Efendi, 2003

5
©2003 Digitized by USU digital library 1 PERANAN KULIT DALAM MENGATASI TERJADINYA AKNE VULGARIS ZUKESTI EFENDI Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Tampil bersih, rapi dan menarik sudah menjadi dambaan individu masyarakat dan kerapian yang menyeluruh dan yang lokal terutama akan terjelas dan terlihat pada wajah khususnya dan kulit umumnya. Kulit merupakan bagian tubuh yang paling pertama terlihat dan terserang penyakit. Akne vulgaris atau lebih sering disebut jerawat merupakan penyakit kulit yang banyak sekali dijumpai terutama di masyarakat kita Indonesia, penyakit yang menyerang bagian organ kulit ini terutama ditemui pada usia remaja dan dewasa muda 15 – 19 tahun pada wanita dan 17 – 21 tahun pada pria, tapi sering juga pada usia lebih muda atau lebih tua, terkena juga penyakit ini. Berdasarkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa frekwensi akne vulgaris pada populasi manusia cukup tinggi, bahkan menurut Kligman penyelidik terkenal dibidang akne tidak ada seorang manusiapun yang melewati kehidupannya tanpa sebuah jerawat dikulitnya. Sehingga timbul keraguan apakah akne ini merupakan penyakit atau hanya suatu tanda kehidupan fisiologis saja. Sama seperti tumbuhnya kumis jenggot dan lain-lain. Hal inilah yang menjadi kendala karena walaupun akne vulg aris ini tidak membahayakan kehidupan tetapi sering menjadi masalah karena akibat kosmetik yang tidak jarang menjadi keluhan psikologis penderita terhadap lingkungan sosial sekelilingnya, bahkan menyebabkan kurang percaya diri pada aindividu tersebut, malu untuk berkumpul-kumpul dan lain sebagainya. Akne vulgaris ini menyerang dan mengenai appendages kulit yaitu kelenjar lemak kulit sehingga daerah kulit yang lebih sering terkena adalah bagian kulit yang yang banyak mengandung kelenjar lemak yaitu muka, leher, dada, bahu punggung dan lengan atas bagian atas. Histologi Kulit dan Turunannya (Integumen) Kulit merupakan organ yang berfungsi melindungi bahan dan pengaruh bersama dengan Integumennya (yaitu Kuku, rambut, dan beberapa macam kelenjar) Kulit terdiri atas 2 (dua) lapisan : I. Epidemis, suatu epitel yang khusus berasal dari ektodern Epidermis merupakan epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk, terdiri dari empat jenis sel yang berbeda, sel keratisonis, sel melanosit, sel lima lapis atau stratum: a. stratum germinativum atau lapisan benih atau stratum basale yang terletak diatas dermis b. Startum spinosum atau lapisan taju atau lapis sel duri. c. Startum granulosum atau lapis berbutir . d. Startum korneum atau lapisan tanduk paling luar berzat tanduk.

description

satu

Transcript of Efendi, 2003

Page 1: Efendi, 2003

©2003 Digitized by USU digital library 1

PERANAN KULIT DALAM MENGATASI TERJADINYA AKNE VULGARIS

ZUKESTI EFENDI

Bagian Histologi Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Tampil bersih, rapi dan menarik sudah menjadi dambaan individu masyarakat dan kerapian yang menyeluruh dan yang lokal terutama akan terjelas dan terlihat pada wajah khususnya dan kulit umumnya.

Kulit merupakan bagian tubuh yang paling pertama terlihat dan terserang penyakit. Akne vulgaris atau lebih sering disebut jerawat merupakan penyakit kulit yang banyak sekali dijumpai terutama di masyarakat kita Indonesia, penyakit yang menyerang bagian organ kulit ini terutama ditemui pada usia remaja dan dewasa muda 15 – 19 tahun pada wanita dan 17 – 21 tahun pada pria, tapi sering juga pada usia lebih muda atau lebih tua, terkena juga penyakit ini.

Berdasarkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa frekwensi akne

vulgaris pada populasi manusia cukup tinggi, bahkan menurut Kligman penyelidik terkenal dibidang akne tidak ada seorang manusiapun yang melewati kehidupannya tanpa sebuah jerawat dikulitnya. Sehingga timbul keraguan apakah akne ini merupakan penyakit atau hanya suatu tanda kehidupan fisiologis saja. Sama seperti tumbuhnya kumis jenggot dan lain-lain.

Hal inilah yang menjadi kendala karena walaupun akne vulgaris ini tidak membahayakan kehidupan tetapi sering menjadi masalah karena akibat kosmetik yang tidak jarang menjadi keluhan psikologis penderita terhadap lingkungan sosial sekelilingnya, bahkan menyebabkan kurang percaya diri pada aindividu tersebut, malu untuk berkumpul-kumpul dan lain sebagainya.

Akne vulgaris ini menyerang dan mengenai appendages kulit yaitu kelenjar lemak kulit sehingga daerah kulit yang lebih sering terkena adalah bagian kulit yang yang banyak mengandung kelenjar lemak yaitu muka, leher, dada, bahu punggung dan lengan atas bagian atas. Histologi Kulit dan Turunannya (Integumen) Kulit merupakan organ yang berfungsi melindungi bahan dan pengaruh bersama dengan Integumennya (yaitu Kuku, rambut, dan beberapa macam kelenjar) Kulit terdiri atas 2 (dua) lapisan :

I. Epidemis, suatu epitel yang khusus berasal dari ektodern Epidermis merupakan epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk, terdiri dari empat jenis sel yang berbeda, sel keratisonis, sel melanosit, sel lima lapis atau stratum:

a. stratum germinativum atau lapisan benih atau stratum basale yang terletak diatas dermis

b. Startum spinosum atau lapisan taju atau lapis sel duri. c. Startum granulosum atau lapis berbutir . d. Startum korneum atau lapisan tanduk paling luar berzat tanduk.

Page 2: Efendi, 2003

©2003 Digitized by USU digital library 2

II. Dermis, dibawah epidermis dan bagian dalam biasanya sukar ditentukan batasnya karena mnyatu denga jaringan subkutis (hypordemis). Dermis, terdiri dari dua lapisan jaringan ikatan yang tersusun tidak teratur :

a. Lapisan papiler yang permukaan b. Lapisan retikuler dibawahnya.

Unsur sel dari dermis ialah fibroblas dan makrofag, sel lemak yang tunggal ataupun berkelompaok, sel kromatofor dan melanosit. Serat otot polos munkin dapat ditemui dalam dermis, yang tersusun membentuk berkas dihubungkan dengan folikel rambut (muskulus erector pili) dan bertebar diseluruh dermis. Kontarksinya menyebabkan kulit daerah bersangkutan mengkerut tampaknya. Dalam kulit muka dan leher sejumlah serat otot rangka berakhir pada jalinan serat elastin halus.

Hipodermis Hipodermis merupakn lapisan bawah kulit (fasia suberfisialis) sebetulnya bukan merupakan bagian dari kulit tapi kelihatannya sperti perluasaan bagian dalam dermis. Pada hypodermis ditemui: sel lemak, panikulus adiposus, jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah tubuh dan menurut keadaan nutrisi individu. Rambut Rambut merupakan benang keratin elastis yang berkembang dari invaginasi epitel epidermis. Pertumbuhan rambut dipengaruhi hormon seks khususnya androgen pada daerah-daerah tertentu seperti pada kulit kepala, wajah dan pubis juga dipengaruhi oleh hormon adrenal dan tiroid.

Aktivitasmitosis pada folikel rambut dan kelenjar sebasea dibawah pengaruh

androgen. Deramis mengelilingi folikel, lebih pdat membentuk sarung jaringan penyambung khusus, melekat pada sarung ini dan menghubungkannya dengan lapisan papiler adalah berkas sel-sel otot polos yang tersusun dengan arah miring, otot ini disebut muskulus erektor pilli, yang jiak berkontraksi menimbulkan ereksi batang rambut dalam posisis yang lebih vertikal yang sering pada manusia dinamakan “tegak bulu roma”. Kelenjar-kelenjar kulit, terdiri dari :

- Kelenjar sebasea, atau kelenjar lemak kulit - Kelenjar keringat - Kelenjar mamma

Kelenjar sebasea ditemukan tertanam pda dermis pada hampir disemua

bagian tubuh kecuali pada daerah yang tidak mempunyai rambut. Merupakan kelenjar asiner yang biasanya mempunyai banayak muara asinus dalam duktus yang pendek, dan biasanya pada bagian atas folikel.

Kelenjar sebasea merupakan kelenjar holokrin, dengan hasil sekresinya

sebelum dikeluarkan bersama sisa sel mati, hasil ini terdiri atas campuran compleks lipid yang mengandung trigliserida, asam lemak bebas dan kolertrol beserta ester-esternya. Faktor utama yang mnegatur kelenjar sebasea ini pada laki-laki adalah testostoren testis dan pada wanita merupakan gabungan androgen ovarium dan adrenal.

Page 3: Efendi, 2003

©2003 Digitized by USU digital library 3

Aliran kelenjar sebasea ini adalah kontinyu dan jika terjadi gangguan pada sekresi dan aliran normal sebem akan merupakan salah satu alasan akan timbulnya jerawat atau akne vulgaris.

Kelenjar keringat tersebar luas dalam kulit, merupakan kelenjar simpleks bergelung tubulosa, memepunyai fungsi nekresi, kelenjar merokrin atau apokrin.

Kelenjar mamma , kelenjar yang berfungsi mengsekresi susu. AKNE VULGARIS Akne vulgaris atau jerawat adalah penyakit yang menyerang bagian organ kulit yang disebut satua pilosebasea, merupakan penyakit yang menyerang bagian kronik, dan ditandai dengan adanya efloresensi komedo, popula pustula, nodus dan kista pada tempat -tempat predileksinya, dan ditemui didaerah muka, leher, dada, bahu dan punggung. Akne merupakan penyakit yang multifaktoral, karena banyak faktor yang menyebabkan dan mempengaruhi timbulnya akne ini. Cunnliffe (1975) mengemukan ada 4 (empat) faktor yang saling berkaitan dalam patogenesa terjadinya akne yaitu :

1. Produksi sebum (lemak) yang meningkat 2. Perubahan dalam komposisi lemak permukaan kulit 3. Penyumbatan saluran kelenjar sebasea 4. Kolonisasi bakteri paa tempat tersebut

Ini merupakan dasar patogenisis yang penting sebagai pengobatan akne. Untuk mengatasi timbulnya akne vulgaris perlunya kerjasama yang baik antara penderita dan dokter yang merawatnya. Secara sistematis Sjarif M Wasitaatmadja (1987) mengemukakan beberapa faktor baik eksogen maupun endogen yang disangka dapat mempengaruhi terbentuknya akne vulgaris seperti :

1. Faktor genetik, akne vulgaris mungkin merupakan penyakit genetic akibat adanya peningkatan kepekaan unit pilosebsea terhadap kadar androgen yang normal. Adanya menduga bahkan faktor genetik ini berperan dalam menentukan bentuk dan gambaran klinis, penyebaran lesi dan durasi penyakit. Pada lebih 80% penderita mempunyai minimal seorang saudara kandung mempunyai yang sama dan pada ebih dari 60% penderita mempunyai minimal salah satu orang tua dengan akne vulgaris juga.

2. Faktor Ras, kemungkinan ras berperan dalam timbulnya akne vulgaris diajukan karena melihat kenyataan adnya ras-ras tertenu seperti mongoloid yang lebih jarang menderita akne dibandingkan dengan Causcasian, orang kulit hitam pun lebih dikenal dibanding dengan orang kulit putih.

3. Faktor musim, suhu yang tinggi, kelembaban udara yang lebih besar, serta sinar ultra violet yang lebih banyak menyebabkan akne vulgaris lebih sering timbul pada musim panas dibandingkan dengan musim dingin. Pada kulit kenaikan suhu udara 1 derajat celcius mengakibatkan kenaikan laju ekresi sebum naik sebanyak 10%.

4. Faktor makanan masih diperdebatkan, ada penyelidik yang setuju makanan berpengaruh pada timbulnya akne, adapula yang kintra.

Page 4: Efendi, 2003

©2003 Digitized by USU digital library 4

Jenis makanan yang sering dihubungkan dengan timbulnya akne adalah makanan tinggi lemak (kacang, daging berlemak susu, es krim), makanan tinggi karbinhidrat (makanan manis syrop), makanan beryodida tinggi (makanan asal laut) dan pedas. Menurut yang pro makanan dapat merubah komposisi sebum dan menaikan Produksi kelenjar sebasea.

5. Faktor infleksi, ada 3 (tiga) golongan mikroorganisme yang merupakan flora normal kulit, C akne, S epidermis, dan P ovale. Peran mikroba ini adalah membentuk enzim lipase yang dapat memecah trigliserida menjadi asam lemak bebas yang bersifat komedogenik.

6. Faktor psikis, seperti stress emosi pada sebagian penderita dapat menyebabkan kambuhnya akne, mungkin melalui mekanisme peningkatan produksi Androgen dalam tubuh.

7. Faktor endokrin atau hormonal yan merupakan faktor penting pada akne vulgaris. Yang berat kadar DHT ini 20 kali lebih banyak dari normal.

8. Faktor keaktifan kelenjar sebasea akan memepengaruhi banyak sedikitnya produksi sebum. Pada penderita akne vulgaris produksi sebumnya lebih tinggi dari normal.

Semua faktor penyebab ini pengaruhnay tidak sama pada setiap individu penderita dan umumnya multifaktora, dengan kata lain semua faktor dapat mempengaruhi. patogenesa terjadinya akne vulgaris. Pada kulit kelenjar sebasea bermuara pada folikel rambut, membentuk unit pilosebsea, yaitu folikel rambut dengan satu atau lebih kelenjar, bersama otot polos yang berhubungan dengan folikel tersebut.

Kadang-kadang kelenjar sebasea bermuara langsung kepermukaan kulit. Didaerah muka punggung dan kulit kepala terdapat kelenjar sebasea dalam jumlah yang lebih banyak dan lebih besar. Pada daerah-daerah tersebut terdapat 400 –900 Kelenjar/Cm2 sedangkan ditempat lain kurang dari 100 kelenjar/cm2

Kelenjar sebasea adalah kelenjar yang menghasilkan sebum atau lemak yang berguna untuk membentuk lemak permukaan kulit yang berfungsi melindungi kulit. Sebum terdiri dari campuran dari berbagai macam lemak seperti trigliserida, asam lemak bebas, ester malam kolesterol skualen dan ester kolesterol.

Ada 4 (empat) faktor partogen yang terjadi pada pembentukan lesi akne vulgaris antara lain :

1. Terjadinya penyumbatan pad saluran kelenjar sebasea dengan keratin dan sebum yang akan mengeras dimulai siinfra infun dibum. Dengan pengaruh faktor kertinisasi, hormonal dan susunan lemak sebum maka terjadi proses ini. Masa penyumbat akan menghalangi pengeluaran produksi sebum dari kelenjar dan mengundang timbulnya peradangan didinding folikel.

2. Pengaruh hormon testoren dan androgen yang mempengaruhi produksi sebum, peningkatan hormon ini akan berpengaruh pada berat ringannya penyakit.

3. Terjadinya perubahan hormonal akan mengakibatkan perubahan susunan biokimia lemak dan ensim pemecah lemak dari mikroorganisme dikulit. Hampir semua komponen sebum bersifat komedogenik tetapi yang dianggap paling komedogenik adalah asam lemak bebas dan skualent, sedang ester malam, kolesterol trigliserida mempunyai efek lemah.

Page 5: Efendi, 2003

©2003 Digitized by USU digital library 5

4. Akne vulgeris bukan termasuk penyakit infeksi, peranan mikroorganisme C. Akne S.epidermis, P ovale terhadap pembentukan erupsi tidak dapat disingkirkan. Mikroorganisme ini mengeluarkan enzim hialurronidase dan lipase, dan faktor kemotaktik. Lipase memecah lemak menjadi asam lemak bebas yang komedogenik. Faktor kemotaktik diduga berperan pada proses inflamasi yang terjadi sesudah penyumbatan.

KESIMPULAN Kulit yang banyak mengandung kelenjar sebasea merupakan bagian yang sering diserang akne vulgaris atau jerawat, hal ini kemungkinan disebabkan beberapa faktor yang sangat mempengaruhinya natara lain : penyumbatan saluran sebasea peningkatan produksi sebum, perubahan biokimia susunan lemak kulit, koloniosasi mikroorganisme difolikel sebasea.

Untuk mengatasi hal tersebut diatas sebetulnya kulit sendiri telah mempunyai dan berperan secara alamiah dimana dengan adanya satuan pilosebasea dimana pengeluaran secret disamping akibat tekanan menyeluruh karena terjadinya pembesaran sel-sel ditengah alveolus juga karena adanya kontraksi dari muskulus erector filli.

Demikian juga tubuh secara menyeluruh dengan adanya hormon yang mengatur perkembangan dan pertumbuhan kelenjar adrenal, androgen ovarium. Mungkin pada gangguan keseimbangan hormon ini juga dapat mempengaruhi timbulnya akne vulgaris disamping hal-hal yang telah diterangkan diatas. Disamping itu juga tidak sedikit peranan kebersihan dalam mengatasi tumbuhnya jerawat, sehingga hal ini juga memacu pakar kesehatan dengan pakar kecantikan mengembangkan ilmu pengetahuannya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kulit umumnya dan kesehatan muka pada khususnya. SARAN Tenaga ahli atau spesialis kulit sudah semestinya mengayomi tenaga kecantikan dalam menangani dan mengatasi tumbuhnya jerawat. Dan dalam perwatan kulit dan muka sebaiknya pra ahli kecantikan tetap dibawah pengawasan spesialis kulit da muka sebaiknya para ahli kecantikan tetap dibawah pengawasan spesialis kulit atau seorang dokter. DAFTAR PUSTAKA 1. C. Roland Leeson Textbook of Histology ed 5. 1985 2. L.Carlos Junguera M. D Basic Histology ed.3. 1980 3. Jan Tambayong alih bahasa Histology dasar edisi 8.1997 4. Syarif M Wasitaatmdja akne vulgaris etiologi, patofisologi dan diagnosa medika

No. I th 13 Januari 1987 5. Alexander A. Maximow A Textbook of Histology seventh edition 1957 6. Moris Fisbein M.D Medikal and Helath Encyclopedia 1976 7. Henry Brainerd M.D Current Diagnosis & Treatment 1967.