Efek Risensi dalam Keputusan Audit : Diskusi Kelompok...

22
1 EFEK RISENSI DALAM KEPUTUSAN AUDIT : DISKUSI KELOMPOK SEBAGAI UPAYA MITIGASI LATAR BELAKANG Gibbins (1984) memberi bukti empiris bahwa terjadi efek risensi keyakinan auditor dalam pengambilan keputusan auditor yang terus menerus memperbarui keyakinan mereka tentang pernyataan audit yang menjadi periksa. Riset lain yang mendukung adanya efek risensi adalah Furnham (1986), dalam lingkungan pengadilan menunjukkan bahwa keputusan juri dalam kasus hukum mengalami bias risensi. Hogarth dan Einhorn (1992) yang membandingkan keputusan individu dengan atau tanpa diskusi dalam menentukan keputusan investasi saham. Penelitian Hogarth dan Einhorn’s (1992) memberikan bukti empiris adanya efek risensi / kekinian (recency effect) dalam proses revisi keyakinan atas penyajian informasi secara berurutan dan akan mengakibatkan bias risensi. Studi Pinsker (2007 dan 2011), Tuttle, Coller, dan Burton (1997) dan Libby dan Tan (1999) menunjukkan bahwa informasi akuntansi dan manajemen yang disajikan secara berurutan akan mengakibatkan bias risensi. Dalam konteks pengauditan, Ashton dan Ashton (1988), Trotman dan Wright (1996), Ashton dan Kennedy (2002) memberikan bukti empiris adanya fenomena risensi pada lingkungan audit. Dalam proses pengauditan ada beberapa tahap yang harus dilalui mulai tahap perencanaan, pengujian dan pelaporan. Ketika bukti yang dilaporkan oleh auditor yunior kepada seniornya disajikan secara beurutan maka senior cenderung membobot informasi terakhir lebih besar dibandingkan sebelumnya. Dampak dari efek risensi adalah rendahnya kualitas keputusan audit, sehingga memicu munculnya kasus litigasi pada profesi auditor. Padahal profesi auditor perlu untuk menjadi salah satu pilar pembangunan bangsa yang berkarakter. Profesi auditor juga penting untuk digunakan pemakai informasi dalam mengambil keputusan bisnis maupun digunakan oleh pemerintah dalam mengambil kebijakan. Hal ini menunjukkan perlunya model mitigasi pada pengauditan. Adanya efek risensi menyebabkan seseorang cenderung untuk mengambil keputusan yang bias, karena keputusannya lebih didasarkan pada informasi terakhir yang diterima bukan pada substansi informasi itu sendiri. Dalam hal pengetahuan, seseorang cenderung akan menggunakan pengetahuan yang dia miliki untuk mengambil keputusan dan cenderung untuk tidak mempertimbangkan pengetahuan yang sebenarnya diperlukan. Dengan konteks yang

Transcript of Efek Risensi dalam Keputusan Audit : Diskusi Kelompok...

Page 1: Efek Risensi dalam Keputusan Audit : Diskusi Kelompok ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5060/3/T1_232010019_Full... · 4 SPI. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah

1

EFEK RISENSI DALAM KEPUTUSAN AUDIT :

DISKUSI KELOMPOK SEBAGAI UPAYA MITIGASI

LATAR BELAKANG

Gibbins (1984) memberi bukti empiris bahwa terjadi efek risensi keyakinan auditor

dalam pengambilan keputusan auditor yang terus menerus memperbarui keyakinan mereka

tentang pernyataan audit yang menjadi periksa. Riset lain yang mendukung adanya efek

risensi adalah Furnham (1986), dalam lingkungan pengadilan menunjukkan bahwa keputusan

juri dalam kasus hukum mengalami bias risensi. Hogarth dan Einhorn (1992) yang

membandingkan keputusan individu dengan atau tanpa diskusi dalam menentukan keputusan

investasi saham. Penelitian Hogarth dan Einhorn’s (1992) memberikan bukti empiris adanya

efek risensi / kekinian (recency effect) dalam proses revisi keyakinan atas penyajian

informasi secara berurutan dan akan mengakibatkan bias risensi. Studi Pinsker (2007 dan

2011), Tuttle, Coller, dan Burton (1997) dan Libby dan Tan (1999) menunjukkan bahwa

informasi akuntansi dan manajemen yang disajikan secara berurutan akan mengakibatkan

bias risensi.

Dalam konteks pengauditan, Ashton dan Ashton (1988), Trotman dan Wright (1996),

Ashton dan Kennedy (2002) memberikan bukti empiris adanya fenomena risensi pada

lingkungan audit. Dalam proses pengauditan ada beberapa tahap yang harus dilalui mulai

tahap perencanaan, pengujian dan pelaporan. Ketika bukti yang dilaporkan oleh auditor

yunior kepada seniornya disajikan secara beurutan maka senior cenderung membobot

informasi terakhir lebih besar dibandingkan sebelumnya. Dampak dari efek risensi adalah

rendahnya kualitas keputusan audit, sehingga memicu munculnya kasus litigasi pada profesi

auditor. Padahal profesi auditor perlu untuk menjadi salah satu pilar pembangunan bangsa

yang berkarakter. Profesi auditor juga penting untuk digunakan pemakai informasi dalam

mengambil keputusan bisnis maupun digunakan oleh pemerintah dalam mengambil

kebijakan. Hal ini menunjukkan perlunya model mitigasi pada pengauditan.

Adanya efek risensi menyebabkan seseorang cenderung untuk mengambil keputusan

yang bias, karena keputusannya lebih didasarkan pada informasi terakhir yang diterima bukan

pada substansi informasi itu sendiri. Dalam hal pengetahuan, seseorang cenderung akan

menggunakan pengetahuan yang dia miliki untuk mengambil keputusan dan cenderung untuk

tidak mempertimbangkan pengetahuan yang sebenarnya diperlukan. Dengan konteks yang

Page 2: Efek Risensi dalam Keputusan Audit : Diskusi Kelompok ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5060/3/T1_232010019_Full... · 4 SPI. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah

2

tepat, keputusan berdasarkan pengetahuan yang selaras dengan tujuannya bukan merupakan

bias, namun keputusan akan menjadi bias jika keputusan didasarkan pada pengetahuan yang

tidak selaras dengan kondisi yang diharapkan.

Riset terdahulu memakai keputusan individual yang independen dalam pengujian,

sementara dalam praktik, keputusan individual juga dapat dilakukan secara

mempertimbangkan diskusi kelompok. Oleh karena itu riset ini melengkapinya dengan

diskusi grup dan self-review sebagai model mitigasi efek risensi. Keputusan individu

ditentukan setelah berdiskusi dengan anggota kelompoknya. Arnold et al. (2001) adalah

contoh riset keputusan kelompok dengan mendiskusikan masalah yang dihadapi kemudian

mengambil keputusan bersama dengan bantuan 1 unit komputer. Penggunaan kelompok

untuk pengambilan keputusan juga mengacu pada Chalos dan Poon (2000) yang

menunjukkan bahwa diskusi kelompok akan meningkatkan pembagian informasi antara

anggotanya. Trotman dan Wright (1996) mengusulkan aspek pengalaman audit untuk

mengatasi bias risensi. Sedangkan, Ashton dan Kennedy (2002) mengusulkan self-review

bagi auditor untuk mengatasi bias yang disebabkan informasi yang sekuensial. Penelitian ini

menggunakan grup sebagai upaya mengeliminasi risensi. Grup diharapkan akan

meningkatkan kualitas keputusan (Solomon, 1982). Upaya pemitigasian bias dimaksudkan

untuk meningkatkan akurasi keputusan.

Pada dasarnya sistem berpikir berkembang sebagai suatu disiplin pemecahan yang

dirancang untuk membantu para auditor mengenali pola diagnostik asosiasi kausal di antara

kegiatan komponen dari suatu proses bisnis (Senge 1990). Sistem berpikir praktisi

menggunakan representasi diagram untuk meningkatkan auditor memperhatikan pola kausal

yang mendorong kinerja bisnis (Gharajedaghi 1999). O’Donnel dan Perkins (2011)

mengemukakan bahwa penelitian menggunakan diagram causal loop akan meningkatkan

auditor mengenali dan merespons dengan tepat diagnostik pola perubahan terkait akun ketika

mereka akan menganalisis prosedur untuk menilai risiko dari salah saji material selama tahap

perencanan audit. Penelitian empiris mengenai order effect terhadap keyakinan auditor

didasarkan pda model belief adjustment model yang dikemukakan oleh Hogarth, Wit dan

Koehler (1986). Model ini mengasumsikan bahwa seorang individu dalam memproses

informasi secara sekuensial akan cenderung menggunakan metode anchoring dan adjustment

untuk menggabungkan bukti – bukti yang baru. Penelitian terdahulu (Hogarth dan

Einhorn;1992 dan Pinsker;2007;2011) belum menguji penggunaan diagram causal loop di

bagian akhir penyajian informasi sebagai suatu bentuk informasi yang diduga menyebabkan

Page 3: Efek Risensi dalam Keputusan Audit : Diskusi Kelompok ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5060/3/T1_232010019_Full... · 4 SPI. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah

3

efek risensi. Penelitian ini menggunakan kombinasi dari penelitian terdahulu yaitu Ashton

dan Kennedy (2002) dan O’Donnel dan Perkins (2011). Ide Ashton dan Kennedy

mengusulkan dalam konteks audit dengan penyajian sekuensial, untuk mengatasi bias risensi,

partisipan diminta melakukan self-review dan hasil menunjukkan berkurangnya efek risensi

secara signifikan. Sedangkan ide dari O’Donnel dan Perkins tentang menilai risiko dengan

prosedur analisis dengan menggunakan alat sistem berpikir untuk membantu auditor fokus

pada pola diagnostik. Kombinasi dari keduanya membangun penelitian yang akan dilakukan

dengan variabel yang berbeda. Yaitu menggunakan bentuk informasi secara bagan dan

nonbagan dan dalam penelitian ini dilakukan secara berdiskusi dengan kelompok untuk

pengambilan keputusan audit pada sistem pengendalian internal (SPI).

Aplikasi belief-adjustment theory pernah diujikan pada berbagai setting, antara lain,

audit (Ashton dan Ashton 1988, Suartana 2006, Nasution dan Supriyadi 2007), sedangkan

dalam konteks penggunaan informasi akuntansi, investor dan analispun juga mengalami bias

risensi. Studi Tuttle, Coller, dan Burton (1997) menunjukkan bahwa pelaku pasar tidak

rasional, sehingga urutan informasi yang berbeda direspon dengan cara yang berbeda pula.

Libby dan Tan (1999) juga menunjukkan bahwa analis saham terkena bias risensi. Penelitian

Alvia (2009) juga memberikan bukti empiris bahwa terdapat efek kekinian dalam

pengambilan keputusan investasi saham ketika informasi akuntansi dan informasi non

akuntansi yang masing-masing bermuatan good news dan bad news ( informasi campuran )

disajikan secara berurutan akan menyebabkan bias resensi.

Upaya untuk memitigasi dan mengeliminasi bias atas keputusan audit yang dibuat

oleh auditor dapat dilakukan antara lain melalui suatu mekanisme debiasing (pengawabiasan)

seperti akuntabilitas, dan pendokumentasian (Ashton dan Ashton, 1988; Kennedy, 1993;

Cushing dan Ahlawat, 1996). Ashton dan Ashton (1998) mengemukakan bahwa jika

pengaruh dari faktor seperti urutan bukti (order effect) bersifat tidak acak tetapi sesuatu yang

sistematik dan bisa diprediksi, maka upaya debiasing dapat mengurangi bias dalam keputusan

audit adalah bukan sesuatu yang mustahil. Kennedy (1993) mengemukakan bahwa

akuntabilitas yaitu suatu mekanisme institusional dapat mengurangi bias dalam keputusan

audit yang disebabkan oleh bias recency.

Berdasarkan penyajian hasil penelitian dan fenomena - fenomena di atas, maka

peneliti tertarik untuk meneliti apakah keputusan individu sebelum diskusi kelompok

berbeda dengan keputusan individu setelah diskusi kelompok dalam melakukan penilaian atas

Page 4: Efek Risensi dalam Keputusan Audit : Diskusi Kelompok ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5060/3/T1_232010019_Full... · 4 SPI. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah

4

SPI. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk memberikan bukti secara

empiris bahwa terjadi efek risensi pada keputusan penilaian Sistem Pengendalian Internal

(SPI) antara individu yang mendapat informasi secara bagan dan nonbagan yang disajikan

secara sekuensial dan juga (2) memberikan bukti bahwa diskusi kelompok dapat memitigasi

efek risensi. Adapun juga manfaat dari penelitian ini adalah untuk membantu auditor dalam

menyelesaikan tugas reviewatas laporan keuangan. Dalam audit ada beberapa jasa akuntansi

yang diatur dalam standar akuntansi yaitu jasa kompilasi dan jasa review. Penelitian ini

memberikan kontribusi untuk KAP sehingga auditor dalam melaksanakan tugasnya dapat

lebih akurat lagi dalam memeriksa bukti – bukti yang diterima. Sehingga mereka tidak hanya

mengandalkan kemampuannya sendiri dalam memeriksa suatu bukti – bukti yang diterima

tetapi mereka dapat mendiskusikannya juga dengan rekan sesama auditor supaya dalam

memeriksa laporan keuangan dapat dibuktikan lebih dalam lagi keakuratannya dan dapat

menemukan kecurangan yang ada.

LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Belief-Adjustment Theory-Recency Effects

Belief-adjustment theory dikemukakan oleh Hogarth dan Einhorn’s (1992)

menggunakan pendekatan anchoring dan adjustment. Teori ini menjelaskan fenomena order

effect yang muncul dari interaksi antara strategi pemrosesan informasi dengan karakteristik

tugas. Pengaruh urutan informasi menurut model belief-adjustment effect, dan dillution effect

akan tergantung pada karakteristik tertentu dari susunan informasi. Dalam penelitian ini

digunakan informasi campuran (berisi good news diikuti bad news atau bad news diikuti

good news) disajikan secara berurutan untuk menguji efek resensi.

Bazerman (1994) mengemukakan bahwa model belief-adjustment merupakan salah

satu bentuk bias heuristik. Model ini didasarkan pada asumsi bahwa individu memproses

informasi secara berurutan dan memiliki keterbatasan kapasitas memori. Individu cenderung

akan mengubah keyakinan awalnya (intial anchor) dan melakukan penyesuaian (adjustment)

atas keputusannya berdasarkan informasi yang tersedia secara berurutan di pasar. Hogarth

dan Einhorn’s (1992) menyatakan bahwa ketika individu – individu memperoleh bukti –

bukti baru berupa informasi yang tersedia, mereka akan meninjau kembali keyakinannya

dengan menggunakan proses jangkar dan penyesuaian. Keyakinan saat ini yang disebut

sebagai jangkar (anchor) akan disesuaikan dengan informasi / bukti yang diterima saat ini

secara berurutan. Keyakinan awal yang sudah direvisi akan menjadi jangkar baru bagi proses

Page 5: Efek Risensi dalam Keputusan Audit : Diskusi Kelompok ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5060/3/T1_232010019_Full... · 4 SPI. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah

5

pengambilan keputusan selanjutnya. Begitu juga menurut Tversky dan Kahneman (1974),

konsep belief-adjustment merupakan salah satu bentuk bias heuristik dan merupakan

pengembangan dari teori prospek yang dikemukakan oleh Tversky dan Kahneman (1979)

dalam Bazerman (1994).

Penelitian ini menerapkan model belief-adjustment pada bidang akuntansi keuangan

mengadopsi desain penelitian Hogarth dan Einhorn (1992). Urutan informasi dimanipulasi

antar subyek. Subyek menerima dua buah informasi negatif diikuti dengan dua buah

informasi negatif diikuti dengan dua buah informasi positif (--++) atau dua buah informasi

positif diikuti dengan dua informasi positif diikuti dengan dua buah informasi negatif (++--).

Penelitian pada topik ini menggunakan model respon step-by-step (SbS) dengan

memanipulasi urutan penyajian informasi fundamental (++--). Kombinasi informasi positif

dan negatif dengan berbagai kemungkinan urutan dan jenis informasi ini dinamakan sebagai

informasi yang bersifat campuran.

Hubungan Efek Risensi Dengan Penyajian Informasi

Efek risensi adalah bias keputusan yang terjadi ketika pengambil putusan membobot

informasi terakhir lebih besar dibandingkan informasi yang diterima sebelumnya. Trotman

dan Wright (1996) menguji efek risensi dan menemukan bahwa senior auditor dan mahasiswa

akuntansi menjadi partisipan eksperimen dengan audit mengalami efek risensi ketika menilai

kasus pengendalian internal dan keputusan going concern, sedangkan manager KAP tidak

terpengaruh efek risensi. Penelitian ini diadaptasi dari Trotman dan Wright (1996) dengan

mengembangkannya pada keputusan individual sebelum dan setelah diskusi.

Model belief adjustment dari Hogarth dan Einhorn (1992) yang menggunakan

pendekatan anchoring dan adjustment ini adalah ketika individu melakukan penilaian dari

suatu informasi awal dan melakukan penyesuaian sampai pada keputusan akhir. Mereka juga

mengusulkan model revisi keyakinan dengan memposisikan individu memiliki keterbatasan

kognitif dalam memproses informasi sehingga cenderung memproses informasi secara

sekuensial akan menggunakan proses penjangkaran (anchoring) dan penyesuaian

(adjustment). Individu akan merevisi keyakinannya setelah menerima informasi baru bila

informasi disajikan secara sekuensial. Potongan informasi yang diberikan dalam bentuk

informasi positif sebagai bukti yang mendukung dan informasi negatif sebagai bukti yang

tidak mendukung. Model ini menggambarkan penyesuaian keyakinan individu karena adanya

bukti baru ketika melakukan revisi secara berurutan. Dalam model ini menempatkan

karakteristik tugas sebagai moderator dalam hubungannya antara bukti dengan pertimbangan

Page 6: Efek Risensi dalam Keputusan Audit : Diskusi Kelompok ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5060/3/T1_232010019_Full... · 4 SPI. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah

6

yang akan dibuat (Hogarth dan Einhorn;1992). Eksperimen lainnya adalah yang dilakukan

oleh Nasution dan Supriyadi (2007) yang melakukan pengujian menurut urutan bukti

terhadap proses revisi keyakinan dalam setting audit. Hasilnya menunjukkan bahwa seorang

auditor melakukan revisi keyakinan dengan membobot informasi baru lebih penting daripada

informasi sebelumnya, ini membuktikan terjadinya efek risensi.

Bentuk informasi dikembangkan dari penelitian O’Donnel dan Perkins (2011),

mereka mengatakan bahwa menggunakan diagram causal loop dapat mempengaruhi sejauh

mana auditor fokus pada fluktuasi pola akun yang bersangkutan. Bentuk informasi yang

diberikan kepada masing – masing individu berdasarkan pada bagan dan nonbagan. Dengan

demikian hipotesis yang pertama dirumuskan sebagai berikut.

H1 : Ada perbedaan keputusan penilaian Sistem Pengendalian Internal (SPI) antara

individu yang mendapat informasi secara bagan dan nonbagan yang disajikan

secara sekuensial.

Hubungan Efek Risensi Dengan Diskusi Kelompok

Kelompok merupakan suatu proses bimbingan dimana murid-murid akan

mendapatkan suatu kesempatan untuk menyumbangkan pikiran masing-masing dalam

memecahkan masalah bersama. Grup diharapkan akan berperan meningkatkan kualitas

keputusan (Salomon, 1982)

Penelitian dalam bidang pengauditan dengan topik audit judgment lebih banyak

memfokuskan pada judgment yang dibuat aditor secara individual. Telah sering dilontarkan

kritik tentang keberadaan penelitian yang memfokuskan pada pembuatan keputusan

kelompok (Arnold dan Sutton, 1997). Masalah keputusan kelompok perlu dipertimbangkan

karena dua alasan. Pertama, keputusan seperti pengalokasian sumberdaya (investasi), evaluasi

kinerja dan pembuatan audit judgment dibuat oleh kelompok manajer atau kelompok auditor

bukan oleh para manajer atau auditor secara perorangan (Anthony et al., 1989). Kedua,

konsisten dengan yang pertama, para peneliti akuntansi keperilakuan telah menyebutkan

pentingnya meneliti fenomena akuntansi dari perspektif kelompok (Libby dan Luft, 1993)

yang menggunakan partisipan analisis saham, memberikan bukti empiris adanya bias risensi.

Ada beberapa bentuk – bentuk penyajian informasi menurut Ed O’Donnell dan Jon D.

Perkins yaitu sistem berpikir praktisi yang menggunakan representasi bagan untuk

meningkatkan manajer memperhatikan pola kausal yang mendorong kinerja proses. Kedua,

proses bisnis (Gharajedaghi, 1999). Kemudian diagram causal-loop yang membantu analisis

bisnis mengembangkan representasi mental yang berfokus pada saling ketergantungan antara

Page 7: Efek Risensi dalam Keputusan Audit : Diskusi Kelompok ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5060/3/T1_232010019_Full... · 4 SPI. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah

7

komponen daripada komponen independen (Repening, 2003) sehingga meningkatkan arti

penting diagnostik pola perubahan antara variabel terkait.

Dalam penelitian ini, bentuk informasi dikembangkan dari penelitian sebelumnya

O’Donnell dan Perkins (2011). Mereka mengatakan bahwa menggunakan diagram causal

loop menyorot asosiasi diantara akun terkait lainnya yang dapat mempengaruhi sejauh mana

auditor fokus pada fluktuasi pola akun yang bersangkutan. Bentuk informasi yang diberikan

kepada masing – masing individu berdasarkan pada bagan dan nonbagan. Pengujian dengan

bentuk bagan dan nonbagan diharapkan dapat membantu auditor untuk mengetahui dengan

tepat pola bukti dalam menentukan salah saji.

Trotman dan Wright (1996) menunjukkan bahwa risensi terjadi karena masalah

familiarity, sehingga dia membagi partisipannya dalam 3 kelompok, yaitu manager KAP,

auditor senior, dan mahasiswa akuntansi. Hasilnya menunjukkan bahwa auditor senior dan

mahasiswa akuntansi terkena dampak risensi namun manager KAP tidak terpengaruh. Alvia

dan Sulistiawan (2010) menguji efek risensi pada keputusan investasi saham dengan

informasi fundamental dan informasi teknis yang disajikan berurutan dan informasinya

bersifat campuran (+++--- dan ---+++). Mereka menggunakan pelatihan analisis grafik saham

sebagai upaya untuk mengeliminasi bias risensi. Hasilnya partisipan yang tidak mendapatkan

pelatihan mengalami bias risensi, sedangkan partisipan yang mendapatkan pelatihan

mengambil keputusan yang rasional dan tepat. Berdasarkan penjelasan diatas hipotesis kedua

bagian a dirumuskan sebagai berikut.

H2a : Pada kelompok yang mendapat informasi bagan keputusan individu setelah

diskusi kelompok lebih baik daripada keputusan individu sebelum diskusi

kelompok.

Teori perbandingan sosial (social comparison theory) menyatakan bahwa para

individu secara kontinyu mempersepsikan dan mempresentasikan diri sendiri dalam suatu

cara yang diinginkan secara sosial (socially favorable). Para anggota kelompok harus secara

kontinyu memproses informasi tentang bagaimana orang lain mempresentasikan diri sendiri

dan menyesuaikan presentasi diri mereka sendiri berdasarkan hal itu. Interaksi kelompok

mengkondisikan anggotanya untuk membandingkan posisi mereka dengan anggota lainnya

dalam kelompok (Isenberg, 1986).

Group-induced shift theory menjelaskan bagaimana kelompok menginduksi terjadinya

pergeseran keputusan atas pilihan / keputusan individu dalam hal proses perbandingan

Page 8: Efek Risensi dalam Keputusan Audit : Diskusi Kelompok ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5060/3/T1_232010019_Full... · 4 SPI. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah

8

interpersonal. Dengan membandingkan dirinya dengan orang lain anggota kelompok

mengetahui bahwa posisinya adalah discrepant tidak nyaman, misalnya, ia terlalu berhati-hati

atau terlalu berisiko. Pengetahuan tentang perbedaan ini mungkin perlu dan cukup untuk

mempengaruhi individu yang ada dalam kelompok untuk mengubah pilihan awalnya.

Penjelasan lain dari teori ini mendeskripsikan bahwa pergeseran dalam pilihan / keputusan

individu terjadi karena selama diskusi anggota kelompok terpengaruh karena adanya argumen

persuasif (Burnstein dan Vinokur, 1973; Isenberg, 1986). Didalam penelitian ini bentuk

informasi dikembangkan dari penelitian sebelumnya O’Donnel dan Perkins (2011). Mereka

mengatakan bahwa menggunakan diagram causal loop menyorot asosiasi diantara akun

terkait lainnya yang dapat mempengaruhi sejauh mana auditor fokus pada fluktuasi pola akun

yang bersangkutan. Bentuk informasi yang diberikan kepada masing – masing individu

berdasarkan pada bagan dan nonbagan. Pengujian dengan bentuk bagan dan nonbagan

diharapkan dapat membantu auditor untuk mengetahui dengan tepat pola bukti dalam

menentukan salah saji. Pemitigasian efek risensi diteliti Ashton dan Kennedy (2002)

menggunakan self review sebagai upaya meminimalisir risensi. Mereka menunjukkan bahwa

bukti audit yang disajikan untuk keputusan going concern berisiko mengalami bias. Informasi

akhir yang disajikan sekuensial dibobot lebih tinggi dibandingkan informasi awal. Dengan

memperhatikan bahwa informasi dalam proses audit biasanya lebih bersifat sekuensial,

penyajian informasi secara simultan bukanlah solusi untuk praktik audit. Penelitian Ashton

dan Kennedy (2002) mengusulkan dalam konteks audit dengan penyajian sekuensial, untuk

mengatasi bias risensi, partisipan diminta melakukan self-review dan hasil menunjukkan

berkurangnya efek risensi secara signifikan. Diskusi kelompok dilakukan untuk memitigasi

efek risensi merupakan model self-review seperti Ashton dan Kennedy (2002). Self-review

dilakukan dengan membaca ulang persoalan masalahnya, kemudian menyampaikan pendapat

dalam diskusi kelompok dan selanjutnya masing – masing mengambil keputusan berdasarkan

diskusi. Dengan diskusi kelompok, diharapkan memitigasi efek risensi dan meningkatkan

kualitas keputusan yang diambil. Pada pengambilan keputusan individu yang menerima

informasi konsisten (positif-negatif) dengan menggunakan bentuk informasi nonbagan akan

memberikan penilaian individu yang lebih besar namun kurang baik. Proses diskusi

kelompok menyebabkan pengambilan keputusan menjadi lebih rasional dan bergeser

sehingga keputusan akhir setelah diskusi kelompok lebih baik daripada sebelum diskusi

kelompok. Berdasarkan penjelasan diatas hipotesis kedua bagian b dirumuskan sebagai

berikut:

Page 9: Efek Risensi dalam Keputusan Audit : Diskusi Kelompok ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5060/3/T1_232010019_Full... · 4 SPI. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah

9

H2b : Pada kelompok yang mendapat informasi nonbagan keputusan individu setelah

diskusi kelompok lebih baik daripada keputusan individu sebelum diskusi

kelompok.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Desain eksperimen adalah 2 x 2 x 2 betweenwithin-subject dengan faktor pertama

berupa bentuk informasi (bagan dan nonbagan), faktor kedua urutan sifat informasi (positif-

negatif dan negatif-positif) dengan membandingkan sebelum dan sesudah diskusi (within-

subject).

Subjek dan Tatanan Eksperimen

Peneliti menggunakan 41 Mahasiswa Program Studi Akuntansi pada Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga yang sedang mengambil

mata kuliah pengauditan. Peserta akan diasumsikan untuk berperan sebagai auditor yang

sedang mengaudit sistem pengendalian internal dalam persediaan barang PT. JACKOMART.

Instrumen penelitian eksperimen menggunakan kertas dan pena. Peserta akan menjawab

pertanyaan yang diberikan secara manual di kertas yang sudah disediakan sesuai dengan

perintah yang diberikan oleh penelitian. Seluruh pengerjaan untuk masing – masing

perlakuan dilakukan secara random.

Pembagian Modul

Pemutaran Video Profile PT

Jackomart

Penilaian Awal

Pengendalian Internal

Penilaian atas bukti (+++--

-) yang sudah disediakan

Pengambilan Modul

Penilaian atas bukti (+++-

--) yang sudah disediakan

Pengambilan Modul

Debriefing

Page 10: Efek Risensi dalam Keputusan Audit : Diskusi Kelompok ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5060/3/T1_232010019_Full... · 4 SPI. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah

10

Gambar 1. Langkah Pelaksanaan Eksperimen

Pelaksanaan eksperimen adalah melalui beberapa tahap yaitu :

1. Subjek mendapat informasi atas peran dan tugasnya sebagai auditor senior dari suatu

KAP dan menerima pertanyaan pengecekan manipulasi atas peran dan tugasnya.

2. Subjek menerima informasi profil klien dalam bentuk video dan booklet selama

10menit mengenai profil perusahaan dan menjawab pertanyaan pengecekan

manipulasi untuk menguji pemahaman atas kondisi klien.

3. Selanjutnya setiap subjek akan menerima enam buah informasi secara berurutan.

Dalam setiap informasi, subjek menerima narasi awal yang berisi deskripsi

perusahaan. Dimana tiga buah informasi diterima secara positif dan tiga informasi lain

diterima secara negatif. Dalam setiap informasi tersebut disajikan dalam dua buat

bentuk penyajian informasi yaitu bagan dan nonbagan.

4. Subjek diminta menilai SPI suatu perusahaan dan mengisi kuesioner penutup

5. Subjek dibagi dalam kelompok yang terdiri dari empat sampai lima orang dan

mendiskusikan kondisi klien dalam waktu 30 menit.

6. Subjek diminta memberi penilaian SPI atas klien secara individu. Berikutnya

partisipan akan diminta untuk mengisi kuesioner penutup dan mengikuti debriefing

yang bertujuan untuk meberi penjelasan kepada subjek atas situasi yang diberikan dan

mengembalikan subjek pada kondisi semula.

Tabel 1 Matrik Eksperimen

Bentuk Informasi

Bagan Nonbagan

Urutan

Positif

Urutan

Negatif

Urutan

Positif

Urutan

Negatif

Sebelum +++ --- ---+++ +++--- ---+++

Sesudah +++--- ---+++ +++--- ---+++

Diskusi

Partisipan berkumpul 1 grup sesuai kelompok yang sudah disiapkan mentor.

Sekuensial

Cara

Penyajian

Pembagian Modul

Penilaian Awal

Pengendalian Internal

Page 11: Efek Risensi dalam Keputusan Audit : Diskusi Kelompok ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5060/3/T1_232010019_Full... · 4 SPI. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah

11

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pengujian Karakteristik Partisipan

Penelitian ini berhasil mengumpulkan mahasiswa S1 sebanyak 41 peserta dari jurusan

Akuntansi Universitas Kristen Satya Wacana. Penelitian diadakan pada hari selasa, 15 April

2014. Apabila jawaban dari tiga pertanyaan subjek menjawab tepat dua pertanyaan benar

maka subjek lolos pengecekan manipulasi. Karakteristik masing – masing partisipan terdiri

atas 4 kategori yaitu IPK, semester, umur, dan jenis kelamin. Adapun karakteristik partisipan

ada pada tabel 2.

Tabel 2

Karakteristik Partisipan

Kategori Jumlah

IPK

- 2.5-3 21

- 3-3.5 15

- >3 2

Semester

- 5/6 36

- 7/8 2

Umur

- 20-22 37

- 23-25 1

Jenis Kelamin

- Pria 15

- Wanita 23

Subjek yang berhasil lolos dalam pengecekan manipulasi sebanyak tiga delapan (38)

peserta dari empat satu peserta. Partisipan terdiri dari lima belas (15) pria dan dua tiga (23)

wanita, paling banyak berusia 20-22 tahun. Jumlah partisipan terbanyak dengan IPK 2.5-3

dan mengambil pada semester 5/6. Hasil ini menunjukkan bahwa pertisipan mempunyai

karakteristik yang bervariasi. Untuk hasil pendukung bahwa partisipan tidak ada perbedaan

dan tidak mempengaruhi terhadap pngambilan keputusan dapat dilihat pada tabel 3.

Page 12: Efek Risensi dalam Keputusan Audit : Diskusi Kelompok ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5060/3/T1_232010019_Full... · 4 SPI. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah

12

Tabel 3

Pengujian Perbedaan Karakteristik

Mean

Squares F Sig

IPK Antargrup 0,274 0,632 0,765

Intragrup 0,434

Semester Antargrup 0,022 0,824 0,597

Intragrup 0.027

Umur Antargrup 0,085 1,421 0,198

Intragrup 0,060

Jenis

Kelamin Antargrup 0,337 1,443 0,189

Intragrup 0,233

Hasil uji one way anova menunjukkan bahwa karakteristik (IPK, semester, umur dan

jenis kelamin) tidak ada perbedaan signifikan dan tidak memperngaruhi terhadap

pengambilan keputusan audit.Kelompok pada karakteristik IPK terhadap pengambilan

keputusan ditunjukkan dengan signifikan (p=0,586), semester dengan signifikan (0,597),

umur dengan signifikan (p=0,198) dan jenis kelamin dengan signifikan (p=0,189). Hasil

perbedaan antara karakteristik individu (IPK, semester, umur, dan jenis kelamin) tidak ada

pengaruh karakteristik dan tidak mempengaruhi dalam pengambilan keputusan.

Pengujian Hipotesis 1

Hipotesis 1 menyatakan bahwa pada individu yang mendapat informasi bagan dan

nonbagan yang disajikan secara sekuensial terdapat perbedaan keputusan dalam penilaian

sitem pengendalian internal (SPI). Pengujian dengan independent t-test dapat dilihat pada

tabel 4.

Page 13: Efek Risensi dalam Keputusan Audit : Diskusi Kelompok ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5060/3/T1_232010019_Full... · 4 SPI. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah

13

Tabel 4

Pengujian Hipotesis 1

Sekuensial Positif N Rata - rata Std. Dev Uji t (Sig.)

Bagan 22 81,82 7,645 3,205(0,003)

Nonbagan 19 74,21 7,502

Sekensial Negatif

Bagan 22 38,86 16,252 2,032(0,049)

Nonbagan 19 27,11 20,771

Dari hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa pada informasi positif, rata – rata

keputusan SPI dengan cara penyajian sekuensial dalam bentuk bagan sebesar 81,82 dan rata –

rata keputusan SPI dengan penyajian sekuensial dalam bentuk nonbagan adalah 74,21. Dalam

hasil pengujian t-test pada kelompok dengan informasi positif dan bentuk informasi bagan

menunjukkan terdapat perbedaan signifikan dengan nilai p=0,003 pada keputusan SPI dengan

cara penyajian sekuensial. Hasil ini menunjukkan terjadi efek risensi pada informasi yang

disajikan tetapi informasi yang disajikan sama dalam bentuk yang berbeda.

Dalam informasi urutan negatif rata – rata keputusan SPI dengan cara penyajian

sekuensial bagan sebesar 38,86 dan rata – rata keputusan SPI dengan cara penyajian

sekuensial nonbagan nilainya sebesar 27,11. Hasil pengujian pada kelompok yang mendapat

informasi urutan signifikan dengan nilai p=0,049. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi

perbedaan antara kelompok yang mendapatkan informasi bentuk bagan maupun nonbagan

pada penyajian sekuensial. Ini menunjukkan terjadi efek risensi karena bentuk informasi yang

disajikan berbeda. Dengan demikian H1 terdukung, yaitu terdapat perbedaan keputusan

penilaian pengendalian internal antara bentuk informasi bagan dan nonbagan.

Hal ini menunjukkan bahwa, ketika individu menerima informasi yang disajikan

secara sekuensial (step by step) dalam bentuk bagan dan nonbagan dengan urutan positif

maupun negatif maka individu akan merevisi keyakinannya ketika mereka menerima tiap

potongan informasi. Hali ini sejalan dengan studi Hogarth dan Einhorn (1992), Pinsker

(2007), dimana individu akan merevisi keyakinannya ketika menerima serangkaian informasi

yang terpisah.

Page 14: Efek Risensi dalam Keputusan Audit : Diskusi Kelompok ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5060/3/T1_232010019_Full... · 4 SPI. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah

14

Pengujian Hipotesis 2a

Hipotesis 2a menguji pada kelompok yang mendapat informasi bagan keputusan

individu setelah diskusi kelompok lebih baik daripada keputusan individu sebelum diskusi

kelompok. Pengujian dilakukan dengan menggunakan Paired t-test yang membandingkan

informasi urutan positif dengan informasi urutan negatif pada kelompok sebelum dengan

sesudah diskusi yang mendapat informasi sekuensial bagan. Hasil pengujian hipotesis ini

dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5

Pengujian Hipotesis 2a

N

Rata-

Rata Std.Dev Uji t (Sig)

Grup Urutan Positif

Bentuk Bagan

Sebelum 22 81,82 7,645 4,025(0,001)

Sesudah 22 72,05 6,842

Grup Urutan Negatif

Bentuk Bagan

Sebelum 22 42,27 15,486 2,147(0,044)

Sesudah 22 34,77 7,151

Hasil pengujian menunjukkan bahwa rata-rata keputusan kelompok sebelum diskusi

pada informasi positif yang disajikan dengan bentuk bagan sebesar 81,82 sedangkan pada

kelompok diskusi pada informasi positif dengan bentuk bagan rata-ratanya sebesar 72,05,

dengan nilai signifikan sebesar (0,001). Perbedaan rata – rata antara keputusan individu

sebelum diskusi dengan sesudah diskusi ini menunjukkan adanya efek risensi tetapi hasil rata

– rata sesudah melakukan diskusi ini lebih baik, mengapa dikatakan lebih baik karena pada

saat sebelum melakukan diskusi individu akan terpesona dengan urutan informasi positif

dengan bentuk bagan yang diberikan tetapi setelah individu melakukan diskusi kelompok

keputusan akhir menjadi lebih rendah karena mereka melakukan proses revisi keyakinan atau

Page 15: Efek Risensi dalam Keputusan Audit : Diskusi Kelompok ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5060/3/T1_232010019_Full... · 4 SPI. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah

15

adjustment dalam menilai urutan informasi positif dengan bentuk bagan yang diberikan. Ini

membuktikan bahwa metoda diskusi kelompok dapat memitigasi efek risensi.

Kemudian pada kelompok yang menerima informasi sekuensial negatif dengan

bentuk bagan, rerata keyakinan sebelum diskusi adalah 42,27 sedangkan keputusan individu

setelah diskusi adalah sebesar 34,77, dengan nilai signifikan (0,044). Perbedaan rata – rata

antara keputusan individu sebelum dengan sesudah melakukan diskusi ini juga menunjukkan

efek risensi dan hasil rerata sesudah diskusi menunjukkan angka yang lebih rendah dan

kondisi ini membuktikan bahwa metoda diskusi kelompok dapat memitigasi efek risensi.

Karena pada saat individu sebelum melakukan diskusi, individu ini menilai urutan informasi

negatif dengan bentuk bagan sebagai informasi yang tidak mendukung atau informasi yang

buruk tetapi setelah individu melakukan diskusi dengan kelompoknya individu akan merubah

keyakinan awalnya dengan melakukan adjustment atas penilaian urutan informasi negatif

dengan bentuk bagan yang diberikan menjadi informasi yang sangat tidak mendukung atau

sangat buruk sehingga hasil rata – rata menunjukkan nilai lebih baik pada saat individu

sesudah melakukan diskusi kelompok.

Pengujian Hipotesis 2b

Pengujian hipotesis 2b adalah pada kelompok yang mendapat informasi nonbagan

keputusan individu setelah diskusi kelompok lebih baik daripada keputusan individu sebelum

diskusi kelompok. Pengujian dilakukan dengan menggunakan Paired t-test yang

membandingkan informasi urutan positif dengan informasi urutan negatif pada kelompok

sebelum dengan sesudah diskusi yang mendapat informasi sekuensial nonbagan. Hasil

pengujian hipotesis ini dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6

Pengujian Hipotesis 2b

N Rata-rata Std.dev Uji t (sig)

Grup urutan positif

Bentuk nonbagan

Sebelum 19 78,68 5,973 4,025(0,001)

Sesudah 19 73, 68 6,421

Grup urutan negatif

Bentuk nonbagan

Page 16: Efek Risensi dalam Keputusan Audit : Diskusi Kelompok ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5060/3/T1_232010019_Full... · 4 SPI. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah

16

Sebelum 19 51,58 6,678 2,440(0,025)

Sesudah 19 44,21 9,756

Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata judgment kelompok sebelum diskusi pada

informasi positif yang disajikan dengan bentuk bagan sebesar 78,68 sedangkan pada

kelompok diskusi pada informasi positif dengan bentuk bagan rata-ratanya sebesar 73,68.

Hasil uji-t mempunyai nilai sebesar 2,788 dengan signifikan senilai (0,012). Kondisi ini

menunjukkan bahwa metoda diskusi mampu mengurangi risensi, dan dampaknya besar.

Pada grup yang menerima informasi sekuensial negatif, rerata keyakinan sebelum

diskusi grup adalah 51,58 sedangkan keputusan individu setelah diskusi grup adalah 44,21

dan perbedaan ini juga signifikan. Kondisi ini juga menunjukkan bahwa metoda diskusi

kelompok pada kelompok yang mendapat informasi negatif mampu mengurangi efek risensi.

Hasil ini sejalan dengan riset mitigasi bias kognitif yang disajikan oleh Ashton dan

Ashton (1988) yang menggunakan self-review sebagai metoda dalam memitigasi efek risensi.

Diskusi kelompok dapat meningkatkan kualitas keputusan selaras dengan penelitian Arnold

dkk. (2001). Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa diskusi kelompok mampu

memitigasi bias risensi dalam kondisi penyajian informasi positif dan negatif dan dalam

bentuk informasi bagan maupun nonbagan.

Tabel 7 Rata-rata Keputusan Akhir Pola Penyajian Sekuensial

Ke-0 Info 1 Info 2 Info 3 Info 4 Info 5 Info 6

Bagan

Positif-

negatif 70.909 75.454 75.227 81.818 33.863 39.318 41.666

Negatif-

positif 70, 454 34,772 36,136 41,136 72,045 71,818 71

Nonbagan

Positif-

negatif 74,21 80,526 80 82,631 31,842 30,526 30,789

Positif-

negatif 72,105 32,105 20,789 23,684 80,263 74,473 80,789

Page 17: Efek Risensi dalam Keputusan Audit : Diskusi Kelompok ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5060/3/T1_232010019_Full... · 4 SPI. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah

17

Gambar 2 . Pola Fishtail pada Keputusan dengan Pola Penyajian Sekuensial Bagan

Gambar 3 . Pola Fishtail pada Keputusan dengan Pola Penyajian Sekuensial Nonbagan

Hasil diatas sudah sesuai dengan model belief adjustment dari Hogarth dan Einhorn

(1992). Tabel diatas menunjukkan rata-rata keputusan akhir dengan pola penyajian sekuensial

fishtail yang dinyatakan dalam model belief adjustment oleh Hogarth dan Einhorn (1992) dan

sesuai dengan penelitian Nasution dan Supriyadi (2007) pada penelitian pengaruh urutan

bukti, gaya kognitif dan personalitas proses revisi keyakinan.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Ke-0 Info 1 Info 2 Info 3 Info 4 Info 5 Info 6

Bagan

positif-negatif

negatif-positif

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Ke-0 Info 1 Info 2 Info 3 Info 4 Info 5 Info 6

Nonbagan

positif-negatif

negatif-positif

Page 18: Efek Risensi dalam Keputusan Audit : Diskusi Kelompok ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5060/3/T1_232010019_Full... · 4 SPI. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah

18

Tabel 8 Rata-rata Keputusan Akhir Pola Penyajian Sekuensial

Ke-0 Info 1 Info 2 Info 3 Info 4 Info 5 Info 6

Bagan

Sebelum 70.909 75.454 75.227 81.818 33.863 39.318 41.666

Sesudah 70, 454 72,045 71,818 71 34,772 36,136 41,136

Nonbagan

Sebelum 74,21 80,526 80 82,631 31,842 30,526 30,789

Sesudah 72,105 80,263 74,473 80,789 32,105 20,789 23,684

Gambar 4. Pola yang menunjukkan bahwa Efek Risensi Termitigasi dengan Diskusi

Kelompok pada Penyajian Sekuensial Bagan

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Ke-0 Info 1 Info 2 Info 3 Info 4 Info 5 Info 6

Bagan

sebelum

sesudah

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Ke-0 Info 1 Info 2 Info 3 Info 4 Info 5 Info 6

Nonbagan

Sebelum

Sesudah

Page 19: Efek Risensi dalam Keputusan Audit : Diskusi Kelompok ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5060/3/T1_232010019_Full... · 4 SPI. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah

19

Gambar 5. Pola yang menunjukkan bahwa Efek Risensi Termitigasi dengan Diskusi

Kelompok pada Penyajian Sekuensial Nonbagan

Hasil diatas sudah sesuai dengan model self-review dari Ashton dan Kennedy (2002).

Tabel diatas menunjukkan rata-rata keputusan akhir sesudah individu melakukan diskusi

kelompok lebih rendah dan lebih baik daripada keputusan individu sebelum diskusi

kelompok ini menunjukkan juga bahwa metoda diskusi kelompok dapat memitigasi efek

risensi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Riset ini bertujuan untuk membuktikan bahwa terjadi efek risensi pada keputusan

penilaian sistem pengendalian internal (SPI) antara individu yang mendapat informasi bagan

dan nonbagan yang disajikan secara sekuensial. Dan untuk membuktikan bahwa dengan

diskusi kelompok dapat memitigasi efek risensi. Penelitian ini menggunakan desain

eksperimen berbasis manual sebagai bentuk kontribusi metodologis penelitian.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1.) pola penyajian informasi dan urutan

informasi mempengaruhi keputusan audit atas penilaian sistim pengendalian internal (SPI)

(2.) Hasil diskusi kelompok menunjukkan bahwa efek resensi dapat dimitigasi dalam

penyajian informasi bagan-nonbagan.

Penelitian ini juga mempunyai beberapa kelemahan antara lain dalam penelitian

dilakukan pada dua kelompok diwaktu yang berbeda sehingga kemungkinan terjadi

perembesan informasi, namun demikian hal ini dapat diantisipasi dengan jeda waktu yang

tidak terlalu panjang. Sedangkan dalam hal diskusi, kita mengabaikan faktor – faktor individu

yang mempunyai kepribadian yang berbeda.

Penelitian yang akan datang juga dapat memperhatikan jeda waktu yang digunakan

dalam melakukan eksperimen sehingga mengurangi adanya perembesan informasi.

Kemudian juga dapat memperhatikan penyajian informasi yang disajikan dalam urutan

panjang dan juga melakukan pengujian strategi mitigasi dengan diskusi kelompok.

Penerapan teori belief-adjustment dalam penelitian ini terbukti pada saat individu

memproses informasi secara berurutan, individu ini cenderung akan mengubah keyakinan

awalnya (intial anchor) dan melakukan penyesuaian (adjustment) atas keputusannya

berdasarkan informasi yang tersedia secara berurutan di pasar. Penelitian ini juga

Page 20: Efek Risensi dalam Keputusan Audit : Diskusi Kelompok ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5060/3/T1_232010019_Full... · 4 SPI. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah

20

memberikan kontribusi praktis kepada KAP untuk membantu auditor menyelesaikan review

saat memeriksa laporan keuangan, auditor dapat lebih selektif dan teliti lagi dengan

menggunakan metoda diskusi kelompok sehingga auditor tidak mengalami efek risensi dalam

pengambilan keputusan.

Page 21: Efek Risensi dalam Keputusan Audit : Diskusi Kelompok ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5060/3/T1_232010019_Full... · 4 SPI. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah

21

DAFTAR PUSTAKA

Cavaleri, S., and J. D. Sterman. 1997. Towards evaluation of systems thinking interventions:

A case study. System Dynamics Review 13 (2): 171–186.

Doyle, J. K., and D. N. Ford. 1998. Mental models concepts for system dynamics research.

System Dynamics Review 14 (1): 3–29.

Gharajedaghi, J. 1999. Systems Thinking: Managing Chaos and Complexity—A Platform for

Designing Business Architecture. Boston, MA: Butterworth Heinemann.

Knechel, W. R. 2007. The business risk audit: Origins, obstacles and opportunities.

Accounting, Organizations and Society 32 (4/5): 383–408.

O’Donnell, E., and J. J. Schultz. 2003. The influence of business-process-focused audit

support software on analytical procedures judgments. Auditing: A Journal of Practice

& 22 (2): 265–279.

Repenning, N. P. 2003. Selling system dynamics to (other) social scientists. System

Dynamics Review 19 (4): 303–327.

Senge, P. 1990. The Fifth Discipline: The Art and Practice of the Learning Organization.

New York, NY: Doubleday/Currency.

Solomon, I., and M. Shields. 1995. Judgment and decision-making research in auditing. In

Judgment and Decision Making Research in Accounting and Auditing, edited by R.

Ashton and A. Ashton, 137–175. New York, NY: Cambridge University Press.

O’Donnell. E dan Perkins D.J. 2011. Assessing Risk With Analytical Procedures: Do

System-Thinking Tools Help Auditors Focus on Diagnostic Patterns?. Auditing: A

Journal of Practice and Theory.

http://belajarpsikologi.com/pengertian-diskusi-kelompok/

Subagiyo, L. 2006. Pengalaman Dan Tanggung Jawab Auditor Sebagai Dasar Mendeteksi

Kekeliruan Dan Kecurangan. Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi Vol.

5, No. 1, April 2006 : 100-110.

Haryanto. Debiasing Audit Judgment : Akuntabilitas Dan Tipe Pembuat Keputusan.

Universitas Diponegoro Semarang.

Hogarth, R. M., and H. J. Einhorn. 1992. Order Effects in Belief Updating: The Belief-

Adjustment Model. Cognitive Psychology 24: 1–55

Page 22: Efek Risensi dalam Keputusan Audit : Diskusi Kelompok ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5060/3/T1_232010019_Full... · 4 SPI. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah

22

Alvia L dan D. Sulistiawan. 2010. The Examination of Recency and Knowledge Effect in

Stock Investment Decision Making: an Experimental Study. The Indonesian Journal

of Accounting Research (13)

Hogarth, R. M. , WIT. H. D. dan Koehler J.J. 1989. Effects of Diazepam On a Belief

Updating Task. Psychological Reports 64: 219-226.

Ashton, A. H., and R. H. Ashton. 1988. A Sequential Belief Revision in Auditing, The

Accounting Review, October, pp.623-641.

Ashton, R. H., Kleinmuntz, D. N., Sullivan, J.B. and Tomassini, L.A. 1988. Audit Decision

Making. In Abdel-khalik, A. R., and Salomon. I (eds). Research Opprtunities in

Auditing: The Second Decade, New York, American Accounting Association.

Ashton R.H., and Kennedy. 2002. Eliminating Recency with Self-Review: The Case of

Auditors’ Going Concern Judgments. Journal of Behavioral Decision Making 15 (3):

221-231.

Chalos P. and M.C.C. Poon. 2000. Participation and Performance in Capital Budgeting

teams. Behavioral Research in Accounting (12) 199-229.

Furnham, Adrian. 1986. The Robustness of the Recency Effect: Studies Using Legal

Evidence. The Journal of General Psychology (113), 351-357.

Libby R. and Tan. H. 1999. Analysts’ Reaction to Warnings of Negative Earnings Surprises.

Journal of Accounting Research (37) 415-435.

Pinsker R. 2011. Primacy or Recency? A Study of Order Effects when Nonprofessional

investors are Provided a Long Series of Disclosures. Behavioral Research in

Accounting 23: 161-183.

Trotman K.T., and A. Wright. 1996. Recency effects: Task Complexity, Decision Mode and

Task-Specific Experience. Behavioral Research in Accounting (8) 175-193.