EFENDI PROPOSAL

66
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesionalisme yang dimiliki prajurit Batalyon Kesehatan adalah dasar-dasar P3K dan Evakuasi (Pokera Korps Marinir 2003) .Di Batalyon Kesehatan Marinir, tamtama merupakan bagian dari prajurit kesehatan dengan strata paling bawah.Tamtama dalam regu kesehatan kompi mempunyai tugas bergerak disektor depan dengan fungsi pokok memberikan P3K dan melakukan evakuasi apabila ada korban di daerah penugasan. Untuk melengkapi kemampuan perorangan setiap tamtama diberikan buku saku yang berisi panduan tentang P3K dengan materi yang meliputi ; penghentian perdarahan, patah tulang, gawat jantung dan paru, sengatan panas, gigitan/sengatan binatang, evakuasi,dan penanggulangan tenggelam. Tersedianya buku saku P3K tidak berarti setiap tamtama memiliki kemampuan seperti yang ada dibuku tersebut. Terutama tamtama remaja yang baru dinas dengan masa kerja kurang dari 4 tahun, masih memiliki perilaku 1

Transcript of EFENDI PROPOSAL

Page 1: EFENDI PROPOSAL

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Profesionalisme yang dimiliki prajurit Batalyon Kesehatan adalah dasar-dasar

P3K dan Evakuasi (Pokera Korps Marinir 2003) .Di Batalyon Kesehatan Marinir,

tamtama merupakan bagian dari prajurit kesehatan dengan strata paling bawah.Tamtama

dalam regu kesehatan kompi mempunyai tugas bergerak disektor depan dengan fungsi

pokok memberikan P3K dan melakukan evakuasi apabila ada korban di daerah

penugasan. Untuk melengkapi kemampuan perorangan setiap tamtama diberikan buku

saku yang berisi panduan tentang P3K dengan materi yang meliputi ; penghentian

perdarahan, patah tulang, gawat jantung dan paru, sengatan panas, gigitan/sengatan

binatang, evakuasi,dan penanggulangan tenggelam. Tersedianya buku saku P3K tidak

berarti setiap tamtama memiliki kemampuan seperti yang ada dibuku tersebut. Terutama

tamtama remaja yang baru dinas dengan masa kerja kurang dari 4 tahun, masih memiliki

perilaku dalam penguasaan P3K yang sangat kurang. Hal ini disebabkan kurangnya

latihan serta kegiatan rutin yang tidak ada hubungan dengan wawasan P3K (Jaga,

pembinaan fisik ,latihan yang dititk beratkan pada kemampuan tempur individu), serta

latar belakang pendidikan mereka non kesehatan (Pers Yonkesmar 2002). Namun sampai

saat ini pengaruh latihan P3K terhadap perubahan perilaku kesehatan pada tamtama

didalam pertolongan pertama kecelakaan masih belum jelas.

Menurut data pada laporan kekuatan personel Batalyon Kesehatan Korprs Marinir

tahun 2003 jumlah personel tamtama yang belum menempuh pendidikan (SPK, AKPER,

1

Page 2: EFENDI PROPOSAL

LDD Kes/ Kursus P3K tingkat dasar kusus anggota tamtama) sebanyak 63,2% ( Laporan

tahunan pada tahun 2003). Dari data tersebut dapat diartikan bahwa lebih dari 50 %

tamtama belum memiliki dasar pengetahuan tentang P3K yang didapatkan dari sekolah

kesehatan.maupun kursus tingkat dasar. Kondisi tersebut berdampak pada kemampuan

tamtama sebagai prajurit yang bergerak disektor depan dalam P3K, yang berakibat

kurang profesionalnya kemampuan prajurit kesehatan yang dalam setiap penugasan.

Batalyon Kesehatan Marinir sebagai bagian dari kesehatan TNI AL dibawah

pembinaan Korps Marinir yang bertugas membina dan menyediakan kekuatan untuk

melaksanakan dukungan kesehatan dalam rangka pelaksanaan tugas latihan maupun

dalam operasi tempur(Binpers TNI AL 1996). Agar dukungan kesehatan yang diberikan

dapat terlaksana secara berdaya guna dan berhasil guna , maka kemampuan prajurit

kesehatan sebagai pendukung utama harus benar-benar profesional dibidangnya.

Kenyataanya kemampuan tamtama tentang dasar-dasar P3K masih kurang ,hal ini

mungkin disebabkan karena beberapa hal antara lain latar belakang pendidikan yang

tidak sesuai dengan fungsi sebagai tamtama kesehatan (SMP ,SMU, SMK non

kesehatan ) serta kegiatan yang dilaksanakan setiap hari kebanyakan bersifat rutinitas,

misalnya apel pagi, pembinaan fisik, dinas dipenjagaan dan tugas lain yang tidak ada

hubungannya dengan kemampuan pembinaan dibidang kesehatan, dan kurangnya latihan

yang berhubungan dengan P3K. Sehingga hal ini berdampak pada kurang

profesionalismenya prajurit kesehatan dalam melakukan P3K ditempat latihan maupun

pada saat di daerah penugasan.

Kemampuan prajurit tamtama yang bertugas disektor depan masih kurang dalam

hal P3K. Dengan adanya latihan yang rutin maka kemampuan tamtama kesehatan dalam

2

Page 3: EFENDI PROPOSAL

pelaksanaan P3K akan terasah dan berdampak pada perubahan perilaku dalam P3K,

sehingga profesionalisme benar-benar ditonjolkan. Hal ini seperti yang disampaikan

oleh Andrew.E Sikula yang dikutip oleh Anwar Prabu Negoro (2000), bahwa hampir

90% dari pengetahuan pekerjaan (latihan P3K) diperoleh melalui On The Job Training

yaitu latihan ditempat kerja yaitu dengan cara demonstrasi berupa praktek menyelesaikan

sesuatu dalam rangka meningkatkan skill atau keterampilan. Solusi yang digunakan

untuk bisa memenuhi tuntutan tersebut diperlukan latihan, menurut (Anwar Prabu

Mangku Negoro ; 2000), tujuan latihan adalah untuk meningkatkan penghayatan jiwa dan

ideologi, meningkatkan kualitas kerja, meningkatkan sikap moral dan semangat kerja,

serta meningkatkan kemampuan. Untuk itu peneliti mencoba memberikan latihan untuk

meningkatkan kemampuan pengetahuan dan keterampilan, sehingga dapat merubah

perilaku Tamtama Kesehatan dalam melaksanakan P3K secara optimal.

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimanakah perilaku tamtama dalam melakukan pertolongan pertama pada

kecelakaan sebelum dilaksanakan latihan P3K ?

2. Apakah pengaruh latihan P3K terhadap perubahan tingkat pengetahuan pada

tamtama dalam pertolongan pertama pada kecelakaan ?

3. Apakah pengaruh latihan P3K terhadap perubahan sikap pada tamtama dalam

pertolongan pertama pada kecelakaan ?

4. Apakah pengaruh latihan P3K terhadap perubahan ketrampilan pada tamtama

dalam perolongan pertama pada kecelakaan ?

3

Page 4: EFENDI PROPOSAL

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Membuktikan pengaruh latihan P3K terhadap perubahan perilaku kesehatan

dalam pertolongan pertama kecelakaan pada tamtama di Batalyon Kesehatan Korps

Marinir Surabaya.

1.3.2 Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini diarahkan untuk mencapai hal-hal sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi pengaruh latihan terhadap perubahan pengetahuan tamtama

tentang P3K.

2. Mengidentifikasikan pengaruh latihan terhadap perubahan sikap tamtama dalam

P3K

3. Mengidentifikasikan pengaruh latihan P3K terhadap perubahan keterampilan

tamtama Yonkesmar.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoritis

Diharapkan dari penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dalam

pengembangan dan menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang P3K.

1.4.2 Praktis

1. Sebagai bahan masukan bagi Perwira Yonkesmar untuk memberikan saran dan

pertimbangan kepada Komandan dalam pengembangan latihan selanjutnya.

2. Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pada tamtama Yonkesmar yang

belum sekolah formal dikesehatan (SPK dan Akper) dalam menambah pengetahuan

tentang P3K.

4

Page 5: EFENDI PROPOSAL

3. Dapat dijadikan salah satu sumber data untuk malaksanakan latihan dengan tingkat

yang lebih besar.

4. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi yonkesmar

sebagai salah satu bahan materi untuk pelaksanaan latihan P3K selanjutnya.

5

Page 6: EFENDI PROPOSAL

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan diuraikan beberapa konsep yang mendasari penelitian yaitu

tentang (1) Pendidikan Kesehatan, (2) Perilaku, (3) Latihan Dasar P3K.

2.1 Pendidikan Kesehatan

2.1.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan Kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara

menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat sadar, tahu dan

mengerti, juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan

kesehatan. (Azrul Anwar, dikutip oleh Nasrul Efendy,1995 ).

Menurut WHO dalam Ottawwa Charter,1986 seperti yang dikutip

Notoatmodjo,2003 bahwa pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan

kemampuan masyarakat dalam memelihara kesehatan dan meningkatkan kesehatannya.

Selain itu untuk mencapai derajad kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental dan

sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal dan mewujudkan aspirasinya,

kebutuhannya dan mampu mengubah dan mengatasi lingkungannya.

2.1.2 Tujuan Pendidikan

Menurut Nasrul Efendy (1995), tujuan pendidikan kesehatan yang paling pokok

adalah :

1) Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina

dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam

upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

6

Page 7: EFENDI PROPOSAL

2) Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat

yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga dapat

menurunkan angka kesakitan dan kematian.

3) Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah perilaku

perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan.

Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa tujuan akhir dari pendidikan kesehatan

adalah masyarakat dapat memperaktekkan hidup sehat bagi dirinya sendiri dan

masyarakat, atau masyarakat dapat berperilaku hidup sehat (healthy life style)

2.1.3 Sasaran Pendidikan Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa berdasarkan pentahapan

upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi dalam tiga kelompok sasaran :

1) Sasaran Primer (primary target)

Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan atau

promosi kesehatan,maka sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi : kepala keluarga

untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk masalah KIA, anak

sekolah untuk kesehatan remaja dan sebagainya. Upaya ini sejalan dengan strategi

pemberdayaan masyarakat (empowerment)

2) Sasaran Sekunder (secondary target)

Sasaran ini terdiri dari tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dan sebagainya,

karena kelompok ini merupkan contoh / acuan perilaku sehat dan diharapakan akan

memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat sekitarnya, maka para tokoh

masyarakat ini akan memberikan contoh dan acuan perilaku. Upaya ini sejalan degan

strategi dukungan sosial (social support)

7

Page 8: EFENDI PROPOSAL

3) Sasaran Tersier (tertiary target)

Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik ditingkat pusat, maupun daerah

adalah sasaran tertier, dengan kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh

kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh masyarakat dan

masyarakat umum. Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran tertier

sejalan dengan strategi advokasi (advocacy).

Faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran dalam keberhasilan pendidikan

kesehatan diantaranya : tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, adat istiadat,

kepercayaan masyarakat dan ketersediaan waktu dari masyarakat.

2.1.4 Metode Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses yang mempunyai masukan dan

keluaran, yaitu suatu proses menuju tercapainya tujuan pendidikan dengan sasaran

perubahan perilaku yang dipengaruhi oleh banyak factor salah satunya yaitu factor

metode dan alat-alat bantu pendidikan yang dipakai. Untuk sasaran massa, harus berbeda

dengan sasaran individual dan sebagainya.

Menurut Notoatmodjo (2003) ada beberapa metode pendidikan, yaitu :

1) Metode pendidikan individual (perorangan)

Metode pendidikan yang bersifat individual digunakan untuk membina perilaku

baru, atau membina seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau

inovasi. Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai

masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku

baru tersebut.

8

Page 9: EFENDI PROPOSAL

Bentuk pendekatan ini antara lain :

(1) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling)

(2) Wawancara (interview)

2) Metode pendidikan kelompok

Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus diingat besarnya kelompok

sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran, misal :

(1) Kelompok besar

Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta penyuluhan Itu lebih

dari 15 orang. Metode yang paling baik untuk kelompok ini adalah ceramah dan

seminar.

(2) Kelompok kecil

Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang, kelompok kecil ini antara lain :

diskusi kelompok, curah pendapat (brain storming), bola salju (snow balling),

kelompok-kelompok kecil (buzz group), memainkan peran (role Play) dan

permainan simulasi (simulation game).

3) Metode pendidikan massa

Metode pendidikan massa (pendekatan), massa cocok untuk mengkomunikasikan

pesan - pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Contoh metode ini

adalah : ceramah umum, pidato / diskusi tentang kesehatan dimedia elektronik,

simulasi, tulisan-tulisan dimajalah atau Koran, billboard yang dipasang dipinggir

jalan, spanduk, poster dan lain-lain.

9

Page 10: EFENDI PROPOSAL

2.1.5 Alat Bantu / Media Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian

Yang dimaksud dengan alat Bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan

oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran, alat Bantu ini

sering disebut juga sebagai alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan

memperagakan sesuatau didalam proses pendidikan ( Notoatmodjo,2003 )

2. Manfaat Alat Bantu Pendidikan

1) Menimbulakan minat sasaran pendidikan

2) Mencapai sasaran yang lebih baik

3) Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman

4) Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima

kepada orang lain.

5) Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan

6) Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami dan

akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik

7) Membantu penegakan pengertian yang diperoleh, sehingga apa yang diterima akan

lebih lama dalam ingatan

3. Macam-macam alat Bantu pendidikan

1) Alat bantu lihat (visual aids), missal yang diproyeksikan yaitu : slide, film. Yang

tidak diproyeksikan, misalnya : gambar peta, bagan, boneka dan lain-lain.

2) Alat bantu dengar (audio aids), yaitu alat yang dapat membantu untuk

menstimulasikan indera pendengar pada waktu proses penyampaian bahan

10

Page 11: EFENDI PROPOSAL

pendidikan atau pengajaran, misalnya : piring hitam, radio, pita suara, dan

sebagainya.

3) Alat bantu lihat dan dengar, misalnya : televisi dan video cassette.

4. Sasaran yang dicapai alat bantu pendidikan

1) Sasaran, misalnya : individu atau kelompok, kategori sasaran (kelompok umur,

pendidikan, pekerjaan), bahasa yang digunakan, adat istiadat, kebiasaan, minat dan

perhatian.

2) Tempat memasang misalnya : didalam keluarga, dimasyarakat, instansi-instansi

(puskesmas, rumah sakit, kantor, sekolah ,dan sebagainya)

3) Sedapat mungkin dipergunakan oleh : petugas-petugas kesehatan, guru sekolah,

tokoh masyarakat, pamong desa dan sebagainya.

5. Merencanakan dan menggunakan alat peraga.

Sebelum menggunakan alat peraga kita harus merencanakan dan memilih alat peraga

yang paling penting dan tepat untuk digunakan, dan tujuan yang hendak dicapai;

1) Tujuan pendidikan:

(1) Menanamkan dan pengetahuan/pengertian, pendapatdan konsep-konsep.

(2) Mengubah sikap dan persepsi.

(3) Menamkan tingkah laku /kebiasaan yang baru.

2) Tujuan penggunaan alat peraga

(1) Sebagai alat bantu dalam latihan/penataran/pendidkan

(2) Untuk menimbulkan perhatian terhadap suatu masalah

(3) Untukmengingatkan suatu pesan/informasi

(4) Untuk menjelaskan fakta-fakta,prosedur,tindakan

11

Page 12: EFENDI PROPOSAL

6. Media Pendidikan Kesehatan

Merupakan saluran (chanel) untuk menyampaikan informasi kesehatan digunakan

untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat,berdasarkan

fungsinya sebagai penyalur pesan-pesan kesehatan media ini dibagi menjadi :

1) Media Cetak

Media cetak sebagai alat Bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan antara lain

sebagai berikut :

(1) Booklet, ialah suatu media untuk menyampaikan pesan – pesan kesehatan dalam

bentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar.

(2) Lembaran (Leaflet), ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan – pesan

kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk

kalimat maupun gambar atau kombinasi.

(3) Selebaran (flyer), bentuknya seperti leaflet, tetapi tidak berlipat.

(4) Lembar balik ( flip chart), media penyampaian pesan atau informasi kesehatan

dalam bentuk buku dimana tiap lembar berisi gambar peragaan dan lembaran

baliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi yang berkaitan dengan

gambar tersebut.

(5) Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas suatu

masalah kesehatan , atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.

(6) Poster iadalah bentuk media cetak yang berisi pesan-pesan kesehatan yang

biasanya ditempel ditembok-tembok, ditempat-tempat umum atau di kendaraan

umum.

(7) Foto yang mengungkapkan informasi kesehatan.

12

Page 13: EFENDI PROPOSAL

2) Media Elektronik

Media Elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan informasi kesehatan

berbeda-beda, antara lain : televisi, radio, video, slide, film strip.

3) Media Papan (Billboard)

Papan (billboard) yang dipasang ditempat-tempat umum dapat diisi dengan pesan-

pesan atau informasi-informasi kesehatan.

2.2 Perilaku

2.2.2 Pengertian Perilaku Manusia

Yang dimaksud dengan perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau

aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara

lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan

sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang disebut perilaku manusia

adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang

tidak dapat diamati oleh pihak luar. ( Notoatmodjo,2003 ).

Skinner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan

respon atau reaksi sesorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena

perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian

organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus

- Organisme - Respon. ( Notoatmodjo,2003 ).

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan

menjadi dua :

13

Page 14: EFENDI PROPOSAL

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup

(covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,

pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus

tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku Terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.

Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang

dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain ( Notoatmodjo,2003 ).

2.2.2 Perilaku Kesehatan

Sedang yang dimaksud dengan perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo,2003

adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan

dengan sakit atau penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta

lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi tiga

kelompok (maintanance) :

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.

2. Perilaku pencarian atau penggunaan system atau fasilitas kesehatan, atau sering

disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior).

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita

penyakit dan atau kecelakaan.

14

Page 15: EFENDI PROPOSAL

3. Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun

sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi

kesehatannya.

2.2.3 Domain Perilaku

Perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang yang

merupakan hasil bersama antara beberapa factor, antara lain :

1. Faktor Internal

Yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat bawaan, misalnya : tingkat

kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

2. Faktor Eksternal

Yaitu faktor yang dominan mewarnai perilaku sesorang, misalnya : lingkungan fisik,

sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya.

Menurut Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan seperti

dikutip Notoatmodjo (2003) membagi perilaku itu dalam tiga domain (ranah/kawasan),

meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas.

Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan, yaitu

mengembangkan atau maningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari :

ranah kognitif (kognitif domain), ranah affektif (affective domain), ranah psikomotor

(psikomotor domain).

Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk

kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :

15

Page 16: EFENDI PROPOSAL

1. Pengetahuan (knowledge)

1) Pengertian Pengetahuan.

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu ( Notoatmodjo,2003 ).

Jadi pengetahuan atau cognitive merupakan domain yang sangat penting untuk

membentuk tindakan seseorang, dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa

perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada didasari

tanpa pengetahuan. Menurut Rogers (1974), yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003),

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang

tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu :

(1) Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

stimulus (objek) terlebih dahulu.

(2) Interest, yaitu orang mulai teratrik pada stimulus

(3) Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

(4) Trial, yaitu orang telah mulai mencoba perilaku baru.

(5) Adoption, yaitu subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

2) Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu :

(1) Tahu (know) diartikan sebagai penginngat sesuatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

16

Page 17: EFENDI PROPOSAL

rangsangan yang diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang

yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan

mennyatukan.

(2) Memahami (comprehension) yaitu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, terhadap

obyek yang dipelajari.

(3) Aplikasi (aplication) yaitu sesuatu kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai aplikasi penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus, metode,

prinsip dalam kontek dan situasi lain.

(4) Analisa (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarakan materi atau

suatu obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur

organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

(5) Sintesis yaitu suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-

bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis

adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi atau menyusun formulasi-

formulasi yang telah ada.

(6) Evaluasi (evaluation) yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi penilaian

terhadap materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria

yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

17

Page 18: EFENDI PROPOSAL

2. Sikap

1) Pengertian Sikap

Sikap adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan nyata dan perbuatan

yang mungkin akan terjadi (Ahmadi,1999). Ahmadi juga mengutip pernyataan

W.J.Thomas yang memberi batasan sikap sebagai suatu kesadaran individu yang

menentukan perbuatan yang nyata maupun yang mungkin akan terjadi didalam

kegiatan-kegiatan sosial. Dalam hal ini Thomas menyatakan bahwa sikap seseorang

selalu diarahkan terhadap sesuatu hal atau sesuatu obyek tertentu, tidak ada satu

sikap pun yang tanpa obyek.

2) Ciri-ciri sikap

Menurut (Heri Purwanto, 1998), menyebutkan cirri-ciri sikap adalah :

(1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari, sepanjang

perkembangan orang itu dalam hubungan dengan obyeknya.

(2) Sikap dapat berubah-ubah, karena itu sikap dapat dipelajari bila terdapat

keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada

orang itu.

(3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu

terhadap suatu obyek.

(4) Obyek sikap itu merupakan satu hal tertentu dan juga merupakan kumpulan dari

hal-hal tersebut.

(5) Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan.

18

Page 19: EFENDI PROPOSAL

3) Pembentukan dan Perubahan Sikap

Manusia tidak dilahirkan dengan sikap tertentu. Sikap dibentuk sepanjang

perkembangannya, peranan sikap dalam kehidupan manusia sangat besar, sebab jika

sudah terbentuk pada manusia dia akan turut menentukan cara manusia bertingkah

laku terhadap obyek-obyek sikapnya (Sutarno,2000).

Sikap seseorang tidak selamanya tetap. Ia dapat berkembang atau berubah

manakala mendapat pengaruh, baik dari dalam maupun dari luar yang bersifat positif dan

mengesankan. Umumnya proses perubahan sikap didahului oleh suatu stumuli persuasive

yang biasanya berupa komunikasi verbal diantaranya pendidikan tentang kesehatan.

Perhatian dan pemahaman subyek terhadap komunikasi atau pesan yang disampaikan

akan menentukan apa yang dipelajari oleh subyek mengenai isi pesan tersebut, sedangkan

proses lain dianggap menentukan apakah isi yang dipelajari akan diterima atau diadopsi

oleh subyek ataukah tidak.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap

suatu stimulus atau obyek. Allport menjelaskan seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo

(2003) bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok :

1) kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu obyek.

2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek.

3) Kecendrungan untuk bertindak (trend to behave)

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan ;

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang

diberikan (obyek)

19

Page 20: EFENDI PROPOSAL

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang

diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mngerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah

suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko

merupakan sikap yang paling tinggi.

3. Praktek atau tindakan (practice)

Pengertian dari tindakan adalah suatu perbuatan yang dilakukan seseorang setalah

menentukan sikap, tindakan dalam perilaku disebut psikomotor, postulat konsistensi

tergantung menjabarkan bahwa hubungan sikap dan perilaku ditentikan oleh faktor-

faktor situasional tertentu. Breackler dan Wiggins yang dikutip oleh Syaifudin Aswar

(1995), mengatakan bahwa sikap-sikap yang diperoleh lewat pengalaman akan

menimbulkan pengaruh langsung terhadap perilaku berikutnya.

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).

Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata, diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor

dukungan (support).

Praktek ini mempunyai beberapa tingkatan :

1) Persepsi (perception)

20

Page 21: EFENDI PROPOSAL

Mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dngan tindakan yang akan

diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2) Respon terpimpin (guide response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh

adalah merupakan indicator praktek tingkat kedua.

3) Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan seseatu dangan bennar secara otomatis,

atau seseatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat

tiga.

4) Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan

tersebut.

2.2.4 Teori tentang Perilaku

Ada beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap faktor penentu yang

dapat mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan

kesehatan, antara lain :

1. Teori Lawrence Green

Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan.

Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku

(behavior causes)dan faktor diluar perilaku (non behavior causes).

21

Page 22: EFENDI PROPOSAL

Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :

1) Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,

kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

2) Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia

atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya

Puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril, dan sebagainya.

3) Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku

petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari

perilaku masyarakat.

2. Teori Snehandu B. Kar

Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku

merupakan fungsi dari :

1) Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan

kesehatannya (behavior intention)

2) Dukungan social dari masyarakat sekitarnya (social support)

3) Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan

(accesebility of information)

4) Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau

keputusan (personal autonomy)

5) Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation)

3. Teori WHO

WHO menganalisa bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu

adalah :

22

Page 23: EFENDI PROPOSAL

1) Pemikiran atau perasaan (thoughts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan,

persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian seseorang terhadap obyek

(obyek kesehatan )

(1) Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.

(2) Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang

menerima kepercayaan berdasarkan kepercayaan berdasarkan keyakinan dan

tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

(3) Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap obyek. Sikap

sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau oaring lain yang paling dekat.

Sikap membuat seseorang mendekati atau menajuhi orang lain atau obyek lain.

Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud

didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti atau

tidak diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti

atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya

pengalaman seseorang.

2) Orang penting sebagai referensi, yaitu apabila seseorang itu penting untuknya, maka

apa yang ia katakana atau perbuat cenderung untuk dicontoh.

3) Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas-fasilitas, uang, waktu,tenaga,

dan sebagainya.

4) Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber didalam

suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada

umumnya disebut kebudayaan.

23

Page 24: EFENDI PROPOSAL

4. Teori Katz

Kemudian Katz (1960) juga mengatakan bahwa perilaku dilatar belakangi oleh

kebutuhan individu yang bersangkutan, maka ia berasumsi bahwa :

1) Perilaku mempunyai instrumental, artinya dapat berfungsi dan memberikan

palayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak (berparilaku) positif

terhadap obyek ini demi pemenuhan kebutuhannya. Sebaliknya bila obyek tidak

memenuhi kebutuhannya. Sebaliknya bila obyek tidak memenuhi kebutuhannya,

maka ia akan berperilaku negatif.

2) Perilaku berfungsi sebagai defence mecanism atau sebagai pertahanan diri dalam

menghadapi lingkungannya. Artinya degan perilakunya, manusia dapat melindungi

ancaman-ancaman yang dating dari luar.

3) Perilaku berfungsi sebagai penerima obyek dan pemberi arti. Dalam perannya dalam

tindakan itu seseorang senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya menurut

kebutuhan.

4) Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab suatu

situasi. Oleh sebab itu didalam kehidupan manusia perilaku itu tampak terus-

menerus dan berubah secara relatif ( Notoatmodjo,2003 ).

2.3 Latihan Dasar P3K

2.3.1 Latihan

1) Pengertian Latihan

Berdasarkan pendapat Andre E Sikuley yang dikutip oleh (A.A Anwar Prabu

Mangkunegara , 2000),dikemukakan bahwa pelatihan (training) adalah suatu proses

pendidikan jangka pendek yang menggunakan prosedur sistematis dan teroganisir dimana

24

Page 25: EFENDI PROPOSAL

pegawai non manejerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis dalam tujuan

terbatas. Dengan demikian istilah pelatihan ditujukan kepada pegawai pelaksana (dalam

hal ini penulis samakan Di Batalyon Kesehatan Korps Marinir setara dengan tingkat

tamtama sebagai prajurit pelaksana dilapangan) dalam rangka meningkatkan pengetahuan

dan keterampilan teknis.

2) Tujuan Pelatihan

Adapun tujuan dari pelatihan adalah memperbaiki penguasaan berbagai

keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu untuk kebutuhan sekarang serta

meningkatkanefisiensi dan efektifitas dalam mencapai sasaran kerja.

3) Lokasi Pelatihan

Menurut (Husein Umar, 2003) Pelatihan dapat dilaksanakan pada dua tempat :

1. Ditempat kerja (on the job training) misal :Demonstrasi (praktek menyelesaikan

sesuatu dalam rangka meningkatkan skill (keterampilan).

2. Diluar tempat kerja (off the job training) misal:Study kasus,permainan

peran,pelatihan ditempat terbuka,belajar melalui tindakan

Menurut Anwar Prabu Negara yang dikutip dari Andrew E.Sikula hampir 90%

dari pengetahuan pekerjaaan diperoleh melalui on the job training,prosedur metode ini

adalah informal , dimana pegawai senior memberikan contoh cara mengerjakan pekerjaan

dan training baru memperhatikan,metode ini dapat menggunakan peta-peta,

gambar,sample masalah dan mendemonstrasikan sehingga peserta training memahaminya

dengan jelas.

4) Komponen-komponen pelatihan :

1. Tujuan dan sasaran pelatihan harus jelas dan dapat diukur.

25

Page 26: EFENDI PROPOSAL

2. Para pelatih harus memiliki kualifikasi yang memadai

3. Materi latihan harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai.

4. Metode pelatihan sesuai dengan tingkat kemampuan peserta.

5. Peserta latihan harus memenuhi persyratan yang ditentukan.

5) Prinsip-prinsip pelaksanaan latihan

Menurut pendapat MC.Gehee (1979) yang dikutip Prabu Mangkunegara

merumuskan prinsip-prinsip perencanaan latihan sebagai berikut:

1. Materi harus diberikan secara sistematis dan berdasarkan tahapan-tahapan.

2. Tahapan-tahapan tersebut harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai.

3. Adanya penguat (Reinforcement) guna membanngkitkan respon yang positif dari

peserta.

4. Menggunakan konsep Shaping (pembentukan) prilaku.

5. Penatar harus mampu memotivasi dan menyebarkan respon yang berhubungan

dengan serangkaian materi materi pelajaran.

2.3.2 P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) dilapangan.

Pengertian P3K adalah memberikan pertolongan dan pengobatan yang sifatnya

darurat serta dilaksanakan secara tepat dan tepat (http://www.geocities.com\mpacakra\

04a-skill\ 01-a-skill-isi,htm)

Menurut pendapat Sulistro sudirman (tahun 2003) tujuan utama P3K sebagai

berikut:

1. Mempertahankan penderita tetap hidup.

2. Membuat keadaan penderita tetap stabil.

3. Mengurangi rasa nyeri,ketidaknyamanan dan rasa cemas.

26

Page 27: EFENDI PROPOSAL

Menurut Kartono Muhammad (2003), Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

(P3K) ditujukan untuk memberikan perawatan darurat pada korban, sebelum pertolongan

yang lebih mantap diberikan oleh dokter atau petugas kesehatan lainnya.

Usaha-usaha yang dijalankan harus dikerjakan berfokus untuk :

1. Menyelamatkan jiwa korban.

2 Meringankan penderitaan mereka serta mencegah agar cedera tidak semakin parah.

3 Mempertahankan daya tahan korban hingga perolongan yang lebih pasti dapat

diberikan.

Prinsip P3K (http://www.geocities.com\mpacakra\04a-skill\ 01-a-skill-isi,htm)

1. Penolong mengamankan diri sendiri sebelum bertindak

2. Amankan korban dari gangguan sekitar tempat kejadian ,bebas dari bahaya.

3. Tandai tempat kejadian sehingga orang lain tahu kalau disekitar itu ada kecelakaan.

4. Lakukan tindakan P3K yang tepat terhadap korban.

Materi-materi yang dipelajari dalam P3K mengacu pada buku saku tentang

Pertolongan Pertama Kecelakaan Di Lapangan yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan

Korps Marinir (1995) dan dimodifikasi dengan Pertolongan Pertama, Kartono

Muhammad (2003)

1. Penghentian Perdarahan

1) Macam-macam perdarahan.

(1) Perdarahan luar yaitu perdarahan yang terjadi dipermukaan luar tubuh.

Tindakan yang dilakukan dalam penghentian perdarahan luar dengan tujuan

mencegah hilangnnya banyak darah atau terjadinya syok dan kematian.

Tindakan ini dapat dilakukan denngan cara :

27

Page 28: EFENDI PROPOSAL

1. Penekanan dengan jari tangan, yaitu dengan cara :

- Tentukan sumber dari perdarahan tersebut

- Menekan dengan kassa steril pada luka atau menekan pada titik pangkal

pembuluh darah arteri yang mengalami luka. ( Lihat Gambar 2.1 )

Keterangan gambar

1 Luka daerah kepala2. Luka daerah muka dibawah mata3. Luka daerah leher4. Luka daerah sendi lengan atas dan lengan bawah 5. Luka daerah lengan atas bagian bawah6. Luka daerah lengan bawah7. Luka daerah tangan8/9.Luka daerah tunkai atas10. Luka daerah tungkai bawah11. Luka daerah pergelangan kaki

Gambar : 2.1 Penekanan dengan jari tangan

28

Page 29: EFENDI PROPOSAL

2. Pembalut tekanan, yaitu dengan cara :

Menentukan sumber perdarahan.

Ambil pembalut steril

Letakkan kassa pada luka dan dibalut yang keras dengan kain pembalutnya.

( Lihat Gambar 2.2 )

Gambar : 2.2 Penghentian perdarahan dengan pembalut tekanan

3 Pengikatan dengan tourniquet, yaitu dengan cara :

- Tindakan pengikatan dengan tourniquet hanya dilakukan untuk luka

perdarahan luar didaerah tungkai, tangan dan jarinya.

- Tentukan sumber dari perdarahan itu.

- Lakukan pengikatan dengan tourniquet pada bagian pangkal dari luka

tersebut.

- Lama pengikatan hanya tiap 15 menit, yang diselingi dengan istirahat

kemudian dikendorkan tiap 5 menit ( Lihat Gambar 2.3 )

Gambar : 2.3 Pengikatan dengan tourniquet

29

Page 30: EFENDI PROPOSAL

(2) Perdarahan Dalam, yaitu perdarahan yang terjadi didalam tubuh.

Tindakan yang dilakukan :

- Perhatikan apabila ada tanda-tanda batuk darah (perdarahan paru), apabila

muntah darah dan berak darah (perdarahan organ dalam, misalnya :

lambung, usus).

- Penderita merasakan haus dan lemah.

- Muka terlihat pucat

- Nadi cepat sekali kadang-kadang tidak terasa.

- Kondisi penderita gelisah hingga tak sadar diri.

- Jangan sekali-kali memberi makanan atau minuman melalui mulut (bila

perdarahannya pada alat pencernaan.

2. Patah Tulang

Patah Tulang (fracture) adalah hilangnnya hubungan/kontinuitas jaringan tulang

yang disebabkan oleh trauma dari luar atau kelainan tulang itu sendiri.

Macam-macam Patah Tulang:

1. Patah tulang tertutup

2. Patah tulang terbuka

Tindakan yang dilakukan pertama kali pada patah tulang, menggunakan prinsip :

Membuat ruas-ruas tulang tidak bergerak (imobilisasi dengan membidai) hal ini

mempunyai maksud :

1) Ujung-ujung ruas tulang tidak merusak jaringan yang lemah, otot-otot, pembuluh

darah, maupun syaraf.

2) Tidak menimbulkan rasa nyeri yang hebat.

30

Page 31: EFENDI PROPOSAL

3) Tidak membuat adanya luka yang terbuka

Teknik membidai pada daerah patah tulang :

1. Pembidaian pada anggota badan atas

1) Pembidaian patah tulang jari tangan dan pergelangan :

- Meletakkan lengan bawah dan tangan dengan posisi menyiku dan tertelungkup.

- Memberi bantalan (kapas) antara lengan bawah tangan dan bidai. Posisi tangan

tertelungkup dan agak mengepal. Lihat gambar (2.4 )

Gambar 2.4 : Pembidaian pada tulang jari tangan dan pergelangan

2) Pembidaian patah tulang lengan bawah dengan sarana yang kurang :

- Dengan sebatang bamboo sepanjang lengan bawah yang telah dibungkus dengan

kain, kita gunakan sebagai bidai tulang.

- Pengikatan bidai diatas dan dibawah bagian patah tulang

- Penyanggah lengan bawah dengan bagian baju depan sisi lengan yang patah.

- Pengikat penguat dengan arah menyilang tegak lurus terhadap penyanggah siku

( Lihat Gambar 2.5 )

31

1

23

Page 32: EFENDI PROPOSAL

Gambar 2.5 : Pembidaian lengan dengan sarana kurang.

Keterangan Gambar:1).Kayu dan bamboo dilingkari dengan kain,2) tempat patah tulang 3)bagian bawah baju,4)pengikat penguat

3) Pembidaian patah tulang lengan atas dengan sarana yang cukup

- Dengan dua papan bidai untuk bagian permukaan dalam lengan dan permukaan

luar lengan.

- Pengikatan bidai dengan bagian atas dan bawah patah tulang

- Ikatan penyanggah sebanyak dua buah bagian atas dan bawah tulang dengan

arah ikatan kearah sisi dada sebelahnya.( Lihat gambar 2.6 )

Gambar : 2.6 :Pembidaian dengan sarana cukup.

2. Pembidaian patah tulang pada tungkai

1) Pembidaian patah tulang pada tungkai bawah dan sendi pergelangan kaki :

32

Page 33: EFENDI PROPOSAL

- Dengan dua bidai yang ukurannya sampai dipertengahan paha, kita letakkan

pada sisi luar dan dalam tungkai.

- Meletakkan bantalan diantara bidai dan tungkai

- Mengikat bidai dan kaki tersebut pada tempat diatas dan dibawah bagian tulang

- Telapak kaki bagian depan saling diikat satu sama lain agar tidak bergerak

( Lihat gambar 2.7 )

Gambar 2.7 :Pembidaian pada patah tulang pada tungkai

Keterangan gambar: 1) tempat patah tulang, 2) pengikat agar kaki tidak bergerak terhadap tungkai, 3) pengikat, 4) pengikat, 5) bantalan

2) Pembidaian patah tulang pada bagian paha dan pinggang :

- Menyiapkan dua bidai, satu untuk permukaan bagian dalam sampai lipat paha

dan satu lagi untuk permukaan luar samapai setinggi lipat ketiak

- Memberi bantalan antara bidai dan tungkai yang patah

- Mengikat bidai pada bagian atas dan bawah tulang dengan simpul pada

permukaan bidai luar.( Lihat gambar 2.8 )

33

3&4 3&45

21

43

1

Page 34: EFENDI PROPOSAL

Gambar 2.8 : Pembidaian tulang paha dan pinggang.

Keterangan gambar:1) Tempat patah tulang, 2)Pengikat, 3) Bantalan, 4) Papan bidai, 5) Pengikat agar kaki tidak bergerak.

3) Pembidaian pada patah tulang selangka :

- Pembidaian dapat dengan ikat pinggang yang dililitkan dipundak dan punggung

menyilang membentuk angka delapan.

- Pada daerah pundak kanan dan kiri, daerah ketiak kanan dan kiri diberi bantalan.

( Lihat gambar 2.8 )

Gambar 2.8 : Pembidaian tulang selangka. Keterangan gambar: 1) Bantalan 2) Ikat pinggang

3. Resusitasi Jantung Paru

Resusitasi jantung paru dibagi menjadi:

34

25

Page 35: EFENDI PROPOSAL

1. Gawat Jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak dapat berfungsi

memompakan darah keseluruh tubuh,sehingga jaringan tubuh (jaringan otak) tidak

mendapat oksigen.

2. Gawat Paru adalah suatu keadaan dimana paru-paru tidak dapat berfungsi (tidak dapat

menghisap O2 dan menngeluarkan CO2.

Tindakan yang dilakukan pada gawat jantung paru pada tahap bantuan dasar terdiri dari

tiga tindakan yaitu :

1) Menguasai jalan nafas agar bebas dan bersih

2) bantuan pernafasan fentilasi buatan darurat dan oksigenisasi paru.

3) Bantuan peredaran darah dengan pijat jantung.

Teknik pemberian pernafasan bantuan pada gawat jantung dan paru.

1) Teknik dari mulut ke mulut, yaitu :

(1) Dengan menengadahkan kepala

(2) Bila mulut tertutup, pindahkan kebawah leher untuk membantu dagu dan mulut

dibuka sedikit

(3) Tarik nafas dalam hembusan udara melalui mulut penderita sambil menutup

hidung untuk mencegah kebocoran dan perhatikan apakah dada mengembang

atau tidak.

(4) Bila terlihat dada mengembang, hentikan tiupan dan lepas mulut dari mulut

penderita, biarkan penderita mengeluarkan nafas secara pasif.

(5) Ulangi tiupan setiap 5 detik. ( Lihat gambar 2.9 )

35

Page 36: EFENDI PROPOSAL

Gambar 2.9 : Teknik dari mulut ke mulut.

2) Teknik dari mulut kehidung, dilakukan bila mulut penderita sukar dibuka atau

sewaktu kejang dengan cara :

(1) Satu tangan memegang dagu, kemudian mulut penderita ditutup dengan ibu jari.

(2) Tarik nafas dalam, tiupkan udara melalui hidung penderita, mulut dibuka pada

waktu tiupan selesai.

4. Sengatan Panas

Sengatan Panas adalah gangguan akibat latihan fisik dilingkungan udara panas

dan kelembaban udara yang jenuh sehingga mennyebabkan gangguan pada fungsi

pengaturan suhu badan.

Macam-macam Sengatan Panas:

1. Bercak merah (Heat Rash) yaitu bercak merah pada kulit,nyeri bila kena panas atau

sentuhan.Hal ini karena adannya sumbatan pada kelenjar keringat.

Tindakan yang dilakukan :

- Bagian yang terkena diberi vaselin salep dan penderita dipindahlkan ketempat

yang sejuk.

- Longgarkan pakaian dan barang yang mengikat (kendorkan ikat pinggang)

- Beri air minum secukupnya

36

Page 37: EFENDI PROPOSAL

2. Kejang panas (Heat Cramps) biasanya terjadi pada otot-otot kaki,tangan dan

perut,hal ini karena adanya gangguan keseimbangan cairan elektrolit tubuh.

Tindakan yang dilakukan :

- penderita dipindahkan ketempat yang sejuk.

- Longgarkan pakaian dan barang yang mangikat (kendorkan ikat pinggang)

- Beri air minum biasa dicampur dengan garam dapur secukupnya.

3. Sengatan panas (Heat Stroke) terjadi karena bekerja diudara panas dalam jangka

waktu yang lama sehingga kelenjar keringat menjadi lemah dan tidak mampu lagi

mengeluarkan keringat,akibatnya panas yang mengenai tubuh tidak ditahan oleh

adanya penguapan keringat, suhu badan meningkat sampai 40 derajat – 41 derajat

celcius.

Tindakan yang dilakukan :

- Dinginkan tubuh penderita dengan membawa ketempat yang teduh, banyak

angin, dan kompres badannya dengan air dingin atau es.

- Usahakan agar penderita tidak mengigil, dengan cara memijit-mijit kaki dan

tangannya.

- Setelah suhu badannya menurun hingga 38o C, hentikan pengompresan

kirim ke pos kesehatan terdekat (rumah sakit)

5. Gigitan dan Sengatan Binatang

1. Gigitan binatang jenis ular berbisa

37

Page 38: EFENDI PROPOSAL

Gejala dan tanda yang muncul : adanya bekas lubang dan dalam waktu 30 menit

akan terjadi pembengkakan pada lokasi gigitan, nadi cepat, mual dan muntah, susah

bernafas akibat kelumpuhan otot pernafasan, kejang-kejang sampai dengan syok.

Tindakan darurat pada ular berbisa :

- Pangkal gigitan diikat erat untuk mencegah menjalarnya racun keseluruh tubuh

(ikatan yang baik terlihat apabila ada cairan bening yang keluar dari bekas

gigitan), kendorkan ikatan setiap 30 menit.

- Lakukan penyayatan silang (membuat luka baru dengan pisau atau silet yang

steril) pada kulit lubang bekas gigitan.

- Lakukan penghisapan pada daerah yang luka (mulut si penolong tidak boleh ada

luka).

- Rawat luka seperti perawatan biasa.

2. Sengatan binatang

1) Sengatan ikan

Tindakan pertolongan :

- Apabila penyengat masih ketinggalan dikulit korban segera diambil

- Mencuci bekas sengatan dengan air garam, kemudian dicuci dengan air hangat

selama beberapa kali.

- Merawat luka seperti luka biasa.

2) Sengatan Kalajengking

Tindakan pertolongan :

- Korban disuruh tenang, pasang tourniquet, luka bekas sengatan diiris dan

dihisap (Teknis sama seperti tindakan pertolongan pada gigitan ular berbisa)

38

Page 39: EFENDI PROPOSAL

- Luka direndam dengan air pans, dikompres dengan larutan soda kue dalam air

dingin.

6. Evakuasi

Evakuasi adalah kegiatan untuk membantu memindahkan penderita dari suatu

tempat ketempat lain guna mendapatkan tindakan pertolongan kesehatan yang lebih

sempurna.

Macam-macam teknik evakuasi:

1. Evakuasi oleh satu orang,misalnya dengan cara diantaranya: Firemans, Kopelrim,

Dipapah, Menggotong, Menggendong, Memanggul, Mengkait.

2. Evakusi oleh dua orang,misalnya dengan cara diantaranya : Memapah dengan dua

orang, Cara menggotong dengan dua orang.

3. Evakuasi dengan tandu darurat,misalnya dengan menggunakan diantaranya : Dari

selimut, perlak atau terpal lapangan, Dari baju lapangan, Dari karung goni.

4. Evakuasi denngan teknik khusus,misalnya :

1) Evakuasi didarat,contoh : Evakuasi naik turun tangga, Evakuasi turun pohon

dengan tali, Evakuasi naik turun tebing, Evakuasi naik turun kendaraan.

2) Evakuasi diair,contoh : Evakuasi menyebrang sungai, Evakuasi dengan sekoci

buatan.

3) Evakuasi diudara yaitu efakuasi yang dilaksanakan denngan menggunakan

pesawat udara.

Materi yang diberikan pada latihan P3K oleh peneliti adalah Evakuasi dengan pembawa

satu orang :

Evakuasi dengan pembawa satu orang ini dapat dilakukan dengan cara :

39

Page 40: EFENDI PROPOSAL

1. Cara Firemans.

Cara Firemans ini tidak dapat dilakuan untuk penderita dengan kelainan patah tulang

tangan, leher, tulang belakang, pinggul, kaki. Evakuasi penderita dengan cara Firemans

ini dapat dilakukan dengan beberapa cara :

1) Membetulkan posisi tubuh sedemikian rupa sehingga tubuh terletak pada bagian

yang tidak mengalami luka atau kelainan.

2) Merubah posisi tubuh penderita dari posisi terlentang atau tertelungkup ke posisi

berdiri.

3) Dengan sedikit mengangkat tubuh penderita dan menarik kebelakang sedemikian

rupa sehingga terlentang dan tertahan oleh kedua tangan penolong.

4) Penderita diangkat sedemikian rupa sehingga tubuh dalam posisi berdiri didepan

penolong. Posisi penolong dibelakang penderita sambil kedua tangan memeluk tubuh

penderita.

5) Dengan mengangkat lengan kanan penderita dan melalui dibawahnya, penolong

merubah posisi sedemikian rupa sehingga saling berhadapan dan tangan memeluk

penderita.

6) Sambil berjongkok (kaki kiri didepan kaki kanan) mengatur tubuh penderita perut

tepat diatas leher, tangan kiri penolong tetap memegang tangan kanan penderita dan

tangan kanan penolong paha kanan penderita.

7) Menyinggung tangan kanan penderita ketangan kanan penolong sambil memeluk

paha kanan. Lengan kiri penolong berada dipundak paha kirinya sebagai penolong

diwaktu mengangkat tubuh penderita, dengan gerakan spontan tubuh penderita

40

Page 41: EFENDI PROPOSAL

diangkat. Tangan kanan penderita tetap masih terpegang oleh tangan kanan

sipenolong sambil memeluk paha penderita. ( Lihat gambar 2.10 )

Langkah pertama

Langkah kedua Langkah ketiga Langkah keempat

Gambar 2.10 : Teknik evakuasi perorangan cara Firemans

2. Cara Kopel Rim

41

Page 42: EFENDI PROPOSAL

Dengan cara ini kita menggunakan 2 buah kopel rim untuk membawa penderita.

Cara ini sangat baik untuk membawa penderita untuk jarak jauh, dan dapat kita lakukan

dengan beberapa cara :

1) Setelah dua buah kopel rim disambung sedemikian rupa sehingga diperkirakan

cukup, letakkan kopel rim dibawah penderita sehingga dua kunci kopel berada

dibawah bokong dan pinggang penderita.

2) Dengan terbaring penolong memasukkan tangan kiri kedalam lengkungan konel

sebelah kiri, tangan kanan sipenolong mengambil tangan kiri penderita untuk dapat

membantu penderita keatas punggung penolong.

3) Dengan memutar tubuh kekiri bersama-sama membawa tubuh penderita dan

merubah posisi menjadi tengkurap, masukkan tangan kanan kedalam lengkungan

kopel sebelah kanan.

4) Dengan posisi jongkok kaki kanan didepan dan tangan kanan menyanggah, bersikap

untuk mengangkat tubuh keatas. ( Lihat gambar 2.11 )

Gambar 2.11 Teknik evakuasi dengan kopel rem

3. Cara Dipapah

42

Page 43: EFENDI PROPOSAL

Cara ini merupakan salah satu cara pada evakuasi cara firemans. Biasanya cara ini

digunakan untuk penderita yang dapat berjalan

4. Cara Menggendong

Cara ini dapat dilakukan apabila penderita masih mempunyai kesadaran yang baik.

5. Cara Mengkait

yaitu dengan mengkait kedua tangan kesela kedua ketiak penolong agar penderita

dapat ditarik atau diturunkan kebawah.

7. Penyelamatan Orang Tenggelam

1. Cara penyelamatan tanpa alat diantaranya :

1) Menggunakan tangan (dari tepi kolam/dermaga,dan lain sebagainya).

Tindakan yang dilakukan;

- Kita tengkurap dengan badan sejajar dengan tepi

- Kaki dan tangan kita rentangkan agar supaya badan bertahan kokoh

- Kita pegang tangan korban dari atas kemudian tarik pelan-pelan

- Letakan tangan korban diatas tepi kolam, jangan lepaskan pegangan

- Putar badan kita sehingga dapat memgang tangan kita yang satu lagi,letakan

tangan korban yang kedua diatas tangan yang telah kita letakan diatas tepi kolam

tadi, jangan lepaskan pegangan.

- angkat dagu korban atau miringkan dahinya kebelakang supaya mulut dan

hidung diatas permukaan air.

2) Menggunakan tangan (dari dalam kolam/dermaga dan lain sebagainya).

43

Page 44: EFENDI PROPOSAL

Tindakan yang dilakukan :

- Kita masuk kedalam air, pegang tepi kolam/dermaga dengan kuat menggunakan

salah satu tangan.

- Tindakan-tindakan selanjutnya prinsipnya sama dengan dari tepi kolam.

2. Cara menyelamatkan dengan alat

1) Dengan menggunakan handuk, galah.

Tindakan yang dilakukan :

- Kita tengkurap ditepian sedemikian rupa hingga terasa aman dan tidak mudah

terbalik.

- Untuk handuk, basahi hujung handuk untuk mempermudah melempar kearah

korban.

- Kita lempar handuk/galah, setelah terpegang oleh korban tarik ketepi dengan

tenang.

- Dengan alat yang menggunakan galah dapat dilakukan dengan duduk atau

sambil berdiri.

44