etbis Kel 8
-
Upload
andrisumihar -
Category
Documents
-
view
64 -
download
1
Transcript of etbis Kel 8
BAB 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya kompetisi dan globalisasi, setiap profesi dituntut untuk
bekerja secara professional. Kemampuan dan keahlian khusus yang dimiliki oleh suatu
profesi adalah suatu keharusan agar profesi tersebut mampu bersaing di dunia usaha
sekarang ini. Selain keahlian dan kemampuan khusus yang dimiliki oleh suatu profesi, dalam
menjalankan suatu profesi juga dikenal adanya etika profesi.
Dengan adanya etika profesi maka tiap profesi memiliki aturan-aturan khusus yang
harus ditaati oleh pihak yang menjalankan profesi tersebut. Etika Profesi diperlukan agar
apa yang dilakukan oleh suatu profesi tidak melanggar batas-batas tertentu yang dapat
merugikan suatu pribadi atas masyarakat luas. Etika tersebut akan memberi batasan-
batasan mengenai apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari oleh suatu
profesi.
Etika profesi menjadi tolak ukur kepercayaan masyarakat terhadap suatu profesi.
Apabila etika suatu profesi dilanggar maka harus ada sangsi yang tegas terhadap
pelanggaran yang dilakukan oleh profesi tersebut. Jika tidak maka akan mengakibatkan
kepercayaan masyarakat terhadap profesi tersebut akan berkurang. Sedangkan apabila
suatu profesi dijalankan berdasarkan etika profesi yang ada maka hasilnya tidak akan
merugikan kepentingan umum dan akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
profesi tersebut.
Profesi akuntan sekarang ini dituntut untuk mampu bertindak secara professional
dan sesuai dengan etika. Hal tersebut karena profesi akuntan mempunyai tanggung jawab
terhadap apa yang diperbuat baik terhadap pekerjaannya, organisasinya, masyarakat dan
dirinya sendiri. Dengan bertindak sesuai dengan etika maka kepercayaan masyarakat
terhadap profesi akuntan akan meningkat.Terlebih saat ini profesi akuntan diperlukan oleh
perusahaan, khususnya perusahaan yang akan masuk pasar modal. Hal ini disebabkan setiap
perusahaan yang hendak ikut serta dalam bursa efek wajib diaudit oleh akuntan publik.
1 |
Namun kenyataanya dalam praktek sehari-hari masih banyak terjadi pelanggaran
terhadap Kode Etik tersebut. Berbagai pelanggaran terjadi baik di Amerika maupun di
Indonesia. Di Indonesia sendiri pelanggaran Kode Etik sering dilakukan oleh akuntan publik,
akuntan intern, maupun akuntan pemerintah.
Runtuhnya perusahaan raksasa Enron Corporation yang merupakan salah satu
perusahaan terkemuka di Amerika Serikat telah melibatkan KAP Arthur Andersen sebagai
akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan perusahaan tersebut. Perusahaan
tersebut telah diduga melebihkan neraca dan laporan keuangan. Skandal Enron
memunculkan banyak pertanyaan seputar peranan Arthur Andersen. Sebab auditor bertaraf
internasional ini telah memainkan dua posisi strategis diperusahaan tersebut, sebagai
auditor dan konsultan bisnis Enron. Hal inilah yang kemudian menjadi perdebatan di
kalangan auditor (jasa akuntan publik) mengenai industri akuntansi dan potensi benturan
kepentingan yang dihadapi perusahaan tersebut dalam peranannya di masyarakat.
Etika akuntan menjadi isu yang sangat menarik. Di Indonesia issue ini berkembang
seiring dengan terjadinya beberapa pelanggaran etika yang terjadi baik yang dilakukan oleh
akuntan publik, akuntan intern, maupun akuntan pemerintah.
Pelanggaran-pelanggaran ini seharusnya tidak terjadi apabila setiap akuntan
mempunyai pengetahuan, pemahaman, dan menerapkan etika secara memadai dalam
pelaksanaan pekerjaan profesionalnya. Pekerjaan seseorang profesional harus dikerjakan
dengan sikap profesional pula, dengan sepenuhnya melandaskan pada standar moral dan
etika tertentu. Kemampuan seorang profesional untuk dapat mengerti dan peka terhadap
persoalan etika juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana dia berada. Oleh sebab itu
etika profesi akuntan ini dilakukan karena profesi akuntan aktivitasnya tidak terlepas dari
aktivitas bisnis yang menuntut mereka untuk bekerja secara profesional sehingga harus
memahami dan menerapkan etika profesinya dalam bisnis.
2 |
BAB 2
Kajian Teori
2.1 Pengertian Etika
Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata 'etika' yaitu ethos
sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat
tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap,
cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan.
Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang
oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul
kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang
adat kebiasaan (K.Bertens, 2000).
Biasanya bila kita mengalami kesulitan untuk memahami arti sebuah kata maka kita
akan mencari arti kata tersebut dalam kamus. Tetapi ternyata tidak semua kamus
mencantumkan arti dari sebuah kata secara lengkap. Hal tersebut dapat kita lihat dari
perbandingan yang dilakukan oleh K. Bertens terhadap arti kata 'etika' yang terdapat
dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama dengan Kamus Bahasa Indonesia yang baru.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama (Poerwadarminta, sejak 1953 - mengutip dari
Bertens,2000), etika mempunyai arti sebagai : "ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak
(moral)". Sedangkan kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 - mengutip dari Bertens 2000), mempunyai
arti :
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajib moral
(akhlak)
2. kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak
3. nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Dari perbadingan kedua kamus tersebut terlihat bahwa dalam Kamus Bahasa
Indonesia yang lama hanya terdapat satu arti saja yaitu etika sebagai ilmu. Sedangkan
Kamus Bahasa Indonesia yang baru memuat beberapa arti. Kalau kita misalnya sedang
3 |
membaca sebuah kalimat di berita surat kabar "Dalam dunia bisnis etika merosot terus"
maka kata ‘etika’ di sini bila dikaitkan dengan arti yang terdapat dalam Kamus Bahasa
Indonesia yang lama tersebut tidak cocok karena maksud dari kata ‘etika’ dalam kalimat
tersebut bukan etika sebagai ilmu melainkan ‘nilai mengenai benar dan salah yang dianut
suatu golongan atau masyarakat’. Jadi arti kata ‘etika’ dalam Kamus Bahasa Indonesia yang
lama tidak lengkap.
K. Bertens berpendapat bahwa arti kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
tersebut dapat lebih dipertajam dan susunan atau urutannya lebih baik dibalik, karena arti
kata ke-3 lebih mendasar daripada arti kata ke-1. Sehingga arti dan susunannya menjadi
seperti berikut :
1. Nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Misalnya, jika orang berbicara tentang etika orang Jawa, etika agama Budha, etika Protestan
dan sebagainya, maka yang dimaksudkan etika di sini bukan etika sebagai ilmu melainkan
etika sebagai sistem nilai. Sistem nilai ini bisa berfungsi dalam hidup manusia perorangan
maupun pada taraf sosial.
2. Kumpulan asas atau nilai moral.
Yang dimaksud di sini adalah kode etik. Contoh : Kode Etik Jurnalistik
3. Ilmu tentang yang baik atau buruk.
Etika baru menjadi ilmu bila kemungkinan-kemungkinan etis (asas-asas dan nilai-nilai
tentang yang dianggap baik dan buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu masyarakat
dan sering kali tanpa disadari menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan
metodis. Etika di sini sama artinya dengan filsafat moral.
2.2 Pengertian Profesi
Profesi adalah suatu pekerjaan yang melaksanakan tugasnya memerlukan atau
menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang
tinggi. Keahlian yang diperoleh dari lembaga pendidikan khusus diperuntukkan untuk itu
dengan kurikulum yang dapat dipertanggung jawabkan. Seseorang yang menekuni suatu
profesi tertentu disebut professional, sedangkan professional sendiri mempunyai makna
4 |
yang mengacu kepada sebutan orang yang menyandang suatu profesi dan sebutan tentang
penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengn profesinya.
2.3 Pengertian Etika Profesi
Etika profesi menurut keiser dalam ( Suhrawardi Lubis, 1994:6-7 ) adalah sikap hidup
berupa keadilan untuk memberikan pelayanan professional terhadap masyarakat dengan
penuh ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa
kewajiban terhadap masyarakat.
Kode etik profesi adalah system norma, nilai dan aturan professional tertulis yang
secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik
bagi professional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan
apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik yaitu agar
professional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Dengan
adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak professional.
2.4 Pengertian Kode Etik
kode etik profesi merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu
kelompok masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial, namun
bila ada kode etik yang memiliki sanksi yang agak berat, maka masuk dalam kategori norma
hukum.
Kode Etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis
dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau
tata cara sebagai pedoman berperilaku. Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa
sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi
perbuatan yang tidak profesional.
2.4.1 Fungsi Kode Etik Profesi
Kode etik profesi itu merupakan sarana untuk membantu para pelaksana sebagai
seseorang yang professional supaya tidak dapat merusak etika profesi. Ada tiga hal pokok
yang merupakan fungsi dari kode etik profesi:
5 |
a) Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang
prinsip profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik
profesi, pelaksana profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh
dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
b) Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas
profesi yang bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat
memberikan suatu pengetahuan kepada masyarakat agar juga dapat
memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan
pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja (kalangan sosial).
c) Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi
tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat
dijelaskan bahwa para pelaksana profesi pada suatu instansi atau perusahaan
yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi di lain instansi atau
perusahaan.
2.5 Kode Etik Profesi Akuntan Publik
Setiap bidang profesi tentunya harus memiliki aturan-aturan khusus atau lebih
dikenal dengan istilah “Kode Etik Profesi”. Dalam bidang akuntansi sendiri, salah satu profesi
yang ada yaitu Akuntan Publik. Profesi akuntan publik menghasilkan berbagai jasa bagi
masyarakat,yaitu jasa assurance, jasa atestasi, dan jasa nonassurance.
Jasa assurance adalah jasa profesional independen yang meningkatkan mutu
informasi bagi pengambil keputusan.
Jasa atestasi terdiri dari audit, pemeriksaan (examination), review, dan
prosedur yang disepakati (agreed upon procedure).
Jasa atestasi adalah suatu pernyataan pendapat, pertimbangan orang yang
independen dan kompeten tentang apakah asersi suatu entitas sesuai dalam
semua hal yang material, dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Jasa nonassurance adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang di
dalamnya ia tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan
temuan, atau bentuk lain keyakinan. Contoh jasa nonassurance yang
6 |
dihasilkan oleh profesi akuntan publik adalah jasa kompilasi, jasa perpajakan,
jasa konsultasi.
Sebenarnya selama ini belum ada aturan baku yang membahas mengenai kode etik
untuk profesi Akuntan Publik. Namun demikian, baru-baru ini salah satu badan yang
memiliki fungsi untuk menyusun dan mengembangkan standar profesi dan kode etik profesi
akuntan publik yang berkualitas dengan mengacu pada standar internasional yaitu Institut
Akuntan Publik Indonesia (IAPI) telah mengembangkan dan menetapkan suatu standar
profesi dan kode etik profesi yang berkualitas yang berlaku bagi profesi akuntan publik di
Indonesia.
Kode Etik Profesi Akuntan Publik (sebelumnya disebut Aturan Etika Kompartemen
Akuntan Publik) adalah aturan etika yang harus diterapkan oleh anggota Institut Akuntan
Publik Indonesia atau IAPI (sebelumnya Ikatan Akuntan Indonesia - Kompartemen Akuntan
Publik atau IAI-KAP) dan staf profesional (baik yang anggota IAPI maupun yang bukan
anggota IAPI) yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP).
Kode Etik Profesi Akuntan Publik (Kode Etik) ini terdiri dari dua bagian, yaitu Bagian A
dan Bagian B. Bagian A dari Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar etika profesi dan
memberikan kerangka konseptual untuk penerapan prinsip tersebut. Bagian B dari Kode Etik
ini memberikan ilustrasi mengenai penerapan kerangka konseptual tersebut pada situasi
tertentu.
Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus
diterapkan oleh setiap individu dalam kantor akuntan publik (KAP) atau Jaringan KAP, baik
yang merupakan anggota IAPI maupun yang bukan merupakan anggota IAPI, yang
memberikan jasa profesional yang meliputi jasa assurance dan jasa selain assurance seperti
yang tercantum dalam standar profesi dan kode etik profesi. Untuk tujuan Kode Etik ini,
individu tersebut di atas selanjutnya disebut ”Praktisi”. Anggota IAPI yang tidak berada
dalam KAP atau Jaringan KAP dan tidak memberikan jasa profesional seperti tersebut di atas
tetap harus mematuhi dan menerapkan Bagian A dari Kode Etik ini. Suatu KAP atau Jaringan
KAP tidak boleh menetapkan kode etik profesi dengan ketentuan yang lebih ringan daripada
ketentuan yang diatur dalam Kode Etik ini.
Setiap Praktisi wajib mematuhi dan menerapkan seluruh prinsip dasar dan aturan
etika profesi yang diatur dalam Kode Etik ini, kecuali bila prinsip dasar dan aturan etika
profesi yang diatur oleh perundang-undangan, ketentuan hukum, atau peraturan lainnya
7 |
yang berlaku ternyata berbeda dari Kode Etik ini. Dalam kondisi tersebut, seluruh prinsip
dasar dan aturan etika profesi yang diatur dalam perundang-undangan, ketentuan hukum,
atau peraturan lainnya yang berlaku tersebut wajib dipatuhi, selain tetap mematuhi prinsip
dasar dan aturan etika profesi lainnya yang diatur dalam Kode Etik ini.
Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan
laporan keuangan perusahaan-perusahaan, sehingga masyarakat keuangan memperoleh
informasi keuangan yang handal sebagai dasar untuk memutuskan alokasi sumber-sumber
ekonomi.
Sehubungan dengan perkembangan yang terjadi dalam tatanan global dan tuntutan
transparansi dan akuntabilitas yang lebih besar atas penyajian Laporan Keuangan, IAPI
merasa adanya suatu kebutuhan untuk melakukan percepatan atas proses pengembangan
dan pemutakhiran standar profesi yang ada melalui penyerapan Standar Profesi
International. Sebagai langkah awal IAPI telah menetapkan dan menerbitkan Kode Etik
Profesi Akuntan Publik, yang berlaku efektif tanggal 1 Januari 2010. Untuk Standar
Profesional Akuntan Publik, Dewan Standar Profesi sedang dalam proses “adoption”
terhadap International Standar on Auditing yang direncanakan akan selesai di tahun 2010,
berlaku efektif2011.
Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang baru saja diterbitkan oleh IAPI menyebutkan 5
prinsip-prinsip dasar etika profesi, yaitu:
1. Prinsip Integritas
2. Prinsip Objektivitas
3. Prinsip Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian Profesional
4. Prinsip Kerahasiaan
5. Prinsip Perilaku Profesional
Selain itu, Kode Etik Profesi Akuntan Publik juga merinci aturan mengenai hal-hal berikut ini:
1. Seksi 200 Ancaman dan Pencegahan
2. Seksi 210 Penunjukan Praktisi, KAP, atau Jaringan KAP
3. Seksi 220 Benturan Kepentingan
4. Seksi 230 Pendapat Kedua
5. Seksi 240 Imbalan Jasa Profesional dan Bentuk Remunerasi Lainnya
6. Seksi 250 Pemasaran Jasa Profesional
8 |
7. Seksi 260 Penerimaan Hadiah atau Bentuk Keramah-Tamahan Lainnya
8. Seksi 270 Penyimpanaan Aset Milik Klien
9. Seksi 280 Objektivitas – Semua Jasa Profesional
10. Seksi 290 Independensi dalam Perikatan Assurance
Kewajiban Bagi Seorang Akuntan Publik (AP) Dan (KAP) Terdapat 5 (Lima) Kewajiban
Akuntan Publik Dan KAP Yaitu:
1. Bebas dari kecurangan (fraud), ketidakjujuran dan kelalaian serta menggunakan
kemahiran jabatannya (due professional care) dalam menjalankan tugas
profesinya.
2. Menjaga kerahasiaan informasi / data yang diperoleh dan tidak dibenarkan
memberikan informasi rahasia tersebut kepada yang tidak berhak. Pembocoran
rahasia data / informasi klien kepada pihak ketiga secara sepihak merupakan
tindakan tercela.
3. Menjalankan PSPM04-2008 tentang Pernyataan Beragam (Omnibus Statement)
Standar Pengendalian Mutu (SPM) 2008 yang telah ditetapkan oleh Dewan
Standar Profesional Akuntan Publik (DSPAP) Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI), terutama SPM Seksi 100 tentang Sistem Pengendalian Mutu Kantor
Akuntan Publik (SPM-KAP).
4. Mempunyai staf / tenaga auditor yang profesional dan memiliki pengalaman
yang cukup. Para auditor tersebut harus mengikuti Pendidikan Profesi
berkelanjutan (Continuing Profesion education) sebagai upaya untuk selalu
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang audit dan proses
bisnis (business process). Dalam rangka peningkatan kapabilitas auditor,
organisasi profesi mensyaratkan pencapaian poin (SKP) tertentu dalam kurun /
periode waktu tertentu. Hal ini menjadi penting, karena auditor harus senantiasa
mengikuti perkembangan bisnis dan profesi audit secara terus menerus.
5. Memiliki Kertas Kerja Audit (KKA) dan mendokumentasikannya dengan baik. KKA
tersebut merupakan perwujudan dari langkah-langkah audit yang telah dilakukan
oleh auditor dan sekaligus berfungsi sebagai pendukung (supporting) dari
temuan-temuan audit (audit evidence) dan opini laporan audit (audit report).
KKA sewaktu-waktu juga diperlukan dalam pembuktian suatu kasus di sidang
9 |
pengadilan.
Larangan Bagi Seorang Akuntan Publik ( AP ) Dan ( KAP ) Akuntan Publik
Dilarang Melakukan 3 (Tiga) Hal :
1. Dilarang memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan (general
audit) untuk klien yang sama berturut-turut untuk kurun waktu lebih dari 3
tahun. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kolusi antara Akuntan
Publik dengan klien yang merugikan pihak lain.
2. apabila Akuntan Publik tidak dapat bertindak independen terhadap pemberi
penugasan (klien), maka dilarang untuk memberikan jasa.
3. Akuntan Publik juga dilarang merangkap jabatan yang tidak diperbolehkan
oleh ketentuan perundang-undangan / organisasi profesi seperti sebagai
pejabat negara, pimpinan atau pegawai pada instansi pemerintah, Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau
swasta, atau badan hukum lainnya, kecuali yang diperbolehkan seperti
jabatan sebagai dosen perguruan tinggi yang tidak menduduki jabatan
struktural dan atau komisaris atau komite yang bertanggung jawab kepada
komisaris atau pimpinan usaha konsultansi manajemen. Sedangkan, KAP
harus menjauhi.
Ada 4 larangan yaitu,
1. Memberikan jasa kepada suatu pihak, apabila KAP tidak dapat bertindak
independen.
2. Memberikan jasa audit umum (general audit) atas laporan keuangan untuk klien
yang sama berturut-turut untuk kurun waktu lebih dari 5 (lima) tahu
3. Memberikan jasa yang tidak berkaitan dengan akuntansi, keuangan dan
manajemen.
4. Mempekerjakan atau menggunakan jasa Pihak Terasosiasi yang menolak atau
tidak bersedia memberikan keterangan yang diperlukan dalam rangka
pemeriksaan terhadap Akuntan Publik dan KAP.
10 |
BAB 3
KASUS
3.1 Contoh Kasus
SUMBER 1
Kasus “kesalahan pencatatan” laporan keuangan PT Kimia Farma Tbk. tahun 2001, dapat
dikategorikan sebagai tindak pidana. Soalnya, ini merupakan rekayasa keuangan dan
menimbulkan menyesatkan publik. Untuk itu, kasus ini akan ditindaklajuti secara serius
dengan pemeriksaan direksi dan kantor akuntan publik yang terlibat. Demikian pernyataan
Robinson Simbolon, Kepala Biro Hukum Bapepam, kepada para wartawan disela seminar
Pasar Modal di Jakarta Senin (4/11)
Seperti diketahui, Kimia Farma diduga kuat melakukan mark up laba bersih dalam laporan
keuangan tahun 2001. Dalam laporan tersebut, Kimia Farma menyebut berhasil meraup
laba sebesar Rp 132 miliar. Belakangan, belang Kimia Farma terkuak lebar. Perusahaan
farmasi tersebut pada tahun 2001 sebenarnya hanya menjala untung sebesar Rp 99 miliar.
Kantor Akuntan Publik Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM), diduga terlibat dalam aksi
penggelembungan tersebut. Memang, belakangan Kimia Farma dan HTM mengoreksi
laporan keuangan tersebut. Mereka beralasan telah terjadi “kesalahan pencatatan”. Sebuah
alasan yang melanggar akal sehat masyarakat. Saat ini, Bapepam masih mencari bukti
lanjutan kasus tersebut
Sayangnya, Bapepam seperti lembaga yang tak bergigi. Kasus pelanggaran di pasar modal
Indonesia masih tak jelas sanksi hukumnya. Tengok saja kasus insider trading Indosat yang
merugikan negara Rp 400 miliar. "Bapepam bukan lembaga penuntut yang bisa menyeret
orang ke pengadilan," kata Robinson. .
11 |
Sumber 2
Terkait dengan kasus penggelembungan dana yang diduga telah dilakukan oleh KAP
ini dan juga keterlibatannya dengan beberapa perusahaan, sebut saja PT. Kimia Farma yang
juga melibatkan Ludovicus Sensi W rekan KAP Hans Tuanakota Mustofa (HTM) selaku
auditor PT.Kimia Farma.
Seperti diberitakan sebelumnya, KAEF terpaksa melakukan audit ulang laporan
keuangan 2001 setelah akuntan publik perseroan, Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM),
menemukan sejumlah kesalahan pencatatan yang berdampak pada naiknya jumlah laba
bersih. Setelah dilakukan audit ulang, ditemukan kesalahan pencatatan bernilai total Rp
32,558 miliar dengan porsi terbesar di pos pajak.
Menurut auditor dari HTM, Ludovicus Sensi W, restated tersebut dilakukan karena
adanya fundamental error dalam laporan keuangan 2001 Kimia Farma. Dia mengakui
kesalahan pencatatan ditemukan sejak Mei 2001 pada saat pihaknya melakukan audit
sehubungan dengan rencana go public Kimia Farma pada Juli 2001.
Penemuan itu, lanjut Ludovicus, kemudian diinformasikan kepada manajemen
perseroan dan pihak terkait, yakni Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
“Kami informasikan bahwa ada salah saji secara material dalam laporan keuangan tersebut.
Untung saja manajemen Kimia Farma tidak menolak dilakukan restated, sehingga kami tidak
jadi menarik opini kami,” kata Ludovicus.
Dalam restated laporan keuangan 2001, penjualan bersih turun dari Rp 1,422 triliun
menjadi Rp 1,409 triliun dan beban pokok penjualan naik dari Rp 909,290 miliar menjadi Rp
950,875 miliar. Sementara beban usaha turun dari Rp 339,589 miliar menjadi Rp 331,351
miliar dan laba usaha turun dari Rp 173,882 miliar menjadi Rp 127,340 miliar.
Selain itu, laba sebelum pajak turun dari Rp 185,154 miliar menjadi Rp 138,612
miliar. Dengan koreksi beban pajak dari Rp 52,891 miliar menjadi Rp 39,017 miliar, laba
bersih menjadi hanya Rp 99,594 miliar dari sebelumnya Rp 132,263 miliar.
Seperti diketahui, perusahaan farmasi terbesar di Indonesia itu telah mencatatkan
laba bersih 2001 sebesar Rp 132,3 miliar. Namun kemudian Badan Pengawas Pasar Modal
(Bapepam) menilai, pencatatan tersebut mengandung unsur rekayasa dan telah terjadi
12 |
penggelembungan. Terbukti setelah dilakukan audit ulang, laba bersih 2001 seharusnya
hanya sekitar Rp 100 miliar. Sehingga diperlukan lagi audit ulang laporan keuangan per 31
Desember 2001 dan laporan keuangan per 30 Juni 2002 yang nantinya akan dipublikasikan
kepada publik. Berikut hasil dari pengamatan Bapepam mengenai kasus tersebut:
1. Kasus ini bermula dari ditemukannya hal-hal sebagai berikut:
a. Dalam rangka retrukturisasi PT Kimia Farma Tbk. (PT KAEF), Sdr. Ludovicus
Sensi W selaku partner dari KAP HTM yang diberikan tugas untuk mengaudit
laporan keuangan PT KAEF untuk masa 5 bulan yang berakhir pada 31 Mei
2002, menemukan dan melaporkan adanya kesalahan dalam penilaian
persediaan barang jadi dan kesalahan pencatatan penjualan untuk tahun
yang berakhir per 31 Desember 2001.
b. Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan di harian Kontan yang menyatakan
bahwa Kementerian BUMN memutuskan penghentian proses divestasi
saham milik Pemerintah di PT KAEF setelah melihat adanya indikasi
penggelembungan keuntungan (overstated) dalam laporan keuangan pada
semester I tahun 2002.
2. Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam, diperoleh bukti sebagai berikut :
a. Terdapat kesalahan penyajian dalam laporan keuangan PT KAEF, adapun
dampak kesalahan tersebut mengakibatkan overstated laba pada laba bersih
untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001 sebesar Rp 32,7 miliar yang
merupakan 2,3% dari penjualan dan 24,7% dari laba bersih PT Kimia Farma
Tbk.
b. Kesalahan tersebut terdapat pada unit-unit sebagai berikut:
Unit Industri Bahan Baku
Kesalahan berupa overstated pada penjualan sebesar Rp 2,7 miliar.
Unit Logistik Sentral
Kesalahan berupa overstated pada persediaan barang sebesar Rp 23,9
miliar Unit Pedagang Besar Farmasi (PBF)
Kesalahan berupa overstated pada persediaan barang sebesar Rp 8,1
miliar.
Kesalahan berupa overstated pada penjualan sebesar Rp 10,7 miliar.
13 |
c. Bahwa kesalahan penyajian tersebut, dilakukan oleh Direksi periode 1998–
Juni 2002 dengan cara:
Membuat 2 (dua) daftar harga persedian (master prices) yang
berbeda masing-masing diterbitkan pada tanggal 1 Februari 2002 dan
3 Februari 2002, dimana keduanya merupakan master prices yang
telah diotorisasi oleh pihak yang berwenang yaitu Direktur Produksi
PT KAEF. Master prices per 3 Februari 2002 merupakan masterprices
yang telah disesuaikan nilainya (penggelembungan) dan dijadikan
dasar sebagai penentuan nilai persediaan pada unit distribusi PT KAEF
per 31 Desember 2001.
o Melakukan pencatatan ganda atas penjualan pada unit PBF dan unit Bahan
Baku. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak
disampling oleh Akuntan.
d. Berdasarkan uraian tersebut di atas, tindakan yang dilakukan oleh PT KAEF
terbukti melanggar:
o Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan
Keuangan.
e. Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan, terbukti bahwa Akuntan
yang melakukan audit Laporan Keuangan per 31 Desember 2001 PT KAEF:
o Telah melakukan prosedur audit termasuk prosedur audit sampling yang
telah diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik, dan tidak
diketemukan adanya unsur kesengajaan membantu manajemen PT KAEF
dalam penggelembungan keuntungan tersebut. Namun demikian proses
audit tersebut tidak berhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba yang
dilakukan oleh PT KAEF.
3. Sehubungan dengan temuan tersebut, maka sesuai dengan Pasal 102 Undang-
undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal jo Pasal 61 Peraturan Pemerintah
Nomor 45 tahun 1995 jo Pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995
tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal maka PT Kimia Farma
(Persero) Tbk. Dikenakan sanksi administratif berupa denda yaitu sebesar Rp.
500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)
14 |
4. Sesuai Pasal 5 huruf n Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal
maka:
o Direksi Lama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. periode 1998 – Juni 2002
diwajibkan membayar sejumlah Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) untuk
disetor ke Kas Negara, karena melakukan kegiatan praktek penggelembungan
atas laporan keuangan per 31 Desember 2001;
o Sdr. Ludovicus Sensi W, Rekan KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa selaku
auditor PT Kimia Farma (Persero) Tbk. diwajibkan membayar sejumlah Rp.
100.000.000,- (seratus juta rupiah) untuk disetor ke Kas Negara, karena atas
resiko audit yang tidak berhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba
yang dilakukan oleh PT Kimia Farma (Persero) Tbk. tersebut, meskipun telah
melakukan prosedur audit sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP), dan tidak diketemukan adanya unsur kesengajaan.
15 |
BAB 4
Analisis1. Jenis pelanggaran?
Pelanggaran yang telah dilakukan oleh KAP Hans Tuanakotta and Mustofa (Deloitte
Touche Tohmatsu's affiliate) adalah melanggar prinsip dasar etika profesi akuntan,
terutama kompetensi. Hal ini lebih jelas nya terdapat pada Seksi 130 tentang prinsip
kompetensi.
kompetensi : karena dalam kasus ini KAP tidak berhasil mendeteksi adanya
penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT Kimia Farma (Persero) Tbk. tersebut,
meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai dengan Standar Profesional Akuntan
Publik, seharus KAP mempunyai sikap kecermatan dan kehati-hatian dalam menjalankan
tugas dan memiliki segala ilmu pengetahuan dalam bidang nya sebagai Akuntan Publik.
2. Siapa yang melakukan pelanggaran?
Pada kasus ini pihak-pihak yang melakukan pelanggaran adalah manajemen PT.
Kimia Farma karena melakukan kegiatan praktek penggelembungan atas laporan keuangan
per 31 Desember 2001. Dan Akuntan Publik juga turut bersalah , karena atas resiko audit
yang tidak berhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT Kimia
Farma (Persero) Tbk. tersebut, meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai dengan
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), dan tidak diketemukan adanya unsur
kesengajaan.
3. Apa akibatnya?
Risiko ini berdampak pada reputasi KAP dimata pemerintah maupun publik, dan
pada akhirnya KAP harus menghadapi konsekuensi risiko seperti hilangnya kepercayaan
publik dan pemerintah akan kemampuan KAP tersebut, penurunan pendapatan jasa audit,
hingga yang terburuk adalah kemungkinan ditutupnya Kantor Akuntan Publik tersebut.
16 |
4. Melanggar UU pasal berapa?
Melanggar UU nomor 5 tahun 2011 tentang akuntan publik (Pasal 55 dan Pasal 56) , dan
Sesuai Pasal 5 huruf n Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal maka:
o Direksi Lama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. periode 1998 – Juni 2002
diwajibkan membayar sejumlah Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) untuk
disetor ke Kas Negara, karena melakukan kegiatan praktek penggelembungan
atas laporan keuangan per 31 Desember 2001;
o Sdr. Ludovicus Sensi W, Rekan KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa selaku
auditor PT Kimia Farma (Persero) Tbk. diwajibkan membayar sejumlah Rp.
100.000.000,- (seratus juta rupiah) untuk disetor ke Kas Negara, karena atas
resiko audit yang tidak berhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba
yang dilakukan oleh PT Kimia Farma (Persero) Tbk. tersebut, meskipun telah
melakukan prosedur audit sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP), dan tidak diketemukan adanya unsur kesengajaan.
17 |
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
Menurut kami, setiap auditor yang melakukan jasa audit terhadap klien nya di tuntut
untuk melaksanakan kegiatan nya sesuai prosedur yang telah ditetapkan sebelum nya sesuai
dengan SPAP. Memiliki kompetensi , serta kecermatan dan kehati-hatian professional
merupakan salah satu kewajiban etis yang harus dimiliki oleh profesi akuntan. Hal tersebut
untuk mendukung kualitas audit yang di hasilkan auditor agar tidak terjadi lolos nya salah
saji yang material yang kemudian akan menyesatkan para pemakai laporan keuangan
auditan ataupu akan menciptakan dampak ketidakpercayaan public terhadap jasa audit
yang kompeten.
18 |
DAFTAR PUSTAKA
Arens, Alvin A. Randal J.Elder, Mark S.Beasley, 2008. Auditing dan Jasa Assurance. Edisi 12.
Bartens, K. 2007. Etika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
IAPI, 2008. Kode Etik profesi Akuntan Publik. Jakarta ; Salemba empat
Purba, Marisi, 2011. Profesi Akuntan Publik di Indonesia. Yogyakarta ; Graha Ilmu
http://www.bapepam.go.id
http://www.bloggerborneo.com/kode-etik-profesi-akuntan-publik
http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JPEB/article/download/379/373
http://www.tempo.co/read/news/2002/09/19/05631324/Hasil-Audit-Kimia-Farma-akan-
Selesai-Akhir-September
http://www.tempo.co/read/news/2002/11/04/05633339/Bapepam-Kasus-Kimia-Farma-
Merupakan-Tindak-Pidana
http://www.bumn.go.id/2289/publikasi/berita/manajen/lama/kimia/farma/dipastikan/
terlibat/kasus/
19 |