WALHI Environmental Outlook 2016

29
Ekseku&f Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia WALHI

description

A snapshot of Indonesian environmental condition in 2015 and what it would look like in the coming year.

Transcript of WALHI Environmental Outlook 2016

Page 1: WALHI Environmental Outlook 2016

Ekseku&f  Nasional    Wahana  Lingkungan  Hidup  Indonesia  

WALHI  

Page 2: WALHI Environmental Outlook 2016

Pengantar

•  Tahun 2015, tahun penagihan janji-janji perubahan

•  Mengurai situasi lingkungan hidup sepanjang 2015

•  2015: Satu tahun pemerintahan Jokowi •  Isu sentral 2015: Kebakaran hutan, kejahatan

korporasi dan ujian penegakan hukum •  Janji membangun dari pinggiran masih

menempuh jalan panjang

Page 3: WALHI Environmental Outlook 2016

Agenda dan Kebijakan Global 2015

•  Agenda Sustainable Development Goals (SDG) –  Kemiskinan dan ketimpangan menjadi keprihatinan

global –  Pertumbuhan ekonomi bagi negara berkembang vs

krisis lingkungan hidup –  SDGs memuat 17 Tujuan dan 169 target untuk

periode 15 tahun 2015-2030 –  Agenda lingkungan hidup SDG: pola konsumsi dan

produksi, konservasi sumber air minum, perubahan iklim, konservasi ekosistem dan konservasi sumberdaya laut

Page 4: WALHI Environmental Outlook 2016

•  Agenda COP 21 UNFCCC Paris –  Paris Agreement, kenaikan temperatur global

maksimal 2 derajat Celsius, kewajiban tiap negara membatasi kenaikan temperatur maksimal 1,5 derajat Celsius

–  Kritik WALHI dan FoE Internasional thdp Paris Agreement: penurunan emisi drastis negara maju, kompensasi atas kerusakan, dukungan finansial bagi negara rentan, legally binding untuk kewajiban pelaporan pendanaan negara maju, mekanisme pasar merajalela

Page 5: WALHI Environmental Outlook 2016

Kebijakan Nasional dan Implikasinya

•  Pelemahan KPK dan kaitannya dengan korupsi dan mafia sumberdaya alam

•  Data ICW, total kerugian negara akibat korupsi di sektor SDA mencapai Rp.616,3 Triliun

•  Paket kebijakan ekonomi: kemudahan perizinan investasi vs pelemahan proses perizinan terkait lingkungan hidup dan SDA

•  Pilkada serentak di tengah kabut asap: perlu mengkritisi pengeluaran izin2

Page 6: WALHI Environmental Outlook 2016

Lembaga Kerugian (Triliun) Penyebab

Koalisi Anti Mafia Kehutanan (2014)

201 Tujuh kasus dugaan korupsi di sektor kehutanan, perkebunan dan pertambangan

Koalisi Anti Mafia Kehutanan (2013)

1,92 Lima kasus dugaan korupsi: 1 dugaan suap penerbitan izin pertambangan, 3 dugaan korupsi pada sektor perkebunan dan 1 dugaan korupsi pada sektor kehutanan.

Kementrian Kehutanan (2011)

273 Pembukaan 727 unit perkebunan dan 1722 unit pertambangan yang dinilai bermasalah di 7 Provinsi di Indonesia

Kementrian Kehutanan (2003)

7,2 Praktik illegal logging, penyelundupan kayu dan peredaran kayu illegal di Papua, Kaltim, Kalbar, Kalteng, Sulteng, Riau, NAD, Sumut, dan Jambi

Komisi Pemberantasan Korupsi (2010)

15,9 Tidak segera ditertibkannya penambangan tanpa izin pinjam pakai di dalam kawasan hutan di 4 provinsi di Kalbar, Kalteng, Kalsel dan Kaltim

Badan Pemeriksa Keuangan (2013)

0,1 Menambang dan eksplorasi sampai eksploitasi di kawasan hutan tanpa izin dan tidak ada izin pinjam pakai kawasan hutan.

Human Rights Watch (2013)

75,28 Kejahatan di sektor kehutanan

Human Rights Watch (2009)

20 Kejahatan di sektor kehutanan

Indonesia Corruption Watch (2009)

20 Potensi kerugian keuangan negara dari PNBP sektor kehutanan yang tidak disetor (Dana Reboisasi dan Provisi Sumber Daya Hutan) selama 2004-2007

Satuan Tugas Mafia Hukum

1,9 Akibat beroperasinya 14 perusahaan kehutanan yang dinilai bermasalah di Provinsi Riau

Total 616,3 !

Page 7: WALHI Environmental Outlook 2016

•  Perpanjangan moratorium: Inpres no 8/2015 masih memberikan banyak pintu untuk laju ekspansi praktik land banking korporasi, dengan adanya pengecualian untuk yang sudah memiliki izin prinsip.

•  Analisa WALHI: Selama masa moratorium terjadi pelepasan kawasan hutan untuk pemenuhan permintaan wilayah administrasi daerah dalam bentuk Area Peruntukan Lain (APL) seluas 7,7 juta hektar di 20 Provinsi

Page 8: WALHI Environmental Outlook 2016

0  

200,000  

400,000  

600,000  

800,000  

1,000,000  

1,200,000  

1,400,000  

1,600,000  

1,800,000  

Aceh   Sumut   Sumbar   Riau   Kepri   Jambi   Sumsel   Babel   Bengkulu   Kalbar   Kalteng   Kalsel   Kal&m   Sulut   Sulbar   Sulteng   Sultra   Maluku  Maluku  Utara  Papua  Papua  Barat  

Pelepasan  Kawasan  Hutan  Per  Provinsi  

Luas/Ha  

Pelepasan  Kawasan  Hutan  per  Propinsi  

Page 9: WALHI Environmental Outlook 2016

0  

100  

200  

300  

400  

500  

600  

700  

Kalteng   Kal&m   Kalbar   Kalsel   Sulteng   Riau   Jambi   Jabar  

Perusahaan  yang  diduga  merambah  kawasan  hutan  

Perusahaan  Perkebunan   Perusahaan  Tambang  

Perambahan  Kawasan  Hutan  oleh  Korporasi  per  Propinsi  

Page 10: WALHI Environmental Outlook 2016

•  Penghentian penebangan hutan alam sesungguhnya tidak terjadi, karena pemerintah menerbitkan perubahan kriteria kawasan hutan untuk HTI dari hutan kritis ke hutan alam,

•  PP 06 tahun 2007 jo 03 tahun 2008 menjadi pintu perluasan penerbitan izin HTI di hutan alam.

•  Selama masa moratorium penerbitan izin HTI dengan luas mencapai 1.131.165 Hektar terjadi dari tahun 2011 hingga 2013

Page 11: WALHI Environmental Outlook 2016

Trend:  Land  banking  berkedok  Restorasi  Ekosistem  

IUPHHK-RE bisa menjadi praktik land banking berkedok Restorasi Ekosistem, dipakai para pelaku bisnis sumber daya alam untuk masuk bisnis carbon trade, dan green washing perkebunan kelapa sawit, dimana klaim restorasi ekosistem akan menutup mata konsumen negara tujuan ekspor CPO akan dampak buruk perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

Page 12: WALHI Environmental Outlook 2016

Kontradiksi  dalam  Upaya  Penurunan  Emisi  GRK  

•  Target INDC menurunkan emisi karbon 29% pada kontradiktif dengan karbon yang dihasilkan dari pembakaran batubara, yang justru meningkat 2 kali lipat dari 201 juta tCO2 pada 2015 menjadi 383 juta tCO2 pada 2024.

•  Pembajakan agenda kedaulatan energi menggunakan energi terbarukan yang hanya difokuskan pada agrofuel –dan lebih terutama lagi berasal dari sawit, yang dalam pengembangannya justru sumber emisi (deforestasi, pembakaran, dll)

Page 13: WALHI Environmental Outlook 2016

Perlindungan  Wilayah  Pesisir  dan  Pulau  Kecil  Masih  Jauh  dari  Harapan  

•  Dibukanya penguasaan peisisir dan pulau kecil bagi korporasi melalui skema perizinan dalam UU 27/2007, yaitu Izin Lokasi dan Izin Pengelolaan, setelah dibatalkannya HP3 oleh MK, dihidupkan kembali oleh Fraksi di DPR.

•  Program Kementerian Kelautan dan Perikanan tentang Blue and Helathy Ocean terancam gagal dengan maraknya penambangan di pulau-pulau kecil dan proyek-proyek reklamasi di berbagai wilayah di Indonesia

Page 14: WALHI Environmental Outlook 2016

ProvinsiDIAceh,pesisirpantai .mur mendapatancaman kerusakankarena akibat ekspansiperkebunan sawit sertaj a l u r t r a n s p o r t a s ipengangkutan batubarauntuk kebutuhan PLTUy a n g s e m a k i nm e n u r u n k a n d a y adukung lingkungan danjuga pemabangunan-pembangunan dermagayang terus mengurangiekosistemmangrove;

Provinsi Sumatera Barat,Pulau Pagai Utara dan PulauP a g a i S e l a t a n k i n itereksploitasi oleh HPH PT.Minas Pagai Lumber, padahalpulautersebutberukurankecilyang seharusnya .dak layakuntuk HPH. Pulau Sipora jugatermasuk pulau kecil dans e b e n t a r l a g i a k a ntereksplo i tas i HPH yangsedangdalampengurusan izink a r e n a . d a k j e l a s n y aperencanaan zonasi wilayahperairandanpulau-pulaukecildiKab.KepulauanMentawai;

Prov ins i Sumatera Utara ,wilayah tangkap tradisionalmenjadi jalur pengangkutanbatubarauntukkebutuhanPLTUdi Kec. Pangkalansusu danpengerukan yang dilakukan jugatelahmencemariwilayah pesisirsejak September 2014 sehinggaak.vitas nelayan tradisionalmenjadi terganggu bahkanterjadinya penurunan jumlahhasil tangkapan serta ekspansikebun sawit illegal yang turutmempersulit kehidupan dimasyarakat pesisir. NelayanT a n j u n g B a l a i h a r u sberkompe.si dengan nelayan-nelayan illegal (asing) yangmenangkap secara bebas diperairan Indonesia dan secarateknologitakmamputersaingi;

P rov i n s i Kepu lauanB a n g k a B e l i t u n g ,nelayan-nelayan Kec.Mentok, Bangka Barath a r u s b e r h a d a p a nd e n g a n K a p a l I s a pP r o d u k s i ( t amban g.mah) untuk melindungiwilayah tangkapmereka.Hampa r an t e r umbukarang yang menjadisumber produksi ikankian tercemari denganpencemaran dari kapalisap tersebut sehinggan e l a y a n s e m a k i nm e n u r u n h a s i lt a n g k a p a n n y a d a nb a h k a n t e r a n c a mkehilanganprofesi;

ProvinsiDKI Jakarta, reklamasi Teluk Jakarta jugamelahirkanpersoalan bagi nelayan-nelayan di sekitar pantai utara yangsemakin mempersempit akses nelayan terhadap wilayah lautdansekitar16.000nelayanakansalingberebutanaksesuntukbertahanhidup.Pemukimannelayanakanmenjadikumuhjikakelak infrastruktur telah terbangundanmenjadi rentanuntukdisingkirkan.Reklamasipanturadenganrencana luas5.100haterdapat 17 daratan yang akan dibangun dan semakinmenghalangiaksesnelayan;

Provinsi Banten, sekitar 360 KK nelayan Desa Lontar,Serangharusberhadapandenganperusahaan tambangpasir laut yang beraki.vitas dan mencemari wilayahtangkap nelayan. Penurunan dras.s hasil tangkapannelayan, kini berpengaruh pada kehidupan sosialmereka dan secara ekonomi semakin kesulitan untukmencukupi biaya hidup. Reklamasi di Kota Tangerangjugamemberikanpersoalantersendiriyangrencananyaakanmenghasilkanlahanseluas7500hektar;

Provinsi Jawa Barat, pesisir utaraJawaBaratbentukancamannyadidominasi abrasi akibat sektorindustri dan juga reklamasi,termasuk pencemaran akibattumpahan batubara dan minyakyang kemudian mempengaruhis umbe r - sumbe r k eh i dupanmasyarakat pesisir. Sementara dipesisir selatan di dominasi olehak.vitas pertambangan pasir besid a n s emak i n mengganggukehidupan nelayan dan jugamasyarakat pesisir. Ekosistemmangrove yang menjadi sasaranterdampak dan paling rentankerusakannya, sedikitnya ada 14,8ribu hektar wilayah pesisir yangkiniberadadalamkondisikri.sdansekitar 36.000 jiwa masyarakatyang terdampak dari kerusakantersebut;

P r o v i n s i B a l i , r e n c a n aReklamasi Teluk Benoa olehPT. TWBI te lah menjadikeresahan komunitas nelayandisekitarnya. Sedikitnya adasekitar 15.000 jiwa yang akanm e n j a d i m a s y a r a k a tterdampak atas reklamasit e r s e bu t , d a r i r e n c an areklamasi 1.200 hektar yangkemudian terakomodir dalamPerpres No. 51 Tahun 2014adalah 700 hektar yangsebelumnya areal tersebutsebagaiarealperlindunganlautdengan ekosistem mangroveyangmasihtersisa;

Provinsi Nusa TenggaraBarat, sektor pariwisatajustru menjadi ancamanbaginelayan-nelayanlokalkarena sudah terkaplingo l e h r e n c a n apembangunan hotel danfasil itas lainnya yangkemudian mempersempitr u a n g d a n a k s e smasyarakat terhadapwilayah tangkap, bahkanpemukiman-pemukimanmasyarakat juga sudahterkapling. Investasi ITCDjuga masih bergejolakkarena pihak investormenguasai 1.250 hektarwilayahpesisir;

Provinsi Kalimantan Timur,wilayah pesisir Handil Barusepanjang4kilometer yangdi dominasi mangrove, kinis emak i n k r i . s k a renad a m p a k a k . v i t a spengeboran minyak BlokMahakam dan nelayan-nelayan semakin kesulitankarenaperaturanzonasiolehp e r u s a h a a n . S u n g a iMahakam yang bermuara diD e l t a M a h a k am j u g as emak in k r i . s k a renamenjadi satu-satunya ruanguntuk ak.vitas distribusibatubara, CPO dan kayu-kayu gelondongan danterindikasi ikan-ikan telahtercemarlogamberat;

Provinsi Kalimantan Barat,nelayan-nelayan Kubu Rayas emak in menu run ha s i lt angkapannya (Ren jong )karena masuknya kapal-kapal(Andon) sekitar 40 unit dariluar dan semakin massifberoperasi di perairan KubuR a y a s e r t a e k s p l o i t a s imangrove oleh perusahaanyang membutuhkan bahanbaku dari mangrove untukberproduksi. Nelayan-nelayandaratdiDanauLaitdanDanauSentarum juga semakin kri.sa k i b a t p e c ema r a n d a r iperusahaan-perusahaan sawitd a n p emb u k a a n l a h a nperkebunan;

Provinsi Sulawesi Selatan,proyekreklamasiyangberjalansekitar3tahunterakhirdiKotaMakasar turut mempersulitk eh idupan ne l a yan danekosistem mangrove semakinsulit dipertahankan. Sedikitnya14 perusahaan yang eksis(proyek CPI, GMTDC, dan lain-lain)yangakanmenimbundariutara ke selatan sepanjang 35km dengan t a r ge t l u a sreklamasi seluas 3.430 hektardengan kondisi sekarangbahwa 60% terumbu karangsudah rusak . Tumpahanminyakakibatak.vitasPT.ValeIndonesia di perairan Kec.Mal i l i juga mempersu l i tkehidupan sekitar 300nelayandi Desa Pasi-Pasi dan DesaL am p i a s e b a g a i p u s a tp e n a m p u n g a n m i n y a k(PelabuhanMangsaPoint);

Provinsi Sulawesi Tenggara,proyek-proyek reklamasi jugamarak direncanakan seiringpemekaranwilayahyangpusatpemerintahannya berbasis diwilayah pesisir. Kota Kendari,KotaBau-Bau,KotaKolakadanK o l a k a U t a r a u n t u kpengembanganpembangunan.Maraknya pertambangan danperkebunan sawit , turutmengkapling wilayah-wilayahpesisir untuk membangunfasilitasi pengangkutan berupadermaga/je. yang kemudianmeng can cam e ko s i s t emmangrovedanterumbukarangsebagai basis-basis wilayaht a n g k a p n e l a y a n y a n gkemudian berdampak padamenurunnyahasiltangkapan;

ProvinsiSulawesiBarat,prosesreklamasiseluas8,3hektardiKotaMamujusebagaipengembangan pembangunan wilayah pemerintahan dan ak.vitas penangkapanikandenganmenggunakanbomdanbius jugamasihmasihmarakdilakukandandidominasi oleh nelayan-nelayan luar daerah. Belummaksimalnya pengawasan olehpihak terkait serta belum dilakukan penetapan zonasi wilayah perairan, membuatkehidupannelayanlokalsemakinterancam;

Provinsi Sulawesi Utara, persoalan reklamasi terus menjadi bahansorotannelayan-nelayanlokalkhususnyadiKotaManadodansekitarnyayang dikembangkan menjadi pusat bisnis seluas 114 hektar dan 36hektardiwilayahMinahasa.Kemudianrencanareklamasi2000hektardiKotaBitungsebagaiKawasanEkonomiKhususdankerusakan-kerusakanekosistem mangrove, padang lamun terumbu karang lainnya karenaak.vitas industri perikanan dan pertambangan, seper. yang terjadi diPulau Bangka, Minahasa Utara. Sedikitnya sekitar 1600 jiwa yangterancam kehidupannya oleh ak.vitas pertambangan di pulau kecil.IllegalfishingjugamasihterjadidiperairanperbatasanantaraIndonesiadan Philipine yang memberikan pengaruh pada tangkapan nelayan-nelayankepulauanSangihedanTalaud;

ProvinsiMalaukuUtara,persoalanreklamasijugaterjadidiKota Ternate sebagai pusat kota pemerintahan untukpengembangan wilayah dan nelayan-nelayan di PulauTidore kebanyakan gulung .kar karena .ngginya biayaoperasional yang kemudian .dak sebanding dengan hasiltangkapan,khsusnyaikancakalang;

Page 15: WALHI Environmental Outlook 2016

Wilayah  Kelola  Rakyat:  Tumbuh  diantara  KeCdakpasCan  Perlindungan    

•  WALHI mendorong pendekatan yang lebih konprehensif melalui instrumen wilayah kelola rakyat (WKR), dimana aspek tata kuasa dan tata kelola yang menjadi konsern advokasi selama ini diperkuat dengan instrumen tata produksi dan tata konsumsi.

•  Agenda pembangunan masayarakat perdesaan yang digawangi oleh Kementerian Desa, Transmigrasi dan PDT (selanjutnya disebut dalam dokuemn ini Kementerian Desa) harus mengacu pada nilai dan kearifan masyarakat setempat, prinsip-prinsip keadilan ekologi, keberlanjutan, dan gotong royong sebagai ekstraksi dari nilai dasar yang berada di masyarakat.

Page 16: WALHI Environmental Outlook 2016

Kebijakan alokasi wilayah hutan seluas 12,7 juta hektar yang menjadi bagian dari implementasi program Nawa Cita pemerintah saat ini harus dipandang sebagai upaya untuk: 1.  Memberikan jaminan kepastian hak rakyat atas

sumber daya alamnya 2.  Melakukan perlawanan terhadap kemiskinan

yang banyak terjadi di dalam dan sekitar wilayah hutan;

3.  Perlindungan lingkungan hidup (hutan) dan menjawab tantangan perubahan iklim

Page 17: WALHI Environmental Outlook 2016

•  Masyarakat Nusantara di Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan – padi, 4.000-an ton dalam satu musim panen

•  Masyarakat Sungai Tohor, Riau – sagu basah, 300-500 ton per bulan

•  Masyarakat Besipae, Timor Tengah Selatan, NTT – memperbaiki ekosistem 2.000-an hektar untuk berproduksi

•  Masyarakat Kubung, Lemandau, Kalimantan Tengah – menjaga wilayah dengan aturan adat dari ekspansi sawit dan tambang

Wilayah  Kelola  Rakyat:  Membangun  dari  Pinggiran,  Membangun  

Komunitas  yang  Berproduksi  

Page 18: WALHI Environmental Outlook 2016

Bencana Ekologis, Masih Terjadi

0  

500  

1000  

1500  

2000  

2500  

3000  

Jan   Feb   Mart   April   Mei   Juni   Juli   Agust   Sept   Okt   Nop   Des   Total  

Bencana Ekologis Tahun 2015

Banjir   Longsor   Desa/Kel   Kecamatan   Korban  Jiwa  

Page 19: WALHI Environmental Outlook 2016

Jmlh  Bencana   Jmlh  Desa/Kel  Terlanda  

Jmlh  Kec  Terlanda  

Jmlh  Korban  Jiwa  

Kejadian  Bencana  Ekologis  Tahun  2015  

580  

2463  

1106  

226  

Jumlah   Korban  Jiwa  

449  

60  131   166  

JUMLAH KORBAN JIWA BERDASAR JENIS BENCANA TAHUN 2015

Banjir   Longsor  

Kejadian Bencana Ekologis dan Korban Jiwa

Page 20: WALHI Environmental Outlook 2016
Page 21: WALHI Environmental Outlook 2016

Bencana Ekologis: Masih akan Ada •  Merujuk pada data kehutanan tahun 2013: luas hutan dan lahan

kritis seluas 20,9 juta ha, izin pemanfatan hasil kayu hutan alam seluas 14,019 juta ha, dan pelepasan kawasan hutan seluas 6 juta ha untuk perkebunan dan transmigrasi. Sementara laju kemampuan pemerintah merehabilitasi kawasan darat hanya mencapai 105 ha pertahun.

•  Pada objek daerah aliran sungai (DAS) masih terjadi kerusakan di 32 DAS besar a.l Ciliwung, Citarum, Serayu, Brantas, Jeneberang, Kapuas, Wamena dan Sentani. Dan kerusakan pada sub-DAS sebagaimana terjadi pada Cikeas dan Cikaniki wilayah Nanggung dan Cibadak, Kabupaten Bogor. Daerah-dareah yang dilalui oleh DAS dan sub-DAS di atas merupakan areal yang kerap dilanda banjir

Page 22: WALHI Environmental Outlook 2016

Penegakan Hukum yang Tidak Berkeadilan

•  Kadaluwarsa Gugatan Memberi Jalan Industri PT. Semen Indonesia

•  Polda Jabar Membuka Kembali Kasus Tambang di Wilayah Perhutani

•  Putusan Ganjil Mahkamah Agung tentang Qanun Tata Ruang Aceh

•  Putusan Kasasi Mengancam Pejuang Lingkungan melawan penghancuran mata air Gemulo di Batu, Malang

•  Pengadilan meloloskan korporasi pembakar hutan di PN Palembang

•  Jalan sulit dan hak atas informasi di Bengkulu

Page 23: WALHI Environmental Outlook 2016

Demokratisasi dan HAM Masih Berwajah Buram

ANCAMAN TERHADAP ECO-DEFENDER Dalam tempo 5 Tahun, 2010 sampai 2015, Serangkain kekerasan dan kriminalisasi dilakukan Korporasi sektor SDA Terhadap Aktivis dan Masyarakat Korban.

Tercatat dari data kasus yang didampingi WALHI 5 tahun Terakhir, 773 Orang Mengalami Kriminaalisasi, 233 Mengalami Penganiayaan dan 28 orang Meninggal Dunia.

112

123

172

255

81

30

2

88

92

3

7

41

1

9

12

2

2

2

0 50 100 150 200 250 300

2010

2011

2012

2013

2014

2015

Meninggal Penganiayaan Penangkapan

Page 24: WALHI Environmental Outlook 2016

KONFLIK DAN KORBAN 2015

Papua

Kalbar

Sulb

ar

Sulse

l

Sultr

a

Jatim

Jate

ng

Jabar

Lam

pung

Bengkulu

Sum

sel

Jam

bi

Sum

ut

Tota

l

1 1 1 1

4

1 1 1

3

1 1 1 1 1

5

1 1 1 1

3

7

Konflik 2015 Tambang Hutan Sawit Tanah

Papua

Kalbar

Sulb

ar

Sulse

l

Sultr

a

Jatim

Jate

ng

Jabar

Lam

pung

Bengkulu

Sum

sel

Jam

bi

Sum

ut

Tota

l

6

16

1 4 2 1

30

3 1

10

1 1

12

28

41

12

1

13

1 1 2

Korban Konflik 2015

Penahanan Penganiayaan Penembakan Pembunuhan

Sumber:  KPA,  2016  

Page 25: WALHI Environmental Outlook 2016

Rekomendasi •  Komitmen global harus diturunkan dalam kebijakan

dalam negeri juga mampu menjawab problem struktural bangsa ini, mulai dari ketimpangan penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam/agraria, hingga pembenahan tata kelola sda kita yang masih berbasis lahan dan bertumpu pada industri ekstraktif. Paradigma ekonomi dan pembangunan harus berubah. Dari mainstream pertumbuhan, menjadi berkeadilan dan berkeberlanjutan

Page 26: WALHI Environmental Outlook 2016

•  Komitmen “Hutan untuk Rakyat” à langkah-langkah kerja harus segera dilakukan oleh pemerintah, antara lain menyelesaikan konflik agraria dan mempercepat kebijakan redistribusi hutan untuk rakyat melalui skema yang lebih sederhana, terintegrasi dalam data spasial (one map policy),

•  Upaya di atas merupakan bagian yang tidak terlepaskan dari upaya untuk mewujudkan percepatan pengakuan wilayah adat dan perluasan wilayah kelola rakyat.

•  Mensinergikan kebijakan redistribusi hutan untuk rakyat dengan upaya penguatan masyarakat desa dan wilayah perdesaannya

Page 27: WALHI Environmental Outlook 2016

•  Memastikan perlindungan wilayah-wilayah kelola nelayan dan eksosistem-ekosistem penting, seperti mangrove, padang lamun dan terumbu karang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari ancaman dan tekanan proyek reklamasi, kegiatan pertambangan, perkebunan, pencemaran limbah, perairan serta pariwisata berbasis penguasaan wilayah perairan.

•  Untuk mencegah dan mengurangi risiko bencana khususnya yang diakibatkan karena pembangunan berisiko tinggi, maka pemerintah pusat dan propinsi perlu melakukan audit dan memperketat perzinan, melakukan monitoring dan meminta laporan secara berkala kepada pelaku usaha.

Page 28: WALHI Environmental Outlook 2016

•  Pemerintah segera megeluarkan kebijakan perlindungan wilayah-wilayah yang unik dan penting, seperti kawasan karst, gambut, mangroves dari industri ekstraktif.

•  Pada aspek penegakan hukum lingkungan, mengacu pada berbagai kasus lingkungan hidup yang begitu sulit mencapai keadilan di ruang pengadilan umum, maka ditolaknya keseluruhan gugatan KLHK melawan PT. BMH harus menjadi momentum untuk terus mendorong lahirnya peradilan lingkungan hidup.

•  Pemerintah segera melakukan langkah-langkah pemenuhan komitmen Presiden, untuk membentuk peradilan lingkungan hidup (disampaikan pada saat berkunjung ke kantor WALHI pada bulan Mei 2014 lalu).

Page 29: WALHI Environmental Outlook 2016

     

Terima  Kasih    

Wahana  Lingkungan  Hidup  Indonesia    

Eksekutif  Nasional  Jl.  Tegal  Parang  Utara  14,  

Jakarta  12790    

www.walhi.or.id