MAKALAH PSIKO KOGNITIF
-
Upload
anggiaanggia -
Category
Documents
-
view
2.222 -
download
8
Transcript of MAKALAH PSIKO KOGNITIF
Otak Komputasional
Konsep “otak komputasional” didasarkan pad ide bahwa pikiran adalah apapun yang
dilakukan otak yakni pemrosesan informasi. Ketika kita melaksanakan “kognisi tingkat tinggi” kita
sedang melakukan suatu jenis komputasi. Para psikolog kognitif meyakini bahwa otak diaktifkan
saat informasi sedang diproses. Dengan hadirnya teknologi pencitraan, impian para ilmuan abad 20
untuk mengobservasi aktifitas bagian-bagian otak yang mengendalikan proses-proses kognitif
akhirnya menjadi kenyataan. Beberapa penemuan tersebut (juga beberapa tren) membahas memori
dan kognisi tingkat tinggi.
Sensasi dan Persepsi
Dalam psikologi kognitif, kita mengacu pada dunia fisik (eksternal) sekaligus dunia mental
(internal). Penghubung realitas eksternal dengan dunia mental berpusat di system sensorik. Sensai
mengacu pada pendektesian dini terhadap energi dari dunia fisik. Studi terhadap sensasi umumnya
berkaitan dengan struktur dan proses mekanisme sensorik. Beserta stimuli yang mempengaruhi
mekanisme-mekanisme tersebut, persepsi melibatkan kognisi tingkat tinggi dalam pengintepretasian
terhadap informasi sensorik. Pada dasarnya, sensasi mengacu pada pendektesian dini terhadap
stimuli; persaepsi mengacu pada interpretasi hal-hal yang kita indera. Ketika kita membaca buku,
mendengarkan i_Pod, dipijat orang, mencium parfum, atau mencicipi sushi, kita mengalami lebih
dari sekedar stimulasi sensorik. Kejadian-kejadian sensorik tersebut diproses sesuai pengetahuan
kita tentang dunia, sesuai budaya, pengharapan, bahkan disesuaikan dengan orang yang bersama
kita saat itu. Hal-hal tersebut memberikan makna terhadap pengalaman sensorik sederhana- dan
itulah persepsi.
Penglihatan
Penglihatan (vision), pendektesian sebuah bagian kecil gelombang elektromagnetik (yang
kita sebut cahaya), dimungkinkan terjadi karena mata kita memiliki struktuir yang unik. Berkas
cahaya memasuki mata melalui kornea dan lensa, yang mengarahkan berkas citra (dari objek yang
dilihat) ke retina. Pengenalan pola baik hitam putih dua dimensi, maupun bentuk tiga dimensi yang
rumit dan berwarna, senantiasa ditampilkan di retina dalam bentuk dua dimensi. Berdasarkan
representasi dua dimensi di retina tersebut, persepsi tingkat tinggi termasuk kemampuan mengenali
1
tiga dimensi diaktifkan ketika impuls- impuls tertsebut ditransfer melalui jalur saraf penglihatan ke
korteks visual, dan ketika dikombinasikan dengan pengetahuan yang telah ada, akhirnya
menghasilkan pengenalan (recognition). Contohnya kita mengenali nenek kita ketika melihat beliau.
System visual adalah salah satu system yang paling rumit dari seluruh system sensorik. Mata
manusia memiliki sekitar 7 juta sel kerucut (cones, yang peka terhadap stimuli terang (bersifat
photopic), dan memiliki sekitar 125 juta sel batang (rods) yang peka terhadap stimuli gelap. Sel
kerucut banyak didapati di fovea, dan berperan dalam mengenali warna dan objek dalam cahaya
terang. Sel batang menyebar menjauh dari fovea, bahkan tidak ada sel batang di dalam fovea.
Gelombang elektromagnetik ditransduksikan menjadi sinyal-sinyal elektrokimiawi, yang
merupakan “bahasa” otak. Sinyal-sinyal tersebut dikirim menembus tiga lapisan sel yang terletak di
depan retina, yang menghalangi sejumlah cahaya mencapai retina. Lapisan-lapisan tersebut terdiri
dari beberapa jenis sel: sel horisontal, sel bipolar, sel amakrin, dan sel ganglion. Sel ganglion
memiliki akson-akson yang cukup panjang, yang berbentuk seperti jalinan dan terhubung dengan
sebuah “stasiun transfer” bernama nucleus genikulat lateral (lateral geniculate nucleus; LGN)
melalui sebuah lubang di dalam retina. LGN menerima sebagian besar informasi dari retina dan
mengirimkan sebagian besar informasi ke korteks visual
(juga disebut korteks striata). Saat sinyal mencapai korteks visual, sinyal tersebut telah direduksi
menjadi unit-unit kecil seperti garis-garis. Unit-unit tersebut dikirim ke loaksi yang berbeda-beda
tergantung bagaimana sinyal-sinyal tersebut akan diinterpretasi.
Ilusi
Studi yang mempelajari hubungan antara perubahan-perubahan fisik di dunia dengan
pengalaman-pengalaman psikologis akibat perubahan tersebut disebut psikofisika (psychophysics).
Psikofisika menggunakan pengukuran-pengukuran kualitas fisik dan kualitas psikologis dari stimuli
sensori yang lama. Terkadangrealitas dan persepsi tidak sama, bagaimana yang terjadi dalam kasus
ilusi persepsi. Ilusi menyediakan wawasan untuk memahami cara kerja system persepsi kita.
Pengetahuan Sebelumnya
Hubungan antara persepsi dan pengetahuan sebelumnya (prior knowledge) tentang dunia
dimanifestasikan tidak hanya dalam wujud ilusi geometri sederhana, melainkan dalam
pengintepretasian data-data ilmiah. Cara kita mengoalah informasi primer dari dunia sangat
2
dipengaruhi oleh struktur system sensorik dan struktur otak kita, kita deprogram untuk mengetahui
dunia dengan cara tertentu, dan juga dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman kita yang
memberikan makna bagi stimuli. Kemampuan bergantung pada ekspektasi berdasarkan pengalaman
sebelumnya dan juga berdasarkan espektasi sebelumnya. Penelitian ini mengawali serqangkaian
penelitian yang mempelajari bagaimana kinerja persepsi dipengaruhi oleh ekspektasi, yang
sekarang dikenal sebagai teori pendektesian sinyal (sinyal detection theory)
Predisposisi Sensorik-Otak
Sistem sensorik tersusun oleh reseptor-reseptor dan neuron-neuron penghubung dari kelima
indera (pendengaran, penglihatan, peraba, perasa, dan penciuman). Setiap indera tersebut, dalam
batas-batas tertentu, akhirnya dapat dipahami berkat upaya para fisiolog, para dokter, dan para
psikolog-fisiolog selama 150 tahun terakhir. Pengetahuan tentang otak dan perannya dalam
persepsi, di sisi lain, berkembang lambat karena sulitnya mengakses otak. Observasi langsung pada
otak biasanya melibatkan pembuatan lubang pada tempurung kepala pasien, atau melalui
pemeriksaan postmortem (pascakematian) oleh para dokter yang ingin menemukan penyebab
neurologis dari gejala yang dialami pasien selama hidupnya. Studi-studi awal tersebut
mengindikasikan bahwa otak memiliki beberapa karakteristik umum, yaitu adanya prinsip
kontralateralitas pada otak (prinsip yang menyatakan bahwa kerusakan serebral di sebuah hemisfer
akan menyebabkan gangguan atau defisiensi di bagain tubuh yang berlawanan). Peristiwa-peristiwa
yang berhubungan dengan cedera di kepala, seperti ketika seseorang mendapatkan hantaman di
bagian belakang kepalanya (tempat lobus oksipital), menyebabkan timbulnya “pandangan yang
berkunang-kunang”. Orang yang dipukul “melihat” kilatan-kilatan cahaya, namun matanya tidak
mendeteksi hal tersebut. Hal tersebut diakibatkan oleh apa yang kita sebut dengan labeled lines
(garis-garis yang dilabeli), yang merupakan bentuk hukum energi. Hukum tersebut menjelaskan
bahwa saraf dihubungkan ke fungsi sensori yang spesifik. Jika saraf distimulasi maka otak
mempersepsikan seolah-olah informasi berasal dari saraf yang terstimulasi tersebut.
Dengan bantuan teknologi modern, para ilmuwan kognitif telah mampu mengobservasi
proses sensorik, perseptual, dan kogitif di otak tanpa harus membongkar tempurung kepala
seseorang. Teknik-teknik tersebut termasuk data-data behavioral, seperti eksperimen waktu-reaksi
dan teknologi pencitraan misalnya dengan PET, CT, fMRI). Teknologi modern memungkinkan para
peneliti “mengamati” cara kerja otak, saat otak mengolah informasi tentang dunia dan bagaimana
persepsi-persepsi tersebut ditransfer melalui labirin neural dalam otak.
3
Sistem sensorik manusia berkembang melalui perubahan-perubahan fisik yang terjadi
seiring evolusi planet. Organisme bersel satu mengembangkan sel-sel khusus yang bereaksi
terhadap cahaya, dan selama periode jutaan tahun, sel-sel tersebut berevolusi dan mengembangkan
fungsi-fungsi yang semakin spesifik sehingga akhirnya organ yang menyerupai mata muncul,
kemudian disusul oleh otak. Sensasi mengenai dunia dan maknanya sangat dipengaruhi oleh
mekanisme biologis permanaen dalam diri manusia selain juga dipengaruhi oleh pengalaman masa
lalu dari pengamat yang bersangkutan.
Segala Sesuatu yang Kita Ketahui adalah Keliru
Sebagian penelitian kognitif dipusatkan pada pertanyaan bagaimana sistem-sistem sensorik
dan otak mendistorsi informasi sensorik. Pada masa sekarang, menjadi jelaslah bahwa hal-hal yang
disimpan dalam memori kita adalah representasi dari realita. Apel yang kita lihat tidak sungguh-
sungguh kita simpan dalam kepala; yang kita simpan dalam kepala (atau dalam memori lebih
tepatnya), adalah pantulan cahaya dari apel tersebut, yang oleh sistem kognitif “diabstraksikan”
sehingga informasi-informasi yang perlu diketahui (betuk, aroma, tekstur, rasa apel) tersimpan
dalam memori. Kunci pemrosesan informasi sensorik dan interpretasi kognitif terletak pada proses
pengabstraksian informasi. Pada level sensorik, informasi bersifat sangat spesifik, namun pada level
interpretasi, informasi lazimnya berbentuk abstrak. Pandangan kita mengenai dunia ditentukan oleh
gabungan dari apa yang kita ketahui dengan apa yang kita indera.
Rentang Perseptual
Rentang perseptual adalah jumlah informasi yang dapat kita pahami dalam periode
pemaparan yang singkat, yang merupakan komponen awal dalam pemrosesan informasi. Kita
mengetahui bahwa di dunia ini dipenuhi oleh stimuli, dan sejumlah besar stimuli berada dalam
jangkauan pendeteksian sistem sensorik kita. Berapa banyak stimuli yang akhirnya kita proses?
Untuk memahami hal ini, kita harus membedakan dua struktur hipotetik – penyimpanan sensorik
praperseptual dan memori jangka pendek.
Kita tampaknya memiliki sebuah penyimpanan sensorik yang mampu mengambil keputusan
dengan cepat berdasarkan pemaparan singkat terhadap suatu kejadian. Kita mengetahui ini secara
alamiah. Jika kita menutup mata, kita masih dapat “melihat” dunia, jika alunan musik berhenti, kita
masih dapat “mendengarnya”, dan seterusnya.
4
Eksperimen dilakukan pertama kali dengan meggunakan indera penglihatan. Profesor Emile
Javal dari Universitas Paris telah mengamati bahwa orang tidak membaca dengan memindai baris
demi baris dengan rapi, namun meloncat-loncat dari satu titik fiksasi ke titik fiksasi lainnya yang
sekarang disebut gerak sakadik (saccade). Proses membaca itu sendiri – artinya proses memahami
materi bahan bacaan – terjadi di titik titik fiksasi, bukan selama gerak sakadik.
Studi awal tersebut mengindikasikan bahwa informasi terbesar yang dapat dikumpulkan
selama satu periode pemaparan adalah sebesar empat atau lima huruf yang tidak saling
berhubungan. Sesungguhnya ada kemungkinan bahwa rentang perseptual yang terjadi mungkin
lebih besar dari empat atau lima huruf, namun para partisipan hanya mengingat – mempersepsikan
bahwa mereka mengingat – empat atau lima huruf saja. Penjelasan di balik fenomena ini adalah
adanya kemampuan menyimpan yang lebih besar dari kemampuan mengingat, adalah bahwa dua
tahap kognitif terlibat ketika partisipan berusaha melaporkan kata-kata: (1) rentang perseptual dan
(2) kemampuan mengingat (recall) kesan yang baru saja diindera. “Fakta” tidak tergoyahkan
tersebut – bahwa retang perseptual manusia dalam membaca hanyalah 4 sampai 5 huruf – bertahan
sampai 60 tahun, sebelum akhirnya dibuktikan kekeliruannya oleh serangkaian eksperimen.
Secara keseluruhan, eksperimen-eksperimen yang berhasil menggulingkan “fakta” tersebut
memiliki dua dampak utama bagi psikologi kognitif. Pertama, pemahaman kita tentang kapasitas
rentang perseptual secara signifikan mengalamai perubahan; kedua, pemrosesan informasi akhirnya
dipahami sebagai proses yang berlangsung dalam tahap-tahap yang bersinambungan, yang masing-
masing tahapnya bekerja menggunakan prinsip-prinsip yang berbeda. Pemahaman ini akhirnya
memperkuat metafora yang menggambarkan struktur kognitif hipotetik sebagai “kotak-kotak di
dalam kepala”.
Penyimpanan Ikonik
Neisser (1967) menamai kemampuan kesan-kesan visual untuk menetap selama jangka
waktu singkat (sehingga dapat diproses lebih lanjut) sebagai memori ikonik. Penyimpanan ikonik
hanyalah menyerupai semacam arsip foto (snapshot) tentang medan penglihatan. Setiap arsip hanya
bertahan sekitar satu detik. Tujuan “arsip foto” tersebut adalah memberikan otak kesempatan untuk
mampu menyamai kecepatan informasi visual yang diterima dari mata.
Banyak peneliti menemukan bahwa informasi yang diindera direpresentasikan dengan
akurat dalam memori ikonik, namun menghilang dengan cepat (sekitar 250 milidetik hingga 4
detik) jika tidak dikirimkan ke tahap pemrosesan selanjutnya. Kemudian George Spelling
5
memberikan argumen bahwa jika ikon sedang memudar saat partisipan berusaha melaporkan
sebuah huruf dalam penyimpanan ikoniknya, maka partisipan mungkin hanya melaporkan sebagian
dari keseluruhan huruf tersebut. Kemudian Sperling mengelompokkan 9 huruf berdasarkan
nadanya. Hasilnya, partisipan dapat mengingat seluruh huruf tersebut karena adanya isyarat (cue)
yang membantu partisipan mengingat kelompok huruf. Dari sini dapat disimpulkan bahwa
penyimpanan memori ikonik setidaknya dapat menyimpan sembilan item.
Penyimpanan Ekhoik
Penyimpanan ekhoik serupa dengan penyimpanan ikonik dalam dua hal: (1) informasi
sensorik mentah disimpan dalam ruang penyimpanan (agar informasi mentah tersebut dapat diolah
lebih lanjut) dan (2) jangka waktu penyimpanannya sangatlah singkat yaitu 250 milidetik hingga 4
detik. Seperti penyimpanan ikonik, yang berfungsi menyediakan waktu waktu tambahan untuk
mengamati stimuli yang menghilang dari penglihatan, penyimpanan ekhoik memberikan waktu
tambahan bagi kita untuk mendengarkan pesan. Penyimpanan ekhoik berfungsi sebagai item yang
secara singkat menyimpan informasi auditorik sehingga seluruh informasi auditorik dapat dipahami.
Fungsi Penyimpanan-Penyimpanan Sensorik
Tampaknya masuk akal, bahkan penting, bagi sistem sensorik untuk menyimpan informasi
selama beberapa saat sehingga pemrosesan lebih lanjut terhadap item-item yang berhubungan dapat
dilaksanakan. Dalam membaca, misalnya, kesan yang akurat terhadap huruf dan kata-kata
diperlukan untuk pemahaman, dan dalam mendengar – mulai dari memahami percakapan hingga
mengapresiasikan musik, proses kognitif melibatkan perekaman sinyal-sinyal auditorik yang sesuai
aslinya.
Nampaknya ada keseimbangan tipis antara memilih informasi yang tepat, untuk pemrosesan
lebih lanjut, dengan menolak informasi yang tidak tepat. Penyimpanan informasi sensorik yang
bersifat temporer, hidup/gamblang (vivid), dan akurat sebagaimana didapati pada penyimpanan
ekhoik dan ikonik, berfungsi sebagai mekanisme yang di dalamnya kita dapat memilih hanya
informasi yang berguna, yang akan diproses lebih lanjut. Dengan menyimpan kesan sensorik yang
lengkap selama satu periode singkat, kita dapat memahami situasi yang berlangsung dengan cepat,
memilih stimuli yang paling menyolok dan menempatkan stimuli tersebut ke memori manusia.
Ketika semua proses berjalan lancar, jumlah informasi yang disandikan, diubah, dan disimpan
6
adalah jumlah yang tepat, sesuai dengan kebutuhan normal. Pemikiran spekulatif Edward Boring
(1946) tampaknya sesuai dengan gagasan tersebut: “Tujuan persepsi adalah pengematan berpikir.
Persepsi memilih dan mempertahankan hal-hal yang permanen dan karenanya penting bagi
kelangsungan hidup dan kesejahteraan seluruh makhluk.”
Perkembangan penyimpanan sensorik singkat mungkin merupakan komponen penting
dalam evolusi. Fungsi penyimpanan sensorik sementara sebagai suatu mekanisme mempertahankan
diri mungkin masih sebatas dugaan murni, namun tampaknya masuk akal bahwa penyimpanan
sensorik tersebut memungkinkan kita memperhatikan “segalanya” dan hanya mengolah komponen-
komponen terpenting dari persepsi kia. Penyimpanan sensorik memberikan kita waktu untuk
memilih hanya stimuli terpenting yang akan diproses lebih lanjut, sehingga akhirnya kita dapat
mengambil tindakan nyata.
Atensi
Definisi umum atensi adalah pemusatan upaya mentalpada peristiwa – peristiwa sensorik
atau peristiwa – peristiwa mental. Menurut William James, atensi adalah pemusatan pikiran, dalam
bentuk yang jernih dan gambling, terhadap sejumlah objek simultan atau kelompok pikiran.
Pemusatan (focalization) kesadaran adalah intisari atensi. Atensi mengimplikasikan adanya
pengabaian objek – objek lain agar kita sanggup menangani objek – objek tertentu secara efektif.
Penelitian terhadap atensi mencakup lima aspek utama yaitu : kapasitas pemrosesan dan atensi
selektif, tibgkat rangsangan, pengendalian atensi, kesadaran, dan neurosains kognitif. Sejumlah
besar gagasan kontemporer tentang atensi berpusat pada premis bahwa terdapat isyarat – isyarat tak
terbatas di sekeliling kita, setiap saat. Kapasitas neurologis kita terlalu terbatas untuk mendeteksi
jutaan stimulus eksternal, dan seandainya pun seluruh stimuli tersebut dapat terdeteksi, otak kita
tidak akan sanggup memprosees jutaan stimuli tersebut, sebab kapasitas pemrosesan informasi pun
terbatas.
Sistem sensorik manusia, sebagaimana jenis – jenis saluran komunikasi yang lain, berfungsi
dengan baik apabila jumlah informasi yang diproses berada dalam rentang kemampuan sistem,
sebaliknya system tidak bekerja dengan baik apabila mengalami kelebihan muatan (overloaded).
Donald Broadbent, psikolog asal Inggris mengemukakan gagasan bahwa atensi adalah hasil dari
terbatasnya kapasitas sistem pemrosesan informasi. Gagasan pokok dalam teori ini adalah bahwa
dunia tersusun dari sensasi – sensasi dalam jumlah yang jauh melebihi jumlah sensasi yang dapat
diolah oleh kemampuan perseptual dan kognitif seorang pengamat (manusia). Dengan demikian,
7
agar dapat mengolah informasi yang sedemikian membanjir, manusia secara selektif memilih hanya
sejumlah isyarat dan mengabaikan stimuli yang lain.
Pengalaman kita sehari – hari mengajari kita bahwa kita memperhatikan sejumlah isyarat
dari lingkungan kita lebih sering dari isyarat yang lain, dan isyarat yang kita perhatikan tersebut
umumnya diproses lebih lanjut oleh sistem kognitif, sedangkan isyarat yang diabaikan tidak
mengalami pemrosesan lebih lanjut. Mekanisme memusatkan diri pada stimuli tertentu, dan
mengabaikan stimuli yang lain. Lima isu terkait atensi adalah sebagai berikut :
o Kapasitas pemrosesan dan selektivitas : Dapat memperhatikan sejumlah stimuli
eksternal dari dunia eksternal, namun kita tidak dapat memperhatikan seluruh
stimuli yang ada.
o Kendali : Kita memiliki kendali terhadap pilihan stimuli yang kita perhatikan.
o Pemrosesan otomatis : Sejumlah besar proses rutin yang telah menjadi proses
yang sangat familiar sehingga memerlukan hanya sedikit atensi sadar dan dapat
dilakukan secara otomatis.
o Neurosains kognitif : Otak dan sistem saraf pusat (CNS : Central Nervous
System) adalah pendukung anatomis bagi atensi, sebagaimana kognisi.
o Kesadaran : Atensi membawa peristiwa – peristiwa kea lam kesadaran.
Salah satu alasan kita dapat memperhatikan secara selektif adalah karena kemampuan kita
untuk memproses informasi dibatasi oleh kapasitas saluran (channel capacity).
Kesadaran
Sigmund Freud meyakini bahwa kesadaran mempengaruhi pikiran dan persepsi, sedangkan
ketidaksadaran mempengaruhi ketakutan dan hasrat tidak senonoh. Sebuah masalah dalam
menerima dikotomi Freud tentang ketidaksaran bahwa teori Freud dianggap memiliki dukungan
empirik dan kekurangan substansi yang objektif. Meski demikian, eksperimen – eksperimen yang
dilakukan oleh para psikolog kognitif, ditambah studi – studi kasus dari para psikoanalisis,
mendukung pandangan Freud tentang dikotomi pikiran.
Persepsi Subliminal
Dalam psikofisika (dan fisiologi), istilah limen mengacu pada ambang sensorik dimana
sebuah stimulus baru dapat dipersepsi. Secara harafiah, sbliminal artinya dibawah ambang batas
sensorik atau dengan kata lain, tidak dapat diindera. Meski demikian, persepsi subliminal
8
(subliminal perception) seringkali mengacu pada syimuli yang berada di atas limen (artinya dapat
dideteksi oleh indera), namun tidak memasuki kesadaran. Istilah teknis yang lebih tepat untuk
fenomena di atas adalah subraliminal (diatas limen).
Topik persepsi subliminal sangat dekat kaitannya dengan penelitian priming perseptual,
yang metodenya melibatkan penayangan sebuah kata yang sedemikian cepatnya sehingga partisipan
tidak melaporkan telah melihat kata tersebut, namun sesungguhnya dalam pengujian selanjutnya,
kata yang “tidak terlihat” tersebut mempermudah pengenalan kembali (recognition) dari sebuah jata
yang serupa dengan kata yang sebelumnya ditampilkan, tanpa adanya kesadaran mengenai proses
yang berlangsung. Underwood telah menunjukkan bahwa stimuli subliminal mempengaruhi
pengenalan kembali (recognition) terhadap stimuli selanjutnya. Dengan demikian, beberapa dampak
stimuli subliminal teramati.
Lokasi Filter
Model – model atensi kontemporer berfokus pada tempat informasi diseleksi (atau difilter
dalam proses kognitif. Teori – teori filter umumnya berisi gagasan bahwa manusia tidak menyadari
keberadaan sinyal – sinyal pada tahap – tahap awal pemrosesan informasi namun, setelah melalui
sejumlah keputusan atau penyeleksian, sejumlah sinyal dikirimkan ke tahap pemrosesan
selanjutnya.
Kapasitas Pemrosesan dan Atensi Selektif
Selektivitas ini dipandang sebagai akibat kurangnya kapasitas saluran (channel capacity).
Yakni ketidakmampuan kita memproses seluruh stimuli sensorik secara bersamaan. Gagasan ini
menyarankan bahwa terdapat suatu kondisi kemacetan (bottleneck) pada suatu tahap pemrosesan
infomasi, yang sebagian diakibatkan oleh keterbatasan neurologis. Kemacetan tersebut merupakan
suatu keterbatasan, namun mungkin pula bersikap adaptif.
Sistem kognitif membatasi jumlah stimuli untuk menghindari overloading. Atensi selektif
(selective attention) dapat dianalogikan dengan menyorotkan cahaya lampu senter ke tengah.
Kemampuan kita untuk bereaksi terhadap sebuah sinyal, sebagian berhubungan dengan kejernihan
sinyal tersebut atau seberapa bersih sinyal dari informasi yang mengganggu (singnal-to-noise ratio).
Para peneliti telah merancang sebuah paradigma eksperimental untuk mengukur interferensi
kognitif, yang dinamai tugas Stroop. Dinamakan Stroop dari nama John Stroop yang pertama kali
9
melakukan metode ini pada tahun 1935. Dalam tugas Stroop, partisipan disajikan sebuah daftar
nama – nama warna seperti merah, kuning, biru, dan hijau, yang harus disuarakan partisipan.
Namun, warna huruf yang digunakan berbeda dengan nama warna yang tercantum. Tugas tersebut
menjadi tugas yang sulit karena warna huruf dan nama warna itu sendiri tidak kongruen sehingga
menimbulkan interferensi kognitif. Tugas ini berguna untuk menyelidiki ADHD (attention defict
hyperactive disorder).
Sinyal – Sinyal Auditori
Penelitian awal yang dilakukan Cherry (1953) disebut dengan pembayangan (shadowing)
yang sekarang menjadi metode standar untuk mempelajari atensi auditorik. Dalam pembayangan,
seorang partisipan diminta mengulangi sebuah pesan verbal (lisan). Penguji mengucapkan kata –
katanya dengan cepat, partisipan tidak mampu mengulangi seluruh informasi yang didengarnya.
Cherry menemukan bahwa para partisipan hanya mampu mengingat sedikit saja dari pesan yang
telah mereka ulangi. Pesan yang diabaikan, yang diterima oleh telinga yang “tuli”, bahkan sulit
diingat. Ketika pesan tersebut sesungguhnya berubah dari bahas Inggris ke bahasa Jerman.
Eksperimen Cherry meniadakan isyarat – isyarat mencolok, sehingga partisipan harus mencari
isyarat yang lebih halus (subtle) – hal ini diasumsikan menyerupai sifat beraturan (regularities)
dalam bahasa media manusia. Sepanjang hidup, kita mengumpulkan pengetahuan dalam jumlah
besar mengenai fonetik, kombinasi huruf, sintaksis, struktur frasa, pola suara, istilah – istilah klise,
dan tata bahasa. Bahasa dapat dipahami hanya dengan satu telinga, bahkan sekalipun telinga yang
lain sedang menerima sinyal auditorik yang berbeda.
Kita dapat melakukan hal itu karena kita mampu menangkap isyarat – isyarat kontekstual
dan dengan segera menghubungkan isyarat kontekstual tersebut dengan pengetahuan kita mengenai
suatu bahasa. Pesan – pesan ganjil (anomalus messages), yakni pesan – pesan yang menyimpang
dari tata bahasa dan struktur leksikal standar, haruslah memiliki karakteristik yang kuat agar dapat
menembus penyaring atensi selektif. Pesan – pesan yang sangat familiar dapat diproses dengan jauh
lebih mudah. Moray (1959) menyebutkan bahwa informasi yang diterima telinga yang “tuli” tidak
diingat oleh partisipan, yang memusatkan perhatian pada telinga yang satunya lagi. Partisipan tidak
mampu mendengar kata – kata yang disuarakan ewat speaker ke telinga yang “tuli” sekalipun kata –
kata tersebut diulangi sebanyak 35 kali. Moray kemudian melakukan sejumlah langkah signifikan,
ia menyisipkan nama partisipan di awal pesan yang diabaikan tersebut.
Gangguan yang dating dari sebuah peristiwa menarik yang mampu memikat atensi
10
seseorang, dengan tepat dinamai fenomena pesta koktail (cocktail party phenomenon). Meski
demikian, kebutuhan untuk memusatkan perhatian pada satu pesan adalah kebutuhan yang kuat, dan
dengan perkecualian pesan – pesan yang lain. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa kedua
telinga tidak mendapatkan stimulasi seimbang dalam tataran sensorik (artinya kedua telinga
memiliki kemampuan yang seimbang dalam menerima sinyal – sinyal sensorik). Selain tu tidak ada
bukti yang menunjukkan bahwa pesan – pesan dari salah satu telinga tidak mencapai korteks
auditorik. Meski demikian, ada beberapa bukti yang menyatakan bahwa bagian korteks yang terlibat
dalam atensi berbeda dengan bagian korteks yang terlibat dalam pemrosesan informasi.
Model-model Atensi Selektif
Model adalah struktur kognitif hipotetik yang seringkali digambarkan sebagai kotak-kotak
dan panah. Model sangatlah penting karena membantu para peneliti mengorganisasikan data yang
telah mereka kumpulkan dan membantu memendu penelitian, karena memungkinkan para peneliti
menyusun prediksi/hipotesis dan sekaligus menguji prediksi/hipotesis tersebut.
o Model Penyaringan: Broadbent
Sebuah teori awal tentang atensi yang paling lengkap dikembangkan oleh Broadbent (1985).
Teori yang disebut model penyaringan (filter model) ini berhubungan dengan teori saluran
tunggal yang menyatakan gagasan bahwa pemrosesan informasi dibatasi oleh kapasitas
saluran yang tersedia.
Broadbent memberikan argument bahwa pesan-pesan yang dikirimkan melalui saraf tertentu
dibedakan berdasarkan (a) serabut saraf yang distimulasi, atau (b) jumlah impuls saraf yang
dihasilkan. Artinya ketika sejumlah serabut saraf menembakkan impuls secara bersamaan,
dapat dipastikan terdapat sejumlah pesan sensorik berbeda-beda yang akan tiba di otak
secara bersamaan.
Dalam sebuah eksperimen awal, Broadbent (1985) menggunakan tugas mendengarkan
dikotik (dichotic listening task) untuk menguji teorinya. Tiga huruf diperdengarkan di
telinga kiri partisipan penelitian, sedangkan tiga huruf lain yang berbeda diperdengarkan di
telingan kanan partisipan yang sama. Dalam kondisi pertama, partisipan diminta mengingat
angka-angka yang dibunyikan ditelingannya. Dalam kondisi kedua, partisipan diminta
mengingat angka berdasarkan urutan terdengarnya. Karena dua angka dibunyikan secara
11
bersamaan, partisipan dapat memilih angka pertama dari salah satu telinga, namun harus
melaporkan angka selanjutnya.
Broadbent menginterpretasikan bahwa perbedaan timbul karena dalam kondisi kedua,
partisipan harus memindah-mindahkan atensi antara kedua sumber lebih sering. Dalam
kondisi pertama, yakni partisipan diminta mengingat item yang dibunyikan di satu telinga
baru selanjutnya mengingat item yang disembunyikan ditelinga yang lainnya, partisipan
dapat memusatkan perhatian pasa stimuli dari “saluran” satu dan kemudian memusatkan
perhatian pada stimuli dari “saluran” kedua. Dalam kondisi kedua, yakni partisipan harus
menyebutkan angka secara berurutan dan berganti-ganti dari telinga kiri ke kanan, partisipan
harus mengalihkan atensi mereka setidaknya tiga kali.
Broadbent (1981) dan rekan-rekannya berjasa mengembangkan konsep tentang memori.
Kita menyimpan memori tentang peristiwa-peristiwa masa lalu. Meskipun demikian, dalam
setiap waktu, kita hanya mampu mengingat sebagian kecil memori tersebut sedangkan
sebagain besar memori tersimpan dilator belakang, menanti untuk digunakan. Koneksi
Broadbent antara persepsi selektif dengan memori memunculkan isu-isu teoritis dan isu-isu
praktis yang penting. Dan bahwa persepsi selektif tidak hanya terbatas pada fenomena yang
sempit – persepsi selektif mencakup hamper seluruh sistem kognitif.
Gray dan Wedderburn (1960) menyajikan suku-suku kata ke satu telinga dan
memperdengarkan sebuah angka ke telinga yang lain. Eksperimen ini, membuat partisipan
dapat “mendengar”, artinya mereka menggabungkan potongan-potongan pesan berdasarkan
makna. Dalam istilah Gray dan Wedderburn. “para subjek bertindak dengan cerdas”.
o Model Atenuasi: Treisman
Permasalahan yang dihapadapi dalam penggunaan model penyaringan Broadbent adalah
perihal pendeteksian informasi bermakna melalui sebuah saluran yang diabaikan (saluran
yang tidak mendapatkan atensi). Moray (1959) mengemukakan bahwa partisipan mengenali
nama mereka sendiri dari saluran yang diabaikan, sekitar 1/3 dari seluruh waktu.
Treisman mngajukan gagasan bahwa dalam “kamus” partisipan (penyimpanan kata dalam
memori), beberapa kata atau kalimat memiliki ambang aktivitasi (threshold for activation)
yang lebih rendah. Beberapa kata atau bunyi penting, seperti nama sendiri, dapat dikenali
jauh lebih mudah daripada sinyal-sinyal yang kurang penting.
12
Triesman mendemonstrasikan bahwa kita cenderung mengikuti makna alih-alih mengikuti
pesan dari satu telinga saja. Treisman (1964a) bereksperimen menggunakan partisipan yang
fasih berbahasa Inggris dan Perancis. Partisipan mendengarkan kutipan sebuah karya Orwell
yang berjudul England, Your England. Satu telinga partisipan mendengarkan cerita yang
dibacakan dalam bahasa Inggris, sedangkan telinga yang lain mendengar cerita yang sama
namun dalam bahasa Prancis. Pada awalnya partisipan tidak mnyadari bahwa yang
dibacakan cerita yang sama, namun setelah interval yang dikurangi antara cerita tersebut
mereka menyadari bahwa cerita tersebut sama.
Tampaknya, cerita yang diabaikan tidak sepenuhnya disingkirkan dari pengetahuan
partisipan.
Atensi Visual
Treisman dan Julesz mengajukan hipotesis bahwa dua proses yang berbeda bekerja dalam
atensi visual. Dalam tahap pertama, terdapat proses awal, proses praatentif (semacam cetak biru
sebuah gambar) yang memindai medan penglihatan dan dengan cepat mendeteksi ciri-ciri utama
objek, seperti ukuran, warna, orientasi (arah) dan gerakan, bila ada. Kemudian, menurut Treisman,
ciri-ciri yang berbeda tersebut disandikan dalam peta fitur (feature map), yang terletak di area-area
yang berbeda di korteks.
Waktu dan tempat terjadinya penyaringan adalah suatu isu yang telah lama diperdebatkan
dalam penelitian atensi. Broadbent dan Treisman menempatkan penyaring persis sebelum proses-
proses perseptual. Para peneliti lain menempatkan penyaring setelah tahap analisis. Para pendukung
model penyaringan akhir memberikan argumen bahwa informasi yang tidak penting akan dilupakan
dengan cepat.
Broadbent (1958) menulis “Sekali lagi kita tidak dapat secara sederhana mengatakan
'seseorang tidak dapat mendengarkan dua hal secara bersamaan.' Sebaliknya, seseorang menerima
beberapa informasi bahkan dari telinga yang tidak mendapat atensi penuh: meski demikian terdapat
batasan jumlah yang dapat diproses, dan detail-detail stimulus dari telinga yang diabaikan, tidak
diingat” (halaman 23).
Pemrosesan Otomatis
13
Setiap orang menghadapi stimulasi tidak terhitung jumlahnya secara bersamaan melakukan
beberapa tugas sekaligus. Contohnya, saat kita mengemudi mobil mungkin kita melihat peta,
menggaruk kulit, berbicara di telepon seluler, mendengar musik dan seterusnya. Meski demikian
istilah penjahatan upaya(allocation of effort), Anda lebih banyak memberi atensi tindakan
mengemudi dibandingkan ke aktivitas-aktivitas lain. Meskipun beberapa atensi juga anda bagikan
ke aktivitas-aktivitas lain selain aktivitas utama(mengemudi), aktivitas-aktivitas yang telah anda
latih dengan baik( atau yang sering anda lakukan) akhirnya menjadi otomatis sehingga memerlukan
lebih sedikit atensi dibandingkan melakukan aktivitas yang baru, atau yang belum anda kuasai.
Norman (1976) menyediakan sebuah contoh yang tepat, andaikan seseorang penyelam
sedang menghadapi situasi krisis di bawah laut, untuk menyelamatkan diri si penyelam harus
melepaskan perlengkapan dan berangsur-angsur kembali ke permukaan (di bawah laut, tekanan air
menyebabkan lebih bnayak oksigen, CO2,dan nitrogen yang masuk ke dalam darah) bila penyelam
kembali ke permukaan terlalu cepat maka gas-gas dalam darah berubah menjadi gelombang-
gelombang. Gelombang nitrogen sangat berbahaya karena menyebabkan kelumpuhan penglihatan
ganda, kehilangan kesadaran, dalam situasi krisis, penyelam harus mampu kembali ke permukaan
dengan segera, namun bertahap, dan dengan kepala dingin tanpa harus panik!
Meskipun stimulasi mungkin tidak dapat menyamai pengalaman yang sesungguhnya
stimulasi dapat membuat beberapa proses kognitif menjadi otomatis. Agar memprosesan otomatis
dapat terjadi informasi harus mengalir bebas dari memori ke kendali seseorang ke tindakaan-
tindakannya. Latihan dapat memudahkan hal ini’ ’Practice Help’’ pemrosesan informasi secara
otomatis diteliti secara mendalam oleh Posner dan Synder yang menyebabkan tiga karakteristik
pemrosesan otomatis:
1. Pemrosesan otomatis terjadi tanpa ada niat sadar. Dalam eksperimen-eksperimen
priming dampak terjadi tanpa ada niat dan tujuan sadar dari partisipan peneliti,
contohnya adalah partisipan lebih mudah mengenali kata NURSE (perawat) setelah
sebelumnya melihat kata DOCTOR.
2. Pemrosesan otomatis tersembunyi dari kesadaran. Sebagaimana ditunjukan dalam
contoh sebelumnya,dampak-dampak priming sebagian besar tidak di sadari. Kita tidak
‘’Berfikir’’ mengenai pemrosesan otomatis.
3. Pemrosesan otomatis menggunakan hanya sedikit sumber daya sadar kita dapat
membaca kata-kata atau mengikat tali sepatu tanpa berfikir. Tindakan-tindakan tersebut
kita lakukan secara otomatis dan tidak memerlukan usaha.
Studi tentang otomatisitas penting karena mengajari kita bahwa dalam aktivitas kignitif kita
yang rumit terdapat suatu proses yang berlangsung diluar pengalaman sadar. Lebih lanjut lagi,
14
keterampilan seperti mengetik, menyelam dan lain-lain adalah aktivitas-aktivitas yang telah terlatih
dengan baik, sehingga dapat berlansung secara otomatis.
Pandangan Neurosains Kognitif tentang Atensi
Tindakan mempelajari atensi dari sudut pandan neurosains memberi kita kesempatan untuk
menemukan dukungan neurologis bagi penemuan-penemuan sebelumnya,dan juga membantu lokasi
dari berbagai proses-proses terkait atensi yang berlangsung dalam otak
Atensi Otak Manusia
Hubungan antara atensi dan otak manusia pada mulanya diselidiki melalui studi terhadap
defisit atensi yang terjadi karena cedera otak. Penelitian awal ini dibatasi dalam cakupan
neurophatology. Observasi phatologis kerap kali dilakukan pada pasien stroke maupun pasien yang
terkena lukia tembakan sehingga para peneliti pada masa itu mengalami kesulitan menentukan
lokus (pusat) kerusakan otak yang mengakibatkan gangguan-gangguan atensi yang spesifik. Ada
pula sebuah masalah lain yakni observasi-observasi phatologis seringkali dilakukan dalam
pemeriksaan postmortem (pascakematian) yang tidak memungkinkan adanya komunikasi antara
subjek peneliti dan pengamat (peneliti). Meski demikian studi-studi patologis menghasilkan bahwa
gagasan atau atensi sebagian terkait dengan region kortikal yang spesifik. Baru-baru ini para
peneliti yang berminat terhadap otak dan atensi telah menerapkan sejumlah teknik yang
dikembangkan dalam psikologi kognitif dan ilmu otak, yang secara signifikan mengembangkan
pemahaman kita antara otak dan atensi. Lebih jauh lagi, terdapat sejumlah teknik mengesankan
yang dapat dipilih oleh psikologi kognitif dan ilmu otak.yang tidak mengkaruskan subjek
penelitiannya berada dalam keadaan tidak bernyawa, mengalami stroke yang parah, mengalami luka
tembak di kepala dan tidak mengharuskan adanya prosedur pembedahan agar observasi terhadap
otak yang dapat dilaksanakan. Fokus dari upaya-upaya modern tersebut secara umum berada di
dalam dua bidang: penelitian dan diagnostik/testing.
1. Ada upaya yang menemukan korelasi antara struktur geografi otak dan proses-proses
atensi. Studi-studi tersebut menggunakan seluruh teknik kognitif, dan menggunakan alat-alat
pelacak mandiri yang digunkan dalam studi-studi neurologis selain juga menggunakan eksperimen-
eksperimen waktu reaksi tradisional.
15
2. Teknik-teknik yang dikembangkan di labolaturium kognitif digunakan sebagai alat uji
diagnostik dan digunakan untuk menyelidiki senyawa farmakologis yang berperan mempengaruhi
proses-proses atensi.
Pikiran upaya menemukan korelasi antara anatomi otak dan atensi, otak nampaknya
memiliki sistem-sistem yang secara otomatis terpisah, yang mengendalikan atensi dan sistem-sistem
lain seperti sistem pemrosesan data yang tetap dilakukan kinerja pada imput-imput tertentu
sekalipun atensi kita diarahkan ke tempat lain dapat dikatakan bahwa atensi memiliki kemiripan
dengan sistem-sistem lain yang sistem tersebut beriteraksi dengan sejumlah besar bagian otak yang
lain, namun tetap mempertahankan ciri khasnya.
Atensi dan PET
Penelitian masa kini tentang atensi dilakukan menggunakan teknologi dan pencitraan otak
(terutama PET) dan meskipun kami tidak mungkin melaporkan seluruh hasil penelitian tersebut,
kami dapat menunjukan penelitian penting dalam area ilmu neurosains kognitif yang dilakukan oleh
peneliti – peneliti yang paling terkemuka. Teknik metodologi dasar yang diterapkan dalam
penelitian menggunakan PET, perlu diingat bahwa prosedur PET mengevaluasi laju aliran daerah
otak menggunakan pelacak radioaktif,s aat otak menggunakan metabolisasikan zat-zat gizi, aliran
darah ke otak diperbanyak. Aktivitas ini dimonitori melalui prodeteksi-prodeteksi radioaktif dan
ditampilkan di komputer sebagai sebagai suatu peta geografis dari korteks.peta tersebut
menampilkan dan mengidentifikasi ‘’titik-titik panas’’ (‘’hot spot’’), yakni area-area tempat aliran
darah terkonsentrasi.
Pengetahuan ini tentang peran korteks selebral dalam kesiagaan dan kesadaran menyatakan
bahwa sistem atensi menghasilkan muatan kesiagaan (contents of awareness) seperti yang
dilakukan bagian otak yang lain (misalnya sistem visual) dan mengorganisasikan cara pemrosesan
sensai-sensasi yang lain, seperti halnya cara mempersepsi dunia visual.
Tajuk Utama Neurosains Kognitif: Atensi Visual
Resolusi spesial dan temporal fMRI dan MEG memberikan kesempatan bagi para peneliti
untuk dengan akurat menemukan lokasi neural dan aktivitas yang dihasilkan oleh stimulasi tertentu
dan aktivitas-aktivitas pengerjaan tugas – tugas tertentu. Downing dan rekan – rekan menggunakan
dasar teori dari penelitian- penelitian sebelumnya, yang telah menunjukan bahwa FFA (fusiform
16
face area; area penggabung citra wajah) di otak merespon wajah secara selektif dan PPA
(parahippocampal place area) merespon tempat dan rumah. Dengan menggunakan aktivitas di PPA
sebagai variabel bergantung, para peneliti meminta partisipan memusatkan perhatian pada gerakan
suatu stimulus atau pada sebuah rumah dan wajah, keduanya transparan dan saling
bertindihan,stimulus yang bergerak divariansikan antara wajah dan rumah. Bila wajah di stimulus
sebagai bergerak maka rumah digunakan sebagai stimulus yang tak bergerak dan
sebaliknya.setengah dari partisipan diminta untuk memperhatikan dan setengahnya lagi diminta
untuk memperhatikan wajah. Para peneliti menemukan bahwa ketika partisipan memperhatikan
sebuah rumah yang bergerak, aktivitas yang lebih tinggi di dapati di PPA, dan sebaliknya ketika
partisipan memperhatikan wajah maka yang bergerak, aktivitas yang lebih tinggi di FFA.
Para peneliti menyimpulkan bahwa ’’fitur-fitur di setiap yang tidak relevan dengan tugas
akan mendapatkan atensi yang lebih besar diosiasikan dengan objek yang mendapat perhatian
utama, dibandingkan dengan sebuah objek di lokasi yang sama namun yang diabaikan,sehingga
mengimplikasikan adanya pemilihan berdasarkan objek secara unik’’.
17
Daftar Pustaka
Solso, L. R., Maclin, O. H., & Maclin, M,K. 2008. Psikologi Kognitif. Jakarta: Penerbit Erlangga.
18