Environmental Regulation 2010

106
PERATURAN LINGKUNGAN HIDUP YANG TERKAIT DENGAN KEGIATAN MIGAS

description

Regulation for environment at Indonesia

Transcript of Environmental Regulation 2010

  • PERATURAN LINGKUNGAN HIDUPYANG TERKAIT DENGAN KEGIATAN MIGAS

  • HIRARKI PERATURAN DI INDONESIAUUD 1945Ketetapan MPR (TAP MPR)Undang-UndangPeraturan Khusus Pengganti Undang-undangPeraturan PemerintahKeputusan PresidenPeraturan Daerah - ProvinsiKotamadya/Kabupaten

  • KEGIATANPembuangan ke Air/Laut:PP 82/2001PP 19/1999Kepmen/Perda atau aturan yang terkait dengan BM efluen Ijin Pembuangan BM Air Laut/SungaiEmisi ke Udara:PP 41/1999Kepmen/Perda yang terkait dengan : BM Emisi, BM Kebisingan BM GetaranMenggunakan bahan kimia/B3:PP 74/2001Kepmen/Perda atau aturan terkait dengan Pengankutan B3, Penyimpanan B3 Impor B3Menghasilkan Limbah B3:PP 18 Jo PP 85/1999Kepmen/Perda atau aturan terkait dengan Transport LB3, Penyimpanan LB3 Pengolahan LB3 Pemusnahan LB3

  • KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI DAN PERSYARATAN LINGKUNGANPasca Produksi

  • KEGIATAN MIGAS DAN PERATURAN TERKAITDrillingAspek Lingkungan:

    Pemakaian Bahan Kimia

    Pembuangan Lumpur Bor

    Emisi Gas buang Mesin2

    Limbah Cair Domestik

    Limbah Padat Domestik

    Limbah B3

    PP 19/1999Permen ESDM 45/2006PP 41/1999Kep 129/2003Kep 13/2009PP74/2001:Permen LH 03/2008ExplorationUKL/UPLDevelopment AMDALPermen 04/2007Kepmen 112/2003Pergub 122/2006MARPOL 73/74PP 19/1999PP 18 jo PP 85/1999KepDal No 01-05/1995

  • KEGIATAN MIGAS DAN PERATURAN TERKAITEKSPLOITASI DAN PRODUKSI

    Pemakaian Bahan Kimia

    Air Terproduksi

    Emisi Gas buang Mesin2

    Limbah Cair Domestik

    Limbah Padat Domestik

    Limbah B3

    KebisinganPP 41/1999Kep 129/2003Kep 13/1995PP74/2001:Permen LH 03/2008Wajib AMDAL bila:Produksi > 15.000 BOPD90 MMSCFDPasang Pipa > 100 KMTekanan Pipa > 16 barPermen 04/2007Kepmen 112/2003Pergub 122/2006Marpol 73/74PP 19/1999PP 18 jo PP 85/1999KepDal No 01-05/1995Kepmen 48/1996Permen 04/2007

  • PP 27/1999Apa yang dimaksud dengan AMDAL?Analisis yang dilakukan untuk memperkirakan dampak yang akan terjadi apabila suatu kegiatan dilakukanSiapa yang melakukan AMDAL? Apa bedanya dengan ANDAL?Terdiri dari apa saja AMDAL?Apakah RKL/RPL?Apa kewajiban perusahaan sehubungan dengan PP 27 ini?

  • PASAL-PASAL PENTING DALAM ATURAN AMDALJenis usaha yang mempunyai dampak besar dan penting wajib dilengkapi dengan AMDALJenis-jenis kegiatan yang wajib AMDAL ada di Kepmen LH No. 11/2003Jenis kegiatan yang tidak menimbulkan dampak besar dan penting wajib melakukan UKL/UPLAMDAL, UKL/UPL sebagai salah satu syarat dalam perijinanAMDAL dapat dikecualikan untuk kegiatan penanggulangan situasi daruratAMDAL kadaluarsa bila terhitung selama 3 tahun sejak dokumen disetujui proyek belum dilaksanakan Setelah AMDAL disetujui, permrakarsa wajib melaporkan pelaksanaan RKL/RPL

  • PASAL-PASAL PENTING DALAM ATURAN AMDALRencana studi AMDAL maupun hasilnya disosialisasikan kepada masyarakat sekitar kegiatanAMDAL dibatalkan apabila pemrakarsa merubah desain, proses, kapasitas, bahan baku, bahan penolongApabila terjadi perubahan tersebut diatas, maka perlu dilakukan AMDAL atau revisi AMDAL yang ada saat ini.

  • Usaha dan/atau Kegiatan Bebas AMDALUsaha dan/atau kegiatan yang akan dibangun di dalam kawasan yang sudah dibuatkan AMDAL (hanya wajib melakukan pengendalian dampak dan perlindungan fungsi lingkungan sesuai dengan RKL dan RPL kawasan)Misalnya rencana pendirian pabrik di kawasan industri yang sudah melakukan AMDAL

  • Kriteria Usaha dan/atau Kegiatan Tidak Layak LingkunganDampak penting dan besar negatif tidak dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersediaBiaya penanggulangan dampak penting dan besar negatif lebih besar dari manfaat dampak besar dan penting positif yang akan ditimbulkan oleh usaha dan/atau kegiatan

    Instansi yang berwenang menolak permohonan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan

  • Kadaluwarsa dan Batalnya KeputusanKadaluwarsabila rencana usaha dan/atau kegiatan tidak dilaksanakan dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak diterbitkannya keputusan kelayakan tersebut.BatalBila pemrakarsa memindahkan lokasi usaha dan/atau kegiatannya;Bila pemrakarsa mengubah desain dan/atau proses dan/atau kapasitas dan/atau bahan baku dan/atau bahan penolong;Bila terjadi perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar akibat peristiwa alam dan atau karena akibat lain

  • Pelaporan Pelaksanaan RKL dan RPLPelaporan disampaikan kepada:instansi yang membidangi usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutaninstansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkunganGubernurBupati/Walikota

  • Ketentuan Lain Berkenaan dengan AMDALAMDAL dapat dilakukan secara:(1) tunggal; (2) terpadu; (3) kegiatan dalam kawasanPenerbitan keputusan kelayakan paling lama 75 hari kerja sejak disampaikannya dokumen ANDAL, RKL, dan RPL.Penyampaian dokumen ANDAL, RKL, dan RPL ke komisi penilai; penilaian secara teknis; konsultasi dengan warga masyarakat yang berkepentingan; penilaian oleh komisi penilai; penerbitan keputusan.Bila melampaui 75 hari maka kegiatan dianggap layak lingkungan.Usaha dan/atau kegiatan tidak wajib AMDAL wajib membuat UKL dan UPL (Kepmen LH 86/2002)

  • Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi AMDAL (Kepmen LH 11/2006)

    Onshore:Produksi >= 5000 BOPDGas >= 30 MMSCFD

    Offshore:Produksi >= 15.000 BOPDGas >= 90 MMSCFDTransmisi Pipa >= 100 KmPressure >= 16 bar

  • Usaha dan/atau KegiatanYang Wajib Dilengkapi AMDALDitetapkan dalam Lampiran PER MENLH Nomor 11 Tahun 2006, kecuali:1. Apabila skala/besaran suatu jenis rencana usaha/atau kegiatan lebih kecil daripada skala/besaran yang tercantum pada Lampiran Keputusan ini dapat ditetapkan Wajib AMDAL apabila atas dasar pertimbangan ilmiah mengenai daya dukung dan daya tampung lingkungan serta tipologi lingkungan setempat diperkirakan akan menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan. Penetapan tersebut dilakukan oleh Bupati/Walikota atau Gubernur untuk DKI Jakarta.2. Jenis usaha dan atau kegiatan yang tidak termasuk dalam Lampiran Keputusan ini tetapi berbatasan dengan lokasi kawasan lindung wajib dilengkapi dengan AMDALJenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL akan ditinjau kembali sekurang-kurangnya 5 tahun sekali

  • Kegiatan/Proyek Baru Dampak Penting(based on MoE decree no. 11)NOYAMenuiapkan UKL/UPL Disetujui OlehDIR.JEN MIGASLAPORAN PelaksanaanMenyusumSTUDY ANDALDokumenRKL/RPLDinilai OlehKOMISI AMDALDisetujui OlehMenteri KLHDisosialisasikan kepada masyarakatIMPLEMENTASIRKL/RPLDilaporkan Secara Berkala Kepada(KLH, MIGAS, BPLHD,ETC.KAPAN AMDAL DIPERLUKAN??

  • KAPAN DIPERLUKAN REVISI AMDAL??PROYEK BARU DI DALAM AREA YANG SUDAH ADA AMDALPerubahan DESIGN/Kapasitas/Proses/Bahan Baku?NOKonsultasi MIGASPerlu UKL/UPL ?YESUKL/UPL STUDYDisetujui OlehDIR.JEN MIGASKonsultasi ke KLHPerlu AMDAL baru?RevisiAMDALNOYESMENYIAPKANSTUDI AMDALYADisetujui OlehMenteri KLHIMPLEMENTASIRKL/RPLLAPORANBERKALADisetujui OlehMenteri KLHIMPLEMENTASIRKL/RPLLAPORANBERKALANOINTERNAL CONTROL (SOP)

  • PP 18/99 Jo PP 85/99 tentang B3Apa yang dimaksud dengan Limbah B3?Bagaimana mengetahui suatu Limbah termasuk B3 atau bukan?Apa kewajiban perusahaan dalam mentaati Peraturan mengenai Limbah B3?

  • Sisa suatu usaha &/atau kegiatanyang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracunyang karena sifat &/atau konsentrasinya &/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.Pengertian Limbah B3

  • Bagaimana Suatu Limbah Disebut B3?Berdasarkan daftarLampiran I Peraturan Pemerintah No. 85/1999Tabel I: daftar limbah B3 dari sumber yang tidak spesifikTabel II: daftar limbah B3 dari sumber yang spesifikTabel III: daftar limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, sisa kemasan, atau buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasiBerdasarkan karakteristik (uji karakteristik)Berdasarkan sifat toksikologi (uji toksikologi)

  • Yang Diatur .Kewajiban bagi setiap penghasil limbah B3Kewajiban badan usaha/kegiatan penghasil dan pengelola limbah B3Ketentuan mengenai pengawas dan pengawasan dalam kegiatan pengelolaan Limbah B3Ketentuan teknis administratif dalam kegiatan pengelolaan LB3Ketentuan dalam penentuan limbah B3

  • KETENTUAN PENGHASIL LIMBAH B3Wajib mengolah limbah atau menyerahkan kepada pengolahTempat penyimpanan sesuai dengan ketentuanMelaporkan kegiatannyaDapat menjadi pengumpul, pengangkut, pemanfaat atau pengolah bila memenuhi persyaratanMemberi label pada kemasanMengisi dokumen LB3Membantu pengawasMemiliki sistem tanggap darurat

  • KETENTUAN BAGI PENGANGKUTAda ijin dari Dephub dengan rekomendasi BAPEDALAlat angkut memenuhi ketentuanMenyerahkan dokumen muatan dan dokumen limbahMenyerahkan dokumen kepada penghasil atau pengumpulMembantu pengawasMempunyai sistem tanggap darurat

  • KETENTUAN BAGI PENGUMPULLokasi pengumpulan sesuai dengan persyaratanMembuat catatan kegiatanMelapor kepada BAPEDALPenyimpanan tidak boleh lebih dari 90 hari sebelum diserahkan ke pengolahIjin operasi dari BAPEDALMembantu pengawasAda Sistem tanggap darurat

  • KETENTUAN PENGOLAH / PENIMBUNMemiliki dokumen AMDALBerbadan HukumAda ijin BAPEDALMemiliki LaboratoriumLuas lahan Min. 1 ha dan memenuhi syaratPermeabilitas tanah Min. 10-7 cm/dtFasilitas pengolah atau penimbun sesuai ketentuanTeknis kegiatan dan pemantauan sesuai ketentuanMemiliki sistem tanggap darurat

  • Issue dan Permasalahan Bahan dan Limbah B3inflow air tanahmuka air tanahhujanlindi/leachatedrumB3infiltrasiLimbah B3PP18 & 85/99kebocoran B3limpasanpermukaan

  • PERATURAN TERKAITKep 01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tatacara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan LB3Kep-02/BAPEDAL/09/1995 tentang Dokumen Limbah B3Kep-03/BAPEDAL/09/1995 tentang Persyaratan Teknis Pengolah LB3Kep-04/BAPEDAL/09/1995 tentang tatacara penimbunan hasil pengolahan, persyaratan lokasi bekas pengolahan dan penimbunan LB3Kep-05/BAPEDAL/09/1995 tentang Simbol dan Label LB3Kep-68/BAPEDAL/05/1994 tentang tatacara memperoleh ijin penyimpanan, pengumpulan, pengoperasian alat pengolah, pengolahan dan penimbunan akhir LB3

  • PP 74/2001 PENGELOLAAN BAHAN B3

  • Karakteristik B3 dan LB3

  • Karakteristik B3 dan LB3

  • Pengertian Bahan Berbahaya dan Beracunbahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya,baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya

    Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001

  • Berdasarkan daftar: Lampiran Peraturan Pemerintah No. 74/2001Lampiran IDaftar Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang DipergunakanLampiran IITabel 1 : Daftar Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang Dilarang Dipergunakan Tabel 2 : Daftar Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang Terbatas Dipergunakan Berdasarkan karakteristik (uji karakteristik)Pengklasifikasian B3

  • Bahan RadioaktifBahan Peledak Hasil produksi tambang serta minyak dan gas bumi dan hasil olahannya Makanan dan minuman serta bahan tambahan makanan lainnyaPerbekalan kesehatan rumah tangga dan kosmetikBahan sediaan farmasi, narkotika, psikotropika dan prekursornya serta zat adiktif lainnyaSenjata kimia dan biologiB3 Yang Tidak termasuk Lingkup PP 74/2001

  • RegistrasiSetiap B3 wajib diregistrasikan oleh penghasil dan pengimpor. Berlaku 1 (satu) kali untuk setiap B3 yg dihasilkan dan atau diimporRegistrasi diajukan kepada :B3 yang termasuk dalam lingkup PP 74/2001 diajukan kepada Instansi yang bertanggung jawabB3 yang tidak termasuk dalam lingkup PP 74/2001 diajukan kepada Instansi yang berwenang

  • NotifikasiKegiatan yang wajib notifikasi :Ekspor B3 yang dipergunakanImpor B3 yang terbatas dipergunakan dan atau yang pertama kali diimporNotifikasi untuk kegiatan ekspor B3 diajukan kepada :Otoritas negara tujuan eksporOtoritas negara transitInstansi yang bertanggung jawabNotifikasi untuk kegiatan impor B3 wajib disampaikan oleh negara pengekspor ke instansi yang bertanggung jawab.

  • Material Safety Data Sheet (MSDS)Lembar Data Keselamatan BahanInformasi tentang keselamatan bahanWajib dibuat oleh produsen B3 Wajib disertakan dalam pengangkutan, penyimpanan, dan pengedaran B3.

  • Simbol dan Label Diberikan pada setiap kemasan B3Wajib ada di setiap tempat penyimpanan B3Apabila rusak wajib diberikan simbol dan label yang baruTanggung jawab pemberian simbol B3 apabila terjadi kerusakan :Produksi produsen/penghasilPengangkutan pengangkutPenyimpanan penyimpan

  • Kewajiban Pelaku Usaha/KegiatanTempat penyimpanan B3 wajib dilengkapi dengan sistem tanggap darurat & prosedur penanganan B3.B3 kadaluarsa, B3 tidak memenuhi spesifikasi dan atau bekas kemasan wajib dikelola sesuai dengan peraturan LB3Wajib menjaga keselamatan & kesehatan kerja dengan mengikutsertakan peranan tenaga kerjaWajib dilakukan uji kesehatan secara berkalaWajib menanggulangi terjadinya kecelakaan dan atau keadaan darurat akibat B3.Wajib meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap potensi dampak B3 yang dapat timbul

  • PP 74/2001 PENGELOLAAN BAHAN B3Penyimpan Bahan B3 wajib menyertakan lembar keselamatan bahan (MSDS)Pengangkut wajib menggunakan sarana pengangkut yang laik operasiBahan B3 wajib dikemas sesuai dengan klasifikasinyaSetiap kemasan wajib diberi symbol dan label serta dilengkapi dengan MSDSApabila kemasan mengalami kerusakan maka: Yang masih dapat dikemas ulang, pengemasannya wajib dilakukan oleh pengedar. Tidak dapat dikemas ulang dan dapat menimbulkan pencemaran maka PENGEDAR Wajib melakukan penanggulangan.

  • PP 74/2001 PENGELOLAAN BAHAN B3Setiap tempat penyimpanan B3 wajib diberi symbol dan label dan dilengkapi dengan system tanggap daruratSetiap tempat penyimpanan B3 wajib diberi symbol dan label dan dilengkapi dengan system tanggap daruratWajib menjaga kesehatan dan keselamatan kerja serta wajib menanggulangi kecelakaan atau keadaan daruratBila tejadi kecelakaan, dan atau keadaan darurat, maka wajib dilakukan : Mengamankan (mengisolasi) tempat terjadinya kecelakaan.Menanggulangi kecelakaan sesuai dengan prosedur. Melaporkan kecelakaan kepada Pemerintah Kabupaten/kota setempatMemberikan informasi, bantuan, dan melakukan evakuasi terhadap masyarakat sekitar kejadian

  • PP 74/2001 PENGELOLAAN BAHAN B3Wajib mengganti kerugian akibat kecelakaan

    Memulihkan kondisi lingkungan yang tercemar

  • PP 82 tahun 2001Tujuan :Menjamin kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya agar tetap dalam kondisi ilmiahnyaIsi :Definisi : Air adalah air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah, kecuali air laut dan air fosilPengkelasan airKelas I : Air baku air minum Kelas II : rekreasi air, budidaya ikan, peternakan, pertamananKelas III : budidaya ikan, peternakan, pertanamanKelas IV : pertanaman

  • PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR (1)Setiap orang yang membuang air limbah ke prasarana dan atau sarana pengelolaan air limbah yang disediakan pemerintah kabupaten/kota dikenakan retribusiBadan usaha wajib membuat rencana penanggulangan pencemaran air pada keadaan darurat dan atau keadaan yang tidak terduga lainnya dan kalau terjadi pencemaran wajib melakukan penanggulangan dan pemulihanApabila penanggungjawab usaha tidak melakukan penanggulangan, maka Bupati/walikota/menteri menunjuk pihak ketiga untuk melakukan penanggulangan atas biaya penanggungjawab usahaPihak ketiga yang melakukan penanggulangan wajib menyampaikan laporan kepada Bupati/walikota/menteri.

  • KEWAJIBAN PENANGGUNG JAWAB USAHA/KEGIATAN -1Memberikan informasi tentang pelaksanaan kewajiban pengelolaan kualitas dan pengendalian pencemaran airMembuat rencana dan melakukan penanggulangan pencemaran air dalam keadaan daruratMelaporkan penaatan izin aplikasi air limbah pada tanahMelaporkan penaatan izin pembuangan air limbah ke air atau sumber air minimal 3 bulan sekaliMelakukan pengelolaan limbah cair yang dibuang ke lingkungan tidak melampaui baku mutu limbah cair yang ditetapkanMembuat saluran pembuangan air limbah yang kedap air

  • KEWAJIBAN PENANGGUNG JAWAB USAHA/KEGIATAN -2Memasang alat ukur debit atau laju alir limbah cair dan melakukan pencatatan debit harian limbah cair tersebutMemeriksakan kadar parameter Baku Mutu Limbah Cair secara periodik minimal 1 bulan sekaliMemisahkan saluran pembuangan limbah cair dengan saluran limpahan air hujanMelakukan pencatatan produksi bulanan Menyampaikan laporan tentang catatan debit harian, kadar parameter baku mutu limbah cair minimal 3 bulan sekali

  • LARANGAN TERKAIT PEMBUANGAN AIR LIMBAHMembuang limbah padat dan atau gas ke dalam air atau sumber air Membuang air limbah ke tanah kecuali untuk aplikasi tanah.Membuang air limbah dalam jumlah besar sekaligus dalam satu saat ke dalam air dan atau sumber airMelakukan pengenceran termasuk mencampurkan buangan air bekas pendingin ke dalam aliran pembuangan limbah cair

  • BAKU MUTU & STATUS MUTU AIRBaku mutu air ditetapkan berdasarkan kelas air dan kriteria mutu airPenetapan Baku Mutu Air:Wilayah Kabupaten/Kota dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.Berada dalam dua atau lebih wilayah Kabupaten/Kota dengan Peraturan Daerah Propinsi.Berada di dua atau lebih wilayah Propinsi atau lintas batas wilayah negara ditetapkan Keputusan Menteri.Status Mutu Air ditetapkan untuk menyatakan :Kondisi cemar : jika mutu air tidak memenuhi baku mutu airKondisi baik : jika mutu air memenuhi baku mutu air

  • IZIN APLIKASI AIR LIMBAH PADA TANAHMelakukan penelitian aplikasi air limbah pada tanah.Izin aplikasi air dapat diberikan apabila hasil penelitian menunjukan bahwa aplikasi air limbah pada tanah tidak menyebabkan:penurunan mutu air tanahkerusakan tanahpenurunan mutu air pada sumber air.PP No. 82/2001

  • IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAHIndustri yang membuang air limbah ke air/sumber air wajib mencegah dan menanggulangi pencemaran airIndustri wajib mendapat izin tertulis dari Bupati yang didasarkan pada kajian AMDAL atau UKL & UPLIndustri wajib menaati persyaratan yang ditetapkan dalam izinDalam persyaratan izin pembuangan air limbah wajib dicantumkan kelengkapan izinBupati menentukan baku mutu yang diizinkan didasarkan daya tampung beban pencemaran pada sumber air

  • PEMANTAUANPemantauan kualitas air yang dilakukan oleh pemerintah sekurangnya 6 bulan sekali dan dilaporkan ke menteri, Industri wajib melakukan pemantauan/pengukuran :Nilai debit harian yang keluar dari outlet Kadar parameter baku mutu limbah cair sekurang-kurangnya sebulan sekali

  • PELAPORANPihak Industri wajib melaporkan penaatan izin aplikasi air limbah pada tanahMelaporkan penaatan izin pembuangan air limbah ke air atau sumber air minimal 3 bulan sekaliMenyampaikan laporan tentang catatan debit harian, kadar parameter baku mutu limbah cair sekurang-kurangnya 3 bulan sekali

  • Baku Mutu Air LimbahKep-51/MENLH/1995Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan IndustriKep-52/MENLH/1995 Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan HotelKep-58/MENLH/1995 Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah SakitKep-42/MENLH/1996 BERUBAH MENJADI Permen 04/2007Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Migas dan Panas BumiKep-112/MENLH/2003 Baku Mutu Air Limbah DomestikKep-113/MENLH/2003 Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan Batubara

  • KEPMEN YANG TERKAIT PENGENDALIAN PENC. AIR (3)Kepmen LH No. 03/1998 Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan IndustriKepmen LH No. 110/2003 Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air dan Sumber AirKepmen LH No. 111/2003 Pedoman mengenai Syarat dan Tata Cara Perijinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber Air.

  • KEPMEN 112/2003Berlaku untuk kegiata Perumahan, Perkantoran, restoran (1000m), hotel, penginapan (100 orang), IPAL Terpadu, tetapi TIDAK berlaku untuk rumah tinggal individu (psl 4 & 5).Apabila ada BMLC daerah yang berlaku lebih ketat dari peraturan ini, maka perusahaan mengacu kepada peraturan daerah tersebut. Dan apabila aturan lokal lebih longgar, maka perlu disesuaikan dengan aturan ini paling lambat 1 tahun (pasal 13)Apabila hasil studi AMDAL, UKL/UPL mensyaratkan pembuangan yang lebih ketat, maka persyaratan tersebut harus diikuti (psl 7)Wajib mengolah limbah domestik yang dihasilkan oleh perusahaan,Membangun saluran khusus yang kedap air, Memasang alat sampling pada outlet pembuangan (pasl 8)IPAL dapat dibuat secara terpadu untuk beberapa kegiatan yang berada pada satu areal yang menghasilkan limbah domestik dan IPAL ini harus memenuhi peraturan. Pemrakarsa IPAL terpadu ini wajib memenuhi peraturan ini.

  • BAKU MUTU LIMBAH CAIR MENURUT KEPMEN 112/2003

    PARAMETERSATUANKADAR MAKSIMUMpH-6-9BODmg/l100TSSmg/l100Minyak dan Lemakmg/l10

  • KEPMEN 04/2007Dalam Kondisi Normal :Baku Mutu limbah tidak boleh dilampauiWajib melakukan pengolahan limbah cair sehingga mutunya tidak melebihi baku mutu yang ditetapkanWajib memasang alat ukur debit atau laju alir limbah cair dan melakukan pencatatan debit harian limbah cair tersebut khusus untuk kegiatan pengilangan MigasWajib memeriksa kadar Baku Mutu Limbah Cair sekurang-kurangnya 1 kali sebulanWajib menyampaikan laporan pemantauan sekurang2nya 3 bulan sekali kepada Gubernur, Menteri dan instansi teknis lainnya. Yang dipandang perluMenyusun Prosedur Penanganan Kondisi Darurat

  • KEPMEN 04/2007Dalam Kondisi Abnormal :Melaporkan terjadinya kondisi darurat 2 X 24 Jam dan kondisi darurat 1X 20 jam kepada Bupati/Walikota, Gubernur, Menteri dan instansi teknis lainnya. Menangani kondisi abnormal atau darurat dengan menjalankan prosedur yang ditetapkan

  • KEPMEN 04/2007

    PARAMETERONSHOREOFFSHORECOD200-MINYAK DAN LEMAK2550H2S0,5-AMONIA5-Phenol2-Temperatur40oC-pH6-9-TDS4000 Mg/L-Drainase Minyak dan Lemak = 25 mg/LKarbon Organik Total= 110 mg/LDeck = Tidak ada minyak bebasAir Limbah Domestik-Tidak ada benda mengapung/busaAir Limbah SaniterChlorine = 1-2 mg/L

  • PP 19 TAHUN 1999Tujuan :Mencegah atau mengurangi turunnya mutu laut dan/atau rusaknya sumber daya lautIsi :Definisi : laut adalah ruang wilayah lautan yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsional

    Perlindungan mutu laut didasarkan pada BM air laut, kriteria baku kerusakan dan status mutu laut

  • KEWAJIBAN DALAM PPKLSetiap orang dilarang menimbulkan pencemaran dan/atau perusakan lautKegiatan usaha yang membuang limbahnya ke laut, wajib memenuhi BM air laut, BM limbah cair, BM emisi dan ketentuan lainnya yang sesuaiSetiap orang yang menimbulkan pencemaran dan/atau perusakan laut wajib melakukan pemulihan mutu lautSetiap orang yang melakukan dumping ke laut wajib mendapat ijin dari menteri LHSetiap orang yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan laut wajib menanggung biaya penanggulangan dan pemulihan

  • KEPMEN 51/2004 Baku Mutu Air LautLAMPIRAN I BAKU MUTU AIR LAUT UNTUK PERAIRAN PELABUHANLAMPIRAN II BAKU MUTU AIR LAUT UNTUK WISATA BAHARILAMPIRAN III BAKU MUTU AIR LAUT UNTUK BIOTA LAUT

  • Pengendalian Pencemaran Udara PP 41/1999 (lingkup)Sumber bergerakSumber bergerak spesifikSumber tidak bergerakSumber tidak bergerak spesifikSumber gangguanMutu udara ambien

  • Issue dan Permasalahan Pencemaran udarapenipisan lapisan ozon(protokol montreal)emisi sumberbergerakKepmen LH35/93oksidanfotokimiarawaCH4stratosfertroposferCFCsbaku mutuudara ambienPP 41/1999baku mutu emisiKepmen LH 13/95partikulatgashujanasamgas rumah kaca(protokol kyoto)

  • Pengertian Pencemaran Udaramasuknya atau dimasukkannyazat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya

    Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999

  • Sistem Pencemaran Udara Sumber EmisiAtmosferReseptorPencemarPencampuran & transformasi kimia Antropogenik Biogenik Pengenceran Reaksi dan lain-lain Manusia Tumbuhan Hewan MaterialDampak Kesehatan Korosi KerusakanPengendalian Partikulat Gas

  • Kewajiban Industri dalam Pencegahan Pencemaran UdaraMenaati baku mutu udara ambien, baku mutu emisi dan baku tingkat gangguan.Melakukan upaya pencegahan dan atau penanggulangan pencemaran udaraMemberikan informasi yang benar dan akurat kepada masyarakatPenimbul emisi sumber tidak bergerak dan/atau gangguan wajib memenuhi persyaratan mutu emisi dan/atau gangguan yang ditetapkan dalam ijin melakukan usaha dan/atau kegiatanUsaha/atau kegiatan yang wajib AMDAL harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam dokumen AMDAL

  • Pengendalian Pencemaran Sumber Tidak BergerakPenanggulangan pencemaran udara sumber tidak bergerak meliputi :Pengawasan pada penaatan baku mutu emisiPemantauan emisi dan mutu udara ambien di sekitar lokasi kegiatanIndustri wajib menaati BMU ambien, emisi dan baku tingkat gangguan serta menaati persyaratan teknis (Kepka Bapedal 205/1996)Baku Mutu Udara diatur dalam :Kepmen LH no 13/1995 BME Sumber Tidak BergerakKepmen LH no 129/2003 BME Kegiatan Minyak dan Gas BumiPermen LH no 13/2008 -- Pengganti Kepmen LH 129Kepmen LH no 133/2004 BME Kegiatan Industri Pupuk

  • Kewajiban Penimbul Emisi Sumber Tidak BergerakKhusus untuk 4 jenis kegiatan spesifik :membuat cerobong emisimemasang alat ukur pemantauan (kadar dan laju alir volume; arah dan kecepatan angin)melakukan pencatatan harian emisi yang dikeluarkanmenyampaikan laporan hasil pemeriksaan ke Gubernur dengan tembusan ke Kepala BAPEDAL minimal 3 bulan sekalimelaporkan kepada Gubernur dan Kepala BAPEDAL bila ada kejadian tidak normal atau darurat

    Persyaratan di atas dicantumkan dalam izin Ordonansi Gangguan

  • Periode Pemantauan - IndustriPemantauan rutin berupa: pemantauan secara terus-menerus dengan menggunakan peralatan otomatis setiap periode 6 bulan dengan menggunakan peralatan manual. Pemantauan dalam rangka penataan/pengawasan ketentuan baku mutu emisi oleh Pemerintah Daerah/BAPEDAL minimal 6 bulan sekali Pemantauan tidak rutin yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah/BAPEDAL untuk tujuan: pengendalian karena kasus pencemaran atau karena hasil pemantauan rutin menghasilkan data kualitas udara melampaui baku mutu yang berlaku pemeriksaan gangguan/kerusakan peralatan pengendalian, atau gangguan/kerusakan bagian peralatan/proses yang menyebabkan baku mutu emisi udara terlampaui

  • Lokasi Pemantauan Emisi dan AmbienPenetapan lokasi pemantauan emisi berdasarkan lokasi proses seperti tercantum dalam baku mutu emisi berdasarkan situasi lapangan sebagai hasil modifikasi proses produksi Penetapan lokasi pemantauan ambien Pertimbangan: arah angin, tata guna lahan, tingi cerobong, luas sebaran bahan pencemaran. Titik lokasi pemantauan pada: titik ekstrim (model dispersi atau pengamatan lapangan), pemukiman, kawasan makhluk hidup lainnya atau tempat-tempat spesifik seperti rumah sakit, purbakala benda. pada arah angin dominan lokasi pemantauan minimal dua titik dan minimal satu titik pada arah lainnyaPenetapan jarak titik pengambilan contohan ambien ditetapkan oleh pemerintah, pelaksanaannya tanggung jawab industri

  • Pemasangan Peralatan Pemantauan EmisiPersyaratan untuk pemantauan yang terus-menerus:memantau minimal semua parameter yang ada di baku mutu emisimemantau laju alir volume emisi yang dikeluarkanBerada pada lokasi 8 diameter cerobong dari belokan, bagian bawah, atau 2 diameter dari ujung atas derobong berada pada tempat yang mudah untuk mengambil contohan; mudah terlihatlantai kerja lokasi pengambilan contohan cukup kuat untuk menjaga keamanan pengambil contohan

    Kepka Bapedal 205/1996

  • Pelaporan Hasil Pemantauan EmisiLaporan diserahkan kepada Gubernur dengan tembusan kepada Kepala Bapedal.Untuk yang memiliki alat otomatis/kontiniu: 3 bulan sekali.Untuk yang menggunakan peralatan manual: 6 bulan sekali.Insidentalkasus pencemarankualitas udara melampaui baku mutukerusakan gangguan alat yang menyebabkan baku mutu emisi terlampauiMelaporkan pelanggaran atau keadaan darurat yang menyebabkan baku mutu emisi terlampaui ke BapedalKepka Bapedal 205/1996

  • Laporan Hasil Pemantauan EmisiProduksi perbulan Data pemantauan kualitas udara emisi secara tidak kontinyu. Data pemantauan kualitas udara emisi secara kontinyu. Pemeriksaan terhadap peralatan pemantau serta penjelasan jika ada kerusakan. Data pemantauan kualitas udara ambien dan data meteorologi. Hasil pemantauan peralatan pengendalian pencemaran udara.

  • Pengendalian Sumber BergerakPenetapan ambang batas emisi untuk kendaraan lama berbahan bakar solar dan bensin dan sepeda motor dua langkah dan 4 langkah KepMenLH 35/1993:Karbon MonoksidaHidrokarbonOpasitasEmisi dipantau pada kondisi percepatan bebasPenetapan ambang batas emisi untuk kendaraan baru dan sedang diproduksi KepMenLH 141/2003

  • PERATURAN YANG TERKAITKepmen LH No. 35 tahun 1993 tentang Ambang Batas emisi gas buang kendaraan bermotorKepmen LH. No 13 Tahun 1995 tentang BM Emisi sumber tidak bergerakKepmen LH No. 48 tahun 1996 tentang BM kebisinganKepmen LH No. 49 tahun 1996 tentang BM getaranKepmen LH No. 50 tahun 1996 tentang BM kebauanKepmen LH No. 45 tahun 1997 tentang ISPUKepmen LH No. 129 tahun 2003 tentang Baku Mutu Emisi dan atau Kegiatan Minyak dan Gas BumiKep Ka. BAPEDAL No. 107 tahun 1997 tentang pedoman teknis pengitungan dan pelaporan serta informasi ISPU

  • BAKU MUTU KEBISINGAN KEPMEN 48/1996

    PERUNTUKKAN KAWASAN/LINGKUNGAN KEGIATANTINGKAT KEBISINGAN dB (A)A. PERUNTUKAN KAWASAN1. PERUMAHAN552. PERDAGANGAN DAN JASA703. PERKANTORAN DAN PERDAGANGAN654. RUANG TERBUKA HIJAU505. INDUSTRI706. PEMERINTAH DAN FASILITAS UMUM607. REKREASI708. KHUSUSPELABUHAN LAUT70CAGAR BUDAYA60B. LINGKUNGAN KEGIATAN1. RUMAH SAKIT ATAU SEJENISNYA552. SEKOLAH ATAU SEJENISNYA553. TEMPAT IBADAH55

  • BAKU MUTU EMISI KEGIATAN MIGAS KEPMEN 129/2003

    SUMBERBHN BAKARPARAMETERBME (mg/NM3)FLARE STACKOPASITAS40%BOILER DAN STEAM GENERATORMINYAKPARTIKULAT300SO21200NO21400Opasitas40%GASNO21000Opasitas40%GAS TURBINGASNO2400MINYAKNO2600Gathering station Gas VentsTRS (H2S)HC1005000

  • PermenLH 13/2009 Baku Mutu Emisi Migas Effective : 24 April 2010Proses PembakaranProses ProduksiFugitive

  • Wajib EmisiInventarisasiPengelolaanPemantauanPelaporanPenanganan kondisi darurat

  • Inventarisasi EmisiSumber emisi (proses, nama/code ID, coordinat, parameter emisi)Penghitungan Beban Emisi parameter utama & CO2.Metode pernghitungan beban emisi.Pencatatan dan data aktifitas, emission factor, oxidation factor dan konversi.DokumentasiSampling adjustment

  • Inventarisasi EmisiPenghitungan Beban Emisi :Metode PerhitunganMetode Pengukuran

  • Pengelolaan EmisiPenetapan penanggung jawab wajib emisiPenyediaan, operasi, pemeliharaan dan perbaikan sarana & prasarana (pencegahan & Pengolahan) sehingga emisi tidak melebimi BML (normal condition).Pencatatan kegiatan operasional (operasi, pemeliharaan dan perbaikan).Pengelolaan sumber emisi fugitive (inventarisasi, beban emisi, checking, pemeliharaan, perbaikan peralatan rutin)

  • Pengelolaan EmisiDilarang open burningDilarang membuang associated gas secara venting (kecuali ijin menteri)Kegiatan Venting harus di Risk Analysis dan review integrity system.

  • Pemantauan EmisiCEMSManual

  • Pemantauan Emisi - CEMSWajib satu CEMS di sumber emisi pembakaran dengan kapasitas > 25 MW atau < 25 MW jika sulfur content > 2 %Parameter CEMS dari sumber pembakaran : SO2, NOx, Opacity, O2, CO dan laju alir.Menyusun QC & QAMemenuhi BML = > 95% rata-rata harian selama 3 bulan memenuhi BML.

  • Pemantauan Emisi - ManualWajib pantau manual sumber emisi:< 570 KW per-3 bulan570 3 MW per tahun> 3 MW per semester Record & documentation : Jumlah fuel, jumlah listrik yg dihasilkan, % sulfur di fuel, caloric net value, operation time, heat input.Analysis per semester % sulfur content di fuel.

  • SUMBER EMISI PEMBAKARAN DAN PARAMETER PEMANTAUAN

    Mesin pembakaran dalam

    Turbin gas

    Boiler, Steam Generator, Process Heater, Heater Treater

    Flaring

    Kapasitas < 100 hpRunning hour < 1,000 hour/yearUtilitas untuk : Emergency, Maintenance atau peralatan dengan hour service < 200 hour/yearPerlatan untuk crane, welding dan drilling operation.

    Kapasitas < 25 MW

    Kapasitas > 25 MW

    Bahan Bakar Gas(note: Tanpa pengukuran partikulat)

    Sulfur content > 2 %

    Sulfur content 2 %

    570 KWhtTotal PartikulatNO2COSO2

    Total PartikulatNO2SO2Opacity

    Total PartikulatNO2SO2Opacity

    Opacity

    Wajib CEMS

    Pengukuran Parameter lengkap (dengan parameter SO2)

    Yes

    Yes

    No

    No

    Yes

    No

    Tidak Perlu di Pantau (monitoring)

  • Periode PemantauanA. Proses pembakaran dengan kapasitas desain:

    B. Pengukuran Kandungan Sulfur dalam bahan bakar (Gas dan Minyak) per-semester.

    C. proses produksi, dilakukan paling sedikit per-semester.

    KapasitasPeriode PemantauanKeterangan 3 MWPer-semesterPaling sedikit

  • RecordPENCATATAN OPERASIONAL SUMBER EMISI CNOOC SESPeriode :

    Unit NameCapacityFuelHeat inputRunning hourKWHFuel TypeConsumption (MSCF or KL)Sulfur Content (% mass)Net Calorie Value

  • PelaporanA. Pelaporan :

    ActivitasPeriode PelaporanKeteranganInventarisasi EmisiPer TahunPaling sedikitPemantauan CEMSPer 3 bulanPaling sedikitPemantauan Manual & ringkasan kondisi tidak normalPer-semesterPaling sedikitKondisi Tidak Normal3 x 24 JamTertulisKondisi Darurat1 x 24 JamVerbal7 x 24 JamTertulis

  • Penanganan Kondisi DaruratEmergency procedure

  • Implikasi Thd CNOOCInventarisasi ulang (re-inventory) sumber dan besaran emisi.Pemantauan :1. Sulfur content on fuel (gas & diesel)2. Frekuensi pemantauan & Parameter3. Data operational (kapasitas & durasi)Pelaporan : Frekuensi pelaporanTanggap Darurat : SOP & Pelaporan

  • Baku Mutu Emisi Proses Pembakaran dari Mesin Pembakaran Dalam

  • Baku Mutu Emisi Proses Pembakaran dari Mesin Pembakaran Dalam

  • Baku Mutu Emisi Proses Pembakaran dari Turbin Gas

  • BME Proses Pembakaran dari Ketel Uap (Boiler), Pembangkit Uap (Steam Generator), Pemanas proses (Proses Heater), Pengolahan Panas (Heater Treater)

  • Baku Mutu Emisi Proses Pembakaran dari Unit Suar Bakar (Flaring)

  • Peraturan Tentang GangguanGetaranKepmen LH 49/1996 simpangan frekuensiKebisingan LingkunganKepmen LH 48/1996 Leq industri: 70 dB(A) Leq pemukiman: 55 dB(A)KebauanKepmen LH 50/1996 obyektif Subyektif Kebisingan Ruang KerjaPermennaker 51/199985 dB(A) 8 jam

  • PERMEN ESDM 045/2006 ONSHORE

  • PERMEN ESDM 045/2006 OFFSHORE

  • OSCP LokalAreaNasional

  • AREA OSCPYAYAMeminta bantuan KKKS LainTumpahan minyak di salah satu KKKS area IVOSC masing2 KKKSNotifikasi ke ADPEL terdekat (Kep. Seribu dan Cirebon)Dapat ditangani KKKS masing2Tumpahan ditangani di masing2 KKKS

    Tim PTMP masing2 KKKSPelaporan di masing masing KKKS dan ke instansi terkait KKP 2/3Mobilisasi PeralatanPenanggulangan bersamaTim PTMP Area IVDapat ditangani Tim PTMP area IVPelaporan ke instansi terkait KKP 2Meminta Bantuan Tim NasionalKoordinasi dengan PUSKODALNASBerlaku PTMP NasionalTIDAKTIDAKNotifikasi BPMIGAS/MIGAS

  • PERPRES 109/2007Hal-Hal penting dari Perpress 109/2007:Apabila terjadi Tumpahan maka Siapa yang melihat harus melaporkan kepada instansi berikut:PUSKODALNAS (Pusat Komando Pengendalian Nasional)ADPELDir Jen MIGASPemerintah Daerah (PEMDA)Lembaga Pemerintah lainnya yang dekat dengan lokasi kejadian (Article 8)

  • PERPRES 109/2007Apabila Tumpahan Minyak Tidak dapat ditangani oleh Tim Nasional, maka Ketua Tim Nasional dapat meminta bantuan dari Lembaga Internasional (9)Apabila terjadi tumpahan minya maka kewajiban KKKS adalah (Article 11):Menangani TumpahanMenangani dampak Lingkungan yang diakibatkan oleh tumpahanMemberikan ganti rugi kepada masyarakat yang terkena dampakMemulihkan kerusakan Lingkungan akibat tumpahan