EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

117
EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL (BPSS) DALAM PEMULIHAN KLIEN PENGGUNA NARKOBA DI MADANI MENTAL HEALTH CARE Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar (S. Sos) Oleh: Didik Supriyanto NIM: 1113052000065 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/ 2018 M  

Transcript of EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

Page 1: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL-

SPIRITUAL (BPSS) DALAM PEMULIHAN KLIEN PENGGUNA

NARKOBA DI MADANI MENTAL HEALTH CARE

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar (S. Sos)

Oleh:

Didik Supriyanto

NIM: 1113052000065

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/ 2018 M

 

Page 2: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

 

Page 3: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

 

Page 4: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

 

Page 5: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

ABSTRAK

Didik Supriyanto, NIM: 1113052000065, Evaluasi Metode Terapis Bio-Psiko-

Sosial-Spiritual (BPSS) dalam Upaya Pemulihan Klien Pengguna Narkoba di

Madani Mental Haelth Care, dibawah Bimbingan Abdul Rahman, M.Si

Evaluasi merupakan kegiatan untuk menilai suatu kegiatan atau program dalam

melihat sejauhmana kegiatan tersebut berpengaruh pada sasaran yang dituju. Dalam

hal ini evaluasi dilakukan pada Metode terapis bio-psiko-sosial-spiritual yang

merupakan metode terpadu yang digunakan oleh rehabilitasi Mental Health Care

dalam upaya pemulihan penyalahgunaan atau penggunaan Narkoba. Hal-hal yang di

evaluasi adalah proses pelaksanaan metode terapis bio-psiko-sosial-spiritual (BPSS),

faktor pendukung dan faktor penghambat dan hasil metode terapis bio-psiko-sosial-

spiritual (BPSS).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana evaluasi proses metode

terapis bio-psiko-sosial-spiritual (BPSS) dan bagaimana evaluasi hasil dari metode

terapis itu sendiri. Peneliti menggunakan metode kualitatif, selanjutnya dalam

menunjang data yang diperoleh peneliti melakukan observasi partisipan dan

wawancara terbuka. Sample dalam penelitian ini berjumlah 8 responden dengan

rincian satu sebagai perwakilan lembaga, 4 terapis, 2 klien aktif dan satu klien

alumni.

Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembinaan klien

Madani Mental Health Care dengan metode tarapis bio-psiko-sosial-spiritual (BPSS)

sudah berjalan dengan baik sesuai dengan Standar Oprasional Prosedur (SOP) yang

ada. Secara penerimaan pada penerima layanan, klien mengaku di manusiawikan atau

diperlakukan dengan baik. Adapun beberapa kendala saat pelaksanaanya ditemukaan

beberapa kendala yakni pertama, perencanaan kurang matang pada saat Berita

Tindakan Pembinaan (BTP). Kedua, kurangnya intensitas pertemuan dan komunikasi

antara konselor dengan psikolog terkait informasi perkembangan klien. Penemuan

hasil penelitian dilihat dari perkembangan yang dialami oleh klien Madani yakni

Biologis: klien menjadi segar, tenang, serta teratur pola makan dan pola tidurnya.

Psikologis: santri mampu mengalihkan sugesti Narkoba dan klien mampu memahami

trigger (pemicu) penggunaan Narkoba. Sosial: bisa memilih lingkungan yang baik,

mampu berinteraksi dengan baik, berperilaku sopan dan bertutur santun. Spiritual:

solat lima waktu, berdzikir dan mampu menerapkan nilai-nilai agama dalam

kehidupannya.

Kata kunci: Evaluasi, Bio-Psiko-Sosial-Spiritual (BPSS), dan Narkoba.

 

Page 6: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

KATA PENGANTAR

حيم حمن الر بسم الله الر

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yangmana berkat rahmat dan

hidayahnya serta lindungannya penulis mampu menyelesaikan karya ilmiah berupa

skripsi dengan judul Evaluasi Metode Terapis Bio-Psiko-Sosial-Spiritual (BPSS)

Dalam Pemulihan Klien Pengguna Narkoba di Madani Mental Health Care.

Sholawat serta salam tidak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW,

yangmana telah membawa kita semua dari kehidupan kegelapan ke kehidupan yang

terang benderang.

Pada penyusunan skripsi ini, penulis menyadari adanya kekeruangan baik

dalam penulisan skripsi yang sudah di tetapkan oleh akademik maupun kesalahan-

kesalahan pengetikan dan kesalahan dalam menguraikan dan menjelaskan materi

yang bersangkutan. Oleh karena itu, penulis menerima adanya kritikan dan saran

yang membangun, sehingga penulis bisa mengembangkan penelitian selanjutnya.

Adapun dalam penulisan ini merupakan kerja keras penulis sebagai peneliti dan

juga berkat bimbingan dan pendampingan dari pihak-pihak yang telah membantu,

baik secara materi, gagasan dan teknik penulisan skripsi. Untuk itu, dalam

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih terkhusus orangtua atas nama

Ibu Watiah dan penulis ingin mendedikasikan skripsi ini untuk alm Bapak Sofyan.

Selain itu, penulis juga mengucapkan rasa terimakasih kepada:

 

Page 7: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan Akademik, Dr.

Roudhonah, M.Si selaku Wakil Bidang Administrasi Umum, dan Dr.

Suhaimi, M.Si selaku Bidang Kemahasiswaan Alumni dan Kerjasama.

2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si dan Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si selaku

Ketua dan Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

3. Dra. Hj. Mastanah, M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberikan dukungan dan arahan yang sangat membantu dalam upaya

penyelesaian skripsi.

4. Abdul Rahman, M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi yang telah

memberikan support dan bimbingan serta meluangkan waktunya dalam

penyusunan skripsi ini.

5. Abdul Azis, M.Psi dan Ade Rina Farida, M.Si selaku dosen penguji yang

telah memberikan masukan demi sempurnanya skripsi ini.

6. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya

selama menempuh pendidikan di strata satu.

7. Seluruh staff Madani Mental Health Care sebagai tempat penelitian ini yang

telah memberikan ruang, waktu dan kemudahan kepada peneliti sehingga

penelitian ini berjalan dengan baik.

8. Seluruh akademisi Mahasiswa Bimbingan dan Penyuluhan Islam, terkhusus

mahasiswa BPI angkatan 2013 yang telah memberikan masukan dan support

kepada peneliti.

 

Page 8: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

9. Pengurus Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi periode 2015-2016 yang telah memberikan gagasan yang

menarik dan wawasan serta diskusi yang membangun kepada peneliti.

10. Pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam

periode 2014-2015 yang telah memberikan kesan dan pesan yang sangat

istimewa kepada peneliti.

11. Seluruh kader dan pengurus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Cabang Ciputat yang telah

memberikan ruang kepada penulis untuk bersama-sama berkader dalam

mengembangkan sistem organisasi yang baik.

12. Kepada orang-orang terbaik penulis, Bpk. Sutrisno Ahmad beserta keluarga,

Ibu Wijayati Lasmi beserta keluarga, yangmana telah memberikan doa,

dukungan dan masukan kepada peneliti.

Didik Supriyanto

NIM. 1113052000065

 

Page 9: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ........................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ iv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ v

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

B. Batasan Masalah ............................................................................... 6

C. Rumusan Masalah ............................................................................. 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 7

E. Metodologi Penelitian ...................................................................... 7

F. Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................ 8

G. Subjek dan Objek Penelitian ............................................................ 8

H. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 9

I. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 9

J. Analisis Data .................................................................................... 11

K. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 13

 

Page 10: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

L. Sistematika Penulisan ....................................................................... 15

BAB II : LANDASAN TEORI A. Evaluasi

1. Pengertian Evaluasi .................................................................... 17

2. Model Evaluasi ........................................................................... 19

3. Tujuan Evaluasi .......................................................................... 20

4. Fungsi Evaluasi .......................................................................... 21

5. Standar Evaluasi ......................................................................... 23

B. Terapis

1. Pengertian Terapis ....................................................................... 24

2. Macam-Macam Metode Terapis .................................................. 25

C. Rehabilitasi

1. Pengertian Rehabilitasi ................................................................ 28

2. Standar dan Prasarana Rehabilitasi ............................................. 28

D. Narkoba

1. Pengertian Narkoba ..................................................................... 30

2. Jenis-jenis Narkoba ..................................................................... 30

3. Motif Penyalahgunaan Narkoba .................................................. 32

4. Gangguan Mental dan Perilaku Narkoba .................................... 33

5. Kelompok Potensial Mudah Terpengaruh ................................... 36

 

Page 11: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

6. Mekanisme Terjadinya Penyalahgunaan Narkoba ...................... 37

BAB III : PROFIL REHABILITASI MADANI MENTAL HEALTH CARE

A. Sejarah .............................................................................................. 38

B. Program Pembinaan .......................................................................... 40

C. Program Pemberdayaan Pasca Rehab ............................................... 42

D. SDM dan Santri Madani ................................................................... 42

E. Skema Penerimaan Pasien ................................................................ 45

F. Sarana dan Prasarana ........................................................................ 46

G. Struktural Yayasan ........................................................................... 47

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ............................................................................... 48

B. Pembahasan ..................................................................................... 72

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

 

Page 12: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jenis-jenis Narkotika .............................................................................. 31

Tabel 2. Jenis-jenis psikotropika .......................................................................... 31

Tabel 3. Metode pengajaran di Madani Mental Health Care ............................... 41

Tabel 4. Jumlah pegawai Madani Mental Health Care ........................................ 43

Tabel 5. Santri Madani Mental Health Care ........................................................ 44

Tabel 6. Sarana dan prasarana di Madani Mental Health Care............................. 46

Tabel 7. Data Santi Madani Mental Health Care.................................................. 48

Tabel 8. Laporan Santri ........................................................................................ 49

Tabel 9. Karakteristik responden terapis .............................................................. 51

Tabel 10. Karakteristik responden klien ............................................................... 52

 

Page 13: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Narkoba adalah singkatan dari narkotika, psikotropika dan zat adiktif

lainnya.1 Narkotika dan psikotropika memiliki banyak manfaat jika digunakan

dengan baik dan benar, contohnya dalam bidang kedokteran obat tersebut

digunakan sebagai anestesi dan penenang pasien.2

Narkotika adalah zat yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran,

hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat

menimbulkan ketergantungan, contohnya: opium, kokain, heorin, morphine,

ganja, benzetidin, betametadol dan lain-lainnya. Sedangkan psikotropika adalah

zat yang mempengaruhi susunan syaraf pusat yang menyebabkan pada kas pada

aktivitas mental dan perilaku, contohnya: ekstasi, amfetamina/shabu-shabu,

deksamfitamina, buprenorfina, diazepam (nipam, BK, magadon), notrazepan dan

lain-lain.3

Banyak orang menggunakan dan menyalahgunakan obat-obat yang dapat

diklasifikasikan sebagai stimulan, depresan dan halusinogen. Stimulan adalah efek

untuk meningkatkan keaktifan susunan syaraf pusat, menimbulkan rangsangan

dan meningkatkan kemampuan fisik. Beberapa jenis narkotika dan psikotropika

yang memiliki efek stimulan adalah kokain, amphetamine, nikotin dan kafein,

seringkali disebut dengan nama jalanan speed, ectasy, shabu, adam, eve, xtc, zip,

1 Sunarno. Narkoba: Bahaya dan Upaya Pencegahannya. (Semarang: Bengawan Ilmu,

2007), h. 10. 2 Sunarno. Narkoba: Bahaya dan Upaya Pencegahannya. h. 10.

3 Raihana & Minsarnawati. Psikologi Kesehatan Bagi Praktisi Kesehatan Masyarakat.

(Tanggerang: FKIK UIN Syarifhidayatullah Jakarta, 2012), h. 31.

 

Page 14: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

2

memiliki sifat psikoaktif yang akan memberikan dampak berupa gejala paranoid,

halusinasi, pupil melebar, gemetaran, berkeringat, berat badan menurun, kejang,

mual, dan muntah. Sedangkan kerusakan yang ditimbulkan adalah gangguan tidur,

tekanan darah tinggi, depresi berat, gagal jantung, dan bunuh diri.

Penyalahgunaan narkotika dan psikotropika berkaitan dengan sejumlah faktor

psikososial seperti model, tekanan sosial dan ciri kepribadian menimbulkan

dampak pada kesehatan dari penggunaan Narkoba dan penyalahguna menjadi

semakin jelas seperti menggunakan kokain akan berdampak pada reaksi jantung

yang dapat menyebabkan pada infark miokard fatal.4

Penyalahgunaan Narkoba adalah pemakaian obat keras yang tidak

mendapatkan izin atau resep dari dokter, istilah lainnya penyalahgunaan Narkoba

merupakan pemakaian obat berbahaya secara ilegal. Pemerintah sejak tahun 2004

sampai dengan 2015 melalui Badan Narkotika Nasional (BNN) telah

menghimpun puluhan ribu penyalahguna Narkoba di seluruh wilayah Indonesia.

Data dari BNN jumlah Narkoba yang beredar selama tahun 2004 sebanyak

567,2 ton pertahun untuk jenis ganja, sedangkan untuk jenis heroin/putau

sebanyak 20,4 ton per tahun. Apabila satu tahun paket heroin/putau berisi 0,1

gram maka akan didapatkan 204.000.000 paket heroin/putau yang diserap oleh

pasar pencandu di Indonesia.5 Sementara dari data tahun 2008, disebutkan bahwa

jumlah penyalahguna Narkotika telah mencapai 1,5% dari jumlah penduduk

Indonesi sekitar 3,1 juta sampai 3,6 juta jiwa, dari jumlah penyalahgunaan

tersebut, 26% coba pakai, 27% teratur pakai, 40% pecandu bukan suntik dan 7%

4 Raihana & Minsarnawati. Psikologi Kesehatan Bagi Praktisi Kesehatan Masyarakat. ,h.

31-32. 5 Rifai. Narkoba Dibalik Tembok Penjara. (Yogyakarta: Aswaja, 2014), h. 26.

 

Page 15: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

3

pecandu suntik.6 Penyalahgunaan narkoba pada kelompok bukan

pelajar/mahasiswa sebesar (60%) lebih tinggi dibanding kelompok

pelajar/mahasiswa yakni sebesar 40%, sedangkan menurut jenis kelamin laki-laki

sebesar 88% dan perempuan sebesar 12%.7

Berdasarkan data pada tahun 2015, BNN bersama bersama lembaga

rehabilitasi instansi pemerintah dan komponen masyarakat telah melaksanakan

program rehabilitasi kepada 38.427 pecandu, penyalahguna, dan korban

penyalahguna narkotika yang berada di seluruh Indonesia dimana sejumlah 1.593

direhabilitasi melalui Balai Besar Rehabilitasi yang dikelola oleh BNN, baik yang

berada di Lido – Bogor, Baddoka – Makassar, Tanah Merah – Samarinda, dan

Batam – Kepulauan Riau, angka tersebut mengalami peningkatan, dimana pada

tahun sebelumnya hanya sekitar 1.123 orang pecandu dan penyalah guna yang

direhabilitasi.8

Data diatas menunjukkan bahwa penyalahguna dan pengguna Narkoba

begitu besar jumlahnya. Pemulihan atau disebut dengan rehabilitasi Narkoba

sudah banyak didirikan oleh pihak pemerintah maupun pihak swasta dengan

berbagai metode dalam membantu upaya pemulihan pecandu Narkoba. Bahwa

dalam pemulihan tentunya terdapat metode terapis yang dibutuhkan sebagai

treatmen pemulihan pengguna Narkoba.

Salah satu pihak swasta yang mendirikan tempat rehabilitasi bagi pengguna

Narkoba adalah Madani Mental Health Care. Madani Mental Health Care adalah

rehabilitasi korban penyalahguna Narkoba dan Penderita Skizofrenia yang

6 Rifai. Narkoba Dibalik Tembok Penjara. (Yogyakarta: Aswaja, 2014), h. 26.

7Rifai. Narkoba Dibalik Tembok Penjara., h. 26

8 http://www.bnn.go.id/_multimedia/document/20151223/press-release-akhir-tahun-

2015-20151223003357.pdf. Diakses pada tanggal 22/03/2017. Pukul: 09:25 WIB.

 

Page 16: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

4

menggunakan pembinaan berbasis masyarakat (community based) dengan

pendekatan Bio, Psiko, Sosial, dan Spiritual (BPSS). Dadang hawari sendiri pada

tahun 2001 melakukan penelitian terhadap 2.400 klien pengguna Narkoba jenis

opiat (heroin, putaw) dengan menggunakan metode BPSS. Hasilnya cukup

menggembirakan, mereka yang kambuh (dalam arti rawat ulang) sebanyak 293

atau 12,21%, angka ini lebih rendah dari angka yang di peroleh oleh Plattison

(1980) yaitu 43,9% tanpa unsur agama.9 Dari 293 kekambuhan disebabkan karena

pengaruh teman (171, 58,36%), sugesti (68, 23,21%) dam stres (54, 18,43%).

Metode BPSS merupakan sebuah metode terapi terpadu Biologis-

Psikologis-Sosial-Spiritual yang dikembangkan oleh Dadang Hawari, melalui

praktik sehari-hari dan dilandasi dengan kajian kepustakaan, penelitian ilmiah,

dan rujukan keagamaan sehingga menjadikan metode BPSS merupakan sebuah

metode yang dapat dipertanggungjawabkan. Metode terapi BPSS telah mendapat

pengakuan PBB sebagai sebuah metode yang berhasil (Succesful Intervention,

Treatment, and Aftercare Programs) dan telah dipublikasikan oleh United Nation

Office on Drugs and Crime (UNODC) pada 2003. Metode BPSS merupakan

sebuah pendekatan yang direkomendasikan World Health Organization (WHO,

1984), diadopsi oleh American Psychiatry Association (APA, 1992) dan WPA

(1993).10

Dengan metode terapi BPSS ini, proses pemulihan dapat menghasilkan

pemulihan seutuhnya karena dapat memahami manusia yang sehat sepenuhnya

dilihat dari sudut jasmani (biologik), kejiwaan (psikologik), sosial, dan agama

(spiritual). Dampak dari penggunaan Narkoba yang merusak sel saraf otak pusat

9 Hawari. Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA. (Jakarta: FKUI, 2008), h.51.

10 http://madanionline.org/tentang-metode-bpss/ Diakses pada tanggal 10/06/2017 pukul

11:06 WIB.

 

Page 17: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

5

pada kepala manusia membutuhkan terapis medik agar sel saraf otak pusat

kembali normal. Kerusakan pada sel saraf otak pusat tidak bisa dipandang sebelah

mata, karena ketika sel saraf otak pusat rusak, hal ini akan mempengaruhi

bagaimana seseorang berpikir dan bertindak. Tentu saja hal tersebut

membutuhkan pengobatan yang tepat dan pembinaan yang maksimal, baik bagi

konselor sebagai pembina dan klien sebagai yang di bina.

Dari data diatas, agar tidak menimbulkan pandangan yang buruk ataupun

terkesan hanya sebatas suatu gagasan saja, maka diperlukan adanya penelitian

dalam hal ini mengenai evaluasi. Secara harfiah evaluasi berasal dari bahasa

inggris evaluation yang artinya penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan

Hasan Shadily : 1983). Menurut Stufflembeam, dkk (1971) mendefinisikan

evaluasi sebagai “The process of delineating, obtaining, and providing useful

information for judging decision alernatif.” Artinya, evaluasi merupakan proses

menggambarkan, memperoleh dan menyajikan informasi yang berguna untuk

merumuskan suatu alternatif keputusan.11

Evaluasi ini sebagai alat untuk mengukur keberhasilan dan untuk

mengetahui pelaksanaan metode BPSS dalam upaya pemulihan penyalahguna

Narkoba. Pengertian evaluasi yang dipaparkan oleh Malcolm dan Provus

menyatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan untuk mengetahui perbedaan yang

ada dengan standar yang telah ditetapkan serta bagaimana perbedaan diantara

keduanya.12

Oleh karena itu, evaluasi merupakan bagian yang penting dalam

kegiatan apapun.

11

Kementerian agama RI. Petunjuk Teknis Evaluasi dan Pelaporan LPZ. (Jakarta:

Direktorat Pemberdayaan Zakat, 2012), h. 19. 12

Djuju. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. (Bandung: Rosdakarya, 2014), cet.

3, h. 19.

 

Page 18: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

6

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam

mengenai metode terapis BPSS yang di terapkan oleh Dadang hawari dalam

bentuk karya ilmiah (Skripsi) dengan judul “Evaluasi Metode Terapis Bio-

Psiko-Sosial-Spiritual (BPSS) Dalam Pemulihan Klien Pengguna Narkoba di

Madani Mental Health Care.”

B. Batasan Masalah

Adapun yang menjadi batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Evaluasi metode terapis BPSS yang dimaksud adalah pelaksanaan terapis

yang ada di Madani Mental Health care.

2. Klien pengguna Narkoba dalam penelitian ini adalah mereka yang sedang

mengikuti proses program rehabilitasi di Pusat Rehabilitasi Madani

Mental Health Care.

3. Klien pengguna Narkoba ialah dengan kriteria:

1) Jenis kelamin laki-laki

2) Jenis Narkoba yang dipakai ialah ganja (psikotrapika golongan I)

3) Lama pemakaian minimal 5 tahun

4) Tidak ada indikasi gangguan kejiwaan

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Evaluasi pelaksanaan metode terapis BPSS dalam pemulihan

klien pengguna Narkoba di Madani Mental Health Care?

2. Bagaimana Evaluasi hasil metode terapis BPSS dalam pemulihan klien

pengguna Narkoba di Madani Mental Health Care?

 

Page 19: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui proses

pelaksanaan metode terapis BPSS dalam upaya pemulihan klien pengguna

Narkoba dan hasil dari pada metode itu sendiri.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Manfaat yang bisa di ambil dari penelitian ini adalah sebagai

penambahan pengetahuan, wawasan dan data atau keterangan terbaru

terkait metode dalam upaya pemulihan pengguna Narkoba. Nilai guna

lainnya adalah sebagai bahan refrensi yang dapat dijadikan sebagai

rujukan penelitian skripsi atau karya ilmiah selanjutnya, pembuatan

makalah, dan juga dapat dijadikan sebagai kajian diskusi.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan menjadi penambahan wawasan peneliti

dan juga sebagai implementasi dalam kegiatan penyuluhan, khususnya

dalam memberikan penyuluhan tentang dampak penyalahgunaan

Narkoba dan fungsi Narkoba yang harus diketahui oleh semua

kalangan masyarakat.

E. Metodologi Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara kerja untuk memahami objek

penelitian dalam rangka menemukan, menguji terhadap sesuatu kebenaran

atau pengetahuan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

Menurut Tailor sebagaimana yang dikutip oleh Lexi J. Moleong adalah

 

Page 20: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

8

prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata, tulisan, lisan dari seseorang dan perilaku yang diamati.13

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif. Metode

deskriptif adalah suatu metode dalam penelitian suatu kelompok manusia,

suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu peristiwa

pada masa sekarang, dengan tujuan untuk membuat deskripsi, gambaran

secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antarfenomena yang diteliti.14

F. Waktu Dan Lokasi Penelitian

Karena mengingat waktu penelitian ini perlu lebih mendalam untuk

memperoleh data dan informasi, maka penelitian ini dilakukan mulai

tanggal 02 September 2017 sampai dengan 02 Maret 2018.

Lokasi penelitian ini bertempat di Jalan Pancawarga III Rt. 003/04

Nomor 34 Cipinang Besar Selatan, Jatinegara Jakarta Timur 13410.

G. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah terapis

Madani dan santri Madani penguna narkoba yang sedang menjalani

rehabilitasi di Madani Mental Health Care.

13

Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rodaskarya,

2001), cet.ke-15, h. 3. 14

Nazir. Metode Penelitian. (Jakarta: Ghalia Indonesia, tahun), h. 6.

 

Page 21: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

9

b. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah metode terapis BPSS dalam upaya

pemulihan pengguna Narkoba di Pusat Rehabilitasi Madani Mental Health

Care.

H. Jenis Dan Sumber Data

Data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat baik yang

dilakukan melalui wawancara, observasi dan alat lainnya merupakan data

primer.15

Data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti

dari sumber pertamanya.16

Jenis data berikutnya adalah data sekunder

yangmana menggunakan data yang bukan dari sumber pertama sebagai

sarana memperoleh data atau informasi untuk menjawab masalah yang

diteliti.17

I. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian kualitatif berupaya mengungkap berupa kondisi perilaku

masyarakat yang diteliti dan situasi lingkungannya.18

Oleh karena itu

peneliti perlu adanya teknik pengambilan data ketika terjun ke lapangan.

Teknik pengambilan data oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Observasi Partisipan

Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara mengadakan penelitian secara teliti dan pencatatan secara

15

Subagyo. Metode Penelitian. (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), cet. 3, h. 87. 16

Suryabrata. Metode Penelitian. (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2012), cet. 23, h. 39. 17

Sarwono. Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif. (Yogyakarta: Graha Ilmu,

2006), h. 17. 18

Gunawan. Metode Penelitian Kualitatif. (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 141.

 

Page 22: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

10

sistematis (Arikunto, 2002).19

Menurut Kartono (1980: 142) pengertian

observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena

sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan.20

Sedangkan pengertian observasi partisipan adalah observasi yang

dilakukan oleh peneliti yang berperan sebagai anggota yang berperan serta

dalam kehidupan topik peneliti.21

Observasi partisipan merupakan teknik penunjang bagi peneliti dalam

upaya mendapatkan data dari lapangan dengan cara mengamati langsung

emosi dan tingkah laku penyalahgunaan pada klien remaja. Pengamatan ini

mampu menggambarkan kondisi sesungguhnya pada objek penelitian itu

sendiri, sehingga peneliti mendapatkan informasi-informasi yang

dibutuhkan.

2. Wawancara Terbuka

Wawancara adalah suatu peercakapan yang diarahkan pada suatu

masalah tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan dimana dua orang

atau lebih berhadapan secara fisik (Setyadin, 2005: 22).22

Sedangkan pengertian wawancara terbuka yaitu wawancara yang

dilakukan peneliti dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak

dibatasi jawabannya, artinya pertanyaan yang mengundang jawaban

terbuka.23

19

Gunawan. Metode Penelitian Kualitatif. (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 141. 20

Gunawan. Metode Penelitian Kualitatif., h. 143. 21

Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif : Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012),

cet.ke-3, h.39. 22

Gunawan. Metode Penelitian Kualitatif. h.160. 23

Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif : Analisis Data., cet.ke-3, h.51.

 

Page 23: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

11

Wawancara dilakukan sebagai teknik penelitian dalam mendapatkan

data lapangan melalui tatap muka dengan memberikan sebuah pertanyaan

oleh peneliti yang kemudian responden sebagai penjawab atas pertanyaan

tersebut. Teknik wawancara ini adalah upaya peneliti untuk mendapatkan

data lapangan sebanyak mungkin, sedetail mungkin, sesuai data yang

diinginkan oleh peneliti.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan cacatan peristiwa yang sudah berlalu yang

berbentuk tulisan, gambar atau karya momumental dari seseorang

(Sugiyono, 2007: 82).24

Dokumentasi merupakan teknik pengambilan data

dengan tujuan memperkuat hasil dari data observasi dan data wawancara,

dengan kata lain dokumentasi sebagai bukti peristiwa pada penelitian yang

sedang dibahas. Dokumentasi merupakan teknik untuk mendapatkan

berbagai informasi yang diperlukan melalui surat keterangan data diri

pengguna, foto ketika klien melakukan aktifitas kesehariannya dan arsip-

arsip milik klien yang dibutuhkan oleh peneliti.

J. Analisa Data

Analisis data ini merupakan proses pengolahan data yang sistematis,

diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Konsep dasar

dalam hal ini akan mempersoalkan pada pengertian, waktu pelaksanaan,

maksud dan tujuan, serta kedudukan analisis data. Analisis data menurut

Patton (1980: 268), adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian

24

Gunawan. Metode Penelitian Kualitatif. (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 176.

 

Page 24: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

12

dasar. Memberikan arti yang signifikan terhaadap analisis, menjelaskan pola

uraian dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian.25

Peneliti menggunakan tahapan yang dikemukakan oleh Miles dan

Huberman dalam menganalisis data kualitatif yang bersumber pada data

observasi, wawancara dan dokumentasi. Menurut Miles dan Huberman ada

tiga tahapan dalam menganalisis data kualitatif diantaranya adalah reduksi,

paparan data (data display), penarikan kesimpulan dan verifikasi.26

Mereduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih

pembahasan pokok, terfokus pada hal-hal yang penting, dan mencari tema

dan persoalannya (Sugiyono, 2007: 92).27

Data yang sudah direduksi maka

langkah selanjutnya adalah memaparkan data. Memaparkan data sebagai

informasi tersusun dan memberi kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan (Miles dan Huberman, 1992: 17).28

Langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan yang merupakan hasil

penelitian yang menjawab fokus penelitian berdasarkan hasil analisis data.29

Hasil disajikan dalam bentuk deskriptif dengan pedoman penelitian

sebagaimana yang sudah dipaparkan diatas.

25

Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rodaskarya,

2000), cet. 13, h. 103. 26

Gunawan. Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 210. 27

Gunawan. Metode Penelitian Kualitatif.,h. 211. 28

Gunawan. Metode Penelitian Kualitatif.,h. 211. 29

Gunawan. Metode Penelitian Kualitatif.,h. 211.

 

Page 25: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

13

K. Tinjaun Pustaka

Dalam upaya penambahan, pengurangan ataupun pembantahan atas

penelitian sebelumnya serta pencegahan plagiarisme, maka penulis

melakukan tinjauan perpustaka terhadap beberapa judul skripsi terdahulu

yang berkaitan dengan penelitian ini, antaranya:

1. Rehabilitasi Mental Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba di

Yayasan Mental Madani Health Care Cipinang Besar Selatan – Jakarta

Timur, oleh Jovendra Aliansyah, skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif, dengan teknik

pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan studi

dokumentasi. Informan dalam penelitian ini berjumlah tiga orang yaitu

satu orang instruktur terapi rehababilitasi, satu orang bidang sumber

daya manusia dan satu orang bagian konselor pendamping. Hasil

penelitian ditemukan bahwa; Pertama, faktor yang mempengaruhi

penggunaan narkoba adalah berawal dari rasa ingin tahu dan coba-

coba. Kedua, materi rehabilitasi yang dilakukan meliputi (1) Terapi

Medik & Komplikasi Medik (Bio), (2) Terapi Religius (Spiritual), (3)

Terapi Psikososial, dan (4) Pengetahuan Umum. Ketiga, hambatan

yayasan dalam mengatasi masalah narkoba terlihat dari kurangnya

fasilitas yang memadai dan pelaku terapi cenderung kurang memahami

proses/metode rehabilitasi, kemudian keberhasilan yang ditemukan

adalah bahwa tercatat ada 162 pasien yang telah ditangani dan pasien

tidak hanya sebatas sembuh dari ketergantungan narkoba tetapi dapat

dinyatakan pulih secara mental dengan kemandirian hidup 75%- 80 %.

2. Evaluasi Program Therapeutic Community terhadap Residen Korban

Penyalahgunaan NAPZA di Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) Galih

Pakuan Bogor, oleh Yeni Nur Asiah, skripsi S1 Jurusan Bimbingan

Islam dan Penyuluhan Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

 

Page 26: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

14

Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

hasil penelitian ini menunjukkan bahwa. Metode penelitian

menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif, dalam

penelitian ini terdapat 3 macam evaluasi, yaitu input, proses dan hasil.

Pada evaluasi Input yang meliputi residen, staff dan program sudah

cukup untuk dikatakan sesuai. Pada identifikasi residen sudah sesuai

dengan kriteria sasaran penerima. Pada identifikasi staff terdepan yaitu

konselor, meliputi pendidikan, pengalaman dan latar belakang yang

dimiliki konselor adiksi sudah sesuai dengan syarat menjadi terapis

yang di tetapkan oleh Panti Sosial Pamardi Putra tetapi masih kurang

adanya SDM karna jumlah konselor dan residen yang tidak seimbang

mengakibatkan kurang profesionalnya konselor dalam menangani

residen. Pada program telah sesuai dengan program TC adalah aspek

layanan yang diberikan, tujuan program dan mitra kerjasama, sudah

berjalan dengan baik. Pada evaluasi proses meliputi jadwal kegiatan

terapi dan tahap pelaksanaan terapi, pelaksanaan metode TC

dilaksanakan dengan jadwal harian dan jadwal komunitas yang

tersusun rapi dan teratur. Pada evaluasi hasil terdapat aspek perubahan

perilaku residen dan keberlanjutan program.

3. Pelaksanaan Program Rehabilitasi Bagi Penyalahguna NAPZA di

Madani Mental Health Care Jakarta Timur oleh Yenni Yulianti,

skripsi S1 Program studi Pendidikan Sarjana Terapan Pekerjaan

Sosial, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung. Penelitian ini

bertujuan untuk memperoleh gambaran pelaksanaan program

 

Page 27: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

15

rehabilitasi bagi penyalahguna NAPZA di Madani Mental health

Care. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan program

telah terlaksana, namun dalam proses pelaksanaannya terdapat

beberapa hambatan yaitu sarana-prasarana yang tidak mendukung,

ketidaktepatan waktu pelaksanaan dan ketidaksiapan dalam

memberikan program.

L. Sistematika Penulisan

Dalam menggambarkan serta menguraikan secara terperinci hal-hal

yang terkandung dalam penelitian ini, maka penulis membagi sistematika

penyusunan kedalam lima bab, masing-masing bab terbagi ke dalam sub-

sub bab. Berikut perinciannya:

BAB I Berisi tentang pendahluan yakni; Latar Belakang Masalah,

Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat

Penelitian, Metodologi Penelitian, Waktu dan Lokasi Penelitian,

Subjek dan Objek Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Teknik

Pengumpulan Data, Analisis Data, Tinjauan Pustaka dan

Sistematika Penulisan.

BAB II Landasan teori yang berisi: A. Evaluasi, terdiri dari; Pengertian

Evaluasi Model Evaluasi, Tujuan Evaluasi, Fungsi Evaluasi, dan

Standar Evaluasi. B. Terapis, terdiri dari; Pengertian Terapis dan

Macam-macam Terapis. C. Rehabilitasi, terdiri dari; Pengertian

Rehabilitasi, standar dan prasarana Rehabilitasi. D. Narkoba,

terdiri dari; Pengertian Narkoba, Jenis-jenis Narkoba, Motif

Penyalahgunaan Narkoba, Gangguan Mental dan Perilaku

 

Page 28: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

16

Narkoba, Kelompok Potensial Mudah Terpengaruh dan

Mekanisme Terjadinya Penyalahgunaan Narkoba

BAB III Profil yayasan rehabilitasi Madani Mental Health Care, yang

terdiri dari; Sejarah, Program Pembinaan, Program

Pemberdayaan Pasca Rehab, Skema Penerimaan Klien, Sarana

dan Prasarana dan Struktural Yayasan.

BAB IV Pemaparan hasil penelitian evaluasi metode terapis bio-psiko-

sosial-spiritual dalam pemulihan klien pengguna Narkoba di

Madani Mental Health Care.

BAB V Kesimpulan dan Saran.

 

Page 29: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

17

BAB II

LANDASAN TEORI

A. EVALUASI

1. Pengertian Evaluasi

Pengertian secara harfiah evaluasi berasal dari kata bahasa inggris

evaluation yang memiliki arti penilaian.30

Ada dua istilah yang

dipergunakan untuk evaluasi, yaitu evaluation research (riset evaluasi) atau

evaluation (evaluasi) dan evaluation science (sains evaluasi). Istilah riset

evaluasi dipopulerkan oleh F.G Caro (1970) dalam bukunya yang berjudul

Readings in Evaluation Research. Sedangkan sejumlah peneliti lainnya

seperti Daniel Stufflebeam dan Anthonu J. Shinkfield (1985) dan Blain R.

Worthen dan James R. Sanders (1987), Michael Quinn Patton (1978), dan

Emil J. Posavac dan Raymond G. Carey (1997) menggunakan istilah

evaluasi.31

Secara istilah pengertian evaluasi merupakan kegiatan yang terencana

untuk mengetahui keadaan suatu obyek dengan menggunakan instrumen

dan hasilnya dibandingkan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.32

Dalam perkembangan pengertian evaluasi, ada beberapa pengertian

evaluasi yang dipaparkan oleh para ahli. Menurut Stufflembeam, dkk (1971)

mendefinisikan evaluasi sebagai “The process of delineating, obtaining, and

30

Annas Sudijono. Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,

2011), h.1. 31

Wirawan. EVALUASI: Teori, Standar, Model, Aplikasi dan Profesi, (Jakarta: PT.

Rajagrafindo Persada, 2011), h.2. 32

Toha. Teknik Evaluasi Pndidikan, (Jakarta: Rajawali pess, 1991), Cet Ke-1, h.1.

 

Page 30: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

18

providing useful information for judging decision alernatif.” Artinya,

evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh dan menyajikan

informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.33

Dengan seseorang melakukan evaluasi atau penilaian terhadap obyek,

secara tidak langsung seseorang tersebut telah melakukan kegiatan evaluasi.

Dari gambaran-gambaran tersebut akan di peroleh sebuah informasi

mengenai suatu kegiatan. Informasi ini nantinya yang akan dijadikan

evaluasi, kemudian dilanjutkan pada tingkat akhir yakni keputusan. Sejalan

dengan pemikiran Malcolm dan provus, menjelaskan bahwa evaluasi adalah

kegiatan untuk mengetahui perbedaan antara apa yang ada dengan standar

yang telah ditetapkan serta bagaimana menyatakan perbedaan antara

keduanya.34

Malcolm dan Provus menjelaskan pada informasi atau hasil yang

sudah menjadi data. Data atau informasi tersebut kemudian dijadikan

landasan dalam menetapkan suatu keputusan dengan membandingkan

standar yang telah ditetapkan. Lebih tepatnya, jika suatu program diatas

standar yang ditetapkan makan program tersebut akan tetap berlanjut, dan

sebaliknya jika program tersebut tidak sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan maka perlu ada keputusan antara lanjut dengan syarat di perbaiki

atau bisa juga tidak diadakan sama sekali.

33

Kementerian agama RI. Petunjuk Teknis Evaluasi dan Pelaporan LPZ, (Jakarta: Direktorat

Pemberdayaan Zakat, 2012), h. 19. 34

Sujana. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. (Bandung: Rosdakarya, 2014), cet. 3,

h. 19.

 

Page 31: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

19

Menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya yang berjudul “Dasar-

Dasar Evaluasi Pendidikan” mendefinikisan bahwa evaluasi adalah kegiatan

pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah tercapai.35

Kesimpulan yang bisa penulis pahami mengenai evaluasi adalah

evaluasi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menetapkan suatu

keputusan yang konkrit melalui data di lapangan. Artinya, data yang

dijadikan sebagai bahan evaluasi tidak bisa di awang-awang, ditebak atau

hanya sekilas pengamatan saja. Evaluasi membutuhkan data lapangan agar

menghasilkan keputusan yang sesuai dengan kondisi yang ada. Hal ini

memungkinkan adanya keputusan yang tepat dan akurat.

2. Model Evaluasi

Kategorisasi model-model evaluasi yang dilakukan berbagai pakar

dilakukan dengan cara pemaparan yang berbeda-beda, meskipun apabila

dicermati di dalamnya tidak terlalu jauh berbeda. Untuk menunjang

keberhasilan peneliti dalam menyelesaikan permasalahan, maka peneliti

menggunakan model yang dipopulerkan oleh Pietrzak, Ramler, Renner,

Ford dan Gilbert (1990), yakni: 1) evaluasi input; 2) evaluasi proses; dan 3)

evaluasi hasil.36

a. Evaluasi input memfokuskan pada berbagai unsur yang masuk

dalam suatu pelaksanaan suatu program, tiga unsur utama yang

terkait dengan evaluasi input adalah klien, staff dan program.

Evaluasi ini menjelaskan bahwa variable klien meliputi

karakteristik demografi klien, seperti: susunan keluarga dan berapa

35

Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), cet. 4, h. 25. 36

Isbandi. Kesejahteraan Sosial. (Jakarta: Raja Grafindo persada, 2013), h.232-233.

 

Page 32: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

20

anggota yang ditanggung. Variable staff meliputi aspek biografi

dari staf, seperti: latar belakang pendidikan dan pengalaman.

Sedangkan variable program meliputi aspek tertentu, seperti: lama

waktu layanan diberikan, dan sumber-sumber rujukan yang

digunakan.

b. Evaluasi proses menurut Pietrzak, et.al (1990) memfokuskan diri

pada aktivitas program yang melibatkan interaksi langsung antara

klien dengan staf „terdepan‟ yang merupakan pusat dari pencapaian

tujuan program. Tipe evaluasi ini diawali dari sistem pemberiaan

pelayanan dari suatu program. Dalam upaya mengakaji kriteria

yang relevan seperti: standar praktik, kebijakan lembaga, tujuan

proses dan kepuasan klien.

c. Evaluasi hasil diarahkan pada evaluasi keseluruhan dampak dari

suatu program terhadap penerima layanan. Evaluasi ini

mengontruksikan kriteria keberhasilan suatu program. Kriteria

keberhasilan ini akan dapa dikembangkan sesuai dengan kemajuan

suatu program ataupun pada perubahan perilaku klien.

3. Tujuan Evaluasi

Menurut Feurstein (1990) menyatakan sepuluh alasan mengapa suatu

evaluasi perlu dilakukan:37

1) Pencapaian, guna melihat apa yang sudah dicapai.

2) Mengukur kemajuan, melihat kemajuan terkait dengan objektif

program.

37

Isbandi. Kesejahteraan Sosial. (Jakarta: Grafindo persada, 2013), h. 231.

 

Page 33: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

21

3) Meningkatkan pemantauan, agar mencapai manajemen yang baik.

4) Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan, agar dapat

memperkuat program.

5) Melihat apakah usaha sudah dilakukan secara efektif, guna melihat

perbedaan apa yang telah terjadi setelah diterapkan suatu program.

6) Biaya dan manfaat, melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup

masuk akal.

7) Mengumpulkan informasi, guna merencanakan dan mengelola

kegiatan program secara baik.

8) Berbagi pengalaman, guna melindungi pihak lain dalam kesalahan

yang sama, atau untuk mengajak orang lain melaksanakan meode

yang serupa.

9) Meningkatkan efektifan, agar dapat memberikan dampak yang

lebih luas.

10) Memungkinkan terciptanya perencanaan yang lebih baik.

4. Fungsi Evaluasi

Scriven (1967) orang pertama yang membedakan antara evaluasi

formatif dan evaluasi sumatif sebagai fungsi evaluasi yang utama.

Kemudian Stufflembeam juga membedakan sesuai diatas yaitu Proactive

evaluation, untuk melayani pemegang keputusan, dan Retroactive

evaluation untuk keperluan pertanggungjawaban. Evaluasi dapat

mempunyai dua fungsi yaitu fungsi formatif, evaluasi dipakai untuk

perbaikan dan pengembangan kegiatan yang sedang berjalan (Program,

orang, produk dan sebagainya). Fungsi sumatif, evaluasi dipakai untuk

 

Page 34: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

22

pertanggungjawaban, keterangan, seleksi atau lanjutan. Jadi evaluasi

hendaknya membantu pengembangan implementasi, kebutuhan suatu

program, perbaikan program, pertenggungjawaban, seleksi, motivasi,

menambah pengetahuan dan dukungan dari mereka yang terlibat.38

Evaluasi merupakan suatu kebutuhan dalam program untuk mengukur

sejauhmana program tersebut berjalan, apa yang menghambat, apa yang

menjadi kekurangan dalam program tersebut. Maka evaluasi diangap

penting dalam menunjang keberlangsungan suatu program.

5. Prosedur Evaluasi

Proses melakukan evaluasi mungkin saja berbeda, sesuai persepsi

teori yang dianut, ada bermacam-macam cara. Namun evaluasi harus

memasukkan ketentuan dan tindakan sejalan dengan fungsi evaluasi, yakni:

a. Memfokuskan evaluasi

b. Mendesain evaluasi

c. Mengumpulkan evaluasi

d. Menganalisis evaluasi

e. Melaporkan hasil evaluasi

f. Mengelola evaluasi

g. Mengevaluasi evaluasi

38

Farida. Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 4.

 

Page 35: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

23

6. Standar Evaluasi

Akhir-akhir ini telah dicoba pengembangan standar untuk kegiatan

evaluasi pendidikan. standar yang paling komprehensif dan rinci

perkembangannya oleh Commite Standard for Education Evaluation (Join

Commitee, 1981), dengan ketuanya Daniel Stufflembeam, yaitu:39

a. Ultility (bermanfaat dan praktis)

b. Accuracy (tepat secara teknik)

c. Feasibility (realistik dan teliti)

d. Proppriety (dilakukan dengan legal dan etik)

Lee J. Cronbach (1980) mengatakan bahwa standar yang digunakan

untuk melakukan evaluasi mungkin tak seperti konsekuensinya. Ia

mengatakan evaluasi yang baik ialah yang memberikan dampak yang positif

pada perkembangan program. Pada dasarnya tujuan melakukan adalah untuk

memberikan dampak yang positif bukan dampak negatif, yakni dengan kata

lain tujuan melakukan evaluasi adalah untuk mengembangkan bukan

memberikan citra buruk terhadap program. Evaluasi yang dilakukan dengan

teknik yang benar akan menghasilkan keputusan yang tepat.

39

Farida. Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 8.

 

Page 36: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

24

B. TERAPI

1. Pengertian Terapi

Dalam buku yang berjudul “kamus filsafat dan psikologi,” therapy

diartikan sebagai penggunaan teknik-teknik untuk menyembuhkan dan

mengurangi atau meringankan suatu penyakit.40

Dadang Hawari dalam

proses pengobatan yang diterapkan, berlandaskan pada ayat-ayat al-Quran

dan as-Sunnah. Dalilnya yang di implementasikan dalam terapi pengobatan

pengguna Narkoba, sebagai berikut:41

وإذا مرضت فهى يشفين

Artinya: “Dan bila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan” (Q.S.

Asy Syu‟ara, [26] : 80).

اع إذاداعان أجيب دعى ة الد

Artinya: “Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa,

apabila berdoa kepada-Ku.” (Q.S al-Baqarah, [2] : 186).

تداووا فإن الل لم يضع داء إلا شفاء غير داء واحد

هى الهرم

Artinya: “Berobatlah kalian, maka sesungguhnya Allah SWT. tidak

mendatangkan penyakit kecuali mendatangkan juga obatnya, kecuali

penyakit tua.” (H.R. At-Tirmidzi).

40

Sudarsono. Kamus Filsafat dan Psikologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), h. 254. 41

Hawari. Panduan Rehabilitasi Gangguan Mental dan Prilaku akibat Miras, Narkoba &

Penderita Skizofrenia. h. ii.

 

Page 37: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

25

2. Macam-Macam Metode Terapis

Selain terapi medik yang diterapkan dalam upaya penyembuhan

penyalahguna zat berbahaya, metode terapi yang digunakan oleh Madani

Mental Health Care diantaranya terapi psikologik, terapi sosial dan terapi

spiritual. Metode dapat diartikan sebagai alat yang digunakan dalam

mencapai proses sebuah tujuan. Dalam pengertian sederhana, metode dapat

diartikan suatu cara untuk menyampaikan nilai tertentu oleh si pembawa

pesan ke si penerima pesan.42

Metode terapis yang digunakan dalam upaya

pemulihan pengguna Narkoba di Rehabilitasi Madani Mental Health Care,

yakni:

a. Terapi Biologik

Pengertian biologik atau fisik adalah hal-hal yang menyangkut

tubuh (jasmani) seseorang, mulai dari fungsi persyarafan (otak), panca

indera, jantung, paru-paru, lambung, hati, usus, organ, perkemihan,

organ reproduksi, otot, tulang dan sistem yang terkait. Tubuh ini

memerlukan gizi makanan yang memadai dan halal agar dapat tumbuh

dan hidup sehat. Bila tubuh ini sakit diberikan jenis obat-obatan yang

sesuai dengan kondisi penyakitnya ditangani oleh dokter umum atau

spesialis (terapi medik).

Terapi medik diberikan jenis obat anti psikotik yang ditunjukan

terhadap gangguan sistem neuro-transmiter susunan saraf pusat (otak),

diberikan analgetik non opiat (obat anti nyeri yang tidak mengandung

opiat atau turunannya), tidak diberikan obat-obat yang bersifat adiktif.

42

Syahidin. Aplikasi Metode Pendidikan Qurani dalam Pembelajaran Agama di Sekolah,

(Tasikmalaya: Ponpes Suryalaya, 2005), h.62.

 

Page 38: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

26

Dalam proses terapi medik, diberikan juga obat anti depresi, kemudian

bila ditemukan komplikasi pada organ paru, liver dan lainnya

diberikkan obat sesuai dengan kelainan dari obat tersebut (terapi

somatik).43

b. Terapi Psikologik

Pengertian psikologik adalah hal-hal yang menyangkut masalah

kejiwaan seseorang, mulai dari kepribadian, stres, cemas, depresi,

gangguan jiwa (psikosis), penyimpangan seksual, bunuh diri,

penyalahgunaan NAZA dan lain-lainnya. Gangguan dibidang

kejiwaan ini ditangani oleh dokter ahli jiwa (psikiater), dan diberikan

terapi psikiatrik berupa konsultasi (psikoterapi) serta jenis obat-obatan

yang tergolong psikofarmaka.

c. Terapi Sosial

Pengertian sosial adalah lingkungan hidup seseorang, dirumah

di sekolah/kampus, di tempat kerja dan di masyarakat serta

lingkungan di perkotaan atau pedesaan dan alam sekitarnya. Masalah-

masalah sosial yang timbul ditangani oleh ahli ilmu sosial dan kalau

berdampak pada kondisi kesehatan seseorang, barulah berobat pada

ahlinya (dokter/psikiater).

d. Terapi Spiritual

Pengertian spiritual (agama) adalah hal-hal yang menyangkut

kehidupan keagamaan seseorang. Keimanan dan pengamalannya

dapat mencegah seseorang jatuh sakit. Bila seseorang sakit, faktor

43 Hawari. Panduan Rehabilitasi Gangguan Mental dan Prilaku akibat Miras, Narkoba &

Penderita Skizofrenia. h. 2.

 

Page 39: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

27

agama juga dapat berkonstribusi dalam terapi dan rehabilitasi.

Berbagai masalah yang berhubungan dengan keagamaan seseorang

dapat dikonsultasikan kepada ulama (ahli agama), dan bila berdampak

pada kondisi kejiwaannya dikonsultasikan kepada psikiater.

Narkoba dapat melelahkan Kecerdasan Intelektual (IQ), Kecerdasan

Emosional (EQ), Kecerdasan Kreativitas (CQ): maka demikian pula halnya

dengan Kecerdasan Spiritual (SQ). Orang yang mengonsumsi Narkoba akan

mengalami gangguan mental dan perilaku sebagai akibat fungsi pikir, alam

perasaan dan perilakunya menjadi error. Salah satu gejalanya adalah

melemahnya iman dan yang bersangkutan tidak lagi menjalankan ibadah

agama; sehingga ia tidak mampu membedakan mana yang haram dan mana

yang halal.44

Terapi agama diberikan sesuai dengan keimanan masing-masing

untuk menyadarkan bahwa Narkoba dan Miras haram hukumnya dari segi

agama maupun UU. Prinsipnya adalah berobat dan bertobat sebelum

ditangkap: berobat dan bertobat sebelum maut menjemput.

Berobat artinya membuang racun (Detoksifikasi), terapi komplikasi

medik, dan terapi terhadap gangguan sistem neuro-transmitter susunan saraf

pusat otak yang menyebabkan gangguan mental dan perilaku. Sedangkan

bertobat artinya memohon ampun kepada Allah SWT, berjanji tidak akan

mengulangi lagi mengkonsumsi Narkoba dan Miras.45

44

Hawari. Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa Perspektif Al-Qur‟an dan As-Sunnah,

(Jakarta: FKUI, 2015), h.96. 45

Hawari. Panduan Rehabilitasi Gangguan Mental dan Prilaku akibat Miras, Narkoba &

Penderita Skizofrenia.h. 2-3.

 

Page 40: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

28

C. REHABILITASI

1. Pengertian Rehabilitasi

Rehabilitasi korban Narkoba adalah suatu proses yang berkelanjutan

dan menyeluruh. Para pengguna Narkoba yang menjalani masa rehabilitasi

biasanya terganggu atau menderita secara fisik, mental, spiritual dan sosial.

Oleh karena itu tempat rehabilitasi narkoba harus meliputi usaha-usaha

untuk mendukung para korban dalam pengembangan dan mengajarkan arti

kehidupan secara berkualitas di bidang fisik, mental, spiritual dan sosial.46

Sarana dan prasarana rehabilitasi pengembangan dan pengisian hidup

secara bermakna dan berkualitas adalah suatu proses mandiri seseorang,

bukanlah suatu tujuan yang harus di kejarnya. Tujuan yang di kejar adalah

hidup sehat, bahagia, damai dan bersikap positif. Setiap pengguna narkoba

yang di rehabilitasi berhak memperoleh kesehatan dan kesembuhan yang di

dambakan. Maka harus tersedia dukungan dan pertolongan bagi harapannya

dengan perlengkapan-perlengkapan teknis lainnya.

2. Standar Sarana dan Prasarana Rehabilitasi

a. Bangunan Fisik

1.) Sarana rehabilitasi, tersedianya:

(a). Ruang konsultasi/perikasa

(b). Ruang tidur yang memenuhi persyaratan kesehatan yaitu

bersih, cukup ventilasi, cukup pencahayaan dan minimal 20

tempat tidur.

46

Somar. Rehabilitasi Pecandu Narkoba, (Jakarta: Grasindo, 2001), h. 19.

 

Page 41: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

29

2). Sarana penunjang, tersedianya:

(a). Ruang makan

(b). Ruang olahraga

(c). Ruang tamu

(d). Ruang ibadah

(e). Kamar mandi

3). Sarana administrasi, tersedianya:

(a). Ruang pimpinan

(b). Ruang staf

(c). Ruang administrasi

b. Obat:

1). Obat-obatan P3K

c. Sumber daya manusia

1). Pimpinan sarana pelayanan rehabilitasi

2). Psikiatri

3). Psikolog

4). Konselor

5). Petugas keamanan

6). Tenaga lain sesuai kebutuhan

 

Page 42: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

30

D. NARKOBA

1. Pengertian Narkoba

Narkoba adalah singkatan dari narkotika, psikotropika dan zat adiktif

lainnya.47

Narkotika adalah zat yang dapat menyebabkan penurunan

kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri

dan dapat menimbulkan ketergantungan, contohnya: opium, kokain, heorin,

morphine, ganja, benzetidin, betametadol dan lain-lainnya. Psikotropika

adalah zat yang mempengaruhi susunan syaraf pusat yang menyebabkan

pada kas pada aktivitas mental dan perilaku, contohnya: ekstasi,

amfetamina/shabu-shabu, deksamfitamina, buprenorfina, diazepam (nipam,

BK, magadon), notrazepan dan lain-lain.48

Sedangkan zat adiktif lainnya

yaitu sedativa hipnotika, amfetamin (keduanya bermanfaat dalam ilmu

kedokteran), halusinogen, fensiklidin yang tidak digunakan dalam ilmu

kedokteran, inhalansia (yaitu zat yang banyak terdapat dalam keperluan

rumah tangga, kantor atau industri), nikotin (dalam tembakau) dan kafein

(dalam kopi) yang banyak digunakan sebagai zat penikmat.49

2. Jenis-Jenis Narkoba

a. Narkotika

Menurut Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 1997 Narkotika

adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman

baik sintesis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan

47

Sunarno. Narkoba: Bahaya dan Upaya Pencegahannya, (Semarang: Bengawan Ilmu,

2007), h. 10. 48

Raihana & Minsarnawati. Psikologi Kesehatan Bagi Praktisi Kesehatan Masyarakat,

(Tanggerang: FKIK UIN Syarifhidayatullah Jakarta, 2012), h. 31. 49

Satya. Gangguan Penggunaan Zat Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif Lain, (Jakarta:

Gramedia, 1989), h.50.

 

Page 43: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

31

atau perubahan kesadaran, kehilangan rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.50

Tabel 1. Jenis-jenis Narkotika

No Jenis-Jenis Narkotika Golongan

1 Heroin/Putaw, Kokain dan

Ganja

1

2 Morfin dan Petidin 2

3 Kodein 3

b. Psikotropika

Menurut UU RI Nomor 5 tahun 1997 bahwa yang dimaksud

dengan spikoterapika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun

sintetis bukan Narkotika, yang berkhasiat psikoakif melalui pengaruh

selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada

aktivitas mental dan prilaku.51

Tabel 2. Jenis-jenis psikotropika

No Jenis Psikotropika Golongan

1 Ektasi, Shabu dan LSD. 1

2 Amfetamin, metilfenidat atau ritalin. 2

3

Diazepam, bromazepam, fenobarbital,

klonazepam, klordiazepoxide,

nitrazepam.

3

50

Ardani. Psikiater Islam, (Malang: Uin-Malang Press, 2008), h.256. 51

Ardani. Psikiater Islam, (Malang: Uin-Malang Press, 2008), h.257.

 

Page 44: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

32

c. Zat Adiktif Lainnya

Yang dimaksud disini adalah bahan atau zat uang berpengaruh

psikoaktif diluar yang disebut Narkotika dan Psikotropika, meliputi:52

1) Minuman berakohol, mengandung etanol etil alkohol yang

berpangurh menekan susunan saraf pusat dan sering mendaji

bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam kebudayaan

tertentu. Jika digunakan sebagai campuran narkotika atau

psikotropika memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh

manusia. Ada tiga golongan minuman berakohol, yaitu golongan A

(kadar etanol 1-5% seperti Bir), golongan B (kadar etanol 5-20%

seperti jenis minuman anggur), golongan C (kadar etanol 20-45%

seperti Whisky, Vodka, TKW, Manson House, Johny Walker, dan

Kamput).

2) Inhalansia (gas yang dihirup) dan Solven (zat pelarut) mudah

menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai

barang keperluan rumah tangga, kantor dan sebagai pelumas mesin.

Yang sering disalahgunakan anatara lain, lem, thinner, penghapus

cat kuku dan bensin.

3) Tembakau; pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat

luas di masyarakat. Pada upaya menanggulangan Narkoba di

masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja

harus menjadi bagian upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol

52

Ardani. Psikiater Islam, (Malang: Uin-Malang Press, 2008), h.256

 

Page 45: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

33

sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan Narkoba lain yang

lebih berbahaya.

3. Motif Penyalahgunaan Narkoba

Seseorang dokter psikiater Dr. Graham Blaine berdasarkan hasil-hasil

penelitiannya antara lain mengemukakan sebagai berikut:53

a. Untuk membuktikan keberanian dalam melakukan perkelahian,

bergaul dengan wanita dan lain-lain.

b. Untuk menunjukkan tindakan menentang otoritas terhadap

orangtua atau guru atau norma-norma sosial.

c. Untuk mempermudah penyaluran dan perbuatan seksual.

d. Untuk melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh pengalaman-

pengalaman emosional.

e. Untuk mencari dan menemukan arti daripada kehidupan.

f. Untuk mengisi kekosongan dan kesepian/kebosanan.

g. Untuk menghilangkan kegelisahan, frustasi dan kepepatan hidup.

h. Untuk mengikuti kemauan kawan-kawan dalam rangka membina

solidaritas.

i. Hanya iseng-iseng atau didorong oleh rasa ingin tahu.

53

Soedjono. Phatologi Sosial. (Bandung: ALUMNI, 1974), h. 67-68.

 

Page 46: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

34

4. Gangguan Mental dan Perilaku Narkoba

Menurut Dadang Hawari dalam bukunya yang berjudul “Petunjuk

Praktis Terapi Miras dan Narkoba” memaparkan secara umum gangguan

mental dan perilaku akibat mengonsumsi narkoba adalah sebagai berikut:54

a. Meninggalkan ibadah yang semula rajin.

b. Berbohong yang semula jujur.

c. Membolos yang semula rajin.

d. Meninggalkan rumah (minggat).

e. Bergaul bebas (seks bebas/ perzinaan).

f. Menjual barang, mencuri, tindak kriminal.

g. Prestasi belajar merosot sampai drop out.

h. Melanggar disiplin yang semula taat.

i. Merusak barang-barang/ alat rumah tangga.

j. Mengakali dan melawan orangtua.

k. Pemalas (enggan merawat diri).

l. Suka mengancam, tindak kekerasan, berkelahi.

m. Sering mengalami kecelakaan lalu-lintas.

54

Hawari. Petunjuk Praktis Terapi (Detoksifikasi) Miras dan Narkoba (NAZA), (Jakarta:

FKUI, 2011), Cet. Ke-2, h. 6-7.

 

Page 47: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

35

Secara khusus, gangguan mental dan prilaku pengguna Narkoba

adalah sebagai berikut:55

a. Ganja

1) Perubahan prilaku:

(a). Ketakutan.

(b). Kecurigaan.

(c). Gangguan menilai realitas.

(d). Gangguan dalam fungsi sosial dan pekerjaan.

2) Gejala psikologi:

(a). Euforia, rasa gembira tanpa sebab.

(b). Halusinasi.

(c). Delusi atau waham (keyakinan yang tidak benar dan tidak

rasional).

(c). Perasaan waktu berlalu dengan lambat (misalkan 10 menit

dirasakan 1 jam).

(d). Apatis.

3) Gejala fisik:

(a). Jantung berdebar-debar.

(b). Mata merah.

(c). Nafsu makan bertambah.

(d). Mulut kering.

55

Hawari. Petunjuk Praktis Terapi (Detoksifikasi) Miras dan Narkoba (NAZA), (Jakarta:

FKUI, 2011), Cet. Ke-2, h. 7-14.

 

Page 48: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

36

5. Kelompok Potensial Mudah Terpengaruh Narkoba

Menurut Nalini Nurdi, psikiater RSUD Soetomo Surabaya, ada

kelompok-kelompok yang potensial yang mudah terpengaruhi Narkoba

(Jawa Pos, 26 Februari 2000):56

a. Kelompok primer

Kelompok primer adalah kelompok yang mengalami gangguan

kejiwaan. Penyebabnya bisa karena kecemasan, depresi dan

ketidakmampuan menerima kenyataan hidup. Hal tersebut diperparah

lagi karena mereka memiliki kepribadian introfet atau tertutup.

Dengan jalan mengonsumsi obat-obatan atau sesuatu yang diyakini

dapat terlepas dari masalah, kendati hanya sementara waktu.

Kelompok primer sangat mudah terpengaruhi untuk mencoba

Narkoba, jika lingkungan pergaulannya menunjang dia untuk

memakai.

b. Kelompok sekunder

Kelompok sekunder yaitu, mereka yang mempunyai sifat anti

sosial. Kepribadiannya selalu bertentangan dengan norma-norma

masyarakat. Sifat egosentri sangat kental dalam dirinya. Perilaku ini

disamping sebagai konsumen juga dapa sebagai pengedar. Ini

merupakan pencerminan pribadi yang ingin mempengaruhi dan tidak

senang jika ada orang lain merasakan kebahagiaan.

56

Sasangka. Narkotika dan Psikotrapika dalam Hukum Pidana, (Bandung: Mandar Maju,

2003), h. 9-10.

 

Page 49: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

37

c. Kelompok tertier

Kelompok tertier adalah kelompok ketergantungan yang bersifat

reaktif. Biasanya terjadi pada para remaja yang labil dan mudah

terpengaruhi dengan kondisi lingkungannya. Juga pada mereka yang

kebingungan mencari identitas diri, selain mugkin adanya ancaman

dari pihak tertentu untuk ikut mengonsumsi.

6. Mekanisme Terjadinya Penyalahgunaan Narkoba

Mekanisme terjadinya penyalahgunaan Narkoba menurut penelitian

prof. Dadang Hawari (1990), seperti yang dikutip Pudji Lestari (2000:3)

dikemukakan sebagai berikut: Penyalahgunaan Narkoba terjadi oleh

interaksi antara faktor-faktor predisposisi (kepribadian, kecemasan, depresi)

faktor kontribusi (kondisi keluarga) dan faktor pencetus (pengaruh teman

sebaya/kelompok dan zat itu sendiri).

Gambar 1. Mekanis Penyalahgunaan Narkoba

Faktor

Predisposisi

Faktor Kontribusi

1. Gangguan

kepribadian

2. Kecemasan

3. Depresi

4. kondisi keluarga

> Keutuhan keluarga

> Kesibukan orangtua

> Hubungan interpersonal

Faktor Pencetus

Pengaruh teman

kelompok Narkoba

Ketergantungan Narkoba Penyalahgunaan Narkoba

 

Page 50: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

38

BAB III

PROFIL REHABILITASI

MADANI MENTAL HEALTH CARE

A. Sejarah

Sejarah berdirinya Madani Mental Health Care. Berawal di tahun

1999 dari Pecandu Narkoba yang meminta tolong untuk dibina dan tinggal

di rumah ustadnya (Ust. Darmawan) dibuatkanlah Rumah Kesadaran.

Seiring dengan waktu, jumlah pecandu yang ingin tinggal dan dibina

semakin banyak.

Gambar 2. Graha Madani

Berawal dari kesadaran para pecandu yang ingin berobat dan bertobat

inilah Madani Mental Health Care berkembang dan menuju tahap yang

lebih Profesional. Satu September 2003 di rumah sakit Thamrin jam 13:00

di proklamirkan berdirinya Madani Home Care Metode Prof. Dr. dr. H.

Dadang Hawari, Psikiater. Tepat pada tanggal 11 November 2007 Yayasan

 

Page 51: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

39

Madani disahkan oleh Negara melalui Departemen Hukum dan HAM

sebagai berikut:

Nama : Yayasan Pusat Rehabilitasi Madani Mental

Health Care Metode Prof. Dr. Dr. H. Dadang

Hawari.

Legalitas : Kementerian Hukum & HAM RI No: C-

4011.HT.01.02.TH.2007

Alamat : Jalan Pancawarga III Rt.003/04 No.34 Cipinang

Selatan, Jakarta Timur 13410

Telepon/Fax : (021) 8578228/ 0816-1342-931

Website : www.madanionline.org

E-mail : [email protected]

Yayasan Pusat Rehabilitasi Madani Mental Health Care adalah

sebuah lembaga swadaya masyarakat yang memfokuskan diri pada

penanganan korban penyalahgunaan Narkoba dan Skizofrenia. Memiliki

visi menyelamatkan dan mengembalikan masa depan dan citra diri

keluarga, masyarakat dan bangsa, serta meningkatkan kualitas hidup

menjadi lebih baik. Misi yayasan ini adalah melaksanakan usaha

pencegahan melalui penyuluhan, bimbingan, pembinaan dan konsultasi

mengenai bahaya yang ditimbulkan dari penyalahgunaan NAZA, maupun

mengobati serta meningkatkan kualitas hidup korban NAZA dan Penderita

sikofrenia sehingga dapat kembali ke masyarakat dan lingkungannya secara

baik dan benar.

 

Page 52: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

40

B. Program Pembinaan

Khusus Program Pembinaan Rehabilitasi korban NAZA dan

Skizofrenia (mental disorder), Madani Mental Health Care memakai Sistem

Terpadu Bio-Psiko-Sosial-Spiritual (BPSS); Metode: Prof. Dr. dr. H.

Dadang Hawari, Psikiater

Program pembinaan dilaksanakan secara terpadu dan

berkesinambungan oleh tenaga-tenaga yang berpengalaman dibidangnya.

Program pembinaan dijalankan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan dan dapat

diperpanjang sesuai kemampuan, dengan mengikuti program lanjutan

selama 3 (tiga) bulan serta masuk fase kemandirian 6 (enam) bulan. (Transit

House, Day Care, dan Home Care merupakan jenis estape/tahapan dari

program pembinaan).

1. Terapi Medik & Komplikasi Medik (Bio)

Meliputi: Stabilisasi (pencucian racun tanpa anestesi dan substitusi)

dan pemulihan penyakit komplikasi akibat dari NAZA.

2. Terapi Religius (Spiritual)

Meliputi: Ibadah dan praktek ibadah, Mengaji dan Mengkaji Al-

qur‟an/Hadist, Berzikir dan Berfikir, Syirah Nabawi, Ahlaqul karimah,

muhadhoroh dan muhasabah.

3. Terapi Psikososial

Meliputi: Penguatan tekad/cita-cita, outbond, games therapy,

sosialisasi keluarga dan masyarakat.

4. Pengetahuan umum

 

Page 53: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

41

Meliputi: Bahasa Inggris/Arab, Komputer, Seni lukis, Desain dan

Teknik Cetak Sablon, Handycraft, dan lain-lain (sesuai minat dan bakat).

Metode pengajarannya lebih mengedepankan pendekatan individual

dari pada klasikal (general) karena didasarkan kepada kompetensi santri,

latar belakang, masalah yang dihadapi dan harapan serta cita-citanya.

Metode dan tehnik yang digunakan dalam melaksanakan program

pembinaan:

Tabel 3. Metode pengajaran di Madani Mental Health Care

Metode Pembinaan Teknik Pengajaran

1. Keteladanan

2. Nasehat

3. Cerita atau kisah-kisah

4. Hukuman

5. Hadiah

1. Ceramah

2. Diskusi-debat

3. Simulasi – Sosiodrama

4. Parawisata

5. Dzikir-perenungan

6. Seni dan Olahraga

Di lingkungan pembinaan, para konselor, pengajar, instruktur, perawat

ataupun pembina lainnya dipanggil dengan panggilan ustadz dan klien,

murid, anak, ataupun adik binaan disebut dengan santri. Para ustadz yang

diterima di lingkungan pembinaan, harus mempunyai latar belakang

pengetahuan agama dan dalam menjalankan tugasnya para ustadz terikat

dengan kode etik Counselor NAZA Counselor skizofrenia.

Keunggulan program pembinaan Madani Mental Health Care

memakai Sitem terpadu; metode: Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater

 

Page 54: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

42

adalah pembinaan yang berbasis komunitas/ masyarakat (community base,

not intitution base), diuraikan antara lain:

1. Memakai sistem terpadu

2. Menyediakan tenaga konselor pendamping untuk santri

3. Mengedepankan nilai-nilai agama

4. Menerapkan program pembinaan berdasarkan kompetensi santri

5. Membudayakan kehidupan keseharian, layaknya kehidupan normal di

masyarakat

6. Berkesinambungan yakni setelah santri berada di rumah (dari Transit

House) tetap menyediakan program pembinaan berkelanjutan

7. Lingkungan yang fleksibel dan nyaman “tidak terpenjara” dengan tetap

melakukan pengawasan pembinaan

8. Suasana kekeluargaan.

9. Selama dalam program pembinaan santri dapat melanjutkan

pendidikan/bekerja dengan sistem pendampingan.

C. Program Pemberdayaan Pasca Rehab

Proses pembinaan bagi korban penyalahgunaan Narkoba dan juga

penyakit skizofrenia menurut hemat kami adalah sebuah proses yang

membutuhkan jangka waktu yang panjang. Setiap santri yang telah selesai

menjalani proses rehabilitasi tidak langsung bahwa dia 100% akan bebas

dari Narkoba. Untuk menjaga tren positif setelah menjalani proses

rehabilitasi Madani Mental Health Care mempunyai program

pemberdayaan after care berupa:

 

Page 55: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

43

1. Bengkel dan Steam, Perikanan, Handycraft (Madani Marchandise)

2. Program perkonselor/terapi kerja di rumah transit

3. Pengajian rutin bagi alumni/aftercare

4. Outbond rutin

5. Family Gathering/Family Therapy keluarga Madani Mental Health

Care

D. SDM Dan Santri Madani

1. SDM Madani

Tabel 4. Jumlah pegawai Madani Mental Health Care (bulan

November 2017)

No Pengurus Jumlah

(Orang)

Presentase (%)

1 Pengurus kantor 10 26,31

2 Psikiater 1 2,63

3 Dokter 2 5,26

4 Psikolog 1 2,63

5 Konselor 12 31,57

6 Perawat 2 5,26

7 Instruktur 4 10,52

8 Staf pemeliharaan 2 5,26

9 Dapur 4 10,52

Jumlah 38 100

Sumber : Yayasan Rehabilitasi Madani Mental Health Care

 

Page 56: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

44

2. Santri Madani

Data santri yang sedang mengikuti rehabilitasi di transit house pada

Bulan Oktober 2017, berikut datanya:

Tabel 5. Santri Madani Mental Health Care (bulan Oktober 2017)

N

No

Nama Santri

(Inisial)

Diagnosa Bulan ke Rehabilitasi

yang ke

1 DF Narkoba 1 1

2 FA Narkoba 3 1

3 DD Narkoba 2 1

4 MQ Narkoba 2 1

5 SF Narkoba 1 1

6 HL Narkoba 1 1

7 KU Narkoba 3 1

8 IQ Narkoba 2 1

9 AN Narkoba + 2 2

10 EZ Narkoba Selesai 1

Jumlah Santri 10 santri

Sumber : Yayasan Rehabilitasi Madani Mental Health Care

 

Page 57: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

45

E. SKEMA PENERIMAAN KLIEN

Gambar 3. Skema penerimaan klien

Home Care

Di Rumah Santri

-Santri yang Mandiri , sesudah dari Transit

House dan masa Day Care-Santri bekerja dan

melanjutkan pendidikan – Konsellor melakukan

kunjungan ke Rumah Santri dan Progran

dilakukan di rumah Santri tersebut

Pasien Korban

NAZA

Penderita

Skizofrenia

Klinik Prof.

Dr.dr. H. Dadang

Hawari, Psikiater

-Konsultasi

-Saran atau rekomendasi

-Keluhan pemakai NAZA dan penderita

Skizofrenia

-Perlunya tindakan Penyembuhan yang terbaik

- perlunya lingkungan tempat rehabilitasi

Day Care

Madani

Setelah melakukan program transit santri dapat

memilih program Day Care dimana santri

datang ke Madani secara harian untuk

mengikuti program

Rumah

Stabilisasi

-Stabilisasi – 5 s/d 7 hari

-Pengobatan komplikasi Medik

-Saran dan Rekomendasi

Transit House

Madani Mental

Health Care

-Lama 3 bulan terapi Medik, Psikososial,

Psikiatri dan Relegius

-Tempat pembinaan 24 jam – terpadu dg

pendampingan

-Melaksanakan juga pelayanan DAY Care (1/2

hari)

 

Page 58: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

46

F. SARANA & PRASARANA

Madani Mental Health Care memiliki sarana dan prasarana yang

menunjang program pembinaan Santri. Dengan model pembinaan yang

berbasis masyarakat maka sarana di buat sedemikian mungkin seperti rumah

tinggal sehari-hari. Adapun sarana prasarana yang ada antara lain:

Tabel 6. Sarana dan prasarana di Madani Mental Health Care

No Fasilitas Jml Keterangan

1 Kantor 1 ruang konsultasi

2 Kamar tidur 6 ber AC Kapasitas 20 tempat tidur

3 Ruang belajar/lab

skill

1 4 unit komputer, alat2 cetak sablon

4 Ruang santai 1 TV, Tape, DVD, PlayStation

5 Pendopo 2 Terbuka, tempat olah raga, TPA ,

taman Bacaan Masyarakat.

6 Perpustakaan 3 Ruang atas, mushollah, kantor.

7 Ruang Stabilisasi 1 Ruang stabilisasi dan detoksifikasi

4 tempat tidur

8 Ruang Klien Day

Care (program

lanjutan)

1 6 tempat tidur

 

Page 59: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

47

G. STRUKTURAL YAYASAN

Ketua Yayasan : Darmawan, S.Ag

Wakil Ketua Yayasan : Ginanjar Maulana, LC

Sekretaris : Taufik Permadi

Bendahara : Santi Rachmawati, SPd

Deputi Kesejahteraan Sosial : Samsuludin, MA.Si

Deputi Ekonomi Yayasan : Ahmad Jami Hw, S.Sos.I

Deputi Pendidikan Yayasan : Ade Cecep Hidayat, S.Pd.I

Deputi Dakwah Yayasan : Yanto Abdul Latif, S.Th.I

Deputi Bidang Kesehatan : Harid Isnaeni, S.Sos.I

Manajer Program Rehabilitasi : Yuki Andi Arpan, SSI

Dokter/Psikiater : Prof . Dr. dr. Dadang Hawari

Psikolog : Sri Nurliana, M.Psi

Konselor Pendamping : Yanto Abdullatif, S.Th.I

Indra Wira Setya, SST

Nurhasanudin, S.Sos.I

Ali Rambe, S.Sy

Ar Rizal, S.Sy

Prayudho Utomo, SH

Instruktur Terapi Lukis : Faisal, S.Pd

Instruktur Olahraga : Sabam Dindin

Website & Media Sosial : Muhammad Istihori, S.Sos.I

Staff Pemeliharaan : Iwan dan Asep Awaludin

 

Page 60: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

48

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Santri Madani

Tabel 7. Data Santi Madani Mental Health Care (1 Oktober 2017)

No Nama Santri Jenis Narkoba Lama Pemakaian Lama Rehab

1 DF Alkohol dan

sintesis

3 Tahun Baru masuk

2 DD Alkohol, gorilla,

ganja, heroin dan

shabu.

2 Tahun Jalan 2 Bulan

3 FZ Shabu-shabu,

ganja, gorilla,

dumolit dan

alpazolat.

5 Tahun Jalan 3 Bulan

4 HL Dumolit,

Alprazolat, Ganja,

Shabu dan

alkohol.

4 Tahun Baru masuk

5 MQ Shabu, Ektasi,

Ganja dan

Masroom

7 Tahun Jalan 2 Bulan

6 IQ Alkohol, Ganja,

Heroin, dan

Shabu.

5 Tahun Jalan 2 Bulan

7 SF Ganja, alkohol,

shabu, putaw

7 Tahun Baru Masuk

8 EN Gorilla, ganja dan

shabu.

4 Tahun Jalan 2 Bulan

9 KU Shabu dan alkohol 3 Tahun Jalan 3 Bulan

10 EZ Shabu-shabu,

ganja, elsit dan

gorilla.

5 Tahun Selesai

Program

 

Page 61: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

49

Berikut data perkembangan santri setelah mendapatkan pembinaan tiga

Bulan di Madani Mental Health Care dengan metode BPSS.

Tabel 8. Laporan Perkembangan Klien

Nama Faktor Pengguna Berita Klien Laporan Perkembangan

DF 1.Coba-coba

2. Teman

3. Bullying

1. Sulit fokus terhadap

pelajaran

2. Kurang percaya diri

3. Spiritual cukup

1. Kembali beraktifitas

bersama keluarga

2. Mengikuti sekolah

alam di Bogor

3. Secara fisik terlihat

lebih segar

DD 1. Teman

2. Bisnis yang

menggiurkan

3. Hubungan

dengan keluarga

tidak berjalan

dengan baik

1. Paranoid

2. Pemahaman spiritual

sangat lemah

1. Terdapat indikasi

halusinasi

2. Lemah, meskipun

sudah diberikan

pembinaan dan edukasi

karena kurang dukungan

dari pihak keluarga.

3. Menjalani tahapan

rehabilitasi lanjutan

FZ 1. Hubungan

dengan keluarga

tidak berjalan

dengan baik

2. Keinginan

sendiri

1. Sulit Fokus terhadap

pelajaran

2. Spiritual lemah (jarang

solat dan ibadah lainnya)

3. Pola tidur tidak teratur

1. Pola makan dan tidur

teratur

2. Komunikasi baik

3. Menjalani tahapan

rehabilitasi lanjutan

SF 1. Broken home

2. Lingkungan

1. Emosi tinggi

2. Sensitifitas tinggi

3. Mental lemah

1. Sudah mampu

mengontrol emosi dan

memilih jalan hidup

yang lebih baik

2. Kembali bekerja dan

sedang mencari calon

istri

HL 1. Broken home

2. Salah bergaul

1. Emosi tinggi

2. Pemahaman akan

nilai-nilai agama cukup

3. Gelisah

1. Menjalani tahapan

rehabilitasi lanjutan

2. Pola makan dan tidur

teratur

MQ 1. Salah bergaul 1. Pemahaman agama

cukup

2. Kurang inisiatif

1. Fisik terlihat lebih

segar

2. Mulai memahami

trigernya

3. Sudah kembali

membina bersama

keluarga kecilnya

 

Page 62: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

50

Lanjutan Tabel 8. Laporan perkembangan Klien

Nama Faktor Pengguna Berita Santri Laporan Perkembangan

IQ 1. Dijebak

2. Lingkungan

3. Orangtua

pisah

1. Gelisah

2. Kental dengan prilaku

adiksi

3. Pemahaman akan

spiritual cukup

Mulai beraktifitas, cari

pondok, membantu

orangtua dan sedang

daftar sekolah lagi

EN 1. Lingkungan

dan salah bergaul

1. Halusinasi

2. Emosi tidak stabil

3. Waham keagamaan

4. Sering down

1. Fisik terlihat lebih

segar

2. Pola makan dan tidur

sudah baik

3. Sedang mendaftar

kuliah

KU 1. Keinginan

sendiri

1. Emosi tidak stabil Sudah mampu

memahami triger

penggunaan Narkoba

EZ 1. Lingkungan

dan salah bergaul

1. Komunikasi kasar

2. Kontrol emosi kurang

3. Pola tidur tidak teratur

1. Sudah mampu

memahami triger

penggunaan Narkoba

2. Sugesti masih muncul

3. Mulai beraktifitas

kembali

2. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini penulis mengambil 8 responden.

Pertama atas nama Samsuluddin, MA.si sebagai perwakilan lembaga. Empat

responden di bidang BPSS, 2 responden santri aktif dan 1 sebagai alumni.

Tabel 9. Karakteristik responden terapis

No

Nama

Pendidikan

Terakhir

Jabatan

1 Samsuludin, MA.Si S2 Deputi kesejahteraan

sosial

2 Yuki Andi Arpan, SS S1 Terapis sosial

3 Harid Isnaeni, S.Sos.I S1 Terapis spiritual

4 Sri Nurliana, M.Psi S2 Psikolog

5 Andrian, S.Kep S1 Perawat Sumber: Yayasan Rehabilitasi Madani Mental Health Care

 

Page 63: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

51

Responden diatas dipilih atas dasar kebutuhan data yang diperlukan

oleh peneliti setelah melakukan observasi mendalam. Responden yang

terpilih merupakan rekomendasi dari pimpinan yayasan Madani Mental

Health Care. Responden tersebut merupakan informan yang dapat

memberikan informasi terkait dengan pelaksanaan maupun hasil dari proses

pembinaan santri di Madani.

Tabel 10. Karakteristik responden klien

No

Inisial

Umur

Bulan ke

Jenis Narkoba yang

Dikonsumsi

Lama

Pemakaian

1 FA 20 3 Shabu-shabu, ganja,

gorilla, dumolit dan

alpazolat.

5 tahun

2 IQ 16 2 Alkohol, ganja, shabu-

shabu dan heroin.

5 tahun

3 RZ 18 Alumni Shabu-shabu, ganja,

elsit dan gorilla.

5 tahun

Sumber: Yayasan Rehabilitasi Madani Mental Health Care

1. Proses Metode Terapis Medik

a. Proses stabilisasi (detokfikasi)

Gambar 4. Perawat sedang melakukan observasi terhadap

perkembangan pasien.

Detoksifikasi adalah tahapan awal ketika pasien datang ke Madani

untuk menjalani rehabilitasi atau pemulihan. Lamanya tahapan ini

minimalnya selama 7 hari dan akan ditambahkan hari jika diperlukan.

 

Page 64: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

52

“Nah pertama, sebelum ke pelaksanaan maka kita harus melihat

dari posisi cara pandang kita terhadap orang yang menggunakan

Narkoba. Bahwa kami memandang, bahwa orang yang menggunakan

itu adalah saraf otaknya yang rusak. Jadi, kerusakan saraf itu yang

mempengaruhi seseorang perasaannya menjadi berubah, pikirannya

berubah, prilakunya berubah.”

Menurut Bapak Samsul, bahwa zat yang disalahgunakan ini

berdampak pada kerusakan sel saraf otak. Pada klien yang menjalani

proses rehabilitasi klien akan menjalani tahapan detoksifikasi. Menurut

bapak Samsul Detoksifikasi yakni proses medik yang berfungsi sebagai

pembersihan racun akibat penggunaan zat adiktif.

“Nah, maka dalam pelaksanaannya pertama dari aspek biologis.

Pengguna Narkoba sarafnya yang rusak maka obatin sarafnya. Itu yang

pertama, ini dinamakan dengan detoksifikasi. Nah, saraf ini sendiri pun,

orang yang menggunakan Narkoba, sudah ada banyak saraf yang rusak

karena Narkoba itu. Maka dengan kerusakan saraf inilah yang perlu di

recaveri saraf, ataupun mungkin istilahnya itu bagaimana menumbuhkan

saraf-saraf yang baru ini lebih cepat.”

Bapak Samsul kemudiaan melanjutkan ungkapannya sebagai

berikut:

“Secara biologis pada tahap detoksifikasi, pasien pada penggguna

shabu, amfetamin akan banyak tidur dan secara psiko, pasien akan

mengalami yang namanya disorientasi seperti emosi tidak stabil,

ketakutan marah, dan gelisah. Efek tersebut tentunya akan berbeda jika

di berikan obat yang sama di waktu yang berbeda, karena ketika awal

detoksifikasi adalah tahap pembuangan racun dalam saraf sehingga obat

resep Prof akan berbenturan dengan Obat-obat Narkoba.”

Hal diatas sejalan dengan ungkapan perawat Madani Mental Health

Care sebagai berikut:

“Pertama santri diberikan obat yang sesuai dengan rekomendasi

dari dokter, terus yangmana pada tahap awal ketika diberikan obat

(masa proses stabilisasi) efeknya akan menimbulkan yang namanya

 

Page 65: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

53

disorientasi. Timbul ngigo, ngraktak, halusinasi. Secara biologis

biasanya timbul tenggorokan kering, hidung mampet, tremor, ee cadel.

Ini namanya terapi medik ditahap awal.”

Pernyataan perawat tersebut diperkuat oleh responden FA sebagai

berikut:

“Disuntik terus dikasih vitamin. Kemaren sih gak sakauw, cuman

suges doang. Dikasih obat, terapinya melalui ucapan, paling saya kalo

lagi sugest kayak gitu mengalihkannya ke rokok. Enggak diiket, kalo di

iket mah putaw.”

Pernyataan perawat tersebut diperkuat lagi oleh responden IQ

sebagai berikut:

“Selain itu, diberikan vitamin, Ee pas disorientasi pak, saya cuman

2 hari disorientasinya, cuman apa namanya? Cuman halusinasi doang,

yang sadar setengah. Sama perawat di diemin. Karena gak terlalu

agresif.”

Pernyataan perawat tersebut diperkuat oleh responden alumni EZ

sebagai berikut:

“Diberi masuk-masukan. Dikasih obat, dikasih ketenangan, dikasih

tahu secara omongan.”

Dalam pengamatan peneliti, pasien yang baru masuk benar jika

mereka mendapatkan pelayanan medis selama 7 hari di ruang

detoksifikasi sebelum memasuki tahapan pembinaan tahap berikutnya.

Pada tahapan ini, terjadi yang namanya disorientasi yang merupakan

proses kerja obat yang telah diminum oleh pasien.

Pernyataan-pernyataan diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa

proses metode terapis medik di detoksifikasi telah terlaksana dengan

baik.

 

Page 66: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

54

b. Hambatan dan Penanganan dalam Proses Terapis Medik

Dalam proses terapis medik yang berlangsung ini terdapat beberapa

kendala. Berikut beberapa hambatan dalam proses terapis medik menurut

pernyataan perawat Madani Mental Health Care:

“Pertama membagi untuk klien yang sudah mengalami paranoid,

dia akan sulit jika dikasih obat. Kedua, pemahaman yang masih belum

ngerti sepenuhnya tentang pentingnya fungsi obat (dalam proses

pemulihan) baik keluarga maupun klien.”

Hambatan yang terjadi dalam proses terapis medik menurut

ungkapan perawat ada 2 hambatan. Pertama adanya gejala paranoid

ataupun gangguan kejiwaan lainnya. Dengan adanya gejala tersebut klien

biasanya akan menolak jika diberikan obat. Kedua, kurangnya

pemahaman tentang fungsi dan pentingnya minum obat dalam hal ini

minum obat secara teratur.

Kemudian dari hambatan-hambatan tersebut, berikut ungkapan

perawat dalam penanganan terapis medis yang diberikan:

“Kita akan memberikan pemahaman, dilakukan pendekatan lebih

insten (dibujuk). Kita lakukan tindakan dengan cara dipaksa sesuai

dengan SOP, misal di injeksi, ada dua atau tiga konselor yang

memegangi.”

Dalam observasi yang peneliti lakukan, tindakan injeksi yang

dilakukan secara paksa yang telah diungkapkan oleh perawat diatas tidak

ada unsur kekerasan didalamnya. Pemaksaan itu dilakukan oleh beberapa

konselor yang ahli dengan teknik-teknik tertentu guna melumpuhkan

klien yang akan di injeksi.

Peneliti menyimpulkan bahwa perawat dan juga konselor

memeiliki tugas dan fungsi yang saling berkerja sama dalam proses

 

Page 67: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

55

terapis medik guna memastikan obat tersebut diminum atau diinjeksi

kalau perlu.

c. Perkembangan Klien Setelah Mendapatkan Terapis Medik

Berikut gambaran umum perkembangan klien Madani menurut

perawat Madani Mental Health Care setelah mendapatkan metode terapis

medik:

“Pada umumnya ketika sudah diberikan obat maka akan terjadi

perubahan, misalnya pola tidur dan pola makan sudah teratur. Emosi

sudah stabil. Halusinasi, kecemasan dan ketakutan mulai menurun.”

Perkembangan secara biologis seperti yang disampaikan oleh

perawat adalah pola tidur dan makan mulai teratur, secara spikologis

emosi mulai stabil dan halusinasi, kecemasan dan paranoid mulai

berkurang.

“Ketika santri berada di Bulan kedua, perkembangannya mulai

membaik, santri mampu mengontrol emosi, kepercayaan diri meningkat,

interaksi dengan santri lain semakin baik.”

Kemudian ketika santri sudah memasuki Bulan kedua,

perkembangan yakni seperti yang diungkapkan diatas, pertama kondisi

secara umum klien mulai membaik artinya ada perubahan. Kedua,

mampu mengontrol emosi yang tinggi atau tidak stabil. Ketiga,

kepercayaan diri meningkat dan terakhir terdapat komunikasi yang baik

terhadap lawan bicaranya.

“Ketika santri sudah di Bulan ketiga, secara umum santri mulai

matang. Kognitifnya sudah kembali normal, santri kita arahkan pada

tujuan hidup yang baik..”

 

Page 68: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

56

Memasuki Bulan ke-3, perkembangan santri yang diungkapkan

oleh perawat diatas yakni pertama klien mulai matang. Kedua, kognitif

sudah berfungsi dengan baik. Ketiga, memiliki tujuan hidup yang terarah.

Pernyataan perawat diatas diperkuat oleh responden FA sebagai

berikut:

“Yaitu kita bisa mengendalikan diri, bisa menenangkan diri, gitu

pak, candunya berkurang.”

Kemudian responden IQ mengungkapkan sebagai berikut:

“Satu saya bisa hidup kembali normal lagi setelah minum obat,

yang asalnya ada sifat paranoid, kecanduan, sakaw. Disini gak ada yang

namanya sakaw, paranoid, jadi kita disini kaya dilahirkan kembali, Pak.

Manfaat yang lain, mungkin vitamin otak, asalnya ngomong gugup ,

bingung mau ngomong apa, sekarang alhamdulillah lancar, Pak.”

Kemudian responden IQ mengungkapkan sebagai berikut:

“Manfaat jadi lebih tenang, enjoy.”

Dalam observasi yang peneliti lakukan bahwa perkembangan

tersebut pada aspek metode terapis medik ini akan mempengaruhi fungsi

kognitif, sehingga klien dapat mengembalikan fungsi kehidupannya

tanpa Narkoba.

Dari pernyataan diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

metode terapis medik sangat membantu klien dalam upaya pemulihan

penyalahgunaan Narkoba.

2. Proses Metode Terapis Psikologik

a. Proses Pembinaan Terapis Psikologik

Menurut Konselor Harid Isnaini bahwa proses metode terapis

psikologik dilakukan setelah klien dinyatakan telah siap untuk

melakukan sesi konseling dengan psikolog. Dalam observasi peneliti,

 

Page 69: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

57

layanan konseling dengan psikolog diberikan kepada klien setelah klien

berada di transit house sekurang-kurangnya dalam 21 hari.

Gambar 5. Konselor Madani sedang mendampingi keluarga santri

yang sedang berkunjung.

. “...namun kalo untuk psikolog lebih fokus pada terapis

psikologisnya. Untuk santri Narkoba yang biasa saya lakukan adalah

intex data. Apa yang menjadi cor prablem mereka, alasan kenapa

mereka menggunakan Narkoba, trigernya apa? Lantas dari treger itu

dipetakan masalah.

Proses metode terapis psikologik yang pertama dilakukan oleh

psikolog adalah intex data. Intex data yakni upaya untuk mencari

informasi tentang klien terkait penggunaan Narkoba kemudian langkah

berikutnya adalah memetakan masalah.

“Jadi kalo dia butuh lebih kearah spiritual berarti apsek spiritual

nanti lebih ditingkatkan dari yang biasanya, kalo dia lebih kearah

cookufasi maka diberikan pekerjaan yang sesuai dengan bakatnya.

Sehingga secara psikologis dia mulai kembali seperti biasanya.”

Menurut ungkapan psikolog Madani, proses metode tarapis

psikoloogik berikutnya adalah dengan memberikan layanan terapi sesuai

dengan kebutuhan klien.

Pernyataan psikolog diatas sesuai dengan kondisi klien FA sebagai

berikut:

 

Page 70: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

58

“Ya berantakkan pak, seperti hati keras jadinya, susah dibilangin,

gak kenal siapa-siapa, gak kenal temen, gak kenal orangtua, jauh dari

Allah, segala macem.”

Berikut pernyataan klien FA terkait hasil konseling dengan

psikolog Madani:

“Arahannya suruh mengetahui kapan sugestnya itu datang, terus

dialihkannya dengan cara apa, gitu pak. Dialihkannya ke rokok, ngobrol

sama temen, tapi ngobrolnya jangan ngomongin Narkoba, yang lain,

yang positif.”

Pernyataan psikolog diatas sesuai dengan kondisi klien IQ sebagai

berikut:

“Pertama saya pak timbul was-was. Disana saya murung pak.

Kata Pak Hasan, saya hampir kena skizo, udah dapet gejala skizo, tapi

alhamdulillah cepet di tangani sama Madani.”

Berikut pernyataan klien IQ terkait hasil konseling dengan

psikolog Madani:

“Saya suruh puasa pak, selain puasa saya disuruh bikin tugas

seberapa sugesnya saya mikirin Narkoba, gitu.”

Pernyataan psikolog diatas sesuai dengan kondisi klien alumni EZ

sebagai berikut:

“...aspek keseharian, keras, pengennya marah-marah aja, bete.”

Berikut pernyataan klien alumni EZ terkait hasil konseling dengan

psikolog Madani:

“Diberi masuk-masukkan buat masa depan. Disuruh nurut sama

pembimbing, pokoknya suruh sholat, suruh ngaji. Kalo gelisah disuruh

dialihkan ke olahraga kalo enggak musik.”

Dari data diatas, maka peneliti bisa menyimpulkan bahwa proses

metode terapis psikilogik telah berjalan dengan baik. Baik dalam artian

 

Page 71: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

59

pesan yang disampaikan oleh psikolog dapat diterima oleh kliennya dan

sesuai dengan kebutuhan klien.

b. Hambatan dan Penanganan Pada Terapis Psikologik

Dalam upaya pemulihan pengguna Narkoba, berikut hambatan-

hambatan yang dihadapi oleh psikolog Madani :

“Pertemuan konselor dan psikolog tidak terlalu sering, sehingga

kondisi terupdate santri ini tidak update juga diperoleh. Hambatan

kedua ketika keluarga sulit diajak kerjasama. Jadi keluarga juga

diberikan edukasi tidak hanya oleh konselor tapi oleh psikolog secara

berkesinambungan.”

Menurut ungkapan psikolog Madani ada dua hambatan yang

dialaminya. Pertama pertemuan psikolog dengan konselor tidak intens,

sehingga psikolog tidak mendapatkan hasil perkembangan kliennya

secara berkesinambungan. Hambatan kedua adalah keluarga yang kurang

kooperatif dalam proses pemulihan anaknya. Menurut psikolog Madani,

bahwa keluarga juga memiliki peran dalam pemulihan anaknya, sehingga

proses pembinaan yang dilakukan oleh Lembaga akan

berkesinambungan.

Kemudian dari hambatan-hambatan tersebut, berikut ungkapan

psikolog Madani dalam penanganan terapis psikolgik yang diberikan:

“Solusinya biasanya kita siasati dengan ada satu PJ (penanggung

jawab) yang memang harus ada ketika saya konseling, supaya saya bisa

tranfers informasi tentang klien seperti apa, lebih lengkap, pj nanti

ketika observasi bisa diselesaikan.”

Solusi penanganan hambatan kurangnya kerjasama terhadap

keluarga yang dilakukan psikolog adalah sebagai berikut:

“Psikolog akan memberikan rekomendasi kepada konselor

“sejauhmana sih intensitas yang harus mereka lakukan kembali, re-

edukasi terhadap keluarga.” Memang disarankan untuk mereka ikut

program daycare. Tujuannya untuk pengalihan peran antara lembaga ke

keluarga.”

 

Page 72: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

60

Dari data diatas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa

kebijakan atau keputusan penanganan hambatan dalam proses metode

terapis psikilogik sudah tepat.

c. Perkembangan Klien Setelah Mendapat Terapis Psikologik

Berikut gambaran umum perkembangan klien Madani menurut

psikolog Madani Mental Health Care setelah mendapatkan metode

terapis psikologik:

“Untuk bulan pertama kalo dia sudah masuk proses transit

dibelakang, dia mulai, tau kalo dia punya masalah, perkembangannya

seperti itu. Lalu ditinggkatkan dengan paham ya, apa yang harus

dilakukan untuk mengatasi masalah itu, sampai akhirnya mereka sendiri

yang mericovery diri dan bisa menjaga.”

Menurut ungkapan psikolog Madani perkembangan klien setelah

mendapatkan metode terapis psikologik, klien mampu memahami,

mampu mengatasi dan mampu menjaga dirinya sendiri untuk tidak

menggunakan Narkoba.

Lebih lanjut psikolog Madani menyatakan sebagai berikut:

“Kalo konselorkan lebih kepada konseling gejala yang mereka

alami perhari, sementara psikolog corprablemnya, pusat masalahnya,

kunci masalahnya, akhirnya santri tau „oh ternyata saya menggunkan

Narkoba karena saya gak percaya dari kecil.‟ Sehingga pake Napza

lebih nyaman. Nah ini, santri paham akan hal ini saja akan mudah bagi

mereka untuk menjaga diri. Jadi mereka ini akan berpikir „saya tanpa

Narkoba akan tetap percaya diri kok.”

Psikolog Madani menambahkan bahwa ketika kepercayaan diri

klien meningkat ketika tidak menggunakan Narkoba, hal ini akan

membantu proses pemulihannya. Sehingga pembinaan yang sudah baik

ketika di Madani akan tetap baik pula ketika pembinaan telah selesai.

 

Page 73: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

61

Ungkapan psikolog diatas diperkuat oleh pernyataan klien FA

sebagai berikut:

“Saya jadi bisa ngendaliin emosi, terus kalo sugestnya dateng saya

lebih bisa ngalahin sugest itu pak, semenjak dikasih masukan oleh

psikolog.”

Ungkapan psikolog diatas juga diperkuat oleh pernyataan klien IQ

sebagai berikut:

“Saya lebih baik dari sebelumnya, seperti saya bisa kembali

aktifitas, saya bisa berbaur sama temen-temen yang awalnya saya

pemurung.”

Ungkapan psikolog diatas juga diperkuat oleh pernyataan klien

alumni EZ sebagai berikut:

“Ya agak mendingan dari pada yang dulu mah, lebih tenang,

nurut. Tidur teraatur. Pola makan teratur.”

Dari data wawancara diats, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

metode terapis psikologi yang diterapkan di Madani ini sangat membantu

pengguna Narkoba dalam proses pemulihannya.

3. Proses Metode Terapis Sosial

a. Prose Metode Terapis Sosial

Menurut Konselor Yuki metode terapis sosial berorientasi pada

kegiatan-kegiatan yang memiliki unsur kepedulian. Baik kepedulian

terhadap teman, masyarakat sekitar maupun lingkungan. Berikut ini

proses metode terapis sosial sebagai metode pembinaan di rehabilitasi

Madani Mental Health Care, sebagai berikut:

“Prosesnya ada pembagian tim ustadnya sebagai pendamping, di

programkan dulu di BTP bahwa siang akan ada jadwal futsal. Kemudian

dibagi, pendampingnya siapa, berapa mobil, santrinya siapa,

pendampingnya juga harus memenuhi standar pendampingan. Misalkan

 

Page 74: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

62

1:5, jadi kalo ada 20 santri berarti 8 ustad, itu standar pendampingan di

proses terapi sosial, secara umum begitu.”

Menurut ungkapan terapis sosial, proses metode terapis sosial yang

pertama adalah membagi ustad sesuai dengan jumlah klien.

“Tapi kalo untuk outbound lebih spesifik lagi, 1:2

perbandingannya, karena risikonya itu lebih besar, kayak di pulau

pramuka ini hampir 1:2 atau 1:1. Nah, terakhir ini, ada namanya review,

kesan dan pesan dari hasil dari pelaksanaan itu untuk mengukur

sejauhmana program itu bisa memberikan pengaruh terhadap

pemulihan. Terapi sosialnya bagaimana dia bisa berkelompok,

berkeluarga, masyarakat.”

Lanjut terapis sosial mengatakan dalam kegiatan outbond

membutuhkan pendampingan yang memadai. Program direncanakan

pada proses Berita Tindakan Pembinaan (BTP).

Dalam observasi yang peniliti lakukan terkait program futsal

ataupun outbond terdapat beberapa terapi sosial yang diberikan, seperti

klien akan dinilai dari segi kelompok dan sejauhmana klien mampu

mengontrol emosi.

Berikut pemahaman klien FA terhadap nilai-nilai sosial:

“Tahu pak, kalo itu dilarang. Cuma ya bodohnya saya masih

melakukan itu. Karena belom ada penyuluhan-penyuluhan dari

orangtua, pihak ketiga gitu deh, buat kontrol.”

Menurut klien IQ interaksi sosial tentunya tidak bisa dihindari

karena manusia adalah makhluk sosial. Berikut yang terjadi pada klien

IQ di dalam kehidupan bermasyarakat:

“Saya di masyarakat gak akrab pak, dikarenakan saya candu.

Saya suka menyendiri kalo lagi off, tapi kalo lagi on saya berbaur sama

masyarakat. Saya sudah tahu sebelumnya tapi saya mau gimana lagi

pak? Soalnya saya tergantungan.”

 

Page 75: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

63

Ungkapan alumni EZ sebagai berikut:

“Dipandang sebelah mata, diasingkan dari masyarakat. Tau kalo

Narkoba dilarang, cuman sayanya aja yang ngelanggar.”

Dari data diatas, proses metode terapis dengan adanya perencanaan

pelaksanaan program sudah berjalan dengan baik.

b. Hambatan dan Penangan Dalam Proses Pembinaan Terapis Sosial

Dalam pembinaan terapis sosial terdapat beberapa hambatan yang

perlu adanya solusi untuk ditangani, berikut ungkapan bapak Yuki:

“Diurut dari awal misalkan dari persiapan, persiapan itu biasanya

ee pendampingan atau rencana dadakan. Ada rencana dadakan. Kedua

rencananya tidak mateng, itu hambatan tuh, di proses BTP.”

Kemudian terapis sosial mengungkapkan lagi sebagai beerikut:

“Pelaksanaannya, pendampingannya kurang. Santri ada yang

tidak maksimal mengikuti program itu, itukan tugas ustad mengajak

santri.”

Jadi ada beberapa hambatan dalam proses pembinaan terapis

sosial, hambatan tersebut yakni perencanaan yang kurang matang karena

ada kegiatan yang mendadak, kedua kurangnya konselor pendamping dan

ketiga klien kurang maksimal dalam mengikuti program terpis sosial.

Berikut ungkapan terapis sosial dalam mengatasi hambatan seperti

yang telah dikatakan diatas:

“Maka kalo untuk perencanaan di awal, berarti dimatangkan di

BTP, itu solusinya. Kalo dipelaksanaan atau pendampingannya

dipastikan juga pendampingnya. Terus pendamping itu dengan kuota

yang bagus, kalo 20 santri itu minimal 4 ustad. Terus kalo diakhir, di

ending, ada evaluasi akhir, ada instrumen-instrumen yang baku yang

dibuat.”

Menurut ungkapan terapis sosial dalam mengatasi hambatan yang

ada adalah dengan mematangkan perencanaan diawal program,

memastikan pendampingan program terlaksana dengan baik, kemudian

melakukan evaluasi di setiap selesai pelaksanaan program.

 

Page 76: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

64

Dari data diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kebijakan

dalam pengambilan kuputusan untuk memperbaiki hambatan yang ada

sudah sangat tepat.

c. Perkembangan Klien Setelah Mendapat Terapis Sosial

Menurut konselor Yuki Berikut perkembangan klien setelah

mendapatkan terapis metode sosial di Madani Mental Health Care:

“Jadi rekapitulasi dari hasil itu atau perkembangan itu bisa

dilakukan di ee terapi yang terakhir itu outbound. Kalo di outboundnya

dia udah lepas semua, gak ada hambatan, blok mental nya ilang, itu kita

sebut standarnya berhasil. Outbound itu jadi satu, kan 3 bulan sekali nih,

ujiannya kalo di Madani selama 3 bulan itu outbound.”

Paparan terapis sosial diatas menayatakan bahwa perkembangan

klien dari aspek sosial bisa dilihat dari tidak adanya hambatan dalam diri

klien, tidak ada lagi unek-unek yang dipendam dan memiliki menal yang

bagus.

Terapis sosial memaparkan kegiatan outbond sebagai tolak ukur

keberhasilan klien dalam metode terapis sosial, sebagai berikut:

“Karena itu, kehidupan itu kan, tidak jauh seperti outbound itu

sendiri, banyak tantangan, banyak sesuatu yang tidak terduga, kita harus

berhadapan dengan diri kita sendiri, dengan ketakutan-ketakutan,

dengan ini itu dan sebagainya. Gambaran outbound itu perjalanan,

kalao dalam ibadah haji itu butuh modal, butuh pikiran, butuh tenaga.

Kalo dia bisa melakukan itu, berarti dia sudah berhasil melewati.”

Lanjut pemaparan terapis sosial dalam menilai tingkat keberhasilan

klien dalam pembinaan metode terapis sosial, sebagai berikut:

“Kalo udah terapi sosial, itu dia udah bisa mengenal diri, dia

udah bisa berbagi, pikiran dia gak ego sektoral buat dirinya sendiri tapi

bagaimana mau berbagi di kehidupan. Sehingga dalam aktifitas di

masyarakat bisa memberikan yang bermanfaat, dalam aktifitas di

keluarga dia udah bisa lebih menenangkan hati keluarga, dia bisa

berbuat baik dan pola prilakunya udah dipangkas semua, meskipun

masih ada.”

 

Page 77: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

65

Menurut pemaparan terapis sosial diatas bahwa perkembangan

klien yakni mampu mengenali dirinya sendiri, mampu berbagi antar

sesama, memiliki akhlakul karimah dan mampu meminimalisir prilaku

adiksi.

Ungkapan terapis sosial diatas diperkuat oleh klien FA, sebagai

berikut:

“Jadi tahu akibatnya, yang buruk-buruk.”

Ungkapan terapis sosial diatas diperkuat oleh klien IQ, sebagai

berikut:

“Saya bisa kembali masuk ke masyarakat, bisa apa namanya? Bisa

berbaur, bisa kembali aktifitas kembali gitu pak.”

Ungkapan terapis sosial diatas diperkuat oleh klien alumni EZ,

sebagai berikut:

“Jadi ngerti, jadi paham, gak egois lagi.”

Dari data diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa metode

terapis sosial telah berhasil diterapkan dengan baik.

4. Proses Metode Terapis Spiritual

a. Proses Metode Terapis Spiritual

Berikut ini proses metode terapis spiritual yang diterapkan oleh

rehabilitasi Madani Mental Health Care dalam upaya pemulihan

terhadap klien pengguna Narkoba:

“Punya jadwal sendiri terkait dengan yang spiritual, gitu. Artinya

proses-proses disini sudah terjadwal secara ditata. Ee, misalkan ketika

malam selasa kita ada program SNI, siroh nabawiyah, atau ketika jam

setengah sepuluh pagi ada sholat sunnah dhuha dan sholat sunnah

taubah, atau dimalam-malam lainnya, ini merupakan salah satu proses

yang penekannya untuk aspek spiritual, begitu.”

 

Page 78: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

66

Dari ungkapan ustad Harid diatas menyatakan bahwa proses dalam

upaya pemulihan klien pengguna Narkoba melalui metode terapis

spiritual sudah tersusun sesuai jadwal.

“Adapun prosesnya biasanya pertama setelah terjadwal itu,

temen-temen atau santri disini udah pada tau jadwalnya. Terus

pelaksanaannya ya, kadang di informasikan, atau kadang di ee ajak oleh

ustadnya. Terus kalo pelaksanaan dalam praktiknya ya bervariasi ya,

artinya pemahaman mereka akan program itu bervariasi, kerena masing-

masing individu masing-masing santrikan berbeda, terus pemahamannya

pun mereka sangat berbeda, begitu, artinya ada yang sudah mengerti ini

kenapa dilakukan, tetapi ada yang belum mengerti dan pada akhirnya

dia mengerti.”

Ustad Harid melanjutkan bahwa proses setelah program terjadwal

tersebut selanjutnya adalah dengan memberi informasi atau ajakan

kepada klien bahwa program akan segera dilaksanakan. Selanjutnya

menggolongkan pemahaman klien satu dengan klien yang lainnya guna

mendapatkan pembinaan yang lebih intens.

“Ya, pertamakan ada proses penyadaran. Artinya kognitif dan

afektif, gitu. Kognitif itu kita lebih cenderung mere-edukasi temen-temen

terhadap spiritual. Ee, artinya pemahaman-pemahaman yang

sebelumnya gak tau atau sebelumnya udah lupa, kita ingetin lagi, gitu.”

Proses selanjutnya adalah memberi pemahaman dan kesadaran

terhadap pengguna Narkoba bahwa manusia membutuhkan agama

sebagai pedoman hidupnya.

Berikut ini pernyataan klien FA tentang pemahaman spiritualnya

sebelum berada di Madani, sebagai berikut:

“Saya dulu kurang mementingkan Tuhan ya Pak, saya dulu lebih

berpikir realita aja, yang religiusnya kurang, jadi ya gak pernah sama

sekali. Lepas, jadi hatinya keras. Mikirnya Narkoba aja.”

Berikut ini pernyataan klien IQ tentang pemahaman spiritualnya

sebelum berada di Madani, sebagai berikut:

“Saya memang sholat, sholat, tapi maksiat ya maksiat gitu Pak.

Sholatnya kadang-kadang. Saya sholat waktu dhuhur magrib sama isya‟

disuruh sama Ibu.”

 

Page 79: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

67

Berikut ini pernyataan klien alumni EZ tentang pemahaman

spiritualnya sebelum berada di Madani, sebagai berikut:

“Wah parah, parah. Gak pernah sholat, kecuali sholat jumat

disuruh sama bokap. Sebelum make itu agak mendingan sih, pas make

solatnya jarang. Gerak-gerakan solat masih banyak yang salah,

bacaannya pada lupa. Jadi males kalo mau solat, orang udeh gak bisa.

Mending keluar ama temen. Gak inget dah ama Allah.”

Dari data diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa proses

metode terapis spiritual sudah berjalan dengan baik serta memiliki

perhatian terhadap klien-klien yang kurang mendalami ilmu agama dan

memiliki jadwal sehingga klien dapat mengetahui program yang ada.

b. Hambatan dan Penanganan Dalam Pembinaan Metode Terapis

Spiritual

Berikut hambatan yang dihadapi oleh para ustad dalam melakukan

proses pembinaan metode spiritual di Madani, sebagai berikut:

“Dari segi SDM nya dalam arti kita harus ee meng-update terus

atau meningkatkan terus kemampuan. Meningkatkan terus kemampuan,

untuk bagaimana caranya agar bisa mengajak atau melakukan proses ee

terapi ini gitu. Terus kedua, yang dihadapi inikan temen-temen dengan

bermasalah, terus artinya ada yang sampai kena gangguan, gitu,

otomatis cara menghadapinya pun kita gak bisa sama, ee jadi berbeda-

beda. Nah, hambatannya ya kadang-kadang ee apa yang menjadi role

untuk pelaksanaan itu belum sepenuhnya dimengerti oleh mereka, tetapi

ini biasanya dihadapi ketika temen-temen yang awal-awal masuk ke

program pembinaan, gitu.”

Menurut ungkapan ustad Harid hambatan yang terjadi adalah

minimnya ilmu yang di pelajari oleh ustad/SDM dalam meningkatkan

kemampuannya. Hambatan selanjutnya adalah belum sepenuhnya

dimengerti oleh klien yang baru masuk dalam mengikuti program dan

aturan-aturan yang ada di Madani.

Adapun penyelesaian yang dilakukan oleh ustad Madani dalam

menangani berbagai hambatan yang ada, sebagai beriku:

 

Page 80: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

68

“Ya, pertama kita tidak menyamakan, artinya menyamakan untuk

dalam „ajakan‟ terus dalam „penyampaian‟. Arti penyampaian disini,

kita tidak mengeneralisasi semuanya harus kayak gini, gitu. Kayak

misalkan contoh, misalkan ketika membangunkan untuk sholat shubuh,

masing-masing individu kan akan pemahamannya berbeda, nah, cara-

caranya tentu akan sangat berbeda juga yang kita pake. Atau misalkan

terhadap, misalkan kita ada materi BTQ atau baca tulis al-Quran, gitu,

karena dengan beground yang berbeda-beda, kemampuannya berbeda-

beda, pemahamannya berbeda-beda, otomatis cara yang kita sampaikan

ke mereka pun berbeda-beda.”

Menurut pernyataan ustad Harid penanganannya adalah dengan

tidak menyamaratakan klien dalam hal ajakan dan penyampaian materi.

“Terus yang belum paham ya kita ajak ngobrol, dan kita lebih

apa? Lebih inten lagi secara pelan-pelan. Intinya sih kita gak

menyamakan. Gak menyamakan terhadap pembelajaran yang kita

sampaikan. Tapi targetannya program sama, sama disitu artinya kita

tidak ee ini gak ikut program gak apa-apa, cuma caranya aja yang kita

bedakan.”

c. Perkembangan Klien Setelah Mendapat Terapis Spiritual

Berikut ini perkembangan klien menurut konselor Harid setelah

mendapatkan terapis spiritual di Madani Mental Health Care:

“Pertama kalau misalkan untuk santri yang progres bukan progres

ya, artinya secara mengikuti alur „dia bisa mengikuti program dengan

full, dia mengikuti rekomendasi yang diberikan oleh terapisnya‟ tingkat

pemulihannya tentunya lebih cepet, dibanding dengan yang hanya

sekedar ikut-ikutan. Progresnya ya biasanya di bulan pertama yang

tadinya gak mau mulai untuk maju kedepan atau gak mau untuk mimpin

doa, dibulan ke dua mulai mau.”

Menurut pak Harid selaku terapis spiritual mengatakan bahwa bagi

yang rajin ikut serta dalam program, progresnya akan lebih cepat dari

pada yang bermalas-malasan. Progres tersebut seperti berani memimpin

wirid dan doa.

Lebih lanjut perkembangan menurut ungkapan pak Harid, sebagai

berikut:

 

Page 81: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

69

“Terus di bulan ketiga dia lebih, lebih ningkat lagi akan pede nya,

bukan pede ya, kemampuan dia bisa dengan sendirinya. Jadi walaupun

misalkan progresnya, terus terang ya masing-masing individu berbeda-

beda, bahkan ada yang dulunya misalkan dari segi kemampuan baca al-

quran minim, tapi karena keinginannya yang kuat, dia lebih cepet bisa

dibanding dengan temen-temen yang lain.”

Dari ungkapan pak Harid diatas bahwa perkembangan klien di

Bulan ke-3 yakni dari sisi kemampuan. Klien sudah mampu membaca al-

Qur‟an dengan baik dari pada sebelumnya.

“Walaupun perubahannya mungkin bagi kita biasa aja, tapi bagi

mereka luar biasa, misalkan dulunya yang gak sempet baca al-quran

lagi, tapi setelah satu bulan, dua bulan dia mulai baca al-quran dan

mulai memaknai, artinya memaknai itu mereka mulai paham kenapa

mereka harus seperti itu meski dalam program, gitu.”

Data diatas, pak Harid mengungkapkan bahwa perubahan yang

terjadi meskipun itu kecil menurut padangan ustad Madani, namun bagi

klien merupakan perubahan yang sangat berharga.

Berikut ini pengakuan klien FA tentang perubahannya selama

mengikuti pembinaan dengan metode tarapis spiritual di Madani, sebagai

berikut:

“Jadi lebih deket pak sama Tuhan, jadi tahu mana yang salah

mana yang bener. Gak ada paksaaan pak, kemaun sendiri kalo ibadah.

Kalo dirumah sholat lima waktu, jamaah sama orangtua, kadang ke

jamaah di masjid, maghrib sama isya‟. Perubahannya drastis pak.”

Berikut ini pengakuan klien IQ tentang perubahannya selama

mengikuti pembinaan dengan metode tarapis spiritual di Madani, sebagai

berikut:

“Saya bica baca al Quran, saya bisa mengingat lagi surah-surah

yang udah lupa.”

 

Page 82: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

70

Berikut ini pengakuan klien alumni EZ tentang perubahannya

selama mengikuti pembinaan dengan metode tarapis spiritual di Madani,

sebagai berikut:

“Saya jadi bisa ngaji, terus alhamdulillah solatnya mulai rajin.

Bacaan-bacaan solat yang tadinya lupa sekarang jadi inget lagi.

Pokoknya beda banget deh Pak sama saya sebelum ke Madani.”

B. Pembahasan

Berikuti ini pembahasan tentang evaluasi metode terapis biologik-

psikilogik-sosial dan spiritual dalam upaya pemulihan pengguna Narkoba di

Madani Mental Health Care:

Evaluasi input memfokuskan pada berbagai unsur yang masuk dalam

suatu pelaksanaan suatu program, tiga unsur utama yang terkait dengan

evaluasi input adalah klien, staff dan program. Evaluasi ini menjelaskan

bahwa variable klien meliputi karakteristik demografi klien, seperti: susunan

keluarga dan berapa anggota yang ditanggung. Variable staff meliputi aspek

biografi dari staf, seperti: latar belakang pendidikan dan pengalaman.

Sedangkan variable program meliputi aspek tertentu, seperti: lama waktu

layanan diberikan, dan sumber-sumber rujukan yang digunakan.

Evaluasi proses menurut Pietrzak, et.al (1990) memfokuskan diri pada

aktivitas program yang melibatkan interaksi langsung antara klien dengan

staf „terdepan‟ yang merupakan pusat dari pencapaian tujuan program.

Dalam upaya mengakaji kriteria yang relevan seperti: standar praktik,

kebijakan lembaga, tujuan proses dan kepuasan klien.

Evaluasi hasil diarahkan pada evaluasi keseluruhan dampak dari suatu

program terhadap penerima layanan.

 

Page 83: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

71

1. Evaluasi Input

Merujuk data hasil penelitian pada skripsian yang berjudul

Pelaksanaan Program Rehabilitasi Bagi Penyalahguna NAPZA di

Madani Mental Health Care Jakarta Timur oleh Yenni Yulianti, skripsi

S1 Program studi Pendidikan Sarjana Terapan Pekerjaan Sosial, Sekolah

Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa pelaksanaan program telah terlaksana, namun dalam proses

pelaksanaannya terdapat beberapa hambatan yaitu sarana-prasarana yang

tidak mendukung, ketidaktepatan waktu pelaksanaan dan ketidaksiapan

dalam memberikan program.

Merujuk pada paragraf diatas yang mengatakan bahwa,

ketidaktepatan waktu pelaksanaan dan ketidaksiapan dalam memberikan

program, peneliti mencoba memberikan gambaran bahwa yang diberikan

layanan ini adalah klien yang bermasalah, sehingga kemungkinan yang

terjadi adalah perubahan jadwal, mengundur waktu dalam pemberian

layanan program, dan jika perlu program di amanahkan kepada konselor

yang lain. Hal-hal tersebut yang menyebabkan terjadinya ketidaktepatan

dan ketidaksiapan konselor dalam memberikan layanan program. Sejauh

ini, dalam observasi peneliti, program tersampaikan dengan baik kepada

penerima layanan.

Merujuk pada bab 2 mengenai pendidikan akhir para konselor

maupun karyawan Madani, rata-rata lulusan Strata 1 baik di bidang ilmu

agama maupun ilmu sosial. Dilihat dari segi pengalaman bekerja, rata-

rata konselor maupun karyawan Madani diatas 5 tahun bahkan sudah ada

 

Page 84: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

72

yang 10 tahun. Dengan demikian, meskipun pekerjaan konselor maupun

karyawan tidak sesuai dengan bidang pendidikannya, namun konselor

maupun karyawan memiliki pengalaman yang cukup bahkan tidak

diragukan lagi keilmuannya sebagai terapis.

2. Evaluasi Proses

Evaluasi proses pelaksanaan dalam pembinaan di Rehabilitasi

Madani Mental Health Care dengan menggunakan metode terapis BPSS.

Pertama-tama klien baru yang akan menjalani rehabilitasi Narkoba di

rujuk ke Dokter psikiatri yakni Prof. Dadang Hawari. Setelah klien di

diagnosa dan mendapatkan resep obat, proses berikutnya adalah

menjalani tahapan detoksifikasi. Detoksifikasi yakni tahapan awal untuk

menstabilkan kondisi klien dengan jangka waktu sampai 7 hari. Saat

klien mendapatkan resep obat dari Prof Dadang, ini merupakan metode

terapis medik.

Metode terapis medik yang di Rehabilitasi Madani Mental Health

Care sudah memiliki skema yang tepat, karena langsung di tangani oleh

orang yang ahli di bidangnya. Kemudian dalam menempatkan klien pada

tahapan awal ini, yang di sebut dengan detoksifikasi atau proses

pembersihan racun selama 7 hari sudah berjalan dengan maksimal.

Perawat dalam hal ini sebagai penanggungjawab detoksifikasi bertugas

memastikan klien sudah meminum obat. Selain itu, tugas perawat juga

memastikan klien mendapatkan penguatan mental dan prilaku sebagai

upaya menyadarkan klien agar kooperatif dalam proses rehabilitasi.

 

Page 85: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

73

Hambatan yang terjadi terhadap klien baru yang tidak kooperatif

untuk minum obat, maka yang dilakukan oleh perawat pertama

memberikan persuasif, kedua jika tidak berhasil juga maka akan

dilakukan injeksi. Keputusan melakukan injeksi adalah merupakan

keputusan yang harus dikomunikasikan kepada keluarga klien agar

mendapatkan persetujuan. Faktor yang melatar belakangi klien tidak

kooperatif minum obat adalah pertama klien mengalami gangguan

kejiwaan, kedua klien merasa di jebak untuk rehab artinya bukan karena

kesadaran diri untuk rehab. Dalam hal ini, di Rehabilitasi Madani Mental

Health Care dalam mengatasi hambatan pada klien baru yang tidak

kooperatif untuk minum obat sudah sesuai dengan prosedur yang ada dan

berlangsung dengan baik, serta memiliki komunikasi yang baik dengan

pihak keluarga.

Metode terapis seperti Psikologik, Sosial dan Spiritual di berikan

layanan ini ketika klien sudah memasuki tahapan kedua, yakni tahapan

Rumah Kesadaran. Pada metode terapis psikologik, klien akan mendapat

layanan ini minimal sekali dan maksimal 3 kali selama 3 Bulan. Pada

pertemuan pertama, psikolog akan menggali masalah klien dan pemicu

penyebab penyalahgunaan Narkoba, selanjutnya psikolog melakukan

mapping problem guna untuk treatmen sesuai dengan kebutuhan klien.

Pada pertemuan selanjutnya, psikolog akan menanyakan perkembangan

klien setelah mendapatkan treament yang telah disepakati pada awal sesi

konseling, dan juga mendalami kasus klien terkait pengaruh individu,

keluarga dan teman. Pada pertemuan ketiga adalah klien akan diberikan

 

Page 86: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

74

tes MMPI untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan diri klien,

yangmana tujuannya adalah mengarahkan dan mengedukasi klien pada

hal-hal yang positif.

Metode terapis psikologik, sosial dan spiritual adalah metode

terapis yang saling berkesinambungan, satu sama lainnya saling memiliki

keterikatan. Psikolog dalam memberikan treatmen khusus kepad kliennya

tidak lepas dari segi sosial dan segi spiritual. Dari segi sosial biasanya

konselor akan memanggil keluarga guna menindak lanjuti kasus klien

lebih dalam lagi, serta menyingkronkan informasi yang didapat dari klien

dengan informasi yang didapat dari keluarga. Jika dalam memberikan

informasi ada perbedaan, maka ada indikasi manipulatif atau belum mau

terbuka dari pihak klien. Hal tersebut menjadi salah satu hambatan yang

di hadapi konselor dalam membantu upaya pemulihan klien. Upaya yang

dilakukan oleh konselor dalam mengatasi kasus seperti ini adalah dengan

pendekatan empati, jika dengan pendekatan tersebut masih kurang

berhasil makan akan dilakukan Case Confrense.

Metode terapis spiritual adalah sebagai metode untuk menanamkan

dasar-dasar kehidupan manusia sesuai syariat agama. Yangmana pada

proses pelaksanaan klien diberikan edukasi terkait ilmu agama seperti re-

edukasi bacaan solat, solat 5 waktu berjamaah, wirid dan doa, belajar

BTQ, menghafalkan asmaul khusna dan surah-surah pendek dan lain

sebagainya. Proses pada metode terapis spiritual menurut Harid Isnaini

selaku terapis spiritual yakni membagi klien sesuai dengan pemahaman

mereka masing-masing untuk diberikan pembinaan yang lebih intens,

 

Page 87: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

75

Masing-masing klien disesuaikan dalam tingkat penerimaan materi yang

diberikan oleh konselor Madani. Penyampaiannya yakni dengan teknik

ceramah, diskusi dan tanya jawab. Dalam wawancara dengan bapak

Harid, menurut beliau adapun tujuan metode spiritual adalah untuk re-

edukasi pengetahuan tentang ilmu agama klien dan sebagai pedoman

hidup mereka nanti. Proses metode terapis sudah berorientasi pada tujuan

yang ingin dicapai dan memiliki perhatian yang baik dalam melakukan

pembinaan kepada klien yang membutuhkan treatmen khusus.

3. Evaluasi Hasil

Terapi dengan metode Bio-Psiko-Sosial-Spiritual (BPSS) dilihat

dari proses pelaksanaannya tidak membuat klien menjadi bosan dan klien

merasa diperlakukan secara manusiawi. Merujuk pada data

perkembangan klien diatas, evaluasi hasil metode terapis Bio-Psiko-

Sosial-Spiritual (BPSS) dalam upaya pemulihan klien pengguna Narkoba

sudah tercapai pada perkembangan yang jauh lebih baik dari kondisi

awal. Beberapa klien yang awalnya tidak paham menjadi paham, yang

awalnya tidak mau menjadi mau. Gambaran secara umum perkembangan

tersebut yakni:

a. Biologis: santri menjadi segar, tenang, serta teratur pola makan dan

pola tidurnya.

b. Psikologis: santri mampu mengalihkan sugesti Narkoba dan santri

mampu memahami trigger (pemicu) penggunaan Narkoba.

 

Page 88: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

76

c. Sosial: kembali berkeluarga dengan normal, kembali sekolah dengan

normal, bisa memilih lingkungan yang baik, mampu berinteraksi

dengan baik, berperilaku sopan dan bertutur santun.

d. Spiritual: pemahaman agama meningkat, bacaan al-Quran semakin

baik, hafalan surah pendek dan soa harian bertambah, solat tanpa

disuruh, berkomitmen tidak lagi menggunakan Nakoba dan

menerapkan nilai-nilai agama sebagai pedoman dalam

kehidupannya.

 

Page 89: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

77

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil wawancara, observasi di tempat penelitian, maka penulis

dapat menyimpulkan sebagai berikut:

1. Bahwa proses pelaksanaan pembinaan santri Madani Mental Health Care

melalui metode tarapis BPSS dilaksanakan sesuai SOP yang ada. Secara

ringkasnya yaitu:

Apabila ada pasien Narkoba maka akan memasuki tahap stabilisasi

di rumah stabilisasi selama kurang lebih 7 hari, selanjutnya pasien

dipindahkan ke rumah kesadaran atau rumah rehabilitasi untuk mengikuti

program pembinaan kurang lebih selama 3 Bulan. Hambatan dalam

proses pelaksanaan pembinaan santri Madani Mental Health Care

melalui metode tarapis BPSS, yaitu:

a. Perencanaan kurang matang pada saat Berita Tindakan Pembinaan

(BTP).

b. Kurangnya intensitas pertemuan dan komunikasi antara konselor

dengan psikolog terkait perkembangan santri.

2. Evaluasi hasil pemulihan santri Madani Mental Health Care melalui

metode tarapis BPSS dapat dilihat dari:

a. Kesungguhan santri dalam mengikuti program dan menaati

peraturan-peraturan.

b. Kesadaran dari dalam diri sendiri dan keinginan yang kuat untuk

berhenti mengonsumsi Narkoba.

 

Page 90: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

78

Adapun indikator santri pulih dari kecanduan Narkoba dalam

perspektif bio-psiko-sosial-spiritual (BPSS), yaitu:

e. Biologis: santri menjadi segar, tenang, serta teratur pola makan dan

pola tidurnya.

f. Psikologis: santri mampu mengalihkan sugesti Narkoba dan santri

mampu memahami trigger (pemicu) penggunaan Narkoba.

g. Sosial: bisa memilih lingkungan yang baik, mampu berinteraksi

dengan baik, berperilaku sopan dan bertutur santun.

h. Spiritual: solat lima waktu, berdzikir dan mampu menerapkan nilai-

nilai agama dalam kehidupannya.

B. Saran

Berdasarkan hasil wawancara, observasi pada metode terapis bio-

psiko-sosial-spiritual (BPSS) dalam upaya pemulihan penyalahgunaan

Narkoba, penulis merekomendasikan hal-hal berikut:

1) Rehabilitasi Madani Mental Health Care

1. Peningkatan kualitas konselor dengan mengikutsertakan pada pelatihan

workshop ataupun seminar, guna meng-update informasi zat adiksi dan

pelayanan dalam upaya pemulihan pengguna Narkoba.

2. Rehabilitasi Madani Mental Health Care memiliki sistem pembinaan

berbasis sosial, mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dan

menjadikan kliennya istiqomah dalam pemulihan. Hal tersebut perlu

ditingkatkan serta konsisten dalam memberikan sumbangsih kepada

Bangsa di bidang pemulihan pengguna Narkoba, yang kita ketahui

bahwa Indonesia zona merah dalam hal ini.

 

Page 91: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

79

3. Dari hasil wawancara masih ditemukan adanya hambatan pada

perencanaan Berita Tindakan Pembinaan (BTP), maka perlu adanya

etos kerja karyawan Madani, mempersiapkan bahan materi, dan

memberi waktu yang cukup untuk merencanakan BTP. Selain hambatan

diatas, ada hambatan lainnya, terutama koordinasi konselor dengan

psikolog perlu di tingkatkan lagi, agar sistem yang dibangun oleh

Lembaga berjalan dengan baik.

2) Umum

1. Rehabilitasi Madani Mental Health Care dengan metode terapis BPSS-

nya menjadikan Rehabilitasi Madani Mental Health Care memiliki

sistem yang terpadu dalam upaya pemulihan penyalahgunaan Narkoba

dan menjadikan rehabilitasi ini berbeda dengan rehabilitasi pada

umumnya. Sehingga hal tersebut cocok untuk dijadikan sasaran studi

banding untuk mengembangkan tempat rehabilitasi.

2. Rehabilitasi Madani Mental Health Care memiliki program pembinaan

yang mengedukasi dan tidak membuat kliennya jenuh ataupun

terisolasi, sehingga proses dalam pembinaan rehabilitasi ini bisa

diadopsi untuk diterapkan di lembaga-lembaga rehab lain.

3. Pemulihan dengan metode terapis BPSS, treatmen yang diberikan

kepada klien menjadi lebih sempurna, sehingga apa yang menjadi

permasalahan klien dapat terpenuhi dengan baik. Metode terapis BPSS

juga bisa diterapkan di berbagai tempat rehabilitasi lainnya, karena

penting untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada klien

Narkoba.

 

Page 92: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Adi, Rukminto Isbandi. Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Rajagrafindo

Persada. 2013.

Ali, Muhammad. Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan. Bandung:

Pustaka Cendekia Utama. 2010.

Alkaff, Nadra Raihana & Minsarnawti. Psikologi Kesehatan Bagi Praktisi

Kesehatan Masyarakat. Tanggerang: FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. 2012.

Anggota IKAPI. Undang-Undang Psikotropika Narkotika dan Zat Adiktif

Lainnya. Bandung: Fokusmedia. 2011.

Ardani, Ardi Tristiadi. Psikiatri Islam. Malang: UIN-Malang Press. 2008.

Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya. 2017.

Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara. 2006.

Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Rajawali

Pers. 2012.

Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara. 2013.

Hawari, Dadang. Dimensi Religi Dalam Praktik Psikiatri dan Psikologi.

Depok: FKUI. 2005.

_____________, Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa Perspektif al-

Qur‟an dan as-Sunnah. Jakarta: FKUI. 2015.

_____________, Panduan Rehabilitasi Gangguan Mental & Perilaku

Akibat Miras, Narkoba dan Penderita Skizofrenia. Mental Health

Center Hawari & Associates.

_____________, Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA. Depok:

FKUI. 2008.

_____________, Petunjuk Praktis Terapi (Detoksifikasi) Miras dan

Narkoba (NAZA). Depok: FKUI. 2011.

Joewana, Satya. Gangguan Penyalahgunaan Zat. Jakarta: PT. Gramedia.

1989.

 

Page 93: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

Kadarmanta, A. Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa. Jakarta: Forum

Media Utama. 2010.

Kementerian Agama Republik Indonesia. Petunjuk Teknis Evaluasi dan

Pelaporan LPZ. Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Zakat. 2012.

Mangku. Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Remaja. Jakarta:

Badan Narkotika Nasional. 2011.

Moleong J. Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja

Rodaskarya. 2000.

Nazir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Unknow.

Rifai, Ahmad. Narkoba Dibalik Tembik Penjara. Yogyakarta: Aswaja.

2014.

Sarwono, Jonathan. Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif.

Yogyakarta: Graha Ilmu. 2006.

Soedjono, D. Pathologi Sosial. Bandung: ALUMNI. 1974.

Subagyo, Joko. Metode Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. 1999.

Sudarsono. Kamus Filsafat dan Psikologi. Jakarta: Rineka Cipta. 1993.

Sudjana, Djuju. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung:

Remaja Rosdakarya. 2014.

Sunarno. Narkoba: Bahaya dan Upaya Pencegahannya. Semarang: PT.

Bengawan Ilmu. 2007.

Suryabrata, Sumardi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo. 2012.

Somar, Lambertus. Rehabilitasi Pencandu Narkoba. Jakarta: Grasindo.

2001.

Syahidin. Aplikasi Metoden Pendidikan Qurani dalam Pembelajaran

Agama di Sekolah. Tasikmalaya: Ponpes Suryalaya. 2005.

Tayibnapis, Yusuf Farida. Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi.

Jakarta: Rineka Cipta. 2008.

Tumangor, Rusmin., Dkk. Ilmu sosial dan Budaya Dasar. Prenada Media.

2015.

Toha, M. Chatib. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.

1991.

Wirawan. EVALUASI: Teori, Model, Standar, Aplikasi dan Profesi.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2011.

 

Page 94: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

B. Website

http://www.bnn.go.id/_multimedia/document/20151223/press-release-akhir-

tahun-2015-20151223003357.pdf. Diakses pada tanggal 10/06/2017

pukul 11:30 WIB.

http://madanionline.org/tentang-metode-bpss/ Diakses pada tanggal

10/06/2017 pukul 11:06 WIB.

 

Page 95: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

Bagan Pemulihan Klien FA

a). Tindakan Medis

- Mampu mengendalikan diri

- Merasa lebih tenang

b). Psikologik

- Mampu mengalihkan sugesti

- Mampu mengendalikan diri

sendiri

c). Sosial

- Mengetahui penyalahgunaan

Narkoba adalah perbuatan

buruk

d). Spiritual

- Lebih dekat dengan Tuhan

- Mengetahui mana yang baik

dan mana yang buruk

- Menjalankan rangkaian

ibadah tanpa paksaan

1. Sulit Fokus terhadap pelajaran

2. Spiritual lemah (jarang solat dan

ibadah lainnya)

3. Pola tidur tidak teratur

4. Muncul Sugesti

5. Hati keras

a). Tindakan Medis

- Tujuh hari di stabilisasi

- Diberi obat psikotik

- Di suntik

b). Psikologik

- Pemetaan masalah dan

treatmen

- Mengikuti program

- Mengalihkan sugesti

- Komunikasi yang baik

c). Sosial

- Mengetahui Narkoba

dilarang

- Pemahaman melalui program

d). Spiritual

- Penguatan aspek keagamaan

- Mendekatkan diri pada

Tuhan

- Melakukan rangkaian solat

sunah dan solat 5 waktu

- Memebaca al-Quran

Hasil

Tahap 3

Pasca Terapi

Tahap I

Pra Terapi

Proses

Terapi

Metode BPSS

Tahap 2

Masa Terapi

 

Page 96: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

Bagan Pemulihan Klien IQ

a). Tindakan Medis

- Kembali hidup normal

- Merasa dilahirkan kembali

- Komunikasi bagus

b). Psikologik

- Merasa lebih baik

- Aktifitas sebagaimana

mestinya

- Berinteraksi sosial dengan

baik

c). Sosial

- Kembali beraktifitas dengan

masyarakat

d). Spiritual

- Lebih dekat dengan Tuhan

- Mampu membaca al-Quran

- Mampu mengingat kembali

bacaan surah pendek yang

sudah lupa

a). Gelisah

b). Kental dengan prilaku adiksi

c). Pemahaman akan spiritual

cukup

d). Muncul sugesti

e). Halusinasi

f). Murung

a). Tindakan Medis

- Tujuh hari di stabilisasi

- Diberi obat psikotik

b). Psikologik

- Pemetaan masalah dan

treatmen

- Mengikuti program

- Puasa

- Membuat tugas terkait

sugestinya

c). Sosial

- Hijrah

d). Spiritual

- Mendekatkan diri pada

Tuhan

- Sholat taubat

- Penguatan ibadah

- Mendalami teori praktek

ibadah

- Menghafal surah pendek dan

asmaul khusna

Hasil

Tahap 3

Pasca Terapi

Tahap I

Pra Terapi

Proses

Terapi

Metode BPSS

Tahap 2

Masa

 

Page 97: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

Bagan Pemulihan Klien Alumni EZ

a). Tindakan Medis

- Menjadi tenang

b). Psikologik

- Menjadi lebih baik

- Merasa lebih tenang

- Menjadi patuh dengan

orangtua

- Pola makan dan tidur sudah

teratur

c). Sosial

- Menjadi lebih paham

- Mampu menurunkan ego

d). Spiritual

- Lebih dekat dengan Tuhan

- Merasa lebih baik

- Merasa tenang dan tentram

- Mampu mengaji

- Solat sudah rajin

- Mengingat kembali bacaan-

bacaan solat

a). Komunikasi kasar

b). Kontrol emosi kurang

c). Pola tidur tidak teratur

a). Tindakan Medis

- Tujuh hari di stabilisasi

- Diberi obat psikotik

- Konseling

b). Psikologik

- Pengalihan ketika gelisah

- Motivasi

- Patuh kepada orangtua dan

pembimbing

- Melaksanakan ibadah

c). Sosial

- Tidak menggunakan lagi

- Diberikan pemahaman

- Menjaga diri

- Memilih teman yang baik

d). Spiritual

- Mendekatkan diri pada

Tuhan

- Sholat taubat

- Belajar membaca al-Quran

- Solat 5 waktu berjamaah

- Menghafal surah dan asmaul

khusna

- Diberikan pemahaman

bersuci dan gerakan solat

Hasil

Tahap 3

Pasca Terapi

Tahap I

Pra Terapi

Proses

Terapi

Metode BPSS

Tahap 2

Masa Terapi

 

Page 98: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

Blue Print Wawancara Dengan Terapis Madani

Nama Indikator Item Pertanyaan

Bapak

Andrian

Biologik 1. Bagaimana proses pembinaan santri ketika

dalam tahap terapi medik?

Pertama santri diberikan obat yang sesuai

dengan rekomendasi dari dokter, terus yangmana

pada tahap awal ketika diberikan obat (masa proses

stabilisasi) efeknya akan menimbulkan yang

namanya disorientasi. Timbul ngigo, ngraktak,

halusinasi. Secara biologis biasanya timbul

tenggorokan kering, hidung mampet, tremor, ee

cadel. Ini namanya terapi medik ditahap awal.

Adapun proses selanjutannya proses medik ini

masih diberikan sesuai rekomendasi dokter yang di

evaluasi setiap 10 hari. Sifatnya berbeda-beda

antara individu dan laiannya baik obatnya maupun

dosisnya.

2. Apa saja hambatan-hambatan dalam proses

pembinaan santri ketika menjalani tepi medik?

Pertama membagi untuk klien yang sudah

mengalami paranoid, dia akan sulit jika dikasih

obat. Kedua, pemahaman yang masih belum ngerti

sepenuhnya tentang pentingnya fungsi obat (dalam

proses pemulihan) baik keluarga maupun klien.

Biaya obat cukup mahal menjadi kendala di

keluarga tertentu.

3. Bagaimana solusi dalam menyelesaikan

hambatan-hambatan tersebut?

Pertama biasanya kita memberika opsi bagi

pindah dokter dengan obat yang lebih terjangkau

(bisa pakai BPJS). Kedua, kita akan memberikan

pemahaman, dilakukan pendekatan lebih insten

(dibujuk). Kita lakukan tindakan dengan cara

dipaksa sesuai dengan SOP, misal di injeksi, ada

dua atau tiga konselor yang memegangi.

4. Bagaimana tahap perkembangan santri ketika

menjalani terapi medik?

Pada umumnya ketika sudah diberikan obat maka

akan terjadi perubahan, misalnya pola tidur dan

pola makan sudah teratur. Emosi sudah stabil.

Halusinasi, kecemasan dan ketakutan mulai

menurun. Ketika santri berada di Bulan kedua,

perkembangannya mulai membaik, santri mampu

mengontrol emosi, kepercayaan diri meningkat,

interaksi dengan santri lain semakin baik. Nah,

 

Page 99: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

ketika santri sudah di Bulan ketiga, secara umum

santri mulai matang. Kognitifnya sudah kembali

normal, santri kita arahkan pada tujuan hidup yang

baik, artinya tidak menyalahgunakan lagi zat

tersebut.

5. Apa indikator santri yang telah dinyatakan

sembuh selama menjalani terapi Biologis/Medik

di Madani?

Karena santri memahami bahwa minum obat itu

penting, selama tiga bulan dia teratur minum obat,

maka sel saraf yang dirusak oleh zat ini akan

kembali brfungsi dengan baik, sehingga santri ini

akan mampu fokus dalam apa yang ingin dia tuju.

Misalnya santri kembali beraktifitas di sekolah,

kuliah, kerja dan berkeluarga dengan harmonis.

Intinya begitu kalau secara biologik, karena terpai

biologik ini mengembalikan sel saraf yang telah

rusak, sehingga santri mampu berpikir normal tanpa

ada gangguan di otaknya. Gangguan di otak ini ya

tadi, tidak fokus, merasa cemas dan lain-lain.

Ibu Ana Psikologik 1. Bagaimana proses pembinaan santri ketika

dalam tahap terapi psikologik?

Kalo di madani itukan konsepnya kita pake BPSS,

bio-psiko-sosial-spiritual, artinya semua aspek di

gerakkan, tidak hanya psikis saja tapi spiritual juga.

Nah peran psikolog memang ada di spikologisnya.

Namun psikologinya ini tidak, apa namanya? Ee ini

dibantu oleh konselor juga. Jadi disini konselor

berperan untuk mendampingi santri, untuk

melakukan konseling di byding nya, namun kalo

untuk psikolog lebih fokus pada terapis

psikologisnya. Untuk santri Narkoba yang biasa

saya lakukan adalah intex data. Apa yang menjadi

cor prablem mereka, alasan kenapa mereka

menggunakan Narkoba, trigernya apa? Lantas dari

treger itu dipetakan masalah. Ketika sudah ketemu

masalahnya, data masalah ini bisa didapat dari

interview, observasi, aloamanesa dari keluarga,

aloamanesa dari konselor juga, ee dari alat tes baru

kita lakukan terapi. Terapi ini kita berkolaborasi

dengan konselornya. Jadi kalo dia butuh lebih

kearah spiritual berarti apsek spiritual nanti lebih

ditingkatkan dari yang biasanya, kalo dia lebih

kearah cookufasi maka diberikan pekerjaan yang

sesuai dengan bakatnya. Sehingga secara psikologis

dia mulai kembali seperti biasanya. Karena yang

bermasalah dari psikologis pengguna kan

 

Page 100: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

kecenderungan adiktifnya ya, kan, sugesti, untuk

yakin bahwa saya hanya melakukan yang terbaik itu

ketika saya menggunakan Narkoba. Nah, itu yang

kita kelola. Cuma kenapa itu terjadi? Nah itu kita

lihat dari coprablemnya.

Bagaimana pemetaan masalah itu dilakukan?

Konseling psikolog ini akan jadi banyak

pertanyaan oleh temen-temen psikolog lain, „kok

baru satu kali pertemuan sudah bisa langsung

tetapkan masalah.‟ Standar ini sih biasanya harus

satu kali pertemuan, tapi kita berusaha mencari

teknik yang terbaru untuk semuanya berjalan efektif.

Jadi caranya memang tidak langsung semuanya

psikolog yang terjun diawal untuk melakukan

assesment, pj nya dulu. Ketika mereka sudah stabil,

itukan kurang lebih sudah satu bulan. Banyak data

yang sudah diperoleh, baik alo dan auto, baru dari

disitu nanti pj nya akan merifer ke psikolog. Jadi

psikolog aloamanesanya ke pj, jadi sudah terkumpul

tuh data, nah nanti psikolognya tinggal mengkroscek

kebenaran data, data apa yang kurang, sehingga

bisa dilengkapi untuk menentukan program terapi.

2. Apa saja hambatan-hambatan dalam proses

pembinaan santri ketika menjalani tepi

psikologik?

Hambatannya sering muncul sih biasanya

pertemuan dengan konselor dan psikolog tidak

terlalu sering, sehingga kondisi terupdate santri ini

tidak update juga diperoleh.

Hambatan kedua ketika keluarga sulit diajak

kerjasama. Sulit untuk diajak kerjasama. Jadi

keluarga juga diberikan edukasi tidak hanya oleh

konselor tapi oleh psikolog secara

berkesinambungan. Pada saat mereka sudah diberi

edukasi, tapi mereka gak paham juga, tentang

bagaimana sih. Padahal pj nya udah ngomong nih,

croschek sama psikolognya keluarganya gak tau,

gak paham, atau bahkan bilang gak dikasih tau.

Begitu psikolog croschek ke konselornya, “udah kok

mba, udah dikasih tau,” artinyakan pemahan

mereka tidak secepat yang kita pikirkan. Sekali kita

kasih tau belum tentu mereka langsung paham.

Kedua mereka belum tentu mengakui bahwa mereka

harus tururt andil dalam kondisi pasien ini.

Sehingga begitu santri kembali kerumahnya mereka

tidak bisa menciptakan kondisi seperti lembaga

miliki. Maka risiko juga akan semakin tinggi.

 

Page 101: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

3. Bagaimana solusi dalam menyelesaikan

hambatan-hambatan tersebut?

Solusinya biasanya kita siasati dengan ada satu

PJ (penanggung jawab) yang memang harus ada

ketika saya konseling, supaya saya bisa tranfers

informasi tentang klien seperti apa, lebih lengkap,

sekalipun pj nanti ketika observasi bisa diselesaikan,

yang pasti sih setiap santri itu ada satu sesi dimana

mereka harus bertemuan dengan psikolog, jadi nanti

psikolog akan evaluasi sejauh mana edukasi yang

dimiliki oleh keluarga. Ee setelah terpetakan,

psikolog akan memberikan rekomendasi kepada

konselor “sejauhmana sih intensitas yang harus

mereka lakukan kembali, reedukasi terhadap

keluarga.” Kedua memang disarankan untuk mereka

ikut program daycare. Tujuannya untuk pengalihan

peran antara lembaga ke keluarga. Disini keluarga

akhirnya dilatih untuk bagaimana sih menghadapi

anggota keluarga yang mengalami Narkoba sambil

dipantau oleh konselor selama 3 bulan, itu baru ada

evaluasi “cukup efektif gak lingkungan keluarga?”

4. Bagaimana perkembangan santri setelah

mendapatkan terapi psikologik?

Kalo ditanya perkembangan, setiap pasien respon

yang berbeda terhadap terapi, pj punya efek yang

beda terhadap santri, jadi tidak bisa disama ratakan

berdasarkan atas transkip, kita cuma beradasarkan

observasi. Untuk bulan pertama kalo dia sudah

masuk proses transit dibelakang, dia mulai ee, tau

kalo dia punya masalah, perkembangannya seperti

itu. Lalu ditinggkatkan dengan paham ya, ee apa

yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah itu,

sampai akhirnya mereka sendiri yang merikrafi diri

dan bisa menjaga. Karena kita selalu memberikan

edukasi “berapa lama sih seorang pengguna

Narkoba harus lepas dan mengontrol diri.” Kita

harus selalu bekali itu, sehingga mereka mulai

menjaga diri sehingga mereka terisolir dari memang

temen-temen yang berisiko menggunakan Narkoba.

5. Apa indikator santri yang telah dinyatakan

sembuh selama menjalani terapi Psikologistik di

Madani?

Sebenernya kalo pengguna Narkoba kan gak ada

kata „sembuh‟ ya, „pulih‟, dan itu butuh waktu

antara 10 sampai 12 tahun. Beberapa teori ee punya

pendapat yang berbeda-bebada minimal 10 tahun.

Jadi kalo dia berobat di madani dia gak bisa

 

Page 102: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

dikatakan sembuh, sugesti pasti masih ada. Bahkan

kalo santri yang mengatakan saya tidak tahu, tidak

ada sugesti sama sekali, itu bohong, itu manipulasi,

pasti bohong. Kalo dia bilang „saya tidak ada sama

sekali itu bohong‟, tapi paling enggak report yang

ada santri mulai paham trigernya apa nih dia

menggunakan Narkoba. kalo konselorkan lebih

kepada konseling gejala yang mereka alami perhari,

sementara psikolog corprablemnya, pusat

masalahnya, kunci masalahnya, akhirnya santri tau

„oh ternyata saya menggunkan Narkoba karena saya

gak percaya dari kecil.‟ Sehingga pake Napza lebih

nyaman. Nah ini, santri paham akan hal ini saja

akan mudah bagi mereka untuk menjaga diri. Jadi

mereka ini akan berpikir „saya tanpa Narkoba akan

tetap percaya diri kok.

Bapak Yuki Sosial 1. Bagaimana proses pembinaan santri ketika

dalam tahap terapi sosial?

Di madani itu berarti kegiatan bawa santri

keluar, berenang, futsal, terus lagi jogging, games

therapy, terus lagi ee ke ancol, survive ke outting, itu

tuh terapi sosial, jenis-jenis terapi sosial di Madani,

seperti itu. Berarti kalo proses itu tentang

pelaksanaannya. Satu contoh misalkan futsal gitu

kan, prosesnya ada pembagian tim ustadnya sebagai

pendamping, di programkan dulu di BTP bahwa

siang akan ada jadwal futsal. Kemudian dibagi,

pendampingnya siapa, berapa mobil, santrinya

siapa, pendampingnya juga harus memenuhi standar

pendampingan. Misalkan 1:5, jadi kalo ada 20 santri

berarti 8 ustad, itu standar pendampingan di proses

terapi sosial, secara umum begitu. Tapi kalo untuk

outbound lebih spesifik lagi, 1:2 perbandingannya,

karena risikonya itu lebih besar, kayak di pulau

pramuka ini hampir 1:2 atau 1:1. Nah, terakhir ini,

ada namanya review, kesan dan pesan dari hasil

dari pelaksanaan itu untuk mengukur sejauhmana

program itu bisa memberikan pengaruh terhadap

pemulihan. Terapi sosialnya bagaimana dia bisa

berkelompok, berkeluarga, masyarakat.

2. Apa saja hambatan-hambatan dalam proses

pembinaan santri ketika menjalani tepi sosial?

Diurut dari awal misalkan dari persiapan,

persiapan itu biasanya ee pendampingan atau

rencana dadakan. Ada rencana dadakan. Kedua

rencananya tidak mateng, itu hambatan tuh, di

proses BTP. Pelaksanaannya, pendampingannya

 

Page 103: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

kurang. Santri ada yang tidak maksimal mengikuti

program itu, itukan tugas ustad mengajak santri.

Maka dipastikan semua santri ikut, maksimal semua,

itu harapannya. Hasilnya, ada yang ikut ada yang

enggak. memang kendalanya adalah intrumen tadi.

3. Bagaimana solusi dalam menyelesaikan

hambatan-hambatan tersebut?

Maka kalo untuk perencanaan di awal, berarti

dimatangkan di BTP, itu solusinya. Kalo

dipelaksanaan atau pendampingannya dipastikan

juga pendampingnya. Terus pendamping itu dengan

kuota yang bagus, kalo 20 santri itu minimal 4 ustad.

Terus kalo diakhir, di ending, ada evaluasi akhir,

ada instrumen-instrumen yang baku yang dibuat.

Disini perkembangan santri masih belom bisa

dipastikan, karenakan instrumen-instrumen masih

belom jelas nih. Kalo pun perkembangan santri itu

baru bentuk tulisan atau lisan. Tulisan itu pake

isntrumen hanya gambaran secara umum, itu, gak

rinci.

4. Bagaimana perkembangan santri setelah

mendapatkan terapi sosial?

Setelah mendapatkan terapi sosial, dalam fase

santri satu bulan dua bulan sampe tiga bulan itu

akan terlihat dari hasil evaluasi santri dalam

kegiatan itu. Jadi rekapitulasi dari hasil itu atau

perkembangan itu bisa dilakukan di ee terapi yang

terakhir itu outbound. Kalo di outboundnya dia udah

lepas semua, gak ada hambatan, blok mental nya

ilang, itu kita sebut standarnya berhasil. Outbound

itu jadi satu, kan 3 bulan sekali nih, ujiannya kalo di

Madani selama 3 bulan itu outbound. Disitu tolak

ukur bionya psikonya sosionya spiritualnya disitu

semua. Kalo hasil lulus nih hasil evaluasi di

outboundnya berarti dia bagus. Makannya program

terapi sosial outbound itu, menjadi suatu kewajiban

atau kegiatan yang sudah terperogram selama 3

bulan sekali.

Kalo yang gak maksimal berarti evaluasinya

masih belom bagus, masih ada blok mentalnya,

masih ada takut-takutnya juga, dia belom bisa lepas,

itu harus diterapi lagi. Karena itu, kehidupan itu

kan, tidak jauh seperti outbound itu sendiri, banyak

tantangan, banyak sesuatu yang tidak terduga, kita

harus berhadapan dengan diri kita sendiri, dengan

ketakutan-ketakutan, dengan ini itu dan sebagainya.

Gambaran outbound itu perjalanan, kalao dalam

ibadah haji itu butuh modal, butuh pikiran, butuh

 

Page 104: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

tenaga. Kalo dia bisa melakukan itu, berarti dia

sudah berhasil melewati.

Kalo udah terapi sosial, itu dia udah bisa

mengenal diri, dia udah bisa berbagi, pikiran dia

gak ego sektoral buat dirinya sendiri tapi bagaimana

mau berbagi di kehidupan. Sehingga dalam aktifitas

di masyarakat bisa memberikan yang bermanfaat,

dalam aktifitas di keluarga dia udah bisa lebih

menenangkan hati keluarga, dia bisa berbuat baik

dan pola prilakunya udah dipangkas semua,

meskipun masih ada.

Tiga bulan untuk terapi sosial, sekedar

pemahaman sebenernya gak cukup, kalo sekedar

pengetahuan cukup. Tapi untuk sampai

kepemahaman belum, masih perlu lanjut. Sebetulnya

3 bulan itu masih tahap awal. Makannya ada

program kemandirian. Program kemandirian ini

adalah integrasi mempersiapkan santri agar

diterima di keluarga sama lingkungan.

5. Apa indikator santri yang telah dinyatakan

sembuh selama menjalani terapi Sosial di

Madani?

Indikatornya secara BPSS sudah bagus, sadar

minum obat, pola hidup sehat, cara pikirnya udah

bagus, udah sembuh. Untuk sosialnya dia gak punya

hambatan blok mental, di udah gak punya unek-unek

yang didalam yang masih belom diceritakan,

mengenal dirinya, ia udah bisa beraktifitas dengan

kehidupan di Madani, keluarga maupun di

masyarakat. Berarti dia udah bebas tidak ada

hambatan paranoid. Untuk Narkoba itu dia tahu

batasan dimana dia harus meninjau lingkungan

yang akan membawa dia terjun ke dunia Narkoba.

terus batasin, kalo disitu rawan, dilingkungan itu

rawan, dipaksa hijrah ya harus hijrah, gak bisa kalo

disitu mau tetep disitu dengan kondisi udah, pasti

udah relaps.

Terus dia tahu batasan lingkungan, berarti dia

udah sembuh. Kalo misal dia mau tes power, dia

sebetulnya belom sembuh, masih sakit. Ketemu

temennya, ditawarin, akhirnya kena lagi. Dia harus

tau batasan diri.

Bapak Harid Spiritual 1. Bagaimana proses pembinaan santri ketika

dalam tahap terapi spiritual?

Iyah, ee, proses ya, bagaimana proses? Tentunya

kalau membicarakan tentang proses, ee kita yang

pasti, kita punya alur, atau punya jadwal sendiri

 

Page 105: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

terkait dengan yang spiritual, gitu. Artinya proses-

proses disini sudah terjadwal secara ee ditata. Ee,

misalkan ketika malam selasa kita ada program SNI

misalkan siroh nabawiyah, atau ketika jam setengah

sepuluh pagi ini ada sholat sunnah dhuha dan sholat

sunnah taubah misalkan, atau dimalam-malam

lainnya, ini merupakan salah satu proses yang

penekannya untuk aspek spiritual, begitu. Adapun

prosesnya biasanya pertama setelah terjadwal itu,

temen-temen atau santri disini udah pada tau

jadwalnya. Terus pelaksanaannya ya, kadang di

informasikan, atau kadang di ee ajak oleh ustadnya.

Terus kalo pelaksanaan dalam praktiknya ya

bervariasi ya, artinya pemahaman mereka akan

program itu bervariasi, kerena masing-masing

individu masing-masing santrikan berbeda, terus

pemahamannya pun mereka sangat berbeda, begitu,

artinya ada yang sudah mengerti ini kenapa

dilakukan, tetapi ada yang belum mengerti dan pada

akhirnya dia mengerti, gitu, kenapa kita harus sholat

secara terus menerus, kenapa harus sholat taubat,

kenapa kita harus misalkan sholat dhuha dan

program-program yang lainnya yang sifatnya

spritual, sebenarnya itu.

Terapi spiritual yang di tekankan?

Ya, pertamakan ada proses penyadaran. Lebih

cenderung ke ini sih sebenernya, cenderung ke aa,

kognitif. Artinya kognitif dan afektif, gitu. Kognitif

itu artinya kita lebih cenderung kayak semacam

mere-edukasi temen-temen terhadap psiritual itu

sendiri. Ee, artinya pemahaman-pemahaman yang

sebelumnya gak tau atau sebelumnya udah lupa, kita

ingetin lagi, gitu. Aa, kayak restorasi apa yak? Ee

kayak restorasi pikiran tentang inilah, tentang

agama, gitu, artinya seperti itu, atau tentang

spiritual, gitu. Jadi hal-hal yang dulu mereka tidak

tau ya kita kasih kembali, gitu, termasuk dengan

program yang sifatnya spiritual disini. Yang

terpenting adalah, pertama dengan cara ya kita

memberi pemahaman terhadap mereka

bahwasannya ini adalah penting, misalnya, atau ini

adalah aa, sangat berpengaruh terhadap kesehatan.

Nanti dengan sendirinya, kalau mereka udah paham,

akan dengan sendirinya. Lebih cenderung kognitif

kita sadarkan kembali.

2. Apa saja hambatan-hambatan dalam proses

pembinaan santri ketika menjalani terapi

spiritual?

 

Page 106: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

Pertama hambatannya ya, pertama sebenarnya

dari segi, ee kitanya gitu, artinya dari segi kitanya

itu maksudnya dari segi SDM nya, gitu. Dari segi

SDM nya dalam arti kita harus ee meng-update terus

atau meningkatkan terus kemampuan. Meningkatkan

terus kemampuan, untuk bagaimana caranya agar

bisa mengajak atau melakukan proses ee terapi ini

gitu. Terus kedua, yang dihadapi inikan temen-temen

dengan bermasalah, terus artinya ada yang sampai

kena gangguan, gitu, otomatis cara menghadapinya

pun kita gak bisa sama, ee jadi berbeda-beda. Nah,

hambatannya ya kadang-kadang ee apa yang

menjadi role untuk pelaksanaan itu belum

sepenuhnya dimengerti oleh mereka, tetapi ini

biasanya dihadapi ketika temen-temen yang awal-

awal masuk ke program pembinaan, gitu. Artinya

yang masih proses stabilisasi atau yang baru pindah

ke transit, gitu, sehingga mereka pemahamannya

pun akan masih minim untuk dibina program ini.

3. Bagaimana solusi dalam menyelesaikan

hambatan-hambatan tersebut?

Ya, pertama kita tidak menyamakan, artinya

menyamakan untuk dalam „ajakan‟ terus dalam

„penyampaian‟. Arti penyampaian disini, kita tidak

mengeneralisasi semuanya harus kayak gini, gitu.

Kayak misalkan contoh, misalkan ketika

membangunkan untuk sholat shubuh, masing-masing

individu kan akan pemahamannya berbeda, nah,

cara-caranya tentu akan sangat berbeda juga yang

kita pake. Atau misalkan terhadap, misalkan kita ada

materi BTQ atau baca tulis al-Quran, gitu, karena

dengan beground yang berbeda-beda,

kemampuannya berbeda-beda, pemahamannya

berbeda-beda, otomatis cara yang kita sampaikan ke

mereka pun berbeda-beda, walaupun misalkan

dalam satu waktu. Kalau untuk si A dia cukup satu

kali ketika kita sampaikan, tapi kalau untuk si B

belum tentu cukup satu kali dia tau karena

kemampuannya berbeda-beda. Tapi cara yang kita

rubah, kalo untuk si A seperti ini, kalau untuk si B

seperti ini, misalkan dengan cara ya di kasih baca

buku sendiri bagi yang udah mengerti, kita kasih

judul buku, „ini coba tolong baca terkait dengan

agama‟. Terus yang belum paham ya kita ajak

ngobrol, dan kita lebih apa? Lebih inten lagi secara

pelan-pelan. Intinya sih kita gak menyamakan. Gak

menyamakan terhadap pembelajaran yang kita

sampaikan. Tapi targetannya program sama, sama

 

Page 107: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

disitu artinya kita tidak ee ini gak ikut program gak

apa-apa, cuma caranya aja yang kita bedakan.

4. Bagaimana perkembangan santri setelah

mendapatkan terapi spiritual?

Untuk aspek spiritualnya aja berarti ya? Pertama

kalau misalkan untuk santri yang progres bukan

progres ya, artinya secara mengikuti alur „dia bisa

mengikuti program dengan full, dia mengikuti

rekomendasi yang diberikan oleh terapisnya‟ tingkat

pemulihannya tentunya lebih cepet, dibanding

dengan yang hanya sekedar ikut-ikutan atau ikuti

karena misalkan temen ikut. Progresnya ya biasanya

di bulan pertama yang tadinya gak mau mulai untuk

maju kedepan atau gak mau untuk mimpin doa,

dibulan ke dua mulai mau. Artinya sudah ada

progres, tapi tergantung individunya, tergantung

motivasi, motivasi dia untuk sembuhnya, motivasi

dia untuk belajar lagi. Itu sangat dipengaruhi itu,

salah satunya. Terus di bulan ketiga dia lebih, lebih

ningkat lagi akan pede nya, bukan pede ya,

kemampuan dia bisa dengan sendirinya. Jadi

walaupun misalkan progresnya, terus terang ya

masing-masing individu berbeda-beda, bahkan ada

yang dulunya misalkan dari segi kemampuan baca

al-quran minim, tapi karena keinginannya yang

kuat, dia lebih cepet bisa dibanding dengan temen-

temen yang lain.

Presentasi ya? Presentasi sekitar 50% lah bahkan

lebih ada perubahan. Walaupun perubahannya

mungkin bagi kita biasa aja, tapi bagi mereka luar

biasa, misalkan dulunya yang gak sempet baca al-

quran lagi, tapi setelah satu bulan, dua bulan dia

mulai baca al-quran dan mulai memaknai, artinya

memaknai itu mereka mulai paham kenapa mereka

harus seperti itu meski dalam program, gitu.

5. Apa indikator santri yang telah dinyatakan

sembuh selama menjalani terapi Spiritual di

Madani?

Selama tiga bulan? Pertama tentunya harus

dilihat dari beberapa aspek, misalnya aspek

biologis. Aspek biologis itu contohnya misalkan dari

pola istirahatnya, pola tidur, jadi ketika misalnya

kalo pagi udah bisa bangun pagi, malemnya

tidurnya udah bisa lebih awal artinya sesuai jam

pada umumnya, gitu, terus mandinya udah mulai

teratur, makannya udah mulai teratur, itu aspek

biologis ya. Terus aspek psikologis, misalnya

 

Page 108: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

keadaan bagaimana emosi dia, perasaan dia. Terus

ee, kemampuan dia untuk mengungkapkan,

kemampuan dia untuk bersosialisasi, itu kemampuan

dia untuk bisa menyesuaikan diri, ketika ada

perubahan ini juga dijadikan satu kriteria juga, ini

sosialnya. Terakhir spiritualnya tentunya, yang

tadinya pemahaman akan sholat atau akan hal-hal

lain yang misalkan dalam spiritual itu gak terlalu

penting terus dia udah bisa memahami bahwasannya

itu penting ya, itu perubahan yang ini juga, yang

terjadi, bisa di indikasikan dia udah mulai sembuh.

Terakhir evaluasi dari keluarga. Jadi salah satunya

ada program cuti, program cuti itu sebenarnya

evaluasi ketika santri berada di luar lingkungan kita.

Kalo dikita mungkin udah terstruktur, udah program

atau oh ini udah aturannya harus sholat, gitu. Nah,

kita untuk mengetahui bagaimana ketika diluar,

tingkat keberhasilannya selama ini salah satunya

dengan program cuti. Kita evaluasi laporan dari

keluarga gimana, sholatnya gimana, masih sholat

atau enggak, ininya gimana, gitu. Itu sebagai

evaluasi juga, tingkat keberhasilan atau tingkat

kepulihan santri itu sendiri.

 

Page 109: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

Blueprint Pertanyaan Penerima Layanan

Nama Pertanyaan Interpretasi

FA 1. Biologik/ terapi medik

1) Sejak kapan Saudara/Saudari

berada di Ruang Stabilisasi?

Sejak tanggal 16 agustus, 7 hari.

2) Tindakan apa yang dilakukan oleh

perawat dalam terapi medik?

Disuntik terus dikasih vitamin.

Kemaren sih gak sakauw, cuman suges

doang. Dikasih obat, terapinya melalui

ucapan, paling saya kalo lagi sugest

kayak gitu mengalihkannya ke rokok.

Enggak diiket, kalo di iket mah putaw.

3) Manfaat apa yang Saudara/Saudari

rasakan setelah menjalani terapi

medik?

Manfaat dari stabilisasi? Yaitu kita

bisa mengendalikan diri, bisa

menenangkan diri, gitu pak. Iya mulai

berkurang, candunya berkurang karena

saya kan memang kemauan sendiri,

bukan dipaksa untuk rehab.

2. Psikologik/ terapi psikologik

1) Bagaimana kondisi kejiwaan

Saudara/Saudari sebelum

mendapatkan penanganan dari

psikolog?

Ya berantakkan pak, seperti hati

keras jadinya, susah dibilangin, gak

kenal siapa-siapa, gak kenal temen, gak

kenal orangtua, jauh dari Allah, segala

macem. Pola tidur gak teratur, kadang

saya suka tidur tuh dari pagi ketemu

pagi, terus besoknya lagi saya gak

tidur, acak-acakan. Nafsu makan

bertambah, tergantung sih, tergantung

saya abis make apa, kalo saya make

shabu ya gak makan, nafsu makan tuh

1. Medik

Tindakan Medis

- Tujuh hari di

stabilisasi

- Diberi obat

- Di suntik

Kondisi Klien

- Suges

Manfaat

- Mampu

mengendalikan

diri

- Merasa lebih

tenang

2. Psikologik

Tindakan Psikologik

- Mengikuti

program

- Mengalihkan

sugesti

- Komunikasi yang

baik

Kondisi Awal

- Hati keras

- Jauh dari Tuhan

- Pola tidur dan

makan tidak

teratur

Manfaat

- Mampu

mengalihkan

sugesti

- Mampu

mengendalikan

diri sendiri

3. Sosial

Pemahaman

- Mengetahui

Narkoba dilarang

Pembinaan

 

Page 110: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

gak ada sama sekali. kalo ganja,

gorilla makannya lahab, Pak.

2) Arahan apa yang diberikan oleh

psikolog dalam terapi psikologik

kepada Saudara/Saudari?

Di suruh ke madani. Disuruh rehab,

terus disuruh ikutin program. Ya lama-

lama sih udah lupa pak. Arahannya

suruh mengetahui kapan sugestnya itu

datang, terus dialihkannya dengan cara

apa, gitu pak. Dialihkannya ke rokok,

ngobrol sama temen, tapi ngobrolnya

jangan ngomongn Narkoba, yang lain,

yang positif. Selama ini sih berhasil.

3) Bagaimana manfaat terapi

psikologik terhadap kondisi

kejiwaan Saudara/Saudari?

Manfaatnya banyak, saya jadi bisa

ngendaliin emosi, terus kalo sugestnya

dateng saya lebih bisa ngalahin sugest

itu pak, semenjak dikasih masukan oleh

psikolog.

3. Sosial/ terapi sosial

1) Bagaimana pemahaman

Saudara/Saudari tentang nilai-nilai

yang ada di masyarakat sebelum

menjalani terapi sosial di Madani?

Sudah tahu pak, kalo itu dilarang.

Cuma ya bodohnya saya masih

melakukan itu. Karena belom ada

penyuluhan-penyuluhan dari orangtua,

pihak ketiga gitu deh, buat kontrol.

Makannya saya mau berubah, terus

saya ngajuin ke orangtua juga.

2) Nilai-nilai apa yang diberikan oleh

pembina dalam terapi sosial?

Saya jadi tahu dari program-

program disini, terapi-terapi disini, ee

apa itu Narkoba, di agama juga

dilarang yang memabukkan itu

dilarang.

3) Apa manfaat terapi sosial yang

- Pemahaman

melalui program

Manfaat

- Mengetahui

penyalahgunaan

Narkoba adalah

perbuatan buruk

4. Spiritual

Kondisi Awal

- Jauh dari Tuhan

- Meninggalkan

ibadah

Tindakan Spiritual

- Melakukan

rangkaian solat

sunah dan solat 5

waktu

- Memebaca al-

Quran

Manfaat

- Lebih dekat

dengan Tuhan

- Mengetahui mana

yang baik dan

mana yang buruk

- Menjalankan

rangkaian ibadah

tanpa paksaan

5. Saran

- Meningkatkan

penyuluhan

tentang bahaya

Narkoba

 

Page 111: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

Saudara/Saudari rasakan?

Jadi tahu akibatnya, yang buruk-

buruk

4. Spiritual/ terapi spiritual

1) Bagaimana ibadah

Saudara/Saudari sebelum

menjalani terapi spiritual di

Madani?

Saya dulu kurang mementingkan

Tuhan ya Pak, saya dulu lebih berpikir

realita aja, yang religiusnya kurang,

jadi ya gak pernah sama sekali. Lepas,

jadi hatinya keras. Mikirnya Narkoba

aja. Gua hari ini make apa nih, besok

make apa nih, gitu Pak. Hati keras

jadinya.

2) Kajian apa saja yang diberikan

oleh ustad dalam terapi spiritual?

Sholat dhuha, sholat taubat sholat

lima waktu,ngaji, tadarus itu, saya

lakuin terus pak.

3) Bagaimana manfaat yang

Saudara/Saudari rasakan setelah

mengikuti terapi spiritual?

Manfaatnya? Jadi lebih deket pak

sama Tuhan, jadi tahu mana yang

salah mana yang bener. Gak ada

paksaaan pak, kemaun sendiri kalo

ibadah. Kalo dirumah sholat lima

waktu, jamaah sama orangtua, kadang

ke jamaah di masjid, maghrib sama

isya‟. Perubahannya drastis pak.

Kritik dan Saran

1. Kritik dan saran apa yang ingin

Saudara/Saudari sampaikan terkait

metode terapi BPSS dalam upaya

penyembuhan klien pengguna

Narkoba di Madani Mental Health

Care?

Kritiknya sih apa ya? Mungkin

kurang penyuluhannya aja pak, karena

biasanya BPSS itu Dia tahunya tentang

 

Page 112: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

ilmu, pastinya kan saya, yang

ilmiahnya saya, saya lebih paham

karena saya yang make. Kecuali tapi

kalo kayak yang Broin itu bagus pak.

Saran saya ya udah tadi itu. Kurang

terlalu menyeluruh. Misalnya Dia

jelasin tentang shabu, Dia gak jelasin

tentang makenya gimana, efeknya

gimana, cuma dikasih tahu ini shabu

ituh gini gini gini. Gak boleh, kurang

mendalami. Mungkin kalo bisa BPSS

yang Narkoba itu yang ngisi calon, eh

candu kayak broin gitu, karena Dia

tahu gimana sela-selanya, gimana

negatif-negatifnya, jadi Dia ngasih

tahunya kayak ngobrol aja gitu pak,

jadi seini aja, sejiwa.

IQ 1. Biologik/ terapi medik

1) Sejak kapan Saudara/Saudari

berada di Ruang Stabilisasi?

Sejak tanggal 14 Agustus, lamanya 7

hari.

2) Tindakan apa yang dilakukan oleh

perawat dalam terapi medik?

Saya disana, dimanusiakan pak, ee

pokoknya itu, bawa makanan dianterin,

mau sholat dibangunin. Selain itu,

diberikan vitamin, terus kalo request

makanan diberikan. Ee pas disorientasi

pak, saya cuman 2 hari disorientasinya,

cuman apa namanya? Cuman

halusinasi doang, yang sadar setengah.

Sama perawat di diemin. Karena gak

terlalu agresif.

3) Manfaat apa yang Saudara/Saudari

rasakan setelah menjalani terapi

medik?

Ee manfaat pak? Satu saya bisa

hidup kembali normal lagi setelah

minum obat, yang asalnya ada sifat

paranoid, kecanduan, sakaw. Disini

gak ada yang namanya sakaw,

1. Medis

Tindakan Medis

- Tujuh hari di

stabilisasi

- Diberikan obat

Kondisi

- Disorientasi

(bicara ngelantur,

dan emosi tidak

stabil)

- Halusinasi

Manfaat

- Kembali hidup

normal

- Merasa dilahirkan

kembali

- Komunikasi

bagus

2. Psikologik

Kondisi Awal

- Timbul was-was

- Murung

- Hampir kena

skizo

Penanganan

 

Page 113: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

paranoid, jadi kita disini kaya

dilahirkan kembali, Pak. Manfaat yang

lain, mungkin vitamin otak, asalnya

ngomong gugup , bingung mau

ngomong apa, sekarang alhamdulillah

lancar, Pak.

2. Psikologik/ terapi psikologik

1) Bagaimana kondisi kejiwaan

Saudara/Saudari sebelum

mendapatkan penanganan dari

psikolog?

Kejiwaan? Pertama saya pak timbul

was-was. Disana saya murung pak.

Kata Pak Hasan, saya hampir kena

skizo, udah dapet gejala skizo, tapi

alhamdulillah cepet di tangani sama

Madani. Jadi, alhamdulillah gak kena

skizonya cuma kena gejalanya doang.

2) Arahan apa yang diberikan oleh

psikolog dalam terapi psikologik

kepada Saudara/Saudari?

Saya suruh puasa pak, selain puasa

saya disuruh bikin tugas seberapa

sugesnya saya mikirin Narkoba, gitu.

Tapi saya belum siap.

3) Bagaimana manfaat terapi

psikologik terhadap kondisi

kejiwaan Saudara/Saudari?

Manfaatnya ya saya lebih baik dari

sebelumnya, seperti saya bisa kembali

aktifitas, saya bisa berbaur sama

temen-temen yang awalnya saya

pemurung. Alhamdulillah tidur teratur,

dan makan juga teratur.

3. Sosial/ terapi sosial

1) Bagaimana pemahaman

Saudara/Saudari tentang nilai-nilai

yang ada di masyarakat sebelum

menjalani terapi sosial di Madani?

Saya di masyarakat gak akrab pak,

dikarenakan saya candu. Saya suka

menyendiri kalo lagi off, tapi kalo lagi

- Puasa

- Membuat tugas

terkait sugestinya

Manfaat

- Merasa lebih baik

- Aktifitas

sebagaimana

mestinya

- Berinteraksi

sosial dengan

baik

3. Sosial

Kondisi Awal

- Sudah tahu

Narkoba dilarang

- Dijahui oleh

masyarakat

- Menyendiri

Tindakan

- Puasa

Membuat tugas

terkait sugestinya

Manfaat

- Kembali

beraktifitas

dengan

masyarakat

4. Spiritual

Kondisi Awal

- Jarang solat

- Maksiat

- Bohong

Tindakan

- Penguatan ibdah

- Mendalami teori

praktek ibadah

- Menghafal surah

pendek dan

asmaul khusna

Manfaat

- Mampu membaca

al-Quran

 

Page 114: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

on saya berbaur sama masyarakat.

Saya sudah tahu sebelumnya tapi saya

mau gimana lagi pak? Soalnya saya

tergantungan.

2) Nilai-nilai apa yang diberikan oleh

pembina dalam terapi sosial?

Saya di sarankan pulang dari sini

harus hijrah.

3) Apa manfaat terapi sosial yang

Saudara/Saudari rasakan?

Saya bisa kembali masuk ke

masyarakat, bisa apa namanya? Bisa

berbaur, bisa kembali aktifitas kembali

gitu pak.

4. Spiritual/ terapi spiritual

1) Bagaimana ibadah

Saudara/Saudari sebelum

menjalani terapi spiritual di

Madani?

Saya memang sholat, sholat, tapi

maksiat ya maksiat gitu Pak. Sholatnya

kadang-kadang. Saya sholat waktu

dhuhur magrib sama isya‟ disuruh

sama Ibu. Keluar malem, saya kayak

apa Pak? Kaya malem jadi siang, siang

jadi malem.

Alhamdulillah Pak, selama di

Madani saya selalu ikut sholat jamaah.

Awal-awalnya susah dibangunin.

Kadang saya bandel, pura-pura tidur

atau enggak pura-pura sakit.

2) Kajian apa saja yang diberikan

oleh ustad dalam terapi spiritual?

Penguatan ibadah Pak, seperti TPI,

saya lebih mendalami lagi ilmu agama

disini. Hafalan asmaul khusna, hafalan

surah-surah pendek.

3) Bagaimana manfaat yang

Saudara/Saudari rasakan setelah

mengikuti terapi spiritual?

Saya bica baca al Quran, saya bisa

mengingat lagi surah-surah yang udah

- Mampu

mengingat

kembali bacaan

surah pendek

yang sudah lupa

5. Saran

- Lebih

ditingkatkan lagi

penyampaian

materi spiritual

- Hafalannya

terlalu susah

 

Page 115: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

lupa.

Kritik dan Saran

1. Kritik dan saran apa yang ingin

Saudara/Saudari sampaikan terkait

metode terapi BPSS dalam upaya

penyembuhan klien pengguna

Narkoba di Madani Mental Health

Care?

Kalo saran saya, dikuatkan lagi pak,

ee seperti spiritualnya biar kita bisa

mendalami lagi materi-materinya Pak,

biar kita memahami gitu Pak, apa arti

dari spiritual. Kritiknya Pak, kalo

menghafal surah-surah pendek

seharusnya lebih didalami lagi.

Soalnya kita kan disini ada yang hafal

ada yang belom, biar semua hafal gitu

Pak. Kalo saya alhamdu

EZ 1. Biologik/ terapi medik

1) Sejak kapan Saudara/Saudari

berada di Ruang Stabilisasi?

Tanggal 2 agustus.

2) Tindakan apa yang dilakukan oleh

perawat dalam terapi medik?

Diberi masuk-masukan. Dikasih

obat, dikasih ketenangan, dikasih tahu

secara omongan.

3) Manfaat apa yang Saudara/Saudari

rasakan setelah menjalani terapi

medik?

Manfaat jadi lebih tenang, enjoy.

2. Psikologik/ terapi psikologik

1) Bagaimana kondisi kejiwaan

Saudara/Saudari sebelum

mendapatkan penanganan dari

psikolog?

Susah diatur dalam aspek

keseharian, keras, pengennya marah-

marah aja, bete.

2) Arahan apa yang diberikan oleh

psikolog dalam terapi psikologik

kepada Saudara/Saudari?

1. Medik

Tindakan medis

- Tujuh hari di

stabilisasi

- Konseling

- Diberikan obat

Manfaat

- Menjadi tenang

2. Psikologik

Kondisi Awal

- Pola tidur tidak

teratur

- Emosi tinggi

- Hati keras

Tindakan psikologik

- Pengalihan ketika

gelisah

- Motivasi

- Patuh kepada

orangtua dan

pembimbing

- Melaksanakan

ibadah

Manfaat

 

Page 116: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

Dikasih arahan buat minum obat.

Diberi masuk-masukkan buat masa

depan. Disuruh nurut sama

pembimbing, pokoknya suruh sholat,

suruh ngaji dan sebagainya. Kalo

gelisah disuruh dialihkan ke olahraga

kalo enggak musik.

3) Bagaimana manfaat terapi

psikologik terhadap kondisi

kejiwaan Saudara/Saudari?

Ya agak mendingan dari pada yang

dulu mah, lebih tenang, nurut. Tidur

teraatur. Pola makan teratur.

3. Sosial/ terapi sosial

1) Bagaimana pemahaman

Saudara/Saudari tentang nilai-nilai

yang ada di masyarakat sebelum

menjalani terapi sosial di Madani?

Dipandang sebelah mata,

diasingkan dari masyarakat. Tau kalo

Narkoba dilarang, cuman sayanya aja

yang ngelanggar.

2) Nilai-nilai apa yang diberikan oleh

pembina dalam terapi sosial?

Banyak sih sebenernye, terutama

disuruh gak make lagi. Terus dikasih

tau kalo Narkoba di masyarakat juga

dilarang, saya suruh temenan sama

orang baik. Disuruh jaga diri.

3) Apa manfaat terapi sosial yang

Saudara/Saudari rasakan?

Jadi ngerti, jadi paham, gak egois

lagi.

4. Spiritual/ terapi spiritual

1) Bagaimana ibadah

Saudara/Saudari sebelum

menjalani terapi spiritual di

Madani?

Wah parah, parah. Gak pernah

sholat, kecuali sholat jumat disuruh

sama bokap. Sebelum make itu agak

mendingan sih, pas make solatnya

- Menjadi lebih

baik

- Merasa lebih

tenang

- Menjadi patuh

dengan orangtua

- Pola makan dan

tidur sudah

teratur

3. Sosial

Pemahaman

- Mengetahui

Narkoba dilarang

- Dipandang

sebelah mata

Tindakan sosial

- Tidak

menggunakan

lagi

- Diberikan

pemahaman

- Menjaga diri

- Memilih teman

yang baik

Manfaat

- Menjadi lebih

paham

- Mampu

menurunkan ego

4. Spiritual

Pemahaman

- Jarang solat

- Tidak tahu jika

Narkoba sudah

dilarang dalam al-

Quran

- Jauh dari Tuhan

Tindakan

- Belajar membaca

al-Quran

- Solat 5 waktu

berjamaah

 

Page 117: EVALUASI METODE TERAPIS BIO-PSIKO-SOSIAL- SPIRITUAL …

jarang. Terus gak tau kalo di al-Quran

udah dijelasin Narkoba dilarang,

sekarang jadi tau. Gerak-gerakan solat

masih banyak yang salah, bacaannya

pada lupa. Jadi males kalo mau solat,

orang udeh gak bisa. Mending keluar

ama temen. Gak inget dah ama Allah.

2) Kajian apa saja yang diberikan

oleh ustad dalam terapi spiritual?

Ngaji, baca Quran, solat dhuha

solat taubat. Banyak Pak, kita juga

diajarin nulis Arab, ngafalin asmaul

khusna, diajarin dzikir, jadi bisa dzikir.

Diajarin tata cara solat yang bener.

Diajarin cara bersuci juga kayak

tayamum, wudu.

3) Bagaimana manfaat yang

Saudara/Saudari rasakan setelah

mengikuti terapi spiritual?

Jadi lebih baik, lebih tenang, lebih

tentram. Saya jadi bisa ngaji, terus

alhamdulillah solatnya mulai rajin.

Bacaan-bacaan solat yang tadinya lupa

sekarang jadi inget lagi. Pokoknya

beda banget deh Pak sama saya

sebelum ke Madani.

Kritik dan Saran

1. Kritik dan saran apa yang ingin

Saudara/Saudari sampaikan terkait

metode terapi BPSS dalam upaya

penyembuhan klien pengguna

Narkoba di Madani Mental Health

Care?

Kalo kekurangan sih pas-pas aja

pak. Kalo kelebihan nya banyak. Terus

ini aja sih Pak, tingkatin penyuluhan

Narkobanya. Kan, gak semua ustad

disini paham banget sama Narkoba,

gitu sih Pak.

- Menghafal surah

dan asmaul

khusna

- Diberikan

pemahaman

bersuci dan

gerakan solat

Manfaat

- Merasa lebih

baik

- Merasa tenang

dan tentram

- Mampu mengaji

- Solat sudah rajin

- Mengingat

kembali bacaan-

bacaan solat

5. Saran

- Meninggkatkan

penyuluhan

Narkoba