Evaluasi Gizi Serealia & Legum
-
Upload
arnianty-arni -
Category
Documents
-
view
983 -
download
15
description
Transcript of Evaluasi Gizi Serealia & Legum
TUGAS EVALUASI GIZI PANGAN
SEREALIA DAN LEGUM
OLEH:
ARNIANTY (P3800211007)
PROGRAM MAGISTER ILMU DAN TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN2012
PENDAHULUAN
Serealia yaitu biji-bijian dari famili rumput-rumputan (gramine) yang kaya akan
karbohidrat. Biji-bijian yang tergolong dalam serealia antara lain padi (Oryza sativa), jagung
(Zea mays), gandum (Triticum sp), cantel (Sorghum sp), beras merah, beras putih, dan yang
lain jarang dijumpai di Indonesia adalah barley (Horgeum vulgare), rye (Secale cereale), oats
(Avena sativa). Kandungan zat gizi serealia sangat bervariasi, tergantung jenisnya. Tetapi
umumnya, serealia kaya karbohidrat, cukup protein, sangat rendah kandungan lemak, serta
kaya serat kasar (lihat boks “Komposisi Gizi Serealia per 100 g”). Serealia juga merupakan
sumber vitamin (vitamin E dan B kompleks), serta mineral (besi, magnesium, dan seng).
Legume adalah salah satu dari ribuan spesies tanaman dalam keluarga kacang-
kacangan, yaitu famili Leguminosae. Kacang-kacangan tersebut memiliki polong berbentuk
cangkang, yang ketika matang, polong tersebut terbagi menjadi dua belah. Famili legume
merupakan bahan makanan terpenting nomor dua bagi manusia setelah padi-padian. Contoh
legume yang populer dan banyak dikonsumsi antara lain kacang tanah, kacang lentil, kacang
buncis, kacang merah, kacang hijau, kacang polong, kacang kedelai, dan lain-lain. Biji
kacang-kacangan rata-rata memiliki protein dua kali lipat bahan makanan bulir. Kacang-
kacangan juga kaya vitamin B yaitu Thiamin (B1), Riboflavin (B2), Niacin (B3), Panthotenic
Acid (B5), Pyridoxine (B6), folat, mineral yaitu fosfor. potassium, besi, seng, kalsium, dan
selenium. Selain kandungan tersebut kacang-kacangan mengandung antioksidan, dan
memiliki angka indeks glikemik (indeks kadar gula) rendah.
Serealia dan legum agar dapat dikonsumsi terlebih dahulu harus melalui proses
pengolahan seperti perebusan, dan penggorengan. Pengolahan pangan merupakan suatu
proses yang terlibat dari mulai penanganan bahan pangan setelah bahan pangan tersebut
dipanen (nabati) atau disembelih (hewani) atau ditangkap (ikan) sampai kepada usaha-usaha
pengawetan dan pengolahan bahan pangan menjadi produk jadi serta penyimpanannya.
Pengolahan dapat menghasilkan produk pangan dengan sifat-sifat yang diinginkan
yaitu aman, bergizi dan dapat diterima dengan baik secara sensori. Di sisi lain, pengolahan
juga dapat menimbulkan hal yang sebaliknya yaitu menghasilkan senyawa toksik sehingga
produk menjadi kurang atau tidak aman, kehilangan zat-zat gizi dan perubahan sifat sensori
ke arah yang kurang disukai dan kurang diterima seperti perubahan warna, tekstur, bau dan
rasa yang kurang atau tidak disukai. Dengan demikian diperlukan suatu usaha optimasi dalam
suatu pengolahan agar apa-apa yang diinginkan tercapai dan apa yang tidak diinginkan
ditekan sampai minimal.
PEMBAHASAN
1. SEREALIA
A. Jagung
Tanaman Jagung
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Tinggi tanaman jagung
sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m
sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Biji jagung terdiri atas 3
bagian utama, yaitu a. perikarp, lapisan luar yang tipis, berfungsi mencegah
embrio dari organisme pengganggu dan kehilangan air; b. endosperm, sebagai
cadangan makanan, mencapai 75% dari bobot biji yang mengandung 90% pati dan
10% protein, mineral, minyak, dan lainnya; dan c. lembaga atau germ, sebagai
miniature tanaman yang terdiri atas planule, akar radikal, scutelum, dan koleoptil
Kandungan Gizi Jagung
Jagung merupakan sumber karbohidrat, sumber protein yang penting
dalam menu masyarakat Indonesia. Kandungan gizi utama jagung adalah pati (72-
73%), dengan nisbah amilosa dan amilopektin 25-30% : 70-75%, namun pada
jagung pulut (waxy maize) 0-7% : 93-100%. Kadar gula sederhana jagung
(glukosa, fruktosa, dan sukrosa) berkisar antara 1-3%. Protein jagung (8-11%)
terdiri atas lima fraksi, yaitu: albumin, globulin, prolamin, glutelin, dan nitrogen
nonprotein.
Asam lemak pada jagung meliputi asam lemak jenuh (palmitat dan stearat)
serta asam lemak tidak jenuh, yaitu oleat (omega 9) dan linoleat (omega-6).
Lemak jagung terkonsentrasi pada lembaga, sehingga dari sudut pandang gizi dan
sifat fungsionalnya, jagung utuh lebih baik daripada jagung yang lembaganya
telah dihilangkan.
Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini,
terutama pada jagung kuning. Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro, vitamin
tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas
tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel. Jagung juga mengandung
berbagai mineral esensial, seperti K, Na, P, Ca, dan Fe. Faktor genetik sangat
berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional.
Pati
Komponen utama jagung adalah pati, yaitu sekitar 70% dari bobot biji.
Komponen karbohidrat lain adalah gula sederhana, yaitu glukosa, sukrosa dan
fruktosa, 1-3% dari bobot biji. Pati terdiri atas dua jenis polimer glukosa, yaitu
amilosa dan amilopektin. Secara umum, pati jagung mengandung mengandung
amilosa sekitar 25-30% dan amilopektin sekitar 70-75%. Amilopektin
berpengaruh terhadap sifat sensoris jagung, terutama tekstur dan rasa. Pada
prinsipnya, semakin tinggi kandungan amilopektin, tekstur dan rasa jagung
semakin lunak, pulen, dan enak. Komposisi tersebut juga berpengaruh terhadap
sifat amilografinya.
Protein
Protein terkonsentrasi pada lembaga, terdiri atas lima fraksi, yaitu fraksi
albumin, globulin, dan nitrogen nonprotein berturut-turut adalah 7%, 5%, dan 6%
dari total nitrogen. Fraksi prolamin larut di dalam 55% isopropanol dan
isopropanol dengan merkaptoetanol (ME) sebesar 52% dari total nitrogen.
Mutu gizi jagung sebagai bahan pangan ditentukan oleh asam amino
penyusun protein. Jagung biasa mengandung lisin dan triptofan yang rendah tetapi
mengandung leusin yang tinggi, Kandungan protein biji jagung pada umumnya 8-
11%, dengan kandungan asam amino lisin 0,05% dan triptofan 0,225%.
Lemak
Terkonsentrasi pada lembaga, kandungan lemak biji jagung terkendali
secara genetik, berkisar antara 3-18% Kandungan asam lemak jenuh pada minyak
jagung relatif rendah, yaitu asam palmitat 11% dan asam stearat 2%. Sebaliknya,
kandungan asam lemak tidak jenuhnya cukup tinggi, terutama asam linoleat yang
mencapai 24%, sedangkan asam linolenat dan arakhidonatnya sangat kecil.
Minyak jagung relatif stabil karena kandungan asam linolenatnya sangat
kecil (0,4%) dan mengandung antioksidan alami yang tinggi. Mutu minyak jagung
cukup tinggi karena distribusi asam lemaknya yang berimbang, terutama oleat dan
linoleat. Berdasarkan informasi tersebut, maka nilai gizi biji jagung utuh lebih
tinggi dibanding dengan biji jagung yang telah dihilangkan lembaganya.
Serat
Serat pangan memegang peran penting dalam memelihara kesehatan
individu. Serat pangan tidak dapat dicerna dan diserap oleh saluran pencernaan
manusia, tetapi memiliki fungsi yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan,
pencegahan berbagai penyakit, dan sebagai komponen penting dalam terapi gizi.
Komponen ini meliputi polisakarida yang tidak dapat dicerna, seperti selulosa,
hemiselulosa, oligosakarida, pektin, gum, dan waxes. Jagung mengandung serat
pangan yang tinggi. Kadar serat pangan pada jagung tanpa kulit ari (dehulled)
sangat rendah dibanding biji utuh.
Karbohidrat Lain
Dalam keadaan cukup tua, biji jagung mengandung karbohidrat dalam
jumlah kecil. Gula total pada jagung berkisar antara 1-3%. Seiring dengan
meningkatnya ketuaan biji jagung, kandungan gula menurun dan kadar pati
meningkat.
Mineral
Biji jagung mengandung abu sekitar 1,3%, sedikit di bawah serat kasarnya.
Kandungan Fe dalam biji beragam bergantung pada warna biji. Jagung kuning-
oranye mengandung Fe lebih tinggi dibanding jagung kuning, sedangkan jagung
putih memiliki kandungan Fe sangat rendah. Kadar Ca biji jagung putih lebih
tinggi dibanding jagung kuning, yang kandungan Ca-nya rata-rata 22,37 mg/100g.
Kandungan K berkisar antara 275-305 mg/100g, hal ini menunjukkan kandungan
K biji jagung relatif tinggi
Vitamin
Jagung mengandung dua vitamin larut lemak, yaitu provitamin A atau
karotenoid dan vitamin E. Karotenoid umumnya terdapat pada biji jagung kuning,
sedangkan jagung putih mengandung karotenoid sangat sedikit, bahkan tidak ada.
Kandungan karotenoid pada jagung biji kuning berkisar antara 6,4-11,3 μg/g, 22%
di antaranya adalah betakaroten dan 51% kriptosantin. Kadar vitamin A jagung
biji kuning 1,5-2,6 μg/g.
Kandungan vitamin larut air pada biji jagung paling banyak terdapat pada
lapisan aleuron, kemudian pada lembaga dan endosperma. Informasi distribusi
tersebut penting dalam pengolahan, sehingga dapat diketahui tahap di mana
kehilangan vitamin yang larut dalam air. Tiamin (vitamin B1) dan riboflavin
(vitamin B2) merupakan vitamin larut air utama di dalam biji jagung. Kandungan
niasin (vitamin B3) pada jagung sangat sedikit. Jagung tidak mengandung vitamin
B12 (cobalamin). Biji tua mengandung sangat sedikit asam askorbat (vitamin C)
dan piridoksin (vitamin B6). Vitamin lainnya yang terdapat dalam jumlah sedikit
yaitu asam folat, dan pantotenat.
Evaluasi Gizi Terhadap Pengolahan Jagung Menjadi Tepung Jagung
Jagung dapat diproses lebih lanjut menjadi produk pangan seperti tepung
jagung. Tepung jagung merupakan salah satu produk jagung yang didapatkan
dalam proses penggilingan kering dengan ukuran partikel kurang dari 0,193 mm.
Penggilingan biji jagung ke dalam bentuk tepung merupakan suatu proses
memisahkan kulit, endosperm, lembaga, dan tip cap. Endosperm merupakan
bagian biji jagung yang digiling menjadi tepung dan memiliki kadar karbohidrat
yang tinggi. Kulit memiiliki kandungan serat yang tinggi sehingga harus
dipisahkan dari endosperm karena dapat membuat tepung bertekstur kasar,
sedangkan lembaga merupakan bagian biji jagung yang paling tinggi kandungan
lemaknya sehingga harus dipisahkan karena lemak yang terkandung dalam
lembaga dapat membuat tepung tengik. Tip cap merupakan tempat melekatnya
biji jagung pada tongkol jagung. Tip cap harus dipisahkan karena membuat tepung
berstekstur kasar
Pembuatan tepung jagung dapat dilakukan dengan metode penggilingan
kering didasarkan penelitian Juniawati (2003). Penggilingan kering dilakukan
sebanyak dua kali. Penggilingan pertama (penggilingan kasar) dilakukan dengan
menggunakan multi mill yang dilanjutkan dengan perendaman dan pencucian
selama ± 2 jam untuk memisahkan bagian endosperma (grits) jagung dengan
kulit, lembaga, dan tip cap. Tujuan perendaman untuk melunakkan endosperma
jagung agar mudah dihancurkan saat penggilingan kedua. Grits jagung hasil
pencucian terlebih dahulu dijemur sehingga diperoleh kadar air 17%. Jika kadar
air terlalu tinggi, maka grits akan menempel pada disc mill saat ditepungkan
sehingga dapat menimbulkan kemacetan di alat tersebut. Sedangkan jika kadar air
terlalu rendah, endosperma akan kembali menjadi keras dan sulit untuk
ditepungkan. Selanjutnya penggilingan kedua merupakan penggilingan grits
jagung menggunakan disc mill (penggiling halus) untuk memperhalus ukuran grits
jagung menjadi tepung. Untuk memperoleh tepung jagung dengan ukuran partikel
yang seragam, pengayakan dapat dilakukan menggunakan saringan berukuran
100 mesh. Berdasarkan penelitian Merdiyanti (2008), sebanyak 25 kg jagung pipil
kering yang digiling menjadi tepung jagung yang lolos ayakan 100 mesh
menghasilkan rendemen sebesar 24% (6 kg). Sementara sisanya terbuang selama
proses penepungan dengan kehilangan terbesar terjadi saat proses perendaman dan
pencucian (48%/12 kg) serta pengayakan (24%/6 kg).
Partikel tepung jagung dengan ukuran kecil lebih bagus dibandingkan
dengan ukuran yang lebih besar. Di samping itu, rendemen tepung yang
dihasilkannya juga lebih banyak. Tepung jagung memiliki komposisi yang
lebih lengkap dibandingkan dengan pati jagung termasuk
kandungan protein dan lemak.
Berdasarkan penelitian Merdiyanti (2008), kandungan protein
pada tepung jagung hasil penggilingan kering yaitu 8,73%. Kandungan lemak
pada tepung jagung hasil penggilingan kering yaitu 2,99%, Rendahnya kandungan
lemak pada tepung jagung hasil penggilingan kering disebabkan oleh adanya
proses pemisahan lembaga (degerminasi) yang kaya akan lemak pada saat
penepungan. Kadar amilosa pada tepung jagung hasil penggilingan kering yaitu
20,2%
B. Sorgum
Tanaman Sorgum
Sorgum yang dibudidayakan di Indonesia mempunyai nama ilmiah
Sorgum -bicolor (L) Moech. Nama yang sinonim dengan nama itu adalah :
Holchus Sorghum L ; Andropogan sorghum (L) Bot ; Sorghum Vulaare Pers.
Pada biji sorgum, diantara kulit biji dan daging biji dilapisi oleh lapisan testa dan
aleuron, Lapisan testa termasuk pada bagian kulit biji, dan lapisan aleuron
termasuk pada bagian dari daging biji, jaringan kulit biji terikat erat oleh daging
biji, melalui lapisan tipis yang disebut lapisan semen. Komposisi bagian biji
sorgum terdiri dari kulit luar 8%, lembaga 10% dan daging biji 82%. Kulit biji
ada yang berwarna putih, merah atau cokelat. Sorgum putih disebut sorgum kafir
dan yang ber-warna merah/cokelat biasanya termasuk varietas Feterita.
Warna biji ini merupakan salah satu kriteria menentukan kegunaannya.
Varietas yang berwarna lebih terang akan menghasilkan tepung yang lebih putih
dan tepung ini cocok untuk digunakan sebagai makanan lunak, roti dan lain-
lainnya. Sedangkan varietas yang berwarna gelap akan menghasilkan tepung yang
berwarna gelap dan rasanya lebih pahit. Tepung jenis ini cocok untuk bahan dasar
pembuatan minuman.
Kandungan Gizi Sorgum
Biji sorgum mengandung gizi yang tidak lebih rendah dari kandungan
tanaman serealia lainnya. Kandungan kimia biji sorgum (utuh) berdasarkan data
Departemen Pertanian Propinsi Irian Jaya adalah sebagai berikut :
- Protein 9,01 %
- Lemak 3,6 %
- Abu 1,49 %
- Serat 2,5 %
Kandungan nutrisi Sorgum dibandingkan dengan beras, jagung, dan
gandum dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini :
Tabel 1. Perbandingan Kandungan Nutrisi Berbagai Serealia (per 100 gram edible portion; 12% kadar air)(FAO, 1995)
SumberProtein
(g)Lemak
(g)Serat Kasar
(g)
Karbohidrat (g)
Energi (Kal)
Ca (mg)
Fe (mg)
Beras 7.9 2.7 1.0 76.0 362.0 33.0 1.8Gandum 11.6 2.0 2.0 71.0 348.0 30.0 3.5Jagung 9.2 4.6 2.8 73.0 358.0 26.0 2.7Sorghum 10.4 3.1 2.0 70.7 329.0 25.0 5.4
Kandungan tanin biji sorgum cukup tinggi dan beragam, berkisar 3,67-
10,66%. Pada umumnya biji yang berwarna merah sampai coklat mengandung
tanin lebih tinggi dibandingkan biji putih (Suarni dan Singgih, 2002).
Berdasarkan penelitian Suarni dan Patong (1999), kadar lisin sorgum (0,16-
0,18%) lebih rendah dibanding kadar lisin terigu (0,38%). Lisin termasuk asam
amino esensial dan memperngaruhi nilai gluten tepung (Wall and Ross, 1970).
Evaluasi Gizi Terhadap Pengolahan Jagung Menjadi Tepung Sorgum
Kadar zat karbohidrat sorghum yangtinggi memungkinkan biji sorghum
untuk dijadikan sebagai bahan bakutepung. Tepung sorghum mempunyai suhu
gelatinisasi 680– 780C, sedangkan tepung jagung tergelatinisasi pada suhu
620– 680C. Berdasarkan hal tersebut, dapat dinyatakan bahwa tepung
sorghum merupakan bahanbaku yang serbaguna karena tidak mudah
menggumpal (tergelatinisasi) pada saat mengalami pemanasan
(Suprapto dan Mudjisihene, 1987).
Pembuatan tepung sorghum hampir sama dengan pembuatan tepung beras
yaitu bahan direndam dalam air agar cukup lunak, ditiriskan, digiling, diayak
kemudian dikeringkan. Penggilingan sorgum dengan menggunakan alat penyosoh
beras mengakibatkan masih banyak lembaga yang tertinggal pada endosperm. Hal
ini ditandai oleh kandungan lemak dalam biji sorgum giling yang masih relatif
tinggi yaitu sekitar 1-2.7 %. Oleh karma itu dalam proses penggilingan harus
diusahakan agar lemak dalam biji sorgum yang telah dikuliti menjadi rendah
yaitu dibawah 1 % dengan demikian tepung sorgum yang dihasilkan akan lebih
tahan lama. Lemak dalam biji sorgum sangat berguna bagi hewan dan manusia,
akan tetapi dapat menyebabkan bau yang tidak enak dan tengik dalam produk
bahan pangan.
2. LEGUM
A. Kacang Kedelai
Tanaman Kedelai
Tanaman kedelai termasuk famili Leguminosae (kacang-kacangan),
genus Glycine, dan spesies max. Dalam bahasa latin, kedelai dikenal dengan
istilah Glycine max, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut soy bean. Di
Indonesia, kedelai dibedakan atas dasar umur panen dan warna biji. Berdasarkan
umur panen, kedelai dibedakan atas tiga golongan yaitu: kedelai genjah (umur 78-
85 hari), kedelai tengahan (umur 85-95 hari), serta kedelai dalam (umur lebih dari
95 hari). Berdasarkan warna kulit biji, kedelai dibedakan atas kedelai kuning,
hitam dan kedelai hijau. Secara kimia, tidak terdapat perbedaan komposisi gizi
yang berarti antara ketiga jenis warna kedelai tersebut.
Kandungan Gizi Kedelai
Kedelai merupakan kacang-kacangan yang sangat bermanfaat bagi
kesehatan. Kedelai memiliki kadar protein yang tinggi, yaitu rata-rata 35%,
bahkan pada varietas unggul dapat mencapai 40 – 44%. Keunggulan dari protein
kedelai yaitu memiliki susunan asam amino esensial yang lengkap, serta daya
cerna yang sangat baik. Asam amino pembatas pada kedelai adalah metionin dan
sistein, sedangkan kandungan lisin dan treonin sangat tinggi. Hal tersebut sangat
menguntungkan, karena pada umumnya makanan pokok mengandung lisin yang
rendah. Dengan demikian, kombinasi kedelai dengan sumber karbohidrat seperti
beras, jagung, sagu, terigu, singkong dan lain-lain, sangat baik untuk kelengkapan
gizi Anda. Secara keseluruhan kualitas protein kedelai hampir menyamai protein
daging sapi atau telur.
Kedelai mengandung lemak sekitar 18-20%, dimana 85% di antaranya
merupakan asam lemak tidak jenuh. Lemak kedelai mengandung asam lemak
esensial yang cukup, yaitu asam linoleat (omega-6) serta asam linolenat (omega-
3), sehingga memberikan pengaruh yang sangat berarti bagi kesehatan, khususnya
dalam kaitannya dengan pengendalian kolesterol dan penyakit kardiovaskuler
(berhubungan dengan jantung dan pembuluh darah).
Selain sebagai sumber protein dan lemak, kedelai juga dilengkapi dengan
sejumlah vitamin (terutama vitamin A, B kompleks dan E), serta mineral (kasium,
fosfor dan zat besi). Kedelai juga merupakan sumber serat pangan (dietary fiber).
Kandungan dietary fiber kedelai terbukti ampuh dalam pencegahan penyakit
degeneratif, seperti diabetes melitus, berbagai kanker, osteoporosis, penyakit
ginjal, dan lain-lain.
Produk-produk yang dibuat dari kedelai, umumnya memiliki kadar protein
relatif tinggi. Tahu pada dasarnya terdiri dari protein dan air sehingga tinggi
kadar proteinnya. Sementara, tempe tidak hanya mengandung protein tinggi,
tetapi juga mengandung lemak, vitamin, mineral, dan memiliki daya cerna yang
baik. Kecap dan susu kedelai mengandung protein dan lemak yang tidak terlalu
tinggi (kadar protein dan kadar lemak kurang dari 5 persen). Tauco mengandung
protein dan lemak dari kedelai. Kembang tahu mengandung protein dan lemak
yang relatif tinggi. Secara keseluruhan, di antara produk-produk di atas, tempe
memiliki kadar protein, kadar lemak, kadar mineral, kadar vitamin, kadar serat,
dan daya cerna yang tinggi. Kadar zat antigizi pada tempe juga rendah. Semakin
rendah zat anti gizi, maka semakin bagus kandungan gizi pada suatu makanan.
Komposisi zat gizi kedelai dan tempe dapat dilihat pada Tabel 2 berikut :
Tabel 2. Komposisi Zat Gizi Kedelai dan Tempe Dalam 100 gram Bahan Kering
Zat gizi Kedelai Tempe
Abu (g)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Serat (g)
6,1
46,2
19,1
28,2
3,7
3,6
46,5
19,7
30,2
7,2
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Besi (mg)
254
781
11
347
724
9
Vitamin B1 (mg)
Riboflavin (mg)
Niasin (mg)
Asam pantotenat (mg)
Piridoksin (mg)
Vitamin B12 (mg)
Biotin (mg)
0,48
0,15
0,67
430
180
0,2
35
0,28
0,65
2,52
520
100
3,9
53
Asam amino esensial (g) 17,7 18,9
Selain sebagai sumber zat gizi yang baik, kedelai serta produk olahannya
juga merupakan sumber isoflavon yang penting karena dapat menyediakan 30 –
40 mg isoflavon setiap sajiannya (Indiana Soybean Board, 1998). Isoflavon
merupakan salah satu senyawa flavonoid dan banyak dijumpai pada kacang-
kacangan, khususnya pada kedelai yang kandungannya mencapai sekitar 0,25%.
Evaluasi Gizi Terhadap Pengolahan Kedelai Menjadi Tempe
Pengolahan kacang kedelai menjadi tempe dimulai dengan membersihkan
kedelai dari kotoran yang tidak diinginkan. Setelah itu kedelai dicuci dengan air
dan direbus selam 30 menit. Kedelai rebus dikupas kulitnya dengan menginjak-
injaknya dalam air, lalu dicuci dan direndam dalam air pada suhu kamar selama
22-24 jam (semalam). Kemudian kedelai direbus kembali selama 1 jam
menggunakan air perendamannya, lalu ditiriskan. Setelah dingin, kedelai
diinokulasi dengan inokulum bubuk (laru tempe) dengan perbandingan 1 gram
laru tempe untuk setiap 1 kg kedelai matang. Kedelai yang sudah diinokulasi
dibungkus dengan daun pisang atau plastik berlubang-lubang dan diinkubasi
(dibiarkan) pada suhu kamar selama 40-48 jam
Perendaman dalam pembuatan tempe dapat melunakkan struktur selular
kedelai sehingga mudah digiling dan memberikan dispersi dan suspensi bahan
padat kedelai lebih baik pada waktu ekstraksi, dan mempermudah pengupasan
kulit kedelai. Semakin lama perendaman maka kadar protein dan pH semakin
menurun sedangkan kadar air semakin meningkat. Menurut Anglemier dan
Montgomery (1976), semakin menurunnya kadar protein dengan semakin
lamanya perendaman disebabkan lepasnya ikatan struktur protein sehingga
komponen protein terlarut dalam air. Perendaman yang semakin lama juga
mengakibatkan lunaknya struktur biji kedelai sehingga air lebih mudah masuk
kedalam struktur selnya sehingga kadar air semakin tinggi. Penurunan pH selama
perendaman disebabkan proses perendaman memberikan kesempatan
pertumbuhan bakteri asam laktat, sehingga proses pengasaman berlangsung
sebagai akibat aktivitas bakteri asam laktat tersebut.
Pembuatan tempe dilakukan pemanasan melalui proses perebusan. Proses
pemanasan dapat menyebabkan terjadinya perubahan protein seperti denaturasi.
Kebanyakan protein pangan terdenaturasi jika dipanaskan pada suhu yang
moderat (60-900C) selama satu jam atau kurang. Denaturasi parsial protein sering
meningkatkan daya cerna protein tanpa menghasilkan senyawa toksik dan
ketersediaan biologisnya. Denaturasi protein yang berlebihan dapat menyebabkan
insolubilisasi yang dapat mempengaruhi sifat-sifat fungsional protein yang
tergantung pada kelarutannya.
Pada pembuatan tempe dilakukan fermentasi. Selama proses fermentasi
banyak bahan dalam kedelai menjadi bersifat lebih larut dalam air dan lebih
mudah dicerna. Separuh dari kandungan protein awal dipecah menjadi asam
amino dan peptida. Demikian pula dengan kandungan lemak kedelai. Fermentasi
kedelai selama 48 jam akan meningkatkan jumlah asam lemak dari 1% menjadi
30%. Asam lemak terbesar yang diproduksi yaitu asam linolenat. Kenaikan asam
lemak linolenat penting dari segi gizi karena merupakan asam lemak tidak jenuh
esensial. Selama proses fermentasi tempe, terdapat tendensi adanya peningkatan
derajat ketidakjenuhan terhadap lemak. Dengan demikian, asam lemak tidak
jenuh majemuk (polyunsaturated fatty acids, PUFA) meningkat jumlahnya.
Dalam proses fermentasi asam palmitat dan asam linoleat sedikit mengalami
penurunan, sedangkan kenaikan terjadi pada asam oleat dan linolenat. Asam
lemak tidak jenuh mempunyai efek penurunan terhadap kandungan kolesterol
serum, sehingga dapat menetralkan efek negatif sterol di dalam tubuh.
Tempe mengandung vitamin, yaitu larut air (vitamin B kompleks) dan larut
lemak (vitamin A, D, E, dan K). Tempe merupakan sumber vitamin B yang
sangat potensial. Jenis vitamin yang terkandung dalam tempe antara lain vitamin
B1 (tiamin), B2 (riboflavin), asam pantotenat, asam nikotinat (niasin), vitamin B6
(piridoksin), dan B12 (sianokobalamin). Vitamin B12 umumnya terdapat pada
produk-produk hewani dan tidak dijumpai pada makanan nabati (sayuran, buah-
buahan, dan biji-bijian), namun tempe mengandung vitamin B12 sehingga tempe
menjadi satu-satunya sumber vitamin yang potensial dari bahan pangan nabati.
Kenaikan kadar vitamin B12 paling mencolok pada pembuatan tempe; vitamin
B12 aktivitasnya meningkat sampai 33 kali selama fermentasi dari kedelai,
riboflavin naik sekitar 8-47 kali, piridoksin 4-14 kali, niasin 2-5 kali, biotin 2-3
kali, asam folat 4-5 kali, dan asam pantotenat 2 kali lipat. Vitamin ini tidak
diproduksi oleh kapang tempe, tetapi oleh bakteri kontaminan seperti Klebsiella
pneumoniae dan Citrobacter freundii. Kadar vitamin B12 dalam tempe berkisar
antara 1,5 sampai 6,3 mikrogram per 100 gram tempe kering. Jumlah ini telah
dapat mencukupi kebutuhan vitamin B12 seseorang per hari. Dengan adanya
vitamin B12 pada tempe, para vegetarian tidak perlu merasa khawatir akan
kekurangan vitamin B12, sepanjang mereka melibatkan tempe dalam menu
hariannya.
Tempe mengandung mineral makro dan mikro dalam jumlah yang cukup.
Jumlah mineral besi, tembaga, dan zink berturut-turut adalah 9,39; 2,87; dan 8,05
mg setiap 100 g tempe. Kapang tempe dapat menghasilkan enzim fitase yang
akan menguraikan asam fitat (yang mengikat beberapa mineral) menjadi fosfor
dan inositol. Dengan terurainya asam fitat, mineral-mineral tertentu (seperti besi,
kalsium, magnesium, dan zink) menjadi lebih tersedia untuk dimanfaatkan tubuh.
Di dalam tempe juga ditemukan suatu zat antioksidan dalam bentuk
isoflavon. Seperti halnya vitamin C, E, dan karotenoid, isoflavon juga merupakan
antioksidan yang sangat dibutuhkan tubuh untuk menghentikan reaksi
pembentukan radikal bebas. Dalam kedelai terdapat tiga jenis isoflavon, yaitu
daidzein, glisitein, dan genistein. Pada tempe, di samping ketiga jenis isoflavon
tersebut juga terdapat antioksidan faktor II (6,7,4-trihidroksi isoflavon) yang
mempunyai sifat antioksidan paling kuat dibandingkan dengan isoflavon dalam
kedelai. Antioksidan ini disintesis pada saat terjadinya proses fermentasi kedelai
menjadi tempe oleh bakteri Micrococcus luteus dan Coreyne bacterium. Penuaan
(aging) dapat dihambat bila dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari
mengandung antioksidan yang cukup. Penelitian yang dilakukan di Universitas
North Carolina, Amerika Serikat, menemukan bahwa genestein dan fitoestrogen
yang terdapat pada tempe ternyata dapat mencegah kanker prostat dan payudara.
B. Kacang Tanah
Tanaman Kacang Tanah
Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dari
Amerika Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia. Penanaman pertama kali
dilakukan oleh orang Indian (suku asli bangsa Amerika). Di Benua Amerika
penanaman berkembang yang dilakukan oleh pendatang dari Eropa. Kacang
Tanah ini pertama kali masuk ke Indonesia pada awal abad ke-17, dibawa oleh
pedagang Cina dan Portugis.
Kandungan Gizi Kacang Tanah
Kacang tanah (Arachys hypogaea L.) sebagai salah satu komoditi tanaman
pangan memiliki nilai gizi yang tinggi dan lezat rasanya. Kacang tanah dapat
digunakan sebagai bahan pangan, makanan ternak, dan bahan minyak goreng.
Selain itu, kacang tanah dapat diolah menjadi peanut butter. Sebagai bahan
pangan, kacang tanah mempunyai senyawa-senyawa tertentu yang sangat
dibutuhkan organ-organ tubuh untuk kelangsungan hidup, terutama kandungan
protein, karbohidrat, dan lemak
Komposisi kacang tanah dipengaruhi oleh varietas, lokasi geografis, dan
kondisi pertumbuhan. Umumnya kacang tanah mengandung 20,0 – 30,0%
protein, kandungan lemak antara 40,0 – 50,0%. Kacang tanah juga merupakan
sumber serat dan mineral yang baik. Kandungan mineral antara 2,0 – 5,0%
bervariasi menurut tipe dan varietas kacang tanah. Kacang tanah juga kaya akan
kalsium, besi dan vitamin larut air seperti thiamine, riboflavin dan asam nikotin
Kacang tanah mengandung protein tinggi, zat besi, lemak, vitamin B
kompleks, fosfor, vitamin A, vitamin E yang dapat membantu kesehatan
membran sel dan kulit serta melindungi tubuh dari serangan radikal bebas,
vitamin K, lesitin, kolin dan tinggi akan kalsium yang sangat diperlukan terutama
untuk membantu melarutkan lemak dalam tubuh dan membantu mempercepat
proses metabolisme makanan di dalam tubuh. Kandungan-kandungan zat penting
yang terdapat di dalam kacang tanah sangat baik bila dijadikan penangkal
berbagai penyakit, dengan cara mengkonsumsi kacang tanah secara teratur
dengan takaran sesuia kebutuhan.
Salah satu kandungan gizi kacang tanah yang lebih tinggi dari daging, soya
dan telur adalah protein. Omega 3 yang merupakan lemak tidak jenuh serta
Omega 9 juga terdapat di dalam kacang tanah. Dalam 1 ons kacang tanah
terdapat 18 gram Omega 3 dan 17 gram Omega 9. Dengan kedua kandungan
senyawa ini, kacang tanah lebih baik bila dibandingkan dengan daging dan telur.
Kandungan gizi kacang tanah ini dapat pula membantu meningkatkan daya tahan
tubuh terhadap penyakit, menurunkan tekanan darah tinggi, mencegah kanker
payudara, menyembuhkan penyakit keputihan dan susah tidurserta mengurangi
resiko terkena penyakit hemofilia. Kacang tanah mengandung resveratrol yang
dapat bermanfaat bagi kesehatan tubuh karena dapat mengurangi resiko terserang
stroke, dan penyakit gagal jantung
Adapun komposisi kimia kacang tanah dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Komposisi Kimia Kacang Tanah (per 100 gram bahan kering)Komposisi Jumlah
Kadar air (g)Protein (g)Lemak (g)Karbohidrat (g)Kalsium (mg)Besi (g)Fosfor (mg)Kalori (kal)Vitamin C (mg)Vitamin B1 (mg)Air (g)
4,025,342,821,158,01,3
335,0452,03,00,34,0
Sumber : Hardiansyah dan Briawan. 1998
Evaluasi Gizi Terhadap Pengolahan Kacang Tanah Menjadi Mentega Kacang
Olahan kacang tanah yang sangat populer di dunia adalah dalam bentuk
selai, yang dikenal dengan istilah peanut butter. Selai tersebut merupakan produk
emulsi, yaitu campuran antara air dan minyak (alami dari kacang). Kadar protein
yang tinggi pada kacang tanah berperan sebagai emulsifier, yaitu untuk menjaga
agar stabilitas emulsi tidak pecah
Produk olahan mentega kacang tanah merupakan suatu emulsi yang bersifat
plastis, artinya berbentuk padat maupun setengah padat yang dapat berubah-ubah
wujud namun tidak mengalir serta dapat dioleskan. Produk olahan mentega
kacang tanah ini termasuk salah satu jenis makanan yang berbentuk "pasta”
dengan medium minyak, terbuat dari biji kacang tanah yang disangrai kemudian
digiling dengan atau tanpa bahan tambahan
Mentega Kacang (Peanut butter) diperoleh dengan cara menggoreng atau
menyangrai kacang tanah (untuk menurunkan kadar air hingga 5 – 0,5%),
mendinginkan, menghilangkan kulit ari, menggiling kacang tanah dan
menambahkan bahan-bahan lain seperti antioksidan, stabilizer, gula dan garam.
Kandungan peanut butter berupa 90% kacang tanah, sedangkan bahan-bahan lain
berjumlah ± 10%. Bahan-bahan tambahan yang biasa digunakan adalah garam,
pemanis alami (gula) dan emulsifier.
Peanut butter banyak disukai oleh konsumen karena mempunyai flavor
yang enak, dapat langsung digunakan atau pencairan terlebih dahulu dan
mempunyai nilai gizi yang baik. Komposisi kimia peanut butter dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Komposisi Kimia Peanut Butter tiap 100 gram bahanKomposisi Jumlah
Protein (g)Lemak (g)Karbohidrat (g)Fosfor (mg)Kalori (kal)Kalsium (mg)Besi (mg)Sodium (mg)Potasium (mg)Vitamin A (IU)Thiamin (mg)Riboflavin (mg)Niacin (mg)Asam askorbat (mg)
25,549,519,53,8
582,01,92,061395
-0,120,1215,3
-Sumber : Susanto dan Saneto (1994)
Di balik rasanya yang lezat, selai kacang memiliki nilai gizi tinggi.
Makanan pendamping roti ini juga kaya akan asam lemak tak jenuh. Penderita
diabetes, hipertensi, obesitas, dan pengidap kolesterol tinggi tak perlu ragu
menyantapnya setiap hari. Kelebihan selai kacang tanah dibanding selai lain
adalah rasanya enak dan lezat, teksturnya lembut, serta bernilai gizi tinggi
(khususnya protein dan lemak).
Pada pembuatan selai kacang digunakan minyak kacang tanah sebagai
emulsifier atau stabilizer. Minyak kacang tanah mengandung 76 – 82% asam
lemak tidak jenuh, yang terdiri dari 40 – 45% asam oleat dan 30 – 35% asam
linoleat. Asam lemak jenuh sebagian besar terdiri dari asam palmitat, sedangkan
kadar asam miristat sekitar 5%. Kandungan asam linoleat yang tinggi akan
menurunkan kestabilan minyak. Kestabilan minyak akan bertambah dengan cara
hidrogenasi atau dengan penambahan antioksidan. Dalam minyak kacang tanah
terdapat persenyawaan tokoferol yang merupakan antioksidan alami dan efektif
dalam menghambat proses oksidasi minyak kacang tanah.
Proses pembuatan minyak kacang tanah yaitu biji kacang tanah disortasi
terlebih dahulu kemudian dilakukan pemanasan baik dengan cara pengukusan
pada suhu 900C selama 30 menit maupun menggunakan oven pada suhu 900C
selama 15-45 menit. Kemudian dilakukan pengepresan untuk memisahkan
minyak dari ampas kedelai.
Pemanasan sebelum pengepresan terhadap biji-bijian sumber rninyak
dimaksudkan untuk rnemperbanyak keluarnya minyak dan untuk mernpermudah
keluarnya minyak dari bahan. Perubahan-perubahan yang tejadi sebagai akibat
pemanasan adalah protein yang ada akan mengalami koagulasi sehingga dinding
sel rnenjadi bersifat perrneabel untuk dilewati minyak. Sebelum pemanasan, titik-
titik minyak yang berukuran sangat kecil terdistribusi ke seluruh biji dan ada
dalam bentuk emulsi. Pernanasan menyebabkan terjadinya denaturasi oleh panas
terhadap protein dan senyawa-senyawa yang serupa. Koagulasi atau denaturasi
mengakibatkan emulsi pecah, sehingga titik-titik minyak akan mengalami
kondensasi rnenjadi titik-titik minyak yang lebih besar sehingga dapat mengalir
dari biji. Aliran minyak dari dalam sel keluar dibantu oleh viskositas minyak
yang semakin turun pada suhu yang semakin naik.
Pada pemanasan cara basah (pengukusan), sebagai media penghantar panas
adalah uap air jenuh. Uap air jenuh ini akan mendesak kacang tanah dan masuk
ke dalam jaringan atau sel-sel pada kacang tanah, akibatnya akan mendesak udara
yang ada dalarn sel keluar, sehingga akan rnengurangi terjadinya oksidasi minyak
dalam kacang tanah. Pada pernanasan basah (pengukusan), oksigen yang
mengoksidasi lemak lebih kecil dari pemanasan kering (pengovenan), sehingga
oksigen yang mengadisi ikatan rangkap kecil, maka bilangan iodine besar dan
hidroperoksida yang terbentuk sedikit, maka asam lemak bebas kecil.
Pada pemanasan cara kering (pengovenan) hal tersebut tidak terjadi.
Oksidasi minyak akan tetap terjadi dan lebih cepat terjadi karena adanya kenaikan
suhu. Semakin lama cara pemanasan cara kering yang diberikan, oksidasi minyak
yang terjadi semakin berlanjut, akibatnya nilai peroksida minyak semakin tinggi
sehingga rneningkatkan asam lemak bebas dan menurunkan bilangan iodine.