faal haid

12
Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium dan siklus haid tidak kurang dari 24 hari tapi tidak melebihi 35 hari dengan lama haid 3-7 hari dengan jumlah darah selama haid tidak melebihi 80 ml, ganti pembalut 2-6 kali pada umumnya. Dalam fase ovulasi, yang memegang peranan penting adalah hubungan hipotalamus, hipofisis, dan ovarium (hypothalamic- pituitary-ovarium axis). Hipotalamus mengawasi sekresi hormon gonadotropin oleh adenohipofisis melalui sekresi neurohormon yang disalurkan ke sel-sel adenohipofisis lewat sirkulasi portal yang khusus. Hipotalamus menghasilkan faktor yang telah dapat diisolasi dan disebut Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) karena dapat merangsang pelepasan Lutenizing Hormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dari hipofisis anterior. Tidak lama setelah haid mulai, pada fase folikular dini, beberapa folikel berkembang oleh pengaruh FSH yang meningkat. Meningkatnya FSH ini disebabkan oleh regresi korpus luteum, sehingga hormon steroid berkurang. Dengan berkembangnya folikel, produksi estrogen meningkat, dan ini menekan produksi FSH; folikel yang akan berovulasi

Transcript of faal haid

Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium dan siklus haid tidak kurang dari 24 hari tapi tidak melebihi 35 hari dengan lama haid 3-7 hari dengan jumlah darah selama haid tidak melebihi 80 ml, ganti pembalut 2-6 kali pada umumnya.

Dalam fase ovulasi, yang memegang peranan penting adalah hubungan hipotalamus, hipofisis, dan ovarium (hypothalamic-pituitary-ovarium axis). Hipotalamus mengawasi sekresi hormon gonadotropin oleh adenohipofisis melalui sekresi neurohormon yang disalurkan ke sel-sel adenohipofisis lewat sirkulasi portal yang khusus. Hipotalamus menghasilkan faktor yang telah dapat diisolasi dan disebut Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) karena dapat merangsang pelepasan Lutenizing Hormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dari hipofisis anterior.

Tidak lama setelah haid mulai, pada fase folikular dini, beberapa folikel berkembang oleh pengaruh FSH yang meningkat. Meningkatnya FSH ini disebabkan oleh regresi korpus luteum, sehingga hormon steroid berkurang. Dengan berkembangnya folikel, produksi estrogen meningkat, dan ini menekan produksi FSH; folikel yang akan berovulasi melindungi dirinya sendiri terhadap atresia, sedangkan folikel-folikel lain mengalami atresia. Pada waktu ini LH juga meningkat, namun peranannya pada tingkat ini hanya membantu pembuatan estrogen dalam folikel. Perkembangan folikel yang cepat pada fase folikel akhir ketika FSH mulai menurun, menunjukkan bahwa folikel yang telah masak itu bertambah peka terhadap FSH. Perkembangan folikel berakhir setelah kadar estrogen dalam plasma jelas meninggi. Estrogen pada mulanya meninggi secara berangsur-angsur, kemudian dengan cepat mencapai puncaknya. Ini memberikan umpan balik positif terhadap pusat siklik, dan dengan lonjakan LH (LH-surge) pada pertengahan siklus, mengakibatkan terjadinya ovulasi. LH yang meninggi itu menetap kira-kira 24 jam dan menurun pada fase luteal. Mekanisme turunnya LH tersebut belum jelas. Dalam beberapa jam setelah LH meningkat, estrogen menurun dan mungkin inilah yang menyebabkan LH itu menurun. Menurunnya estrogen mungkin disebabkan oleh perubahan morfologik pada folikel. Mungkin pula menurunnya LH itu disebabkan oleh umpan balik negatif yang pendek dari LH terhadap hipotalamus. Lonjakan LH yang cukup saja tidak menjamin terjadinya ovulasi; folikel hendaknya pada tingkat yang matang, agar ia dapat dirangsang untuk berovulasi. Pecahnya folikel terjadi 16 24 jam setelah lonjakan LH. Pada manusia biasanya hanya satu folikel yang matang. Mekanisme terjadinya ovulasi bukan karena meningkatnya tekanan dalam folikel, tetapi oleh perubahan-perubahan degeneratif kolagen pada dinding folikel, sehingga ia menjadi tipis. Mungkin juga prostaglandin F2 memegang peranan dalam peristiwa itu.

Pada fase luteal, setelah ovulasi, sel-sel granulose membesar, membentuk vakuola dan bertumpuk pigmen kuning (lutein); folikel menjadi korpus luteum. Vaskularisasi dalam lapisan granulosa juga bertambah dan mencapai puncaknya pada 89 hari setelah ovulasi.4 Luteinized granulose cell dalam korpus luteum itu membuat progesteron banyak, dan luteinized theca cell membuat pula estrogen yang banyak, sehingga kedua hormon itu meningkat tinggi pada fase luteal. Mulai 1012 hari setelah ovulasi, korpus luteum mengalami regresi berangsur-angsur disertai dengan berkurangnya kapiler-kapiler dan diikuti oleh menurunnya sekresi progesteron dan estrogen. Masa hidup korpus luteum pada manusia tidak bergantung pada hormon gonadotropin, dan sekali terbentuk ia berfungsi sendiri (autonom). Namun, akhir-akhir ini diketahui untuk berfungsinya korpus luteum, diperlukan sedikit LH terus-menerus. Steroidegenesis pada ovarium tidak mungkin tanpa LH. Mekanisme degenerasi korpus luteum jika tidak terjadi kehamilan belum diketahui. Empat belas hari sesudah ovulasi, terjadi haid. Pada siklus haid normal umumnya terjadi variasi dalam panjangnya siklus disebabkan oleh variasi dalam fase folikular.

Pada kehamilan, hidupnya korpus luteum diperpanjang oleh adanya rangsangan dari Human Chorionic Gonadothropin (HCG), yang dibuat oleh sinsisiotrofoblas. Rangsangan ini dimulai pada puncak perkembangan korpus luteum (8 hari pasca ovulasi), waktu yang tepat untuk mencegah terjadinya regresi luteal. HCG memelihara steroidogenesis pada korpus luteum hingga 910 minggu kehamilan. Kemudian, fungsi itu diambil alih oleh plasenta.4 Dari uraian di atas jelaslah bahwa kunci siklus haid tergantung dari perubahan-perubahan kadar estrogen, pada permulaan siklus haid meningkatnya FSH disebabkan oleh menurunnya estrogen pada fase luteal sebelumnya. Berhasilnya perkembangan folikel tanpa terjadinya atresia tergantung pada cukupnya produksi estrogen oleh folikel yang berkembang. Ovulasi terjadi oleh cepatnya estrogen meningkat pada pertengahan siklus yang menyebabkan lonjakan LH. Hidupnya korpus luteum tergantung pula pada kadar minimum LH yang terus-menerus. Jadi, hubungan antara folikel dan hipotalamus bergantung pada fungsi estrogen, yang menyampaikan pesan-pesan berupa umpan balik positif atau negatif. Segala keadaan yang menghambat produksi estrogen dengan sendirinya akan mempengaruhi siklus reproduksi yang normal.

Panjang siklus yang biasa pada manusia ialah 25-32 hari, dan kira-kira 97 persen wanita yang berovulasi siklus haidnya berkisar antara 18-24 hari. Lama haid biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah yang sedikit-sedikit kemudian, dan ada yang sampai 7-8 hari. Pada setiap wanita biasanya haid itu tetap. Jumlah darah yang keluar sekitar 16 centimeter cubic, pada wanita yang lebih tua biasanya darah yang keluar lebih banyak. Jumlah darah haid lebih dari 80 centimeter cubic dianggap patologik. Usia gadis remaja pada waktu pertama kali mendapatkan haid (menarche) bervariasi lebar, yaitu antara 10-16 tahun, tetapi rata-ratanya 12,5 tahun. Pada tiap siklus dikenal tiga masa utama, antara lain :1. Masa haid (selama 2 sampai 8 hari)Endometrium dilepas, pengeluaran hormon-hormon ovarium paling rendah.2. Masa proliferasi (sampai hari ke 14)Endometrium tumbuh kembali, disebut juga endometrium mengadakan proliferasi. Antara hari ke 12 dan ke 14 dapat terjadi pelepasan ovum dari ovarium yang disebut ovulasi.3. Masa sekresi Korpus rubrum menjadi korpus luteum yang mengeluarkan progesteron. Di bawah pengaruh progesteron ini, kelenjar endometrium yang tumbuh berkeluk-keluk mulai bersekresi dan mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak, persiapan proses nidasi. Endometrium adalah lapisan dalam rahim yang terbentuk selama siklus normal dan kemudian dilepaskan selama periode menstruasi. Siklus normal berlangsung kira-kira 28 hari, dan ovulasi terjadi kira-kira hari ke 14 atau 15. terdapat dua hormon utama yang terlibat dalam siklus menstruasi wanita, yaitu estrogen dan progesteron. Siklus normal dikendalikan oleh kedua hormon itu, yang dihasilkan dalam jumlah bervariasi selama 28 hari. Estrogen menyebabkan endometrium tumbuh dan menebal, dimulai pada sekitar hari kelima siklus haid dengan hari pertama adalah hari pertama keluarnya darah menstruasi. Ovulasi terjadi pada kira-kira hari ke 14, setelah ovulasi progesteron mulai meningkat, dan bersama dengan estrogen menyebabkan penebalan endometrium lebih lanjut untuk memepersiapkan kemungkinan implantasi sel telur yang terbuahi. Jika sel telur tidak dibuahi, ia akan masuk ke rahim dan akhirnya dikeluarkan bersama darah menstruasi. Kadar estrogen dan progesteron menurun, yang tidak menyebabkan penebalan endometrium, dan endometrium dilepaskan pada sekitar hari ke 28 sementara siklus menstruasi normal dimulai. Dua hormon utama yang dihasilkan di otak mempengaruhi fungsi ovarium. follicle stimulating hormone (FSH) akibat rangsangan dari hipofisis oleh hipothalamus merangsang perkembangan folikel di ovarium yang menjadi tempat perkembangan sel telur. Luteinizing hormone menstimulasi ovarium untuk melepaskan sel telur, sehingga terjadilah ovulasi.

Mekanisme haid:1. Pada tiap siklus haid, FSH (follicle stimulating hormone) dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis menyebabkan beberapa folikel primer dapat berkembang di ovarium. Umumnya satu folikel, kadang-kadang juga dari satu berkembang menjadi folikel de Graff yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga lobus anterior hipofisis dapat mengeluarkan hormon gonadotropin yang ke dua yakni LH (luteinizing hormone). Produksi kedua homone gonadotropin (FSH dan LH) adalah dibawah pengaruh releasing hormone (RH) yang disalurkan dari hipothalamus ke hipofisis. Penyaluran RH ini sangat dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipothalamus dan dapat dipengaruhi oleh pengaruh dari luar termasuk hal-hal psikologik.2. Bila penyaluran RH normal, maka gonadotropin-gonadotropin akan baik pula sehingga folikel de Graff semakin menjadi matang dan makin banyak berisi likuor follikuli yang mengandung estrogen. Estrogen menyebabkan endometrium tumbuh dan berproliferasi. Di bawah pengaruh LH folikel de Graff menjadi lebih matang, mendekati permukaan ovarium kemudian terjadilah ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum kemudian menjadi korpus luteum. Korpus luteum menghasilkan hormon progesteron. Progesteron mempunyai pengaruh terhadap endometrium yang telah berproliferasi dan menyebabkan kelenjar-kelenjarnya berkeluk-keluk dan bersekresi (masa sekresi).3. Bila tidak ada pembuahan, korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan kadar estrogen dan progesteron menurun. Menurunnya kadar estrogen dan progesteron menimbulkan efek pada arteri yang berkeluk-keluk di endometrium. Tampak dilatasi dan statis dengan hiperemia yang di ikuti spasme. Sesudah itu terjadi perdarahan dan pelepasan endometrium. Proses ini disebut haid atau mensis. Bilamana ada pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum dipertahankan dan berkembang menjadi korpus luteum graviditatis.

Samsulhadi. 2014. Haid dan Siklusnya dalam Ilmu Kandungan. Edisi ketiga Cetakan kedua. Jakarta : P.T Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Halaman 73-90.