f05112001 Iin Ekawati Jurnal Ekowan

9
Ekologi Hewan 2015 1 Keanekaragaman Mamalia di Desa Nipah Panjang Kecamatan Batu Ampar Kalimantan Barat IIN EKAWATI Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP, UNIVERSITAS TANJUNGPURA ABSTRACT Primata merupakan salah satu satwaliar yang mengalami gangguan akibat aktivitas manusia seperti perburuan, perusakan habitat, dan pencemaran lingkungan. Setiap jenis mamalia rnemiliki daerah penyebaran tertentu berdasarkan kondisi geografis dan ekologis. Penyebarn jenis mamalia berdasarkan faktor ekologi dapat diketahui melalui komposisi vegetasi suatu tipe habitat. Selain itu, penyebaran jenis mamalia juga dapat dibedakan berdasarkan ketinggian tempat. Dengan permasalahan penelitian yaitu bagaimana struktur kenakearagaman Mamalia di Desa Nipah Panjang Kecamatan Batu Ampar Kalimantan Barat. Pada penelitian ini, erdapat 5 spesies yang berbeda dari ke-2 jenis familiy yang ditemukan pada Hutan Nipah ini. Diamana ke-5 spesies tersebut diantaranya spesies Macaca fascicularis (Kera Ekor Panjang), Hylobates muelleri atau Owa Kalimantan, spesies Nasalis larvatus atau bekantan, Trachypithecus auratus (lutung abu-abu) dan spesies Presbytis rubicunda atau spesies lutung merah. Diketahui bahwa rata-rata organisme yang teramati termasuk kedalam status perlindungan terancam punah. Kata kunci : Mamalia, Primata, status perlindungan, Bekantan

description

sopan hadi

Transcript of f05112001 Iin Ekawati Jurnal Ekowan

Page 1: f05112001 Iin Ekawati Jurnal Ekowan

Ekologi Hewan 2015

1

Keanekaragaman Mamalia di Desa Nipah Panjang Kecamatan Batu

Ampar Kalimantan Barat

IIN EKAWATI

Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP, UNIVERSITAS TANJUNGPURA

ABSTRACT

Primata merupakan salah satu satwaliar yang mengalami gangguan akibat aktivitas manusia

seperti perburuan, perusakan habitat, dan pencemaran lingkungan. Setiap jenis mamalia

rnemiliki daerah penyebaran tertentu berdasarkan kondisi geografis dan ekologis.

Penyebarn jenis mamalia berdasarkan faktor ekologi dapat diketahui melalui komposisi

vegetasi suatu tipe habitat. Selain itu, penyebaran jenis mamalia juga dapat dibedakan

berdasarkan ketinggian tempat. Dengan permasalahan penelitian yaitu bagaimana struktur

kenakearagaman Mamalia di Desa Nipah Panjang Kecamatan Batu Ampar Kalimantan

Barat. Pada penelitian ini, erdapat 5 spesies yang berbeda dari ke-2 jenis familiy yang

ditemukan pada Hutan Nipah ini. Diamana ke-5 spesies tersebut diantaranya spesies

Macaca fascicularis (Kera Ekor Panjang), Hylobates muelleri atau Owa Kalimantan, spesies

Nasalis larvatus atau bekantan, Trachypithecus auratus (lutung abu-abu) dan spesies

Presbytis rubicunda atau spesies lutung merah. Diketahui bahwa rata-rata organisme yang

teramati termasuk kedalam status perlindungan terancam punah.

Kata kunci : Mamalia, Primata, status perlindungan, Bekantan

Page 2: f05112001 Iin Ekawati Jurnal Ekowan

Ekologi Hewan 2015

2

PENDAHULUAN

Istilah Ekologi, berasal dari bahasa

Yunani, yaitu : Oikos artinya Tempat

Tinggal (rumah) dan Logos artinya Ilmu.

Oleh karena itu Ekologi adalah ilmu yang

mempelajari hubungan timbal balik antara

mahluk hidup dengan sesamanya dan

dengan lingkungnya. Ekologi adalah suatu

studi tentang struktur dan fungsi ekosistem

atau alam dan manusia sebagai bagiannya.

Struktur ekosistem menunjukkan suatu

keadaan dari sistem ekologi pada waktu

dan tempat tertentu termasuk keadaan

densitas organisme, biomassa, penyebaran

materi (unsur hara), energi, serta faktor-

faktor fisik dan kimia lainnya yang

menciptakan keadaan sistem tersebut

(Odum, 1993).

Berdasarkan klasifikasi curah

hujan, wilayah Kecamatan Batu Ampar

termasuk ke dalam tipe iklim A dengan

curah hujan rata-rata 3,887 mm/tahun.

Musim kemarau berlangsung antara Maret

– Juli, sedangkan musim penghujan antara

Agustus–Februari. Pada musim kemarau

curah hujan rata-rata sekitar 126

mm/bulan, sedangkan pada musim

penghujan mencapai 465 mm/bulan.

Wilayah Kecamatan Batu Ampar

merupakan bagian hilir DAS Kapuas

(Priyono, Agus, 2008).

Primata merupakan salah satu

satwaliar yang mengalami gangguan akibat

aktivitas manusia seperti perburuan,

perusakan habitat, dan pencemaran

lingkungan. Lutung merupakan salah satu

primata yang ada di Indonesia dan telah

banyak dimanfaatkan untuk

pengembangan ilmu pengetahuan, riset

dan teknologi dan juga komoditi ekspor.

Lutung (silvered langur) adalah golongan

monyet dari famili Cercopithecidae yang

hidup secara arboreal, pakan utamanya

daun dan sebagai pakan tambahan adalah

bunga dan buah (Ginawan, 2007).

Mamalia merupakan salah satu

kelas vertebrata yang memiliki hubungan

dengan kondisi lingkungannya. Salah satu

sifat dari mamalia adalah memiliki sifat

homoitherm, yaitu suhu tubuhnya dapat

diatur menyesuaikan dengan suhu

lingkungan. mamalia dapat tinggal pada

lingkungan yang ekstrim berdasarkan

ketinggian tempat serta pada kondisi hujan

ataupun bersalju. Selanjutnya dikatakan

lagi, bahwa setiap jenis makhluk hidup

membutuhkan makanan untuk dapat

bertahan hidup dalam komunitasnya.

Mamalia membutuhkan energi dan nutrisi

untuk dapat tumbuh, beraktivitas dan

berkembang biak agar tetap bertahan hidup

(Subagyo, Agus, 2008).

Mamalia memiliki peranan yang

penting dalam kelestarian ekosistem hutan.

Page 3: f05112001 Iin Ekawati Jurnal Ekowan

Ekologi Hewan 2015

3

Gunawan (2007) menjelaskan peranan

mamalia, antara lain sebagai penyubur

tanah, penyerbuk bunga, pemencar biji,

serta pengendali hama secara biologi.

Kepunahan akan terjadi apabila tidak

dilakukan suatu perlindungan terhadap

satwa-satwa mamalia. Beberapa faktor

yang berpengaruh terhadap kepunahan

suatu jenis adalah peningkatan populasi

manusia, konversi hutan serta pengrusakan

habitat satwa.

Struktur vegetasi di hutan

mangrove Nipah Panjang dapat

dikelompokkan ke dalam tiga formasi,

yakni: a) formasi Rhizophora, b) formasi

Bruguiera, dan c) formasi nipah-mangrove.

Bekantan diketahui memanfaatkan

berbagai tipe vegetasi sebagai habitat,

tetapi tidak pernah memanfaatkan areal-

areal dengan tipe vegetasi terbuka seperti

hutan pantai dan hutan kerangas, serta

areal-areal yang sangat terganggu seperti

tebang habis atau lahan perkotaan (Salter

et al. 1985). Tipe habitat utama bagi

bekantan adalah asosiasi nipah-mangrove

atau hutancampuran nipah-mangrove di

rawa pasang surut (Kern 1964).

Setiap jenis mamalia rnemiliki

daerah penyebaran tertentu berdasarkan

kondisi geografis dan ekologis.

Penyebaran jenis mamalia berdasarkan

faktor ekologi dapat diketahui melalui

komposisi vegetasi suatu tipe habitat.

Selain itu, penyebaran jenis mamalia juga

dapat dibedakan berdasarkan ketinggian

tempat. Feldhamer et al.(1999)

menyatakan bahwa mamalia dapat tinggal

pada lingkungan yang ekstrim berdasarkan

ketinggian tempat serta pada kondisi

hujan ataupun bersalju.

Salah satu primata arboreal

pemakan daun yang umum di Sumatera

adalah simpai (Presbytis melalophos).

Penyebaran hewan ini hampir diseluruh

bagian pulau kecuali di bagian pantai timur

di sebelah selatan Pulau Sumatera. Hewan

ini dapat hidup pada berbagai habitat

seperti hutan karet rakyat, hutan campuran,

hutan mangrove, hutan sekunder dan hutan

primer (Fitri Rahmi, dkk, 2013).

Bekantan (Nasalis larvatus)

merupakan primata herbivora yang

menempati daerah-daerah riparian, hutan

mangrove serta hutan pantai di

Kalimantan. Jenis ini merupakan primata

endemik di Pulau Kalimantan yang telah

dinyatakan sebagai salah satu jenis

dilindungi oleh Pemerintah Indonesia

berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999 tentang

Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa,

termasuk kategori rentan (vulnerable)

menurut IUCN Red Data Book 2007, serta

tercantum dalam Appendix I CITES (Fitri,

Rahmi, 2013).

Page 4: f05112001 Iin Ekawati Jurnal Ekowan

Ekologi Hewan 2015

4

Habitat utama bekantan berupa

areal-areal hutan rawa mangrove kini telah

terbuka akibat aktivitas manusia sehingga

habitat-habitat yang sesuai bagi kehidupan

bekantan menjadi berkurang. Akibatnya,

bekantan menjadi mudah ditangkap dan

diburu oleh penduduk setempat sebagai

salah satu sumber pangan.

Aktivitas makan adalah aktivitas

yang dilakukan lutung untuk menjangkau,

menambil, memasukkan makanan ke

dalam mulut dan aktivitas lain selain

makan yang berhubungan dengan

perpindahan tempat, seperti melompat,

memanjat, berkejaran, berlari dan aktivitas

sosial lainnya. Istirahat adalah aktivitas

lutung tanpa melakukan perpindahan

tempat dan aktivitas makan (Subagyo,

Agus, 2008).

METODOLOGI

Penelitian ini dilaksanakan di

kawasan hutan kecamatan Batu Ampar

Desa Nipah Panjang Provinsi Kalimantan

Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada

tanggal 09-11 Januari 2014. Adapun alat

yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teropong binocular, alat tulis, dan

kamera. Sementara bahan yang digunakan

adalah tally sheet,dan buku.

Pengumpulan data dilakukan

dengan menggunakan metode point count

dan line transect. Untuk pengamatan di

kawasan hutan dilakukan pada titik yang

dianggap tempat bermain atau mencari

makan. Waktu pengamatan dimulai pukul

06.00–10.00 WIB pada pagi hari dan

pukul 15.00 - 17.00 WIB pada sore hari.

Selain pengamatan langsung,

penelitian ini juga mengambil data

sekunder berupa hasil wawancara dengan

masyarakat sekitar kawasan hutan untuk

menggali informasi mengenai hewan

mamalia yang sering ditemukan atau

ditangkap oleh masyarakat disekitar

kawasan hutan. Mamalia yang telah

ditemukan pada pengamatan langsung

dimasukan kembali kedalam data

sekunder.

Page 5: f05112001 Iin Ekawati Jurnal Ekowan

Ekologi Hewan 2015

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Jenis mamalia yang dijumpai di kawasan Hutan Nipah Panjang

No Family Nama Spesies Nama

Daerah

Jumlah Temuan Status

Perlindungan TL SU Total

1 Cercopithecidae Macaca

fascicularis

Kera Ekor

Panjang

30 - 30 PII

2 Hylobatidae Hylobates

muelleri

Owa

Kalimantan

4 - 4 EN

3 Cercopithecidae Nasalis

larvatus

Bekantan 1 - 1 EN

4 Cercopithecidae Trachypithecus

auratus

Lutung

Abu - Abu

1 - 1 PII/VU

5 Cercopithecidae Presbytis

rubicund

Lutung

Merah

1 - 1 LC

Keterangan :

TL : Temuan Langsung PII : Apendix II CITES

SU : Suara VU : Rentan

LC : Beresiko rendah EN : Terancam punah

b. Pembahasan

Dari pengamatan ini, diperoleh 5

spesies yang berbeda dari ke-2 jenis

familiy yang ditemukan pada Hutan Nipah

ini. Diamana ke-5 spesies tersebut

diantaranya spesies Macaca fascicularis

(Kera Ekor Panjang), Hylobates muelleri

atau Owa Kalimantan, spesies Nasalis

larvatus atau bekantan, Trachypithecus

auratus (lutung abu-abu) dan spesies

Presbytis rubicunda atau spesies lutung

merah. Akibat kemunculan ini, dapat

dilihat status perlindungan dari spesies-

spesies tersebut. diantaranya spesies

Macaca fascicularis yaitu PII, spesies

Hylobates muelleri dan spesies Nasalis

larvatus dengan status perlindungan EN.

Spesies selanjutnya yaitu dengan status

Page 6: f05112001 Iin Ekawati Jurnal Ekowan

Ekologi Hewan 2015

6

Presbytis rubicunda dengan status

perlindungan LC. Terakhir yaitu status

perlindungan yaitu spesies Trachypithecus

auratus yaitu VU. Dimana keterangan dari

status perlindungan yaitu:

TL : Temuan Langsung

PII : Apendix II CITES

SU : Suara

VU : Rentan

LC : Beresiko rendah

EN : Terancam punah

Dengan status yang seperti itu (EN

atau terancam punah), maka dapat

dipastikan bahwa spesies Hylobates

muelleri dan spesies Nasalis larvatus

merupakan spesies yang perlu untuk

dilestarikan agar tidak punah. Sedangkan

status perlindungan VU artinya spesies

tersebut rentan (jarang sekali ditemukan).

Dan status perlingungannya, PII artinya

apendix II cites, atau spesies yang status

perlindungannya atau kehadirannya selalu

dalam jumlah yang banyak.

Seperti yang telah diketahui, bahwa

dari ke-5 spesies tersebut, 4 diantaranya

termasuk kedalam family yang sama yaitu

family Cercopithecidae. Sehingga di hutan

Nipah Panjang ini, kehadiran family

Cercopithecidae lebih sering dijumpai jika

dibandingkan dengan family Hylobatidae,

meskipun jumlah spesiesnya yang sedikit.

Sehingga, pantai Nipah Panjang ini,

dominannya merupakan habitat dari family

Cercopithecidae atau disebut bekantan.

Kawasan mangrove Batu Ampar,

Kalimantan Barat merupakan salah satu

kawasan mangrove yang dijadikan

percontohan mangrove Indonesia dan

regional. Kawasan ini memiliki

keanekaragaman hayati yang cukup tinggi

baik flora maupun fauna, salah satunya

bekantan (Nasalis larvatus Wurmb) yang

merupakan satwa primata endemik

Borneo. Bekantan (Nasalis larvatus

Wurmb) merupakan satwa primata yang

hidup pada habitat hutan riparian dan

mangrove di Pulau Kalimantan (Ginting,

Andri, 2009).

Akan tetapi, dalam hal ini, bukan

berarti bahwa keanekaragaman mamalia di

Pantai Nipah tinggi. Hal ini karena

berdasarkan data tersebut, dapat

disimpulkan bahwa keanekaragaman suatu

organisme tinggi apabila dalam

pengamatan tersebut, organisme tersebut

selalu tampak (teramati) dengan jumlah

spesies yang banyak lagi (dengan jenis

atau family yang berbeda). Semakin

banyak spesies yang ditemukan berarti

semakin tinggi keragaman organisme

tersebut. kurangnya keanekaragaman ini

bisa saja disebabkan karena faktor

lingkungan sekitarnya yang sudah tidak

Page 7: f05112001 Iin Ekawati Jurnal Ekowan

Ekologi Hewan 2015

7

mendukung untuk pertumbuhan dan

perkembangan organisme didalamnya. Hal

ini sesuai dengan Ginting, Andri (2009)

yang menyatakan bahwa kerusakan habitat

bekantan dan spesies lainya merupakan

ancaman besar terhadap kelestarian hidup

bekantan, karena bekantan akan

kehilangan tempat untuk mencari makan,

minum, tempat berlindung dan

bereproduksi.

Di hutan mangrove Nipah Panjang,

untuk spesies bekantan dan spesies

lainnya, memilih pohon yang memiliki

tajuk lebar dengan sejumlah percabangan

mendatar untuk istirahat maupun tidur.

Pohon yang digunakan untuk tidur adalah

Bruguiera sp. dan Rhizophora sp.

Spesies-spesies ini melakukan

aktivitas pergerakan untuk mencari

pakannya. Pola pergerakan harian

kelompok bekantan dipengaruhi oleh

kebiasaan kembali ke areal semula setiap

petang. Pergerakan biasanya dimulai pada

pagi hari dan kembali ke pohon tempat

tidur berikutnya di tepi sungai yang sama

sebelum gelap. Hal inipun dilakukan oleh

semua spesies primata. Jarak rata-rata

perjalanan yang ditempuh bekantan setiap

hari mencapai 904±117 m (522–1300 m)

dengan radius maksimum 371±47 m (162–

500 m).

Menurut Ginting, Andri (2009),

dalam pergerakan wilayah jelajah secara

vertikal, untuk spesies bekantan lebih

sering menggunakan strata B yaitu pada

ketinggian pohon 20-30 m, untuk

melakukan aktivitas harian baik untuk

aktivitas makan, istirahat, bersuara,

aktivitas berpindah maupun untuk

pemilihan lokasi tidur, dipengaruhi oleh

faktor ketersediaan pakan pucuk daun

muda dan faktor keamanan dari serangan

predator seperti biawak, buaya, dan ular

mangrove.

Bekantan dikategorikan satwa

dimorfisme seksual karena jantan memiliki

ukuran tubuh yang lebih besar

dibandingkan dengan betina dan memiliki

hidung yang khas berbentuk seperti umbi

menggantung dan berukuran panjang,

sedangkan ukuran tubuh betina lebih kecil

dan bentuk hidung yang mancung seperti

hidung manusia. Sedangkan ciri-ciri dari

spesies Macaca fascicularis atau disebut

sebagai Kera Ekor Panjang. Dari namanya

ini, dapat diketahui dengan pasti bahwa

spesies ini memiliki ciri yang khas yaitu

ekornya yang panjang dibandingkan

dengan jensi primata lain.

Menurut pendapat Ginting, Andri

(2009), Bekantan hidup pada habitat yang

sangat terbatas pada tipe hutan rawa

gambut dan bakau dan sangat tergantung

Page 8: f05112001 Iin Ekawati Jurnal Ekowan

Ekologi Hewan 2015

8

pada sungai, walaupun sebagian kecil ada

yang hidup di hutan dipterocarpaceae dan

hutan kerangas namun masih berada di

sekitar sungai. Tipe hutan bakau yang

disenangi oleh bekantan adalah tipe

“riverine mangrove” dengan sungai yang

cukup besar.

KESIMPULAN

Dari penelitian ini, dapat

disimpulkan bahwa terdapat 5 spesies yang

berbeda dari ke-2 jenis familiy yang

ditemukan pada Hutan Nipah ini. Diamana

ke-5 spesies tersebut diantaranya spesies

Macaca fascicularis (Kera Ekor Panjang),

Hylobates muelleri atau Owa Kalimantan,

spesies Nasalis larvatus atau bekantan,

Trachypithecus auratus (lutung abu-abu)

dan spesies Presbytis rubicunda atau

spesies lutung merah. Dikatakan bahwa

semua organisme yang teramati termasuk

kedalam status perlindungan terancam

punah. Serta, keanekaragaman mamalia di

Pantai Nipah tidak menunjukan

keanekaragaman yang tinggi. Hal ini

karena berdasarkan data tersebut, dapat

disimpulkan bahwa keanekaragaman suatu

organisme tinggi apabila dalam

pengamatan tersebut, organisme tersebut

selalu tampak (teramati) dengan jumlah

spesies yang banyak lagi (dengan jenis

atau family yang berbeda). Semakin

banyak spesies yang ditemukan berarti

semakin tinggi keragaman organisme

tersebut. Hal ini disebabkan karena

lingkungan yang ditempati sudah mulai

berubah fungsinya akibat kerusakan hutan.

DAFTAR PUSTAKA

Feldhamer, GA., LC. Drickamer, SR.

Vessey & JF. Merritt. (1999).

Mammalogy Adaptation. Diversity

and Ecology. Boston : McGraw-

Hill

Fitri, Rahmi. (2013). Kepadatan Populasi

dan Struktur Kelompok Simpai

(Presbytis melalophos) serta Jenis

Tumbuhan Makanannya di Hutan

Pendidikan dan Penelitian Biologi

(HPPB) Universitas Andalas.

Jurnal Biologi Universitas Andalas

(J. Bio. UA.) Vol. 2. No. 1 : 25-30.

Ginting, Andri. (2009). Karakteristik

Habitat Dan Wilayah Jelajah

Bekantan (Nasalis Larvatus,

Wurmb) Di Hutan Mangrove Desa

Nipah Panjang Kabupaten Kubu

Raya Provinsi Kalimantan Barat.

Bogor : Fakultas Kehutanan Institut

Pertanian.

Gunawan. 2007 . Keanekaragaman Jenis

Mamalia Besar Berdasarkan

Komposisi Vegetasi Dan

Ketinggian Tempat Di Kawasan

Taman Nasional Gunung Ciremai.

Bogor : Fakultas Kehutanan Institut

Page 9: f05112001 Iin Ekawati Jurnal Ekowan

Ekologi Hewan 2015

9

Pertanian.

Kern JA. (1964). Observations on the

habits of the proboscis monkey,

Nasalis larvatus (Wurmb), made in

the Brunei bay area, Borneo.

Zoologica 49:183–192.

Odum, E. P. (1993). Dasar-dasar Ekologi.

Yogyakarta : UGM Press.

Priyono, Agus. (2008). Karakteristik

Habitat Dan Wilayah Jelajah

Bekantan Di Hutan Mangrove

Desa Nipah Panjang Kecamatan

Batu Ampar Kabupaten Kubu Raya

Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal

Media Konservasi. Vol. 13, No. 3:

1 – 6

Salter RE, NA MacKenzie, N Nightingale,

KM Aken and PK Chai. (1985).

Habitat use, ranging behaviour and

food habits of the proboscis

monkey, Nasalis larvatus (van

Wurmb), in Sarawak. Primates

26(4): 436–451

Subagyo, Agus. (2008). Pola Aktivitas

Harian Lutung (Presbytis cristata,

Raffles 1821) di Hutan Sekitar

Kampus Pinang Masak,

Universitas Jambi. Jurnal : Pola

aktivitas Harian Lutung. Vol 1 No

1.hlm : 6 – 10’