Kemunduran Bani Abbasiyah
-
Upload
aribinhotopplapongo-supraptowirojoksonosutrisno-dilappootolannyakkiulunna -
Category
Documents
-
view
74 -
download
3
description
Transcript of Kemunduran Bani Abbasiyah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam periode pertama, sebenarnya banyak tantangan dan
gangguan yang dihadapi dinasti Abbasiyah. Beberapa gerakan politik
merongrong pemerintahan dan mengganggu stabilitasi muncul di mana-
mana, baik gerakan dari kalangan intern Bani Abbas sendiri maupun dari
luar. Namun, semuanya dapat diatasi dengan baik. Keberhasilan penguasa
Abbasiyah mengatasi gejolak dalam negeri ini makin memantapkan posisi
dan kedudukan mereka sebagai pemimpin yang tangguh. Kekuasaan betul-
betul berada di tangan khalifah. Keadaan ini sangat berbeda dengan
periode sesudahnya. Setelah periode pertama berlalu para khalifah sangat
lemah. Mereka berada di bawah pengaruh kekuasaan yang lain.1
Perkembangan peradaban dan kebudayaan serta kemajuan besar
yang dicapai dinasti Abbasiyah pada periode pertama telah mendorong
para penguasa untuk hidup mewah, bahkan cenderung mencolok. Setiap
khalifah cenderung ingin lebih mewah dari pendahulunya. Kehidupan
mewah khalifah-khalifah ini ditiru olah para hartawan dan anak-anak
pejabat. Kecenderungan bermewah-mewah, ditambah dengan kelemahan
khalifah dan faktor lainnya menyebabkan roda pemerintahan terganggu
1 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 61-62.
2
dan rakyat menjadi miskin. Kondisi ini memberi peluang kepada tentara
profesional asal Turki yang semula diangkat oleh khalifah Al-Mu’tashim
untuk mengambil kendali pemerintahan. Usaha mereka berhasil, sehingga
kekuasaan sesungguhnya berada di tangan mereka, sementara kekuasaan
Bani Abbas di dalam khalifah Abbasiyah yang didirikannya mulai pudar
dan ini merupakan awal dari keruntuhan dinasti ini, meskipun setelah itu
usianya masih dapat bertahan lebih dari empat ratus tahun.2
B. Rumusan Masalah
a. Apakah Faktor Internal Kemunduran Bani Abbasiyah?
b. Apakah Faktor Eksternal Kemunduran Bani Abbasiyah?
C. Tujuan
a. Mengetahui Faktor Intenal Kemunduran Bani Abbasiyah.
b. Mengetahui Faktor Eksternal Kemunduran Bani Abbasiyah.
2 Ibid., h. 62
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Faktor Internal Kemunduran Bani Abbasiyah
Sebagaimana terlihat dalam periodisasi khilafah Abbasiyah, masa
kemunduran dimulai sejak periode kedua. Namun demikian, faktor-faktor
penyebab kemunduran itu tidak datang secara tiba-tiba. Benih-benihnya
sudah terlihat pada periode pertama, hanya karena khalifah pada periode
ini sangat kuat, benih-benih itu sempat berkembang. Dalam sejarah
kekuasaan Bani Abbas terlihat bahwa apabila khalifah kuat, para menteri
cenderung berperan sebagai kepala pegawai sipil, tetapi jika khalifah
lemah mereka akan berkuasa mengatur roda pemerintahan.3
Disamping kelemahan khalifah, banyak faktor lain yang
menyebabkan khilafah Abbasiyah menjadi mundur, masing-masing faktor
tersebut saling berkaitan satu sama lain. Beberapa diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Perebutan Kekuasaan di Pusat Pemerintahan
Telah disebutkan bahwa dengan waktu yang relatif singkat
kaum muslimin menjadi penguasa di tiga benua. Semasa Abbasiyah
3 Anonim. 2010. Masa Kemunduran dan Kehancuran Bani Abbasiyah.
http://www.wikipedia.ordg.id.
4
wilayah kekuasaannya meliputi barat sampai samudera Atlantik, di
sebelah timur sampai India perbatasan China, dan di utara laut
Kasphia, sampai ke selatan teluk Persia. Wilayah kekuasaan
Abbasiyah yang hampir sama luasnya dengan wilayah kekuasaan
dinasti Mongol, tidak mudah dikendalikan oleh para khalifah yang
lemah. Di samping itu sistem komunikasi masih sangat lemah dan
tidak maju saat itu, menyebabkan tidak cepat dapat informasi akurat
apabila suatu daerah ada masalah, konflik, atau terjadi pemberontakan.
Oleh karena itu, terjadi banyak wilayah lepas dan berdiri sendiri.
Sementara itu jauhnya wilayah-wilayah yang terletak di ketiga benua
tersebut, dan kemudian hari didorong oleh para khalifah yang makin
lemah dan malah yang di pengaruhi oleh kelompok-kelompok yang
tidak terkendali bagi khalifah, menyebabkan daerah-daerah satu
persatu lepas. Ada yang merdeka dan ada yang setengah merdeka, ada
yang berkuasa secara mutlak dengan hanya mengakui kedaulatan
khalifah, karena kepentingan legitimasi mereka sebagai wakil khalifah
seperti dinasti Ghazni di timur. Daerah yang melepaskan diri dari
kekuasaan Abbasiyah misalnya di barat seperti, Syi’ah Idrisiah di
Maroko, Umayah di Andalusia, dan Fatimiah di Afrika.4
Eksploitasi dan pajak berlebihan menjadi kebijakan favorit
yang dibebankan kepada rakyat, tidak terkecuali. Garis perpecahan
antara Arab dan non-Arab, muslim Arab dan mawali, anti-muslim dan
4 Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. (Pengantar Ahmad Syafii Maarif dan M. Amin Abdullah: Pustaka), h. 162.
5
dzimmi, tetap telihat tajam. Orang Arab sentiment lantaran Arab utara
dan Arab selatan masih tetap ada. Orang Persia, berbangsa Hamite,
Turki, dan lain-lain tidak pernah berpadu dalam satu kesatuan dengan
orang Arab Semit. Akibatnya mundur disentegrasi antara kekuatan-
kekuatan sosial dan kelompok-kelmpok. Seiring dengan lintasan
waktu/zaman, darah penakluk telah bercampur dengan darah taklukan,
bersama dengan hilangnya kualitas dan posisi dominan. Dengan
hancurnya bangsa Arab, hancur pula stamina dan semangat juang
mereka.5
Mu’tasim membangun kelompok tentara elit dari Turki secara
terpisah dengan tentara Abbasiyah. Akhirnya, mereka begitu
berpengaruh di kalangan istana maupun rakyat, maka khalifah pun
tergantung mau atau tidaknya mereka. Tentara bayaran Turki akhirnya
saat khalifah lemah, merekalah yang pegang kendali kekhalifahan,
bahkan untuk mengangkat dan memecat khalifah pun merekalah yang
paling menentukan. Kesewenang-wenangan mereka, maka membuat
gelisah bagi kelompok Arab, Persia, dan suku-suku lain yang
memprotes keras. Hal ini menyebabkan khalifah Mu’tasim
memindahkan ibu kota ke Samarra. Kemudian hari pindah kembali
lagi di ibu kota ke Baghdad. Di samping itu, seperti orang Arab yang
merendahkan non-Arab, dan sebaliknya orang Persia juga tidak
memandang orang Arab sebagai bangsa yang maju. Perang Amin-
5 Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. (Pengantar Ahmad Syafii Maarif dan M. Amin Abdullah: Pustaka), h. 162-163.
6
Ma’mun secara jelas membagi Abbasiyah dalam dua kubu yaitu kubu
Arab dan kubu Persia. Hal ini juga memengaruhi kebutuhan
Abbasiyah. Karena tidak adanya suatu sistem dan aturan yang baku
menyebabkan sering gonta-gantinya putra anggota di kalangan istana
dan pecah-belahnya suara istana yang tidak menjadi kesatuan bulat
terhadap pengangkatan para pengganti khalifah. Seperti perang saudara
antara Amin Ma’mun adalah bukti nyata. Di samping itu, tidak adanya
kerukunan antara tentara, istana, dan elit politik lain yang juga
memacu kemunduran dan kehancuran dinasti ini. Di samping itu,
tentara lembaga pertahanan keamanan tidak begitu dapat perhatian dari
khalifah juga membuat kekuatan pusat dinasti ini makin hari makin
lemah. 6
Selain itu saat para khalifah yang lemah berkuasa, provinsi-
provinsi di daerah yang jauh dari pusat tidak begitu terurus dan
terkendarli dengan baik, di samping itu sejak sebelumnya provinsi-
provinsi menikmati otonomi dan diberi kebebasan dalam hal
pertahanan dan perpajakan. Para wali, amir, dan tentara akhirnya
menjadi kuat dan melepaskan diri dari pusat atau mereka juga hanya
mengakui pusat dengan berkuasa penuh. Sebagai contoh, khalifah
Harun memberikan otonomi dan tanggung jawab penuh kepada
6 Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. (Pengantar Ahmad Syafii Maarif dan M. Amin Abdullah: Pustaka), h. 163.
7
Ibrahim ibn Aghlab sebagai penguasa Ifriqiyah seumur hidup yang
menghasilkan berdiri dinasti Aghlabiah yang merdeka.7
2. Munculnya Dinasti-Dinasti Kecil Yang Memerdekakan Diri
Munculnya dinast-dinasti yang benar-benar menikmati
independensi dari kekhalifahan pusat Abbasiyah, seperti dinasti Ibn-
Thulun dan Ikhsid di Mesir. Bani Thahir di Khurasam, Bani Saman di
Persia dan ma wara al-nahar (seberang Sungai Oxus), orang
Ghaznawi di Afghanistan, Punjab, dan India, bahkan Bani Buwaihia
penganut Syi’ah Itsna’Asyariah berhasil menduduki kekhalifahan di
Shirai Persia. Setelah Buwaihiah tumbang digantikan oleh Saljuq yang
Sunni. Hal ini terjadi karena lemahnya kekhalifahan pusat.8
Wilayah kekuasaan Abbasiyah pada periode pertama hingga
masa keruntuhan sangat luas, meliputi berbagai bangsa yang berbeda,
seperti Maroko, Mesir, Syria, Irak, Persia, Turki dan India. Walaupun
dalam kenyataannya banyak daerah yang tidak dikuasai oleh Khalifah,
secara riil, daerah-daerah itu berada di bawah kekuasaaan gubernur-
gubernur bersangkutan. Hubungan dengan Khalifah hanya ditandai
dengan pembayaran upeti. 9
7 Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. (Pengantar Ahmad Syafii Maarif dan M. Amin Abdullah: Pustaka), h. 163.
8 Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. (Pengantar Ahmad Syafii Maarif dan M. Amin Abdullah: Pustaka), h. 164.
9 Anonim. 2010. Masa Kemunduran dan Kehancuran Bani Abbasiyah.
http://www.wikipedia.ordg.id.
8
Ada kemungkinan penguasa Bani Abbas sudah cukup puas
dengan pengakuan nominal, dengan pembayaran upeti. Alasannya,
karena khalifah tidak cukup kuat untuk membuat mereka tunduk,
tingkat saling percaya di kalangan penguasa dan pelaksana
pemerintahan sangat rendah dan juga para penguasa Abbasiyah lebih
menitik beratkan pembinaan peradaban dan kebudayaan daripada
politik dan ekspansi. Selain itu, penyebab utama mengapa banyak
daerah yang memerdekakan diri adalah terjadinya kekacauan atau
perebutan kekuasaan di pemerintahan pusat yang dilakukan oleh
bangsa Persia dan Turki. 10
Akibatnya propinsi-propinsi tertentu di pinggiran mulai lepas
dari genggaman penguasa Bani Abbas. Ini bisa terjadi dengan dua
cara, pertama, seorang peminpin lokal memimpin suatu
pemberontakan dan berhasil memperoleh kemerdekaan penuh, seperti
daulat Umayyah di Spanyol dan Idrisiyah di Marokko. Kedua, seorang
yang ditunjuk menjadi gubernur oleh khalifah yang kedudukannya
semakin kuat, seperti daulah Aghlabiyah di Tunisiyah dan Thahiriyyah
di Khurasan.11
10 Anonim. 2010. Masa Kemunduran dan Kehancuran Bani Abbasiyah.
http://www.wikipedia.ordg.id.
11 Anonim. 2010. Masa Kemunduran dan Kehancuran Bani Abbasiyah.
http://www.wikipedia.ordg.id.
9
Dinasti yang lahir dan memisahkan diri dari kekuasaan
Baghdad pada masa khilafah Abbasiyah, di antaranya adalah:
1) Yang berkembasaan Persia: Thahiriyyah di Khurasan (205-259 H),
Shafariyah di Fars (254-290 H), Samaniyah di Transoxania (261-
389 H), Sajiyyah di Azerbaijan (266-318 H), Buwaihiyyah, bahkan
menguasai Baghdad (320-447).
2) Yang berbangsa Turki: Thuluniyah di Mesir (254-292 H),
Ikhsyidiyah di Turkistan (320-560 H), Ghaznawiyah di Afganistan
(352-585 H), Dinasti Seljuk dan cabang-cabangnya
3) Yang berbangsa Kurdi: al-Barzukani (348-406 H), Abu Ali (380-
489 H), Ayubiyah (564-648 H).
4) Yang berbangsa Arab: Idrisiyyah di Marokko (172-375 h),
Aghlabiyyah di Tunisia (18-289 H), Dulafiyah di Kurdistan (210-
285 H), Alawiyah di Tabaristan (250-316 H), Hamdaniyah di
Aleppo dan Maushil (317-394 H), Mazyadiyyah di Hillah (403-545
H), Ukailiyyah di Maushil (386-489 H), Mirdasiyyah di Aleppo
414-472 H).12
5) Yang Mengaku sebagai Khalifah : Umawiyah di Spanyol dan
Fatimiyah di Mesir.
3. Kemerosotan Perekonomian
12 Anonim. 2010. Masa Kemunduran dan Kehancuran Bani Abbasiyah.
http://www.wikipedia.ordg.id.
10
` Khilafah Abbasiyah juga mengalami kemunduran di bidang
ekonomi bersamaan dengan kemunduran di bidang politik. Pada
periode pertama, pemerintahan Bani Abbas merupakan pemerintahan
yang kaya. Dana yang masuk lebih besar dari yang keluar, sehingga
Bait al-Mal penuh dengan harta. Pertambahan dana yang besar
diperoleh antara lain dari al-Kharaj, semacam pajak hasil bumi. 13
Setelah khilafah memasuki periode kemunduran, pendapatan
negara menurun sementara pengeluaran meningkat lebih besar.
Menurunnya pendapatan negara itu disebabkan oleh makin
menyempitnya wilayah kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan yang
mengganggu perekonomian rakyat. diperingannya pajak dan
banyaknya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dan tidak lagi
membayar upeti. Sedangkan pengeluaran membengkak antara lain
disebabkan oleh kehidupan para khalifah dan pejabat semakin mewah.
jenis pengeluaran makin beragam dan para pejabat melakukan korupsi.
Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan perekonomian negara
morat-marit. Sebaliknya, kondisi ekonomi yang buruk memperlemah
kekuatan politik dinasti Abbasiyah kedua, faktor ini saling berkaitan
dan tak terpisahkan. 14
13 Anonim. 2010. Sebab-sebab Kemunduran dan Kehancuran Bani Abbasiyah.
http://www.wikipedia.ordg.id.
14 Anonim. 2010. Masa Kemunduran dan Kehancuran Bani Abbasiyah.
http://www.wikipedia.ordg.id.
11
4. Munculnya Aliran-Aliran Sesat dan Fanatisme Keagamaan
Pertentangan Arab-non-Arab, perselisihan antara muslim
dengan non-muslim, dan perpecahan di kalangan umat Islam sendiri
telah membawa kepada situasi kehancuran dalam pemerintahan. Di
samping itu, tampilnya gerakan-gerakan pembangkang yang berkedok
keagamaan, seperti orang Qaramithah, Asasin, dan pihak-pihak lain
turut memporak-porandakan kesatuan akidah maupun nilai-nilai Islam
yang bersih di sepanjang masa. Saat itu, kaum muslim terbelah
menjadi banyak kelompok seperti Khawarij, Syi’ah-Itsna’Asy’ariah,
Isma’iliah, Assasin, Karamitah-Sunni, Mu’tazilah, dan sebagainya.
Mereka satu sama lain tidak diakui terutama di kalangan elit politik
menyebabkan sendi kekuatan Abbasiyah menjagi makin hari makin
lemah sampai kehancuran Baghdad. khalifah Al-Manshur yang
berusaha keras memberantasnya, beliau juga memerangi Khawarij
yang mendirikan negara Shafariyah di Sajalmasah pada tahun 140 H.
setelah al Manshur wafat digantikan oleh putranya Al-Mahdi yang
lebih keras dalam memerangi orang-orang Zindiq bahkan beliau
memegang jabatan khusus untuk mengawasi kegiatan mereka serta
melakukan mihnah dengan tujuan memberantas bid'ah. Akan tetapi,
semua itu tidak menghentikan kegiatan mereka. Konflik antara kaum
beriman dengan golongan Zindiq berlanjut mulai dari bentuk yang
sangat sederhana seperti polemik tentang ajaran, sampai kepada
konflik bersenjata yang menumpahkan darah di kedua belah pihak.
12
Gerakan al-Afsyin dan Qaramithah adalah contoh konflik bersenjata
itu.15
Pada saat gerakan ini mulai tersudut, pendukungnya banyak
berlindung di balik ajaran Syi'ah, sehingga banyak aliran Syi'ah yang
dipandang ghulat (ekstrim) dan dianggap menyimpang oleh penganut
Syi'ah sendiri. Aliran Syi'ah memang dikenal sebagai aliran politik
dalam Islam yang berhadapan dengan paham Ahlussunnah. Antara
keduanya sering terjadi konflik yang kadang-kadang juga melibatkan
penguasa. Al-Mutawakkil, misalnya, memerintahkan agar makam
Husein Ibn Ali di Karballa dihancurkan. Namun anaknya, al-Muntashir
(861-862 M.), kembali memperkenankan orang syi'ah "menziarahi"
makam Husein tersebut. Syi'ah pernah berkuasa di dalam khilafah
Abbasiyah melalui Bani Buwaih lebih dari seratus tahun. Dinasti
Idrisiyah di Marokko dan khilafah Fathimiyah di Mesir adalah dua
dinasti Syi'ah yang memerdekakan diri dari Baghdad yang Sunni.16
Selain itu terjadi juga konflik dengan aliran Islam lainnya
seperti perselisihan antara Ahlusunnah dengan Mu'tazilah, yang
dipertajam oleh al-Ma'mun, khalifah ketujuh dinasti Abbasiyah (813-
833 M), dengan menjadikan mu'tazilah sebagai mazhab resmi negara 15 Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. (Pengantar Ahmad Syafii
Maarif dan M. Amin Abdullah: Pustaka), h. 164.
16 Anonim. 2010. Masa Kemunduran dan Kehancuran Bani Abbasiyah.
http://www.wikipedia.ordg.id.
13
dan melakukan mihnah. Pada masa al-Mutawakkil (847-861 M), aliran
Mu'tazilah dibatalkan sebagai aliran negara dan golongan ahlusunnah
kembali naik daun. Aliran Mu'tazilah bangkit kembali pada masa Bani
Buwaih. Namun pada masa dinasti Seljuk yang menganut paham
Asy'ariyyah penyingkiran golongan Mu'tazilah mulai dilakukan secara
sistematis. Dengan didukung penguasa, aliran Asy'ariyah tumbuh
subur dan berjaya. 17
B. Faktor Eksternal Kemunduran Bani abbasiyah
Di samping faktor-faktor internal tersebut, ada juga faktor eksternal
yang membawa nasib dinasti ini terjun ke jurang kehancuran total. Yaitu
sebagai berikut:
1. Perang salib
Sebagaimana telah disebutkan, peristiwa penting dalam
gerakan ekspansi yang dilakukan oleh Alp Arselan adalah peristiwa
Manzikart, tahun 464 (1071 M.). tentara Alp Arselan yang hanya
berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasil
mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 20.000 orang, terdiri
dari tentara Romawi, Ghuz, Al-Akraj, Al-Hajr, Perancis, dan
Armenia. Peristiwa besar ini menanamkan benih permusuhan dan
17 Anonim. 2010. Sebab-sebab Kemunduran dan Kehancuran Bani Abbasiyah.
http://www.wikipedia.ordg.id.
14
kebencian orang-orang Kristen terhadap umat Islam, yang kemudian
mencetuskan Perang Salib. Kebencian itu bertambah setelah dinasti
Seljuk dapat merebut Bait Al-Maqdis pada tahun 471 Hijriah dari
kekuasaan dinasti Fathimiyah yang berkedudukan di Mesir.
Penguasaan Seljuk menetapkan beberapa peraturan bagi umat Kristen
yang ingin berziarah ke sana. Peraturan itu dirasakan sangat
menyulitkan mereka. Untuk memperoleh kembali keleluasaan
berziarah ke tanah suci Kristen itu, pada tahun 1095 M. Paus Urbanus
II berseru kepada umat Kristen di Eropa supaya melakukan perang
suci. Perang ini kemudian dikenal dengan nama Perang Salib, yang
terjadi dalam tiga periode.18
1) Periode pertama
Pada musim semi tahun 1095 M., 150.000 orang Eropa,
sebagian besar bangsa Prancis dan Norman, berangkat menuju
Konstantinopel, kemudian Palestina. Tentara Salib yang dipimpin
oleh Godfrey, Bohemond, dan Raymond ini memperoleh
kemenangan besar. Pada tanggal 18 Juni 1097 mereka berhasil
menaklukkan Nicea dan tahun 1098 M menguasai Raha (Edessa).
Di sini mereka mendirikan kerajaan Latin I dengan Baldawin
sebagai raja. Pada tahun yang sama mereka dapat menguasai
Antiochea dan mendirikan kerajaan Latin II di Timur. Bohemond
dilantik menjadi rajanya. Mereka juga berhasil menduduki Bait Al-
18 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 76-77.
15
Maqdis (15 Juli 1099 M.), dan mendirikan kerajaan Latin III
dengan rajanya, Godfrey. Setelah penaklukan Bait Al-maqdis itu,
tentara Salib melanjutkan ekspansinya. Mereka menguasai kota
Akka (1104 M.). Tripoli (1109 M.), dan kota Tyre (1124 M.). Di
Tripoli mereka mendirikan kerajaan Latin IV, rajanya adalah
Raymond. 19
2) Periode kedua
Imaduddin Zanki, penguasa Moshul, dan Irak, berhasil
menaklukkan kembali Aleppo, Hamimah, dan Edessa pada tahun
1144 M. Namun, ia wafat tahun 1146 M. tugasnya dilanjutkan oleh
putranya, Nuruddin Zanki. Nuruddin berhasil merebut kembali
Antiochea pada tahun 1149 M dan pada tahun 1151 M seluruh
Edessa dapat direbut kembali.
Kejatuhan Edessa ini menyebabkan orang-orang Kristen
mengobarkan perang Salib kedua. Paus Eugenius III menyerukan
perang suci yang disambut positif oleh raja Prancis Louis VII dan
raja Jerman Condrad II. Keduanya memimpin pasukan Salib untuk
merebut wilayah Kristen di Syria. Akan tetapi, gerak maju mereka
dihambat oleh Nuruddin Zanki. Mereka tidak berhasil memasuki
Damaskus. Louis VII dan Condrad II sendiri melarikan diri pulang
ke negerinya. Nuruddin wafat tahun 1174 M. Pimpinan perang
kemudian dipegang oleh Shalah Al-Din Al-Ayyubi yang berhasil
19 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 77.
16
mendirikan dinasti Ayyubiyah di Mesir tahun 1175 M. Hasil
peperangan Shalah Al-Din yang terbesar adalah merebut kembali
Yerussalem pada tahun 1187 M. Dengan demikian, kerajaan Latin
di Yerussalem yang berlangsung selama 88 tahun berakhir.20
Jatuhnya Yerussalem ke tangan kaum Muslimin sangat
memukul perasaan tentara salib. Mereka pun menyusun rencana
balasan. Kali ini tentara salib dipimpin oleh Frederick Barbarossa,
raja Jerman, Richard The Lion Hart, raja Inggris, dan Philip
Augustus, raja Prancis. Pasukan ini bergerak pada tahun 1189 M.
Meskipun mendapat tantangan berat dari Shalah Al-Din, namun
mereka berhasil merebut Akka yang kemudian dijadikan ibu kota
kerajaan Latin. Akan tetapi, mereka tidak berhasil memasuki
Palestina. Pada tanggal 2 Nopember 1192 M, dibuat perjanjian
antara tentara salib dengan Shalah Al-Din yang disebut dengan
Shulh al-Ramlah. Dalam perjanjian ini disebutkan bahwa orang-
orang Kristen yang pergi berziarah ke Bait al-Maqdis tidak akan
diganggu.21
3) Periode ketiga
Tentara Salib pada periode ini dipimpin oleh raja Jerman,
Frederick II. Kali ini mereka berusaha merebut Mesir lebih dahulu
sebelum ke Palestina, dengan harapan dapat bantuan dari orang-
20 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 77-78.
21 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 78.
17
orang Kristen Qibthi. Pada tahun 1291 M, mereka berhasil
menduduki Dimyat. Raja Mesir dari dinasti Ayyubiyah waktu itu,
Al-Malik Al-Kamil, membuat perjanjian dengan Frederick. Isinya
antara lain Frederick bersedia melepaskan Dimyat, sementara Al-
Malik Al-Kamil melepaskan Palestina, Frederick menjamin
keamanan kaum muslimin di sana dan Frederick tidak mengirim
bantuan kepada Kristen di Syria. Dalam perkembangan berikutnya,
Palestina dapat direbut kembali oleh kaum Muslimin tahun 1247
M, di masa pemerintahan Al-Malik Al-Shalih, penguasa Mesir
selanjutnya. Ketika Mesir dikuasai oleh dinasti Mamalik yang
menggantikan posisi dinasti Ayyubiyah pimpinan perang dipegang
oleh Baybars dan Qalawun. Pada masa merekalah Akka dapat
direbut kembali oleh kaum muslimin, tahun 1291 M.
Demikianlah perang Salib yang berkobar di timur. Perang
ini tidak berhanti di barat, di Spanyol, sampai umat Islam terusir
dari sana.
Walaupun umat Islam berhasil mempertahankan daerah-
daerahnya dari tentara salib, namun kerugian yang mereka derita
banyak sekali, karena peperangan itu terjadi di wilayahnya.
Kerugian-kerugian ini mengakibatkan kekuatan politik umat Islam
menjadi lemah. Dalam kondisi demikian, mereka bukan menjadi
bersatu, tetapi malah terpecah belah. Banyak dinasti kecil yang
18
memerdekakan diri dari pemerintahan pusat Abbasiyah di
Baghdad.22
Adapun sebab-sebab perang Salib adalah sebagai berikut :
a. nama perang Salib diambil dari kata Salib yang menunjukkan
bahwa agama merupakan penyebab utamanya.
b. Ambisi Paus untuk menghancurkan Islam.
c. Sebab-sebab perdagangan yang muncul karena keinginan
mereka untuk menguasai pelabuhan-pelabuhan yang berada
di Laut Tengah untuk menjadi jembatan dengan perdagangan
yang berada di Timur jauh.
d. Menyebarkan kelaparan, perang, dan penyakit serta
perampokan di Eropa sehingga mereka harus mencari sebuah
negeri kaya.
e. Terpecah dan tercabik-cabiknya front kaum muslimin.
f. Sebagai balas dendan atas kekalahan Maladzkird Byzantium
yang sangat memalukan pada perang Maladzkird tahun 163
H/1071 M.23
2. Serangan Mongolia Ke Negeri Muslim dan Berakhirnya Dinasti
Abbasiyah
Orang-orang Mongolia adalah bangsa yang berasal dari
Asia Tengah. Sebuah kawasan terjauh di China. Terdiri dari kabilah-
22 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 79.
23 Ahmad Al-Usaray, Sejarah Islam. (Edisi Lux; Jakarta, Akar Media, 2010), h. 256.
19
kabilah yang kemudian disatukan oleh Jenghis Khan (603-624 H).
mereka adalah orang-orang Badui-sahara yang dikenal keras kepala
dan suka berlaku jahat.
Sebagai awal penghancuran Bagdad dan Khilafah Islam,
orang-orang Mongolia menguasai negeri-negeri Asia Tengah
Khurasan dan Persia dan juga menguasai Asia kecil. Pada bulan
September 1257, Hulagu mengirimkan ultimatum kepada khalifah
agar menyerah dan mendesak agar tembok kota sebelah luar
diruntuhkan. Tetapi khalifah tetap enggan memberikan jawaban.
Maka pada Januari 1258, pasuakn Hulagu bergerak untuk
mengahncurkan tembok ibukota. Sementara itu khalifah al-Mu’tashim
langsung menyerah dan berangkat ke base pasukan mongolia. Setelah
itu para pemimpin dan fuqaha juga keluar, sepuluh hari kemudian
mereka semua dibunuh. Hulagu mengizinkan pasukannya untuk
melakukan apa saja di Baghdad. Mereka menghancurkan kota
Baghdad dan membakarnya. Pembunuhan berlangsung selama 40 hari
dengan jumlah korban sekitar dua juta orang.
Perlu juga disebutkan disini peran busuk yang dimainkan oleh
seorang Syi’ah Rafidhah yaitu Ibn ’Alqami, menteri al-Mu’tashim,
yang bekerjasama dengan orang-orang Mongolia dan membantu
pekerjaan-pekerjaan mereka. 24
24 Anonim. 2010. Sebab-sebab Kemunduran dan Kehancuran Bani Abbasiyah.
http://www.wikipedia.ordg.id.
20
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Faktor-faktor Internal Kemunduran Bani Abbasiyah disebabkan
oleh :
1) Perebutan Kekuasaan di Pusat Pemerintahan.
2) Munculnya Dinasti-Dinasti Kecil yang Memerdekakan Diri.
3) Kemerosotan Perekonomian.
4) Munculnya Aliran-Aliran Sesat dan Fanatisme Keagamaana.
2. Faktor-faktor Eksternal Kemunduran Bani Abbasiyah disebabkan
oleh :
1) Perang Salib.
2) Serangan Mongolia Ke Negeri Muslim dan Berakhirnya
Dinasti Abbasiyah.
B. Saran
Adapun saran dari kami adalah sebagai sesama umat manusia yang
hidup di muka bumi ini, walaupun begitu banyak perbedaan diantara
kita, tapi kita tidak boleh memusuhi satu sama lain, kita tetap harus
hidup rukun demi tercapainya perdamaian.
22
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Masa Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Abbasiyah.
http://geoogle.com. Diakses (13 Maret 2012).
Anonim. 2010. Sebeb Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Abbasiyah.
http://geoogle.com. Diakses (13 Maret 2012).
Abdul Karim, Muhammad, Sejarah Pemikiran dan Peradaba Islam,
Jakarta: Pustaka, 1999.
Al-Usairy, Ahmad, Sejarah Islam, Edisi Lux; Jakarta : Akar Media, 2010.
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Edisi 1; Jakarta : Rajawali
Pres, 2010.