18 Dr Prayit Psiko Edukatif Terapi

26
PSIKO EDUKATIF DAN TERAPI SOSIO-KULTURAL dr. Prajitno Siswowijoto Sp,KJ PENDAHULUAN Firman Tuhan : 1. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Qur’an s.At-Tiin Ayat 4). 2. hai orangorang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibka atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Qur’an Surat Al Baqarah Ayat 183) Kalau kita telaah kedua ayat firman Tuhan tersebut di atas, dapat kita ambil hikmahn 1. Manusia adalah makhluk di atas dunia yang mempunyai derajat tertinggi dan di dala dirinya dihikmahi atau mempunyai diantaranya pikiran, perasaan dan keyakinan yang tidak terdapat (dipunyai) pada makluk lain. 2. Di dalam diri manusia terdapat kemampuan dasar atau fitrah ataupun prepoten refle baik rohaniah maupun jasmaniah, yang pengungkapan atau pengembangannya tergantung lingkungannya dan memerlukan cara, ialah pendidikan. 3. Manusia sungguh-sungguh memerlukan pendidikan yang sempurna (adequad), sehingga tercapailah manusia yang manusiawi. Jadi pendidikan di sini tidak hanya sekedar untuk mengebangkan aspek-aspek individualisasi, sosialisasi juga merupakan kemampuan dasar/fitrah tersebut di atas hidup yang dihayatkan manusia dalam bidang duniawi, fisik/material, serta mental spi yang harmonis. Atau dapat disebutkan bahwa di dalam pendidikan ini kita jumpai asek-aspek : 1. Aspek Paedagogis Dalam aspek ini manusia dipandang sebagai makhluk yang harus dididik (Homoeducandum). Perbedaan dengan hewan, bahwa binatang hanya dapat dilatih supaya dapat mengerjakan sesuatu yang sifatnya statis, sedang manusia dapat dididik menjadi manusia semestinya. 2. Aspek Psikologis Dalam aspek ini manusia dipandang sebagai makhuk yang mempunyai kemandirian baik dalam segi fisik maupun mental. Dalam kemandiriannya manusia mempunyai / 1 /

Transcript of 18 Dr Prayit Psiko Edukatif Terapi

PSIKO EDUKATIF DAN TERAPI SOSIO-KULTURALdr. Prajitno Siswowijoto Sp,KJ PENDAHULUAN Firman Tuhan : 1. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Quran s.At-Tiin Ayat 4). 2. hai orangorang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Quran Surat Al Baqarah Ayat 183) Kalau kita telaah kedua ayat firman Tuhan tersebut di atas, dapat kita ambil hikmahnya: 1. Manusia adalah makhluk di atas dunia yang mempunyai derajat tertinggi dan di dalam dirinya dihikmahi atau mempunyai diantaranya pikiran, perasaan dan keyakinan yang tidak terdapat (dipunyai) pada makluk lain. 2. Di dalam diri manusia terdapat kemampuan dasar atau fitrah ataupun prepoten reflexes baik rohaniah maupun jasmaniah, yang pengungkapan atau pengembangannya tergantung lingkungannya dan memerlukan cara, ialah pendidikan. 3. Manusia sungguh-sungguh memerlukan pendidikan yang sempurna (adequad), sehingga tercapailah manusia yang manusiawi. Jadi pendidikan di sini tidak hanya sekedar untuk mengebangkan aspek-aspek individualisasi, sosialisasi juga merupakan kemampuan dasar/fitrah tersebut di atas ke pola hidup yang dihayatkan manusia dalam bidang duniawi, fisik/material, serta mental spiritual yang harmonis. Atau dapat disebutkan bahwa di dalam pendidikan ini kita jumpai asek-aspek : 1. Aspek Paedagogis Dalam aspek ini manusia dipandang sebagai makhluk yang harus dididik (Homoeducandum). Perbedaan dengan hewan, bahwa binatang hanya dapat dilatih supaya dapat mengerjakan sesuatu yang sifatnya statis, sedang manusia dapat dididik menjadi manusia semestinya. 2. Aspek Psikologis Dalam aspek ini manusia dipandang sebagai makhuk yang mempunyai kemandirian baik dalam segi fisik maupun mental. Dalam kemandiriannya manusia mempunyai

/1/

potensi dasar merupakan benih yang dapat tumbuh dan berkembang. Yang pertumbuhan dan perkembangannya memerlukan pendidikan. Pengaruh pendidikan terhadap pertumbuhan dan perkembangan potensi dasar ini tergantung lingkungannya atau siapa dan bagaimana cara si pendidik menjalankannya, kalau jelek atau salah hasilnya jelek. Jadi dalam aspek ini pendidikan merupakan bimbingan bagi proses kehidupan individu sebagai manusia lingkungan. 3. Aspek Sosio-Kultural Dalam aspek ini manusia dipandang sebagai homosocius artinya bahwa manusia mempunyai instink untuk hidup bermasyarakat. Di sini manusia sebagai homo-socius harus memiliki tanggung jawab sosial yang perlu guna pengembangan interaksi dan interelasi antara sesama anggota masyarakat. Manusia sebagai makhluk sosial yang bertanggung jawab sosial itu berkembang, ini berarti bahwa manusia juga sebagai makhluk berkebudayaan baik moril maupun materiil. Salah satu instinkt manusia ialah bahwa manusia mempunyai kecenderungan untuk mempertahankan segala sesuatu yang dimilikinya termasuk kebudayaan dan karenanya manusia berhasrat untuk melestarikannya. Note : Kebudayaan (Kuncaraningrat, Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan) ialah keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karya itu. 4. Aspek Religious Dalam aspek ini manusia dipandang sebagai makhluk berketuhanan (Homodivinans) Ini disebabkan di dalam diri manusia terdapat instinkt religious, yang di dalam perkembangannya bergantung pada pendidikan sebagaimana dengan instikt-instinkt lainnya. 5. Aspek Filosofis Dalam aspek ini manusia diandang sebagai makhuk yang berkemampuan untuk berilmupengetahuan. Salah satu instinkt lainnya dari manusia ialah ingin mengetahui hal-hal yang belum diketehui, dan dari instink inilah manusua dapat dididik dan belajar. KESIMPULAN Bahwa manusia sebagai si penerima rahmat Tuhan untuk bertaqwa ataupun untuk menjalani dan menjalankan kehidupannya sebagaimana mestinya dibekali segala sesuatu yang dalam pertumbuhan dan pengembangannya memerlukan pendidikan A. Dengan meliha apa yang tersebut di atas, maka manusia adalah : 1. Sebagai makhluk individu 2. Sebagai makhluk sosial 3. Sebagai makhluk lingkungan 4. Sebagai makhluk berketuhanan B. Dengan melihat terciptanya, manusia terbentuk dari tiga unsur 1. Organ-biologik 2. Psiko-edukatif 3. Sosiokultural C. Dengan melihat perkembangannya manusia tumbuh berkembang, perkembangannya bertahap, tiap tahap mempunyai ciri-ciri khas, dan perkembangannya dipengaruhi oleh : 1. Tubuh, pembawaan, intelegensi, temperamen 2. Lingkungan : Orang tuanya/2/

Keluarganya Masyarakatnya Pergaulannya Pendidikannya Pekerjaannya Tokohtokoh masyarakat Tokoh-tokoh sejarah Tokoh-tokoh fiktif

Dengan melihat a, b, c tersebut di atas, causa (penyebab) gangguan jiwa bisa karena faktorfaktor : 1. Organo biologik 2. Psiko-edukatif 3. Sosio-kultural Sehingga penanganan/terapinya adalah : 1. Terapi Organo-biologik Psiko-farmaka Fisik-ect 2. Terapi Psiko-edukatif Psikoterapi 3. Terapi sosiokultural Rehabilitasi (terapi-kerja, terapi-industri, terapi-motorik, terapi-kesenian, dll) Siapa yang harus menanganinya, adalah orang-orang yang bekerja dalam bidang 1. Organo-biologik 2. Psiko-edukatif 3. Sosio-Kultural Secara kolektif ARAH/CARA/SARANA/JALAN PENCAPAIAN HASIL PENDIDIKAN

INTELEKTUAL

3INTELEGENSI

1SOSIAL

2INDIVIDU Sebagai Sebagai Sebagai Sebagai manusia individu manusia lingkungan manusia sosial manusia berketuhanan/3/

Tiap individu mendapat (dari Tuhan) INTELEGENSI sendiri-sendiri, yang dapat diungkap dengan jalan : (2) memberikan SOSIALISASI (embunaan sosial) akan dihasilkan : (3) kepandaian (intelektual) dengan jalan : (2) + (3) didapatkan/diungkap : (1) INTELEGENSI (kecerdasan/ketrampilan) Dasar dan tujuan pendidikan (Surat Al Baqarah : 183)Orang yang hidup lebih dulu Orang tua Pendidikan

Dasar : Identifikasi =

Identifikasi

= Identifikasi

Orang yang hidup kemudian

Anak

Anak didik

Orang yang takwa

Individu : Sebagai manusia individu Sebagai manusia lingkungan Sebagai manusia sosial Sebagai manusia berkeTuhanan

Hasil pendidikan

/4/

PSIKOTERAPIdr. Prajitno Siswowijoto, Sp.KJ I. Pendahuluan

Dalam dunia kedokteran kita mengenal, bahwa setelah pasien atau penderita diperiksa dan ditentukan diagnosenya, kemudian diberi pengobatan yang secara teknis dinamakan terapi. Pola demikian itu berlaku untuk semua cabang ilmu kedokteran, seperti ilmu interne, pediatri, obsetri, chirurgi, dll, termasuk psikiari atau ilmu kedokteran jiwa. Dalam ilmu kedokteran jiwa dipergunakan pula bermacan-macam jenis terapi, seperti farmakoterapi atau terapi dengan obat-obatan, sematoterapi misalnya ECT atau electroconvultion-shock-therapy, occupationaltherapy atau terapi kerja, industrialtherapy, arttherapy, psychesurgery, juga psychotherapy (psikoterapi). Dalam rangka memberi kursus kesehatan jiwa kepada umum sudah barang tentu tidak dapat diajarkan teori dan teknik psikoterapi yang mendalam. Tetapi cukup dengan prinsipprinsip, pokok-pokoknya saja untuk memberi gambaran sebagai kelengkapan pengetahuan kesehatan jiwa, dan sedapat mungkin aspek-aspek yang praktis yang ada artinya untuk orang yang bukan profesional.

II. Pengertian dan Jenis psikoterapiSeperti kebanyakan istilah dalam ilmu pengetahuan, juga psikoterapi dapat diberi arti dan isi yang berbeda-beda oleh para ahli. Kita dapat mengambil pengertian yang luas dan juga pengertian yang sempit. Dalam arti yang luas maka segala macam dan bentuk komunikasi, dengan kata-kata maupun non verbal tanpa kata-kata antara dua pihak, dimana satu pihak dapat memperoleh manfaat berupa keringanan dari gangguan jiwanya dari perantaraan komunikasi dengan pihak lain. Pihak pertama dinamakan penderita, atau pasien atau clien, pihak kedua dinamakan psychotherapeut (psikoterapis). Dengan arti yang luas itu, maka dalam tiap-tiap relasi atau komunikasi antara manusia sebenarnya dapat berlangsung suatu proses psikoterapi. Lazimnya tidak diambil pengertian-pengertian yang luas, tetapi diambil yang lebih sempit. Bahwa cara komunikasi itu mempunyai teknik dan sistem tertentu, berdasarkan suatu teori kejiwaan dan sosial, dimana pihak yang memberi pertolongan adalah tenaga profesional yang terdidik khusus, misalnya : psikater, psikologi, klinik, ahli agama. Dengan pergertian yang agak sempir itu, maka menurut cara dan sasarannya, psikoterapi itu dapat dibagi dalam tiga tipe : 1. Psychotherapy suppertive 2. Psychotherapy re-educative 3. Psychotherapy re-constructive 1. Suppotrive Therapy Bermaksud mendorong dan mengembangkan kekuatan-kekuatan jiwa penderita dengan memperkuat defence mechanisme dan lain-lain mechenismus, untuk mencapai keseimbangan yang adaptive, yaitu homeostasis mental dan physic. Dalam supportive psychotherapy termasuk : bimbingan manipulasi lingkungan, menenteramkan batin catharsis atau ventilasi (mengeluarkan unek-unek) desentilisasi (membiasakan diri) 2. Re-educative therapy

/5/

Bermaksud memberikan kesadaran (insight) dalam konflik-konflik yang sadar dengan menggunakan potensi ego yang ada untuk mengembangkan dan mendewasakan kepribadian penderita. Dalam re-educativa therapy termasuk terapi hubungan, attitude therapy, reconditioning dan psichobiology.

3. Reconstructive therapy Bermaksud untuk memberikan insight dalam konflik-konflik yang tidak disadari dan merombak struktur kepribadian. Dalam reconstructive therapy termasuk psychoanalise Freud, Adler dan Yung, Culturalinterpersonal aliran dari Sullivan dan Morry, dan pada umumnya psychotherapi yang beroriensi psychoanalytic. Menurut banyak sedikitnya pihak penderita maka psychotherapi dapat pula dalam group psychotherapi dan individual psychotherapi. Dalam pembicaraan topik kita selalu dimaksudkan psychotherapi individual seperti telah diterangkan di atas, maka teknik dan teori psychotherapi adalah bermacam-macam, yang tertua dan paling terkenal ialah psychotherapi klasik atau psichoanalise berdasarkan teori dari Freud dengan modifikasi murid-muridnya, dimana yang termashur dan mengembangkan aliran tersendiri adalah Adler, Yung, Sullivan, Karen Horrney yang semuanya termasuk dalam type psychotherapi reconstruktive. Dari aliran Freud dan Neo Freudian yang penting untuk kita ialah Adolf Meyer, bapak dari psychiatri Amerika, yang menganjurkan approuch holistik dalam semua faktor manusia dan lingkungannya sebagai kesatuan Sosio-physiologic dan psychologic. Dalam cara ini tidak dipentingkan proses kejiwaan di bawah sadar, maka psychobiology tidak dimasukkan dalam type reconstructive, tetapi reeducative. Disamping aliran-aliran yang menggunakan teori psychoanalitic dengan variasi dan modivikasinya terdapat pula aliran yang sama sekali berlainan pendapatnya, yang tidak menghiraukan proses subconseisous dan uncosious, tapi hanya pada tingkah laku atau behavior yang tampak sebagai simtom yang perlu disembuhkan. Dasar teori yang digunakan yaitu teori tentang conditioned dan unconditioned reflex dari Pavlov yang kemudian diperkembangkan oleh ahli-ahli seperti Skinner, Watson, Bandura, Eysenk, Wolpe dan lainnya, sebagai teori behaviorism. Dalam teori itu behavior atau tingkah laku dipandang sebagai respons atau reaksi individu terhadap lingkungannya yang sudah reflex dan tidak dipikir lagi. Reflex-reflex itu diperoleh individu dari pengalaman yang berulang-ulang. Bihavior itu jadi diperoleh karena belajar, dengan mengadakan latihanlatihan berupa conditioning dan deconditioning yang berulang-ulang dapat pula diajarkan behavior baru atau dihilangkan behavir yang telah ada. Kemudian terdapat pula aliran yang besar yang ketika yang mendasarkan kepada pandangan filsafat existensialismus (Sartre, Kierkegaard Hedegger, Yaspers dll) yang dapam psikoterapi menimbulkan approuch humanistic atau RET (Rational Emotive Therapi), yang mendasarkan arti dari hidup itu dari existensinya sebagai manusia dengan segala pembatasan kekurangan-kekurangan dan frustasi-frustasi dimana manusia yang sehat ialah manusia yang dapat menerima dirinya dengan adanya (self aceptence) dan dengan demikian mendapatkan personal pleasure. Dimata Tuhan maka tiap-tiap manusia adalah sama, tidak ada yang super, juga tidak suhuman. Manusia harus sadar pula akan fakta bahwa ia mula-mula tidak ada, sekatang ada, kemudian tidak ada lagi di dunia ini. Ia harus menerima dunianya yang terdiri dari Egenwelt, Mitwelt dan Umwelt serta menyesuaikannya. Para psychotherapis yang orientasinya religius dan filosofis banyak yang menggunakan teori ini. Kemudian ada goongan-golongan yang tidak terikat pada salah satu aliran, boleh dikatakan freelance atau karena umumnya mereka juga menggunakan semua teori-teori menurut situasi dan kondisi dapat juga dinamakan golongan dengan comprehensice approuch atau kalau mau mengatakan negatif ialh golongan liar. Akhirnya tentu saja masih/6/

ada aliran-aliran lain yang belim resmi mapun telah resmi terdapat dalam agama Islam, Kristen, Budisme, Hinduisme dan lain-lain kepercayaan. III. Teori, teknik dan prosedur. Psychoterapi dipergunakan pada umumnya untuk menyembuhkan gangguan-gangguan jiwa yang sifatnya psychogenis seperti psychoneurosis, gangguan psikosomatis, gangguan kepribadian dan kadang-kadang juga untuk psychosis psychogenic yang sudah cukup baik. Juga kesulitan-kesulitan dan konflik emosional yang belum menimbulkan dekompensasi dapat disembuhkan dengan psikoterapi. Tiap-tiap aliran, psychoterapi menggunakan teorinya sendiri-sendiri sebagai landasan seperti telah dijelaskan diatas, dan atas dasar teori itu juga tehniknya. Psychoterapi klasik yaitu psychoanalyse yang berdasarkan Freud menggunakan Psychoterapi cara khusus yaitu dilakukan pertemuan-pertemuan berupa wawancara dalam session-session yang berlangsung antara 45 menit sampai satu jam, 2 atau 3 kali seminggu sampai berbulan-bulan kadang-kadang sampai beberapa tahun. Pada umumnya cara klasik yang begitu lama dan mahal sudah ditinggalkan dan diganti dengan yang lebih pendek, cukup dengan 10 session, seminggu sekalu, yang dinamakan brief psychoterapi dengan metode yang mirip dengan metode Adolf Meyer Psycobiologic dimana selain approach psychologis dan sosial juga diadakan appoach biologis (medis) dengan memeriksa pula badan penderita dan menggunakan obat-obatan. Adapun tentang prosedurnya ialah seperti pada pemeriksaan oleh dokter pada umumnya, hanya dalam psikoterapi yang ditekankan ialah wawancara atau interview bukan hanya anamnesa riwayat sakit pasien. Sarat pertama untuk dapat interview yang lancara dan memuaskan adalah harus adanya dasar hubungan kepercayaan dari penderita terhadap psikoterapis. Dalam interview-interview, pertama diusahakan supaya penderita dapat mengemukakan segala keluhan-keluhan dan kesulitan sepuas-puasnya, hal mana penting sekali untuk proses penyembuhan. Mengeluarkan segala emosi yang tersimpan dinamakan ventilasi atau catharsis. Jadi dalam psickoterapi berbeda dengan pemeriksaan dokter biasa karena terapinya sudah dimulai sebelum diagnose. Dalam interview itu dijajagi selain daerah yang terganggu (trouble areas), juga sampai dimana ego penderita masih normal. Begitu pula sifat-sifat dan kepribadian penderita. Setelah orientasi cukup dan psikoterapis mendapat gambaran tentang situasi dan kondisi dari penderita, maka diadakan program of action, khususnya cara apa dan bagaimana akan menggarap seterusnya. Prinsipnya kita menghilangkan simptom-simptom dan kesulitan-kesulitan dengan bermacam-macam cara seperti manipulasi lingkungan, menenangkan dengan kata-kata dan obat-obatan dan sekaligus berusaha memperkuat daya defense mechanismus penderita dan tugas-tugas kecil yang dapat dilaksanakan dengan baik untuk dapat memperbesar rasa kepercayaan diri. Tugas yang terakhir ialah supaya kepribadiannya dapat dikembangkan sendiri menjadi dewasa dan kuat sehingga dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi tanpa bantuan lagi dari psikoterapis dan obat-obatan. Dalam melakukan psikoteapi ada juga hambatan-hambatan dan bahayanya, yaitu : Hubungan yang terlalu baik (mesra) antara penderita dan terapis, dimana pada umumnya penderita mempunya kepribadian immature, dan ingin melakukan terapis sebagai ayahnya (dependen) hubungan itu dinamakan transformasi dan sering ada pula reaksi dari terapis terhadap hubungan mesra itu (countertransference). Keadaan demikian adalah kurang baik untuk berhasilnya psikoterapi. Juga seringkali terjadi hambatan-hambatan dari pihak penderita maupun dari pihak terapis yang seakan-akan menentang terhadap dilaksanakan hubungan psychoterapi yang disebut resistence. Tanda-tanda adanya resistence itu misalnya sering datang terlambat dengan bermacammacam alasan atau datang terlalu awal. Dari pihak terapis misalnya mengharap-harap/7/

datangnya penerita dan sebagainya. Kalau resistense tidak bisa diatasi, maka psikoterapi harus dihentikan dan dioperkan kepada orang lain. IV. Kesimpulan Seperti telah dikemukakan di atas, maka topik psikoterapi untuk kita hanya sebagai pelengkap pengetahuan dan sedikit gambaran dalam mengetahui tentang seluk beluk kesehatan jiwa, bukan sebagai kesempatan untuk skill sebagai psikoterapis. Dalam pada itu ada pula manfaat yang dapat kita ambil, jika kita memandang arti psikoterapi secara luas, yaitu untuk ibu dan pendidik di rumah tangga dan lain tempat tentang pentingnya fungsi komunikasi, sebagai pencegahan kesulitan emosional dan gangguan jiwa. Juga sebagai pengetahuan, bahwa dalam psikoterapi kepribadian dan kekuatan ego dapat dilatih sedikit demi sedikit, dan secara langsung atau tidak langsung selalu ada transmisi atau pancaran dari kekuatan ego dari seseorang ke orang lain, dari yang lebih kuat kepada yang kurang kuat, yang diperoleh dari kontak dan komunikasi secara sadar maupun tidak sadar.

/8/

USAHA REHABILITASI PENDERITA SAKIT JIWADalam pelayanan rehabilitasi khususnya, pelayanan kesehatan jiwa pada umumnya, diperlukan pengeritan-pengeritan : I. Pendekatan manusia dalam kesehatan jiwa A. Dasar pendekatan manusia dalam kesehatan jiwa B. Apayang harus diketahui untuk menghayati dasar pendekatan itu

II. Usaha rehabilitasi A. Dasar pemikiran pelaksanaan usaha rehabilitasi penderita sakit jiwa B. Dasar/pola pelayanan rehabilitasi I. Pendekatan manusia dalam kesehatan jiwa A. Dasar pendekatan manusia dalam kesehatan jiwa 1. Dengan kasih sayang bukan belas kasihan 2. Manusia harus dipandang menyeluruh Penjelasan : 1. Dengan kasih sayang bukan belas kasihan Artinya : kita bersyukur diberi kesempatan menolong, tidak ditolong. Hal ini dapat kita hayati, apabila kita telaah : Bahwa kita sebagai manusia diciptakan oleh Tuhan, sebagai makhluk di dunia dalam bentuk yang paling sempurnya, lebih sempurnya dari pada makhluk lain (Al-Quran, At-Tiin : 4) Bahwa manusia sebagai makhluk yang paling sempurna : dihikmahi (pikiran, perasaan, keyakinan yang tidak terdapat pada makhluk lain) Bahwa dalam diri manusia terdapat kemampuan dasar atau fitrah baik rohaniah maupun jasmaniah, yang pengungkapan dan perkembangannya tergantung pada lingkungan dan memerlukan jalan, ialah pendidikan. Bahwa hanya mansuialah yang mempunyai rasio kecerdasan dan kemauan (Aristoteles). 2. Manusia harus dipandang menyeluruh Artinya : bahwa manusia secara hakiki merupakan : a. Manusia sebagai makhluk individu, artinya makhluk yang tidak dapat dibagibagikan. Menurut Aristoteles : Manusia merupakan penjumlahan dari beberapa kemampuan tertentu yang masing-masing bekerja tersendiri misalnya : Kemampuan-kemampuan vegetatif : makan, berkembang biak Kemampuan sensistif : mengamati, bernafsu, berperasaan (proses rohaniah) Kemampuan intelektif : berkemauan, berkecerdasan Menurut Wilhelm Wundt : Jiwa manusia merupakan satu keatuan jiwa raga yang berkegiatan, misalnya : dalam kita mangamati sesuatu, di sini tidak hanya mata saja, tetapi keseluruhan jiwa raga terlihat dalam kegiatan mengamati, jadi di sini terlihat : Kegiatan mata untuk melihat Minat dan perhatian yang dicurahkan kepada obyek yang diamati Minat dan perhatian dipengaruhi niat dan kebutuhan Pengalaman-pengalaman kita dalam menafsirkan segala sesuatu yang kita amati Manusia sebagai makhluk individu berarti :/9/

Makhluk dalam keseluruhan jiwa raga Makhluk dalam arti tiap-tiap orang merupakan pribadi yang khas, menurut ragam kepribadiannya.

Hal ini terlihat, pada pendapat Allport mengenai kepribadian manusia, yang diutarakan sebagai berikut : Kepribadian adalah organisasi dinamis dari sistem-sistem psiko-fisik dalam individu yang ikut menentukan cara-cara yang khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Jadi pribadi masing-masing individu merupakan keseluruhan jiwa raga yang khas, baik struktur maupun kecakapannya.

b. Manusia sebagai makhluk sosial dan lingkungan : Manusia dalam hidupnya maupun perkembangannya dipengaruhi oleh lingkungan, baik semasa bayi maupun masa-masa selanjutnya (tahaptahap pembentukan kepribadian). Manusia pada dasarnya tak sanggup seorang diri tanpa lingkungan psikis, walaupun, secara biologis-fisiologi dapat mempertahankan diri pada tingkah kehidupan vegetatif.

c. Manusia sebagai makhluk berke-Tuhanan Jadi dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas, bahwa manusia teridri atas tiga segi : Organo-biologik (jasmani) Psiko-edukatif (rohani) Sosio-kultural (sosial) Maka pendekatannya harus tiga segi ini, tidak bisa dipisah-pisah harus bersamaan atau dengan perkataan lain, harus menyeluruh

B. Apayang harus diketahui untuk menghayati dasar pendekatan manusia dalamkesehatan jiwa Untuk menghayati dasar-dasar pendekatan ini, kita perlu mengetahui : 1. Hak dan kewajiban warga negara Indonesia Di dalam UUD 1945 tercantum bahwa tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (pasal 27 ayat 2). Juga dalam suatu negara merdeka, tiap anggoata masyarakat mempunya hak-hak dan kewajiban. Tidak pandang apakah anggota itu dwasa, anak-anak, sehat ataupun sakit, begitu pula orang-orang yang terganggu jiwanya mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban walaupun hak-haknya tidak dapat diberikan sempurnya sebagaimana mestinya dan kewajiban-kewajibannya tak dapat dituntut dengan wajar, namun hal ini merupakan kewajiban masyarakat untuk mengusahakannya sehingga kewajiban dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya serta haknya dapat diberikan semestinya. Jadi bertitik tolak dari hal-hal di atas, penderitapenderita gangguan jiwa berhak mendapatkan perawatan dari negara, masyarakat maupun keluarganya. 2. Kesehatan a. Yang dimaksud dengan kesehatan ialah meliputi kesehatan rohaniah (mental dan sosial, bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan, UU No. 9 tahun 1960 pasal 2). b. Tiap-tiap warga negara berhak memperoleh derajat kesehatan yang setinggitinggi dan perlu diikutsertakan dalam usaha-usahan kesehatan (UU. No. 9 tahun 1960 pasal 1)

/ 10 /

c. Pertumbuhan anak yang sempurna dalam lingkungan hidup yang sehat adalah penting untuk mencapai generasi yang sehat dan bangsa yang kuat (UU No. 9 tahun 1960 pasal 3 ayat 1) 3. Kesehatan jiwa a. Menurut UU No. 3 tahun 1966 tentang Kesehatan Jiwa : Bab I pasal 1 ayat (1) : Kesehatan jiwa adalah keadaan jiwa yang sehat menurut Ilmu Kedokteran sebagai unsur dari pada kesehatan yang dimaksudkan dalam pasal 2 Undang-undang Pokok tentang Kesehatan (UU Tahun 1960 Lembaran Negara No. 131). Diamana dalam penjelasannya tertulis : Kesehatan Jiwa menurut ilmu kedokteran pada waktu sekarang adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dariseseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain. b. Kriteria Marie Yahoda : Disini ada 5 (lima) kriteria : Tidak adanya penyakit/gangguan jiwa Tingkah laku (behavior) yang normal Penyesuaian diri dari pada lingkungan Keutuhan/kesatuan yang benar pada realita Dari kepribadian 4. Konsep dasar Kesehatan Jiwa Masyarakat di Indonesia Kesehatan Jiwa Masyarakat adalah ilmu dan keterampilan untuk mengadakan segala kegiatan yang ada hubungannya dengan perbaikan dan peningkatan keadaaan Kesehatan Jiwa, pencegahan gangguan jiwa, pengobatan, pembatasan cacat dan rehabilitasi gangguan penderita jiwa dalam suatu kesatuan masyarakat, dengan memanfaatkan seluruh potensi masyarakat, melalui suatu tim kerja yang ada hubungannya dengan kesehatan jiwa. Dengan melihat hal-hal di atas dapat disimpulkan bahwa : a. Kesehatan jiwa adalah merupakan unsur kesehatan umum yang tak dapat dipisah-pisahkan dari unsur fisik dan sosial b. Kesehatan jiwa adalah keadaan dinamis di mana mengandung pengertian yang positif, yang dapat dilihat dari : kenormalan tingkah laku penyesuaian diri (yang baik) dengan lingkungan keutuhan dari kepribadian pengenalan yang benar pada realita. Dan bukan merupakan keadaan tanpa : Penyakit gangguan dan penyakit jiwa. c. Kesehatan pada umumnya dan kesehatan jiwa pada khususnya adalah hak warga negara dan pencapaiannya adalah kewajiban pemerintah dan masyarakat. 5. Perbedaan antara sifat-sifat orang yang sehat jiwanya dan sifat-sifat orang yang sakit/gangguan jiwanya : Sifat-sifat di sini hanya sebagai pegangan karena sulitnya mengatakan kata-kata yang sederhana dan jiwa manusia adalah dinamis. Sedangkan sifat-sifat di sini diambil dari adanya hubungan yang erat antara kesehatan jiwa dengan pikiran, perasaan, pembicaraan dan tingkah laku. a. Mereka yang sehat jiwanya : Mereka mempunyai emosi yang tenang, artinya mereka cukup bahagia dan dapat bergaul dengan anak-anaknya, keluarganya, teman-temannya, teman sekerjanya, lingkungannya.

/ 11 /

Mereka cukup dapat memelihara keseimbangan secara mantap, artinya mereka : tabah, penuh pengertian, dapat mengambil keputusan, dapat menghadapi serta menikmati kehidupan serta persoalan-persoalannya. Mereka biasanya mempunya masa kanak-kanak yang bahagia, hal ini sangat penting sekali untuk perkembangan jiwa manusia pada masamasa selanjutnya, artinya mereka dapat : cinta kasih, dorongan, ketertiban yang sehat atau dengan singkat bahwa pada masa kanakkanak, pada masa/tahap/tahun pembentukan kepribadian mendapat cinta kasih ibu/orang tua/keluarganya. b. Tanda-tanda (sifat-sifat) orang yang sakit terganggu jiwanya : Kelainan dalam penampakan umum (dirinya tak terpelihara) Kelainan dalam hubungan dengan orang lain (menyendiri, mudah tersinggung, agresif) Kelainan dalam gerakan tubuh (gelisah, terhambat) Kelainan dalam bicara (tak dapat dimengerti, banyak bicara, pembicaraan terhambat, membisu) Gangguan pikiran (waham, delusi, tanpa dasar merasa dirinya dirasani/diancam/diracun atau dikejar untuk dibunuh) Gangguan emosi sedih, kecenderungan bunuh diri Gangguan tidur, nafsu makan, fungsi seksual Gangguan pada fungsi intelek tak dapat mengikuti pelajaran, sukar konsentrasi, pelupa, bodoh, tak dapat merawat dirinya) Keluhan pada bagian tubuh, tanpa kelainan jasmani/organik (nyeri, sakit kepala, rasa sakit di ulu hati, deg-degan/palpitasi, kelemahan umum, rasa sakit di tempat lain) 6. Penyebab sakit/gangguan jiwa : a. Kalau kita tinjau dari unsur pembentukannya, manusia terdiri atas tiga unsur : organik-biologik, psiko edukatif, sosiokultural. Maka penyebab sakit/gangguan jiwa dapat berasal dari gangguan : organik (jasmani), psikogenik (rohani), sosiokultural (sosial). Dimana gangguannya dapat bersifat organik maupun psikogenik. b. Kalau kita lihat dari arah 4 (empat) dimensi sikap hidup manusia, dimana disebutkan bahwa manusia sebagai makhluk : individu, sosial, berkeTuhanan, lingkungan. Maka penyebab sakit/gangguan jiwa dapat berasal dari : Individunya : Disini gangguan jiwa bersifat organik dan psikogenik Sosial : Lingkungan, berke-Tuhanan. Ketiga hal tersebut merupakan lingkungan hidup individu yang memungkinkan sebagai penyebab sakit/gangguan jiwa yang bersifat organik maupun bersifat psikogenik. Dengan melihat uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa penyeban gangguan jiwa dapat berupa gangguan : Jasmani (organik) dan rohani (psikongeik). Atau dapat dikatakan penyebab penyakit gangguan jiwa ada dalam : Individunya dan lingkungannya. 7. Jenis Penyakit Jiwa a. Penyakit jiwa yang ditimhulkan oleh atau ada hubungannya dengan kelainan di dalam otak (organik/fisiogenik) : 1). Penyakit otak akut : Karena infeksi intracranial : encephalitis, meningitis Keracunan : timah, air raksa, alkohol Ruda paksa kepala (trauma capitis) : gegar otak Gangguan circulasi : hypertensi, arterio sklerose vitium cordis Tumor otak 2). Penyakit otak kronis : Pengaruh prenatal/ 12 /

Lues Keracunan alkohol Ruda paksa kepala (trauma) Gangguan circulasi Tumor otak b. Penyakit jiwa yang ditimbulkan oleh faktor kejiwaan (psikogenik) : Psikoneurosa Psikosomatik Psikosa Penyakit kepribadian (personality disorders) c. Cacat mental 8. Incidens a. Penyakit jiwa : Pskosa (gila) : 1% jumlah penduduk (populasi) Psikoneurosa : 10% jumlah penduduk (populasi) Psikosomatik : Dalam waktu kritis naik sampai 20% jumlah penduduk (populasi) b. Cacat mental (oligofrenia) : Jumlah rata-rata oligofrenia antara 5-15% jumlah anak sekolah. Jenisnya : Cacat mental berat (idiot) : IQ 0-25 (5% jumlah oligofrenia) Cacat mental moderet (imbecil) : IQ 25-50 (20% jumlah oligrofenia) Cacat mental ringan (debil) : IQ 50-70 (1,4% jumlah penduduk) Lemah pikiran (zwaak begaafden) : IQ 75-90 Rumus Binet Simon (1905 ) : Umur mental IQ = Intelligence Quotient = ----------------------- x 100% Umur kalender Penggolongan kemampuan anak atas dasar perhitungan IQIQ Taraf kemampuan anak 140-160 Superior dan genius 120-140 Pandai 100-120 Cukup pandai 86-100 Normal rendah 68-85 Retardasi mental taraf perbatasan (border line) 52-67 Retardasi mental taraf ringan (mild) 36-51 Patardasi mental taraf sedang (moderatedebile) 20-35 Retardasi mental taraf berat (severe, imbecile) 0-20 Retardasi mental taraf sangat berat (idiot) Diambil dari : Ilmu Kedokteran Jiwa FM Roan Edisi pertama tahun 1979

9. Anggapan masyarakat tentang gangguan/penyakit jiwaYang salah 1. Gangguan jiwa bukan penyakit, tetapi karena gangguan setan, jin, maka tidak usah diobati secara medis tetapi dibawa ke dukun 2. Penderita gangguan jiwa harus diasingkan dari masyarakat, ditempatkan pada rumah sakit jiwa yang terpisah dari masyarkat 3. rumah sakit jiwa tempat / 13 / Yang betul 1. Gangguan jiwa adalah penyakit, sebagaiman penyakit pada umumnya, maka harus diobati secara medis, jadi harus dibaw ke fasiltas kesehatan 2. Penderita gangguan jiwa harus tidak diasingkan dari masyarakat 3. Rumah sakit jiwa tempat

Yang salah pengasingan/penampungan penderita penyakti jiwa 4. Penderita sakit/gangguan jiwa tidak dapat sembuh

5. Gangguan jiwa menodai keluarga

Yang betul melatih/mempersiapkan penderita penyakit jiwa untuk kembali ke masyarakat 4. Penderita penyakit/gangguan jiwa dapat sembuh asal : Pemeriksaan dini Betul-betul diobati Tidak dipisahkan dari masyarakat 5. Gangguan jiwa tidak menodai keluarga, karena merupakan penyakit sebagaimana penyakit jasmani pada umumnya.

10. Usaha kesehatan jiwa : TRI UPAYA BINA JIWA adalah doktrin usaha keshatan jiwa di Indonesia artinya tiga usaha pokok yaitu : a. Usaha Prevensi Prevensi dalam kesehatan jiwa agak berbeda dengan kesehatan umum dimana prevensi di sini lebih bersifat pembinaan. Pembinaan individu dan lingkungan Pembinaan individu : Di sini mengusahakan/membina jiw individu supaya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan mempertinggi daya tahan individu terhadap stres dan strain (tekanan dan kekecewaan). Usaha ini dijalankan sejak : individu dalam kandungan, semasa bayi dan kanak-kanak, semasa perkawinan, semasa usia lanjut Pembinaan lingkungan : Di sini berarti memeprsiapkan masyaratkat untuk terciptanya kondisi hidup yang sempurna guna pertumbuhan dan perkembangan individu serta untuk mengurangi adanya stress dan strain (tekanan dan kekecewaan) Menurut G. Caplan : Usaha prevensi dalam keshatan jiwa dibagi tiga tingkat usaha : 1). Prevensi Primair : Usaha mengurangi segala macam gangguan atau penyakit jiwa. 2). Prevensi secundair : Usaha memperpendek jangka waktu penderita sakit dengan mengadakan diagnosa dini dan pengobatan yang intensif. 3). Preventif tertiair : Usaha mengurangi kemungkinan cacat yang ditimbulkan oleh gangguan/penyakit jiwa. Jadi perbedaan prevensi pada gangguan/penyakit jasmani dan pada gangguan/penyakit rohani :Gangguan/penyakit jasmani Prevensi : 1. Pencegahan Gangguan penyakit jiwa 1. Lebih bersifat pembinaan : a. Individu b. Lingkungan Dibagi : a. Prevensi primair = prevensi dalam gangguan jasmaniah b. Prevensi secundair = kurasi c. Prevensi Tertiair = Rehabilitasi

b. Usaha Kurasi Perbedaan usaha kurasi pada perawatan dulu dan sekarangDulu 1. Lebih bersifat pengurungan dan / 14 / Sekarang 1. Bersifat lebih humanistis dan

Dulu pengasingan 2. Perawatannya di rumah sakit jiwa 2.

3. Pengobatannya hanya terbatas beberapa cara

3.

4. RSJ untuk orang yang berpenyakit gila (psikosis) 5. RSJ sebagai tempat pengasingan orang berpenyakit gila (psikosis)

4. 5.

Sekarang realistis, yaitu bersifat medis dan sosial Di fasilitas kesehatan : Puskesmas, RSU, RSJ dan lebih ditekankan di lingkungan keluarga/masyarakat Dengan bermacam-macam cara : a. Terapi organobiologik Fisik : ECT dsb Dengan obat (psikofarmaka) b. Terapi psikologik psikoterapi/terapi wawancara c. Terapi sosial, terapi : kerja, rekreasi, kesenian, motorik, lingkungan/manipulsi lingkungan, industri Bersama-sama dengan semua bentuk gangguan jiwa RSJ sebagai tempat resosialisasi (mempersiapkan penderita kembali ke masyarakat)

c. Usaha Rehabilitasi Usaha rehabilitasi ini merupakan usaha yang ketiga disamping usaha prevensi dan usaha kurasi. 11. Keluarga Yang dimaksud dengan keluarga pada umunya adalah sekolompok manusia yang terdiri atas ayah, ibu dan anak. Seara tradisional keluarga merupakan (dianggap) masyarakat mini, karenaya dianggap sebagai salah satu dasar organasi sosial. Ditinjau dari sudut tingkah laku (behavioral) : Keluarga merupakan kancah utama dari proses sosialisasi dan edukasi generasi muda Dalam keluarga merupakan tempat berkembang maupun bertemunya berbagai usaha untuk mendalami hal ihwal keagamaan Keluarga adalah penyelenggara utama dari sekuritas, proteksi dari anggota keluarganya, juga hal aspek afektifnya. Untuk kehamornisan dan keutuhan keluarga dibutuhkan : a. Kebutuhan vital (pokok) : makanan, pakaian, tempat tinggal b. Kebutuhan-kebutuhan yang menyangkut atas terbentuknya generasigenerasi mendatang (keturunan) c. Kebutuhan psikotlogik (kejiwaan). Dimana kebutuhan ini banyak menyangkut soal-soal emosi, diantaranya : Kebutuhan perlindungan Kebutuhan keamanan Kebutuhan hiburan Kebutuhan pendidikan Kebutuhan pribadi dan sebagainya Umumnya dalam keluarga yang bertanggung jawab atas jalannya roda keharmonisan keluarga ditangani oleh orang tua. Di sini sikap dan tingkah laku orang tua amat menentukan dalam keharmonisan keluarga maupun dalam perkembangan kepribadian anak. Sikap dan tingkah laku orang tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian manusia./ 15 /

12. Handikap Handikap pada penderita penyakit jiwa a. Psikomotilitas yang lambat dalam belajar, menunjukkan respons yang kurang terhadap inisiatif : tetapi mereka sudah menunjukkan respons bila insentif ditarik akan relaps/kumat kembali. b. Deteriorisasi simtomatik di dalam lingkungan masyarakat, artinya bagi mereka yang biasanya mengadakan interaksi yang erat dengan lingkungan, berubah menjadi tidak bereaksi lagi terhadap rangsangan sosial sama sekali. c. Pada penderita yang kronis/menahun, lebih lambat, kurang inisiatif dan mundur kapasitasnya bila dilepas dari pengendalian, tidak dapat mengambil keputusan yang agak sulit dan kurang dalam ketrampilan tangan. d. Handikap sekunder pada penderita-penderita yang lama tinggal di rumah sakit, makin berkurang kemauan untuk hidup di luar rumah sakit. e. hal-hal kehidupan/kebiasaan sehari-hari seperti : Mengerjakan pekerjan rutin Menetapi waktu Berusaha untuk hidup maju Penyesuaian diri terhadap standar hidup lingkungannya, seperti : berpakaian dan kebiasaan-kebiasaan lain, tidak dijalankan dengan teratur. f. Pandangan masyarakat yang dirasa masih negatif terhadap penderita penyakit jiwa. II. USAHA REHABILITASI Rehabilitasi adalah : usaha yang kompleks yang meliputi segi-segi : medis, psikologis, pendidikan, sosial dan vokasional yang terkorrdinir menjadi suatu proses yang bertujuan untuk memulihkan penderita jiwa/bekas, menjadi individu yang swasembada dan berguna bagi masyarakat dan negara. A. Dasar pemikiran pelaksanaan rehabilitasi penderita penyakit jiwa : Dengan melihat tentang timbulnya penyakit jiwa dengan meninjau sistem kebribadian. Dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Penderita penyakit jiwa pada umumnya dan shozofrenia pada khususnya terjadi tak kekompakan dalam aspek-aspek : a. Kontak psikik (hubungan antara penderita dengan orang lain/pemeriksa) b. Perhatian dan inisiatif c. Daya menghayati realita d. Proses berpikir e. Keadaan afektif dan kehidupan emosi f. Dorongan dan perbuatan instinktual Demikian kekompakan aspek-aspek tersebut merupakan syarat mutlak bagi individu dalam kehidupan/pergaulan dalam masyarakat : Sebagai manusia individu Sebagai manusia sosial Sebagai manusia lingkungan Sebagai manusia berkeTuhanan. Jadi dengan singkat penderita sakit jiwa mengalami gangguan/kemunduran dalam sosialisasinya. 2. Dengan mundurnya sosialisasi juga terjadi kemunduran dalam kepandaian atau dikatakan seolah-olah kepandaiannya terpendam, dan terjadi juga kemunduran intelegensinya, karena antara intelegensi, sosialisasi, kepandaian ada korelasinya (hubungan satu sama lainnya)./ 16 /

3. Dengan meninjau hal-hal di atas dan melihat perkembangan kepribadian, makaseolah-olah pada penderita penyakit jiwa terjadi kemunduran kepribadian kembali ke masa kanak-kanak. 4. Dimana faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap kesembuhan penderita, yaitu keluarga dan pembimbingnya dimana mereka diharapkan dapat bertindak atau berfigur sebagai orang tua dalam keluarga, yang sangat menentukan keharmonisan keluarga atau sangat menentukan hasil rehabilitasi nanti. Untuk itu si pelaksana/ pembina rehabilitasi harus dapat bersikap : a. Ing ngarso sung tulodo Artinya : dapat memberi tauladan berupa contoh, sikap mapun perbuatan. b. Ing madyo mangun karso Artinya : si pelaksana mamapu membangkitkan semangat atau kemampuan untuk berkreasi atau berswakarsa. c. Tut Wuri handayani Artinya : mampu mendorong si penderita/manusia berani berjalan di muka atau bertanggung jawab. 5. Dengan pelaksanaan rehabilitasi ini baik medis, psikologis, sosial vokasional, kita harapkan sosialisasi penderita jadi baik. Dengan menjadi baiknya sosialisasi, diharapkan kepandaian yang sudah terbenam muncul kembali. Sehingga kekompakan aspek-aspek pada No. 1 di atas tercapai kembali dimana aspek-aspek ini merupakan syarat mutlak bagi individu dalam kehidupannya di masyarakat : Sebagai manusia individu Sebagai manusia sosial Sebagai manusia lingkungan Sebagai manusia berkeTuhanan

A. Pelaksanaan rehabilitasi penderita sakit jiwaRehabilitasi penderita sakit jiwa Pengertian : Rehabilitasi ialah usaha-usaha untuk mengembalikan penderita jiwa ke masyarakat sebaai warga Negara yang swasembada dan berguna melalui cara-cara yang teratur dan terencanakan. (Rakernas Keswa th 1970) Di dalam aktifitas kerja pada rehabilitasi sedapat mungkin dapat diteruskan di masyarakat dan dapat menghidupinya dikemudian hari. Jadi kalau kita telaah pengertian rehabilitasi tersebut mengandung unsur-unsur : 1. Mempersiapkan penderita agar sejauh mungkin menyesuaikan diri kepada keluarga/masyarakatnya, sesuai dengan situasi kesehatan jiwa dan raganya. 2. Mempersiapkan keluarga/masyarakat supaya mau/dapat menerima kembali si penderita : a. Secepat mungkin mengadakan perubahan sikap, suasana di dalam keluarga dan masyarakatnya untuk membantu upaya rehabilitasi. b. Bersama keluarga dan masyarakat merencanakan serta mengatur perikehidupan dan penghidupan rehabilitan sesuai dengan situasi dan kondisi jiwa raganya. 3. Penyaluran penderita 4. Membimbing, membina serta mengawasi perkembangan hubungan rehabillitan dengan keluarga dan masyarakatnya secara kontinu dan bila perlu mengambil langkah-langkah untuk kebaikan rehabilitan. Siapa yang harus menangani penderita penyakit jiwa pada umumnya dan rehabilitasi penderita penyakit jiwa pada khususnya ? Untuk menjawab pertanyaan ini mari kita tinjau kembali hal-hal sebagai berikut : 1. Manusia sebagai individu terdiri dari tiga segi : a. Organo-biologik b. Psiko-edukatif/ 17 /

c. Sosio-kultural 2. Penyebab sakit jiwa dapat berupa/karena : a. Organik b. Psikogenik c. Sosio-kultural Jadi yang bertanggungjawab/mengenai penderita penyakit jiwa pada umumnya dan rehabilitasi penderita sakit jiwa pada khususnya adalah berupa team, yang anggotaanggotanya terdiri atas orang-orang dari disiplin-disiplin/Departemendepartemen/bekerja dalam bidang : a. Organo-biologik : Perawat, Bidan, Dokter, Psikiater b. Psiko-udukatif : Ahli jiwa (psikoloh) c. Sosio-kultural : ahli pendidik, ahli antropologi, ahli agama, ahli sosial, ahli teknologi, pembimbing sosial, masyarakat, dan lain-lain B. Arah atau pegangan dalam pelaksanaan/penyelenggaraan rehabilitasi penderita sakit jiwa : Apa yang hidup di masyarakat Setiap masyarakat berkebudayaan sendiri Untuk keperluan analisa kebudayaan dibagi atas unsur-unsur yang universal ialah : a. Sistem religi dan upacara keagamaan b. Sistem organisasi ke masyarakatan c. Sistem pengetahuan d. Bahasa e. Kesenian f. Sistem mata pencaharian g. Sistem teknologi dan peralatan (Koentjaraningrat : Kebudayaan mentalitet dan Pembangunan) Dalam merehabilitasi penderita sakit jiwa perlu berorientasi kepada ke tujuh unsurunsur tersebut diatas sehingga penderita sakit jiwa siap kembali ke lingkungannya. Tentu saja dalam melaksanakan rehabilitasi diharapkan agar dapat memenuhi ke tujuh unsur tadi. Instansi kesehatan mendapatkan kesukaran untuk melaksanakan senidir sehingga instansi lain yang berkecimpung dalam tiap-tiap unsur tersebut ditas umpamanya dalam : a. Sistem religi dan upacara keagamaan : Departemen agama b. Sistem organisasi dan kemasyarakatan : Departemen sosial c. Sistem pengetahuan d. Bahasa e. Kesenian f. Sistem mata pencaharian : Departemen Tenaga Kerja dan Transkop g. Sistem teknologi dan peralatan : Departemen Perindustrian

C. Bagaimana pelaksanaan pemberian aktivitas : Kita pakai buah pikiran Fidler dan Filder, dimana aktivitasnya dapat berupa : 1. Akto sentrik (pemberian aktivitas) berguna : a. Mendorong pasien bekerja/aktif dengan mencari hal-hal yang dapat menraik pasien. b. Diharapkan kontak sosial pasien ditingkatkan. 2. Produkto sentrik (pemberian aktivitas ditujukan untuk produksi) : a. Non Direktif : Disini pemberian aktivitas bergantung pada keadaan pasien. b. Direktif : Disini aktivitas ditentukan oleh therapis sesuai dengan keadaan jiwanya. Keluarga : Lihat halaman 15

/ 18 /

Dasar pola pelayanan rehabilitasi : 1. Tri Upaya Bina Jiwa 2. Rehabilitasi kontinu Upaya rehabilitasi merupakan upaya yang berkelanjutan dan tidak bisa dipisahkan dengan upaya kuratif. 3. Upaya rehabilitasi medis : Merupakan Sub sistem dari upaya kesehatan. Artinya : Pola pelayanan rehabilitasi harus sesuai, merupakan bagian serta ada interrelasi dengan sistem pelayanan kesehatan pada umumnya. 4. Berdasarkan elektik-holistik Artinya : Memandang menelaah manusia dari aspek-aspek : Organo-biologik Psiko-edukatif Sosio-kultural Jadi pendekatannya merupakan pendekatan multidisipliner. Pengertian Operasional : Proses rehabilitasi pasien mental adalah suatu rangkaian dan koordinasi usaha yang bersifat medis psikiatrik, sosial, pendidikan, vokasional untuk melatih/mendidik seseorang untuk mencapai kemampuan fungsional setinggi mungkin. Maka upaya rehabilitasi merupakan proses yang bertahap, untuk mengembalikan individu sebagai warga masyarat yang mandiri dan berguna. Tahap-tahap rehabilitasi : 1. Tahap persiapan Tujuan : mempersiapkan rehabilitan agar dapat disalurkan ke dalam masyarakat Kegiatan : a. seleksi, evaluasi, uji kerja b. terapi kerja c. latihan kerja Seleksi : materi yang berlaku untuk seleksi meliputi : Hasil pemeriksaan dan pengobatan medik-psikiatrik Pemeriksaan psikologis : Hasil perkembangan dan tingkah laku selama perawatan Hasil evaluasi sosial yang mencakup : riwayat hidup, perkembangan masa (kanakkanak, remaja, dewasa, pendidikan, pekerjaan, pergaulan, problem sosial, situasi lingkungan keluarga, keinginan keluarga terhadap masa depan penderita) Hasil observasi oleh ocupasi therapis yang mengenai : kemungkinan-kemungkinan pembinaan/pekerjaan. 2. Pelaksanaan : Tim terdiri : psikiater/dokter, psikolog, ocupasi therapis, pembimbing sosial, perawat psikiatri Pimpinan : Psikiater/Psikolog menentukan aktivitas Jalan aktivitas : Pertama : a. Aktivitas : Atas dasar pemeriksaan medis psikiatris menentukan : Apakah rehabilitan sudah dapat diberi aktivitas yang bersifat : psikologis, sosial, educasional, vocasional Jadi syarat minimal, memiliki : kontak psikhis dan kontak sosial b. Membuat program kerja : Jangka pendek : Pemberian aktivitas yang sesuai dengan keadaan pada saat itu./ 19 /

latihan kerja/cukup dengan terapi kerja saja. Kedua : a. Atas dasar pertimbangan : Penyesuaian psikosiosial rehabilitan sehingga hanya memerlukan pengawasan. Kesiapan keluarga/masyarakat yang akan menerimanya. Penilaian ini dengan meninjau : ketrampilan dan fungsi rehab Sesudah di masyarakat apakah dapat melakukan aktivitas yang diinginkan lingkungan. b. Apakah rehabilitan sudah siap untuk disalurkan ke keluarga/masyarakat. Therapi kerja : Aktivitas berupa therapi Aktivitas sesuai dengan hasil seleksi Kegiatan dilakukan 2-3 minggu Tugas pokok petugas : a. Membangkitkan aktivitas aktif positif melalui : pekerjaan aktivitas lain diskusi bermain rekreasi dan lain-lain yang bersifat therapeutik Sambil mengevaluasi : Perkembangan tingkah laku patien (secara teratur dan kontinu) NB : bersifat therapeutik, maksud therapis bisa memulihkan daya : konsentrasi kemampuan komunikasi daya ingat kemauan dan sebagainya Latihan kerja : Arah penyelenggaraan : Harus mencerminkan proses belajar kerja, supaya rehabilitan memperoleh : ketrampilan kerja kecakapan kerja Tetapi tidak terlepas : resosialisasi therapi Latihan kerja dapat dilaksanakan : Departeman Tenaga Kerja Departemen Perindustrian Tetapi keadaan patien mental adalah komplek dan memiliki ciri-ciri khas dan tidak terlepas dari pengawasan/kontrol medik psikiatrik Akibatnya : supaya tujuan rehabilitasi secara total dapat dicapai maka vokasional training juga diadakan di Rumah Sakit Jiwa. Lama latihan kerja : a. Tahap percobaan : 1 2 bulan/ 20 /

Jangka panjang : Mempersiapkan penyaluran nantinya apakah perlu : mengikuti

Diberi latihan kerja sederhana (sesuai dengan hasil seleksi) Ada perkembangan dalam tingkah lakunya pekerjaan dilanjutkan ke tahap pengarahan Kalau tak ada perkembangan tingkah lakunya (dipindah kepekerjaan lain)

b. Tahap pengarahan : 1 3 bulan Dilatih mulai dari pekerjaan sederhana sampai dengan pekerjaan yang komplit Pada tahap ini ada Rencana pelajaran. Penilaian : memiliki ketrampilan komplit, memiliki ketrampilan terbatas, memiliki kemampuan kurang (hanya dapat sebagai pembantu) c. Tahap peningkatan : 3 6 bulan Tujuan : diharapkan rehabilitan sudah dapat mandiri Jalannya : diusahakan ketrampilan yang sudah dimiliki dapat ditingkatkan baik kualitatif maupun kuantitatif. Tahap penyalur/penempatan : a. Merupakan tujuan akhir upaya rehabilitasi yaitu : menyalurkan rehabilitan ke masyarakat yang mandiri dan berguna b. Penempatan bisa secara : bebas/penuh, terbatas/terlindung Penyaluran ke masyarakat : Tujuan utama penyaluran ke keluarga : penyaluran ke keluarga diperlukan usaha-usaha : a. Bimbingan sosial : Agar rehabilitan mempunyai motivasi untuk kembali kekeluarganya dan dengan bekal ketrampilan yang dimiliki dapat dikembangkan setelah ia berada di masyarakat. Memperbaiki hubungan antara rehabilitan dengan keluarga/masyarakat sekitarnya dengan jalan : Penyuluhan sosial sehingga keluarga/masyarakat bersedia menerima keadaan, dengan sikap penuh pengertian. Toleransi, sehingga hubungan penderita dan keluarga benar-benar baik kembali. Untuk keperluan ini dilakukan dengan home visit. Penyaluran ke Instansi lain : (swasta/panti rehab) Perintisan melalui : kerja sama lintas sektoral. Kerja sama terus dilakukan. Terutama dalam hal : Pengawasan kesehatan mentalnya Kontrol pengobatannya Menjaga agar pekerjaan yang diberikan tidak menimbulkan efek yang negatif, yang dapat mengganggu kesehatan mentalnya. Dalam hal ini perlu dilakukan Job Visit Penyaluran ke sheltered workshop Bila diadakan ke bagian rehab, rehabilitan masih berstatus pasien. Tahap Pengawasan Pengawasan dilakukan sejak persiapan rehabilitasi. Tujuan pengawasan : Kondisi kesehatan, baik fisik mentalnya terjaga sehingga kalau ada kemunduran dapat segera ditangani Bentuk pengawasan a. Pengawasan ke dalam. Cara : mengadakan pelayanan medik psikiatrik/ 21 /

b. Pengawasan ke luar. Ditujukan kepada rehabilitan yang sudah disalurkanCara : home visit dan pelayanan after care. Melalui : Fasilitas yang sudah ada Keluarga LKMD BPKJM Dan lain-lain

/ 22 /

PERANAN PERAWAT DALAM USAHA REHABILITASISalah satu faktor yang penting dalam usaha rehabilitasi pasien mental adalah : Mengerti bahwa pasien mempunyai : motivasi individual kebutuhan persoalan Pengertian akan perilaku pasien didapat melalui : pendidikan bimbingan dari tenaga prosefional (yang sudah mengembangkan pengertian dan arti dari perilaku manusia dan pengalaman kerja yang lama akan membantu untuk mengembangkan pengetahuan tentang perilaku pasien) Seorang perawat yang mempunyai kepribadian yang matang akan mampu mengembangkan pengertian seseorang, dengan siapa ia kerja, sehingga kesepakan untuk menolong pasien menjadi lebih besar. Tujuan perawatan pasien dirumah sakit adalah : Uuntuk mengembalikan pasien dalam taraf kehidupan yang normal dalam batas-batas budayanya Note : Rumah sakit jiwa adalah tempat mempersiapkan penderita sakit jiwa untuk kembali ke masyarakat. Peranan perawat dalam usaha rehabilitasi Terletak pada kegiatan perawatan sehari-hari Tanggung jawab perawat yang besar adalah menciptakan lingkungan terapeutik dengan harapan pasien akan mengalami hubungan antar pribadi yang positif. Tugas perawat dalam usaha rehabilitasi pasien mental 1. Membina antar pribadi pasien Kebanyakan pasien mental mengembangkan suasana yang rumit, traumatik dan hubungan antar pribadi yang negatif. Rumah Sakit Jiwa sebagai tempat perawatan (mempersiapkan penderita kembali ke masyarakat) harus mempunyai lingkungan yang netral, sehingga tekanan emosi yang bisa dialami dirumah dan dimasyarakat bisa dikurangi. Artinya : a. Suasana rumah sakit harus teratur, mencerminkan suasana seperti di rumah (home like atmosphere). Rumah sakit merupakan pengalaman belajar yang positif bagi pasien dalam hubungan antar manusia. b. Pendekatan perawat dan staf perawatan Tidak hanya toleransi terhadap tingkah laku pasien yang aneh tetapi juga memberi pengertian yang intelegen dan bersahabat. Mereka harus mengerti bahwa : Pasien sebagai individu mempunyai kebutuhan dan kemampuan yang mirip dengan diri mereka sendiri Perawat dapat mengusahakan : suasana bangsal yang teratur/nyaman, meja kursi yang menyenangkan, radio, TV, lukisan-lukisan, koran, majalah, alat rekreasi lainnya Pada bangsal untuk pasien gelisah dapat dibuat taman bunga/tanaman lain yang menarik. Pasien diajak merawatnya. Sikap perawat terhadap pasien sama dengan sikap seorang ibu terhadap anaknya : bijaksana, membimbing anaknya dengan tegas menuju ke arah pengalaman yang harus dimiliki oleh anaknya, dalam membimbing disini perawat/ 23 /

lebih banyak menyarankan dari pada memerintah, ramah, bersahabat, tidak memperlihatkan kekuasaan, berusaha memperbaiki tingkah laku, bukan mengendalikannya, meminta kerja sama bukan menuntutnya sehingga dengan demikian tercapailah suasama yang bersahabat hangat antar petugas dan pasien, yang merupakan sarana untuk hidup bahagia. 2. Mengikutsertakan pasien sebagai anggota kelompok Sebagai kita ketahui bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri tetapi harus bermasyarakat atau dengan kata lain kita harus bergaul/berkelompok/bermasyarakat. Pada pasien sakit jiwa apalagi yang sudah lama dan tanpa perawatan, timbul problem manusiawi yang mungkin sudah meliputi seluruh hidupnya, yang sering dinyatakan dengan tingkah laku yang tak umum. Misalnya : berpakaian aneh, ganjil tidur tak teratur pantang makan yang tak menentu menarik diri dari lingkungan Maka di Rumah Sakit dijalankan, cara-cara yang bersifat therapeutik untuk mengembalikan/mempersiapkan kewajiban-kewajiban individu di masyarakat. Misalnya : kegiatan di bangsal (identik dengan kegiatan di rumah). a. kegiatan sehari-hari yang tanpa paksaan : kebersihan diri : mandi, sikat gigi, sisiran, berganti pakaian kebersihan lingkungan : kebersihan bangsal, menata tempat tidur dll b. makan harus pada waktunya di kamar makan kebersihan makan c. memberi tanggung jawab kepada pasien untuk melakukan aktivitas rumah tangga : d. pekerjaan yang diberikan harus sesuai dengan keadaan fisik maupun mental pasien, tugas itu berupa : membersihkan bangsal membuka jendela menyapu membersihkan kamar/tempat tidur Pekerjaan bangsal dapat merupakan terapi untuk menolong pasien mulai hidup menurut kenyataan, ini merupakan langkah untuk hidup di masyarakat, dimana pasien melakukan sesuatu yang menyenangkan kelompok masyarakat tersebut. 3. Menyertakan Pasien Dalam Kegiatan Sosial Tujuan : a. Menolong pasien bergaul secara aktif dengan orang lain b. Menolong pasien guna menyesuaikan diri dengan jenis yang lain Perawat : harus mengetahui pasien datang dari mana (guna mengetahui situasi sosial dan menolong pasien bergaul secara efektif dengan orang lain. Harus mengetahui : minat, motivasi, kemampuan pasien, pengetahuan individu Gunanya : mengikutsertakan pasien pada kelompok yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Kegiatan motorik terapi : olah raga kesenian rekreasi (piknik, melihat film, dll) Kegiatan ini berguna bagi pasien supaya orientasinya pada kita bukan pada aku. Misalnya : a. Olahraga/ 24 /

b. c. d.

e.

f.

g.

h.

tenis meja, bulutangkis, bola volly, sepak bola, memberi kesempatan kepada pasien untuk kerja sama sambil menyalurkan perasaan yang tertekan kantong pasir, guna menyalurkan rasa tertekan, agresif, permusuhan Menyanyi bersama, pesta bangsal/RSJ, akan memberi kesempatan pasien untuk turut serta dalam kegiatan kelompok permainan halma, teka-teki, memberi kesempatan pasien untuk permulaan bergaul dengan satu/dua orang Pertunjukan film, pesta, tarian, kegiatan ini melibatkan pasien dalam jumlah yang lebih besar. Catur, bridge, pada permainan ini dibutuhkan : kecakapan berhitung, menilai, mengingat. Jadi permainan ini diperlukan intelegensi yang tinggi. Peran perawat : memberi semangat agar pasien mau ikut dalam kegiatan pasien jangan dipaksa ikut dalam kegiatan itu, tetapi mengajaknya Mendorong pasien bertanggung jawab terhadap diri dan lingkungan Sebagimana kita ketahui dan kita sebutkan diatas bahwa fungsi RSJ adalah mempersiapkan penderita/gangguan jiwa kembali ke masyarakat sebagai manusia seutuhnya, sebagai manusia swasembada, berguna bagi dirinya dan bagi masyarakat. Diantaranya bertanggung jawab sosial, membuat keputusan dan memecahkan problema sebagai anggota masyarakat (kelompok). Hal ini akan berhasil berkat bantuan perawat : perawat harus mampu merangksang kepemimpinan diantara pasien; perawat harus mampu memilihkan/memberi problem dan memberikan kesempatan pasien untuk memecahkan sendiri; pasien dapat disertakan dalam mengambil keputusan, misalnya dalam mengatur bangsal : memilih cat, memilih gordin, memilih hiasan, mengatur tanaman, dsb.. Dengan cara demikian, kepercayaan terhadap diri sendiri dikembangkan, penyesuaian sosial yang lebih baik, akhirnya dapat berfungsi dengan baik/berhasil dalam masyarakat. Melatih ketrampilan pasien. Tujuan : memberi bekal untuk kehidupannya di masyarakat dan sebagai manusia swasembada dan swadaya. Jenis ketrampilan : Bermacam-macam disesuaikan dengan : minat, kemampuan, latar belakang serta kemungkingannya setelah kembali di lingkungan keluarga/masyarakat. Peran perawat : Dengan kurangnya tenaga okupasi terapi, sehingga peran perawat ini sangat penting. Perawat : berbekal pengetahuan keperawatan, berbekal ketrampilan (perawat dilatih ketrampilan), juga harus bermodal (kreatif, trampil, ada kemauan menambah ilmu pengetahuan sendiri dan melimpahkan pengetahuannya kepada orang lain). Melakukan perawatan lanjutan : Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam pelayanan penderita sakit jiwa harus ada kontinuitas (pada penderita sakit jiwa pembinaan dan kontak kontinu). Maka perawatan lanjutan ini ada. Dengan adanya prinsip pembinaan kontinu (continues dan continues contact) ini maka : Keadaan kemajuan penderita dapat dipantau Menolong keluarga/masyarakat untuk mengerti dan mau menerima pasien Membantu memecahkan problema yang dihadapi pasien maupun keluarga Peran perawat : Semua hal diatas perawat memegang peranan penting, dengan jalan misalnya : kunjungan rumah job visit penerangan, baik melalui keluarga, LKMD, maupun organisasi kedinasan, semi kedinasan maupun masyarakat/ 25 /

*) Secara kolektif (hal 3) Prinsip pendekatan manusia dalam kesehatan jiwa 1. Dengan kasih sayang, artinya : Kita bersyukur bahwa kita diberi kesempatan menolong, tidak ditolong 2. Manusia dipandang menyeluruh (secara holistik) Manusia terdiri 1. Organik Penyebab ganggua n/sakit jiwa Organik Yang menangani berupa tim, terdiri atas : Perawat, bidan, dokter umum, psikiater Pemberian tugas dalam usaha : Prevensi Melakukan selektif penderita dengan pemeriksaan klinik utk dikirim ke bagian yang sesuai Melakukan usaha prevensi & evaluasi sosial kebudayaan Melakukan prevensi & evaluasi sosial kebudayaan Kurasi Melakukan pengobatan fisik dan psikiatrik Rehabilitasi Melakukan pengawasan, pengobatan & perawatan lanjutan

2. Psikodi namik

Psikologik

Ahli ilmu jiwa (psikolog)

3. Sosiokultural

Sosial

Ahli pendidik, ahli sosial, ahli teknologi, ahli pertanian, ahli agama, sosialworker, masyarakat

Melakukan pengobatan/ bimbingan penderita gangguan/ penyakit jiwa dan kelainan kepribadian Melakukan usaha ke arah penyembuhan penderita dalam sosialbudaya

Rehabilitasi penderita dalam keluarga, masyarakat dan pekerjaan Melakukan pengawasan/ bimbingan lanjutan & rehabilitasi dalam keluarga, masyarakat dan pekerjaan

/ 26 /