makalah 2003

21

Click here to load reader

Transcript of makalah 2003

Page 1: makalah 2003

PENDAHULUAN

Stroke, Pembunuh No.3 di Indonesia

Kasus stroke meningkat di negara maju seperti Amerika dimana kegemukan dan junk food telah

mewabah. Berdasarkan data statistik di Amerika, setiap tahun terjadi 750.000 kasus stroke baru di

Amerika. Dari data tersebut menunjukkan bahwa setiap 45 menit, ada satu orang di Amerika yang

terkena serangan stroke.

Menurut Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), terdapat kecenderungan meningkatnya jumlah

penyandang stroke di Indonesia dalam dasawarsa terakhir. Kecenderungannya menyerang generasi

muda yang masih produktif. Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya tingkat produktifitas serta

dapat mengakibatkan terganggunya sosial ekonomi keluarga.

Tidak dapat dipungkiri bahwa peningkatan jumlah penderita stroke di Indonesia identik dengan

wabah kegemukan akibat pola makan kaya lemak atau kolesterol yang melanda di seluruh dunia, tak

terkecuali Indonesia.

Di Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker.

Bahkan, menurut survei tahun 2004, stroke merupakan pembunuh no.1 di RS Pemerintah di seluruh

penjuru Indonesia.

Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena stroke. Dari jumlah tersebut, sepertiganya bisa

pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang dan sepertiga

sisanya mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita terus menerus di kasur.

Page 2: makalah 2003

PEMBAHASAN

Apa itu Stroke ?

Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian

jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak.

WHO mendefinisikan bahwa stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang

diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain dari itu.

Klasifikasi Stroke

Stroke terjadi bila pembuluh darah di otak pecah atau tersumbat, yang mengakibatkan gejala-gejala

yang berlangsung lebih dari 24 jam.

Berdasarkan penyebabnya, stroke terbagi menjadi dua :

1. Cerebral haemorrhage (stroke hemorajik), yaitu stroke yang terjadi karena pecahnya

pembuluh darah.

Pada stroke hemorragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang

normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya. Hampir 70

persen kasus stroke hemorrhagik terjadi pada penderita hipertensi.

2. Ischaemic stroke (stroke iskemik/ non hemorragik), yaitu stroke yang terjadi karena

sumbatan pembuluh darah.

Pada stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis (penumpukan

kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu

pembuluh darah ke otak. Hampir sebagian besar pasien atau sebesar 83% mengalami stroke

jenis ini.

Iskemia otak merupakan akibat berkurangnya aliran darah di otak, baik secara umum maupun

secara lokal. Kata iskemia berasal dari kata Yunani, “ischein” (menghentikan) dan “haima”

(darah).

Stroke iskemik, atau stroke non-hemoragik, pada kelompok usia di atas 45 tahun, paling

banyak disebabkan atau ada kaitannya dengan aterosklerosis.

Page 3: makalah 2003

Untuk mengetahui diagnosa stroke non hemoragik atau stroke hemoragik, dapat digunakan

Skor Stroke Siriraj (SSS) yaitu :

SSS : (2,5 x derajat kesadaran) + (2x vomitus) + (2 x nyeri kepala) + (10% x tekanan

diastolik) – (-3x petanda ateroma) – 12

Penilaian :  Skor  >  1:  Stroke Hemoragik

Skor  < -1 : Stroke non Hemoragik (stroke iskemik)

Selain itu dapat digunakan CT Scan atau MRI.

Stroke Non Hemoragik (Iskemik) ini mencakup :

TIA (Transient Iskemik Attack)

SIE  (Stroke in Evolution)

CS   (Completed Stroke)

RIND (Reversibel Iskemik Neurologik Defisit)

Pada stroke iskemik,

- penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak.

Darah ke otak disuplai oleh dua arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri

ini merupakan cabang dari lengkung aorta jantung.

- Suatu ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk di dalam pembuluh darah arteri karotis

sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat serius karena setiap

pembuluh darah arteri karotis dalam keadaan normal memberikan darah ke sebagian besar

otak. Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir di dalam darah,

kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil.

- Pembuluh darah arteri karotis dan arteri vertebralis beserta percabangannya bisa juga

tersumbat karena adanya bekuan darah yang berasal dari tempat lain, misalnya dari

jantung atau satu katupnya. Stroke semacam ini disebut emboli serebral (emboli = sumbatan,

serebral = pembuluh darah otak) yang paling sering terjadi pada penderita yang baru

menjalani pembedahan jantung dan penderita kelainan katup jantung atau gangguan irama

jantung (terutama fibrilasi atrium).

- Emboli lemak jarang menyebabkan stroke. Emboli lemak terbentuk jika lemak dari sumsum

tulang yang pecah dilepaskan ke dalam aliran darah dan akhirnya bergabung di dalam sebuah

arteri.

Page 4: makalah 2003

- Stroke juga bisa terjadi bila suatu peradangan atau infeksi menyebabkan penyempitan

pembuluh darah yang menuju ke otak. Obat-obatan (misalnya kokain dan amfetamin) juga

bisa mempersempit pembuluh darah di otak dan menyebabkan stroke.

- Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah ke

otak, yang biasanya menyebabkan seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi jika tekanan darah

rendahnya sangat berat dan menahun. Hal ini terjadi jika seseorang mengalami kehilangan

darah yang banyak karena cedera atau pembedahan, serangan jantung atau irama jantung yang

abnormal.

Dilihat dari gejalanya, stroke terbagi atas tiga :

1.      Stroke Sementara (sembuh dalam beberapa menit atau jam)

2.      Stroke Ringan (sembuh dalam beberapa minggu)

3.      Stroke Berat (sembuh dengan meninggalkan cacat, tidak bisa sembuh total, bahkan dalam

beberapa bulan atau tahun kemudian bisa mengakibatkan kematian)

Baik stroke sementara, stroke ringan maupun berat, mempunyai 5 (lima) gejala utama, yaitu:

Pusing atau sakit kepala tiba-tiba tanpa tahu sebabnya

Tiba-tiba kehilangan keseimbangan, koordinasi dan kontrol tubuh

Kehilangan penglihatan pada salah satu atau kedua mata

Kehilangan kesadaran dan bicara tidak jelas

Kelemahan dan kelumpuhan pada wajah, lengan, tangan, terutama pada salah satu sisi tubuh

Sedangkan Klasifikasi Stroke menurut WHO adalah :

Berdasarkan perubahan patologik pada otak :

o PSA (Perubahan Sub arachnoid)

o PIS (Pendarahan Intraserebral)

o Nekrosis iskemik serebral

Berdasarkan stadium klinik :

Page 5: makalah 2003

o TIA (Transient Iskhemic Attack)

o SIE (Stroke in Evolution)

o CS (Completed Stroke)

o RIND (Reversibel Iskemik Neurologik Defisit)

Apa yang terjadi pada stroke?

- Saat  terjadi stroke, aliran darah ke otak berkurang atau sama sekali tertutup.

-Sel-sel saraf otak yang tidak mendapat suplai oksigen dan nutrisi akan rusak  dan kemudian mati.

-Stroke juga menyebabkan pembengkakan pada area yang terkena. Pembengkakan ini juga

menyebabkan sel-sel saraf otak disekitarnya sementara berhenti bekerja.

Mengapa Stroke dapat terjadi ?

Otak membutuhkan banyak oksigen. Berat otak hanya 2 1/2 % dari berat badan seluruhnya, namun

oksigen yang dibutuhkannya hampir mencapai 20% dari kebutuhan badan seluruhnya. Oksigen ini

diperoleh dari darah. Di otak sendiri hampir tidak ada cadangan oksigen. Dengan demikian otak

sangat bergantung kepada keadaan aliran darah setiap saat. Bila suplai oksigen terputus selama 8-10

detik, maka terjadi gangguan fungsi otak.Bila lebih lama dari 6-8 menit, terjadi jejas (lesi) yang tidak

pulih lagi (irreversible) dan kemudian kematian.

Dari percobaan pada binatang diketahui bahwa penghentian aliran darah ke otak selama lebih dari 3

menit menyebabkan kerusakan yang menetap.

Beberapa daerah di otak lebih peka terhadap iskemia (berkurang aliran darah). Daerah dengan

aktivitas metabolik yang lebih tinggi membutuhkan makanan yang lebih banyak untuk

mempertahankan integritas strukturalnya. Dengan demikian masa kelabu yang mempunyai aktivitas

metabolik yang lebih tinggi lebih sensitive terhadap iskemia.

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, Kelainan yang terjadi akibat gangguan peredaran darah di otak

dapat dibagi atas 2 golongan, yaitu :

1. Infark Iskemik, disebut juga sebagai Stroke Non-Hemoragik

2. Perdarahan, disebut sebagai Stroke Hemoragik.

Page 6: makalah 2003

Perlu diingat bahwa kedua keadaan ini dapat terjadi bersamaan. Hemoragi dapat meninggikan tekanan

di rongga tenggkorak dan menyebabkan iskemia di daerah lain yang tidak terlibat hemoragi.

Sebaliknya di daerah iskemia dapat pula terjadi hemoragi.

FAKTOR RESIKO TERJADINYA STROKE

•Tekanan darah tinggi (Hipertensi)

•Gula dalam darah berlebihan (Diabetes)

•Penyakit jantung

•Faktor yang mempengaruhi kekentalan darah

•Usia lanjut

•Rokok

•Kegemukan

•Stres

•Kurang aktivitas / tirah baring lama

•Alkohol / obat terlarang

•Riwayat Stroke atau TIA (Transient Ischemic Attack)

•Dan lain-lain.

Tindakan dan Pencegahan

Meskipun hanya terserang stroke sementara, Sangat dianjurkan untuk cepat-cepat membawanya ke

rumah sakit atau dokter terdekat. Di samping derajat stroke yang dialami oleh seseorang, penanganan

dari dokter atau pihak rumah sakit terhadap pasien stroke akan sangat menentukan kesembuhan dari

stroke.

Sejumlah pasien dapat sembuh dari stroke, tetapi banyak juga meninggal atau mengalami cacat

permanen (mengalami kelumpuhan, gangguan bicara dan hilangnya sebagian daya ingat). Stroke

hemorajik mempunyai kemungkinan lebih besar menyebabkan CACAT atau kematian dibandingkan

stroke iskemik.

Seseorang yang pernah mengalami stroke atau stroke ringan, bisa saja mendapatkan serangan stroke

ulangan. Bahkan resiko berulangnya stroke sangat tinggi. Kurang lebih dari lima pasien akan

mendapat stroke sekunder dalam waktu lima tahun. Namun seiring dengan canggihnya pengobatan

stroke, saat ini risiko berulangnya stroke bisa dikurangi. Asam asetil salisilat yang banyak dipakai

oleh pasien stroke iskemik atau TIA dapat mengurangi risiko stroke sekunder 25 – 33 %.

Page 7: makalah 2003

Operasi untuk menghilangkan sumbatan pada arteri karotid yang mengalirkan darah ke otak juga

dapat mengurangi risiko stroke pada pasien yang mengalami stroke iskemik atau TIA. Tetapi hanya

sebagian kecil pasien yang dapat menjalani operasi ini.

Obat-obat anti pembekuan darah juga dapat mengurangi risiko stroke pada orang yang pernah

mengalami stroke atau TIA karena gangguan irama jantung. Namun, hanya sebagain kecil pula ya

Pertolongan pertama pada penderita stroke

Pertolongan Pertama Pada Penderita Stroke adalah Dengan cara mengeluarkan darah pada setiap

ujung jari tangan dan ujung  daun telinga )  Adalah satu cara terbaik untuk memberikan pertolongan

pertama kepada orang yang mendapat serangan STROKE.  Cara ini selain dapat menyelamatkan

nyawa si penderita , juga tidak menimbulkan efek sampingan apapun. 

Pertolongan pertama ini merupakan pertolongan GAWAT DADURAT ,yang dapat berhasil 100%.

Sebagaimana diketahui , orang yang mendapat serangan STROKE , seluruh darah di tubuh akan

mengalir sangat kencang  menuju pembuluh darah di otak.  Apabila kegiatan pertolongan diberikan

terlambat sedikit saja , maka  pembuluh darah pada otak tidak akan kuat menahan aliran darah yang 

mengalir dengan deras dan akan segera pecah sedikit demi sedikit. 

Dalam menghadapi keadaan demikian jangan sampai panik tetapi harus tetap tenang. Si penderita

harus tetap berada di tempat semula dimana ia terjatuh ( Mis  : di kamar mandi, kamar tidur, atau

dimana saja ) 

JANGAN DIPINDAHKAN‼

Sebab dengan memindahkan si penderita dari tempat semula akan mempercepat  perpecahan

pembuluh darah di otak.  Penderita harus di bantu mengambil posisi duduk yang baik agar tidak 

terjatuh lagi , dan pada saat itu pengeluaran darah dapat dilakukan. 

Untuk yang terbaik menggunakan JARUM SUNTIK , namun apabila tidak ada , maka JARUM

JAHIT / JARUM PENTUL / PENITI dapat dipakai ~ dengan terlebih dahulu di-steril-kan dulu

dengan cara di bakar diatas api ~  Setelah jarum steril, segera lakukan PENUSUKAN pada 10

UJUNG JARI  TANGAN. 

Titik penusukan kira-kira 1 cm dari ujung kuku. Setiap jari cukup di  tusuk 1 KALI SAJA dengan

harapan setiap jari mengeluarkan tetes darah.  Pengeluaran darah juga dapat dibantu dengan cara di

PENCET apabila  darah ternyata tidak keluar dari ujung jari.  Dalam jangka waktu kira-kira 10 menit ,

si penderita akan segera sadar kembali. 

Page 8: makalah 2003

Bila mulut si penderita tampak Mencong / Tidak normal , maka KEDUA  DAUN TELINGA si

penderita HARUS DITARIK-TARIK sampai berwarna kemerah-merahan.  Setelah itu lakukanlah 2

KALI PENUSUKAN pada masing-masing UJUNG  BAWAH TELINGA sehingga darah keluar

sebanyak 2 tetes dari setiap ujung  daun telinga. Dengan demikian dalam beberapa menit bentuk

mulut si penderita akan kembali normal. Setelah keadaan si penderita pulih dan tidak ada kelainan

yang berarti,  maka segera bawa si penderita dengan hati-hati ke dokter atau rumah sakit   terdekat

untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut. 

Membaca Gejala Stroke

Sebagian besar kasus stroke terjadi secara mendadak, sangat cepat dan menyebabkan kerusakan otak

dalam beberapa menit (completed stroke). Kemudian stroke menjadi bertambah buruk dalam beberapa

jam sampai 1-2 hari akibat bertambah luasnya jaringan otak yang mati (stroke in evolution).

Perkembangan penyakit biasanya (tetapi tidak selalu) diselingi dengan periode stabil, dimana

perluasan jaringan yang mati berhenti sementara atau terjadi beberapa perbaikan. Gejala stroke yang

muncul pun tergantung dari bagian otak yang terkena.

Membaca isyarat stroke dapat dilakukan dengan mengamati beberapa gejala stroke berikut:

Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh.

Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran.

Penglihatan ganda.

Pusing.

Bicara tidak jelas (rero).

Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat.

Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh.

Pergerakan yang tidak biasa.

Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.

Ketidakseimbangan dan terjatuh.

Pingsan.

Page 9: makalah 2003

Kelainan neurologis yang terjadi akibat serangan stroke bisa lebih berat atau lebih luas, berhubungan

dengan koma atau stupor dan sifatnya menetap. Selain itu, stroke bisa menyebabkan depresi atau

ketidakmampuan untuk mengendalikan emosi.

Stroke juga bisa menyebabkan edema atau pembengkakan otak. Hal ini berbahaya karena ruang

dalam tengkorak sangat terbatas. Tekanan yang timbul bisa lebih jauh merusak jaringan otak dan

memperburuk kelainan neurologis, meskipun strokenya sendiri tidak bertambah luas.

Hubungan kesehatan Rongga mulut terhadap  Jantung dan Stroke

Penyebaran penyakit dari gigi ke organ tubuh lain dapat dijelaskan lewat teori fokal infeksi (FI).

Fokal Infeksi adalah infeksi kronis di suatu tempat dan memicu penyakit ditempat lain.

Berbagai racun, sisa sisa kotoran, maupun mikroba penginfeksi pada gigi dan mulut ternyata bisa

menyebar ke tempat lain, di bagian tubuh lain seperti ginjal, jantung, mata bahkan penyakit kulit

sekalipun.

Infeksi di akar gigi maupun dijaringan penyangga gigi melibatkan lebih daro 350 macam bakteri dan

mikroorganisma. Karena letak infeksinya sangat dekat dengan pembuluh darah, produk bakteri berupa

toksin dapat menyebar ke seluruh tubuh.

Bakteri dari mulut (oral bacteria) ketika masuk ke dalam pembuluh darah akan menempel pada

timbunan lemak di pembuluh arteri jantung dan akan menimbulkan bekuan yang menyebabkan

timbulnya penyakit jantung koroner, peradangan otot serta katup jantung (endokarditis). Semua itu,

menghambat aliran darah serta penyaluran sumber makanan dan oksigen ke jantung, sehingga jantung

tak berfungsi semestinya.

Gejala awal dapat berupa nyeri dada, seperti rasa terbakar, tertekan, dan beban berat di dada kiri

sampai ke lengan kiri, leher, dagu dan bahu. Nyeri dada juga terasa dibagian tengah dada yang

didikuti rasa mual, muntah, pusing, keringat dingin, tungkai serta lengan menjadi dingin, dan nafas

terasa sesak.

Penelitian menunjukkan bahwa orang yang menderita penyakit gigi mempunyai risiko 2 kali lebih

tinggi terkena jantung koroner dibandingkan yang tidak. Dan orang yang telah didiagnosa stroke

umumnya lebih besar kemungkinan memiliki infeksi di mulutnya.

Mendiagnosis Stroke

Page 10: makalah 2003

Diagnosis stroke biasanya ditegakkan berdasarkan perjalanan penyakit dan hasil pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan fisik dapat membantu menentukan lokasi kerusakan pada otak. Ada dua jenis teknik

pemeriksaan imaging (pencitraan) untuk mengevaluasi kasus stroke atau penyakit pembuluh darah

otak (Cerebrovascular Disease/CVD), yaitu Computed Tomography (CT scan) dan Magnetic

Resonance Imaging (MRI).

CT scan diketahui sebagai pendeteksi imaging yang paling mudah, cepat dan relatif murah untuk

kasus stroke. Namun dalam beberapa hal, CT scan kurang sensitif dibanding dengan MRI, misalnya

pada kasus stroke hiperakut.

Untuk memperkuat diagnosis biasanya dilakukan pemeriksaan CT scan atau MRI. Kedua

pemeriksaan tersebut juga bisa membantu menentukan penyebab dari stroke, apakah perdarahan atau

tumor otak. Kadang dilakukan angiografi yaitu penentuan susunan pembuluh darah/getah bening

melalui kapilaroskopi atau fluoroskopi.

Penanganan Stroke

Jika mengalami serangan stroke, segera dilakukan pemeriksaan untuk menentukan apakah

penyebabnya bekuan darah atau perdarahan yang tidak bisa diatasi dengan obat penghancur bekuan

darah.

Penelitian terakhir menunjukkan bahwa kelumpuhan dan gejala lainnya bisa dicegah atau dipulihkan

jika recombinant tissue plasminogen activator (RTPA) atau streptokinase yang berfungsi

menghancurkan bekuan darah diberikan dalam waktu 3 jam setelah timbulnya stroke.

Antikoagulan juga biasanya tidak diberikan kepada penderita tekanan darah tinggi dan tidak pernah

diberikan kepada penderita dengan perdarahan otak karena akan menambah risiko terjadinya

perdarahan ke dalam otak.

Penderita stroke biasanya diberikan oksigen dan dipasang infus untuk memasukkan cairan dan zat

makanan. Pada stroke in evolution diberikan antikoagulan (misalnya heparin), tetapi obat ini tidak

diberikan jika telah terjadi completed stroke.

Pada completed stroke, beberapa jaringan otak telah mati. Memperbaiki aliran darah ke daerah

tersebut tidak akan dapat mengembalikan fungsinya. Karena itu biasanya tidak dilakukan

pembedahan.

Page 11: makalah 2003

Pengangkatan sumbatan pembuluh darah yang dilakukan setelah stroke ringan atau transient ischemic

attack, ternyata bisa mengurangi risiko terjadinya stroke di masa yang akan datang. Sekitar 24,5%

pasien mengalami stroke berulang.

Untuk mengurangi pembengkakan dan tekanan di dalam otak pada penderita stroke akut, biasanya

diberikan manitol atau kortikosteroid. Penderita stroke yang sangat berat mungkin memerlukan

respirator (alat bantu bernapas) untuk mempertahankan pernafasan yang adekuat. Di samping itu,

perlu perhatian khusus kepada fungsi kandung kemih, saluran pencernaan dan kulit (untuk mencegah

timbulnya luka di kulit karena penekanan).

Stroke biasanya tidak berdiri sendiri, sehingga bila ada kelainan fisiologis yang menyertai harus

diobati misalnya gagal jantung, irama jantung yang tidak teratur, tekanan darah tinggi dan infeksi

paru-paru. Setelah serangan stroke, biasanya terjadi perubahan suasana hati (terutama depresi), yang

bisa diatasi dengan obat-obatan atau terapi psikis.

Masih Ada Harapan Untuk Sembuh

Ada sekitar 30%-40% penderita stroke yang masih dapat sembuh secara sempurna asalkan ditangani

dalam jangka waktu 6 jam atau kurang dari itu. Hal ini penting agar penderita tidak mengalami

kecacatan. Kalaupun ada gejala sisa seperti jalannya pincang atau berbicaranya pelo, namun gejala

sisa ini masih bisa disembuhkan.

Sayangnya, sebagian besar penderita stroke baru datang ke rumah sakit 48-72 jam setelah terjadinya

serangan. Bila demikian, tindakan yang perlu dilakukan adalah pemulihan. Tindakan pemulihan ini

penting untuk mengurangi komplikasi akibat stroke dan berupaya mengembalikan keadaan penderita

kembali normal seperti sebelum serangan stroke.

Upaya untuk memulihkan kondisi kesehatan penderita stroke sebaiknya dilakukan secepat mungkin,

idealnya dimulai 4-5 hari setelah kondisi pasien stabil. Tiap pasien membutuhkan penanganan yang

berbeda-beda, tergantung dari kebutuhan pasien. Proses ini membutuhkan waktu sekitar 6-12 bulan.

Transient Ischemic Attack (TIA)

Page 12: makalah 2003

Ilustrasi: repro

Deskripsi

Transient Ischemic Attack (TIA) seperti stroke, gejalanya serupa, tetapi biasanya TIA hanya

berlangsung beberapa menit dan tidak menyebabkan kerusakan permanen.

TIA sering disebut ministroke, serangan iskemik transien ini dapat menjadi peringatan terhadap

serangan stroke. Fakta menunjukkan bahwa sekitar satu dari tiga orang yang mengalami serangan

iskemik transien akhirnya memiliki stroke, dengan sekitar setengah yang terjadi dalam satu tahun

setelah serangan iskemik transien.

Serangan Iskemik Sesaat (Transient Ischemic Attacks, TIA) adalah gangguan fungsi otak yang

merupakan akibat dari berkurangnya aliran darah ke otak untuk sementara waktu. TIA lebih banyak

terjadi pada usia setengah baya dan resikonya meningkat sejalan dengan bertambahnya umur.

Kadang-kadang TIA terjadi pada anak-anak atau dewasa muda yang memiliki penyakit jantung atau

kelainan darah.

Serangan transient ischemic (TIA) adalah episode umur-pendek (kurang dari 24 jam) yang sementara

pelemahan ke otak yang disebabkan oleh hilangnya suplai darah. TIA menyebabkan kehilangan

fungsi di daerah tubuh yang dikendalikan oleh bagian otak yang terkena.

Hilangnya suplai darah ke otak yang paling sering disebabkan oleh pembekuan darah yang spontan

dalam bentuk pembuluh darah di dalam otak (pembekuan darah). Namun, bisa juga hasil dari bentuk

yang membeku di tempat lain di dalam tubuh, dislodges dari lokasi itu, dan perjalanan ke

pengendapan di arteri dari otak (emboli). kekejangan dan, jarang, yang berdarah adalah penyebab

lainnya TIA. Banyak orang merujuk ke TIA sebagai "mini-stroke."

PENYEBAB

Serpihan kecil dari endapan lemak dan kalsium pada dinding pembuluh darah (ateroma) bisa lepas,

mengikuti aliran darah dan menyumbat pembuluh darah kecil yang menuju ke otak, sehingga untuk

sementara waktu menyumbat aliran darah ke otak dan menyebabkan terjadinya TIA.

Resiko terjadinya TIA meningkat pada:

Page 13: makalah 2003

- tekanan darah tinggi

- aterosklerosis

- penyakit jantung (terutama pada kelainan katup atau irama jantung)

- diabetes

- kelebihan sel darah merah (polisitemia).

GEJALA

Beberapa TIAs berkembang perlahan, sedangkan yang lain berkembang pesat. Dengan definisi,

semua TIAs tersebut dalam waktu 24 jam. Strokes memakan waktu lebih lama dibandingkan untuk

TIAs, dan dengan Strokes, fungsi lengkap mungkin tidak pernah kembali dan mencerminkan yang

lebih permanen dan masalah serius.

TIA terjadi secara tiba-tiba dan biasanya berlangsung selama 2-30 menit, jarang sampai lebih dari 1-2

jam.

Gejalanya tergantung kepada bagian otak mana yang mengalami kekurangan darah:

- Jika mengenai arteri yang berasal dari arteri karotis, maka yang paling sering ditemukan adalah

kebutaan pada salah satu mata atau kelainan rasa dan kelemahan

- Jika mengenai arteri yang berasal dari arteri vertebralis, biasanya terjadi pusing, penglihatan ganda

dan kelemahan menyeluruh.

Gejala lainnya yang biasa ditemukan adalah:

- Hilangnya rasa atau kelainan sensasi pada lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh

- Kelemahan atau kelumpuhan pada lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh

- Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran

- Penglihatan ganda

- Pusing

- Bicara tidak jelas

- Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat

- Tidak mampu mengenali bagian tubuh

Page 14: makalah 2003

- Gerakan yang tidak biasa

- Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih

- Ketidakseimbangan dan terjatuh

- Pingsan.

Gejala-gejala yang sama akan ditemukan pada stroke, tetapi pada TIA gejala ini bersifat sementara

dan reversibel. Tetapi TIA cenderung kambuh; penderita bisa mengalami beberapa kali serangan

dalam 1 hari atau hanya 2-3 kali dalam beberapa tahun.

Sekitar sepertiga kasus TIA berakhir menjadi stroke dan secara kasar separuh dari stroke ini terjadi

dalam waktu 1 tahun setelah TIA. Meskipun paling sering TIAs terakhir hanya beberapa menit, semua

TIAs harus dievaluasi dengan urgensi sebagai stroke dalam upaya mencegah recurrences dan / atau

Strokes. . TIAs dapat terjadi sekali, beberapa kali, atau mendahului stroke tetap. Serangan transient

ischemic harus dianggap sebagai keadaan darurat, karena tidak ada jaminan bahwa situasi tersebut

akan berfungsi dan akan kembali.

DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.

Karena tidak terjadi kerusakan otak, maka diagnosis tidak dapat ditegakkan dengan bantuan CT scan

maupun MRI. Digunakan beberapa teknik untuk menilai kemungkinan adanya penyumbatan pada

salah satu atau kedua arteri karotis.

Aliran darah yang tidak biasa menyebabkan suara (bruit) yang terdengar melalui stetoskop.

Dilakukan skening ultrasonik dan teknik Doppler secara bersamaan untuk mengetahui ukuran

sumbatan dan jumlah darah yang bisa mengalir di sekitarnya.

Angiografi serebral dilakukan untuk menentukan ukuran dan lokasi sumbatan. Untuk menilai arteri

karotis biasanya dilakukan pemeriksaan MRI atau angiografi, sedangkan untuk menilai arteri

vertebralis dilakukan pemeriksaan ultrasonik dan teknik Doppler.

Sumbatan di dalam arteri vertebral tidak dapat diangkat karena pembedahannya lebih sulit bila

dibandingkan dengan pembedahan pada arteri karotis.

PENGOBATAN

Tujuan pengobatan adalah untuk mencegah stroke.

Page 15: makalah 2003

Faktor resiko utama untuk stroke adalah tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi, merokok dan

diabetes; karena itu langkah pertama adalah memperbaiki faktor-faktor resiko tersebut.

Obat-obatan diberikan untuk mengurangi kecenderungan pembentukan bekuan darah, yang

merupakan penyebab utama dari stroke. Salah satu obat yang paling efektif adalah Aspirin. Kadang

diberikan dipiridamol, tetapi obat ini hanya efektif untuk sebagian kecil penderita. Untuk yang alergi

terhadap Aspirin, bisa diganti dengan tiklopidin.

Jika diperlukan obat yang lebih kuat, bisa diberikan antikoagulan (misalnya heparin atau warfarin).

Luasnya penyumbatan pada arteri karotis membantu dalam menentukan pengobatan.

Jika lebih dari 70% pembuluh darah yang tersumbat dan penderita memiliki gejala yang menyerupai

stroke selama 6 bulan terakhir, maka perlu dilakukan pembedahan untuk mencegah stroke.

Sumbatan yang kecil diangkat hanya jika telah menyebabkan TIA yang lebih lanjut atau stroke.

Pada pembedahan enarterektomi, endapan lemak (ateroma) di dalam arteri dibuang.

Pembedahan ini memiliki resiko terjadinya stroke sebesar 2%. Pada sumbatan kecil yang tidak

menimbulkan gejala sebaiknya tidak dilakukan pembedahan, karena resiko pembedahan tampaknya

lebih besar.

Page 16: makalah 2003