Tiwi - SPI

27
TUGAS SEJARAH PERADABAN ISLAM OLEH : NAMA : NURUL SYAHARANI B NIM : 70100110095

description

SPI.

Transcript of Tiwi - SPI

Page 1: Tiwi - SPI

TUGAS

SEJARAH PERADABAN ISLAM

OLEH :

NAMA : NURUL SYAHARANI B

NIM : 70100110095

KELAS : FARMASI C

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

Page 2: Tiwi - SPI

SAMATA

2011

A. Pengertian sejarah, Peradaban dan Kebudayaan Islam

Sejarah adalah gambaran tentang peristiwa-peristiwa masa lampau yang

dialami oleh manusia, disusun secara ilmiah, meliputi urutan waktu, diberi

tafsiran dan analisa kritis, sehingga mudah dimengerti dan dipahami. Kata

peradaban adalah terjemahan dari kata Arab al-hadarah atau al-madaniyah

dan civilization dalam bahasa Inggris. Artinya adalah manifestasi dari

kebudayaan yang halus dan indah seperti,sistem teknologi, ilmu pengetahuan

yang maju dan kompleks, sistem kenegaraan, seni bangunan, seni rupa atau

dengan kata lain bagian-bagian atau unsur-unsur dari kebudayaan yang halus

dan indah. Kata Kebudayaan berasal dari kata “Budi” dan “Daya”.Budi

berarti akal, pikiran, pengertian, paham, pendapat, ikhtiar dan perasaan.Daya

berarti tenaga, kekuatan dan kesanggupan. Jadi kebudayaan adalah himpunan

segala usaha dan daya upaya yang dikerjakan dengan menggunakan hasil

pendapat untuk memperbaiki sesuatu dengan tujuan mencapai

kesempurnaan.atau semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.Jadi dalam

konteks ini kebudayaan mencakup juga peradaban, tetapi tidak sebaliknya.

Sedangkan kata Islam yang dimaksud dalam pembahasan ini ialah bagaimana

ajaran Islam itu membentuk perilaku dan tingkah laku pemeluknya atau

bagaimana nilai-nilai Islam menafasi, mendasari perilaku perbuatan

penganutnya. Jadi, dalam pembahasan ini yang dimaksud sejarah peradaban

Page 3: Tiwi - SPI

atau kebudayaan Islam adalah Islam yang diwahyukan kepada Nabi

Muhammad SAW. Telah membawa bangsa Arab yang semula terbelakang,

bodoh, tidak terkenal, dan diabaikan oleh bangsa-bangsa lain, dengan adanya

ajaran Islam tersebut membuat bangsa Arab menjadi maju.Ia dengan cepat

bergerak mengembangkan dunia, membina satu kebudayaan/peradaban yang

sangat penting artinya dalam sejarah manusia hingga sekarang.Bahkan,

kemajaun Barat pada mulanya bersumber dari peradaban Islam yang masuk ke

Eropa melalui Spanyol. Atau dengan kata lain Badri Yatim yang juga

mengutip pendapat H.A.R. Gibb mengatakan bahwa “Islam sesungguhnya

lebih dari sekedar sebuah agama, ia adalah suatu peradaban yang sempurna”.

Jadi yang menjadi pokok kekuatan dan sebab timbulnya kebudayaan adalah

agama Islam, kebudayaan yang ditimbulkannya dinamakan kebudayaan atau

peradaban Islam.

B. Periodesasi Peradaban Islam

Periodesasi Peradaban Islam, sejarawan banyak yang merujuk pendapat

Harun Nasution yang membagi tiga periode:

1. Periode Klasik (650 – 1250 M)

Pada periode ini dimulai dari masa Rasulullah hingga jatuhnya

pemerintahan Bani Abbas di Baghdad. Periode ini ditandai dengan upaya

perintisan, perkembangan dan kemajuan puncak yang pertama peradaban

Islam (650 – 1000 M). Berikutnya masa disintegrasi (1000 – 1250

M).Periode ini diwakili oleh kekhilafahan Nabi Muhammad SAW, di

Page 4: Tiwi - SPI

Haramain (Mekkah dan Madinah), Khulafaur Rasyidin di Madinah, Dinasti

Bani Umayyah di Damaskus, dan kemudian Dinasti Bani Abbas di

Baghdad.

2. Periode Pertengahan (1250 – 1800 M)

Periode ini ditandai dengan masa – masa berlangsungnya kemunduran

peradaban Islam yang sering disebut masa stagnan, yakni sejak jatuhnya

Bani Abbas di Baghdad (1258 M) hingga lahir tiga Kerajaan besar:Ustmani

di Turki, Safawi di Persia dan Mughal di India di sekitar tahun 1500-an.

Berikutnya, sejak tahun 1500 M hingga tahun 1700 M ketiga kerajaan ini

berhasil mempelopori kemajuan kedua peradaban Islam.

3. Periode Modern (1800 M sampai sekarang)

Dalam periode ini ditandai dengan masa penjajahan Eropa terhadap

dunia Islam, timbulnya pengaruh modernisasi ke dalam kalangan umat

Islam dan karenanya, lahirlah kebangkitan serta upaya pembaharuan di

dunia Islam. Negara – Negara Islam seperti Mesir, Turki, India dan

Indonesia sebagai contoh melakukan pembaharuan setelah mereka

memperoleh kemerdekaan dari penjajah. Namun pada pembahasan hanya

akan membahas peradaban Islam pada dua periode: Klasik dan

Pertengahan.

C. Metode Studi Sejarah Islam

Bagaimana semestinya sejarah Islam dan peradabannya kita pelajari

sehingga memperoleh hasil yang maksimal dan tepat. Sebab, tidak jarang

Page 5: Tiwi - SPI

orang mempelajari sejarah yang semestinya melahirkan wawasan yang luas

serta sikap – sikap yang positif, namun karena metodenya tidak tepat,

menyebabkan seseorang bersikap negatif terhadap agama atau sejarah itu

sendiri. Misalnya, sebagian orintalis-missionaris mempelajari Islam justru

menjelek-jelekkan Islam karena tidak mampu menyelami kedalaman

substansinya, yakni ada hal-hal yang mereka tidak mampu menggalinya.

Namun di sisi lain, sebagian kaum Muslimin mempelajari sejarahnya sendiri

bisa terjebak ke dalam sikap subjektif yang berlebihan sehingga menutupi

sikap objektif yang pada akhinya melahirkan sikap fanatik` dan tidak sampai

kepada kebenarannya.

Untuk menghindari kesalahan-kesalahan dalam mempelajari sejarah

Islam khususnya peradabannya, maka berikut disampaikan beberapa metode

studi sejarah.

Pertama:Mempelajari sejarah hendaknya memperhatikan 5 unsur yang mesti

ada dalam studi sejarah,yaitu; apa atau siapa, di mana, kapan, bagaimana, dan

mengapa. Maksudnya, apa atau siapa pelaku-pelaku peristiwa sejarah;di mana

berkaitan dengan tempat, kapan berkaitan dengan tahun, bagaimana persisnya

atau prosesnya kejadian itu dan mengapa peristiwa tersebut terjadi. Di dalam

mempelajari sejarah seseorang hendaknya berusaha untuk kritis pada setiap

unsur tersebut, meskipun tidak harus menghapal setiap peristiwa beserta

tahun-tahunnya secara deskriptif.

Kedua; Sejarah adalah fakta sekaligus realita dari sesuatu yang bersifat

empirik-objektif, bukanlah sesuatu yang bersifat normatif, dalam arti, ia

Page 6: Tiwi - SPI

nerupakan apa yang terjadi, bukan sesuatu yang semestinya terjadi. Maka,

belajar sejarah berarti melatih seseorang berfikir empirik, bukan berfikir

normatif. Seseorang boleh tidak menyetujui suatu fakta atau realita sejarah

yang tidak sesuai dengan aturan atau norma yang ada, tetapi ia harus

mengakuinya bila keadaannya memang demikian.

Ketiga; Seorang sejarawan dalam melakukan pemaknaan atau penafsiran

harus dengan pendekatan analitis-kritis.

Keempat;Seorang sejarawan yang bijak dalam melakukan penulisan sejarah

harus menggunakan pendekatan yang komprehensif artinya pembahasan

diupayakan meliputi berbagai aspek politik, pemerintahan, administrasi, sains,

kebudayaan dan sosial kemasyarakatan.

Kelima;Seorang sejarawan harus kritis dan selektif dalam mempelajari

sumber-sumber.

Keenam;Meskipun hakekat sejarah adalah peristiwa masa lampau, tetapi

tujuan akhir studi sejarah peradaban Islam bukan untuk tenggelam ke dalam

masa lampau yang dipelajari, tetapi untuk mempelajari pola, sistem, hikmah,

dan bahkan teori-teori yang pernah ada sebagai pengalaman masa lampau

yang mungkin dipergunakan untuk memecahkan permasalahan kontemporer.

D. Bangsa Arab pra Islam

1. Kondisi sosial-politik

Jazirah Arab menjelang kelahiran Islam, diapit oleh dua Kerajaan

besar, yaitu; Romawi Timur dengan wilayah kekuasaannya meliputi Rum

Page 7: Tiwi - SPI

(Turki sekarang), Asia kecil, Syiria, Palestina, Mesir, Afrika Utara dan

Ethiopia. Dan Kerajaan Persia dengan wilayah kekuasaannya meliputi Iran,

Irak dan jazirah Arab bahagian Utara.Kerajaan Romawi Timur diperintah

sekitar 70 kaisar sebelum masa keruntuhannya, kaisar itu antara lain:

Konstantin Agung (280-337 M), Yustianus (483-565 M).Pada masa

Yustianus memerintah negara ini mengalami kemajuan di bidang pertanian,

perdagangan dan perusahaan maju pesat, dikeluarkanlah ketentuan-

ketentuan yang berhubungan dengan hukum. Pengganti Yustianus,

Yustianus II (568-571 M), Tiberut (578-582 M), Maurise (582-602 M) dan

Phokas (602-610 M), Heraclius (610-641 M). Kerajaan Persia, mulai

dikenal pada tahun 226 M sebagai pendirinya adalah kaisar Ardeshir pada

masannya kekuatan militer terorganisir. Kaisar Shapur I memperhatikan

perkembangan seni dan perdamaian (309-379 M), Nowshirwan (531 M) ia

terkenal bijaksana, adil, terdidik, berilmu tinggi dan berhasil menyusun

undang-undang. Kaisar Parviz (590 M) adalah penguasa terakhir dari

kekaisaran Persia dan sezaman dengan Heraclius di Imperium Romawi.

Kedua kerajaan ini saling berperang selama 20 tahun (541-561 M)

dan akibat dari peperangan itu antara kedua belah pihak, rakyat kedua

kerajaan berada dalam keadaan menderita. Keadaan yang demikian

memungkinkan timbulnya simpati rakyat terhadap agama Islam nantinya.

Kedudukan jazirah Arab dalam percaturan politik antara Persia dan

Romawi adalah netral. Semenanjung ini dapat dikatakan terbebas dari

pengaruh konflik keduanya, kecuali beberapa daerah pinggiran seperti

Page 8: Tiwi - SPI

Yaman dan daerah-daerah sekitar Teluk Persia. Daerah Yaman menjelang

kelahiran Islam merupakan wilayah kekuasaan Ethiopia yang termasuk ke

dalam wilayah Romawi. Sedangkan, wilayah semenanjung Arabia di teluk

Persia termasuk wilayah kekuasaan Imperium Persia. Dengan demikian

wilayah Hijaz bebas dari pengaruh politik, agama, dan budaya dari luar.

Jadi secara interpretatif, penentuan dareah Hijaz (Mekkah) sebagai tempat

kelahiran Islam tentunya didasarkan pula pada latar belakang kemurnian

daerah tersebut dari pengaruh-pengaruh politik, agama-agama dan sosial

budaya.

Kondisi sosial-politik internal wilayah Arabia di masa jahiliyah

menjelang kedatagan Islam pada dasarnya terpecah-pecah, tidak mengenal

kepemimpinan sentral ataupun persatuan. Kepemimpinan politik

didasarkan pada suku-suku atau kabilah-kabilah guna mempertahankan diri

dari serangan suku-suku yang lain. Ikatan-ikatan sosial dibuat berdasarkan

hubungan darah dan kepentingan mempertahankan diri. Ikatan-ikatan

demikian sering memunculkan apa yang biasa disebut fanatisme jahiliyah

(Ashabiyyah jahiliyyah). Maka kondisi demikian melahirkan sikap-sikap

politik yang kuat adalah yang menang. Inilah yang nanti ditentang oleh

Islam dengan lahirnya kepemimpinan Nabi Muhammad, Saw.

2. Kondisi Sosial-Ekonomi

Kondisi alam Arabia gersang dan tandus karena terdiri dari padang

pasir dan batu-batuan. Air merupakan kebutuhan primer yang sulit

diperoleh secara melimpah seperti sekarang. Karena itu, khususnya di

Page 9: Tiwi - SPI

Mekkah, pertanian tidak mungkin berkembang. Salah satu pencaharian

yang mungkin pada saat itu adalah beternak berdagang.

Sebagai mana digambarkan dalam al-Quran dan direkam dalam

sejarah bangsa Arab suka melancong ke negeri-negeri lain seperti Syam

untuk berdagang “… (adalah) kebiasaan mereka bepergian di musim

dingin dan musim panas”(Quraisy:2). Abu Bakar, Usman dan Khadijah

adalah pedagang dan bangsawan kota mekkah. Sistem ekonomi riba yang

berkembang sehingga terjadi gab dalam kehidupan masyarakat antara kaum

bangsawan atau pemilik modal dengan masyarakat miskin, kelompok

miskin semakin tertindas oleh karena pihak-pihak yang berutang

dieksploitasi dan ditindas dengan kejam.

Gustave Le Bon mengatakan bahwa orng-orang Arab pintar

berdagang. Sebelum orang-orang Eropa membuka jalur perdagangan ke

luar, orang-oramg Arab telah membuka jalur perdagangan dengan India,

Cina, Afrika, dan sebagian Eropa Swedia, Denmark dan Rusia. Sebelum

Nabi Muhammad Saw, lahir,kapal-kapal dagang berlalu lalang dari Yaman

ke India atau sebaliknya.

3. Kondisi sosial-moral

Pada dasarnya masyarakat Arab Jahiliyah memiliki sejumlah sifat-

sifat positif dan kelebihan-kelebihan. Seperti sifat dermawan, pemberani,

setia, ramah, sederhana, serta cinta kebebasan, ingatannya kuat, dan pandai

bersyair. Namun, itu semua menjadi tenggelam dan tidak mampu

menampilkan moralitas tinggi masyarakat Arab saat itu. Hal ini disebabkan

Page 10: Tiwi - SPI

oleh suatu kondisi yang menyelimuti kehidupan mereka, yaitu

kemusyrikan, kekafiran, ketidakadilan, kejahatan, dan fanatisme suku-suku

sehingga menghalalkan segala cara. Di sinilah arti jahiliyah dapat

dipahami. Mereka bukan bodoh (jahil) dalam arti buta huruf dan tidak

mengenal pengetahuan sama sekali, tetapi mereka tidak mengetahui

hakekat dan sumber kebenaran, dan tidak mengenal tuhan yang semestinya

mereka sembah.

Dalam struktur masyarakat menempatkan perempuan yang sangat

rendah. Ia dinilai identik dengan barang-barang komoditas. Perempuan

tidak diperbolehkan untuk tampil sebagaimana laki-laki, karenanya mereka

tidak mempunyai ketrampilan-ketrampilan dalam sektor publik seperti

memimpin peperangan dan mencari nafkah. Hal ini pada gilirannya

membuat tradisi menanam anak perempuan yang baru dilahirkan seperti

yang pernah dilakukan oleh Umar bin Khattab di masa sebelum masuk

Islam. Perempuan halal dijadikan gundik-gundik seorang penguasa, di

mana mereka mudah dikawini dan mudah pula diceraikan. Di saat

perempuan haid, mereka tidak diperbolehkan untuk tidur dalam satu rumah

dengan keluarganya. Mereka harus tidur di kandang bagian belakang

rumah. Posisi wanita tidak lebih dari binatang, wanita dianggap barang-

barang dan hewan ternak yang tidak mempunyai hak. Setelah menikah,

suami sebagai raja dan penguasa tunggal. Mushthafa Sa’id al-Karim

menyebutkan bahwa bangsa Arab pra-Islam mengenal beberapa macam

perkawinan, di antaranya:

Page 11: Tiwi - SPI

1. Istibdha, yaitu seorang suami meminta pada istrinya untuk berjimak

dengan beberapa laki-laki yang dipandang mulia atau memiliki kelebihan

tertentu, seperti keberanian dan kecerdasan. Selama istri bergaul dengan

laki-laki tersebut, suami menahan diri dengan tidak berjimak dengan

istrinya sebelum terbukti istrinya hamil.

2. Poliandri,yaitu beberapa laki-laki berjimak dengan seorang perempuan.

Setelah perempuan itu hamil dan melahirkan anak, perempuan tersebut

memanggil semua laki-laki yang pernah menyetubuhinya untuk berkumpul

di rumahnya. Setelah semuanya hadir, perempuan tersebut memberitahukan

bahwa ia telah dikarunia anak hasil hubungan dengan mereka. Lalu wanita

tersebut menunjuk salah seorang sebagai bapaknya dan ditujuk tidak boleh

menolak.

3. Maqthu’, yaitu seorang laki-laki menikahi ibu tirinya setelah bapaknya

meninggal dunia.

4. Badal, yaitu tukar menukar istri tanpa bercerai terlebih dahulu dengan

tujuan untuk memuaskan hubungan seks dan terhindar dari bosan.

5. Shighar,yaitu seorang wali menikahkan anak atau saudara

perempuannya kepada seorang laki-laki tanpa mahar.

Struktur masyarakat Arab jahiliyah juga mengikuti sistem

perbudakan sebagaimana yang telah menjadi tradisi kuat bangsa-bangsa

seluruh dunia saat itu termasuk Yunani yang amat terkenal sistem

perbudakannya. Sistem perbudakan berlaku dan berkembang di kalangan

bangsa Arab. Mereka dipekerjakan dengan sekehendak majikan, dan dijual

Page 12: Tiwi - SPI

belikan serta ditukar dengan barang sebagai layaknya pedagang melakukan

transaksi jual beli secara barter.

Fase kehidupan bangsa Arab tanpa bimbingan wahyu Ilahi dan hidayah sangatlah

panjang. Oleh sebab itu, di antara mereka banyak ditemukan tradisi yang sangat

buruk. Berikut ini adalah contoh beberapa tradisi buruk masyarakat Arab

Jahiliyah.

1. Perjudian atau maisir. Ini merupakan kebiasaan penduduk di daerah

perkotaan di Jazirah Arab, seperti Mekkah, Thaif, Shan’a, Hijr, Yatsrib,

dan Dumat al Jandal.

2. Minum arak (khamr) dan berfoya-foya. Meminum arak ini menjadi tradisi

di kalangan saudagar, orang-orang kaya, para pembesar, penyair, dan

sastrawan di daerah perkotaan.

3. Nikah Istibdha’, yaitu jika istri telah suci dari haidnya, sang suami

mencarikan untuknya lelaki dari kalangan terkemuka, keturunan baik, dan

berkedudukan tinggi untuk menggaulinya.

4. Mengubur anak perempuan hidup-hidup jika seorang suami mengetahui

bahwa anak yang lahir adalah perempuan. Karena mereka takut terkena aib

karena memiliki anak perempuan.

5. Membunuh anak-anak, jika kemiskinan dan kelaparan mendera mereka,

atau bahkan sekedar prasangka bahwa kemiskinan akan mereka alami.

Page 13: Tiwi - SPI

6. Ber-tabarruj (bersolek). Para wanita terbiasa bersolek dan keluar rumah

sambil menampakkan kecantikannya, lalu berjalan di tengah kaum lelaki

dengan berlengak-lenggok, agar orang-orang memujinya.

7. Lelaki yang mengambil wanita sebagai gundik, atau sebaliknya, lalu

melakukan hubungan seksual secara terselubung.

8. Prostitusi. Memasang tanda atau bendera merah di pintu rumah seorang

wanita menandakan bahwa wanita itu adalah pelacur.

9. Fanatisme kabilah atau kaum.

10. Berperang dan saling bermusuhan untuk merampas dan menjarah harta

benda dari kaum lainnya. Kabilah yang kuat akan menguasai kabilah yang

lemah untuk merampas harta benda mereka.

11. Orang-orang yang merdeka lebih memilih berdagang, menunggang kuda,

berperang, bersyair, dan saling menyombongkan keturunan dan harta.

Sedang budak-budak mereka diperintah untuk bekerja yang lebih keras

dan sulit.

Struktur sosial membedakan kelas papan atas dari kaum bangsawan

dengan kelas papan bawah dari rakyat jelata. Di antara dua kelas ini terjadi

jurang yang sangat tajam sehingga melahirkan jarak dan kerawanan sosial.

Kaum bangsawan menindas rakyat jelata dengan sesuka hati dan segala cara.

Maka, perdamaian antar suku sangat sulit diwujudkan, peperangan demi

peperangan terus terjadi di antara mereka. Penghargaan manusia didasarkan

atas prestise bukan prestasi, dan hubungan sosial ditentukan oleh ikatan darah

Page 14: Tiwi - SPI

dan emosi, bukan ikatan-ikatan kemanusiaan dan keagamaan sebagaimana

yang nanti ditawarkan oleh Islam.

4. Kondisi Sosial-Budaya

Bangsa Arab pandai dalam bidang sastera, khususnya membuat

syair- syair. Syair bagi mereka untuk mengungkapkan pikiran-pikiran,

pengetahuan-pengetahuan, dan pengalaman-pengalaman hidupnya. Hampir

semua bentuk pengungkapan itu disampaikan melalui bentuk syair. Selain

itu, bentuk-bentuk pengungkapan itu melalui prosa, amtsal (perumpamaan-

perumpamaan), khitabah (pidato), ansab (geneologi). Ghalan bin Salamah

dari suku Tsaqif dalam satu minggu mampu menciptakan sekumpulan

syair, lalu membacanya di depan forum untuk dibahas dan dikritik. Forum-

forum seperti ini pada waktunya digelar untuk umum di suatu pasar yang

disebut Ukadz, di dalamnya dilengkapi dengan kegiatan pertandingan

membuat dan membacakan syair-syair yang terbaik. Di antara syair-syair

yang terpilih kemudian digantungkan di dinding Kabah sebagai

penghargaan yang biasa disebut muallaqat.

Bangsa Arab, sebagian di antara mereka menguasai ilmu meramal

jejak dan peristiwa alam yang akan terjadi, seperti kapan turun hujan, di

mana terdapat mata air, dan di mana terdapat sarang binatang buruan serta

binatang buas. Di siang hari mereka mampu membaca jejak melalui padang

pasir, sedangkan di malam hari mereka menggunakan bintang-bintang.

Karena itu, ilmu-ilmu perhitungan (semacam meramal) dan perbintangan

berkembang di kalangan bangsa Arab sebelum Islam.

Page 15: Tiwi - SPI

Bangsa Arab juga mahir dalam membuat dan menghafal silsilah

keluarga dan nenek moyangnya. Mereka bangga dengan kemampuan itu,

karenanya mereka mampu menunjukkan hubungan dirinya dengan nenek

moyangnya yang besar-besar, sehingga mereka akan memperoleh prestise

karena keturunan. Setiap kabilah mempunyai dan mengetahui silsilah

keturunannya.

E. Sistem Kepercayaan dan agama

Bangsa Arab Jahiliyah percaya dan mewarisi mitos-mitos (tahayul

dan khurafat) dari nenek moyang yang bertumpu pada sistem kepercayaan

watsaniyah (paganisme).Seperti kepercayaan terhadap dewa, hantu, roh jahat,

azimat, dan tuah, di mana hal ini sering disinyalir oleh al-Quran sebagai

kemusyrikan yang amat dilarang dalam Islam. Mereka percaya ada hantu yang

berkeliaran di padang pasir untuk mengganggu perjalanan musafir. Hantu itu

disebut Ghaul untuk jenis pria dan Aimir untuk jenis perempuan. Mereka juga

mempercayai kekuatan jimat-jimat yang berfungsi sebagai penangkal kejahatan

seperti sihir dan gangguan jin atau setan. Azimat juga dipercayai dapat

menyembuhkan penyakit-penyakit psikis atau mendatangkan penyakit psikis.

Selain itu, mereka percaya terhadap roh seperti roh Hammah yang berada di

dalam ular, karena itu membunuh ular dilarang keras.

Mayoritas bangsa Arab Jahiliyah menyembah berhala kecuali para

penganut Yahudi dan Nasrani yang jumlahnya kecil. Selain itu, mereka

menyembah matahari, bintang dan angin. Bahkan terkadang ada ang

Page 16: Tiwi - SPI

menyembah batu-batu kecil dan pohon-pohon yang dianggap keramat. Mereka

mempunyai berhala-berhala sesembahan, dan yang paling besar lagi terkenal

adalah Lata, Mana, Uzza dan Hubal. Di sekeliling Kabah terdapat sekitar 360

berhala yang setiap tahun mereka kunjungi untuk disembah bersamaan dengan

diselenggarakan pecan raya Ukadz. Dengan demikian, pada umumnya mereka

tidak mempunyai kepercayaan kepada Tuhan yang Esa (monotheisme), dan

tidak mempercayai hari pembalasan (akhirat).

Page 17: Tiwi - SPI

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Sejarah peradaban islam diartikan sebagai perekembangan atau

kemajuan kebudayaan islam dalam perspektif sejarahnya.

2. Periodesasi sejarah peradaban islam terbagi atas:

a. Periode Klasik (650-1250 M)

b. Periode Pertengahan (1250-1800 M.)

c. Peridoe Modern (1800- sekarang)

Jazirah Arab adalah Negara dimana awal mula kedatangan Islam.

Sebelumnya telah tinggal masyarakat dengan suatu pola dan struktur

kebudayaan tertentu. Mereka hidup dalam suatu abilah-kabilah.

Mereka disebut masyarakat Jahiliyah. Sebutan itu dialamatkan kepada

mereka karena watak dan tabiat mereka yang keji, dan membangkang

kepada Tuhan. Mereka senang menyembah berhala dan melakukan

maksiat serta membunuh. Namun mereka juga memiliki ilmu dan

budaya yang tinggi dalam kesusastraan, teknik bangunan, astronomi

dan lain-lain