Edisi April 2011
-
Author
ahmad-s-thariq -
Category
Documents
-
view
284 -
download
0
Embed Size (px)
Transcript of Edisi April 2011
-
1. Studi Evaluasi Benefit Cost Ratio (Studi Kasus Proyek Pengembangan Waduk Langsa) Oleh Ir. Mohd. Isa T. Ibrahim, M.T.
2. Identifikasi Formalin dalam Produk Mie Basah dan Tahu dengan Metode Kualitatif Larutan KMnO4
Oleh Ir. Amri Amin, M.Si.
3. Potensi Perikanan Tangkap di Kota Banda Aceh Pascatsunami
Oleh Rizwan, S.T., M.T.
4. Peranan Air Susu Pascapanen
Oleh Ir. Zahrul Fuadi, M.Si.
5. Penerapan Pembelajaran Kooperatif dan Latihan Berstruktur pada Pokok Bahasan Larutan Asam Basa
Oleh Drs. H. Muhammad, M.Si.
6. Penerapan Pengajaran Remedial Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Ikatan
Kimia
Oleh Drs. Bukhari, M.Si.
7. Analisis Program Pengembangan Kecamatan (PPK) Terhadap Penanggulangan Kemiskinan di
Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar
Oleh Yuliana, S.E.
8. Kedudukan Mukim dalam Sistem Pemerintahan Daerah (Suatu Penelitian di Kabupaten Nagan Raya)
Oleh Muhammad Nur, S.H., M.Hum.
9. Penerjemahan dan Implikasinya dalam Pengajaan Mata Kuliah Translation
Oleh Putri Dini Meutia, S.Pd.I
10. Interferensi Bahasa Aceh Terhadap Pemakaian Bahasa Indonesia (Studi Kasus pada Siswa Kelas II
SMP Negeri di Kabupaten Aceh Besar)
Oleh Drs. Djalaluddin A. Aziz.
11. Analisis Status Eksploitasi Sumberdaya Ikan di Perairan Selat Malaka Provinsi Aceh
Oleh Dra. Asmawati, M.Si.
12. AnalisisFaktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Kedelai pada Industri Tempe di Kota
Subulusalam
Oleh Ir. Firdaus, M.Si.
VOLUME II, NO 1, April 2011
-
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
1
TASIMAK Media Sain dan Teknologi Abulyatama
Pelindung/Pembina : Rektor Universitas Abulyatama
Penanggung Jawab : Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat Universitas Abulyatama
Pemimpin Redaksi : Drs. Yusri, M.Pd.
Redaktur Ahli : Prof. Dr. H. Warul Walidin, A.K. M.A. (IAIN)
Prof.H. Burhanuddin Salim, M.Sc. Ph.D. (Unsyiah)
R. Agung Efriyo Hadi, M.Sc. Ph.D (Unaya)
Prof. Dr. A. Halim Majid, M.Pd. (Unaya)
Drs. Azwar Thaib, M.Si. (Unaya)
Redaktur Pelaksana : Drs. Zamzami A.R., M.Si.
Yuliana, S.E.
Yulinar, S.Pd.
Dewan Redaksi : Muhammad Nur, S.H., M.Hum
Ir. Mulyadi
Ir. H. Firdaus, M.Si.
Dewi Astini, S.H., M.Hum.
Maryati B, S.H., M.Hum.
Drs. Tamarli, M.Si.
Yulfrita Adamy, S.E. M.Si.
Drs. H.M. Hasan Yakob, M.M.
Drs. Bukhari, M.Si.
Fakhrurazi Abbas, S.E., M.Si.
Distributor/Komunikasi : Drs. Akhyar, M.Si.
Drs. Muhammad, M.Si.
Bendahara : Drs. Nasruddin A.R., M.Si.
Desain Cover : aSOKA Communications (www.asoka.web.id)
Website : www.abulyatama.ac.id.
Alamat Redaksi : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Abulyatama, Jl. Blang Bintang Lama km 8,5
Lampoh Keude Aceh Besar, Telepon 0651 21255
-
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
2
DAFTAR ISI Halaman
Studi Evaluasi Benefit Cost Ratio (Studi Kasus Proyek Pengembangan Waduk Langsa)
Oleh Ir. Mohd. Isa T. Ibrahim, M.T. ... 1 - 14
Identifikasi Formalin dalam Produk Mie Basah dan Tahu dengan Metode Kualitatif
Larutan KMnO4
Oleh Ir. Amri Amin, M.Si. 15 -22
Potensi Perikanan Tangkap di Kota Banda Aceh Pascatsunami
Oleh Rizwan, S.T., M.T. . 23 - 36
Peranan Air Susu Pascapanen
Oleh Ir. Zahrul Fuadi, M.Si. 37 - 43
Penerapan Pembelajaran Kooperatif dan Latihan Berstruktur pada Pokok Bahasan
Larutan Asam Basa
Oleh Drs. H. Muhammad, M.Si. 44-53
Penerapan Pengajaran Remedial Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada
Pokok Bahasan Ikatan Kimia
Oleh Drs. Bukhari, M.Si. .. 54 - 65
Analisis Program Pengembangan Kecamatan (PPK) Terhadap Penanggulangan
Kemiskinan di Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar
Oleh Yuliana, S.E. 66 - 75
Kedudukan Mukim dalam Sistem Pemerintahan Daerah (Suatu Penelitian di
Kabupaten Nagan Raya)
Oleh Muhammad Nur, S.H., M.Hum. 76 - 98 Penerjemahan dan Implikasinya dalam Pengajaan Mata Kuliah Translation
Oleh Putri Dini Meutia, S.Pd.I 99 - 104
Interferensi Bahasa Aceh Terhadap Pemakaian Bahasa Indonesia (Studi Kasus
pada Siswa Kelas II SMP Negeri di Kabupaten Aceh Besar)
Oleh Drs. Djalaluddin A. Aziz. ............................................................................... .... 105 - 115
Analisis Status Eksploitasi Sumberdaya Ikan di Perairan Selat Malaka Provinsi Aceh
Oleh Dra. Asmawati, M.Si. .................................................................................... ..... 116 - 125
AnalisisFaktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Kedelai pada Industri Tempe
di Kota Subulusalam
Oleh Ir. Firdaus, M.Si. ................................................................................................. 126 132
-
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
3
STUDI EVALUASI BENEFIT COST RATIO
(Studi Kasus Proyek Pembangunan Waduk Langsa)
Mohd. Isa T. Ibrahim
Jurusan Teknik Sipil Universitas Abulyatama
Abstrak
Penundaan jadwal pelaksanaan pembangunan proyek Waduk Langsa Aceh Timur
berdampak kepada cost dan benefit. Hal ini perlu dievaluasi kembali untuk melihat nilai ekonomis
dari aktivitas pembangunan, yang merupakan inti dari studi evaluasi proyek untuk menentukan
apakah dan sampai berapa jauhkah proyek tersebut memberikan benefit yang lebih besar daripada
biayanya kepada pemerintah dan masyarakat pada umumnya dan kegiatan operasi dan
pemeliharaan sampai akhir umur proyek. Proyek dapat dikatakan mempunyai nilai ekonomis
apabila manfaat yang diperoleh relatif lebih besar dari biaya pembangunan (investasi) dan biaya
operasionalnya. Pada proyek ini manfaat yang dimaksudkan adalah hasil dari produksi bertanam
padi dan pendapatan air baku, sedangkan biaya pembangunan berupa investasi dan biaya
operasional budi daya tanaman pertanian antara lain biaya sarana produksi, biaya pemeliharaan
tahunan, penyusutan dan upah. Untuk dapat membandingkan benefit dengan cost tersebut
diperlukan keseragaman nilai harga pada tahun yang sama. Dari hasil evaluasi menunjukkan
bahwa NPV proyek umumnya masih positif pada tingkat bunga diskonto 15% dengan NPV = Rp.
20.519.203,31 dan Net B/C = 1,405. Dari hasil perhitungan dengan mempertimbangkan tingkat
suku bunga 20% dan analisa sensitivitas dalam beberapa alternatif maka proyek dianggap masih
layak untuk dilaksanakan pembangunannya untuk kesejahteraan masyarakat.
Kata Kunci : benefit, cost, kriteria investasi benefit cost ratio
1. Pendahuluan Waduk merupakan salah satu bentuk
bangunan utama yang dibangun pada daerah
yang kemampuan sumber airnya relatif kecil.
Bangunan ini diharapkan dapat menampung
kelebihan air di musim hujan, sehingga
nantinya dapat digunakan di musim kering
dan waduk diharapkan mampu menyediakan
air yang dibutuhkan sepanjang tahun. Di
samping itu waduk juga sebagai salah satu
sumber daya air yang hakikatnya merupakan
unsur penting dalam usaha peningkatan
kehidupan bangsa untuk mencapai tujuan
nasional, yang hendak diwujudkan melalui
serangkaian program pembangunan yang
menyeluruh, terarah, terpadu dan secara terus
menerus.
Lokasi daerah studi kasus proyek
pembangunan Waduk Langsa terletak di
Sungai Langsa antara Desa Petau dan Desa
Keumuning. Secara geografis posisi lokasi
terletak antara 97o.45'. 63" BT 98o. 0'. 0"
BT dan 04o.20'.88" LU 04o.30' 0" LU.
Secara administratif berada dalam wilayah
Kabupaten Aceh Timur. Lokasi terletak
sekitar + 10 km di sebelah Barat Kota
Langsa. Di lokasi tersebut sudah dibangun
sebuah bendungan sungai Langsa mempunyai
luas Daerah Aliran Sungai (DAS) sekitar 94
km2 dengan panjang sungai utama + 32 km.
Sampai dengan saat ini bangunan pengairan
yang terdapat di sepanjang alur sungai
Langsa masih sangat terbatas dan bangunan
persungaian yang ada antara lain sebuah
bendungan (DAM) yaitu bendungan Langsa
berlokasi di Desa Petau terletak + 6 km dari
hilir. Bendungan tersebut dibangun pada
tahun 1987 yang membendung sungai Langsa
dan saat ini dimanfaatkan untuk mengairi
daerah irigasi seluas + 2.500 Ha lahan sawah
dan kebutuhan air bersih kota Langsa.
-
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
2
Dalam pembangunan waduk diper-
lukan perencanaan pemanfaatan sumber daya
air yang matang dan menyeluruh karena
memiliki peran yang sangat penting, maka
sejak tahun 2001 dilakukan pekerjaan peren-
canaan awal (pradesain) Waduk Langsa serta
dibuat gambar typical bendungan waduk,
rencana anggaran biaya konstruksi waduk dan
biaya operasional dan pemeliharaan tahunan.
Adanya permasalahan krisis ekonomi
dan keamanan yang berkepanjangan mulai
awal tahun 2002 sampai dengan tahun 2005
mengakibatkan penundaan rencana pem-
bangunan waduk Langsa yang akibatnya terjadi
perubahan kelayakan nilai ekonomi proyek.
Berdasarkan keadaan ini perlu dilakukan
evaluasi kembali bagaimana pengaruh per-
ubahan penundaan proyek tersebut berkaitan
dengan kondisi aman dan terjadi perubahan
nilai uang sehingga berpengaruh terhadap biaya
dan manfaat proyek.
Penelitian ini dilaksanakan bertujuan
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
penundaan rencana pembangunan Waduk
Langsa terhadap manfaat dan biaya proyek,
dalam hal ini perlu dievaluasi kembali
hubungan perbandingan antara manfaat dan
biaya dengan menggunakan parameter kriteria
investasi yaitu Benefit Cost Ratio dan hal ini
salah satu alat pengukuran kelayakan proyek
ditinjau dari segi ekonomi teknik, kemudian
untuk dapat membandingkan manfaat dan
biaya tersebut diperlukan keseragaman nilai
harga pada tahun yang sama, dapat berupa nilai
uang saat ini (present value) ataupun nilai uang
akan datang (future value). Selanjutnya benefit
cost ratio adalah perbandingan antara benefit
dan cost yang sudah disesuaikan dengan nilai
sekarang (present value).
Penelitian ini diharapkan dapat mem-
berikan masukan kepada pemerintah terutama
Dinas Sumber Daya Air untuk pengambilan
keputusan terhadap rencana pembangunan
Waduk Langsa.
Berdasarkan dengan tujuan di atas,
maka ruang lingkup penelitian ini adalah :
1. Analisa biaya (cost) tahun 2006, meliputi biaya konstruksi, biaya operasional dan
pemeliharaan dengan berpedoman kepada
rencana anggaran biaya proyek bulan
Desember 2001 dan disesuaikan berda-
sarkan perubahan nilai uang.
2. Analisa manfaat (benefit) tahun 2006 ditinjau dari hasil produksi padi dan air
baku untuk kebutuhan domestik.
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini untuk mencapai tujuan penelitian tersebut di
atas adalah melakukan terlebih dahulu
penyusunan program kerja dari seluruh
-
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
3
kegiatan penelitian, dalam hal ini perlu
digambarkan bagan alir proses penelitian untuk
mencapai tujuan evalausi proyek.
Berdasarkan hasil evaluasi menun-
jukkan bahwa NPV proyek waduk langsa
sebesar Rp. 20.519.203,31, ini menunjukkan
masih positif pada tingkat bunga diskonta 15%.
Hasil evaluasi Net B/C = 1,405. Kemudian
grafik hubungan suku bunga terhadap B/C
dengan mempertimbangkan tingkat suku bunga
20% juga masih positif. Hasil analisis
sensitivitas menunjukkan bahwa resiko
investasi masih positif. Hasil-hasil analisis
tersebut berkesimpulan bahwa masih layak
direkomendasikan kepada pemerintah untuk
dilaksanakan pembangunanya.
2. Tinjauan Kepustakaan Biaya (Cost) Gittinger, (1986), menjelaskan bahwa,
definisi biaya secara sederhana adalah segala
sesuatu yang mengurangi suatu tujuan yaitu
mengurangi pendapatan bersih pihak-pihak
terkait.
Macam-macam cost dalam proyek:
1. Biaya Investasi adalah Biaya atau modal yang diperlukan untuk pelaksanaan proyek
2. Biaya Tetap atau Overhaed adalah Biaya yang tidak terpengaruh oleh adanya
kegiatan-kagiatan (misal : gaji)
3. Biaya Variabel adalah Biaya yang lang-sung berhubungan dengan kegiatan-
kegiatan.
4. Biaya tambahan adalah Biaya yang diakibatkan oleh kenaikan output suatu
produk.
5. Biaya Hilang adalah Biaya yang dikelu-arkan pada waktu yang lalu sebelum
kepastian pelaksanaan proyek.
6. Biaya Kesempatan adalah Biaya yang diakibatkan karena penggunaan sumber
daya karena keterbatasan kesempatan.
Manfaat (Benefit)
Menurut Gittinger, (1986), bahwa,
definisi manfaat adalah segala sesuatu yang
membantu suatu tujuan yaitu merupakan
peningkatan penerimaan barang ataupun jasa
dalam hal peningkatan pendapatan bersih
pihak-pihak terkait.
Ada dua macam benefit, yaitu:
1. Manfaat langsung yaitu manfaat yang langsung diperoleh sesuai dengan tujuan
investasi.
2. Manfaat tidak langsung yaitu manfaat yang merupakan dampak dari adanya
proyek suatu investasi.
Benefit juga dapat diklasifikasikan sebagai:
a. Tangible Benefit atau yang dapat dinilai dengan uang
b. Intangible Benefit atau yang sulit dinilai dengan uang.
Proyek
-
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
4
Menurut Kadariah (1978), proyek
adalah suatu rangkaian aktivitas yang
direncanakan untuk mendapatkan benefit/
manfaat dalam jangka waktu tertentu. Di dalam
proyek-proyek pengairan dilakukan evaluasi
ekonomi pada:
Tahap Recounaissance Tahap Master Plan Tahap Feasibility Study
Perhitungan pada tahap Feasibility
study proyek dianggap layak, maka kemudian
dilaksanakan detail design untuk seterusnya
menginjak pelaksanaan. Tetapi pada prak-
teknya bahwa kadang-kadang ada keraguan
terhadap analisa yang dilaksanakan pada
feasibility study tersebut, karena hal-hal
berikut:
a. Biaya pelaksanaan pekerjaan sering lebih besar dari biaya yang telah dihitung pada
feasibility study.
b. Ada perbedaan hasil dari proyek yang sudah berfungsi dengan perkiraan hasil yang ada
pada entimasi sebelumnya (biaya maupun
benefitnya).
Parameter Kelayakan Proyek
Menurut Yacob (1997) parameter-
parameter kelayakan ekonomi yang biasa
digunakan dalam analisa ekonomi teknik
adalah sebagai berikut :
1. Net present Value (NPV) NPV merupakan selisih antara Present
Value benefit dan present value dari cost, yang dinyatakan dengan rumus :
NPV =
n
it
ti
CtBt
1................ (1)
Dimana :
t = umur proyek
i = tingkat bunga
Bt = benefit (manfaat proyek) pada tahun t
Ct = cost (biaya) pada tahun t
Bila nilai NPV > 0 dan positif berarti
proyek dapat dilaksanakan, karena akan
memberikan manfaat. NPV = 0, berarti proyek
tersebut mengembalikan persis sebesar biaya
(cost) yang dilakukan, sedangkan apabila nilai
NPV < 0, maka proyek tidak akan memberikan
manfaat sehingga tidak layak untuk dilak-
sanakan.
2. Benefit Cost Ratio (B/C) Benefit cost ratio adalah perbandingan
antara benefit dan cost yang sudah disesuaikan
dengan nilai sekarang (present value). B/C
dapat dinyatakan dengan persamaan :
-
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
5
B/C =
n
it
t
n
it
t
t
Ct
i
Bt
1
1(2)
Proyek dapat dikatakan layak apabila
parameter :
Apabila nilai B/C > 1, NPV > 0 dan
IRR > suku bunga bank.
Analisis Sensitifitas
Menurut Kadariah, (1978), analisa
sensitivitas tujuannya adalah untuk melihat apa
yang akan terjadi dengan hasil analisa proyek
jika ada sesuatu kesalahan atau perubahan
dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau
manfaat. Di dalam analisis ekonomi sering
timbul pertanyaan :
Seberapa handal dan seberapa tepatkah prakiraan dari analisa
tersebut?
Sudah tepatkah prakiraan cost dan benefit hasil dari perhitungan?
Cara yang paling umum dilakukan
untuk mencari kesalahan atau mencari hal yang
paling berpengaruh pada hasil perhitungan
adalah mencari dari kesalahan tersebut
berdasarkan persentase (%) kenaikan biaya dan
penurunan harga. Cara untuk mencari variabel
yang berpengaruh pada hasil analisa tersebut
dinamakan : analisa sensitivitas. Biasanya
dilakukan dengan mengubah-ubah komponen-
komponen yang menentukan, yaitu:
a. Biaya investasi b. Produksi atau Yield c. Harga atau nilai jual produksi
Setelah kita dapat menentukan komponen
mana, dari ketiga komponen tersebut yang
sangat berpengaruh pada analisa kelayakan
proyek, kemudian kita cari sejauh mana
perubahan komponen tersebut mempengaruhi
perhitungan analisa, yaitu dengan cara
mengubah-ubah komponen tersebut. Dari nilai-
nilai tersebut, kemudian dicari kombinasi yang
mana yang paling memuaskan. Setelah
diperoleh kombinasi tersebut kemudian
dibandingkan dengan perhitungan sebelumnya.
Evaluasi Proyek
Menurut Yacob, (1997), evaluasi
proyek bertujuan untuk menilai kelayakan
suatu gagasan usaha/ proyek dan hasil dari
penilaian kelayakan ini merupakan bahan
pertimbangan bagi pengambil keputusan untuk
menerima atau menolak usaha/ proyek yang
direncanakan.
-
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
6
Proyek menyatakan suatu rangkaian
aktivitas yang direncanakan untuk menda-
patkan benefit/ manfaat dalam jangka waktu
tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan pengorbanan dari resources yang
dimiliki, karenanya dalam pemilihan suatu
proyek yang akan dikerjakan harus diadakan
penilaian, baik dari segi teknis maupun
ekonomis agar penanaman modal/ investasi
jatuh pada pilihan proyek yang paling tepat.
Manfaat yang berdasarkan evaluasi
proyek pada umumnya lebih bersifat sosial
benefit dari pada financial benefit. Sebaliknya
perhitungan studi kelayakan lebih menitik
beratkan pada financial benefit dari pada social
benefit. Ruang lingkup studi kelayakan, pada
umumnya, lebih menitik beratkan pada
kelayakan usaha dari pengusaha secara
individu. Sedangkan ruang lingkup dari
evaluasi proyek, melihat kelayakan suatu
proyek ditinjau dari kepentingan masyarakat
secara keseluruhan.
3. Metode Penelitian Pengumpulan Data Proyek
Dalam studi ini diperlukan data pokok
yaitu gambar desain waduk, rekapitulasi
rencana anggaran biaya konstruksi proyek
tahun 2001, biaya operasi dan pemeliharaan
proyek hasil produksi padi, biaya produksi
padi, harga jual padi, luas areal sawah
pertanian, pendapatan air baku dan referensi
kepustakaan. Daridata tersebut dapat dihitung
dan dianalisis biaya (cost) dan manfaat
(benefit) proyek Waduk Langsa untuk studi
evaluasi benefit cost ratio.
Data ukuran Waduk Langsa Aceh
Timur berdasarkan batasan kondisi topografi
dan analisa keseimbangan air, dengan batasan
tersebut direkomendasikan sebagai berikut :
- Volume waduk : 102,18 juta m3 - Tinggi maximum bendungan: + 55 m - Volume tubuh bendungan : 0,702 juta m3 - Panjang As bendungan: 185 m - Panjang pelimpah utama :212 m - Panjang terowongan pengelak:325 m.
Perhitungan dan Cara Pengukuran
Kelayakan Proyek
Perhitungan kelayakan ekonomi tek-
nik proyek dalam kaitan evaluasi proyek
Waduk Langsa Kabupaten Aceh Timur
dimaksudkan untuk melihat nilai ekonomi dari
aktivitas pembangunan. Kapasitas operasi dan
pemeliharaan sampai akhir umur proyek.
Proyek dapat dikatakan ekonomi apabila
manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya
pembangunan (investasi) dan biaya operasional
& pemeliharaan.
Pada proyek ini, manfaat yang
dimaksudkan adalah hasil sebagai berikut :
-
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
7
- Manfaat dari tanaman pertanian seperti peningkatan hasil produksi padi
- Manfaat dari pandangan air baku kebutuhan domestik.
Untuk dapat membandingkan manfaat
terhadap biaya tersebut diperlukan kesera-
gaman nilai harga pada tahun yang sama.
Dapat berupa nilai uang saat ini (present value)
ataupun nilai uang yang akan datang (future
value). Perhitungan dan cara pengukurannya
sebagai berikut :
a) Perhitungan nilai uang sekarang Rumus yang digunakan untuk menghitung
nilai uang sekarang (present value) adalah:
PV = n
i
F
1
Dimana :
PV = Nilai uang sekarang
F = Nilai uang tahun yang akan
datang
i = Besar bunga uang
n = Jangka waktu (tahun)
b) Cara Pengukuran Nilai Proyek Cara pengukuran nilai suatu proyek yang
biasa digunakan dalam analisa ekonomi
teknik dengan rumus sebagai berikut :
- Net Present Value (NPV)
- Benefit Cost Ratio (BCR)
Analisis Sensitivitas
Dalam analisa sensitivitas bahwa
setiap kemungkinan itu, harus diuji, yang
berarti setiap waktu harus diadakan analisis
kembali. Ini perlu sekali, karena analisa proyek
didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang
mengandung banyak ketidakpastian tentang
apa yang akan terjadi di waktu yang akan
datang. Bagaimana sensitifitas (kepekaan)
interval economic return suatu proyek terhadap
kenaikan biaya atau terhada turunnya harga-
harga. Jadi analisa sensitifitas mencoba melihat
hasil realitas rencana proyek yang sangat
dipengaruhi unsur-unsur ketidakpastian menge-
nai apa yang akan terjadi, maka perlu menguji
proyek yang diajukan untuk mengetahui
sentifitas terhadap kesalahan-kesalahan dalam
memperkirakan hasil yang mungkin bisa
dicapainya. Cara penerapannya adalah hanya
menghitung nilai proyek sekali lagi dengan
menggunakan perkiraan baru untuk salah satu
unsur biaya atau manfaat.
4. Hasil dan Pembahasan Hasil Perhitungan
Sehubungan dengan maksud dan
tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui bagaimana pengaruh perubahan
-
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
8
tahun pelaksanaan pembangunan proyek
waduk langsa dari tahun 2001 ke tahun 2006
akibat penundaan pembangunan dan hal ini
perlu dievaluasi kembali dengan analisa
berdasar parameter benefit cost ratio (BCR)
untuk penentuan kelayakan proyek; hasil
perhitungan sebagai berikut :
4.1.1. Perhitungan Biaya Konstruksi
Berdasarkan hasil analisa biaya
pembangunan (investasi) untuk pembangunan
Waduk Langsa sebesar Rp. 72.000.000.000,-
dan biaya operasional, pemeliharaan & peng-
gantian pertahun sebesar Rp.231.653.846,20,-
-
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
7
4.1.2 Perhitungan Nilai Hasil Produksi Padi a. Tabel P.9. Perhitungan Nilai Hasil Produksi Padi pada Musim Hujan.
Tahun
Luas
Area
(Ha)
Luas
Area
Baku
(Ha)
Luas Area
Fungsional
(Ha)
Hasil Padi
(Kw/Ha)
Nilai Hasil
(Rp/Ha)
Biaya Produksi
(Rp / Ha)
Nilai Hasil
Bersih
(Rp/Ha)
Nilai Hasil Total
(Rp)
(1) (2) (3) (3) (4) (5) = 180.000
x (4) (6) (7) = (5) - (6) (8) = (7) x (3)
1 2500 2500 2250 35,00 6.300.000 3.925.000 2.375.000 5.343.750.000
2 2500 2500 2250 35,00 6.300.000 3.925.000 2.375.000 5.343.750.000
3 2500 2500 2250 35,00 6.300.000 3.925.000 2.375.000 5.343.750.000
4 2500 2500 2250 35,00 6.300.000 3.925.000 2.375.000 5.343.750.000
5 5000 5000 4500 38,50 6.930.000 3.925.000 3.005.000 13.522.500.000
6 5000 5000 4500 38,50 6.930.000 3.925.000 3.005.000 13.522.500.000
7 5000 5000 4500 38,50 6.930.000 3.925.000 3.005.000 13.522.500.000
8 5000 5000 4500 38,50 6.930.000 3.925.000 3.005.000 13.522.500.000
9 5000 5000 4500 38,50 6.930.000 3.925.000 3.005.000 13.522.500.000
10 5000 5000 4500 38,50 6.930.000 3.925.000 3.005.000 13.522.500.000
11 5000 5000 4500 40,40 7.272.000 4.710.000 2.562.000 11.529.000.000
12 5000 5000 4500 40,40 7.272.000 4.710.000 2.562.000 11.529.000.000
13 5000 5000 4500 40,40 7.272.000 4.710.000 2.562.000 11.529.000.000
14 5000 5000 4500 40,40 7.272.000 4.710.000 2.562.000 11.529.000.000
15 5000 5000 4500 40,40 7.272.000 4.710.000 2.562.000 11.529.000.000
16 5000 5000 4500 40,40 7.272.000 4.710.000 2.562.000 11.529.000.000
17 5000 5000 4500 40,40 7.272.000 4.710.000 2.562.000 11.529.000.000
18 5000 5000 4500 40,40 7.272.000 4.710.000 2.562.000 11.529.000.000
19 5000 5000 4500 40,40 7.272.000 4.710.000 2.562.000 11.529.000.000
-
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
8
Tahun
Luas
Area
(Ha)
Luas
Area
Baku
(Ha)
Luas Area
Fungsional
(Ha)
Hasil Padi
(Kw/Ha)
Nilai Hasil
(Rp/Ha)
Biaya Produksi
(Rp / Ha)
Nilai Hasil
Bersih
(Rp/Ha)
Nilai Hasil Total
(Rp)
20 5000 5000 4500 40,40 7.272.000 4.710.000 2.562.000 11.529.000.000
b. Tabel P.10 Perhitungan Nilai Hasil Produksi Padi Pada Musim Kemarau
Tahun
Luas
Area
(Ha)
Luas Area
Baku (Ha)
Luas Area
Fungsional
(Ha)
Hasil Padi
(Kw/Ha)
Nilai Hasil
(Rp/Ha)
Biaya Produksi
(Rp / Ha)
Nilai Hasil Bersih
(Rp/Ha) Nilai Hasil Total (Rp)
(1) (2) (3) (3) (4)
(5) =
180.000 x
(4)
(6) (7) = (5) - (6) (8) = (7) x (3)
1 0 0 0 0,00 - - - -
2 0 0 0 0,00 - - - -
3 0 0 0 0,00 - - - -
4 0 0 0 0,00 - - - -
5 5000 5000 3500 38,50 6.930.000 3.925.000 3.005.000 10.517.500.000
6 5000 5000 3500 38,50 6.930.000 3.925.000 3.005.000 10.517.500.000
7 5000 5000 3500 38,50 6.930.000 3.925.000 3.005.000 10.517.500.000
8 5000 5000 3500 38,50 6.930.000 3.925.000 3.005.000 10.517.500.000
9 5000 5000 3500 38,50 6.930.000 3.925.000 3.005.000 10.517.500.000
10 5000 5000 3500 38,50 6.930.000 3.925.000 3.005.000 10.517.500.000
11 5000 5000 3500 38,50 6.930.000 4.710.000 2.220.000 7.770.000.000
12 5000 5000 3500 38,50 6.930.000 4.710.000 2.220.000 7.770.000.000
13 5000 5000 3500 38,50 6.930.000 4.710.000 2.220.000 7.770.000.000
14 5000 5000 3500 38,50 6.930.000 4.710.000 2.220.000 7.770.000.000
15 5000 5000 3500 38,50 6.930.000 4.710.000 2.220.000 7.770.000.000
-
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
9
16 5000 5000 3500 38,50 6.930.000 4.710.000 2.220.000 7.770.000.000
17 5000 5000 3500 38,50 6.930.000 4.710.000 2.220.000 7.770.000.000
18 5000 5000 3500 38,50 6.930.000 4.710.000 2.220.000 7.770.000.000
19 5000 5000 3500 38,50 6.930.000 4.710.000 2.220.000 7.770.000.000
20 5000 5000 3500 38,50 6.930.000 4.710.000 2.220.000 7.770.000.000
4.1.3 Perhitungan Present Value dan BCR dalam beberapa Interest Rate
Tabel P.14. Perhitungan Present Value dan Benefit Cost Ratio Untuk berbagai
Interest Rate T
a Biaya
Hasil
Total Manfaat PV Biaya PV Benefit PV. Biaya PV Benefit PV Biaya PV Benefit PV. Biaya PV Benefit
h
u
n (Cost) (Benefit) Bersih (15 % IR) (15 % IR) (25 % IR) (25 % IR) (35 % IR) (35 % IR) (65 % IR) (65 % IR)
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
( 1
) (2) (3)
(4) =
(2)/1.10^n
(4) =
(3)/1.10^n
(5) =
(2)/1.20^n (5) = (3)/1.20^n
(6) =
(2)/1.30^n (6) = (3)/1.30^n
(7) =
(2)/1.40^n (7) = (3)/1.40^n
1
25,000,00
0,000 5,343,750,000 -19,656,250,000 22,727,272,727.3 4,857,954,545 20,833,333,333 4,453,125,000 19,230,769,231 4,110,576,923 17,857,142,857 3,816,964,286
2 20,000,00
0,000 5,343,750,000 -14,656,250,000 16,528,925,619.8 4,416,322,314 13,888,888,889 3,710,937,500 11,834,319,527 3,161,982,249 10,204,081,633 2,726,403,061
3 15,000,00
0,000 5,343,750,000 -9,656,250,000 11,269,722,013.5 4,014,838,467 8,680,555,556 3,092,447,917 6,827,492,035 2,432,294,037 5,466,472,303 1,947,430,758
4
12,000,00
0,000 5,343,750,000 -6,656,250,000 8,196,161,464.4 3,649,853,152 5,787,037,037 2,577,039,931 4,201,533,560 1,870,995,413 3,123,698,459 1,391,021,970
5
2,830,000
,000 24,822,776,800 21,992,776,800 1,757,207,344.3 15,412,991,413 1,137,313,529 9,975,717,271 762,201,280 6,685,495,498 526,194,443 4,615,408,907
6
2,830,000
,000 24,842,292,400 22,012,292,400 1,597,461,222.1 14,022,826,423 947,761,274 8,319,633,461 586,308,677 5,146,732,013 375,853,173 3,299,312,521
7
2,830,000
,000 24,874,256,800 22,044,256,800 1,452,237,474.6 12,764,426,812 789,801,062 6,941,948,561 451,006,675 3,964,118,674 268,466,552 2,359,684,088
8
2,830,000
,000 24,903,272,800 22,073,272,800 1,320,215,886.0 11,617,560,553 658,167,551 5,791,705,329 346,928,211 3,052,879,113 191,761,823 1,687,454,769
-
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
10
9
2,830,000
,000 24,916,423,600
22,086,423,6
00 1,200,196,260.0 10,566,995,907 548,472,959 4,828,969,820 266,867,855 2,349,608,664 136,972,731 1,205,961,337
10
2,830,000
,000 25,111,757,440
22,281,757,4
40 1,091,087,509.1 9,681,669,567 457,060,800 4,055,689,023 205,282,965 1,821,560,435 97,837,665 868,153,961
11
2,830,000
,000 20,391,199,680
17,561,199,6
80 991,897,735.5 7,146,991,091 380,884,000 2,744,410,492 157,909,973 1,137,799,928 69,884,046 503,540,475
12
2,830,000
,000 20,412,035,040
17,582,035,0
40 901,725,214.1 6,503,903,416 317,403,333 2,289,345,567 121,469,210 876,125,009 49,917,176 360,039,274
13
2,830,000
,000 20,433,263,520
17,603,263,5
20 819,750,194.7 5,918,788,604 264,502,778 1,909,772,069 93,437,854 674,643,213 35,655,126 257,438,367
14
2,830,000
,000 20,454,885,120
17,624,885,1
20 745,227,449.7 5,386,410,555 220,418,981 1,593,160,756 71,875,272 519,505,455 25,467,947 184,079,127
15
2,830,000
,000 20,710,969,680
17,880,969,6
80 677,479,499.7 4,958,041,476 183,682,484 1,344,255,253 55,288,671 404,622,611 18,191,391 133,131,216
16
2,830,000
,000 20,737,897,680
17,907,897,6
80 615,890,454.3 4,513,170,750 153,068,737 1,121,669,189 42,529,747 311,652,841 12,993,850 95,217,364
17 2,830,000
,000 20,765,364,240 17,935,364,2
40 559,900,413.0 4,108,316,613 127,557,281 935,962,331 32,715,190 240,050,472 9,281,322 68,102,483
18 2,830,000
,000 20,793,302,040 17,963,302,0
40 509,000,375.4 3,739,858,143 106,297,734 781,017,982 25,165,531 184,902,644 6,629,516 48,710,077
19
2,830,000
,000 20,821,778,400
17,991,778,4
00 462,727,614.0 3,404,527,152 88,581,445 651,739,653 19,358,101 142,427,590 4,735,368 34,840,561
20
2,830,000
,000 20,850,793,320
18,020,793,3
20 420,661,467.3 3,099,337,566 73,817,871 543,873,204 14,890,847 109,712,355 3,382,406 24,920,794
Total 72,407,328,400 139,784,784,500 55,643,306,600 66,662,420,310 45,347,350,420 39,484,619,790 38,484,685,140 25,627,815,390
Benefit Cost Ratio (BCR) 1.92 1.198 0.864 0.665
Perhitungan Present Value dan Benefit Cost Ratio Untuk berbagai Interest Rate T
a Hasil Total Manfaat PV Biaya PV Benefit PV. Biaya PV Benefit PV Biaya PV Benefit PV. Biaya PV Benefit
h
u
n
(Cost) (Benefit) Bersih (10% IR) (10% IR) (20% IR) (20% IR) (30% IR) (30% IR) (40% IR) (40% IR)
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
( 1
) (2) (3)
(4) =
(2)/1.10^n
(4) =
(3)/1.10^n
(5)
=(2)/1.20^n (5) = (3)/1.20^n
(6) =
(2)/1.30^n (6) = (3)/1.30^n
(7) = (2)/1.40
^n (7) = (3)/1.40^n
1 25,000,00 - 22,727,27 4,857,954,545 20,833,333,33 4,453,125,000 19,230,769,23 4,110,576,923 17,857,142,85 3,816,964,286
-
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
11
0,000 5,343,750,000 19,656,250,
000
2,727 3 1 7
2 20,000,00
0,000
5,343,750,000
-
14,656,250,
000
16,528,92
5,620 4,416,322,314
13,888,888,88
9 3,710,937,500
11,834,319,52
7 3,161,982,249
10,204,081,63
3 2,726,403,061
3 15,000,00
0,000
5,343,750,000
-
9,656,250,0
00
11,269,72
2,014 4,014,838,467 8,680,555,556 3,092,447,917 6,827,492,035 2,432,294,037 5,466,472,303 1,947,430,758
4 12,000,00
0,000
5,343,750,000
-
6,656,250,0
00
8,196,161,
464 3,649,853,152 5,787,037,037 2,577,039,931 4,201,533,560 1,870,995,413 3,123,698,459 1,391,021,970
5 2,830,000
,000
24,822,776,80
0
21,992,776,
800
1,757,207,
344
15,412,991,41
3 1,137,313,529 9,975,717,271 762,201,280 6,685,495,498 526,194,443 4,615,408,907
6 2,830,000
,000
24,822,776,80
0
21,992,776,
800
1,597,461,
222
14,011,810,37
5 947,761,274 8,313,097,726 586,308,677 5,142,688,845 375,853,173 3,296,720,648
7 2,830,000
,000
24,822,776,80
0
21,992,776,
800
1,452,237,
475
12,738,009,43
2 789,801,062 6,927,581,438 451,006,675 3,955,914,496 268,466,552 2,354,800,463
8 2,830,000
,000
24,822,776,80
0
21,992,776,
800
1,320,215,
886
11,580,008,57
4 658,167,551 5,772,984,532 346,928,211 3,043,011,151 191,761,823 1,682,000,331
9 2,830,000
,000
24,822,776,80
0
21,992,776,
800
1,200,196,
260
10,527,280,52
2 548,472,959 4,810,820,443 266,867,855 2,340,777,808 136,972,731 1,201,428,808
10 2,830,000
,000
25,111,757,44
0
22,281,757,
440
1,091,087,
509 9,681,669,567 457,060,800 4,055,689,023 205,282,965 1,821,560,435 97,837,665 868,153,961
11 2,830,000
,000
20,391,199,68
0
17,561,199,
680
991,897,7
36 7,146,991,091 380,884,000 2,744,410,492 157,909,973 1,137,799,928 69,884,046 503,540,475
12 2,830,000
,000
204,129,535,0
40
201,299,535
,040
901,725,2
14
65,041,960,66
9 317,403,333 22,894,485,793 121,469,210 8,761,644,314 49,917,176 3,600,554,742
13 2,830,000
,000
20,433,263,52
0
17,603,263,
520
819,750,1
95 5,918,788,604 264,502,778 1,909,772,069 93,437,854 674,643,213 35,655,126 257,438,367
14 2,830,000
,000
20,454,885,12
0
17,624,885,
120
745,227,4
50 5,386,410,555 220,418,981 1,593,160,756 71,875,272 519,505,455 25,467,947 184,079,127
15 2,830,000
,000
20,710,969,68
0
17,880,969,
680
677,479,5
00 4,958,041,476 183,682,484 1,344,255,253 55,288,671 404,622,611 18,191,391 133,131,216
16 2,830,000
,000
20,737,897,68
0
17,907,897,
680
615,890,4
54 4,513,170,750 153,068,737 1,121,669,189 42,529,747 311,652,841 12,993,850 95,217,364
17 2,830,000
,000
20,765,364,24
0
17,935,364,
240
559,900,4
13 4,108,316,613 127,557,281 935,962,331 32,715,190 240,050,472 9,281,322 68,102,483
18 2,830,000
,000
20,793,302,04
0
17,963,302,
040
509,000,3
75 3,739,858,143 106,297,734 781,017,982 25,165,531 184,902,644 6,629,516 48,710,077
19 2,830,000
,000
20,821,778,40
0
17,991,778,
400
462,727,6
14 3,404,527,152 88,581,445 651,739,653 19,358,101 142,427,590 4,735,368 34,840,561
-
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
12
20 2,830,000
,000
20,850,793,32
0
18,020,793,
320
420,661,4
67 3,099,337,566 73,817,871 543,873,204 14,890,847 109,712,355 3,382,406 24,920,794
Total 63,220,10
5,150
94,637,971,36
0
49,901,361,29
0 50,573,454,570
31,095,944,54
0 41,604,756,830
28,034,774,02
0 12,224,883,060
Benefit Cost Ratio (BCR) 1.497 1.013 0.747 0.436
-
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
13
Perhitungan/ analisa Sensitifitas dalam Beberapa Alternatif adalah sebagai berikut:
Perbandingan NPV (i = 15% )
I. Hasil Perhitungan Pertama = Rp 20.519.203,31 II. Hasil 30% cost over-run = Rp 12.408.979,21 III. Harga Padi Turun dengan 10% = Rp 22.274.413,76
Perbandingan Net B/C Ratio ( = 15% )
I. Hasil Perhitungan Pertama = 000.625.50
31,203.144.71 = 1.405
II. Hasil 30% Cost Over Run = 450.423.54
21,429.832.66 = 1,22
III. Harga Padi Turun dengan 10% = 429.868.39
76,838.142.62 = 1,558
2.2 Hasil Analisis Ekonomi Teknik
4.2.1 Hasil Evaluasi Setelah melakukan perhitungan
sebagaimana di atas, maka di peroleh hasil
evaluasi, yaitu Cash Flow Diagram, Benefit
Cost Ratio, Present Value dan Benefit Cost
Ratio untuk berbagai interest rate dan analisa
sensitivitas. Dari hasil tersebut dapat
diketahui perbandingan biaya dan manfaat
dalam hal pembangunan proyek Waduk
Langsa pada tahun 2006. Perhitungan
tersebut dilakukan untuk membandingkan
antara waktu rencana pembangunan proyek
pada tahun 2001 dengan waktu rencana
pelaksanaannya dilakukan pada tahun 2006,
dijelaskan sebagai berikut :
4.2.2 Hasil Cash Flow Diagram
Cara lain untuk memperkirakan nilai
suatu proyek adalah dengan jalan
mengurangkan biaya (cost) pada manfaat
(benefit) tahun demi tahun untuk memperoleh
incremental net benefit (manfaat tambahan
bersih) atau Cash Flow yang digunakan untuk
memperoleh kembali modal yang ditanamkan
pada proyek Waduk Langsa sama dengan
penyusutan dan mengkompensasikan
penggunaan uang untuk keperluan proyek
sama dengan profit. Dalam evaluasi ini,
untuk memperoleh Cash Flow sebagai basis
untuk mengetahui produktivitas modal.
Diagram Cash Flow untuk biaya
Investasi, operasi, pemeliharan dan
pergantian (O, P dan P) dan keuntungan
(manfaat) digambarkan sebagai berikut :
Gambar 4.1. Diagram Cash Flow
Pendapatan
-
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
14
4.2.2 Hasil Benefit Cost Ratio (BCR) Salah satu tujuan evaluasi ini adalah
membandingkan biaya dan manfaat dengan
menggunakannya metode Diskonto untuk
waktu pelaksanaan proyek waduk Langsa yang
dilaksanakan pada tahun anggaran baru dengan
tahun anggaran lama. Sebagaimana hasil yang
diperoleh pada perhitungan di atas, dapat
dijelaskan bahwa Benefit Cost Ratio untuk
waktu pelaksanaan proyek Waduk Langsa
tahun anggaran baru (tahun 2006) sebesar
1.405. Bila Benefit Cost Ratio digunakan untuk
mengevaluasi suatu proyek, supaya bisa
diterima nilainya maka harus sama dengan 1
(satu) atau lebih untuk disetujui
pembangunannya.
4.2.3 Hasil Present Value dan Benefit Cost Ratio untuk Berbagai Interest Rate
Nilai Benefit Cost Ratio sangat
tergantung pada tingkat bunga. Makin tinggi
tingkat bunga, makin kecil Benefit Cost Ratio
dan bila tingkat bunga cukup tinggi, nilai
Benefit Cost Ratio bisa kurang dari satu. Bila
nilai Benefit Cost Ratio pada tingkat bunga
yang diasumsikan lebih kecil dari satu berarti
nilai sekarang manfaat lebih kecil dari pada
nilai sekarang biaya. Bila demikian halnya,
lebih baik uangnya di simpan di Bank dari pada
di investasikan dalam proyek Waduk Langsa.
Berdasarkan perhitungan dapat digambarkan
grafik perbandingan tingkat suku bunga
terhadap Benefit Cost Ratio, sebagai berikut :
Gambar 4.2. Grafik Hubungan Suku Bunga Vs B
4.2.4 Hasil Analisa Sensitivitas Analisa sensitivitas adalah menga-
nalisa kembali proyek waduk Langsa untuk
melihat apa yang akan terjadi pada proyek
tersebut bila ada sesuatu yang tidak sejalan
dengan rencana. Cara-cara penetapan analisa
sensitivitas hanya menghitung nilai proyek
sekali lagi dengan menggunakan perkiraan baru
untuk salah satu unsur biaya atau manfaat.
Proyek Waduk Langsa di coba sensitivitas
apabila biaya investasi melebihi rencana
sampai 30% dan terhadap 10% penurunan
harga padi. Hasil perhitungannya dapat dilihat
pada Tabel P.15, sehingga melihat realitas hasil
Benefit Cost Ratio yang diperoleh masih berani
memutuskan menempuh resiko investasi untuk
melan-jutkan pembangunan proyek Waduk
Langsa pada tahun 2006.
4.3 Pembahasan Perhitungan kelayakan proyek Waduk
Langsa Kabupaten Aceh Timur, Nanggroe
Aceh Darussalam dalam rangka studi evaluasi
Benefit Cost Ratio di maksudkan untuk melihat
kelayakan dari aktivitas pembangunan dan
kegiatan operasi, pemeliharaan dan
penggantian (O, P & P) sampai akhir umur
proyek, dapat dikatakan layak
pembangunannya apabila manfaat yang
-
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
15
diperoleh relatif lebih besar dari biaya
pembangunan (investasi) dan biaya opera-
sionalnya. Untuk dapat membandingkan
manfaat dan biaya tersebut diperlukan
keseragaman nilai harga pada tahun yang sama,
dapat berupa nilai uang saat ini (present value)
ataupun nilai uang yang akan datang (Future
Value)
Dari hasil evaluasi menunjukkan
bahwa NPV proyek umumnya masih positif
pada tingkat bunga diskonto 15% dengan NPV
Rp. 20.519.203,31,- dan Net B/C = 1,405. Dari
hasil perhitungan, dengan mempertimbangkan
tingkat bunga 20%, maka proyek pembangunan
Waduk Langsa masih layak untuk dilaksanakan
pembangunannya. Selanjutnya berdasarkan
analisa sensitivitas dalam beberapa alternatif
bahwa resiko investasi masih positif dilihat dari
perbandingan Net B/C rationya.
4. Kesimpulan Dan Saran 4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan
analisis yang dilakukan terhadap studi evaluasi
Benefit Cost Ratio Proyek Waduk Langsa,
studi kasus yang ditinjau dalam pe-nelitian ini,
maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut :
1. Hasil evaluasi untuk pelaksanaan pembangunan dalam tahun anggaran baru
(tahun 2006) menghasilkan Net B/C sebesar 1,405.
2. Sehubungan dengan kesimpulan point (1) menunjukkan bahwa Net B/C anggaran
baru layak dilanjutkan pembangunannya.
3. Dari hasil analisa sensitivitas bahwa 30% Cost Overrum menunjukkan bahwa Net
B/C yang diperoleh sebesar 1,22 pada suku
bunga 15% sehingga NPV-nya dan Net
B/C menurun dan masih layak di
laksanakan pembangunannya.
4. Dari hasil evaluasi menunjukan bahwa NPV proyek umumnya masih positif pada
tingkat bunga Diskonto 15%, dengan NPV
= Rp. 20.519.203,31 dan Net B/C = 1,405.
Dari hasil perhitungan dengan
mempertimbangkan tingkat suku bunga =
20%, maka proyek pembangunan waduk
Langsa dianggap masih layak untuk
dilaksanakan pembangunan untuk
kesejahteraan masyarakat.
4.2. Saran Dari hasil kesimpulan, maka ada
beberapa hal yang menjadi saran antara lain :
1. Dalam penelitian ini asumsi perhi-tungan belum memperhitungkan :
a. Biaya administrasi proyek b. Tingkat inflasi tahunan c. Biaya pembebasan lahan dan peng-
gantian
d. Biaya tidak terduga selama proses pelaksanaan pekerjaan
e. Besaran pajak pertambahan nilai (PPN).
Maka disarankan untuk mengkaji lebih
mendalam keterkaitan terhadap analisa
finansial. Proyek pembangunan waduk
Langsa.
2. Untuk penelitian selanjutnya agar lebih akurat terhadap pembangunan Waduk
Langsa, maka selain manfaat proyek dari
tanaman padi dan pendapatan air minum
disarankan untuk menganalisa keuntungan
proyek terhadap manfaat dari kerugian
banjir yang sering terjadi, manfaat dari
pembangunan PLTA dan manfaat dari
tempat rekreasi untuk masyarakat umum.
-
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
16
DAFTAR PUSTAKA
Amir F., Z, (2005), Penelusuran Banjir Lewat Waduk Pada Bangunan Pelimpah Embung
Paya Seunara, Jurnal Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala.
Badu S. DH., Ibnu S.W, 1998, Pengaturan Bisnis Modern, Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Daniel W. H., Ronald W.W, Construction Management, Secoud Edition.
Gittinger, J.P, 1986, Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian, Penerbit Universitas Indonesia,
Jakarta.
Gray C., Simanjuntak P, K. Sabur. L; Maspaitella. P.F.L, (1985), Pengantar Evaluasi Proyek,
Penerbit PT. GRAmedia, Jakarta.
Grant L., E. Irason, W.G dan S. Leaven Worth. 2001, Dasar-dasar Ekonomi Teknik, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta.
Hendrikson, C dan Tung A, 1998, Project Manajement For Kontruction, Prentice Hall,
Prittsburgh.
Idris,M. I, Fachrurrazi dan Mubarak, 2004, Strategi Penentuan Alternatif Pembiayaan Proyek
Real Estate, Jurnal Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala.
Iqbal, H, 2004, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Kadariah, Karlina L, Gray Clive, 1978, Pengantar Evaluasi Proyek, Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia Jakarta.
Nazir, M, 1999, Metode Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.
Rohmanhadi,1996, Ekonomi Tehnik untuk Proyek-Proyek Pengairan, PT. Medica, Jakarta.
Soeharto, I, 1995, Manajemen Proyek, Penerbit Erlangga, Jakarta
Soedibyo, 2003, Teknik Bendungan, Penerbit PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Sultan Syah, M. 2004, Manajemen Proyek, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Thusen, G.J. Fabrycky, W.J. 1993. Engineering Economy, Prentice Hall, Inc, Englewood Cliffs,
New Jersey.
Timothy, M. Whalen, Sajini G and M. Dalcy Abraham, (2004), Cost-Benefit Model for The
Construction of Tornado Shelters, Journal of Construction Engineering and
Management, ASCE.
Yakob, H. M. I, 1997, Studi Kelayakan Bisnis, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta
-
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
15
IDENTIFIKASI FORMALIN DALAM PRODUK MIE BASAH DAN TAHU
DENGAN METODE KUALITATIF LARUTAN KMnO4
Amri Amin, Fakultas Teknik Universitas Abulyatama Aceh Besar
Abstrak
Larutan formaldehid mempunyai nama dagang formalin, formol, atau mikrobisida dengan
rumus molekul CH2O. Formalin sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari, terutama
dalam bidang industri. Zat ini dapat digunakan sebagai pembersih lantai dan pembersih pakaian.
Dewasa ini formalin banyak kasus penyalahgunaan dari fungsi kegunaan yang sebenarnya, yaitu
digunakan sebagai pengawet makanan, padahal formalin merupakan bahan beracun dan berbahaya
bagi kesehatan manusia. Penelitian sudah dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pemakaian
formalin pada mie basah dan tahu di kota Banda Aceh. Sampel mie basah dan tahu diambil dari
produsen dalam kawasan Banda Aceh, yaitu Pasar Penayong, Pasar Aceh, Pasar Setui, Pasar
Keutapang dan Pasar Lamnyong, sedangkan tahu pada pabrik tahu di Desa Batoh dan Pango.
Identifikasi formalin pada mie basah dan tahu dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan
KMnO4. Dari hasil penelitian bahwa mie basah di kawasan Banda Aceh terbukti positif
mengandung formalin, sedangkan pada tahu negatif. Dalam hal ini menunjukkan bahwa
masyarakat khususnya produsen mie basah di Banda Aceh masih banyak menggunakan formalin
sebagai bahan pengawet makanan.
Kata kunci: formalin, KMnO4, mie basah, dan tahu
1. Latar Belakang Bahan aktif adalah bahan yang di-
tambahkan dan dicampurkan sewaktu peng-
olahan makanan untuk meningkatkan mutu.
Bahan aktif dapat berupa pewarna, penyedap
rasa dan aroma, pemantap, antioksidan,
pengental, pengemulsi, anti gumpal, pemucat
dan pengawet (Winarno, 1992).
Namun, sekarang banyak penyalah-
gunaan bahan kimia sebagai pengawet
makanan seperti formalin. Salah satu bahan
makana yang rawan penambahan formalin
adalah mie basah, karena mie basah mengan-
dung kadar air yang tinggi dan memiliki daya
awet yang rendah. Untuk memperpanjang masa
simpan mie basah, produsen sering meng-
awetkan dengan cara sederhana dan mudah
namun membahayakan bagi kesehatan seperti
dengan menambahkan formalin (Astawan,
2005). Selain mie basah, bahan makanan
lainnya yang rawan penambahan formalin
adalah tahu, ikan asin dan ikan segar
(Anonymous, 2006).
Suharjono (2006) mengatakan bahwa
ada beberapa hal yang menyebabkan pema-
kainan formalin untuk pengawet makanan
meningkat, antara lain harganya jauh lebih
murah dibandingkan pengawet lainnya seperti
natrium benzoate atau natrium sorbat, jumlah
yang digunakan tidak perlu sebesar pengawet
lainnya, mudah digunakan untuk proses peng-
awetan karena bentuknya larutan dan waktu
pemrosesan pengawetan lebih singkat. Di
samping itu zat tersebut mudah didapatkan di
pasaran dan rendahnya pengetahuan masya-
rakat tentang bahaya formalin.
-
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
16
Penggunaan formalin pada makanan
sangat meresahkan masyarakat, padahal
formalin merupakan bahan kimia yang sudah
dilarang secara resmi sejak Oktober 1988
melalui Permenkes nomor 722/Menkes/per/
IX/1988. Selain bertentangan dengan
Permenkes, penggunaan formalin untuk bahan
pangan tidak sesuai dengan Undang-Undang
Pangan nomor 7 tahun 1996 dan Peraturan
Pemerintah nomor 28 tahun tahun 2004
tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan. Tata
cara perniagaan formalin diatur dengan
Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan nomor 254/MPP/Kep/7/2000.
Formalin merupakan senyawa kimia yang
digunakan untuk pembersih lantai dan
pembersih pakaian (Suharjono,2006).
Pemakaian formalin pada makanan
dapat menyebabkan keracunan pada tubuh
manusia. Menurut International Programme
on Chemical Safety (IPCS), ambang batas
aman formalin dalam tubuh adalah 1 ppm.
Gejala yang biasa timbul antara lain sukar
menelan, sakit perut akut disertai muntah-
muntah, mencret berdarah, timbulnya depresi
susunan syaraf, atau gangguan peredaran
darah. Konsumsi formalin dengan dosis sangat
tinggi dapat mengakibatkan konvulsi (kejang-
kejang), haematuri (kencing darah) dan
haimatomesis (muntah darah) yang berakhir
dengan kematian. Injeksi formalin dengan
dosis 100 gram dapat mengakibatkan kematian
dalam waktu 3(tiga) jam (Astawan,2005).
Untuk meminimalisir kasus penyalah-
gunaan formalin sebagai bahan pengawet
makanan, perlu dilakukan upaya peningkatan
kesadaran dan pengetahuan bagi produsen dan
konsumen tentang bahaya pemakaian bahan
kimia yang bukan termasuk katagori BTP
seperti formalin. Upaya kearah ini dapat
dilakukan dengan cara sosialisasi dari badan
atau dinas pemerintah terkait, adanya regulasi
yang baik dari pemerintah dan tindakan hukum
yang tegas kepada pelanggar.
Uji kualitatif formalin dalam makanan
dapat dilakukan dengan KMnO4, sedangkan
analisis kuantitatif dapat dilakukan dengan
spektrofotometri meggunakan larutan Nash
(Williams,1984), 2,4- dinitrofenilhidrazin
(Hadi, 2003) dan alkanon dalam media garam
asetat (Supriyanto, 2008). Hadi (2003)
melaporkan bahwa analisis formalin
menggunakan 2,4- dinitrofenilhidrazin dalam
tahu diperoleh nilai rekoveri 85,3 + 3,92 % dan
dalam bakso 43,91 + 3,73%, dengan batas
deteksi 11,43 pg/mL, sedangkan dengan
alkanon dalam media garam asetat
menggunakan spektrofotometer dapat meng-
analisis kadar formalin sampai 3 ppm
(Supriyanto, 2008). Selain itu formalin dapat
juga dianalisa dengan asam kromotropat yang
dilarutkan dalam asam sulfat (BPPOM, 2000).
Formalin merupakan aldehid yang
paling sederhana karena gugus aldehid hanya
berikatan dengan salah satu atom hidrogen.
Senyawa ini bersifat polar, mudah larut dalam
air dan mudah menguap (Fesseden,1999).
Berdasarkan sifat kimia tersebut, maka pada
penelitian ini sampel yang diidentifikasi
mengandung formalin diberi perbedaan
perlakukan dengan dicuci dan direndam dalam
air mendidih.
Pada penelitian ini dilakukan uji
kualitatif formalin dengan KMnO4. Sampel
yang diidentifikasi adalah mie basah dan tahu
yang diambil ditempat produsen, yaitu; Mie
Basah: Peunayong, Setui, Pasar Aceh,
Ketapang dan Lamnyong. Tahu: Pango dan
Batoh.
Berdasarkan uraian di atas maka yang
menjadi permasalahan dalam penelitian ini
adalah apakah dalam produk mie basah dan
tahu di kota Banda Aceh mengandung
formalin? Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui ada atau tidaknya kandungan
formalin pada produk mie basah dan tahu di
kota Banda Aceh. Hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat memberi informasi kepada
masyarakat sebagai konsumen mengenai ada
tidaknya kandungan formalin dalam produk
mie basah dan tahu yang diproduksi si sekitar
kota Banda Aceh, dan bahaya yang ditim-
bulkan bagi kesehatan bila mengkonsumsi
secara berlebihan produk mie basah dan tahu
-
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
17
yang mengandung formalin.
1. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di Labora-
torium Penelitian Kimia FMIPA Unsyiah.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang dilakukan adalah, pipet
tetes, labu ukur, pipet volum, gelas kimia,
spatula, gelas ukur, corong, penghisap. Bahan-
bahan yang digunakan adalah sampel mie
basah yang di ambil di beberapa titik yaitu
Pasar Aceh, Peunayong, Setui, Ketapang dan
Lamnyong, Sedangkan tahu di ambil di Desa
Pango dan Batoh, KMnO4 (0,0004 M), dan
aquades.
Populasi dan Sampel
Sampel Mie Basah dan Tahu
a. Sampel mie basah dan tahu di ambil di
pasar kawasan kota Banda Aceh.
b. Sampel mie di ambil sebanyak 1/2 kg dan
tahu 6 potong dari masing-masing lokasi,
kemudian dimasukkan kedalam plastic dan
diikat dengan rapat untuk menjaga kadar
formalin dalam mie basah dan tahu tidak
berkurang, karena formalin mudah
menguap (volatile) di udara bebas.
Prosedur Kerja
Pembuatan Kalium Permanganat
(KMnO4 0.004 M)
a. Ditimbang serbuk KMnO4 sebanyak 0,05 gr
b. Kemudian dimasukkan ke dalam gelas
kimia dan dilarutkan dengan 10 ml
aquades.
c. Dimasukkan larutan KMnO4 tersebut ke
dalam labu ukur 100 ml dan diencerkan
sampai tanda batas.
d. Dipipet larutan KMnO4 yang sudah di
encerkan sebanyak 5 ml dan dimasukkan
kedalam labu ukur 100 ml dan diencerkan
sampai tanda batas.
e. Larutan KMnO4 ini berwarna pink.
Uji Kualitatif
a. Dilarutkan serbuk kalium pemanganat ke
dalam air hingga larutan berwarna pink
b. Dimasukkan potongan sampel ke dalam
larutan kalium pemanganat
c. jika warna pink hilang atau berkurang maka
positif adanya formalin dalam sampel.
(BPPOM,2000)
2. Hasil dan Pembahasan Pengamatan Identifikasi Formalin
secara Kualitatif
Pada penelitian ini diidentifikasi tujuh
sampel bahan makanan yaitu, mie basah Pasar
Aceh, mie basah Pasar Peunayong, mie basah
Pasar Seutui, mie basah Pasar Ketapang, mie
basah Pasar Lamnyong, pabrik tahu Pango dan
pabrik tahu Batoh. Sampel yang akan diiden-
tifikasi ditimbang terlebih dahulu dan kemu-
dian dimasukkan ke dalam larutan KMnO4
yang berwarna merah muda. Hasil identifikasi
pada sampel mie basah menunjukkan bahwa
setelah diaduk warna larutan KMnO4 yang
berwarna merah muda lama kelamaan menjadi
berkurang atau hilang, larutan yang semula
merah muda menjadi pudar atau tidak
berwarna. Hal ini mengidentifikasi bahwa
sampel mie basah positif mengandung for-
malin pada uji kualitatif. Sedangkan hasil
identifikasi pada sampel tahu menunjukkan
bahwa setelah diaduk warna larutan KMnO4
yang berwarna merah muda lama kelamaan
menjadi warna pink tua pada tahu pabrik
Pango, sedangkan pada tahu pabrik Batoh
berwarna oranye. Hal ini mengidentifikasikan
bahwa sampel tahu negative mengandung
formalin pada uji kalitatif.
Tabel 1 Data Hasil Pengamatan Positif atau
Negatif Sampel Mengandung Formalin
No Sampel Lokasi
Sampel
Hasil Uji
Kualitatif
1 Mie
Basah
Pasar Aceh (+)
Peunayong (+)
Setui (+)
Ketapang (+)
Lamnyong (+)
2 Tahu Batoh (-)
Pango (-)
Sampel Mie Basah
Pada sampel mie basah yang
diperoleh dari beberapa tempat kawasan kota
Banda Aceh, dimana ada 5 titik yaitu, Pasar
Peunayong, Pasar Aceh, Pasar Setui, Pasar
Keutapang dan Pasar Lamnyong. Sampel mie
basah ada dua jenis yang diambil, yaitu :
-
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
18
a. Mie yang dibuat untuk mie bakso
Mie yang dibuat untuk mie bakso ini
mempunyai sedikit perbedaan dengan mie
goreng, yaitu warnanya putih tidak terlalu
kuning dan bentuknya sedikit lebih kecil dari
mie goreng. Untuk sampel mie bakso ini
ditimbang sebanyak 20 gram, kemudian
dimasukkan ke dalam 100 ml larutan KMnO4
yang berwarna pink yang sudah dibuat dan
dimasukkan ke dalam gelas kimia ukuran 250
ml, selanjutnya di aduk dan sidiamkan sambil
diperhatikan selama + 5 menit sampai larutan
yang berwarna pink itu pudar/hilang, dan hasil
percobaan ternyata pada mie bakso itu terbukti
positif adanya formalin.
b. Mie yang dibuat untuk mie goreng
Mie yang dibuat untuk mie goreng ini
mempunyai ciri-ciri, yaitu warnanya kuning,
kenyal, mengkilat dan bentuknya sedikit lebih
besar dari mie bakso. Pengujian pada mie
goreng ini dilakukan dengan cara menimbang
sebanyak 20 gram sampel, kemudian
dimasukkan kedalam 100 ml larutan KMnO4
yang berwarna pink yang sudah dibuatdan
dimasukkan ke dalam gelas kimia ukuran 250
ml. selanjutnya di aduk dan di diamkan sambil
diperhatikan selama + 5 menit sampai larutan
yang berwarna pink itu pudar/hilang dan hasil
percobaan pada mie goreng ini hasilnya sama
juga seperti pada mie bakso yang positif
adanya formalin.
Sampel Tahu
Pada sampel tahu yang diambil di
pabrik tahu yang ada di kawasan kota Banda
Aceh ada 2 pabrik tahu yaitu, pabrik tahu di
Pango dan pabrik tahu di Batoh.
Pada tahu di pabrik pango hanya dibeli
sebanyak Rp.2000 dapat 6 potong, dengan ciri-
cirinya berwarna putih berbentuk segi empat
dengan kondisi tahu bagus dan kenyal dengan
baunya yang menyengat, tahu dimasukkan ke
dalam plastic yang diikat dengan rapat tanpa
bias masuk udara dari luar. Pengujian pada
tahu ini dilakukan dengan cara menimbang
sebanyak 30 gram sampel, kemudian
dimasukkan kedalam 100 ml larutan KMnO4
yang berwarna pink yang sudah dibuat dan
dimasukkan ke dalam gelas kimia ukuran 250
ml, selanjutnyadi aduk dan didiamkan sambil
diperhatikan selama + 5 menit sampai larutan
yang berwarna pink itu berubah menjadi warna
pink tua tidak pudar warnanya/hilang.
Perubahan ini bias disebabkan adanya zat-zat
lain yang bereaksi dengan KMnO4 yang tidak
kita ketahui, waktu di beli tahu ini langsung di
ambil di dalam ember yang terbuka.
Pada tahu di pabrik Batoh juga dibeli
sebanyak Rp.2000 dapat 6 potong dengan ciri-
cirinya berwarna putih berbentuk segi empat
dengan kondisi tahu kurang bagus sedikit
kerusakan dan kenyal dengan baunya yang
menyengat, tahu di masukkan ke dalam plastic
yang diikat rapat untuk menghindari konta-
minasi dengan udara luar. Pengujian pada tahu
ini dilakukan dengan cara menimbang
sebanyak 30 gram sampel kemudian dima-
sukkan kedalam 100 ml lerutan KMnO4 yang
berwarna pink yang sudah dibuat dan
dimasukkan ke dalam gelas kimia ukuran 250
ml, selanjutnya di aduk dan di diamkan sambil
diperhatikan + 5 menit sampai larutan yang
berwarna pink itu berubah menjadi warna
orange tidak pudar/hilang. Mungkin ini
disebabkan tahu yang digunakan adalah tahu
sisa dari pasar yabg tidak habis terjual, waktu
dibeli tahunya di ambil dalam mobil yang baru
pulangdati pasar dan sisa tahunya masih berada
di dalam mobil dalam keadaan terbuka di
udara bebas, jadi kemungkinan besar formalin
sudah berkurang karena menguap di udara
bebas, bahkan bias juga disebabkan karena
adanya zat-zat lain yang bereaksi dengan
KMnO4.
Dari hasil pengujian pada sampel mie
basah yang diperoleh dari beberapa tempat
kawasan di kota Banda Aceh, di mana ada 5
titik yaitu, Pasar Peunayong, Pasar Aceh, Pasar
Setui, Pasar Keutapang dan Pasar Lamnyong,
tedapat hasil yang sama pada tiap-tiap
pengujian sampelnya yaitu terbukti positif
adanya formalin, sedangkan pada sampel tahu
hasilnya negative.
Pada analisis kualitatif, perubahan
warna pada larutan KMnO4 disebabkan karena
-
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
19
aldehid mereduksi KMnO4 sehingga warna
larutan yang asalnya pink menjadi akhirnya
pudar/hilang. Hal ini menjadi dasar dalam
pemilihan untuk melakukan uji kuantitatif
formalin.
3. Kesimpulan Sampel mie basah yang diambil dari lima
tempat yang ada di Kota Banda Aceh semua
positif mengandung formalin, sedangkan tahu
tidak mengandung formalin. Hal ini n
masyarakat produsen mie basah masih banyak
menggunakan formalin sebagai pengawet
makanan
-
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
23
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2000, Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional No.3/Makanan dan Minuman,
Balai Pusat Penelitian Obat dan Makanan, Jakarta.
Anonymous, 2005, The Complete Drug Reference 34th
, Pharmaceutical Press.
Anonymous, 2006, Penggunaan Formalin Pada Bahan Pangan, http://www.iptek.net.id .
Ariens, E.J. C.S, 1986, Toksinologi Umum: Pengantar, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Astawan, M., 2005, Mie Lezat Bergizi Tapi Rawan Formalin, http://www.gizi.net.
http://www.kompas.co.id.
Budavari, S.,1989, The Merck Index an Encyclopedia of Chemical, 7th
Edition, Merck and Co,.
Inc,Rahway, U.S.A.and
Curdova, E., Lenka, V., Miloslav, S., Petr, B., and Jiri, G., 2003, ICP-MS Determination of Heavy
Metals in Submerged Cultures of Wood-Rotting Fungi, Department of Analytical
Chemistry, Institute of Chemical Technology in Prague, Czech Republic.
Fessenden, R.J. dan Fessenden, J.S., 1999, Kimia Organik Edisi Ketiga, Erlangga, Jakarta.
Judarwanto, W., 2006, Pengaruh Formalin Bagi Sistem Tubuh, www.puterakembara.org .
Hadi, A.D., 2003, Penggunaan Metode Spektrofotometri Sinar Tampak Untuk Penentuan
Formaldehida Dalam Makanan Dengan Pereaksi 2,4-Dinitrofenilhidrazyn, Departemen
Farmasi ITB, Bandung.
Harmita, 2006, Amankah Pengawet Bagi Manusia, Depaartemen Farmasi FMIPA-UI, Depok,
Jakarta.
Kealey and Fifield, D., 2000, Principles and Practice of Analytical Chemistry, Blackwell Science
Paris, Prancis.
Padjaatmaka, H.A dan Setiono, 1994, Buku Ajar Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik,
Terjemahan dari Vogels Textbook of Quantitative Inorganic Analysis Including Elementary Instrumental Analysis 4
th Edition oleh Basset, J., Denny, R.C., Jeffrey, G.H.
dan Mendham, J., Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Riawan, S., 1990, Kimia Organik, Binapura Aksara, Jakarta.
Sartono, 2001, Racun dan Keracunan, Widya Medika, Jakarta.
Skoog, A.D., M.Donald and James, H, 1997, Fundamentals of Analytical Chemistry, Harcourt
Collage Publishers. Tokyo.
Sopyan, I., 1999, Analysis Kimis Kuantitatif, Edisi Keenam, Terjemahan dari Quantitative Analysis
Sixth Edition oleh Underwood, AL., and R. A. Day., Erlangga, Jakarta.
Suharjono, 2006, Mengambil Hikmah Kasus Formalin, www.kagamamm_ugm.com.
Sukesi, 2006, Cara Baru Kurangi Kadar Formalin, Institut Teknologi Sepuluh November,
Surabaya.
Supriyanto, G., 2006, Analisis Bahan Tambahan Pangan Masyarakat Bisa Kontrol Kualitas
Makanan, www.jatim.go.id.
Williams, S., 1984, Official Methods Of Analysis, Fourth Edition, Published by The Association of
Official of Official Analytical Chemistry, Inc, Virginia, U.S.A.
Winarno, F.G dan Titi, S.R., 1994, Bahan Tambahan untuk Makanan dan Kontaminan, Pustaka
Sinar Harapan.
Winarno, F.G., Fardiaz, S.,cdan Fardiaz, d., 1980, Pengantar Teknologi Pangan, PT.Gramedia,
Jakarta.
http://www.sobatsehat.com/2010/04/28/ciri-ciri-makanan-mengandung-formalin/
http://www.ebookpangan.com/ARTIKEL/Mengawetkan%20 tahu%20tanpa%20formalin.pdf
http://ebook-free-download.com/boraks-pada-makanan.html
http://etd.eprints.ums.ac.id/745/1/a420040094.pdf
-
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
24
http://smk3ae.wordpress.com/2008/06/09/:
http://www.distan.pemda-diy.go.id
-
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
25
Potensi Perikanan Tangkap di Kota Banda Aceh Pascatsunami
Rizwan, ST., MT
Jurusan Ilmu Kelautan, Koordinatorat Kelautan dan Perikanan
Universitas Syiah Kuala
email: [email protected]
Abstrak
Potensi perikanan tangkap di Kota Banda Aceh sebelum terjadinya Gempa dan Tsunami
prospeknya sangat bagus, setelah terjadinya musibah tersebut potensi perikanan tangkap di Kota
Banda Aceh mulai menurun, ini dikarenakan oleh banyaknya kehilangan armada perikanan,
nelayan, sehingga untuk mengelola potensi perikanan tersebuttidak dapat dilakukan. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui kembali potensi perikanan tangkap yang terdapat di Kota Banda
Aceh, dengan melakukan permalan kurun waktu 10 tahun kedepan dengan metode ARIMA 1.0.1
dan 2.0.1, dan menggunakan 3 variabel yaitu armada perikanan, nelayan dan hasil tangkapan.
Hasil peramalan tersebut adalah pertumbuhan armada perikanan 44 unit pertahun, nelayan 519
orang pertahun dan hasil tangkap 4431.5615 ton pertahun.
Kata Kunci : kapal Perikanan, Alat Tangkap, Hasil Tangkapan.
Pendahuluan
Kota Banda Aceh menempati daerah dataran,
dengan penduduk 264.845 jiwa, dengan
kepadatan terkonsentrasi pada pusat kota dan
melebar ke barat dan ke arah pantai. Sebagai
Ibu Kota Provinsi Aceh, Kota Banda Aceh
dilengkapi dengan berbagai prasarana dan
sarana berskala Regional dan Nasional, dengan
intensitas kegiatan perkotaan yang cukup
tinggi. Bahkan sebagai pintu gerbang barat
Indonesia, Banda Aceh juga memiliki fungsi
perhubungan internasional yang semakin
mempertinggi fungsi pelayanan kota ini.
Secara geografis Kota Banda Aceh 05030
05035
Lintang Selatan dan 95
030
99016
Bujur Timur, dimana batas dari Kota Banda
Aceh adalah sebagai berikut :
Sebelah utara : Selat Malaka Sebelah selatan : Kabupaten Aceh Besar Sebelah Barat : Samudera Indonesia Sebelah Timur : Kabupaten Aceh Besar Keadaan topografi Kota Banda Aceh
dikelilingi langsung oleh laut, tinggi rata rata Kota Banda Aceh 0,80 meter diatas permukaan
laut. Kota Banda Aceh secara administratif
memiliki luas 61.36 Km2 yang terdiri dari 9
kecamatan, 69 desa, dan 20 kelurahan.
Keadaan Kota Banda Aceh dapat dilihat seperti
pada gambar 1.
-
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
24
Gambar 1. Peta Kota Banda Aceh
Dari data bathimetri diketahui bahwa rata-rata
perairan pantai yang ada di Provinsi Aceh
mempunyai kemiringan 4% - 6%, kedalaman
6 meter dari MSL atau 5 meter dari LWS
berada pada jarak 150 meter garis pantai.
Kecuali perairan Sabang yang mempunyai
kemiringan antara 30% - 60%, kedalaman -
4,00 meter LWS dicapai pada jarak 20
meter, sedangkan kedalaman -14,00 meter
LWS berada pada jarak 80 dari garis pantai.
Kapal penangkap ikan yang digunakan pada
umumnya di Provinsi Aceh, khususnya di Kota
Banda Aceh dapat dibedakan berdasarkan
peralatan tangkap yang digunakan kapal ikan
tersebut. Besarnya ukuran kapal berdasarkan
peralatan tangkap tersebut dapat dilihat dalam
tabel 1 berikut
.
Tabel 1. Ukuran kapal ikan berdasarkan alat tangkap
No Jenis Alat Tangkap Ukuran Armada
1 Hook and Lines (pancing tonda, pancing biasa) 5 20 GT
2 Giil Net (jaring insang tetap, jaring insang hanyut) 10 30 GT
3 Purse Seine (pukat cicin) 20 60 GT
4 Seine Net (Pukat kantong) 20 100 GT
Sumber : Perikanan NAD Dalam Angka 2004
Data komunitas kapal ikan dari tahun 1990
sampai dengan awal tahun 2005 merupakan
data awal untuk meramalkan pertumbuhan
kapal ikan 10 tahun ke depan di Kota Banda
Aceh.
-
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
25
Tabel 2. Jumlah Kapal Penangkap Ikan di Kota Banda Aceh
Sebelum & Pascatsunami
No Tahun Smtr
Kapal
Ikan No Tahun Smtr
Kapal
Ikan
1 1990 I 44
17 1998 I 50
2 1990 II 44
18 1998 II 51
3 1991 I 45
19 1999 I 50
4 1991 II 44
20 1999 II 50
5 1992 I 46
21 2000 I 52
6 1992 II 46
22 2000 II 51
7 1993 I 47
23 2001 I 57
8 1993 II 46
24 2001 II 57
9 1994 I 47
25 2002 I 58
10 1994 II 48
26 2002 II 58
11 1995 I 49
27 2003 I 59
12 1995 II 48
28 2003 II 6
13 1996 I 48
29 2004 I 63
14 1996 II 49
30 2004 II 30
15 1997 I 49
31 2005 I 31
16 1997 II 49
Sumber : Perikanan Aceh Dalam Angka 2005
Dari tabel 2, jumlah armada kapal bertambah,
di karenakan terjadinya bongkar muat hasil
tangkapan ikan di kota Banda Aceh, sehingga
komunitas kapal ikan terus bertambah, adapun
armada yang singgah di Kota Banda Aceh
adalah Armada kapal ikan dari pesisir timur
(Meureudu, Tringgadeng, Panteraja,
Lhokseumawe, Idi, dan Langsa) dan pesisir
Barat (Meulaboh, Calang, Blang Pidie, dan
Simeuleu).
Sedangkan jumlah produksi perikanan dari
tahun-ketahun di Kota Banda sebelum
terjadinya gempa dan gelombang tsunami
seperti terdapat pada tabel 3.
-
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
26
Tabel 3. Jumlah Produksi Perikan di Kota Banda Aceh sebelum dan pascatsunami
No Tahun Smtr Produksi
Perikanan (Ton) No Tahun Smtr
Produksi
Perikanan
(Ton)
1 1990 I 4355 17 1998 I 5742
2 1990 II 5355.1 18 1998 II 5631
3 1991 I 5425.3 19 1999 I 5796.2
4 1991 II 4595.5 20 1999 II 5943.1
5 1992 I 4731.5 21 2000 I 6044
6 1992 II 5670.4 22 2000 II 6357.5
7 1993 I 5324.1 23 2001 I 6578.3
8 1993 II 5456 24 2001 II 6592
9 1994 I 5630.3 25 2002 I 6994.7
10 1994 II 5471.2 26 2002 II 7023.3
11 1995 I 5795.5 27 2003 I 7521.4
12 1995 II 5793.2 28 2003 II 6623.1
13 1996 I 5800.3 29 2004 I 7018.1
14 1996 II 5802.9 30 2004 II 1289
15 1997 I 5637.5 31 2005 I 1296
16 1997 II 5569.9
Sumber : DKP Kota Banda Aceh, 2005
Dari tabel 3. diatas dapat dilihat produksi
perikanan tangkap terus meningkat dari tahun
ke tahun dan hasil tangkapan tersebut selain
dikosumsikan di daerah seperi di Kota Banda
Aceh dan di sekitanya, ada juga yang di jual
keluar daerah seperti ke sekitar Pulau
Sumatera. Setelah terjadinya gempa dan
gelombang tsunami umumnya di Prov. Aceh
khususnya di Kota Banda Aceh, penurunan
hasil tangkapan ikan di Kota Banda Aceh turun
drastis dipenghujun tahun 2004 dan awal tahun
2005.
Sedangkan jumlah nelaya dari tahun-ketahun
di Kota Banda Aceh baik sebelum terjadinya
benca alam gempa dan tsunami seperti terdapat
pada tabel 4.
-
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
27
Tabel 4. Jumlah Nelayan Sebelum & Pascatsunami di Kota Banda Aceh
No Tahun Smtr Nelayan No Tahun Smtr Nelayan
1 1990 I 508
17 1998 I 666
2 1990 II 508
18 1998 II 667
3 1991 I 522
19 1999 I 677
4 1991 II 521
20 1999 II 677
5 1992 I 560
21 2000 I 716
6 1992 II 560
22 2000 II 715
7 1993 I 573
23 2001 I 803
8 1993 II 572
24 2001 II 803
9 1994 I 591
25 2002 I 841
10 1994 II 592
26 2002 II 841
11 1995 I 604
27 2003 I 887
12 1995 II 603
28 2003 II 888
13 1996 I 616
29 2004 I 898
14 1996 II 617
30 2004 II 251
15 1997 I 634
31 2005 I 272
16 1997 II 634
Sumber : DKP Kota BandaAceh,2005
Dari tabel 4 dapat dilihat pertumbuhan nelayan
di Kota Banda Aceh dari tahun-ketahun
bertambah, pertambahan nelayan dari tahun ke
tahun di Kota Banda Aceh dipengaruhi oleh
jumlah pertumbuhan penduduk yang ada,
sedangkan di akhir tahun 2004 dan awal tahun
2005 jumlah nelayan di Kota Banda Aceh turun
drastis, ini di karenakan terjadinya bencana
alam gempa dan gelombang tsunami.
Tinjauan Pustaka
Kemampuan para nelayan dan pembudidayaan
ikan agar secepatnya mampu memulai
usahanya dan berproduksi seperti sediakala dan
bila mungkin dapat lebih ditingkatkan. Dalam
rangka mendorong ekonomi masyarakat
nelayan dan pembudidaya ikan serta
masyarakat pesisir lainnya, kebijakan yang
ditempuh oleh Departemen Kelautan dan
Perikanan antara lain adalah (Aceh
Recontruction. Bapennas/DKP Jakarta, 2005), :
Pada tahun pertama, dilakukan fasilitasi
kegiatan ekonomi masyarakat pesisir yang
sifatnya mendesak (immediate livelihood
supports), termasuk didalamnya kegiatan
ekonomi sementara (temporary livelihood)
yaitu menciptakan lapangan pekerjaan
sementara untuk memberikan penghasilan bagi
keluarga (work for cash scheme). Kegiatan
ekonomi sementara dapat berupa perbaikan
kapal, pembersihan tambak perbaikan atau
pembersihan sarana prasarana lain
-
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
28
dimaksudkan (Aceh Reconstruction,
Bappenas/DKP, Jakarta:2005).
-
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
29
Upaya pengembangan usaha
perikanan dilakukan melalui kegiatan utama
seperti:
a. Rehabilitasi perikanan tangkap Kebijakan penyediaan sarana dalam tahun pertama
diprioritaskan untuk penangkapan skala
kecil dimaksudkan untuk mendorong
nelayan segera kembali ke laut. Kebijakan
pengembangan sarana diharapkan mampu
mendorong peningkatan produksi per-
ikanan yang berasal laut di atas 12 mil
sekitar NAD yang pengelolaannya dilak-
sanakan melalui sistem perguliran, pola
kemitraan dengan nelayan, dan melalui
pola Badan Usaha Milik Rakyat (BUMR)
serta pengembangan sentra-sentra usaha
perikanan berbasis perikanan terpadu.
Peramalan Peramalan merupakan alat bantu untuk
mengestimasi terhadap keadaan dimasa depan,
karakteristik dari suatu metode paramalan
harus dipahami supaya sesuai dengan situasi
pengambilan keputusan. Secara umum metode
peramalan dibagi dua katagori utama yaitu
(Gitosarsudarmo, 1984) :
1) Metode Kuantitatif, terdiri dari Time Series (runtun waktu) metode kausal
2) Metode kualitatif terdiri dari : metode eksploratoris normatif
Metode Kuantitatif formal didasarkan
atas prinsip-prinsip statistik yang memiliki
tingkat ketepatan tinggi atau meminimumkan
kesalahan (error), lebih sistematis dan lebih
populer dalam penggunaannya. Untuk
menggunakan metode kuantitatif terdapat tiga
kondisi yaitu :
1) Tersedianya informasi tentang masa lalu 2) Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan
dalam bentuk data numerik
3) Diasumsikan bahwa beberapa pola masa lalu akan terus berlanjut
Metode Times Series/Univariat
Times series Method atau metode runtun waktu
adalah suatu analisa dimana diusahakan
menggambarkan pola perkembangan dan
produksi/penjualan pada runtun waktu telah
lewat untuk memperoleh besar kecilnya tingkat
perkembangan produksi tahunan. Analisa
Times series disebut juga univariat method,
data historis memeberikan pola pergerakan
atau pertumbuhan permintaan pasar. Dengan
pola tersebut dapat memeperkirakan, mera-
malkan permintaan pasar dimasa akan datang.
Didalam univariat method menggunakan
ARIMA (1.0.1) dan ARIMA (2.0.1)
(Makridakis, Wheelwright, Mcgee, 1988)
Selanjutnya rumus dari univariat
method ARIMA (1.0.1) dan (2.0.1) adalah
sebgai berikut :
1111
'
tttteeZZ
(1)
Dimana :
Zt = jumlah pertumbuhan yang dicari
= nilai konstan
= parameter moving eiverage ke t
t = parameter autoregresi ke t
et = nilai galat pada saat t
112211
'
ttttteeZZZ
(2)
Dimana :
Zt = Jumlah Pertumbuhan yang dicari
= nilai konstan
= parameter moving everage ke t
t = parameter autoregresi ke t
et = nilai galat pada saat ke - t
Metode Penelitian
Pada metode penelitian ini dilakukan dengan
cara pengambilan data langsung dilapangan,
terutama data kapal ikan, hasil tangkapan dan
jumlah nelayan berdasarkan pertumbuhan
penduduk setiap tahunnya, selanjutnya
dilakukan peramalan dengan Metode Times
Series/Univariat, data yang diperlukan kurung
waktu 10 tahun kebelakang, dan akan
dilakukan pemaralan dengan metode tersebut
dengan kurung waktu 10 tahun kedepan.
-
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
30
Hasil dan Pembahasan
Dari data yang terdapat pada tabel 3, maka
di dapat grafik peramalan pertumbuhan
kapal penangkap ikan di Kota
Banda Aceh untuk 10 tahun kedepan seperti
terlihat pada hasil ranning dari ARIMA
2.0.1 dan gambar 2 di bawah ini.
Tabel 5 Peramalan Kapal Ikan
di Kota Banda Aceh
Tahun Smt
r
Hasil
Foreces
Pembul
atan
2005 II 32.1396 32
2006 I 37.7563 38
2006 II 38.2240 38
2007 I 41.5207 42
2007 II 41.6764 42
2008 I 43.6157 44
2008 II 43.6369 44
2009 I 44.7802 45
2009 II 44.7511 45
2010 I 45.4267 45
2010 II 45.3848 45
2011 I 45.7850 46
2011 II 45.7457 46
2012 I 45.9832 46
2012 II 45.9514 46
2013 I 46.0926 46
2013 II 46.0687 46
2014 I 46.1529 46
2014 II 46.1358 46
2015 I 46.1861 46
Gambar 2. Grafik Pertumbuhan Kapal Ikan
Gambar 3. Grafik Pertumbuhan kapal Perikanan
Berdasarkan hasil Ranning ARIMA 2.0.1 dan persamaan diatas maka didapat persamaan: nZt =
22,106 0,0347 Zt-1 + 0,5591 Zt-2 + at 0,9281 at-1 (3)
Hasil peramalan dengan Ranning ARIMA 2.0.1 dapat dilihat di bawah ini :
2015105
47
42
37
32
Index
for_
kpl
p lot forecast kapal
-
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
31
ARIMA Model: kapal
Final Estimates of Parameters
Type Coef SE Coef T P
AR 1 -0.0364 0.2752 -0.13 0.896
AR 2 0.5900 0.2650 2.23 0.035
MA 1 -0.9324 0.1699 -5.49 0.000
Constant 20.639 2.055 10.04 0.000
Mean 46.226 4.602
Number of observations: 31
Residuals: SS = 850.888 (backforecasts excluded)
MS = 31.514 DF = 27
Modified Box-Pierce (Ljung-Box) Chi-Square statistic
Lag 12 24 36 48
Chi-Square 3.3 4.9 * *
DF 8 20 * *
P-Value 0.911 1.000 * *
Period Forecast Lower Upper
32 32.1396 21.1344 43.1448
33 37.7563 22.9801 52.5326
34 38.2240 22.2254 54.2226
35 41.5207 24.5724 58.4690
36 41.6764 24.3875 58.9653
37 43.6157 26.0376 61.1938
38 43.6369 25.9565 61.3172
39 44.7802 27.0080 62.5524
40 44.7511 26.9476 62.5545
41 45.4267 27.5937 63.2597
42 45.3848 27.5423 63.2274
43 45.7850 27.9328 63.6371
44 45.7457 27.8906 63.6008
45 45.9832 28.1250 63.8414
46 45.9514 28.0923 63.8104
47 46.0926 28.2326 63.9527
48 46.0687 28.2084