faal

20
PRAKTIKUM III TES FUNGSI PENDENGARAN DENGAN GARPU TALA Tujuan Praktikum Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat : 1. Mendemonstrasikan cara untuk melakukan tes pendengaran yang benar. 2. Memahami hasil interprestasi dari hasil percobaaan dari tes pendengaran yang didapat. Alat-alat yang diperlukan: Garpu tala Teori Dasar a. Test Rinne Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan atara hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu telinga pasien. Ada 2 macam tes rinne, yaitu : i. Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya tegak lurus pada planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus). Setelah pasien tidak mendengar bunyinya, segera garpu tala kita pindahkan didepan meatus akustikus eksternus pasien. Tes Rinne positif jika pasien masih dapat mendengarnya. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien tidak dapat mendengarnya. ii. Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya secara tegak lurus pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan garputala didepan meatus akustikus eksternus. Kita menanyakan kepada pasien apakah bunyi garputala didepan meatus akustikus eksternus lebih keras dari pada dibelakang meatus skustikus eksternus (planum mastoid). Tes rinne positif jika pasien mendengar didepan maetus akustikus eksternus lebih keras. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien mendengar didepan meatus akustikus eksternus lebih lemah atau lebih keras dibelakang. Kesalahan pemeriksaan pada tes rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksa maupun pasien. Kesalahan dari pemeriksa misalnya meletakkan garputala tidak tegak lurus, tangkai garputala mengenai rambut pasien dan kaki garputala mengenai

description

tes

Transcript of faal

PRAKTIKUM IIITES FUNGSI PENDENGARAN DENGAN GARPU TALATujuan Praktikum Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat :1. Mendemonstrasikan cara untuk melakukan tes pendengaran yang benar.2. Memahami hasil interprestasi dari hasil percobaaan dari tes pendengaran yang didapat.Alat-alat yang diperlukan: Garpu tala

Teori Dasara. Test RinneTujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan atara hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu telinga pasien. Ada 2 macam tes rinne, yaitu :i. Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya tegak lurus pada planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus). Setelah pasien tidak mendengar bunyinya, segera garpu tala kita pindahkan didepan meatus akustikus eksternus pasien. Tes Rinne positif jika pasien masih dapat mendengarnya. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien tidak dapat mendengarnya.ii. Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya secara tegak lurus pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan garputala didepan meatus akustikus eksternus. Kita menanyakan kepada pasien apakah bunyi garputala didepan meatus akustikus eksternus lebih keras dari pada dibelakang meatus skustikus eksternus (planum mastoid). Tes rinne positif jika pasien mendengar didepan maetus akustikus eksternus lebih keras. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien mendengar didepan meatus akustikus eksternus lebih lemah atau lebih keras dibelakang.Kesalahan pemeriksaan pada tes rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksa maupun pasien. Kesalahan dari pemeriksa misalnya meletakkan garputala tidak tegak lurus, tangkai garputala mengenai rambut pasien dan kaki garputala mengenai aurikulum pasien. Juga bisa karena jaringan lemak planum mastoid pasien tebal.Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat memberikan isyarat bahwa ia sudah tidak mendengar bunyi garputala saat kita menempatkan garputala di planum mastoid pasien. Akibatnya getaran kedua kaki garputala sudah berhenti saat kita memindahkan garputala kedepan meatus akustukus eksternus.

Test WeberTujuan melakukan tes weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga pasien. Cara kita melakukan tes weber yaitu: membunyikan garputala 512 Hz lalu tangkainya kita letakkan tegak lurus pada garis horizontal. Menurut pasien, telinga mana yang mendengar atau mendengar lebih keras. Jika telinga pasien mendengar atau mendengar lebih keras 1 telinga maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua pasien sama-sama tidak mendengar atau sam-sama mendengaar maka berarti tidak ada lateralisasi.Getaran melalui tulang akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak, sehingga akan terdengar diseluruh bagian kepala. Pada keadaan ptologis pada MAE atau cavum timpani missal:otitis media purulenta pada telinga kanan. Juga adanya cairan atau pus di dalam cavum timpani ini akan bergetar, biala ada bunyi segala getaran akan didengarkan di sebelah kanan.

Test SwabachBertujuan untuk membandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara pemeriksa (normal) dengan probandus.Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah digetarkan pada puncak kepala probandus. Probandus akan mendengar suara garputala itu makin lama makin melemah dan akhirnya tidak mendengar suara garputala lagi. Pada saat garputala tidak mendengar suara garputala, maka penguji akan segera memindahkan garputala itu, ke puncak kepala orang yang diketahui normal ketajaman pendengarannya (pembanding). Bagi pembanding dua kemungkinan dapat terjadi : akan mendengar suara, atau tidak mendengar suara.Tabel 1. Membedakan Tuli konduktif dan Tuli Sensorineural pada Tes GarputalaWebberRinneSchwabach

MetodeMeletakkan garpu tala yang bergetar pada dahiMeletakkan garpu tala yang bergetar di prosesus mastoid hingga subjek tidak mendengar lalu di dipindahkan ke depan telingaKonduksi tulang pasien dibandingkan dengan pemeriksa (normal).

NormalMendengar sama pada kedua telinga.Mendengar vibrasi di udara setelah konduksi tulang selesai.Sama panjang antara pemeriksa dan pasien.

Tuli KonduktifSuara terdengar pada telinga sakit karena tidak adanya masking effect pada sisi yang sakit.Vibrasi di udara tidak terdengar setelah konduksi di tulang selesai.Konduksi tulang lebih baik dibandingkan normal (defek konduksi meniadakan masking effect).

Tuli SensorineuralSuara terdengar pada telinga normal.Vibrasi pada udara terdengar setelah konduksi tulang selesai, sepanjang tuli sarafnya parsial.Konduksi tulang lebih buruk dibandingkan normal.

Tata Kerja:1. Tes RinnePenala digetarkan dan tangkainya diletakkan di processus mastoideus, setelah tidak terdengar penala di pegang di depan telinga kira-kira 2,5 cm, bila masih terdengar disebut Rinne (+), bila tidak terdengar disebut Rinne (-).2. Tes WeberPenala digetarkan dantangkainya penala diletakkan di garis tengah kepala (di vertex, dahi, pangkal hidung, ditengah-tengah gigi seri atau di dagu).Apabila bunyi penala terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut Weber lateralisasi ke telinga tersebut. Bila tidak dapat dibedakan ke arah telinga mana bunyi terdengar lebih keras disebut Weber tidak ada lateralisasi.

3. Tes SchwabachPenala digetarkan dan tangkainya diletakkan di processus mastoideus, sampai tidak terdengar bunyi. Kemudian tangkai penala segera dipindahkan pada processus mastoideus telinga pemeriksa yang pndengarannya normal. Bila pemeriksa masih dapat mendengar disebut Schwabach memendek.Bila pemeriksa ridak dapat mendengar pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya, yaitu penala diletakkan di processus mastoideus pemeriksa terlebih dahulu. Bila pasien masih dapat mendengar disebut Schwabach memanjang dan bila pasien dan pemeriksa kira-kira sama-sama mendengarnya disebut Schwabach sama dengan pemeriksa.

Hasil Pemeriksaan1. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran dengan GarputalaTelinga KananTelinga Kiri

Tes Rinne++

Tes WeberTidak ada Lateralisasi

Tes SchwabachSesuai PemeriksaSesuai Pemeriksa

KesimpulanNormalNormal

Kesimpulan: Berdasarkan hasil percobaan, maka didapatkan interpretasi hasil normal. Hal ini menunjukan tidak adanya kelainan pendengaran pada kedua telinga o.p.

PENDENGARAN DAN KESEIMBANGAN1. PENDENGARANTujuan PraktikumPada akhir latihan ini, mahasiswa harus dapat:1. Mengukur ketajaman pendengaran dengan menggunakan audiometri (pemeriksaan audiometri).2. Membuatkesimpulan mengenai hearing loss dari hasil pemeriksaan audiometri sehingga dapat menetapkan apakah pendengaran orang percobaan dalam batas-batas normal atau tidak.Alat-alat yang diperlukan :1. Audiometermerek ADC. Lengkap dengan telepon telinga dan formulir.2. Penalaberfrekuensi 256:3. Kapasuntuk menyumbat telinga.

Teori DasarPemeriksaan audiometri Ketajaman pendengaran sering diukur dengan suatu audiometri. Alat ini menghasilkan nada-nada murni dengan frekuensi melalui aerophon. Pada sestiap frekuensi ditentukan intensitas ambang dan diplotkan pada sebuah grafik sebagai prsentasi dari pendengaran normal. Hal ini menghasilkan pengukuran obyektif derajat ketulian dan gambaran mengenai rentang nada yang paling terpengaruh.a. Definisi Audiometri berasal dari kata audir dan metrios yang berarti mendengar dan mengukur (uji pendengaran). Audiometri tidak saja dipergunakan untuk mengukur ketajaman pendengaran, tetapi juga dapat dipergunakan untuk menentukan lokalisasi kerusakan anatomis yang menimbulkan gangguan pendengaran.Pemeriksaan audiometri memerlukan audiometri ruang kedap suara, audiologis dan pasien yang kooperatif. Pemeriksaan standar yang dilakukan adalah :*Audiometri nada murniSuatu sistem uji pendengaran dengan menggunakan alat listrik yang dapat menghasilkan bunyi nada-nada murni dari berbagai frekuensi 250-500, 1000-2000, 4000-8000 dan dapat diatur intensitasnya dalam satuan (dB). Bunyi yang dihasilkan disalurkan melalui telepon kepala dan vibrator tulang ketelinga orang yang diperiksa pendengarannya. Masing-masing untuk menukur ketajaman pendengaran melalui hantaran udara dan hantran tulang pada tingkat intensitas nilai ambang, sehingga akan didapatkankurva hantaran tulang dan hantaran udara. Dengan membaca audiogram ini kita dapat mengtahui jenis dan derajat kurang pendengaran seseorang. Gambaran audiogram rata-rata sejumlah orang yang berpendengaran normal dan berusia sekitar 20-29 tahun merupakan nilai ambang baku pendengaran untuk nada murni.

Tabel berikut memperlihatkan klasifikasi kehilangan pendengaran

Kehilangan dalam (decibel)Klasifikasi

0-15Pendengaran normal

>15-25Kehilangan pendengaran kecil

>25-40Kehilangan pendengaran ringan

>40-55Kehilangan pendengaran sedang

>55-70Kehilangan pendenngaran sedang berat

>70-90Kehilangan pendengaran berat

>90Kehilangan pendengaran berat sekali

*Audiometri tuturAudiometri tutur adalah sistem uji pendengaran yang menggunakan kata-kata terpilih yang telah dibakukan, dituturkan melalui suatu alat yang telah dikaliberasi, untuk mengukur beberapa aspek kemampuan pendengaran. Kata-kata tersebut dapat dituturkan langsung oleh pemeriksa melalui mikropon yang dihubungkan dengan audiometri tutur, kemudian disalurkan melalui telepon kepala ke telinga yang diperiksa pendengarannya, atau kata-kata rekam lebih dahulu pada piringan hitam atau pita rekaman, kemudian baru diputar kembali dan disalurkan melalui audiometer tutur. Penderita diminta untuk menirukan dengan jelas setip kata yang didengar, dan apabila kata-kata yang didengar makin tidak jelas karena intensitasnya makin dilemahkan, pendengar diminta untuk menebaknya. Pemeriksa mencatatat presentase kata-kata yang ditirukan dengan benar dari tiap denah pada tiap intensitas. Dari audiogram tutur dapat diketahui dua dimensi kemampuan pendengaran yaitu :a) Kemampuan pendengaran dalam menangkap 50% dari sejumlah kata-kata yang dituturkan pada suatu intensitas minimal dengan benar, yang lazimnya disebut persepsi tutur atau NPT, dan dinyatakan dengan satuan de-sibel (dB).b) Kemamuan maksimal perndengaran untuk mendiskriminasikan tiap satuan bunyi (fonem) dalam kata-kata yang dituturkan yang dinyatakan dengan nilai diskriminasi tutur atau NDT. Pada dasarnya tuli mengakibatkan gangguan komunikasi, apabila seseorang masih memiliki sisa pendengaran diharapkan dengan bantuan alat bantu dengar (ABD/hearing AID) suara yang ada diamplifikasi, dikeraskan oleh ABD sehingga bisa terdengar. Prinsipnya semua tes pendengaran agar akurat hasilnya, tetap harus pada ruang kedap suara minimal sunyi. Karena kita memberikan tes paa frekuensi tertetu dengan intensitas lemah, kalau ada gangguan suara pasti akan mengganggu penilaian.

b. Manfaat audiometriUntuk kedokteran klinik (khususnya penyakit telinga), untuk kedokteran klinik (kehakiman,tuntutan ganti rugi), untuk kedokteran klinik pencegahan, deteksi ketulian pada anak-anak

Simbol AudiometerNormalCHL

SNHL

I. AUDIOMETERKeterangan teknis mengenai audiometer.P.VI. 4. 1 Apa guna audiometer dan bagaimana cara kerjanya?Audiometer adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengetahui level pendengaran seseorang. Dengan bantuan sebuah alat yang disebut dengan audiometer, maka derajat ketajaman pendengaran seseorang dapat dinilai. Tes audiometri diperlukan bagi seseorang yang merasa memiliki gangguan pendengeran atau seseorang yag akan bekerja pada suatu bidang yang memerlukan ketajaman pendengaran.Untukmendapatkan tingkat pendengaran dengan cara merekam respon dari pasien setelah memberikan pasien tersebut rangsangan auditory dengan berbagai intensitas level.

Pada bagian muka audiometer ADC terdapat berbagai tombol dan skala (lihat gambar) yang berungsi sebagai berikut :Tombol1 (T) : tombol utama (gunanya untuk menghidupkan atau mematikan ala1).Tombol2 (T2) : tombol frekuensi nadaDengan menggunakan T2 ini kita memilih frekuensi nada yang dapat dibangkitkan oleh ala1. Frekuensi tersebut dapat dibaca pada skala (82) yang dinyatakan dalam satuan hertz.

P-VIA. 2 Apa yang dimaksud dengan frekuensi hertz?Hertz merupakan satuan frekuensi yang menandakan banyakanya suatu gelombang dalam 1 detik.

Tombol 3 (T3) : tombol kekuatan nada.Dengan tombol ini kita dapat mengatur kekuatan nada, kekuatan nada dapat dibaca pada skala (5) yang dinyatakan dalam decibel.

P-VI.3 Apa yang dimaksud dengan satuan decibel?Desibel (dB) adalah satuan untuk mengukur intensitas suara. Satu desibel ekuvalen dengan sepersepuluh Bel. Huruf "B" pada dB ditulis dengan huruf besar karena merupakan bagian dari nama penemunya, yaitu Bell.Desibel juga merupakan sebuah unit logaritmis untuk mendeskripsikan suatu rasio. Rasio tersebut dapat berupa daya (power), tekanan suara (sound pressure), tegangan atau voltasi (voltage), intensitas (intencity), atau hal-hal lainnya. Terkadang. dB juga dapat dihubungkan dengan Phon dan Sone (satuan yang berhubungan dengan kekerasan suara).

Tombol4 (T4) : tombol pemilih telepon telinga bila tombol ini menunjukan ke B, berarti nada yang dihantarkan ketelepon berwarnahitam (black). Bila tombol menunjukan ke G yang bekerja hanya telepon kalbu (Grey).Tombol 5 (T5) : tombol penghubung nada. Dengan memutar tombol ini kekiri, nada akan terdengar ditelepon bila tombol dilepas, nada tidak terdengar lagi.

P-VIA. Apa yang dimaksud pemutusan nada pada pemeriksaan?maksud pemutusan nada pada pemeriksaan adalah melepas tombol sehingga nada tidak terdengar lagi untuk menguji apakah o.p benar-benar mendengar atau hanya pura-pura mendengar.

Tata Kerja1. Pemeriksaan menyiapkan alat sebagai berikut:a. putar tombol utama (T1) pada Off.b. putar tombol frekuensi nada (T2) pada 125.c. putar tombol kekuatan nada (T3) pada -10dp.P-VIA. 5 Apa arti fisikologis intensitas 0 dp pada alat ?0 db sama dengan tingkat tekanan yang mengakibatkan gerakan molekul udara dalam keadaan udara diam, yang hanya dapat terdeteksi dengan menggunakan instrumen fisika, dan tidak akan terdengar oleh telinga manusia. Oleh karena itu, di dalam audiologi ditetapkan tingkat 0 yang berbeda, yang disebut 0 dB klinis atau 0 audiometrik. Nol inilah yang tertera dalam audiogram, yang merupakan grafik tingkat ketunarunguan. Nol audiometrik adalah tingkat intensitas bunyi terendah yang dapat terdeteksi oleh telinga orang rata-rata dengan telinga yang sehat pada frekuensi 1000 Hz.

2. Hubungan audiometer dengan sumbu listrik (125V) dan putar T1 ke ON, 51 dan 52 akan menyala, bila tidak demikian halnya laporkan pada supervisior.3. Suruhlah orang percobaan duduk membelakangi audiometer dan pasanglah telepon pada telinganya sehingga telepon Black ditelinga kiri.4. Berikan petunjuk pada orang percobaan untuk mengacungkan tangannya ke atas pada saat mulai dan selama ia mendengar nada melalui salah satu telepon, dan menurunkan tangannya pada saat nada mulai tidak terdengar lagi.5. Tunggulah 2 menit lagi untuk memanaskan alat.6. Putarlah T5 ke kiri dan pertahankanlah selama pemeriksaan.7. Putarlah tombol kekuatan T3 perlahan-lahan searah dengan jarum jam sampai orang percobaan mengacungkan tangannya keatas.8. Teruskanlah memutarkan tombol tersebut sebesar 10 db dan kemudian putarlah tombol T3 tersebut perlahan-lahan berlawanan dengan jarum jam sampai orang percobaan menurunkan tangannya. Catatlah angka db pada saat itu.9. Ulangilah tindakan 7 dan 8 dua kali lagi dan ambillah angka terkecil sebagai hearing loss orang percobaan pada frequency 125 Hz.10. Selama percobaan ini lepaskanlah sekali-kali T5 pada waktu orang percobaan mengacungkan tangannya untuk menguji apakah orang percobaan benar-benar mendengar nada atau hanya pura-pura mendengar.11. Ukurlah, hearing loss untuk telinga yang sama dengan cara yang sama pula pada requency 250,500,1000,2000,4000,8000,12000 Hz dan catatlah data hasil pengukuran pada formulir yang telah disediakan.12. Ulangi seluruh pengukuran ini untuk telinga yang lain.13. Buatlah audiogram orang percobaan pada formulir yang telah disediakan dengan data yang diperoleh pada pengukuran

Hasil Percobaan dan PembahasanOP. Denny Susanto

Dari skema di atas dapat disimpulkan bahwa o.p memiliki kemampuan pendengaran telinga kanan dalam batas normal yang tercatat dalam bentuk angka terkecil (ambang) suara yang masih dapat didengar dalam setiap frekuensi suara yang berbeda. Karena hasil dari pengukuran percobaan dengan alat audiometri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah: faktor alat (kondisi dan kualitas baik atau tidak), faktor ruangan yang tidak kedap suara, faktor kemampuan konsentrasi/memusatkan pikiran o.p (sebaiknya konsentrasi o.p tidak terganggu dengan kondisi suara sekitar dan fokus pada pemeriksaan), dan faktor hantaran (udara dan tulang).

Kesimpulan Berdasarkan hasil pemeriksaan menggunakan audiogram o.p dinyatakan normal. Semakin tinggi frekuensi suara maka intensitas yang dapat didengar semakin rendah.

SIKAP DAN KESEIMBANGAN BADANTujuan PraktikumPada akhir latihan ini, mahasiswa harus dapat:1. Mengemukakan berbagai reaksi perubahan sikap badan katak oleh perangsangan kanalis semisirkularis dan reaksi menegakkan badan setelah ekstirpasi labirin.2. Menyebutkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi reaksi perubahan sikap diatas.3. Mendemonstrasikan kepentingan kedudukan kepala dan mata dalam mempertahankankeseimbangan badan manusia.4. Mendemonstrasikan dan menerangkan pengaruh percepatan sudut :a. Dengan kursi Barany terhadap- Gerakan bola mata- Tes penyimpangan penunjukan- Tes jatuh- Kesan (sensai)b. Dengan berjalan mengelilingi statifAlat dan binatang percobaan yang diperlukan :1. Katak2. Papan fiksasi katak + gelas beker3. Ether + kapas + jarum pentul4. Skapel + gunting halus + pinset halus + bor halus5. Kursi putar barany6. Tongkat atau statif yang panjang.7. Bak berisi air.

Teori DasarAparatus vestibular merupakan organ yang berperan dalam keseimbangan. Jaringan tulangmenutupi saluran-saluran bermembran. Saluran tersebut terdiri dari duktus koklearis, tiga kanalis semisirkularis, utrikulus dan sakulus. Akan tetapi, duktus koklearis (skala media) lebih berperandalam pendengaran dibanding keseimbangan. Di dalam sakulus dan utrikulus, terdapat suatu area sensorik yang kecil (diameter sekitar 2 mm) yang disebut sebagai makula.Makula terdiri dari sel-sel rambut yang sisi basolateralnya bersinaps dengan nervus vestibularis. Sedangkan silianya tertanam di lapisan gelatinosa. Pada lapisan gelatinosa ini juga terdapat kristal kalsium karbonat yang disebut statokonia/otolith. Otolith mempunyai berat jenissebesar 2-3 kali lipat disbanding jaringan/cairan disekitarnya. Berat jenis yang besar ini berperan untuk menarik silia ke arah gravitasi. Pada setiap sel rambut, terdapat 50-70 silia kecil (stereosilia) dan satu silia besar (kinosilium). Kinosilium terletak di tepi permukaan apikal selrambut, dan kinosilium yang terletak di sebelahnya berukuran semakin kecil. Cara kerja selrambut di aparatus vestibular sama dengan sel rambut di organ Corti.Di dekat utrikulus, terdapat tiga kanalis semisirkularis: anterior, posterior, dan lateral. Padasatu ujung setiap kanalis semisirkularis terdapat pembesaran yang disebut ampula. Didalam ampula ini terdapat suatu hubungan yang disebut krista ampularis. Ketika kepala seseorang bergerak, inersia cairan endolimfe yang terdapat dalam kanalis semisirkularis menyebabkan cairan cenderung diam, sedangkan kanalis semisirkularis ikut bergerak bersama kepala. Hal ini menyebabkan cairan bergerak dari saluran ke ampula, yang akhirnya mendorong kupula kesatu arah. Dalam kupula terdapat ratusan silia yang dapat terstimulasi jika membengkok (seperti sel rambut di organ Corti). Kinosilia pada kupula mengarah ke satu arah, berbeda dengan sel rambut pada makula. Jika kupula terdorong ke satu arah, maka sel rambut terdepolarisasi.

Tata KerjaI. Percobaan pada katak

1.Meletakkan seekor katak dipapan fiksasi dan menutup dengan gelas beker.2.Memegang papan fiksasi dan gelas beker itu dengan kedua belah tangan dan menggerakkan keatas, kebawah dan memutar kekanan dan ke kiri.3.Memperhatikan dengan seksama perubahan-perubahan sikap pada katak:a.Posisi kepalab.Fleksi/ekstensi ekstermitas4.Membuka gelas beker dan memalingkan kepala katak kanan, memperhatikan sikap dan kedudukan kakinya.P.VI.4.6 Apa maksud kita memalingkan kepala katak ?Memberikan rangsangan untuk mengecek kesadaran katak serta melihat sikap dan kedudukan kaki yang normal bila kepala katak dimiringkan ke kanan.5.Memasukkan katak itu kedalam bak yang berisi air dan memperhatikan gerakan kaki dan arah berenangnya.6.Membuang labirin kanan katak itu dengan cara sebagai berikut :a. Membius katak dengan cara memasukkan bersama-sama dengan kapas yang telah dibasahi dengan eter ke dalam gelas beker yang ditelungkupkan.b. Setelah katak itu terbius, meletakkan katak telentang dipapan fiksasi dan sematkan jarum- jarum pentul pada kakinya.P.VIA.7. Bagaimana kita mengetahui bahwa katak sudah terbius ?Dengan memberikan ranganagan berupa sentuhan apabila katak sudah tidak bergerak menandakan katak sudah terbius.c. Fiksasi rahang atas katak dengan jarum pentul pada papan fiksasi dan membuka mulutselebar-lebarnya.d. Mengunting selaput lendir rahang atas di garis median dengan guting halus sesuai dengangaris y pada gambar.e. Membebaskan selaput lender itu dari jaringan dibawahnya dan mendorong kea rahlateral. Mencegah perdarahan sedapat-dapatnya.f. Memperhatikan dasar tengkorak katak terutama os. Parabasalenya yang membayang (= pada gambar).g. Merusak labirin kanan dengan jalan member os parabasale di tempat yang diberikan tanda X secara hati-hatu sedalam 1-2 mm (sampai terasa bahwa bor telah menembus tulang yang keras)h. Membersihkan daerah operasi dengan kapas dan mengembalikan selaput lender ketempat semula dengan demikian alat keseimbangan kanan telah dibuang.7.Setelah efek pembiusan pada katak menghilang, mengulangi tindakan no. 1 s/d no. 5.8. Membuang sekarang labirin kiri dengan cara yang sama seperti sub. 6 dengan demikian kedua alat keseimbangan telah dibuang.9. Menggulangi sekarang tindakan no. 1 s/d no. 510.Mencatat hasil pengamatan pada formulir yang tersedia.

Hasil Percobaan dan Pembahasan1.KeteranganNormalSetelah digoyangSetelah dipalingkan

KepalaTegakTurunMiring

EkstremitasFlexiSedikit ekstensi dan flexiEkstensi

2. Setelah digoyangkan dan dipalingkan untuk melihat posisi berenang : Posisi katak miring ke kanan dengan kaki ekstensi3. Setelah labirin kanan di buangKeteranganDigoyangkanDipalingkan

KepalaTurunMiring ke kanan

EkstremitasEkstensiEkstensi

Setelah labirin kanan katak di buang, katak digoyangkan dan dipalingkan kembali setelah itu dilepas ke air : Posisi katak miring ke kanan dengan bagian kiri katak lebih aktif bergerak.

Dalam percobaan diatas dapat dilihat bahwa visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty & Martin (1969) menyatakan bahwa keseimbangan akan terus berkembang sesuai umur, mata akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama melakukan gerak statik atau dinamik. Penglihatan juga merupakan sumber utama informasi tentang lingkungan dan tempat kita berada, penglihatan memegang peran penting untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai lingkungan tempat kita berada. Penglihatan muncul ketika mata menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak pandang. Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksiterhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja otot yangsinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh.

KesimpulanProses pengelihatan dapat mempengaruhi keseimbangan. II. Percobaan pada manusia

Teori Dasar

2.Percobaan Keseimbangan dengan kursi Baranya. Nistagmus: arah nistagmus ke sebelah kiri karena outaran kursi kearah kanan.b. Pada saat O.P diberhentikan, tangan kanan O.P memukul ke arah kiri.c. Kesan sensasi :a) Sewaktu kecepatan putar bertambah: O.P merasa diputar ke arah kanan, dengan kecepatan bertambahb) Sewaktu kecepatan putar menetap: O.P merasa kecepatan sama c) Sewaktu kecepatan putar dikurangi: O.P merasa diputar ke arah berlawanan (kiri) dan kecepatan bertambah d) Sewaktu kursi diberhentikan: O.P merasa ingin jatuh karena masih merasa berputard. Tes Kanalis Semisirkularis HorisontalisHasil : O.P berjalan berlawanan dengan arah jarum jam yaitu ke kiri

SensorikHasil Praktikum dan PembahasanOP. Fajri Rozi

I. Tangan Kiri suhu (20Oc) dingin ke tinggi (30Oc) terasa hangatII. Tangan Kanan suhu (40Oc) dingin ke rendah (30Oc) terasa dinginIII. Tangan Kiri dioleskan alkohol ketika ditiup lebih dingin dibandingkan dengan tangan kanan yang tidak dioleskan alkohol.

Hasil PraktikumOP. Nurul UlaLepasan 1 = 0.13 detik Lepasan 2 = 0.17 detik Lepasan 3 = 0.15 detik Lepasan 4 = 0.18 detik Lepasan 5 = 0.17 detik Rata-rata yang di peroleh = 0,13+0,17+0,15+0,18+0,17 = 0,16

5