip dan 6 dokter pendamping di Puskesmas di

    kabupaten Jember, Banyuwangi, Bondowoso, Probolinggo, Pamekasan, dan

    Kediri. Jenis penelitian ini adalah penelitian cross sectional dan menggunakan

    tehnik pengambilan sampel berupa consecutive sampling. Data yang terkumpul

    dianalisis menggunakan uji Chi-Square dengan derajat kepercayaan 95%.

    Selanjutnya, faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhi kinerja dokter internsip

    dianalisis dengan analisis multivariat regresi logistik.

    Hasil uji statistik Chi-Square menunjukkan bahwa waktu kelulusan,

    persepsi tunjangan hidup, penerimaan internsip, adaptasi, jumlah dan jenis kasus,

    upaya kesehatan masyarakat, peran dokter pendamping, kedisiplinan, komunikasi,

    dan pilihan tindakan berpengaruh terhadap kinerja dokter internsip lulusan

    Universitas Jember. Hasil tersebut dapat diketahui dari nilai p < 0,05. Setelah

    dilakukan analisis multivariat, variabel yang bermakna terhadap kinerja dokter

    internsip hanya peran dokter pendamping dan waktu kelulusan. Selain itu, hasil

    analisis multivariat menunjukkan bahwa nilai koefisien dan Rasio Odds peran

    dokter pendamping mempunyai angka yang paling besar, yaitu 2,524 dan 12,843.

    Artinya, faktor yang paling mempengaruhi kinerja dokter internsip yaitu peran

    dokter pendamping.

  • PRAKATA

    Puji Syukur diucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan

    karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sampai dengan

    selesai. Skripsi ini berjudul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Dokter

    Internsip (Studi pada Dokter Internsip Lulusan Universitas Jember dan Dokter

    Pendamping di Puskesmas). Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan

    dalam menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) Fakultas Kedokteran Universitas

    Jember.

    Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena

    itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

    1. dr. Enny Suswati, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

    Jember dan dosen penguji atas segala fasilitas dan kesempatan yang diberikan

    selama menempuh pendidikan kedokteran di Universitas Jember dan kritik

    serta saran dalam penulisan skripsi ini;

    2. dr. Cholis Abrori, M.Kes., M.Pd., Ked. selaku Dosen Pembimbing Utama dan

    dr. Irawan Fajar Kusuma, M. Sc. selaku Dosen Pembimbing Anggota yang

    telah meluangkan waktu, pikiran, tenaga, dan perhatiannya dalam penulisan

    tugas akhir ini;

    3. dr. Alif Mardijana, Sp. KJ sebagai dosen penguji yang banyak memberikan

    kritik, saran, dan masukan yang membangun dalam penulisan skripsi ini;

    4. dr. Moch. Hasan, Sp. OT selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

    membimbing penulis selama menjadi mahasiswa;

    5. Ayahanda Erie Trijono dan Ibunda Noenoeng Isnantijowati tercinta atas

    dukungan moril, materi, doa, dan semua curahan kasih sayang yang tak akan

    pernah putus;

    6. Kakakku, Pradipto Natryo Nugroho yang selalu bijaksana dan memberiku

    banyak motivasi untuk menyelesaikan tugas akhir ini;

  • 7. Rekan kerjaku, Satrio Tri Hadmoko, Berliana Kurniawati Nur Huda, dan

    Teddy Arga Saputra, yang selalu bersama-sama menghadapi kesusahan dan

    kesenangan di balada skripsi ini;

    8. Novita Fauziyah Rahmawati, dan Ika Niswatul Chamidah, yang telah

    membantu dan selalu memberikan dorongan semangat;

    9. Teman kontrakan, Dita Suci Permata Sari dan Aisyah Adawiyyah

    Mufidzotuldini yang rempong tapi selalu memberikan motivasinya dan

    menemaniku jalan-jalan di saat suntuk dalam mengerjakan skripsi ini;

    10. Arik, Kiki, Vania, terima kasih atas bantuannya selama ini;

    11. Melia, Resi, Tia, Ajeng, Cica, Silvia, Meta, Fajar, Toro, terima kasih karena

    telah setia mendengarkan curhatan skripsiku;

    12. Lambda 2010 yang telah berjuang bersama-sama demi sebuah gelar Sarjana

    Kedokteran;

    13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

    Penulis juga menerima segala kritik dan saran yang membangun dari semua pihak

    demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat

    bermanfaat.

    Jember, Oktober 2013 Penulis

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

    HALAMAN PEMBIMBINGAN ............................................................................. ii

    HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. iii

    HALAMAN MOTO ................................................................................................ iv

    HALAMAN PERNYATAAN .................................................................................. v

    HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. vi

    RINGKASAN ......................................................................................................... vii

    PRAKATA ............................................................................................................... ix

    DAFTAR ISI ............................................................................................................ xi

    DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xv

    DAFTAR TABEL ................................................................................................. xvi

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvii

    BAB 1. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3

    1.3 Tujuan ....................................................................................................... 3

    1.4 Manfaat ..................................................................................................... 4

    BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 5

    2.1 Program Internsip Dokter ........................................................................ 5

    2.1.1 Definisi Program Internsip Dokter ........................................................ 5

    2.1.2 Pelaksanaan Program Internsip Dokter ................................................. 6

    2.1.3 Tujuan Internsip .................................................................................... 7

    2.1.4 Sasaran Akhir Program Internsip Dokter .............................................. 8

    2.1.5 Waktu Pelaksanaan Program Internsip Dokter ................................... 10

    2.1.6 Wahana Program Internsip Dokter...................................................... 11

    2.1.7 Pendamping Program Internsip Dokter ............................................... 13

    2.1.8 Kriteria Pencapaian Sasaran Program Internsip Dokter Indonesia ..... 15

    2.1.9 Monitoring dan Evaluasi ..................................................................... 15

  • 2.1.10 Sanksi ................................................................................................ 18

    2.2 Dokter Internsip ...................................................................................... 19

    2.2.1 Tugas ................................................................................................... 19

    2.2.2 Penetapan ............................................................................................ 20

    2.2.3 Pembekalan ......................................................................................... 21

    2.2.4 Kegiatan di Wahana ............................................................................ 22

    2.2.5 Kewajiban dan Hak ............................................................................. 24

    2.3 Teori dan Konsep Kinerja ..................................................................... 24

    2.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja ........................................ 25

    2.3.2 Aspek-askpek Kinerja ......................................................................... 26

    2.4 Kerangka Konsep .................................................................................... 27

    BAB 3. METODE PENELITIAN ......................................................................... 28

    3.1 Jenis Penelitian ....................................................................................... 28

    3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 28

    3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................ 28

    3.3.1 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ............................................................... 29

    3.3.2 Teknik Pengambilan Sampel ............................................................... 29

    3.4 Variabel Penelitian ................................................................................. 30

    3.5 Definisi Operasional ............................................................................... 30

    3.6 Teknik dan Alat Perolehan Data ........................................................... 31

    3.7 Teknik Penyajian dan Analisis Data ..................................................... 31

    3.8 Alur Penelitian ........................................................................................ 33

    3.9 Kelayakan Etik ....................................................................................... 33

    BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 35

    4.1 Data Hasil Penelitian .............................................................................. 35

    4.2 Analisis Hasil ........................................................................................... 38

    4.2.1 Uji Chi-Square .................................................................................... 38

    4.2.1 Uji Regresi Logistik ............................................................................ 47

    4.3 Pembahasan ............................................................................................ 48

    4.4 Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 59

    BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 60

  • 5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 60

    5.2 Saran ........................................................................................................ 60

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 62

    LAMPIRAN ............................................................................................................ 65

  • DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    2.1 Kerangka konsep ..................................................................................... 27

    3.1 Alur penelitian. .......................................................................................... 33

    4.1 Diagram skor kinerja dokter internsip ....................................................... 35

  • DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 2.1 Tabel penilaian kinerja dokter internsip .................................................... 17

    Tabel 2.2 Tabel kegiatan peserta internsip di wahana ............................................... 22

    Tabel 4.1 Sebaran karakteristik menurut kinerja dokter internsip ............................. 36

    Tabel 4.2 Hubungan antara prestasi belajar dan kinerja dokter internsip .................. 39

    Tabel 4.3 Hubungan antara jenis kelamin dan kinerja dokter internsip .................... 39

    Tabel 4.4 Hubungan antara taraf kecerdasan dan kinerja dokter internsip ................ 39

    Tabel 4.5 Hubungan antara waktu kelulusan dan kinerja dokter internsip ................ 40

    Tabel 4.6 Hubungan antara penempatan internsip dan kinerja dokter internsip ....... 40

    Tabel 4.7 Hubungan antara durasi internsip dan kinerja dokter internsip ................. 40

    Tabel 4.8 Hubungan antara persepsi tunjangan hidup dan kinerja dokter internsip .. 41

    Tabel 4.9 Hubungan antara sistem birokrasi internsip dan kinerja dokter internsip . 41

    Tabel 4.10 Hubungan antara pembekalan internsip dan kinerja dokter internsip ...... 41

    Tabel 4.11 Hubungan antara penerimaan internsip dan kinerja dokter internsip ...... 42

    Tabel 4.12 Hubungan antara penerimaan oleh masyarakat dan jajaran di wahana

    dan kinerja dokter internsip ....................................................................... 42

    Tabel 4.13 Hubungan antara fasilitas Puskesmas dan kinerja dokter internsip ......... 42

    Tabel 4.14 Hubungan antara adaptasi dan kinerja dokter internsip ........................... 43

    Tabel 4.15 Hubungan antara beban kerja dan kinerja dokter internsip...................... 43

    Tabel 4.16 Hubungan antara jumlah serta jenis kasus dan kinerja dokter internsip .. 43

    Tabel 4.17 Hubungan antara hak cuti dan kinerja dokter internsip ........................... 44

    Tabel 4.18 Hubungan antara kurikulum FK UJ dan kinerja dokter internsip ............ 44

  • Tabel 4.19 Hubungan antara persepsi pengetahuan medis dan kinerja dokter

    internsip ..................................................................................................... 44

    Tabel 4.20 Hubungan antara upaya kesehatan masyarakat dan kinerja dokter

    internsip ..................................................................................................... 45

    Tabel 4.21 Hubungan antara peran dokter pendamping dan kinerja dokter

    internsip ..................................................................................................... 45

    Tabel 4.22 Hubungan antara minat menjadi dokter Puskesmas dan kinerja dokter

    internsip ..................................................................................................... 45

    Tabel 4.23 Hubungan antara kedisiplinan dan kinerja dokter internsip..................... 46

    Tabel 4.24 Hubungan antara kemampuan komunikasi dan kinerja dokter internsip . 46

    Tabel 4.25 Hubungan antara pilihan tindakan dan kinerja dokter internsip .............. 46

    Tabel 4.26 Hasil analisis multivariat regresi logistik ................................................. 47

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    A. Formulir Persetujuan ...............................................................................65

    B. Kuesioner Penelitian Dokter Internsip. ...................................................66

    C. Kuesioner Penelitian Dokter Pendamping ..............................................69

    D. Sebaran Karakteristik menurut Kinerja Dokter Internsip .......................71

    E. Hasil Analisis Bivariat ............................................................................77

    F. Hasil Analisis Multivariat .......................................................................91

    G. Definisi Operasional................................................................................93

  • BAB I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Program Internsip Dokter Indonesia (PIDI) adalah program magang bagi

    dokter baru dengan tujuan menyelaraskan kompetensi yang diperoleh selama

    pendidikan dengan praktik di lapangan serta menggunakan pendekatan kedokteran

    keluarga (Sedyaningsih, 2009). Program ini muncul dari hasil studi orientasi

    proyek Health Worksforce and Service (HWS) yang dijalankan oleh Dikti pada

    Inggris, Belanda, Australia, dan Singapura yang mewajibkan lulusan dokter yang

    semasa pendidikannya menggunakan strategi Kurikulum Berbasis Kompetensi

    (KBK). Hal ini mengacu pada SK Mendiknas RI No. 045/SK/2002 serta SK

    Dirjen Dikti Depdiknas RI No. 1386/D/T/2004.

    Sebelumnya, kurikulum yang dipakai oleh Fakultas Kedokteran yaitu

    Kurikulum Inti Pendidikan Dokter Indonesia (KIPDI) yang masa studinya

    ditempuh selama enam tahun. Sedangkan, kurikulum saat ini, yaitu KBK, hanya

    mewajibkan dokter menempuh masa studi selama 5,5 tahun. Setelah lulus, mereka

    mendapatkan Surat Tanda Registrasi Internsip dan Surat Izin Praktek Internsip

    (SIPI) untuk melaksanakan program internsip di wahana internsip yang telah

    ditentukan. Selama menempuh internsip, peserta dibimbing oleh dokter

    pendamping yang berperan dalam menjembatani proses pemahiran peserta dan

    supervisi kinerja peserta (Depkes, 2009). Setelah satu tahun menempuh internsip,

    mereka mendapatkan Surat Izin Praktek (SIP) dan Surat Tanda Registrasi (STR).

    Program ini dipelopori oleh lulusan dokter dari Universitas Andalas sejak

    tahun 2010 dan saat ini sudah diikuti oleh hampir seluruh Fakultas Kedokteran di

    Indonesia (Depkes, 2009). Sedangkan, Fakultas Kedokteran Universitas Jember

    mengawali keikutsertaannya pada tahun 2012.

    Program internsip dinilai sangat bermanfaat sebab dapat mendistribusikan

    dokter di sarana pelayanan kesehatan yang tidak memiliki sumber daya manusia.

    Salah satunya yaitu di Puskesmas yang merupakan ujung tombak pelayanan

  • kesehatan primer di Indonesia sebelum pasien dirujuk ke Rumah Sakit (Rasmin,

    2010).

    Mengacu pada hasil survey pelaksanaan internsip yang dilakukan oleh

    Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI) pada berbagai Fakultas

    Kedokteran di Indonesia pada tahun 2013, 43% responden mendukung secara

    umum, 14% responden tidak mendukung, dan 43% responden mendukung dengan

    perbaikan program internsip. Beberapa responden tidak mendukung program ini

    karena anggapan bahwa dokter internsip masih co-ass, supervisi dokter

    pendamping yang kurang tepat, dan tunjangan hidup yang minimal. Hal ini dapat

    menyebabkan kinerja dokter internsip kurang optimal dalam memberikan

    pelayanan kesehatan pada masyarakat.

    Pendapat tersebut didukung oleh hasil survey yang dilakukan peneliti pada

    beberapa dokter internsip pada bulan Februari tahun 2013, didapatkan bahwa

    supervisi yang dilakukan oleh dokter pendamping di Puskesmas kurang mencapai

    sasaran, bahkan sebanyak 5% mengatakan bahwa supervisi yang dilakukan sangat

    tidak baik. Jika supervisi yang dilakukan tidak benar, hal ini akan memberi

    dampak negatif terhadap kinerja dokter internsip.

    Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada salah satu dokter

    internsip pada bulan Mei tahun 2013 bahwa terdapat pendiskriminasian terhadap

    dokter internsip sehingga mereka mendapatkan kewenangan medis yang minimal.

    Hal demikian tidak jauh berbeda dengan masa studi selama menjadi co-ass dan

    tidak bekorelasi dengan konsep pematangan kompetensi dokter. Hal ini dapat

    mempengaruhi kinerja dokter internsip sehingga pernah dijumpai dokter internsip

    hanya sebagai asisten dokter umum PNS, sekedar menyalin resep, dan sekedar

    membantu pemeriksaan fisik di Puskesmas.

    Selain itu, dokter internsip hanya diberikan tunjangan hidup yang minimal,

    yakni sebesar 1,2 juta per bulan yang dibayarkan tiap tiga bulan, tidak mendapat

    jasa pelayanan medis, tidak mendapat insentif daerah dan tidak mendapat asuransi

    kesehatan. Ini berlaku untuk semua peserta internsip, bahkan bagi dokter internsip

    yang ditempatkan di luar Pulau Jawa yang biaya kebutuhan hidupnya relatif lebih

    mahal. Hal ini semakin menyebabkan ketidakoptimalan kinerja dokter internsip.

  • Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada salah satu dokter

    pendamping di Puskesmas Srengat, Kabupaten Kediri, pada bulan Juni 2013,

    dokter pendamping menilai bahwa proporsi kinerja dokter internsip cukup

    bervariasi, yaitu sangat baik, baik dan buruk. Oleh karena itu, perlu dilakukan

    pengukuran terhadap kinerja dokter internsip dan analisis faktor-faktor yang

    mempengaruhinya. Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional pada

    dokter internsip dan dokter pendamping di Puskesmas. Dengan mengetahui

    faktor-faktor tersebut, diharapkan pelaksanaan program internsip dapat dilakukan

    perbaikan demi peningkatan mutu dokter dan pelayanan kesehatan yang terbaik

    untuk masyarakat di Indonesia.

    1.2. Rumusan Masalah

    Sebagian dokter internsip di Puskesmas mempunyai kinerja yang masih

    belum optimal. Namun, sejauh ini belum diketahui hal-hal yang menyebabkan

    keoptimalan kinerja dokter internsip. Dari permasalahan tersebut, maka peneliti

    mengambil rumusan masalah, antara lain:

    1. Bagaimanakah kinerja dokter internsip lulusan Universitas Jember?

    2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kinerja dokter internsip lulusan

    Universitas Jember?

    3. Faktor apakah yang paling mempengaruhi kinerja dokter internsip lulusan

    Universitas Jember?

    1.3. Tujuan

    Penelitian ini bertujuan untuk, antara lain:

    1. Mengetahui kinerja dokter internsip lulusan Universitas Jember.

    2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dokter internsip

    lulusan Universitas Jember.

    3. Mengetahui faktor yang paling mempengaruhi kinerja dokter internsip lulusan

    Universitas Jember.

  • 1.4. Manfaat

    Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

    a. Dapat digunakan sebagai data ilmiah baru atau sebagai data tambahan bagi

    perkembangan ilmu pengetahuan.

    b. Memberikan masukan pada institusi kesehatan untuk pengembangan kinerja

    dokter internsip di Puskesmas.

    c. Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk peneltian sejenis yang

    lebih khusus.

  • BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Program Internsip Dokter

    Dalam rangka pengaplikasian ilmu kedokteran yang telah didapatkan oleh

    lulusan mahasiswa kedokteran selama pendidikan dokter dengan Kurikulum

    Berbasis Kompetensi (KBK) maka diperlukan suatu program yang dapat

    mewadahi tujuan tersebut. Hal tersebut diwujudkan dalam program internsip yang

    telah dilaksanakan di berbagai negara di dunia. Program internsip adalah satu fase

    pelatihan praktik kedokteran dimana lulusan dokter dapat memahirkan

    kompetensi yang telah dicapai dengan terjun langsung ke masyakat untuk

    menerapkan ilmu kedokteran mereka dengan supervisi. Setelah menyelesaikan

    program internsip selama kurang lebih antara 1-3 tahun, dokter internsip akan

    memperoleh SIP dan STR yang dapat digunakan untuk menjalankan praktik

    kedokteran secara penuh.

    2.1.1 Definisi Program Internsip Dokter

    Program Internsip Dokter Indonesia (PIDI) merupakan tahap pelatihan

    keprofesian praregistrasi berbasis kompetensi pelayanan primer guna memahirkan

    kompetensi yang telah dicapai setelah memperoleh kualifikasi sebagai dokter

    melalui pendidikan kedokteran dasar. Di Indonesia PIDI dilaksanakan oleh

    Komite Internsip Dokter Indonesia (KIDI) yang berada di tingkat pusat dan

    provinsi. Waktu pelaksanaan PIDI adalah satu tahun yang terbagi di wahana

    rumah sakit dan puskemas. Pembiayaan difasilitasi oleh pemerintah atau swasta

    (Kemenkes RI, 2013). Sedangkan di Australia program internsip dokter adalah

    suatu fase pelatihan klinis bagi lulusan dokter yang disupervisi dan dilaksanakan

    dalam jangka waktu satu tahun di sebuah rumah sakit terakreditasi. Dokter

    internsip akan diberikan registrasi sementara oleh Dewan Medis Australia dan

    akan mendapatkan registrasi penuh di tahun penyelesaian program internsip

    mereka. Umumnya, doktern internsip diwajibkan untuk memenuhi 47 minggu

  • pelatihan klinis yang tidak termasuk waktu yang dibutuhkan untuk cuti sakit atau

    tahunan (AMSA, 2012). Di Malaysia periode pelatihan yang disupervisi dikenal

    sebagai program internsip, di mana dokter internsip menjalani pelatihan

    terstruktur yang memungkinkan mereka mengkonsolidasikan dan memperluas

    pengetahuan dan keterampilan teknis, klinis, dan teoritis,. Di negara-negara

    tertentu, sarjana pendidikan kedokteran diakhiri dengan program internsip.

    Namun, di Malaysia, sesuai dengan UU Kedokteran 1971, program internsip

    hanya dikenakan pada lulusan dokter (Malaysian Medical Council, 2008).

    2.1.2 Pelaksanaan Program Internsip Dokter

    Pelaksanaan PIDI mengacu pada prinsip-prinsip praktik kedokteran yang

    baik di Indonesia (good medical practice) dalam bentuk kegiatan kegiatan:

    1. Mempraktikkan standar pelayanan kedokteran Upaya Kesehatan

    Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) yang baik,

    dengan menyadari keterbatasan kemampuannya dengan mengutamakan

    keselamatan pasien, keluarga atau masyarakat.

    2. Mengikuti perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kedokteran

    dan Kesehatan (IPTEKDOKKES) serta selalu meningkatkan

    keterampilannya dalam UKP dan UKM.

    3. Membangun dan meningkatkan komunikasi serta memelihara hubungan

    baik dengan pasien, kolega, ataupun petugas kesehatan yang lain.

    4. Bekerjasama secara efektif dengan sejawat dokter dan tenaga kesehatan

    profesi dan tenaga kesehatan non profesi serta tenaga pendukung atau

    penunjang kesehatan.

    5. Mengembangkan kompetensi sebagai pendidik bagi sejawat, pasien dan

    keluarga maupun masyarakat.

    6. Mengembangkan sikap jujur, berperilaku dan bertindak sesuai sumpah

    dokter Indonesia, kaidah ilmiah, etika dan humanistik.

    7. Memelihara kesehatan pribadinya sehingga tidak membahayakan pasien,

    sejawat dan orang lain (Kemenkes RI, 2013).

  • 2.1.3 Tujuan Internsip

    Memberikan kesempatan kepada dokter lulusan program studi pendidikan

    dokter berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) untuk menerapkan

    serta mempraktikkan kompetensi yang telah diperoleh selama pedidikan dalam

    rangka penyelarasan antara hasil pendidikan dan praktik di lapangan antara lain

    dengan membina kolegalitas antara sesama dokter dan membangun kerjasama

    dengan petugas pelayanan kesehatan yang lain serta mengintegrasikan

    pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku yang diperoleh selama proses

    pendidikan dan mengaplikasikannya dalam pelayanan kesehatan primer. Selain

    itu, juga untuk mengembangkan keterampilan teknis, klinis, kepribadian dan

    sikap profesional yang menjadi dasar praktik kedokteran primer dengan tanggung

    jawab penuh atas pelayanan kepada pasien, keluarga, dan masyarakat sesuai

    dengan kewenangan yang diberikan. Dokter internsip dapat membuat keputusan

    profesional dalam pelayanan pasien, keluarga, dan masyarakat secara memadai

    dengan memanfaatkan layanan diganostik dan konsultasi dan tetap bekerja dalam

    batas kewenangan hukum dan etika. Berperan serta aktif dalam tim pelayanan

    kesehatan holistik, terpadu dan paripurna, menggali harapan dan mengenali

    jenjang karir lanjutan, dan memperoleh pengalaman dan mengembangkan strategi

    dalam menghadapi tuntutan profesi (Kemenkes RI, 2013).

    Tujuan utama dari program internsip adalah untuk mengintegrasikan

    pengetahuan medis yang diterima oleh lulusan mahasiswa kedokteran selama

    studi perguruan tinggi mereka dengan pekerjaan klinis di rumah sakit atau klinik

    dengan cara mengkonsolidasikan apa yang telah mereka pelajari dan membantu

    mereka dalam mengembangkan dan meningkatkan keterampilan klinis yang

    mereka perlukan untuk praktik kedokteran, dan melayani pasien dengan cara yang

    aman dan memuaskan. (Department of Continuous Medical Education of Ministry

    of Health Dubai, 2011).

    Internsip menawarkan kesempatan untuk mengkonsolidasikan dan

    membangun pengetahuan teoritis yang telah diperoleh sebagai sarjana kedokteran

    dan belajar untuk menerapkannya saat merawat pasien, selain itu juga membantu

  • mengembangkan keterampilan klinis, pribadi, dan professional teknis yang

    membentuk dasar dari praktik medis. Pengalaman dan pemahaman klinis pun

    semakin bertambah dengan meningkatnya tanggung jawab dalam merawat pasien

    yang sejalan dengan berkembangnya penilaian profesional dalam perawatan yang

    tepat dari pasien dan penggunaan layanan diagnostik serta konsultan. Hal yang tak

    kalah pentingnya adalah dokter internsip dapat bekerja dalam kerangka etika dan

    hukum kedokteran, berkontribusi pada tim kesehatan multi disipliner,

    mengeksplorasi tujuan karir pribadi serta menemukan dan mengembangkan

    strategi untuk berurusan dengan profesional dan pribadi yang berhubungan

    dengan menjadi seorang praktisi medis. (Postgraduate Medical Council of

    Victoria, 2009).

    2.1.4 Sasaran Akhir Program Internsip Dokter

    Sasaran akhir program internsip disusun berdasarkan prinsip praktik

    kedokteran dan berlandaskan pada Standar Kompetensi Dokter (KSDKI 2006).

    Sasaran akhir program internsip adalah menerapkan serta memahirkan kompetensi

    yang telah diperoleh selama pendidikan dalam rangka penyelarasan antara hasil

    pendidikan dan praktik di lapangan. Area kompetensi dan komponen kompetensi

    meliputi:

    1. Area Komunikasi Efektif

    a. Berkomunikasi dengan pasien serta anggota keluarga.

    b. Berkomunikasi dengan sejawat.

    c. Berkomunikasi dengan masyarakat.

    d. Berkomunikasi dengan profesi lain.

    2. Area Keterampilan Klinis

    a. Memperoleh dan mencatat informasi yang akurat serta penting tentang

    pasien dan keluarganya.

    b. Melakukan prosedur klinik dan laboratorium dasar.

    c. Melakukan prosedur kedaruratan klinis.

    3. Area Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran

  • a. menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu biomedik, klinik,

    perilaku, dan ilmu kesehatan masyarakat sesuai dengan pelayanan

    kesehtan tingkat primer.

    b. Merangkum dari interpretasi anamnesis, pemeriksaan fisik, uji

    laboratorium dan prosedur yang sesuai.

    c. Menentukan efektifitas suatu tindakan.

    4. Area Pengelolaan Masalah Kesehatan

    a. Mengelola penyakit, keadaan sakit dan masalah pasien sebagai

    individu yang utuh, bagian dari keluaga dan masyarakat.

    b. Melakukan pencegahan penyakit dan keadaan sakit.

    c. Melaksanakan pendidikan kesehatan dalam rangka promosi kesehatan

    dan pencegahan penyakit.

    d. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan

    derajat kesehatan.

    e. Mengelola sumber daya manusia serta sarana dan prasarana secara

    efektif dan efisien dalam pelayanan kesehatan primer dengan

    pendekatan kedokteran keluarga.

    5. Area Pengelolaan informasi

    a. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu

    penegakan diagnosis, pemberian terapi, tindakan pencegahan dan

    promosi kesehatan, serta penjagaan, dan pemantauan status kesehatan

    pasien, kealuarga, dan masyarakat.

    b. Memahami manfaat dan keterbatasan teknologi informasi.

    c. Memanfaatkan informasi kesehatan.

    6. Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri

    a. Menerapkan mawas diri.

    b. Mempraktikkan belajar sepanjang hayat.

    c. Mengembangkan pengetahuan baru.

    7. Area Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta Keselamatan

    Pasien, Keluarga dan Masyarakat

    a. Memiliki sikap profesional.

  • b. Berperilaku profesional dan mampu bekerjasama.

    c. Bersikap sebagai anggota tim pelayanan kesehatan yang profesional

    d. Melakukan praktik kedokteran yang baik dalam masyarakat

    multikultural di Indonesia.

    e. Memenuhi aspek medikolegal dalam praktik kedokteran.

    f. Menerapkan keselamatan pasien, keluarga dan masyarakat dalam

    praktik kedokteran (Kemenkes RI, 2013).

    2.1.5 Waktu Pelaksanaan Program Internsip Dokter

    Waktu pelaksanaan PIDI adalah satu tahun dengan rincian delapan bulan

    di rumah sakit dan empat bulan di puskesmas. Penerimaan peserta dilaksanakan

    empat kali dalam setahun, mengikuti periode pelaksanaan Uji Kompetensi Dokter

    Indonesia (UKDI). Masa internsip yang dilaksankan dalam satu tahun dapat

    ditambah apabila evaluasi kinerja akhir belum tercapai. Program internsip wajib

    dilaksanakan oleh dokter yang akan melakukan praktik dokter mandiri.

    Penundaan pelaksanaan internsip dimungkinkan dalam waktu paling lama dua

    tahun setelah lulus namun apabila penundaan lebih dari dua tahun harus

    memperoleh persetujuan KIDI Pusat (Kemenkes RI, 2013).

    Sedangkan pelaksanaan program internsip di India adalah 12 bulan dan

    selama periode ini dokter internsip menjalani rotasi di berbagai bagian medis dan

    bedah spesialisasi, termasuk tiga bulan di sebuah pusat kesehatan primer di

    pedesaan (Jayawickramarajah, 2001). Menurut AMSA (2012) program internsip

    dokter di Australia dijalankan selama 47 minggu dimana sebagian besar rumah

    sakit beroperasi dengan lima rotasi blok sepanjang tahun untuk internsip dengan

    durasi antara 10 dan 12 minggu di setiap blok. Dokter internsip di Australia

    diminta untuk melengkapi lima hal sepanjang tahun, yang terdiri atas setidaknya

    satu kedokteran bedah, medis dan darurat medis. Setiap rumah sakit menawarkan

    pilihan yang berbeda untuk program internsip mereka. Berbeda dengan di

    Malaysia, program internsip dijalankan selama dua tahun dengan menggabungkan

    peran layanan dan pelatihan. Hal ini dirumuskan sedemikian rupa untuk

    memastikan praktisi medis khususnya dokter internsip mendapatkan pengetahuan

  • yang tepat, keterampilan dan pengalaman serta sikap yang benar bukan hanya

    pekerjaan dan penyediaan layanan (Malaysian Medical Council, 2008). Di Oman

    program pelatihan internsip dibagi menjadi tiga periode yang sama dari empat

    bulan di masing-masing disiplin ilmu meliputi kedokteran umum, bedah umum,

    pesidiatri dan obsgyn di lembaga-lembaga atau program disetujui untuk tujuan

    tersebut (Sultan Qaboos University, 2012).

    2.1.6 Wahana Program Internsip Dokter

    Pada dasarnya program internsip dilaksanakan di wahana pelayanan

    kedokteran atau kesehatan primer baik milik ataupun swasta yang telah memenuhi

    syarat sebagai wahana program internsip sesuai pedoman wahana internsip.

    Adapun yang dapat menjadi wahana internsip adalah Rumah Sakit tipe C dan D

    atau yang setara, namu pada keadaan tertentu Rumah Sakit tipe B dapat dijadikan

    wahana apabila memenuhi prinsip kriteria wahana internsip. Selanjutnya,

    Puskesmas atau yang setara, dengan atau tanpa rawat inap dan yang terakhir

    adalah klinik layanan primer lainnya baik milik pemerintah atau swasta

    (Kemenkes RI, 2013).

    Persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengolola wahana adalah

    menunjukkan komitmen dalam melaksanakan program internsip. Wahana yang

    digunakan harus memenuhi syarat agar peserta program dapat mencapai tujuan

    dan sasaran yang diinginkan. Syarat tersebut adalah memiliki layanan kedokteran

    dan kesehatan kepada masyarakat yang dilakukan setiap hari kerja, layanan

    kedokteran kedaruratan medik, layanan kesehatan masyarakat, layanan dengan

    jumlah pasien paling sedikit 20 orang atau kasus dalam sehari, dengan jenis yang

    bervariasi, serta ada pada sebaran umur dan sebaran jenis kelamin yang cukup

    merata, kemudian sarana laboratorium klinik sederhana dan farmasi harus

    memadai serta dokter yang bersedia menjadi pendamping (Kemenkes RI, 2013).

    Sedangkan di Dubai program internsip dokter dijalankan di rumah sakit

    atau fasilitas kesehatan yang telah ditunjuk, dengan rincian rotasi klinik meliputi

    ilmu penyakit dalam, bedah, pediatri, obsgyn, laboratoris, radiologi dan elektif

    yang ditentukan sendiri oleh peserta program internsip. Namun untuk rotasi klinik

  • obsgyn untuk peserta program internsip pria diganti dengan kedaruratan medis

    atau kedokteran keluarga (Department of Continuous Medical Education of

    Ministry of Health Dubai, 2011). Menurut Bhutan Medical and Health Council,

    program internsip hanya dilaksanakan di rumah sakit, lembaga atau pusat

    kesehatan lainnya yang diberikan izin oleh konsil sebagai lembaga pengajaran

    dengan rincian rotasi klinik mencakup kedokteran umum, pediatri, kulit, psikiatri,

    bedah umum, mata, tht, ortopedi, anestesi, obsgyn, kegawatdaruratan, forensik,

    radiologi, transfusi atau laboratoris dan kedokteran komunitas. Di Australia,

    rumah sakit yang digunakan sebagai wahana harus memiliki syarat antara lain

    adalah rumah sakit yang memberikan keamanan, kebersihan dan kemudahan

    akses bagi dokter internsip untuk akomodasi semalam, selain itu juga

    menyediakan tempat rekreasional di tempat yang sesuai dan didukung dengan

    akses ke sistem informasi online untuk dokter intern, menyediakan tempat yang

    aman untuk penyimpanan barang-barang pribadi untuk doktern internsip selama

    jam kerja dan menyediakan dokter internsip akses ke fasilitas dan sumber daya

    pendidikan, termasuk fasilitas keterampilan mengajar klinis, sesuai dengan

    kebutuhan pendidikan mereka dan kebutuhan klinis rumah sakit (Postgraduate

    Medical Council of Victoria, 2009).

    Setelah ditunjuk sebagai wahana, KIDI Provinsi akan melakukan sosialisasi

    PIDI di wahana tersebut kepada direktur atau kepala rumah sakit, komite medik,

    kepala dinas kesehatan kabupaten atau kota, kepala puskesmas, tenaga kesehatan

    dan petugas lainnya di rumah sakit atau puskesmas sebelum kegiatan.

    Selanjutnya wahana melaksanakan hal-hal sebagai berikut, yang pertama

    adalah menyatakan kesediaan menjadi wahana internsip, selanjutnya melakukan

    sosialisasi kepada semua stakeholder di wahana, menyiapkan SDM, sarana

    prasarana, mekanisme pelaksanaan internsip, dan daya pendukung lainnya. Selain

    itu menyiapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) di wahana tersebut dan

    menerbitkan Surat Laporan Pelaksanaan Internsip (SLPI) bagi peserta internsip

    yang telah memenuhi kriteria kinerja akhir yang ditandatangani oleh direktur

    rumah sakit sebagai koordinator wahana (Kemenkes RI, 2013).

  • 2.1.7 Pendamping Program Internsip Dokter

    Setiap peserta internsip didampingi oleh seorang dokter pendamping yang

    bertugas untuk melakukan supervisi layanan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)

    khususnya Pelayanan Kesehatan perorangan primer (PKPP) dan Upaya Kesehatan

    Masyarakat (UKM) khusunya Pelayanan Keseatan Masyarakat Primer (PKMP)

    guna meningkatkan pengalaman dan pemahiran peserta dengan tugas antara lain,

    mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan peserta, membantu pengembangan

    profesionalisme peserta, memberi umpan balik positif dan konstruktif kepada

    peserta untuk memastikan pencapaian dan tujuan internsip, dan memberikan

    masukan kepada KIDI provinsi.

    Seorang pendamping dapat mendampingi maksimum lima peserta

    internsip pada waktu bersamaan. Pendamping akan memperoleh sertifikat

    pelatihan pendamping dari pusat pendidikan dan pelatihan aparatur kementrian

    kesehatan sebesar 40 jam pelajaran yang setara satu sks. Selama pendampingan,

    peserta internsip bertanggung jawab penuh atas rindakan keprofesian yang

    dilakukannya (Kemenkes RI, 2013).

    Sedangkan Menurut Department of Continuous Medical Education of

    Ministry of Health Dubai (2011), dokter pendamping memiliki tugas antara lain,

    mengadakan pertemuan pendahuluan dengan semua magang di awal program

    internsip di mana dijelaskan mengenai peraturan serta pertanyaan tentang

    pelatihan ditujukan, mengalokasikan dokter internsip dengan tempat spesifik,

    memastikan bahwa dokter internsip disediakan dengan dukungan pendidikan yang

    diperlukan selama seluruh periode pelatihan mereka di departemen, membantu

    doktern internsip untuk mendapatkan akses ke sumber belajar di rumah sakit

    seperti catatan medis atau ruang perpustakaan, berkolaborasi dengan direktur

    rumah sakit dan komite medis secara berkala untuk memastikan kemajuan yang

    memuaskan dari dokter intern, mengembangkan program pembelajaran yang

    sesuai dengan pemenuhan tujuan pembelajaran untuk program internsip,

    memandu dokter internsip dalam realisasi tujuan pembelajaran mereka dimana

    dokter pendamping harus memberikan perhatian pada setiap dokter intern,

  • memastikan bahwa dokter internsip memenuhi persyaratan pelatihan dalam hal

    kehadiran dan akuisisi kompetensi dimana supervisor harus memantau kemajuan

    internsip secara berkala dan harus mengalokasikan waktu tersebut untuk

    membicarakan hal ini dengan dokter intern, mengidentifikasi daerah-daerah di

    mana dokter internsip belum memperoleh kompetensi yang diperlukan dan

    menyarankan langkah-langkah perbaikan. Informasi tersebut harus

    dikomunikasikan kepada intern, kepala departemen dan komite medis sesegera

    mungkin, memastikan cukup waktu untuk langkah-langkah perbaikan yang harus

    dimulai, memastikan bahwa keselamatan pasien adalah yang terpenting selama

    prosedur seperti peresepan obat dan intervensi bedah ketika dilakukan oleh dokter

    internsip yang harus selalu di bawah pengawasan, memastikan bahwa tindakan

    pencegahan umum diamati di rumah sakit yang dipelajari dan diikuti dengan

    magang untuk memastikan keselamatan diri, pasien dan staf hadir dan membantu

    mereka dalam melakukannya, memvalidasi buku catatan dokter internsip secara

    berkala dan memastikan dokumentasi kompetensi yang lengkap, memastikan

    bahwa dokter internsip memiliki keterampilan yang diperlukan untuk mengakses

    layanan rumah sakit seperti rekam medis, perpustakaan rumah sakit dan

    departemen teknologi informasi dalam menyelesaikan persyaratan belajar mereka,

    melakukan investigasi sebagai otoritas baris kedua dengan komite medis jika

    kepala departemen gagal mencapai keputusan untuk atau terhadap dokter internsip

    jika ada keluhan kesalahan profesional, dan memfasilitasi proses yang diperlukan.

    2.1.8 Kriteria pencapaian sasaran Program Internsip Dokter

    Selama mengikuti Program Internsip Dokter Indonesia, peserta harus

    mencapai sasaran dan program, yang meliputi pengelolaan kasus Upaya

    Kesehatan perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM).

    Pengelolaan kasus UKP ditargetkan harus memenuhi jumlah dan jenis yang cukup

    meliputi kasus medik, bedah, kegawatdaruratan, jiwa dan medikolegal. Selama

    satu tahun, setiap peserta internsip secara keseluruhan telah menangani sekurang-

    kurangnya 400 kasus yang terbagi menurut jenis kelamin, usia, kelompok dan

    telah menjalani proses internsip selama paling kurang satu tahun. Pengelolaan

  • kasus UKM dilaksanakan di Puskesmas (Kesehatan Masyarakat) ditargetkan

    harus memenuhi jumlah dan jenis yang cukup meliputi Pelayanan kesehatan

    Masyarakat Primer (PKMP) antara lain Upaya Promosi Kesehatan dan

    Pemberdayaan Masyarakat, Upaya Kesehatan Lingkungan, Upaya Kesehatan Ibu

    dan Anak serta Keluarga Berencana (KB), Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat,

    Upaya Surveillance, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak

    Menular, Upaya Pengobatan Dasar, Mini project dengan pendekatan lingkaran

    pemecahan masalah dengan masing-masing kegiatan sekurang-kurangnya satu

    kasus. Selanjutnya adalah Pelayanan Kesehatan Perorangan Primer (PKPP) dan

    penelitian sederhana mengenai status kesehatan masyarakat. Semua data tersebut

    dilaporkan kepada dan ditanda-tangani oleh Dokter Pendamping secara berkala

    dan berkesinambungan. Tugas peserta selama mengikuti program internsip adalah

    setiap peserta membuat dan menyajikan sekurang-kurangnya dua laporan kasus

    dalam pertemuan klinik dengan aspek evaluasi laporan kasus meliputi kognitif,

    sikap, dan perilaku peserta. Selanjutnya pelaporan kasus menggunakan format

    portofolio dan melaksanakan kelima prinsip program kedokteran pencegahan

    dalam mengelola masalah kesehatan pada individu, keluarga, ataupun masyarkat

    secara komprehensif, holistik, berkesinambungang, koordinatif, dan kolaboratif

    dalam konteks pelayanan kesehatan tingkat primer setidaknya satu kasus per

    minggu (Kemenkes RI, 2013).

    2.1.9 Monitoring dan Evaluasi

    Selama pelaksanaan PIDI dilakukan monitoring dan evaluasi secara

    berkala oleh tim yang dibentuk KIDI Pusat dan Provinsi. Monitoring dan evaluasi

    ditujukan antara lain untuk peserta yang dilakukan oleh pendamping dan tim

    monev meliputi kinerja profesional peserta sesuai pedoman yang telah ditetapkan

    sedangkan untuk pendamping monitoring dan evaluasi dilakukan oleh tim monev

    meliputi kinerja pendamping. Untuk wahana dilakukan oleh tim monev meliputi

    pelaksanaan kegiatan internsip dan masalah atau hambatan-hambatan yang

    ditemukan (Kemenkes RI, 2013)

  • Pada akhir pelaksanaan PIDI, pendamping dan pimpinan wahana

    melakukan evaluasi sesuai dengan standar kinerja peserta internsip. Penilaian

    kinerja didapat dari observasi terhadap sikap, perilaku, kompetensi medik,

    komunikasi, kepribadian dan profesionalisme. Selain itu penilaian juga diperoleh

    dari buku log, portofolio, laporan kasus dan mini project. Pndamping secara

    informal dapat memperoleh masukan dari pemangku kepentingan terkait, antara

    lain sejawat lain, tenaga kesehatan lain, masyarakat dan pasien. Evaluasi kinerja

    peserta dilakukan dengan target yang telah ditentukan sesuai kriteria pencapaian

    sasaran Program Internsip Dokter Indonesia. berikut adalah tabel evaluasi

    penilaian kinerja dokter internsip yang harus diisi oleh dokter pendamping.

    Tabel 2.1 Tabel Penilaian Kinerja Dokter Internsip

  • Bagi peserta program internsip Indonesia yang tidak memenuhi kriteria

    kinerja akhir, harus memperpanjang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

    Peserta internsip yang telah menyelesaikan seluruh program internsip akan

    dibuatkan surat rekomendasi untuk penerbitan Surat Laporan Pelaksanaan

    Internsip (SLPI) oleh KIDI Provinsi. SLPI digunakan sebagai dasar untuk

    menerbitkan Surat Tanda Selesai Internsip (STSI) yang dikeluarkan oleh Komite

    Internsip Dokter Indonesia (KIDI) Pusat yang selanjutnya diteruskan ke Konsil

    Kedokteran Indonesia (KKI) untuk memperoleh Surat Tanda Registrasi (STR)

    definitif (Kemenkes RI, 2013).

    .

    2.1.10 Sanksi Program Internsip Dokter

    Apabila terjadi pelanggaran etik dan disiplin selama mengikuti program

    internsip, peserta akan diberi sanksi sesuai dengan norma etik profesi dan disiplin.

    Sanksi etik dan disiplin dapat berupa sanksi adminisitratif yang diberikan oleh

    koordinator wahana kepada peserta yang melakukan pelanggaran ketentuan atau

    peraturan wahana, sedangkan untuk sanksi etik sebagai dokter mengacu kepada

    Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI). Sanksi disiplin sebagai dokter

    mengacu pada Buku Penerapan Disiplin dari MKDKI, sanksi disiplin sebagai

    peserta internsip mengacu pada Buku Pedoman Peserta Program Internsip Dokter

    Indonesia Bab III Tata Tertib Peserta Sub Bagian Klasifikasi pelanggaran tata

    tertib, Pembinaan dan Pemberian sanksi dan sanksi pelanggaran hukum mengacu

    pada prosedur dan keputusan hukum. Selama proses penyidikan, maka peserta

    internsip ditunda pelaksanaannya sampai mempunyai kekuatan hukum yang tetap

    (Kemenkes RI, 2013).

  • 2.2 Dokter Internsip

    Dokter yang baru menyelesaikan pendidikan kedokteran berbasis

    kompetensi yang akan menjalankan praktik kedokteran dan atau akan menjalani

    program dokter spesialis sebagai peserta program internsip dokter. Lulusan dokter

    tersebut mengikuti program pelatihan praregistrasi yang disebut dengan program

    internsip dokter yang merupakan fase pemahiran dan penyelarasan dari apa yang

    telah didapat pada saat pendidikan dokter dengan praktik di lapangan (Menkes,

    2010).

    2.2.1 Tugas

    Kegiatan Peserta Program Internsip Dokter Indonesia antara lain

    melakukan layanan kesehatan primer dengan dengan pendekatan kedokteran

    keluarga pada pasien secara profesional yang meliputi kasus medik, kasus bedah,

    kedaruratan, kejiwaan baik pada anak, dewasa dan usia lanjut, pada keluarga

    maupun pada masyarakat secara holistik, terpadu dan paripurna. Selain itu,

    melakukan konsultasi dan rujukan, kegiatan ilmiah medis dan non medis serta

    melakukan program-program kesehatan sebagai upaya meningkatkan kesehatan

    masyarakat (Kemenkes RI, 2013).

    Menurut Department of Continuous Medical Education of Ministry of

    Health Dubai (2011), tugas peserta internsip meliputi, semua dokter internsip

    diharapkan untuk mengikuti semua aturan dan ketentuan Depkes selama mereka

    adalah bagian dari program internsip dan mengambil bagian dalam morning

    reports dari departemen mereka ditugaskan, mengambil bagian dalam putaran

    pagi hari dan diskusi mengenai kasus-kasus medis di departemen itu. Selain itu

    dokter internsip wajib untuk mengisikan seluruh logbook dengan dokumentasi

    harian sesuai persyaratan dan setiap dokter internsip harus berada di bawah

    pengawasan langsung dari dokter staf senior yang bekerja dalam setiap tindakan

    ke pasien sehingga apabila terdapat suatu kesulitan dapat segera berkonsultasi.

    Dokter internsip diharapkan untuk menghindari hal-hal atau tindakan yang

    dilakukan kepada pasien tanpa sepengetahuan dan pesertujuan dokter pendamping

  • atau dokter senior yang meliputi pertemuan, pengobatan, pemulangan dan

    tindakan invasif. Setelah selesai program internsip, dokter internsip harus

    memberikan permintaan untuk sertifikat internsip kepada supervisor internsip.

    Apabila ditemukan suatu bentuk pelanggaran terhadap poin di atas, maka akan

    menjadi dasar penghentian program internsip ini.

    2.2.2 Penetapan

    Proses penempatan peserta di wahana melalui serangkaian proses yang cukup

    kompleks dengan urutan sebagai berikut: (1) KIDI Pusat menerima nomor STR

    untuk kewenangan internsip dari KKI; (2) KIDI Pusat mengirimkan daftar nama

    calon peserta internsip ke KIDI Provinsi; (3) KIDI Provinsi melakukan pemetaan

    (mapping) kapasitas dan kondisi rumah sakit dan Puskesmas yang telah ditetapkan

    sebagai wahana internsip di seluruh kabupaten/kota (RS dan PKM) di provinsi

    tersebut; (4) KIDI Provinsi mengirimkan daftar lokasi/wahana yang

    memungkinkan untuk penempatan peserta internsip di satu provinsi ke KIDI

    pusat; (5) KIDI Pusat menetapkan peserta, wahan, dan pendamping internsip; (6)

    KIDI Pusat membuat surat pengantar kepada Menteri Kesehatan RI Kepala Badan

    PPSDMK untuk dapat membuat SK penempatan peserta, SK pendamping, SK

    penempatan wahana dan SK peserta; (7) Kepala Badan PPSDMK atas nam

    menteri Kesehatan RI menerbitkan SK penempatan peserta, SK pendamping, SK

    penetapan wahan dan SK peserta; (8) KIDI Pusat menerima SK penempatan

    peserta peserta, SK pendamping, SK penetapa wahana dan SK peserta dari Badan

    PPSDMK, selanjutnya mengirim seluruh dokumen tersebut dengan surat pengatar

    ke KIDI Provinsi untuk ditindaklanjuti dengan persiapan pemebekalan peserta; (9)

    KIDI Provinsi melaksanakan pembekalan untuk peserta internsip; (10) KIDI

    Provinsi menyerahkan dokter peserta internsip kepada wahana sesuai dengan yang

    tercantum dalam SK wahana, SK peserta dan SK penempatan; (11) wahana

    menerima peserta dan mngadakan pecan orientasi peserta di wahana dan (12)

    setiap peserta mendapat 2 wahana (Rumah Sakit dan Puskesmas atau tempat lain).

    Setiap peserta internsip wajib mengurus dan memiliki Surat Izin Praktik

    dokter untuk setiap wahana yang ditempati peserta. Proses penerbitan SIP

  • Internsip melalui tahapan sebagai berikut: (1) peserta mengurus pendaftaran

    keanggotaan IDI ke IDI wilayah dengan melengkapi seluruh persyaratan

    administrasi pendaftaran anggota IDI, dtambah dengan SK penempatan peserta

    internsip di wahana yang berada di wilayah kerja IDI tersebut. Keanggotaan

    penting untuk pengurusan Surat Izin Praktik Dokter; (2) IDI wilayah menerbitkan

    Kartu Tanda Anggota (KTA) dan surat rekomendasi bagi dokter peserta internsip

    ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk menerbitkan SIP internsip sesuai

    wahana internsip bagi peserta tersebut; (3) SIP internsip diproses oleh Dinas

    Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dan setelah selesai akan diserahkan melalui

    KIDI Provinsi; (4) SIP peserta internsip diserahkan kepada coordinator wahana

    internsip sesuai penempatan peserta dan (5) wahana mengeluarkan SK mengenai

    status ketenagaan peserta PIDI di wahana tersebut.

    2.2.3 Pembekalan

    Pembekalan peserta merupakan hal yang sangat penting untuk memberikan

    pengetahuan dan informasi tentang seluk-beluk kegiatan internsip kepada peserta

    sebelum kegiatan internsip dimulai. Pembekalan Peserta dilaksanakan dengan

    tahapan sebagai berikut: (1) Pembekalan oleh KIDI Provinsi, dilakukan sebelum

    peserta ditempatkan di wahana. Lama pembekalan 1 hari dan isi pembekalan

    tentang pelaksanaan PIDI, program kesehatan Dinas Kesehata Provinsi setempat,

    pengenalan profesi IDI dan tata cara pengurusan KTA oleh IDI wilayah. Selama

    pembekalan juga dilakukan penjelasan dan penandatanganan kontrak internsip

    dan (2) Pembekalan di wahana, dilakukan pada minggu pertama pelaksanaan PIDI

    di wahana. Sifat pembekalan adalah orientasi yang dapat dilaksanakan selama 1

    minggu untuk memberikan kesempatan kepada peserta mengenal lingkungan

    wahana yang akan ditempatinya. Materi pecan orientasi antara lain: orientasi

    profil RS, tata tertib disiplin yang berlaku, standar pelayanan setempat, hambatan

    atau kendala pelayanan kesehatan di wahanan, kultur atau budaya setempat dan

    teknik tata cara pengurusan oleh IDI Cab.

  • 2.2.4 Kegiatan di Wahana

    Durasi pelaksanaan internsip adalah 12 bulan yang terbagi atas 2 wahana yatiu

    8 bulan di RS dan 4 bulan di Puskemas. Cakupan kegiatan selama 8 bulan

    meliputi 4 bulan dijalankan di instalasi rawat jalan, rawat inap medic, rawat inap

    bedah dan kejiwaaan. Sedangkan 4 bulan lainnya dijalankan di instalasi rawat

    emergensi atau UGD.

    Seluruh kegiatan harus tersusun dalam jadwal yang tertata agar setiap peserta

    dapat dibagi merata keseluruh instalasi sehingga magang berjalan dengan baik.

    Untuk itu perlu dibuat jadwal kegiatan sebagai acuan bagi peserta, pendamping

    dan wahana serta KIDI Provinsi yang akan memudahkan pemantauan kegiatan.

    Tabel 2.2 Contoh kegiatan peserta di wahana

    Lingkup kegiatan peserta internsip di wahana tidak semata melakukan

    pengobatan, melainkan seluruh kegiatan professional yang terdiri atas: (1)

    melakukan layanan primer dengan pendekatan kedokteran keluarga pada pasien

    secara professional yang meliputi kasus medik dan bedah, kedaruratan dan

    kejiawaan baik pada anak, dewasa dan usia lanjut; (2) melakukan konsultasi dan

    rujukan untuk kasus-kasus yang ditemukan di wahana; (3) melakukan kegiatan

    ilmiah medic berupa diskusi kasus, presentasi kasus dan diskusi portofolio tentang

    masalah atau kasus yang ditemukan selama menjalankan kegiatan internsip; dan

  • (4) melakukan kegiatan kesehatan masyarakat baik didalam maupun diluar

    gedung. Kegiatan ini terutama dilakukan di Puskesmas.

    Bentuk kegiatan yang dilakukan oleh peserta internsip di wahana sangat

    beragam sebagaimana sebuah aktivitas dokter yang bertugas disebuah fasilitas

    pelayanan kesehatan. Kegiatan-kegiatan tersebut berupa praktik kedokteran di

    bagian/instansi di wahana yang sedang ditempati, pengisian buku log kegiatan

    sebagai bukti kegiatan yang telah dilaksanakan, pengisian boring portofolio untuk

    melaporkan kasus menarik atau penting yang ditemukan peserta ketika menjalani

    praktik kedokteran di wahana dan presentasi laporan kasus.

    Setiap peserta akan dievaluasi oleh pendamping, koordinator wahana dan

    KIDI Provinsi. Evaluasi meliputi sikap dan perilaku professional peserta yang

    dilakukan melalui observasi oleh pendamping dan pemangku kepentingan yang

    terkait serta kinerja peserta yang dilakukan melalui evaluasi buku log, portofolio

    kasus, presentasi kasus, laporan mini project. Evaluasi kinerja dilakukan oleh

    pendamping di setiap wahana. Bukti kehadiran peserta pada kegiatan di wahana

    adalah daftar hadir peserta dan pendamping yang ditandatangani oleh Koordinator

    Wahana. Laporan kegiatan peserta dibagi menjadi dua, yaitu buku log yang berisi

    catatan kegiatan yang dilaksanakan setiap hari dengan mengisi sesuai kolom yang

    telah tersedia di format buku log tersebut dan laporan kasus dalam bentuk

    portofolio adalah laporan kasus menarik atau penting yang ditemukan olrh peserta

    selama mengikuti kegiatan. Setiap peserta mendapatkan 21 buku log untuk catatan

    kegiatan di rumah sakit dan puskesmas.

    2.2.5 Kewajiban dan Hak

    Setiap dokter, peserta internsip mempunyai kewajiban yaitu bekerja sesuai

    dengan standar kompetensi, standar pelayanan dan standar profesi medik,

    mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh selama

    pendidikan dan mengaplikasikannya dalam pelayanan kesehatan,

    mengembangkan keterampilan praktik kedokteran pelayanan kesehatan primer,

    bekerja dalam batas kewenangan hokum dan etika, berperan aktif dalam tim

  • pelayanan kesehatan holistic, terpadu, paripurna, dan mematuhi ketentuan

    perarturan perudang-undangan.

    Di samping kewajiban, peserta juga mempunyai hak sebagai berikut mendapat

    bantuan biaya hidup dan penggantian transportasi bagi dokter yang mengikuti

    program internsip ikatan dinas, memilih fasilitas pelayanan kesehatan yan telah

    ditetapkan oleh Menteri bagi dokter yang mengikuti program internsip mandiri,

    mendapat perlindungan hukum dari Pemerintah selama menjalankan program

    internsip sesuai dengan standar profesi, mendapatkan cuti selama sepuluh (10)

    hari kerja yang tidak dilaksanakan secara berturut-turut untuk menjalankan

    upacara pernikahan, menghadiri upacara kematian orang tua/saudara

    kandung/kakek/nenek/suami/istri/anak, menjalankan tugas negara, menjalankan

    tugas negara, menjalani rawat inap karena sakit yang dialami, mendapat izin

    untuk tidak melaksanakan program internsip, diluar hak cuti sebagaimana

    dimaksud pada butir 4 dan wajib mengganti sebanyak hari yang ditinggalkan dan

    mendapat hak lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    2.3 Teori dan Konsep Kinerja

    Menurut Bernandin dan Russell (2003), kinerja adalah suatu hasil kerja

    yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan

    kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan, serta

    waktu. Stewart (1993) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

    seseorang yaitu kecerdasan, stabilitas emosional, motivasi kerja, situasi keluarga,

    pengalaman kerja, kelompok kerja serta pengaruh eksternal.

    Menurut Hayadi dan Kristiani (2007) kinerja merupakan gambaran tingkat

    suatu pelaksanaan kegiatan atau program dalam usaha mencapai tujuan, misi, dan

    visi organisasi. Istilah kinerja sering dipakai untuk menyebut prestasi atau tingkat

    keberhasilan individu atau kelompok individu. Pengukuran kinerja merupakan

    suatu aktivitas penilaian pencapaian target-target tertentu yang mempuyai tujuan

    strategis organisasi. Hasil pengukuran terhadap capaian kinerja sebagai dasar bagi

    pengelola organisasi untuk perbaikan kinerja periode berikutnya.

  • 2.2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

    Menurut Darma (2005), faktor-faktor tingkat kinerja meliputi mutu

    pekerjaan, jumlah pekerjaan, efektifitas biaya dan inisiatif. Sementara

    karakteristik individu yang mempengaruhi kinerja meliputi: umur, jenis kelamin,

    pendidikan, lama kerja, penempatan kerja dan lingkungan kerja.

    Terdapat tiga kelompok variabel yang mempengaruhi kinerja, yaitu: (1)

    variabel individu, yang meliputi kemampuan dan ketrampilan, fisik maupun

    mental, latar belakang, pengalaman dan demografi, umur dan jenis kelamin, asal

    usul dan sebagainya. Kemampuan dan ketrampilan merupakan faktor utama yang

    mempengaruhi kinerja individu, sedangkan demografi mempunyai hubungan

    tidak langsung pada perilaku dan kinerja, (2) variabel organisasi, yakni sumber

    daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan, (3) variabel

    psikologis, yakni persepsi, sikap, kepribadian, belajar, kepuasan kerja dan

    motivasi. Persepsi, sikap, kepribadian dan belajar merupakan hal yang kompleks

    dan sulit diukur serta kesempatan tentang pengertiannya sukar dicapai, karena

    seseorang individu masuk dan bergabung ke dalam suatu organisasi kerja pada

    usia, etnis, latar belakang, budaya dan ketrampilan yang berbeda satu sama

    lainnya. Uraian dari variabel kinerja dapat dilihat sebagai berikut: (1)

    tanggungjawab, yaitu kesanggupan seseorang dalam menyelesaikan pekerjaan

    yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya serta

    berani memikul risiko atas keputusan yang diambilnya atau tindakan yang

    dilakukannya (Murlis, 2006); (2) inisiatif, yaitu prakarsa atau kemampuan seorang

    bidan untuk mengambil keputusan, langkah-langkah atau melaksanakan suatu

    tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu

    perintah dari atasan, (Steers, 2005); dan (3) jumlah pekerjaan, variabel ini

    berkembang berdasarkan kenyataan bahwa pekerjaan itu berbeda-beda satu sama

    lain dimana beberapa diantaranya lebih menarik dan menantang dibanding

    lainnya.

    Menurut Muchlas (2006) terdapat 3 macam teori yang mendukung teori

    karakteristik pekerjaan ini antara lain: (1) persyaratan tugas, yaitu model

    karakteristik pekerjaan dan ciri persyaratan tugas dalam organisasi itu; (2) jumlah

  • produk yang dihasilkan dalam waktu tertentu dibandingkan dengan hasil yang

    seharusnya dicapai sesuai standar atau dibandingkan dengan hasil pekerjaan orang

    lain; (3) penilaian jumlah pekerjaan yang dilakukan menggunakan indikator-

    indikator berupa umpan balik dari rekan, atasan, bawahan, orientasi waktu dan

    menghargai produk dengan insentip yang sewajarnya (Jain, 2006) dan (4)

    pemenuhan standar kerja, merupakan proses menghasilkan suatu kegiatan yang

    berjalan sempurna, seluruh pekerjaan dilaksanakan secara rapi, sempurna, dapat

    diterapkan dan akurat (Brocklesby, Cummings, 2006). Indikator yang dapat

    dipakai untuk menilai pemenuhan standar kerja dapat dinilai dari mutu pekerjaan

    dengan selalu menganalisis data, mempersiapkan diri dalam bekerja, memotivasi

    pengembangan diri, mematuhi standar kerja yang ditetapkan, rapi, tertib, tidak

    menghindari umpan balik, puas dengan perencanaan yang dapat dikerjakan dan

    berusaha menjadi yang terbaik.

    2.2.2 Aspek-aspek Kinerja

    Malayu S. P. Kasibuan (2006: 25) mengemukakan bahwa aspek-aspek

    yang dinilai kinerja mencakup sebagai berikut: (1) prestasi kerja. Penilai menilai

    hasil kerja baik dari segi kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan dari uraian

    jabatannya; (2) kejujuran. Penilai menilai kejujuran dalam melaksanakan tugas-

    tugasnya memenuhi perjanjian baik bagi dirinya sendiri maupun terhadap orang

    lain; (3) kedisiplinan. Penilai menilai disiplin kayawan dalam melaksanakan

    tugas-tugasnya dan menaati peraturan yang ada; (4) kreativitas; (5)

    kepemimpinan; (6) kerjasama; (7) kepribadian; (8) prakarsa; (9) tanggung jawab;

    (10) kecakapan.

  • 2.4 Kerangka Konsep

    Gambar 2.1 Kerangka konsep

    Faktor-faktor yang mempengaruhi

    kinerja dokter internsip:

    penempatan internsip

    persepsi tunjangan hidup

    durasi internsip

    pembekalan internsip

    sistem birokrasi internsip

    persepsi kurikulum Fakultas Kedokteran Universitas Jember

    penerimaan internsip kemampuan adaptasi

    fasilitas

    jumlah dan jenis penyakit

    beban kerja

    penerimaan masyarakat dan jajaran di wahana

    hak cuti

    persepsi pengetahuan medis

    upaya kesehatan masyarakat

    peran dokter pendamping

    minat menjadi dokter di Puskesmas

    kemampuan komunikasi

    kedisiplinan

    pilihan tindakan jenis kelamin

    prestasi belajar

    taraf kecerdasan

    waktu kelulusan

    Kinerja dokter

    internsip di

    Puskesmas

  • BAB 3. METODE PENELITIAN

    3.1 Jenis Penelitian

    Penelitian ini adalah penelitian observasional atau non eksperimental karena

    tidak memerlukan intervensi dalam pengambilan data. Penelitian menggunakan

    kuesioner untuk mengetahui kinerja dokter internsip kemudian menganalisis

    faktor-faktor yang berperan menggunakan studi cross sectional. Penelitian cross

    sectional adalah suatu penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor resiko

    dengan efek dengan melakukan pengukuran sesaat. Tidak semua subyek

    penelitian diperiksa pada hari atau saat yang sama, akan tetapi baik faktor resiko

    maupun efek dinilai hanya satu kali. Faktor resiko serta efek tersebut diukur

    menurut keadaan saat dilakukan observasi. Peneliti memakai studi ini karena

    mudah untuk dilakukan, murah, tidak memerlukan follow-up, cepat memperoleh

    hasil, variabel bebas yang dipakai cukup banyak, dan dapat dipakai sebagai dasar

    untuk penelitian perikutnya yang lebih konklusif.

    3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilakukan kepada beberapa dokter pendamping dan dokter

    internsip di Puskesmas di kabupaten Jember, Banyuwangi, Bondowoso,

    Probolinggo, Pamekasan, dan Kediri pada bulan Juli-September 2013. Fakultas

    Kedokteran Universitas Jember dipilih sebagai tempat penelitian karena Fakultas

    Kedokteran Universitas Jember telah menerapkan program internsip dengan

    strategi pembelajaran KBK sejak tahun 2012.

    3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

    Populasi penelitian ini adalah dokter pendamping dan dokter internsip.

    Sampel dokter internsip yang dipilih adalah dokter internsip alumni Universitas

    Jember yang sudah atau sedang melaksanakan program internsip di Puskesmas

  • karena mereka telah mengetahui mekanisme pelaksanaannya sehingga diharapkan

    mereka akan memberikan persepsi yang sesuai dan akurat dengan keadaan yang

    ada, khususnya di Puskesmas. Sedangkan sampel dokter pendamping yang dipilih

    adalah supervisor dari setiap dokter internsip karena mereka lebih mengetahui

    kinerja dari masing-masing dokter internsip secara akurat.

    3.3.1 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

    Kriteria inklusi sampel penelitian yaitu sebagai berikut:

    a. Dokter internsip alumni Fakultas Kedokteran Universitas Jember yang sedang

    melaksanakan program internsip di Puskesmas.

    b. Dokter internsip alumni Fakultas Kedokteran Universitas Jember yang telah

    melaksanakan program internsip di Puskesmas.

    c. Dokter pendamping dari tiap dokter internsip di Puskesmas.

    d. Bersedia mengisi kuisioner yang telah disediakan sebagai tanda persetujuan

    menjadi sampel penelitian.

    Sedangkan, kriteria eksklusi sampel penelitian yaitu sebagai berikut:

    a. Dokter internsip alumni Fakultas Kedokteran Universitas Jember yang

    melaksanakan program internsip di Puskesmas kurang dari satu bulan.

    b. Dokter pendamping dari tiap dokter internsip di Rumah Sakit.

    c. Tidak mengisi kuesioner yang telah disediakan secara lengkap.

    d. Mengisi kuesioner yang telah disediakan dengan jawaban lebih dari satu.

    3.3.2 Teknik Pengambilan Sampel

    Pada penelitian ini, sampel dipilih dengan cara non probability sampling.

    Prinsip non probability sampling adalah setiap subyek dari populasi tidak

    mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai

    sampel. Non probability sampling biasanya lebih praktis dan mudah dilakukan

    daripada probability sampling. Selanjutnya, penelitian ini memakai tehnik

    pengambilan sampel consecutive sampling, yaitu jenis non probability sampling

    yang terbaik dan seringkali merupakan cara yang paling mudah di mana sampel

  • yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun

    waktu tertentu, sehingga jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi.

    3.4 Variabel Penelitian

    Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang

    mempengaruhi kinerja dokter internsip, antara lain penempatan internsip, persepsi

    tunjangan hidup, durasi internsip, pembekalan internsip, sistem birokrasi

    internsip, persepsi kurikulum Fakultas Kedokteran Universitas Jember,

    penerimaan internsip, kemampuan adaptasi, fasilitas, jumlah dan jenis penyakit,

    beban kerja, penerimaan masyarakat dan jajaran di wahana, hak cuti, persepsi

    pengetahuan medis, upaya kesehatan masyarakat, peran dokter pendamping,

    minat menjadi dokter di Puskesmas, kemampuan komunikasi, kedisiplinan,

    pilihan tindakan, jenis kelamin, prestasi belajar, taraf kecerdasan, dan waktu

    kelulusan. Sedangkan variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kinerja

    dokter internsip.

    3.5 Definisi Operasional

    1. Kinerja dokter internsip

    Kinerja adalah hasil yang dicapai oleh dokter internsip dalam melaksanakan

    beban kerja dalam memberikan pelayanan kesehatan yang dapat dinilai oleh

    dokter pendamping dengan alat ukur Instrumen Lembar Evaluasi Kinerja

    Dokter Internsip UKM. Interpretasinya yaitu:

    Baik, apabila > 50

    Buruk, apabila 50

    2. Dokter internsip

    Dokter internsip adalah dokter yang baru menyelesaikan pendidikan

    kedokteran berbasis kompetensi yang akan menjalankan praktik kedokteran

    dan atau akan menjalani program dokter spesialis sebagai peserta program

    internsip dokter.

    3. Puskesmas

  • Menurut Departemen Kesehatan, Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi

    fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang

    juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan

    kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah

    kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

    Sedangkan, definisi operasional variabel bebas dapat dilihat pada lampiran G.

    3.6 Teknik dan Alat Perolehan Data

    Penelitian dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang telah

    dimodifikasi dan diisi oleh sampel dengan dipandu oleh peneliti. Kuesioner

    adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yang berisi

    pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau

    sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi

    yang diperlukan oleh peneliti (Mardalis, 2008: 66).

    Alat yang digunakan untuk memperoleh data pada penelitian ini adalah

    kuisioner Health Profession Education Quality Project (HPEQ-Project) dan alat

    tulis. Kuesioner ini merupakan kuesioner standar yang dibuat oleh Rachmani

    (2013) dan telah dilakukan uji coba pada sampel terbatas.

    3.7 Teknik Penyajian dan Analisis Data

    Data dari analisis kuantitatif disajikan dalam bentuk grafik batang (bar

    graph). Grafik ini mempresentasikan proporsi kinerja dokter internsip di

    Puskesmas yang sangat baik, baik, buruk, dan sangat buruk. Tehnik penyajian

    data dilakukan dengan pengeditan (editing), pengkodean (coding), processing,

    dan pembersihan (cleaning). Untuk pemrosesan data, peneliti menggunakan

    program SPSS for Window 16.0.

    Data yang telah terkumpul dari kuisioner dianalisis menggunakan analisis

    bivariat. Analisis bivariat adalah analisa yang dilakukan untuk menjelaskan

    hipotesis hubungan variabel bebas dengan variabel terikat (Notoadmodjo, 2005).

    Analisis bivariat penelitian ini menggunakan uji statistik Chi-Square.

  • Syarat uji Chi-Square :

    1. Sudah dikategorikan

    2. Skala ukur ordinal atau nominal bentuk data kategorik

    3. Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan / nilai ekspektasi (nilai E

    kurang dari 1)

    4. Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan / nilai ekspektasi kurang

    dari 5, lebih 20% dari keseluruhan sel

    5. Jika syarat uji Chi-Square tidak terpenuhi, maka :

    a. Alternatif uji Chi-Square untuk tabel 2x2 adalah uji Fisher Exact

    b. Alternatif untuk tabel selain 2x2 adalah dengan penggabungan sel.

    Berdasarkan uji statistik dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha

    diterima bila didapatkan nilai p < 0,05 dan Ho diterima dan Ha ditolak bila

    didapatkan nilai p 0,05.

    Setelah dilakukan uji Chi-Square, data yang memenuhi syarat selanjutnya

    dilakukan analisis menggunakan analisis multivariat. Data dianggap memenuhi

    syarat apabila analisis bivariatnya memenuhi nilai p 0,25. Analisis ini bertujuan

    untuk melihat beberapa variabel (lebih dari satu) independen dengan satu atau

    beberapa variabel dependen (umumnya satu variabel dependen). Dalam analisa

    multivariat, akan diketahui variabel independen mana yang paling besar

    pengaruhnya terhadap variabel dependen (Hastono: 2007).

    Pada penelitian ini analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik.

    Regresi logistik adalah salah satu pendekatan model matematis yang digunakan

    untuk menganalisis hubungan satu atau beberapa variabel independen dengan

    sebuah variabel dependen kategori yang bersifat dikotom. Variabel kategori yang

    dikotom adalah variabel yang mempunyai dua nilai variasi. Pada regresi logistik,

    variabel dependen dihitung menggunakan proporsi.

    Menurut Hastono (2007), untuk penelitian yang bersifat cross sectional,

    interpretasi yang dapat dilakukan hanya menjelaskan nilai Rasio Odds pada

    masing-masing variabel. Oleh karena analisisnya multivariat, maka nilai Rasio

    Odds-nya sudah terkontrol oleh variabel lain yang ada pada model. Untuk melihat

    variabel mana yang paling besar pengaruhnya terhadap variabel dependen, dilihat

  • dari nilai Rasio Odds untuk variabel yang signifikan. Artinya, semakin besar nilai

    Rasio Odds, maka semakin besar pengaruhnya terhadap variabel dependen yang

    dianalisis.

    3.8 Alur Penelitian

    Gambar 3.1 Alur penelitian

    3.9 Kelayakan Etik

    Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologis yang menggunakan

    subyek penelitian manusia. Walaupun mungkin penelitian ini tidak akan

    merugikan atau membahayakan bagi subjek penelitian, namun dalam

    melaksanakan sebuah penelitian harus memegang prinsip dasar penelitian yang

    meliputi, a) menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human

    diginity), b) menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for

    privacy and confidentially), c) keadilan dan inklusivitas atau keterbukaan (respect

    for justice an inclusiveness), d) memperhitungkan manfaat dan kerugian yang

    ditimbulkan (balancing harms and benefits) (Notoatmodjo, 2012). Untuk

    Dokter Internsip Dokter pendamping

    Penyebaran kuesioner tentang

    Penilaian Kinerja Dokter Internsip

    Penyebaran kuesioner tentang

    persepsi Program Internsip

    Pengolahan data

    Analisis data

    Survey Persepsi Program Internsip dan Kinerja Dokter

    Internsip

    Dokter Internsip dan Dokter

    Pendamping

    Kesimpulan dan saran

  • mendapatkan surat keterangan kelayakan etik, penelitian ini akan diajukan kepada

    Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Jember.

  • BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Hasil

    Pada penelitian yang dilakukan dengan penyebaran kuesioner pada dokter

    internsip lulusan Universitas Jember angkatan 2006 dan angkatan 2007 yang

    sedang atau telah melewati fase internsip di Puskesmas, didapatkan bahwa jumlah

    populasi awal penelitian ini adalah 66 dokter internsip. Dari jumlah tersebut,

    dokter internsip yang mengisi kuesioner dengan lengkap berjumlah 54 orang.

    Selanjutnya, penelitian yang dilakukan dengan penyebaran kuesioner pada 6

    dokter pendamping di tiap Puskesmas untuk mengetahui seberapa baiknya kinerja

    dokter internsip dan didapatkan 53 penilaian terhadap dokter internsip. Setelah

    dilakukan penyaringan, dokter internsip yang sudah mengisi kuesioner yang

    kinerjanya sudah dinilai oleh dokter pendamping, didapatkan sampel akhir

    berjumlah 52 orang. Hasil ini selanjutnya digunakan untuk mencari faktor-faktor

    yang mempengaruhi kinerja dokter internsip. Diagram 4.1 di bawah ini

    menunjukkan skor kinerja dokter internsip lulusan Universitas Jember.

    Gambar 4.1 Diagram skor kinerja dokter internsip

    Diagram 4.1 menunjukkan bahwa dokter internsip lulusan Universitas

    Jember yang mempunyai kinerja baik 59,6%. Sedangkan, dokter internsip lulusan

    59,60%

    40,40%

    Persentase

    Kinerja baik

    Kinerja kurang baik

  • Universitas Jember yang mempunyai kinerja kurang baik berjumlah 40,4%.

    Sedangkan, tabel 4.1 di bawah ini menunjukkan sebaran karakteristik menurut

    kinerja dokter internsip.

    Tabel 4.1 Sebaran karakteristik menurut kinerja dokter internsip

    Variabel Kinerja dokter internsip Jumlah

    Kurang baik Baik

    n % n % n %

    Prestasi belajar

    Kurang baik

    Baik

    6

    40,0

    9

    60,0

    15

    100,0

    7 31,7 19 68,3 26 100,0

    Jenis kelamin

    Laki-laki

    Perempuan

    7

    35,0

    13

    65,0

    19

    100,0

    14 43,8 18 56,3 32 100,0

    Taraf kecerdasan

    Rata-rata

    Superior

    9

    27,3

    24

    72,7

    33

    100,0

    4 50,0 4 50,0 8 100,0

    Waktu kelulusan

    Terlambat

    Tepat waktu

    19

    76,0

    6

    24,0

    25

    100,0

    2 7,4 25 92,6 27 100,0

    Penempatan internsip

    Kurang adil

    Adil

    7

    53,8

    6

    46,2

    13

    100,0

    14 36,8 24 63,2 38 100,0

    Durasi internsip

    Kurang cukup

    Cukup

    1

    20,0

    4

    80,0

    5

    100,0

    20 42,6 27 57,4 47 100,0

    Persepsi tunjangan hidup

    Kurang cukup

    Cukup

    20

    47,6

    22

    52,4

    42

    100,0

    1 10,0 9 90,0 10 100,0

    Sistem birokrasi internsip

    Kurang mudah

    Mudah

    12

    50,0

    12

    50,0

    24

    100,0

    9 32,1 19 67,9 28 100,0

    Pembekalan internsip

    Kurang jelas

    Jelas

    5

    35,7

    9

    64,3

    14

    100,0

    16 42,1 22 57,9 38 100,0