ETBIS Pro kontra.docx

10
PRO KONTRA YANG MENDUKUNG DAN YANG MENETANG ETIKA DALAM BERBISNIS Contoh Kasus penerapan etika dalam berbisnis (Pro etika) adalah : PT Garuda Indonesia Garuda Indonesia (PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk) adalah maskapai penerbangan nasional Indonesia. Garuda Indonesia telah mengumandangkan 5 (lima) nilai-nilai Perusahaan, yaitu eFficient & effective; Loyalty; customer centricitY; Honesty & Openness dan Integrity yang disingkat menjadi "FLY HI" sejak tahun 2007, dilanjutkan dengan rumusan code of conduct yang diluncurkan pada tahun 2008. Tata nilai FLY HI dan etika Perusahaan merupakan soft structure dalam membangun Budaya Perusahaan sebagai pendekatan yang digunakan Garuda untuk mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik. Pada tahun 2011, perusahaan menetapkan etika bisnis dan etika kerja perusahaan melalui Surat Keputusan Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk No. JKTDZ/SKEP/50023/11 tanggal 11 Maret 2011.

Transcript of ETBIS Pro kontra.docx

Page 1: ETBIS Pro kontra.docx

PRO KONTRA YANG MENDUKUNG DAN YANG MENETANG ETIKA DALAM

BERBISNIS

Contoh Kasus penerapan etika dalam berbisnis (Pro etika) adalah :

PT Garuda Indonesia

Garuda Indonesia (PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk) adalah maskapai penerbangan

nasional Indonesia. Garuda Indonesia telah mengumandangkan 5 (lima) nilai-nilai

Perusahaan, yaitu eFficient & effective; Loyalty; customer centricitY; Honesty & Openness

dan Integrity yang disingkat menjadi "FLY HI" sejak tahun 2007, dilanjutkan dengan

rumusan code of conduct yang diluncurkan pada tahun 2008. Tata nilai FLY HI dan etika

Perusahaan merupakan soft structure dalam membangun Budaya Perusahaan sebagai

pendekatan yang digunakan Garuda untuk mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik. 

Pada tahun 2011, perusahaan menetapkan etika bisnis dan etika kerja perusahaan melalui

Surat Keputusan Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk No.

JKTDZ/SKEP/50023/11 tanggal 11 Maret 2011.

Etika bisnis dan etika kerja tersebut merupakan hasil penyempurnaan dari pedoman perilaku

(code of conduct) yang diterbitkan melalui Surat Keputusan Direktur Utama PT Garuda

Indonesia (Persero) Tbk No.JKTDZ/SKEP/50002/08 tanggal 14 Januari 2008 tentang Nilai-

nilai Perusahan dan Pedoman Perilaku (code of conduct) Insan Garuda Indonesia.

Penyempurnaan dilakukan berdasarkan umpan balik dari hasil proses implementasi

internalisasi serta rekomendasi hasil GCG assessment tahun 2009. Etika Bisnis dan Etika

Kerja Perusahaan merupakan himpunan perilaku-perilaku yang harus ditampilkan dan

perilakuperilaku yang harus dihindari oleh setiap Insan Garuda Indonesia.

Page 2: ETBIS Pro kontra.docx

Etika dan perilaku tersebut dalam hubungannya dengan:

A. Hubungan Sesama Insan Garuda.

B. Hubungan dengan Pelanggan, Pemegang Saham dan Mitra Usaha serta

Pesaing.

C. Kepatuhan Dalam Bekerja, mencakup Transparansi Komunikasi dan Laporan

Keuangan; Penanganan Benturan Kepentingan; Pengendalian Gratifikasi;

Perlindungan Tehadap Aset Perusahaan dan Perlindungan Terhadap Rahasia

Perusahaan.

D. Tanggung jawab Kepada Masyarakat, Pemerintah dan Lingkungan.

E. Penegakan Etika Bisnis dan Etika Kerja mencakup: Pelaporan Pelanggaran;

Sanksi Atas Pelanggaran; Sosialisasi dan Pakta Integritas.

Tata nilai, etika bisnis dan etika kerja merupakan tanggung jawab seluruh Insan Garuda

Indonesia, seperti yang dinyatakan oleh Direktur Utama dan Komisaris Utama Perusahaan

dalam Buku Etika Bisnis dan Etika Kerja Perusahaan serta sesuai dengan Surat Keputusan

Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk No. JKTDZ/SKEP/50023/11 tanggal 11

Maret 2011, ketetapan ketiga bahwa seluruh pegawai Perusahaan wajib memahmai,

menerapkan dan melaksanakan Etika Bisnis dan Etika Kerja serta menandatangani

"Pernyataan Pakta Integritas Kepatuhan Terhadap Etika Perusahaan."

Internalisasi nilai-nilai dan etika Perusahaan dilakukan secara intensif melalui berbagai

saluran komunikasi, pelatihan dan terintegrasi dengan sistem penilaian pegawai. Sosialisasi

melalui saluran komunikasi internal perusahaan baik cetak maupun elektronik, tatap muka

dan diskusi ke semua Unit Kerja baik di kantor Pusat maupun di Kantor Cabang serta melalui

program pelatihan. Melalui proses sosialisasi, pada tahun 2011 ini jumlah pegawai yang telah

menandatangani lembar komitmen kepatuhan terhadap etika Perusahaan telah mencapai

2.980 pegawai dari berbagai profesi dan unit kerja. Jumlah tersebut berarti sudah mencapai

lebih dari separuh dari total pegawai Perusahaan. Perusahaan mengimplementasikan

whistleblowing system sebagai alat manajemen untuk membantu penegakkan etika

perusahaan. Melalui system ini diharapkan semua pemangku kepentingan mau melaporkan

dugaan pelanggan etika yang dilakukan oleh oknum Pegawai Garuda.

Etika bisnis dan etika kerja serta whistleblowing system disosialisasikan pula kepada Mitra

Usaha sehingga dapat membantu proses penegakkan etika di perusahaan serta bersama-sama

menciptakan lingkungan bisnis yang bersih dan bermartabat.

Page 3: ETBIS Pro kontra.docx

Whistle Blowing System adalah sistem pelaporan pelanggaran yang memungkinkan setiap

orang untuk melaporkan adanya dugaan kecurangan, pelanggaran hukum dan etika serta

misconduct lainnya yang dilakukan oleh Insan Garuda Indonesia. Perusahaan menjamin

kerahasian identitas serta memberikan perlindungan kepada pelapor. Tata nilai "FLY HI"

dan etika Perusahaan merupakan soft structure untuk membangun Budaya Perusahaan

sebagai pendekatan yang digunakan Garuda untuk mewujudkan tata kelola perusahaan yang

baik (Good Corporate Governance).

Kasus Perusahaan Kontra Etika dalam Berbisnis:

Lapindo Brantas Inc

Lapindo Brantas Inc. adalah salah satu perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS)

yang ditunjuk BPMIGAS untuk melakukan proses pengeboran minyak dan gas

bumi di Indonesia.

Permasalahan Utama :

Banjir lumpur panas Sidoarjo atau Lumpur Lapindo, merupakan peristiwa menyemburnya

lumpur panas di lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc di Dusun Balongnongo Desa

Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, sejak 29 Mei 2006.

Tragedi “Lumpur Lapindo” dimulai pada tanggal 27 Mei 2006. Peristiwa ini menjadi suatu

tragedy ketika banjir lumpur panas mulai menggenangi areal persawahan, pemukiman

penduduk dan kawasan industry. Hal ini memberikan akibat buruk bagi warga sekitar seperti:

1. Genangan lumpur setinggi 6 meter pada pemukiman

Page 4: ETBIS Pro kontra.docx

2. Total warga yang di evakuasi lebih dari 8.200 jiwa

3. Rumah/tempat tinggal yang rusak sebanyak 1.683 unit

4. Areal pertanian dan perkebunan rusak hingga lebih dari 200 ha

5. Lebih dari 15 pabrik yang tergenang menghentikan aktivitas produksi dan

merumahkan lebih dari 1.873 orang

6. Tidak berfungsinya sarana pendidikan

7. Kerusakan lingkungan wilayah yang tergenangi

8. Rusakknya sarana dan prasarana infrastruktur (jaringan listrik dan telepon)

9. Terhambatnya ruas jalan tol Malang-Surabaya yang berakibat pula terhadap

aktivitas produksi di kawasan Ngoro (Mojokerto) dan Pasuruan yang selama ini

merupakan salah satu kawasan industry utama di Jawa Timur

Pembahasan Teori :

Prinsip Etika yang ada :

1.       Hak dan Deontologi

William Blackstone mengajukan pikiran bahwa setiap manusia berhak atas lingkungan

berkualitas yang memungkinkan manusia untuk hidup lebih baik lagi. Lingkungan

berkualitas bukan hanya menjadi harapan namun harus direalisasikan karena menjadi hak tiap

manusia

2.       Teori Utilitarisme

Dalam perspektif Utilitarisme sudah menjadi jelas bahwa lingkungan hidup tidak lagi boleh

diperlakukan sebagai suatu eksternalitas ekonomis. Jika dampak atas lingkungan tidak

diperhitungkan dalam biaya manfaat, pendekatan ini menjadi tidak etis apalagi jika kerusakan

lingkungan di bebankan pada orang lain.

3.       Keadilan

Keadilan dipahami sebagai keadilan distributif, artinya keadilan yang mewajibkan kita

membagi dengan adil. Hal ini dapat dijelaskan dengan berbagai macam cara, diantaranya :

a.       Persamaan

b.      Prinsip penghematan adil

c.       Keadilan sosial

Page 5: ETBIS Pro kontra.docx

4.       Etika Kepedulian

Kepedulian terhadap sesama manusia ataupun lingkungan arus diterapkan dimana saja kita

tinggal. Etika kepedulian disini kurang di perhitungkan dan diterapkan guna kepentingan

bersama. Dalam kasus ini, menjadi tidak etis karena telah mencemari lingkungan dan tidak

bertanggung jawab secara sosial atas dampak yang telah dihasilkan

5.       Etika Kebajikan

Nilai kebajikan perlu di pahami demi kenyamanan satu sama lain. Menjadi tidak etis apabila

perusahaan tidak bisa memberikan nilai atau value yang positif untuk lingkungan sekitar.

Nilai atau value yang dimiliki hanya untuk kepentingan perusahaan dan kepentingan pihak

atas tanpa memperdulikan masyarakat sekitar terutama masyarakat miskin dan tertindas.

Analisis Dari Segi Etika Bisnis Mengenai Lumpur Lapindo :

Dari uraian kasus diatas diketahui bahwa kelalaian yang dilakukan PT. Lapindo Brantas

merupakan penyebab utama meluapnya lumpur panas di Sidoarjo, akan tetapi pihak Lapindo

malah berdalih dan enggan untuk bertanggung jawab. Jika dilihat dari sisi etika bisnis, apa

yang dilakukan oleh PT. Lapindo Brantas jelas telah melanggar etika dalam berbisinis.

Dimana PT. Lapindo Brantas telah melakukan eksploitasi yang berlebihan dan melakukan

kelalaian hingga menyebabkan terjadinya bencana besar yang mengakibatkan kerusakan

parah pada lingkungan dan sosial.

Eksploitasi besar-besaran yang dilakukan PT. Lapindo membuktikan bahwa PT. Lapindo rela

menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan. Dan keengganan PT. Lapindo

untuk bertanggung jawab membuktikan bahwa PT. Lapindo lebih memilih untuk melindungi

asset-aset mereka daripada melakukan penyelamat dan perbaikan atas kerusakan lingkungan

dan sosial yang mereka timbulkan.

Hal yang dilakukan oleh PT. Lapindo telah melanggar prinsip-prinsip etika yang ada. Prinsip

mengenai hak dan deontology yang menekankan bahwa tiap manusia berhak atas lingkungan

berkualitas, akan tetapi dengan adanya perisyiwa lumpur panas tersebut, warga justru

mengalami dampak kualitas lingkungan yang buruk. Sedangkan perspektif utilitarisme

menegaskan bahwa lingkungan hidup tidak lagi boleh diperlakukan sebagai suatu

Page 6: ETBIS Pro kontra.docx

eksternalitas ekonomis. Jika dampak atas lingkungan tidak diperhitungkan dalam biaya

manfaat, pendekatan ini menjadi tidak etis apalagi jika kerusakan lingkungan dibebankan

pada orang lain. Akan tetapi, dalam kasus ini PT. Lapindo justru mengeruk sumber daya alam

di Sidoarjo untuk kepentingan ekonomis semata, dan cenderung kurang melakukan

pemeliharaan terhadap alam, yang dibuktikan dengan pengehematan biaya operasional pada

pemasangan chasing, sehingga menimbulkan bencana yang besar.

Prinsip etika bisnis mengenai keadilan distributive juga dilanggar oleh PT. Lapindo, karena

perusahaan tidak bertindak adil dalam hal persamaan, prinsip penghematan adil dan keadilan

sosial. PT. Lapindo pun dinilai tidak memiliki kepedulian terhadap sesama manusia atau

lingkungan, karena menganngap peristiwa tersebut merupakan bencana alam yang kemudian

dijadikan alas an perusahaan untuk lepas tanggung jawab. Dengan segala tindakan yang

dilakukan oleh PT. Lapindo secara otomatis juga berarti telah melanggar etika kebajikan.

Hal ini membuktikan bahwa etika berbisnis yang dipegang oleh suatu perusahaan akan sangat

mempengaruhi kelangsungan suatu perusahaan. Dan segala macam bentuk pengabdian etika

dalam berbisnis akan mengancam kemanan dan kelangsungan perusahaan itu sendiri.

Page 7: ETBIS Pro kontra.docx

Refernsi

https://id.wikipedia.org/wiki/Garuda_Indonesia

https://www.garuda-indonesia.com/id/id/index.page

http://inessworld.blogspot.co.id/2013/12/analisis-kasus-penyimpangan-etika.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Lapindo_Brantas_Inc.

http://lapindo-brantas.co.id/id/about/profile/

https://jarangjarang.wordpress.com/2013/09/01/sudut-pandang-etika-dalam-studi-kasus-

lumpur-lapindo-brantas/