Bani Umayyah Spi
-
Upload
eko-agustian -
Category
Documents
-
view
68 -
download
1
description
Transcript of Bani Umayyah Spi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Sejarah peradaban Islam tentang Bani Umayyah yang kami uraikan ini bertujuan untuk
lebih bisa memahami secara kritis tentang peradaban dan kebudayaan Islam Bani Umayyah
khususnya dan umumnya semua peradaban dan kebudayaan Islam, jadi bukan berarti bahwa
masalah-masalah yang menyangkut kebudayaan dan peradaban Islam lainnya menjadi tidak
penting dalam pembahasan ini.
Kebudayaan adalah bentuk ungkapan dengan semangat mendalam suatu masyarakat,
sedangkan manisfetasi-manisfetasi kemajuan mekanis dan teknologis lebih berkaitan dengan
peradaban, kalau kebudayaan lebih banyak direfleksikan dalam seni, sastra, religi (agama) dan
moral maka peradaban terefleksi dalam politik, ekonomi, dan teknologi.
Yang perlu dikritisi disini ialah Mu’awiyah juga telah membuat tradisi baru yang
mengubah karakter sistem pemerintahan dalam Islam. Sistem warisan telah menggantikan
posisi sistem permusyawaratan, dan hal itu nampaknya berdampak abadi dalam sejarah.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Bagaimana sejarah peradaban islam pada masa Bani Umayyah?
1.2.2 Bagaimana sejarah perkembangan dan kemajuan Bani Umayyah?
1.2.3 Apa saja factor-faktor penyebab runtuhnya Dinasty Umayyah?
1
BAB II
SEJARAH PERADABAN ISLAM MASA BANI UMAYYAH
Bani umayyah adalah salah satu dari keluarga suku Quraisy, keturunan Umayyah bin
Abdul Syams bin Abdul Manaf. Nama dinasti ini dirujuk kepada Umayyah bin abdul Syams, kakek
buyut dari Muawiyah bin Abu Sufyan. Pada umumnya sejarawan memandang negatif terhadap
Muawiyah -pendiri dinasti, disamping cara perolehan legalitas kekuasaanya identik dengan
tipu muslihat, kelicikan juga diperkuat dengan adanya kebijakan yang mengejutkan, yang
tidak pernah dilakukan sebelumnya yaitu pemberlakuan sistem monarchihereditas (kerajaan
turun temurun). Namun demikian, kontribusi dinasti Umayyah pun tidak bisa diabaikan, salah
satunya adalah tentang ekspansi atau perluasan wilayah ini yang bisa dikatakan berhasil
meskipun di tengah-tengah kondisi politik yang kurang mendukung. Hal inilah yang
menyebabkan bahwa pada masa khalifah Umayyah diidentikkan dengan masa perluasan
wilayah.
2.1 KHILAFAH BANI UMAYYAH
Memasuki masa kekuasaan Muawiyah (661-750 M) yang menjadi awal kekuasaan
Bani Umayyah, pemerintah yang bersifat demokratis berubah menjadi monarchihereditas
(kerajaan turun temurun). Kekhalifahan Muawiyah diperoleh melalui kekerasan, diplomasi,
dan tipu daya, tidak dengan pemilihan atau suara terbanyak. Sukesi kepemimpinan secara
turun temurun dimulai ketika Muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan
setia terhadap anaknya, yazid. Mu’awiyah bermaksud mencontoh monarchi di Persia dan
Bizantium. Ide awal pewarisan kekhalifahan ini sebenarnya berasal dari al-Mughirah ibn
Syu’bah (gubernur Kufah). Ia menyarankan agar Mu’awiyah mengangkat Yazid. Kemudian
Mu’awiyah mengikuti saran al-Mughirah karena beberapa alasan yang menurutnya kuat,
meski harus mengabaikan saran Ziyad (gubernur Bashra).
2
Mu’awiyah mempunyai beberapa alasan mengenai pengangkatan Yazid, yaitu:
Pertama, Yazid adalah satu-satunya orang yang bisa diterima orang-orang Siria, karena
apabila dari keluarga lain akan membawa ke dalam keluarga dan marganya sesuatu yang
mengganggu keseimbangan kekuatan-kekuatan rawan yang telah dikembangkan oleh
Mu’awiyah. Latar belakang pengangkatan Yazid sebagai putra mahkota dan bukan yang
lainnya adalah untuk menjaga kemashlahatan rakyat dalam kesatuan dan kebersatuan aspirasi
mereka, dengan kesepakatan Bani Umayyah. Alasannya bahwa Bani Umayyah tidak rela bila
khalifah bukan dari kalangan dalam mereka dalam kapasitas mereka sebagai elit masyarakat
Quraisy dan para penganut Islam secara keseluruhan, sekaligus kelompok yang paling
berkuasa diantara mereka. Kedua, faktor usia Mu’awiyah yang sudah tua mendesaknya untuk
cepat memilih siapa penggantinya. Ketiga, Mu’awiyah khawatir akan terjadi fitnah
sebagaimana fitnah petumpahan darah sejak kematian Khalifah Utsman.
Atas dasar itu, Mu’awiyah meminta dikirimkan delegasi-delegasi dari kota-kota besar.
Kemudian delegasi yang datang dari kota Bashra, Kufah, dan Madinah berkumpul dalam
sebuah konferensi yang pada akhirnya mereka sepakat mendukung pembai’atan Yazid. Dari
situlah bisa di lihat bahwa Mu’awiyah telah membuat tradisi baru yang mengubah karakter
sistem pemerintahan dalam Islam. Sistem warisan telah menggantikan posisi sistem
permusyawaratan.
Mu’awiyah memang tetap menggunakan istilah khalifah, namun, dia memberikan
interpretasi baru dari kata-kata itu untuk mengagungkan jabatan tersebut. Dia menyebutnya
“khalifah Allah” dalam pengertian “penguasa” yang diangkat oleh Allah. Dan tentu saja
peristiwa ini sangat bertolak belakang dengan kondisi yang ada sebelumnya baik di masa
Rasulullah maupun di masa Khulafaur Rasyidin. Dalam perjalanan sejarah, kebijaksanaan
Muawiyah ini telah menjadi pembeda antara kepemimpinan sebelum dan sesudahnya.
3
Masa Rasulullah diyakini sebagai model pemerintahan dan kepemimpinan yang ideal
karena berlandaskan pada :
1. Perundang-undangan Ilahi dimana kekuasaan tertinggi di tangan Allah. Artinya,
khalifah sebagai wakil harus bertindak di bawah undang-undang Ilahi
2. Mengutamakan keadilan antara sesama manusia (QS:42:15)
3. Mewujudkan persamaan antara kaum muslimin tanpa tanpa membedakan warna, suku,
bahasa, dan tanah air (QS:49:10)
4. Memandang pemerintahan sebagai sebuah amanat Allah dan kaum muslimin sehingga
tidak dibenarkan untuk menggunakanya dengan cara yang diragukan dan atau untuk
kepentingan pribadi atau golongan (QS:4:58)
5. Mengedepankan prinsip musyawarah dalam pengambilan keputusan (QS:42:38)
6. Mewajibkan masyarakat untuk patuh kepada pemerintah selama pemerintahan berada
dalam undang-undang Ilahi (QS:60:12
7. Mengaharamkan siapapun untuk mencari kekuasaan bagi dirinya sendiri (QS:28:83)
8. Menerapkan prinsip kesejahteraan dan kemakmuran sebagai tujuan Negara
9. Menerapkan prinsip amar ma’ruf nahi munkar
Konsep pemerintahan di atas juga merupakan konsep pemerintahan yang dijalankan
masa khulafaur Rasyidin -kekhalifahan yang adil dan benar menurut pandangan kaum
muslimin. Hal ini dapat diamati dari ciri khas pemerintahannya, yaitu :
1. Proses pengangkatan khalifah berdasarkan pemilihan atau musyawarah
2. Model pemerintahanyapun berdasarkan musyawarah. Ke-empat khalifah tidak pernah
sekalipun memutuskan perkara tanpa bermusyawarah
3. Mengetatkan penggunaan baitul mal, dimana tidak diizinkan adanya pemasukan atau
pengeluaran dari dan ke baitul mal bila tidak sesuai dengan syariat
4. Menjauhkan ashabiyah dalam pemerintahanya
4
5. Menumbuhsuburkan jiwa demokratis dalam masyarakat, adanya kemerdekaan yang
sempurna untuk mengkritik dan mengeluarkan pendapat
Kedua konsep pemerintahan –baik masa Rasulullah dan khulafaur Rasyidin di atas-
sangatlah bertolak belakang dengan konsep pemerintahan yang diterapkan sesudahnya,
diawali dengan pemerintahan Dinasti Umayyah. Dan perbedaan konsep pemerintahan
tersebut diperkuat dengan ucapan Muawiyah “Aku adalah raja pertama” dan sabda nabi
“Masa khilafah sepeninggalanku 30 tahun, kemudian setelah itu akan datang masa
kerajaan.
2.2 PERKEMBANGAN DAN KEMAJUAN PERADABAN YANG DICAPAI
Pemindahan ibukota dari Madinah ke Damaskus melambangkan zaman imperium baru
dengan menggesernya untuk selama-lamanya dari pusat Arabia, yakni Madinah yang
merupakan pusat agama dan politik kepada sebuah kota yang kosmopolitan. Dari kota inilah
daulat Umayyah melanjutkan ekspansi kekuasaan Islam dan mengembangkan pemerintahan
sentral yang kuat, yaitu sebuah imperium Arab.
Ekspansi yang berhasil dilakukan pada masa Mu’awiyah antara lain ke wilayah-
wilayah: Tunisia, Khurasan sampai ke sungai Oxus, Afganistan sampai ke Kabul, serangan ke
ibukota Bizantium (Konstantinopel). Kemudian ekspansi ke timur dilanjutkan oleh khalifah
Abdul Malik yang berhasil menaklukkan Balkh, Sind, Khawarizm, Fergana, Samarkand, dan
India. Ekspansi ke barat dilanjutkan pada masa al-Walid ibn Abdul Malik dengan
mengadakan ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju barat daya, benua Eropa. Wilayah
lainnya yang berhasil ditaklukan adalah al-Jazair, Maroko, ibukota Spanyol (Kordova),
Seville, Elvira, dan Toledo. Di zaman Umar ibn Abdul Aziz, serangan dilakukan ke Perancis.
Selain itu, wilayah kekuasaan Islam meliputi Spanyol, Afrika Utara, Siria, Palestina, Jazirah
Arab, Irak, dan sebagian Asia Tengah.
5
Jasa-jasa dalam pembangunan di berbagai bidang banyak dilakukan Bani Umayyah.
Mu’awiyah mendirikan dinas pos, menertibkan angkatan bersenjata, mencetak mata uang, dan
jabatan Qadhi (hakim) mulai berkembang menjadi profesi sendiri. Abdul Malik ibn Marwan
adalah khaifah yang pertama kali membuat mata uang dinar dan menuliskan di atasnya ayat-
ayat al-Qur’an. Ia juga melakukan pembenahan administrasi pemrintahan dan mmberlakukan
bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam. Pada masa khalifah Al-
Walid ibn Abdul Malik di bangun panti-panti untuk orang cacat, membangun jalan-jalan raya,
pabrik-pabrik, gedung pemerintahan dan masjid-masjid yang megah. Khalifah Umar ibn
Abdul Aziz memprioritaskan pembangunan dalam negeri, keberhasilannya antara lain ialah
menjalin hubungan baik dengan golongan Syi’ah, memberi kebebasan kepada penganut
agama lain untuk beribadah sesuai dengan keyakinannya, pungutan pajak diperingan, dan
kedudukan mawali (non Arab) disejajarkan dengan muslim Arab. Dengan keberhasilan dan
keteladanannya, maka Umar ibn Abdul Aziz sering disebut-sebut sebagai khalifah kelima
setelah Ali ibn Abi Thalib. Di bidang keilmuan atau pendidikan, cakupan keilmuannya
tentang teologi dan keagamaan, misalnya legalisasi penyusunan al-Qur’an pada masa Utsman
yang telah disusun oleh Abu Bakar. Di bidang kesastraan, muncul para penyair terkenal,
seperti Umar ibn Abi Rabi’ah, Tuwais, Ibnu Suraih, dan Al-Garidh.
Selain itu, jenis atau pola pemerintahan terdahulu mulai berubah sejak zaman
Mu’awiyah. Mu’awiyah bermaksud mengikuti gaya pemerintahan monarki di Persia dan
Bizantium. Ia tetap memakai istilah khalifah, namun memberi interprestasi baru. Ia menyebut
dirinya “khalifah Allah” dalam pengertian “penguasa” yang diangkat oleh Allah. Menurut
beberapa ahli sejarah, pola pemerintahan yang dipakai pada masa Bani Umayyah adalah
Otokrasi. Walaupun telah berbentuk kerajaan, Bani Umayyah tetap membuktikan
eksistensinya dengan terus membuat kemajuan-kemajuan.
6
2.2.1 DINAMIKA INTELEKTUAL
Mengingat masa Umayyah merupakan benih bagi munculnya the Golden Age di masa
abbasiyah nanti. Bisa dilihat dinamika intelektualnya dari berbagai bidang yakni :
NO Bidang Bukti
1 Kedokteran
1. Khaliafah al-walid telah memberikan sumbangan berupa
pemisahan antara ahli tentang penyebab penyakit dengan
ahli tentang pengobatan
2. Khalifah Umar telah memindahkan sekolah kedokteran
dari iskandariah ke Antiokhia dan harran
3 Kimia
1. Khalifah Khalid bin yazid memerintahkan penterjemahan
buku-buku kedokteran, kimia dan astrologi dari bahasa
Yunani dan Kopti kedalam bahasa Arab
4 Sejarah/Historiografi
1. Ubaidbin Syarya penulis sejarah dalam bentuk sirah dan
maghazi dan telah menginformasikannya ke Muawiyah
tentang pemerintahan bangsa Arab dahulu dan asal usul
ras mereka.
2. Muncul tokoh-tokoh sejarah seperti Wahab ibnu
Munabbih, Kaab al-Akhbar dan lainya
5 Arsitek
1. Adanya usaha untuk meningkatkan artistik masjid
dengan memasukkan seni arsitektur Yunani, Syria dan
Persia
2. Adanya relief di dinding istana dan pemandian Khalifah
al-walid ibnu Abd malik
6 Musik 1. Munculnya Said bin Miagah, orang yang pertama kali
memasukkan nyanyian Persia dan Byzantium kedalam
bahasa Arab
2. Munculnya Imran bin Hattan salah seiorang penyair masa
Umayyah
Secara jelas betapa masa Umayyah telah muncul Ghirah yang berkaitan dengan ilmu
pengetahuan yang selanjutnya mengalami puncaknya masa Abbasiyah.
7
2.3 GERAKAN SEPARATIS, PERLAWANAN DAN PEMBERONTAKAN
Berbagai kemajuan memang telah dicapai oleh bani Umayyah, namun konflik internal
tetap terjadi. Hal ini terbukti dengan banyaknya gerakan pemberontakan yang muncul dan
pada akhirnya menimbulkan perang saudara. Diantara gerakan-gerakan perlawanan tersebut
antara lain:
1. Syi’ah
Gerakan ini merupakan gerakan yang paling kuat, paling berani dan solidaritas
kaumnya sangat tinggi, hingga dapat menjatukan kekuasaan Bani Umayyah.
Pemberontakan kaum ini didasarkan atas kebencian mereka teradap Bani Umayyah
dan rasa cinta mereka terhadap keluarga ‘Ali. Gerakan ini erat kaitannya dengan
pemikiran. Salah satu contoh yaitu dukungan kepada Hussain ibn Ali agar menolak
bai’at terhadap Yazid. Karena Hussain tetap mempertahankan keteguhannya, ia
bersama pasukannya dibunuh di Karbela.
2. Perlawanan Abdullah ibn Zubair
Ia adalah seorang yang berambisi ingin menjadi pemimpin. Pertama kali
perlawanannya pada saat perang Jamal. Ia adalah seseorang yang memiliki tipu daya.
Ia juga tidak mempunyai falsafah, revousinya tidak berdasar kepada prinsip-prinsip
yang benar dan bukan pula militer. Hampir dalam setiap pemberontakan, ia turut ambil
bagian,tetapi hanya sebagai provokator.
3. Khawarij
Gerakan ini merupakan kumpulan dari orang-orang yang keluar dari barisan ‘Ali atau
tidak mendukung ‘Ali. Meskipun benci terhadap ‘Ali, kaum ini lebih benci lagi
terhadap Bani Umayyah. Nama lain dari golongan ini adalah Muakkimah.
Pemberontakannya terjadi di Kufah dan di Madinah. Mazhab kaum ini sangat sedikit
menggunakan falsafah dan pemikiran-pemikirannya kurang mendalam.
8
4. Mu’tazilah
Gerakan ini bersifat keagamaan, tidak mengumpulkan pasukan dan tidak pernah
menghunuskan pedang. Gerakan ini sangat berkaitan dengan mazhab Khawarij. Dalam
gerakan ini, muncul lagi pendapat golongan, seperti Murji’ah, Jabariyah dan
Mu’tazilah itu sendiri.
Karena konflik internal dalam negeri yang tidak bisa diselesaikan, akhirnya dinasti ini
tumbang (750), dan digantikan dengan Daulat Bani Abbasyiyah. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan Bani Umayya melemah dan membawanya pada keancuran, yaitu:
1. Sistem pergantian kalifah melalui garis keturunan merupakan sesuatu yang baru bagi
tradisi Arab yang menekankan aspek senioritas. Cara pengaturan yang tidak jelas serta
terjadi persaingan tidak sehat di dalam keluarga kerajaan.
2. Latar belakang Bani Umayyah tidak lepas dari konflik politik pada masa ‘Ali, jadi
banyak perlawanan dari golongan oposisi.
3. Terjadi pertentangan antar etnis, antar suku dan status golongan mawali
4. Sikap hidup mewah di istana yang dilakukan anak-anak khalifah.
5. Muncul kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas ibn Abd al-Muthalib
9
BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pada sejarah yang sudah di uraikan di atas bisa di simpulkan bahwa :
1. Alsan Mu’awiyah membuat tradisi baru yang mengubah karakter sistem
pemerintahan dalam Islam adalah :
a. Mu’awiyah bermaksud mencontoh monarchi di Persia dan Bizantium
b. Bani Umayyah tidak rela bila khalifah bukan dari kalangan dalam mereka dalam
kapasitas mereka sebagai elit masyarakat Quraisy dan para penganut Islam secara
keseluruhan, sekaligus kelompok yang paling berkuasa diantara mereka.
c. faktor usia Mu’awiyah yang sudah tua mendesaknya untuk cepat memilih siapa
penggantinya.
d. Mu’awiyah khawatir akan terjadi fitnah sebagaimana fitnah petumpahan darah
sejak kematian Khalifah Utsman.
2. Meskipun masa kepemimpinan bani Umayyah di penuhi banyak intrik politik
internal maupun eksternal tetapi tetap menghasilkan perluasan wilayah Islam
seperti :
a. Ekspansi ke Tunisia, Khurasan sampai ke sungai Oxus, Afganistan sampai ke
Kabul, serangan ke ibukota Bizantium (Konstantinopel).
b. Ekspansi ke timur dilanjutkan oleh khalifah Abdul Malik yang berhasil
menaklukkan Balkh, Sind, Khawarizm, Fergana, Samarkand, dan India.
c. Ekspansi ke barat dilanjutkan pada masa al-Walid ibn Abdul Malik dengan
mengadakan ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju barat daya, benua Eropa.
10
Wilayah lainnya yang berhasil ditaklukan adalah al-Jazair, Maroko, ibukota
Spanyol (Kordova), Seville, Elvira, dan Toledo.
d. Di zaman Umar ibn Abdul Aziz, serangan dilakukan ke Perancis. Selain itu,
wilayah kekuasaan Islam meliputi Spanyol, Afrika Utara, Siria, Palestina, Jazirah
Arab, Irak, dan sebagian Asia Tengah.
3. Bani Umayyah juga melakukan pembangunan di berbagai bidang seperti :
a. Mu’awiyah
mendirikan dinas pos, menertibkan angkatan bersenjata, mencetak mata uang, dan
jabatan Qadhi (hakim) mulai berkembang menjadi profesi sendiri.
b. Abdul Malik ibn Marwan :
membuat mata uang dinar dan menuliskan di atasnya ayat-ayat al-Qur’an,
melakukan pembenahan administrasi pemrintahan dan memberlakukan bahasa
Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam.
c. Khalifah Al-Walid ibn Abdul Malik
membangun panti-panti untuk orang cacat, membangun jalan-jalan raya, pabrik-
pabrik, gedung pemerintahan dan masjid-masjid yang megah.
d. Khalifah Umar ibn Abdul Aziz
menjalin hubungan baik dengan golongan Syi’ah, memberi kebebasan kepada
penganut agama lain untuk beribadah sesuai dengan keyakinannya, pungutan pajak
diperingan, dan kedudukan mawali (non Arab) disejajarkan dengan muslim Arab,
serta memajukan bidang keilmuan atau pendidikan (teologi dan keagamaan)
4. Runtuhnya banu Umayyah dapat di ketahui secara jelas dari dinamika politiknya.
Secara detail factor-faktor kemunduran bani Umayyah adalah :
a. Sistem pergantian kalifah melalui garis keturunan merupakan sesuatu yang
baru bagi tradisi Arab yang menekankan aspek senioritas.
11
b. Latar belakang Bani Umayyah tidak lepas dari konflik politik pada masa ‘Ali.
c. Terjadi pertentangan antar etnis,
d. Sikap hidup mewah di istana yang dilakukan anak-anak khalifah.
e. Muncul kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas ibn Abd al-
Muthalib
3.2 PENUTUP
Masa-masa keemasan (golden age) yang terjadi pada zaman Muhammad saw. dan
Khulafa ar-Rasyidin telah berakhir dan digantikan dengan masa Kerajaan (Mulkan/ Kingdom/
Monarchi/ Otokrasi) oleh Bani Umayyah. Sebagaimana perputaran roda kehidupan, begitulah
yang terjadi dalam sejarah Islam, kadang berada pada posisi puncak kejayaan dan kadang
berada pada posisi paling bawah. Banyak yang mengecam pemerintaan Bani Umayyah,
namun kita jangan sampai lupa terhadap jasa-jasa dinasti ini yang telah turut membangun
sebuah peradaban. Di tangan Bani Umayyah, Islam mengalami banyak kemajuan dengan
tersebarnya hingga ke banyak wilayah. Walaupun berubah sistem tapi syiar islam begitu luas.
Bani Umayyah memang tidak bisa disalahkan begitu saja, karena pastinya para penguasa ini
mempunyai ijtihad tersendiri untuk merubah sistem musyawarah menjadi warisan khalifah
disamping kondisi dan tekanan yang terjadi di masa itu.
12
DAFTAR PUSTAKA
Abu bakar, Istianah. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Malang: UIN-Malang Press
Yatim, Badri. 2002. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Pers
Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia
http://irwan-cahyadi.blogspot.com/2012/05/sejarah-dan-perkembangan-islam-pada.html
http://spistai.blogspot.com/2009/03/sejarah-islam-masa-bani-umayyah.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Kekhalifahan_Umayyah
13
SESI TANYA-JAWAB
1. Alasan pemerintahan Bani Umayyah tidak rela bukan kalangan dalam
Alasannya bahwa Bani Umayyah tidak rela bila khalifah bukan dari kalangan dalam mereka
dalam kapasitas mereka sebagai elit masyarakat Quraisy dan para penganut Islam secara
keseluruhan, sekaligus kelompok yang paling berkuasa diantara mereka. Kedua, faktor usia
Mu’awiyah yang sudah tua mendesaknya untuk cepat memilih siapa penggantinya. Ketiga,
Mu’awiyah khawatir akan terjadi fitnah sebagaimana fitnah petumpahan darah sejak kematian
Khalifah Utsman.
2. 5 Khalifah besar bani umayyah:
a. Muawiyah ibn Abi Sufyan (41 – 61 H / 661 -680 M)
Ekspansi yang terhenti pada masa khalifah Usman dan Ali dilanjutkan kembali oleh
dinasti ini. Di zaman Muawiyah, Tunisia dapat ditaklukkan. Di sebelah timur, Muawiyah
dapat menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan, sampai ke
Kabul. Angkatan lautnya melakukan serangan-serangan ke ibu kota Bizantium,
Konstantinopel.
b. Abd al-Malik ibn Marwan (66 – 87 H / 685-705M)
Khalifah Abd al-Malik juga berhasil melakukan pembenahan-pembenahan
administrasi pemerintahan dan memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi
administrasi pemerintahan Islam.
c. Al-Walid ibn Abdul Malik (87 – 97 H / 705-715M)
Ekspansi ke barat secara besar-besaran dilanjutkan di zaman Al-Walid ibn Abdul
Malik. Masa pemerintahan Walid adalah masa ketenteraman, kemakmuran, dan
ketertiban. Umat Islam merasa hidup bahagia.
d. Umar ibn Abd al-Aziz(98-101 H / 717-720 M)
14
Di zaman Umar ibn Abd al-Azis serangan dilakukan ke Prancis melalui pegunungan
Piranee. Serangan ini dipimpin oleh Abd al-Rahman ibn Abdullah al-Ghafiqi. Ia mulai
dengan menyerang Bordeau, Poitiers. Dari sana ia mencoba menyerang Tours. Namun,
dalam peperanganyang terjadi di luar kota Tours, al-Qhafiqi terbunuh, dan tentaranya
mundur kembali ke Spanyol. Di samping daerah-daerah tersebut di atas, pulau-pulau yang
terdapat di Laut Tengah juga jatuh ke tangan Islam pada zaman Bani Umayyah ini.
e. Hisyam ibn Abd al-Malik (105 – 125 H / 724-743 M)
Kerusuhan terus berlanjut hingga masa pemerintahan Khalifah berikutnya, Hisyam ibn
Abd al-Malik (724-743 M). Bahkan di zaman Hisyam ini muncul satu kekuatan baru yang
menjadi tantangan berat bagi pemerintahan Bani Umayyah. Kekuatan itu berasal dari
kalangan Bani Hasyim yang didukung oleh golongan mawali dan merupakan ancaman
yang sangat serius. Dalam perkembangan berikutnya kekuatan baru ini, mampu
menggulingkan dinasti Umayyah dan menggantikannya dengan dinasti baru, Bani Abbas.
Alasan Muawiyah mengubah system pemerintahan dari demokrasi ke monarki.
3. Dampak negative kepemimpinan Muawiyyah yaitu munculnya gerakan separatis,
perlawanan dan pemberontakan yakni Syi’ah, Perlawanan Abdullah ibn Zubair,
Mu’tazilah.
4. Mu’awiyah bermaksud mencontoh monarchi di Persia dan Bizantium. Ide awal pewarisan
kekhalifahan ini sebenarnya berasal dari al-Mughirah ibn Syu’bah (gubernur Kufah). Ia
menyarankan agar Mu’awiyah mengangkat Yazid. Kemudian Mu’awiyah mengikuti saran al-
Mughirah karena beberapa alasan yang menurutnya kuat, meski harus mengabaikan saran
Ziyad (gubernur Bashra).
5. Dinamika Intelektual pada masa bani umayyah yaitu kedokteran,kimia, sejarah, arsitek dan
music.
6. Umar bin Abdul Aziz tak seperti penguasa kebanyakan yang begitu ambisi mengincar kursi
kekuasaan, Umar justru menangis ketika tahta itu dianugerahkan kepadanya. Baginya, jabatan
bukanlah alat untuk meraup kekayaan, melainkan amanah dan beban yang harus ditunaikan
secara benar. Ia sadar bahwa kekuasaan mengandung konsekuensi yang sangat berat, terutama
menyangkut bagaimana ia harus mempertanggungjawabkan sendi-sendi keadilan dalam
pemerintahannya di akhirat kelak.
15