TEK Edisi April
description
Transcript of TEK Edisi April
Daging Sapi20,25%
Beras3,17%
Cabe Merah26,53%
Bawang187,84%
| Ancaman Krisis Pangan Indonesia
| Kebijakan Stabilisasi Pangan Untuk Menekan Laju Inflasi
| Diversifikasi Sebagai Langkah Pencapaian Ketahanan Pangan
| Endogenous Poverty Line| Perkembangan Ekonomi Domestik
Infl
asi V
ola
tile
Fo
od
14,2
0%(y
oy)
Pembina : Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Pengarah : Sekretaris Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian, Deputi Ekonomi Makro dan Keuangan Koordinator : Bobby
Hamzar Rafinus Editor : Edi Prio Pambudi, M Edy Yusuf Analis : Windy Pradipta, Masyitha Mutiara
Ramadhan, Fitria Faradila, Insani Sukandar, Alexcius Winang, Dara Ayu Prastiwi, Oktya Setya
Pratidina, Riski Raisa Putra, Al isa Fatimah Distribusi : Chandra Mercury Kontributor : Ratih
Purbasari Kania, Adji Dharma, Ahmad Rifa' i Sapta, Erns Saptenno, Niken Wulandari , Very Yanto,
Predi Mul iansyah, Bustanul Arifin, Tim Pemantauan dan Pengendal ian Inflasi , Komite Kebijakan
KUR, Tim Koordinasi Kebijakan Stabil isasi Harga Pangan Pokok.
UPAYA MEMBANGUN KETAHANANPANGAN NASIONAL 9
Ancaman Krisis Pangan Indonesia|
Pelajaran Berharga Krisis Pangan 2007-2008|
Distorsi Struktur Pangan Komoditas|
Diversifikasi Pangan|
Mencari Alternatif Solusi dari Kebuntuan
Kemandirian Pangan: Pembenahan Infrastruktur
Pertanian Secara Komprehensif|
Sejarah Kebijakan Pangan Indonesia|
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan diterbitkan dalam rangka meningkatkan pemahaman pimpinan daerah terhadap perkembanganindikator ekonomi makro dan APBN, sebagai salah satu Direktif Presiden pada retreat di Bogor, Agustus 2010
KOORDINASI KEBIJAKAN EKONOMI 2
Upaya Pemerintah Untuk Stabilisasi Harga Produk
Hortikultura dan Daging Sapi
EKONOMI INTERNASIONAL 4
Perkembangan Ekonomi Siprus
EKONOMI DOMESTIK 5Perkembangan Ekonomi Domestik Indonesia
EKONOMI DAERAH 7Koordinasi Ketahanan Pangan Daerah
KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) & UKM 30
Penyaluran KUR Maret 2013
OPINI PAKAR 21
Membangun Ketahanan Pangan Indonesia -
Prof. Bustanul Arifin, M.S., Ph.D |
KEUANGAN 23
Bank BUMN Bagikan Deviden Rp 12,72 Triliun
BUMN 24
Sinergitas BUMN dalam Mencapai Swasembada
Daging 2014
FISKAL & REGULASI EKONOMI 25
Pengelolaan Penerimaan Denda Lalu Lintas
MP3EI 27
Progres 43 Regulasi dalam Debottlenecking
Proyek MP3EI Indonesia
KETENAGAKERJAAN 28Publikasi ILO: Tren Ketenagakerjaan dan
Sosialisasi di Indonesia 2012 "Upaya Untuk
Menciptakan Ekonomi yang Adil dan
Berkelanjutan
Kementerian Koordinator Bidang Ekonomi - Republik Indonesia
KAJIAN PEMBANGUNAN 31
Endogenous Poverty LineLAPORAN KEGIATAN 32
Myanmar Menyambut Positif Investasi BUMN
Indonesia
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian - Republik Indonesia
imelprayoga.blogspot.com
kampus-sipil .blogspot.com
ariesulaeman.wordpress.com
Editorial
Perkembangan ekonomi global tahun 2013
diperkirakan sedikit membaik dibanding tahun 2012
dengan resiko menurun yang perlu mendapat
perhatian, demikian menurut World Economic Outlook
(WEO) April 2013 dari IMF. Pertumbuhan ekonomi
global 2013 diproyeksikan mencapai 3,3%, sedikit di
atas 3,2% tahun 2012. Volume perdagangan dunia dan
harga komoditas nonmigas diharapkan meningkat.
Real itas hingga tahun 2012 menunjukan potensi
percepatan pertumbuhan ekonomi ada pada negara
berkembang, sementara Amerika Serikat tumbuh
lambat, dan Eropa masih belum menentu. Dengan
kondisi tersebut maka resiko ekonomi tahun 2013
diperkirakan akan berasal dari perkembangan kawasan
Eropa. Perlambatan pertumbuhan ekonomi
diperkirakan melanda negara-negara kuat (core
countries) kawasan tersebut, seperti Jerman dan
Perancis. Hal ini akan berdampak pada upaya beberapa
negara lain (periphery countries) seperti Yunani,
Spanyol , dan Portugal dalam memulihkan
perekonomiannya.
Resiko yang berasal dari kelompok negara berkembang
relatif terjaga. Sementara ini negara berkembang
dinilai berhasil mengelola dampak arus modal global
yang masuk seperti terjadinya pemanasan mesin
ekonomi (overheating) . Pertumbuhan ekonomi negara
berkembang relatif mencerminkan potensinya. Namun
demikian negara-negara berkembang, termasuk
Indonesia, perlu terus mewaspadai kecenderungan
arus modal global yang semakin membesar dan nilai
tukar matauang utama dunia yang fluktuatif. Kebijakan
makroprudensial atau pengelolaan arus modal masuk
disarankan agar tidak terjadi ketidakseimbangan
internal .
Perkembangan ekonomi Indonesia hingga triwulan I-
2013 nampaknya mengkonfirmasi perlunya perhatian
yang penuh pada menjaga keseimbangan internal .
Memasuki bulan April 2013 ini laju inflasi telah
mencapai 5,9% (yoy), defisit transaksi berjalan
cenderung naik, dan real isasi defisit APBN 2013
diperkirakan bertambah. Dalam WEO April 2013,
perekonomian Indonesia diproyeksikan tumbuh 6,3%
dengan defisit transaksi berjalan sebesar -3,3% PDB
selama tahun 2013. Perkiraan defisit transaksi berjalan
yang naik dibanding -2,7% PDB tahun 2012
mengindikasikan beratnya tantangan meningkatkan
ekspor dan mengendal ikan impor dalam tahun ini.
Tantangan tersebut antara lain akan kita hadapi dalam
waktu dekat dengan melakukan langkah penyesuaian
harga subsidi BBM agar impor BBM berkurang dan
defisit APBN terkendal i . Kerjasama antar-lembaga
serta dukungan masyarakat diperlukan agar kebijakan
ini berhasil . Untuk itu kiranya tepat salah satu pesan
dari WEO tersebut bahwa dalam tahun 2013 ini
‘policymakers cannot afford to relax their efforts’. Mari
bekerjasama.
Bobby Hamzar Rafinus
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan April 2013 1
Indikator Ekonomi
Usai memimpin Rakortas Tingkat
Menteri tentang Kebijakan
Stabil isasi Pangan khususnya
Hortikultura dan Daging Sapi
tanggal 17 April 2013 yang lalu ,
Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian didampingi oleh
Menteri Pertanian, Menteri
Perdagangan, Menteri
Perindustrian, Wakil Menteri
Keuangan, dan Wakil Menteri PU,
menggelar konferensi pers di
Kantor Menko Bidang
Perekonomian.
Dalam keterangannya tersebut
disampaikan bahwa menurut
laporan dari Badan Pusat Stastistik
(BPS April minggu ketiga 2013)
mayoritas harga-harga yang telah
mulai menurun, yaitu: bawang
putih, cabe merah, telur ayam ras,
cabe rawit, beras termurah, daging
ayam ras, beras umum, migor,
kedelai . Sedang beberapa
komoditas yang mengalami sedikit
kenaikan, yaitu: bawang merah,
gula pasir, dan daging sapi. Untuk
itu, perlu dilakukan upaya
stabil isasi harga yang ditempuh
melalui beberapa kebijakan, antara
lain:
a). Khusus komoditas hortikultura
yang belum dapat diproduksi dari
dalam negeri (bawang putih),
disarankan dibuka importasinya
dengan tetap dilakukan
pengendal ian.
b). Kementerian Perdagangan dan
Kementerian Pertanian diminta
untuk mengevaluasi cakupan
barang produk hortikultura yang
diatur importasinya pada
Pemendag No. 60 tahun 2012 dan
Permentan No. 60 tahun 2012.
Diharapkan Revisi Permendag dan
Permentan tersebut dapat selesai
tanggal 21 April 2013.
c). Penyederhanaan mekanisme izin
impor dengan menggunakan
sistem elektronik melalui
INATRADE, yang selanjutnya
diteruskan secara onl ine ke portal
(Indonesia National Single
Window), diharapkan dapat
mempercepat proses perizinan dan
dapat menjamin kepastian bagi
dunia usaha.
d). Sedangkan untuk daging sapi
dan sapi bakalan yang real isasi
kuota impor triwulan satu 2013
baru sekitar 20% dan daging sapi
18,75%, Kementerian Perdagangan
dan Kementerian Pertanian diminta
untuk memberi peringatan kepada
importir agar segera mempercepat
real isasi importasinya. Bagi importir
yang telah mendapatkan kuota
impor tetapi secara disengaja
memperlambat pelaksanaan
importasinya akan diberi sanksi
tegas.
e). Terhadap harga daging sapi
yang masih bertengger tinggi,
maka perlu dilakukan stabil isasi
harga dengan menambah pasokan
dari luar. Kebijakan pemberian
keterbukaan impor daging sapi
dengan jenis tertentu (prime cut)
untuk segmen pasar tertentu
(HOREKA), yang belum dapat
diproduksi dari dalam negeri
dilakukan dengan tetap
menggunakan instrumen
pengendal ian. Untuk itu,
diharapkan Ditjen Bea Cukai dan
Badan Karantina dapat
melaksanakan tugasnya berdasar
prinsip Best Agricultural Practices.
(baik untuk daging sapi maupun
untuk hortikultura).
f) . Adanya keterbukaan impor dari
jenis daging tertentu tersebut tetap
mempertimbangkan strategi
swasembada daging sapi dan
kerbau.
Merespon keputusan Rakortas
Pangan tentang hortikultura dan
daging sapi diatas, Kementerian
Perdagangan dan Kementerian
Koordinasi Kebijakan Ekonomi
Upaya Pemerintah Untuk Stabilisasi HargaProduk Hortikultura dan Daging Sapi
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan April 20132
"Kementerian
Perdagangan dan
Kementerian
Pertanian telah
melakukan
beberapa kali rapat
dalam rangka
penyederhanaan
mekanisme
importasi: produk
hortikultura, daging
sapi dan sapi
bakalan"
3Tinjauan Ekonomi dan Keuangan April 2013
gratistutorialbook.blogspot.com
Pertanian telah melakukan
beberapa kal i rapat dalam rangka
penyederhanaan mekanisme
importasi: produk hortikultura,
daging sapi dan sapi bakalan.
Sebagai hasil produk kebijakan
terbaru yang mengatur
tentang ketentuan impor
komoditas tersebut, yaitu :
1). Telah diterbitkan
Permentan No.
47/Permentan/OT.140/4/201
3 tentang Rekomendasi
Impor Produk Hortikultura
dan Peraturan Menteri
Perdagangan No. 16/M-
DAG/PER/4/2013 tanggal 22
April 2013 tentang Ketentuan
Impor Produk Hortikultura.
2). Dengan adanya Permendag
No.16/2013 tersebut, maka
Permendag No. 30/M-
DAG/PER/9/2012 sebagaimana
diubah beberapa kal i terakhir
dengan Permendag No. 60/M-
DAG/PER/9/2012 tentang
Ketentuan Impor Produk
Hortikultura dinyatakan tidak
berlaku lagi.
3). Pada Permendag No. 16/2013
terdapat 18 produk hortikultura
yang dikeluarkan dari l ist/daftar
impor Permendag sebelumnya
(Permendag No. 60/2012) yaitu: (i)
kategori hortikultura segar yang
mel iputi : bunga anggrek, bunga
krisan, bunga hel iconia, bawang
putih, kubis, bunga kol , brokol i
bongkolan, kubis, (i i ) kategori
hortikultura olahan mel iputi :
sayuran dikeringkan, bawang putih
bubuk, lada, cabe, cabe bubuk, jus
orange, jus grapefruit, jus anggur,
dan jus blackcurrant.
4). Berdasar Permendag
No.16/2013 importasi hortikultura
tidak lagi menggunakan kuota
melainkan melalui sistem onl ine,
sehingga proses perizinan lebih
sederhana, pelaksanaan
administrasi impor lebih tertib, dan
kepastian berusaha menjadi lebih
terjamin.
5). Pengaturan kebijakan tentang
ketentuan impor daging sapi dan
sapi bakalan juga dilakukan
penyederhanaan melalui satu pintu
(INSW). Disamping itu, untuk
menjaga kecukupan dan
ketersediaan stok daging sapi
dalam negeri, pemerintah juga
mulai memberlakukan
timing/jangka waktu
masuknya real isasi
importasi daging sapi dan
sapi bakalan, serta akan
memberikan sanksi kepada
para importir yang telah
diberi alokasi impor tetapi
tidak segera mereal isasikan
importasinya.
Referensi:
Kementerian Perdagangan,Kementerian Pertanian
nrmnews.com
Niken Wulandari
4
sSiprus merupakan negara yang
terkenal dengan sebutan tax heaven
country. Siprus menetapkan pajak
yang rendah dan tingkat bunga
yang tinggi. Rezim pajak yang
rendah di Siprus sejak akhir tahun
1990an hingga 2000an mendorong
masuknya investasi portofol io ke
Siprus dan pada akhirnya
mengakibatkan bubble dalam
sistem perbankan dan ekonomi
Siprus.
Menurut European Central Bank
(ECB), aset sektor perbankan Siprus
membengkak menjadi 126,4 mil iar
Euro pada akhir Januari 2013,
meningkat dari tahun 2007 sebesar
78 mil iar Euro. Besarnya aset
perbankan setara dengan tujuh kal i
GDP Siprus yang hanya 18 mil iar
Euro. Banyaknya dana yang dimil iki
Siprus, membuat bank-bank yang
berada di Siprus berupaya untuk
meningkatkan laba dengan
menanamkan investasi berisiko di
Yunani. Namun, ternyata krisis
utang yang melanda Yunani
membuat Siprus merugi akibat
devaluasi ni lai obl igasi Yunani.
Pada bulan November 2012, Siprus
telah menyampaikan permintaan
bailout kepada Troika untuk
menyehatkan perbankan Siprus
yang terkena dampak langsung
krisis di Yunani. Pengajuan tersebut
menjadikan Siprus negara UE ke-5
yang meminta bailout dari Troika
selain Yunani, Irlandia, Portugal dan
Spanyol . Troika adalah institusi yang
dibentuk sebagai respon krisis yang
terjadi di Eropa yang terdiri dari Uni
Eropa (UE), IMF dan ECB.
Bersamaan dengan itu, UE juga
memberikan prasyarat kepada
Siprus untuk dapat menggalang
dana secara internal sebesar 5,8
mil iar Euro melalui one-time levy.
Skema UE adalah dikenakannya
pajak dimuka 9,9% bagi setiap
deposito diatas 100 ribu Euro,
6,75% untuk deposito 20 ribu - 100
ribu Euro, namun membebaskan
deposito dibawah 20 ribu Euro.
Menanggapi prasyarat yang
diberikan UE, Parlemen Siprus
menolak dan meminta Pemerintah
Siprus untuk menegosiasikan lagi
dengan UE.
Guna mendapatkan dana segar
sebesar 5,8 mil iar Euro, Michael
Sarris (Menkeu Siprus) melakukan
kunjungan ke Rusia pada tanggal
17 Maret 2013. Sarris juga meminta
Rusia untuk menurunkan pinjaman
bunga dari 4.5% menjadi 2.5% serta
memperpanjang jatuh tempo
pinjaman sebesar 2.5 mil iar Euro,
yang sedianya jatuh tempo pada
tahun 2016 menjadi tahun 2021.
Diperkirakan saat ini sebanyak 31-
40 mil iar Euro dana asal Rusia
ditanam diperbankan dan dalam
bentuk investasi di Siprus.
Pada tanggal 25 Maret 2013 Troika
menyepakati pemberian paket
bailout terbaru untuk Siprus sebesar
10 mil iar Euro (setara dengan 57%
dari GDP Siprus). Paket ini
mengakibatkan penutupan Cyprus
Popular Bank atau Laiki Bank (bank
terbesar kedua Siprus) serta tidak
akan dilakukannya penarikan
retribusi (levy) terhadap nasabah
bank yang memil iki deposito
bernilai setara dibawah 100 ribu
Euro.
Para nasabah Cyprus Popular Bank
yang memil iki deposito bernilai
setara di bawah 100 ribu Euro
tersebut, depositonya akan
dial ihkan ke Bank ofCyprus (bank
terbesar Siprus). Namun deposito
tersebut untuk sementara
dibekukan dan kemungkinan besar
akan tetap dikenakan penarikan
retribusi, yang persentasenya masih
dalam tahap pembahasan.
Para anal is memperkirakan
besarnya dapat mencapai sekitar
30% dan menghasilkan dana
sebesar 4,2 mil iar Euro.
Menurut Pengawas Keuangan UE,
krisis ini memang akan
menyebabkan kerugian pada sektor
keuangan di Siprus, namun risiko
penularan langsung terhadap
internasional nampaknya terbatas.
Berdasarkan ril is data Bloomberg,
bailout Siprus mengancam
perlambatan pertumbuhan ekonomi
Eropa Timur melalui hubungan
perdagangan dan perbankan. Hal
ini dikarenakan ketidakpastian krisis
utang di Eropa dapat meningkatkan
biaya perbankan sehingga
berpotensi memicu capital fl ight.
Selain itu, Eropa Timur
mengandalkan capital flows dan
kemudahan akses untuk kredit dan
pasar ekspor untuk memenuhi
pertumbuhan bahan bakar yang
lebih dari 5 persen per tahun sejak
sebelum tahun 2008.
Pada tanggal 9 April 2013, Komisi
Eropa mengatakan bahwa Siprus
juga telah berencana untuk menjual
cadangan emas guna mendapatkan
dana segar. Cadangan emas Siprus
yang akan dijual bernilai 400 juta
Euro setara dengan 10,36 ton dari
total cadangan emas senilai 13,9
ton. Rencana penjualan yang akan
dipersiapkan oleh Komisi Eropa ini
akan menjadi penjualan emas
terbesar oleh bank sentral di Eropa
sejak Perancis melepas 17,4 ton
emas mereka pada tahun 2009.
Referensi: Bloomberg dan
Kementerian Luar Negeri, Direktorat
Eropa Barat
Perkembangan Ekonomi Siprus
Oktya Setya Pratidina
EKONOMI INTERNASIONAL
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan April 2013
5
Inflasi
Inflasi bulan Maret 2013 tercatat
0,63% (mtm) dan 5,90% (yoy).
Kondisi ini meningkat dibandingkan
bulan Februari 2013 yang mencapai
5,31% (yoy). Tingkat inflasi volatile
food yang tinggi merupakan
penyebab utama naiknya tingkat
inflasi umum di bulan Maret 2013.
Kenaikan inflasi volatile food
terutama disebabkan oleh
terlambatnya penerbitan
Rekomendasi Impor Produk
Hortikultura (RIPH) sehingga impor
sejumlah produk hortikultura,
seperti bawang dan cabai
terhambat. Hal ini menyebabkan
berkurangnya pasokan bawang dan
cabai di pasar domestik, sehingga
harga cenderung menonjak.
Berdasarkan data Kementerian
Perdagangan, harga cabai dan
bawang masing-masing mengalami
peningkatan sebesar 6,31% dan
60,25% (mtm) pada bulan Maret
2013. Peningkatan ini mendorong
tingkat inflasi volati le food sebesar
14,20% (yoy) pada bulan Maret
2013.
Berbeda halnya dengan inflasi
volatile food, inflasi inti dan inflasi
administered price cenderung stabil .
Ekspektasi inflasi masyarakat yang
masih terjaga, kapasitas produksi
yang masih memadai, dan belum
adanya kebijakan strategis
pemerintah mendorong stabilnya
kedua komponen inflasi ini . Inflasi
inti dan inflasi administered prices
masing-masing tercatat 4,21% dan
2,91% (yoy).
Berdasarkan kelompok barang,
tingginya tingkat inflasi umum
bersumber dari golongan bahan
makanan. Pada bulan Maret 2013,
inflasi bahan makanan tercatat
2,04% (mtm) dan 12,95% (yoy).
Secara komponen, subkelompok
bahan makanan yang mengalami
inflasi tertinggi adalah
subkelompok bumbu-bumbuan.
Subkelompok ini mencatatkan
inflasi sebesar 30,58% (mtm) pada
bulan Maret 2013.
Secara spasial , inflasi tertinggi
terjadi di Sorong, Papua Barat
sebesar 1,73% (mtm) dan terendah
di Pekanbaru, Riau sebesar 0,04%
(mtm). Sementara itu, deflasi
tertinggi terjadi di Jayapura, Papua
sebesar 2,63% (mtm) dan terendah
di Dumai, Riau sebesar 0,01%
(mtm). Secara umum, 58 kota dari
66 kota IHK mengalami inflasi ,
sedangkan 8 diantaranya
mengalami deflasi .
Kedepannya, tekanan inflasi
diharapkan mereda seiring
masuknya masa panen dan adanya
langkah-langkah dari Pemerintah
dalam mengatasi ganguan pasokan
impor. Dalam rangka menekan
tingkat inflasi , Pemerintah melalui
forum Tim Pengendal i Inflasi (TPI)
dan TPI Daerah berupaya
meningkatkan
koordinasi
pengendal ian inflasi
baik di pusat maupun
di daerah.
Neraca Perdagangan
Sejak bulan Oktober
2012, defisit neraca
perdagangan terus
membayangi
perekonomian
Indonesia. Pada bulan Februari
2013, Indonesia kembal i mengalami
defisit neraca perdagangan sebesar
US$ 327,4 juta. Penurunan ekspor
khususnya pada sektor migas
merupakan penyebab defisit neraca
perdagangan tersebut.
Ekspor Indonesia pada bulan
Februari 2013 tercatat US$ 14.989,2
juta, menurun 2,51% dibanding
bulan Januari 2013 (mtm). Secara
akumulasi (Januari – Februari 2013),
ekspor tercatat US$ 30.364,7 juta.
Penurunan ekspor terutama
bersumber dari sektor migas,
khususnya pada komoditas hasil
minyak. Ekspor hasil minyak
menurun 15,36% (mtm) menjadi
sebesar US$ 324,1 juta pada bulan
Februari 2013. Sama halnya dengan
ekspor migas, ekspor nonmigas
Indonesia juga menurun. Ekspor
nonmigas mengalami penurunan
sebesar 2,14% (mtm). Berdasarkan
negara tujuan, ekspor nonmigas
Indonesia mengalami penurunan
hampir ke semua negara mitra
dagang, kecual i Malaysia, Austral ia
dan Korea Selatan.
Secara sektoral , akumulasi ekspor
Indonesia terutama berasal dari
sektor Industri . Sektor ini
berkontribusi 63,50% terhadap
total ekspor Indonesia, diikuti oleh
sektor pertambangan (16,75%) dan
pertanian (2,65%). Secara akumulasi
Januari – Februari 2013, ekspor di
sektor industri tercatat US$
19.282,3 juta, meningkat 2,49%
dibanding akumulasi Januari –
Februari 2012.
Sementara itu, impor Indonesia
tercatat US$ 15.316,6 juta pada
bulan Februari 2013 dan secara
akumulasi Januari – Februari 2013
tercatat US$ 30.766,8 juta. Pada
bulan Februari 2013, impor tercatat
mengalami penurunan sebesar
0,86% (mtm). Penurunan ini
terutama bersumber dari
Perkembangan Ekonomi Domestik Indonesia
Ekonomi Domestik
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan April 2013
6
penurunan impor migas, khususnya komoditas minyak
mentah. Impor migas menurun 8,09% (mtm) menjadi
sebesar US$ 3.645,2 juta. Penurunan komoditas minyak
mentah sebesar 30,30% (mtm) merupakan penyebab
utama menurunnya impor migas. Sementara itu, pada
bulan Februari 2013 impor nonmigas cenderung
meningkat sebesar 1,63% (mtm). Peningkatan ini
terutama terjadi pada golongan barang dari besi dan
baja sebesar 53,78% (mtm). Berdasarkan negara asal ,
sebagian besar impor Indonesia berasal dari negara
China, Jepang dan Thailand. Terjadi peningkatan impor
yang signifikan dari Thailand, yaitu sebesar 23,45%.
Peningkatan ini terjadi khususnya pada komoditas
kendaraan bermotor dan hortikultura.
Berdasarkan penggunaan barang, impor Indonesia
lebih banyak digunakan sebagai bahan baku/penolong
yaitu 76,90% terhadap total impor Indonesia, diikuti
dengan impor barang modal (16,83%) dan barang
konsumsi (6,27%). Tingginya investasi yang masuk ke
Indonesia, khususnya pada sektor industri mendorong
impor bahan baku, khususnya pada komoditas mesin,
peralatan l istrik dan mekanik. Sementara itu, terl ihat
impor konsumsi memil iki kontribusi yang pal ing
rendah, namun terjadi peningkatan yang cenderung
signifikan. Impor barang konsumsi di bulan Februari
tercatat US$ 1.017,2 juta, meningkat sebesar 11,63%
(mtm).
Secara umum, penurunan ekspor yang jauh lebih tinggi
dibanding penurunan impor menyebabkan defisit
neraca perdagangan pada bulan Februari 2013.
Ketidakstabilan global , khususnya di wilayah Eropa
akibat krisis perbankan Siprus menyebabkan
berkurangnya permintaan ekspor Indonesia. Oleh
karena itu, pemerintah perlu melakukan diversifikasi
ekspor, khususnya untuk sektor-sektor yang potensial .
Nilai Tukar
Sepanjang triwulan I 2013, nilai tukar Rupiah terhadap
Dol lar cenderung terdepresiasi . Secara rata-rata
triwulan I 2013, nilai tukar Rupiah terdepresiasi di posisi
9.694, jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata
keseluruhan tahun 2012 yang mencapai 9.380.
Faktor internal dan eksternal kerap mendorong
terdepresiasinya nilai tukar. Berdasarkan aspek faktor
internal ,depresiasi ni lai tukar disebabkan oleh 1)
permintaan valas yang meningkat untuk kebutuhan
impor, 2) antisipasi Indonesia akan kembal i mengalami
defisit perdagangan, 3. kekhawatiran meningkatnya
harga di pasar domestik, karna kenaikan TTL, TDL dan
upah minium regional .
Selain faktor internal , faktor eksternal juga kerap
mempengaruhi pergerakan nilai Rupiah di triwulan I
2013. Faktor eksternal ini terutama berasal dari
pelemahan ekonomi global , khususnya di Amerika dan
Eropa. Perdebatan mengenai stimulus fiskal di Amerika
Serikat dan kondisi ekonomi Eropa yang masih
melambat mendorong pelemahan nilai tukar
dibeberapa negara, termasuk Indonesia.
Untuk meredam nilai tukar agar tidak terjatuh lebih
dalam, Bank Indonesia telah melakukan beberapa
kebijakan antara lain: (i) melakukan penguatan
mekanisme intervensi valas; (i i ) menerapkan term
deposit valas dan (ii i ) melakukan pengawasan di pasar
valas. Secara umum, BI akan terus melakukan stabil isasi
ni lai tukar Rupiah.
Referensi:
Berita Resmi Statistik: Perkembangan Ekspor dan Impor
Indonesia Februari 2013 – BPS
Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2013 – Bank
Indonesia
Fitria Faradila
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan April 2013
7Tinjauan Ekonomi dan Keuangan April 2013
KKetahanan Pangan Daerah
merupakan permasalahan penting
yang harus mendapat perhatian
baik oleh pemerintah daerah
maupun sektor swasta. Menurut
Undang-undang No. 18 tahun
2012, Ketahanan Pangan adalah
kondisi terpenuhinya pangan bagi
negara sampai dengan
perseorangan, yang tercermin dari
tersedianya pangan yang cukup,
baik jumlah maupun mutunya,
aman, beragam, bergizi , merata,
dan terjangkau serta tidak
bertentangan dengan agama,
keyakinan, dan budaya masyarakat
untuk dapat hidup sehat, aktif, dan
produktif secara berkelanjutan.
Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel)
merupakan daerah surplus beras
yang memasok bahan pangan
untuk wilayah Riau, Jambi,
Bengkulu serta Lampung. Selain itu,
Provinsi Sumatera Selatan
merupakan salah satu andalan
produksi pangan nasional terutama
beras di luar pulau Jawa. Hal ini
terutama dengan berkurangnya
luas areal pertanian di Pulau Jawa
karena beral ih fungsi menjadi
perumahan, infrastruktur serta
industri . Program Kedaulatan
Pangan merupakan salah satu
program utama penanganan
pangan provinsi Sumatera Selatan,
seperti diungkapkan oleh Ketua
Tim Pengendal i Inflasi daerah
(TPID) Sumatera Selatan pada acara
Monev TPID di Palembang pada
tanggal 9 April 2013.
Sumatera Selatan, sebagai salah
satu provinsi lumbung pangan,
tidak terlepas dari potensi sumber
daya lahan pesawahan, dari lahan
sawah irigasi , tadah hujan, pasang
surut, dan lahan kering. Dengan
keunggulan ini , Sumatera Selatan
diprediksi akan jauh dari
kekurangan pangan. Selain padi,
komoditas unggulan lainnya adalah
jagung, kacang tanah, ubi kayu, ubi
jalar, sayur-sayuran dan buah-
buahan.
Produksi padi di Sumsel meningkat
setiap tahunnya. Pada tahun 2009
produksinya mencapai 3,12 juta ton
dan meningkat menjadi 3,27 juta
ton pada berikutnya atau
mengalami peningkatan sebesar
4,5 persen. Pada tahun 2012
mengalami sedikit peningkatan
dibanding tahun 2011, yakni
sebesar 2,7% dengan kapasitas
produksi sebesar 3,48 juta ton.
Sedangkan produksi jagung,
kedelai , dan kelapa sawit
mengalami fluktuasi dalam
produksi antara tahun 2009 sampai
2012. Produksi jagung meningkat
sebesar 10% pada tahun 2010 dan
menurun sebesar 0,1 persen pada
tahun 2011, dan kembal i
mengalami penurunan sebesar 11,9
persen pada tahun 2012. Produksi
kedelai juga mengalami fluktuatif
dimana pada tahun 2010 menurun
sebesar 17,5 persen namun pada
tahun 2011 kembal i meningkat
sebesar 15 persen dan mengalami
penurunan sebesar 17 persen di
tahun 2012.
Dalam upaya penanganan
ketahanan pangan, Pemerintah
Provinsi Sumatera Selatan
melakukan sinergi kegiatan
Kedaulatan Pangan melalui
koordinasi dengan Badan Urusan
Logistik (Bulog) Divre Sumatera
Selatan (Sumsel) , Lintas SKPD, l intas
sektor, serta pihak swasta.
Sinergitas Program yang dilakukan
mel iputi : a) Gerakan Peningkatan
Produksi Pangan, b) Pasar murah,
Operasi pasar, Penyaluran raskin, c)
Klaster padi organic, d) Sistem Resi
Gudang, e) Kawasan rumah pangan
lestari di Palembang, f) Penguatan
Lembaga distribusi pangan
masyarakat, g) Pembangunan
gudang padi dan h) fasi l itasi
penyaluran kredit ke petani.
Gerakan peningkatan produksi
pangan (padi) , d i laksanakan oleh
Pusri , Pertani, Sang Hyang Seri
serta Bulog. Pada tahun 2012,
kegiatan ini di lakukan pada 109
ribu hektar area. Kegiatan lain
dalam upaya menjaga
kesinambungan padi dalam jangka
panjang yaitu Klaster Padi Organik
telah dilakukan dengan kerjasama
antara Bank Indonesia (BI)
Palembang dengan Dinas Pertanian
OKU Timur.
Badan Ketahanan Pangan (BKP)
Sumsel melaksanakan kegiatan
Kawasan Rumah Lestari di
Palembang yang merupakan salah
satu program nasional yaitu
merupakan suatu kegiatan
penanaman tanaman pangan di
pekarangan rumah untuk
mengurangi pengeluaran rumah
tangga setiap bulan serta
menjamin ketersediaan pangan.
Kegiatan lainnya yang dilakukan
BKP yaitu Penguatan Lembaga
Distribusi Pangan Masyarakat
(PLDPM), yang dilakukan melalui
gabungan kelompok tani dengan
penguatan modal untuk pembel ian
gabah sesuai HPP agar harga stabil
dengan ruang l ingkup kabupaten.
Sistem Resi Gudang (SRG)
dilaksanakan oleh Dinas
Perindustrian dan Perdagangan
Sumsel . Pada tahun 2012 dilakukan
pembangunan gudang di Pagar
Alam untuk komoditas Kopi dan
Musi Banyuasin untuk komoditas
Ekonomi Daerah
Koordinasi Ketahanan Pangan Daerah
padi. Pada tahun 2013, ada penambahan satu SRG lagi
yaitu di Banyuasin. Efektivitas SRG dapat terlaksana jika
dilengkapi dengan teknologi yang membantu pada
proses pengeringan padi.
Bulog Divre Sumsel , melaksanakan Pembangunan
gudang padi di Kabupaten Banyuasin sebanyak tiga
buah masing-masing berkapasitas 1.000 ton. Tujuan
pembangunan gudang padi tersebut adalah agar
penyimpanan stok mendekati lumbung pangan
sehingga mengurangi biaya angkut. Program lainnya
yang dilakukan Bulog adalah fasi l itasi penyaluran kredit
ke petani bekerja sama dengan Bank Rakyat Indonesia
(BRI) dengan skema Kredit Ketahan Pangan dan Energi
(KKPE) dimana sampai saat ini telah tereal isasi sebesar
Rp. 2,5 Mil iar. Program ini juga dilengkapi dengan
bantuan peralatan pasca-panen dari Kementerian
Pertanian berupa 95 traktor tangan, l ima alat pemanen
besar dan 513 terpal jemur.
Sumber: BPS, Monev TPID Provinsi Sumsel 2013
Ratih Purbasari Kania
8 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan April 2013
republ ika.com tribunnews.com beritadaerah.com
Laporan Utama
Ancaman Krisis Pangan Indonesia
Isu ketahanan pangan merupakan
salah satu isu yang seringkal i
dibicarakan baik dalam lingkup
global maupun nasional .
Permasalahan pangan selalu akan
menjadi bahan pembicaraan seiring
dengan pertumbuhan penduduk
dunia di berbagai belahan dunia.
Permasalahan ini tentunya juga
menjadi permasalahan yang
penting di Indonesia, dimana
negara kita merupakan negara
dengan jumlah penduduk terbanyak
ke-empat di dunia. Tingginya laju
pertumbuhan penduduk Indonesia
berdampak pada semakin tingginya
permintaan akan pangan. Namun
dilain sisi , terdapat hambatan dalam
pemenuhannya akibat tingginya
al ih fungsi lahan dan fenomena
pemanasan global yang berdampak
pada perubahan ikl im.
Saat ini kondisi ketahanan pangan
Indonesia belum bisa dikatakan
optimal tercermin dari laporan Bank
Dunia mengenai Global Food
Security Index 2012 yang
menempatkan Indonesia di urutan
ke 64 dari 105 negara dengan nilai
index sebesar 46,8 persen. Posisi
Indonesia tersebut masih berada di
bawah Malaysia, Thailand, Vietnam
dan Fil ipina.
Dari segi harga pangan, terjadi
cukup kestabilan harga. Hal ini
tercermin pada tahun 2010 – 2012,
dimana harga pangan cukup stabil
kecual i untuk hari – hari tertentu
seperti hari raya mengalami
peningkatan harga (masih dalam
rentang yang cukup stabil ) .
Pemerintah mempunyai target
swasembada pangan nasional untuk
komoditas padi, gula, jagung dan
daging. Terdapat beberapa
tantangan untuk meningkatkan
ketahanan pangan nasional guna
mencapai target swasembada
tersebut. Dua tantangan terbesar
yang harus dilalui adalah semakin
berkurangnya luas lahan pertanian
dan adanya perubahan ikl im yang
berpengaruh terhadap tingkat
produktivitas pertanian.
Berdasarkan data yang diri l is oleh
Departemen Pertanian dari tahun
1993 – 2010, lahan pertanian
nasional bertambah seluas total
253.823 Ha pada beberapa daerah,
namun disisi lain ditemukan pula
al ih fungsi lahan pertanian sebesar
756.582 Ha. Jadi selama kurun
waktu 17 tahun tersebut, lahan
pertanian nasional berkurang
sebesar 501.759 Ha. Berkurangnya
lahan pertanian tersebut
diperkirakan akan semakin
bertambah sebagai dampak
semakin tingginya bertumbuhan
penduduk. Daerah yang pal ing
tinggi tingkat al ih fungsi lahannya
adalah Pulau Jawa. Hal tersebut
dikarenakan ketersediaan
infrastruktur yang lebih mapan,
ketersediaan tenaga kerja dan lahan
yang cenderung datar.
Di Pulau Jawa terdapat 41 persen
dari total luas lahan pertanian
nasional . Kegiatan al ih fungsi lahan
juga banyak terjadi di luar Jawa,
khususnya di Pulau Sumatera dan
Pulau Kal imantan. Pemicu utama
dari tingginya tingkat al ih fungsi
lahan pertanian adalah tingginya
permintaan akan permukiman
seiring dengan peningkatan jumlah
penduduk, serta besarnya biaya
produksi pertanian yang tidak
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan April 201310
www.lensaindonesia.com
Dara Ayu Prastiwi
sebanding dengan pendapatan
yang akan didapatkan. Hal ini
berakibat keinginan masyarakat
untuk bertani cenderung menurun
dan pemil ik lahan juga enggan
untuk memanfaatkan lahan tersebut
dan membiarkannya menjadi lahan
tidur.
Upah harian buruh tani yang rendah
juga menjadi pemicu rendahnya
produktivitas pertanian nasional .
Berdasarkan data yang diri l is BPS
pada bulan Maret 2013, upah buruh
tani di Indonesia hanya
sebesar Rp 41.361.-, dimana
upah tersebut merupakan
upah terendah dibandingkan
sektor lainnya. Walaupun nilai
upah tersebut naik sebesar
0,34 persen jika dibandingkan
pada bulan sebelumnya,
namun nilai upah rii l mereka
turun sebesar 0,42 persen.
Nampaknya fenomena
melambungnya harga pangan
pada beberapa komoditas
pada awal tahun 2013 tidak
menguntungkan semua pihak
khususnya para petani. Hal
tersebut dikarenakan tidak
semua petani berhasil dalam
panennya.
Kondisi ketahanan pangan
nasional semakin diperburuk
dengan adanya perubahan ikl im.
Perubahan ikl im merupakan isu
global yang berdampak hampir
pada semua sektor termasuk sektor
pertanian. Akibat dari adanya
perubahan ikl im, kondisi atmosfer
bumi menjadi tidak stabil ,
sedangkan sector pertanian sangat
bergantung terhadap kestabilan
kondisi atmosfer bumi. Secara
geografis lokasi Indonesia berada
pada wilayah yang rentan terhadap
fluktuasi curah hujan dan
perubahan temperatur, dimana
kedua hal terkait erat dengan
kondisi kestabilan atmosfer. Dengan
adanya perubahan ikl im maka
tingkat kesuburan tanah
diperhitungkan akan berkurang
sebesar 2 – 8 persen. Selain itu,
tingkat produktivitas untuk
beberapa komuditas juga akan
menurun. Misalnya saja
produktivitas padi yang
diprediksikan akan turun hingga 4
persen per tahun, kedelai 10 persen
per tahun dan jagung sebesar 50
persen per tahun. Kondisi tersebut
tentunya akan menjadi hambatan
bagi pemenuhan target
swasembada pangan nasional
tahun 2014 mendatang.
Dengan mel ihat tantangan yang
dihadapi pemerintah dalam rangka
peningkatan ketahanan pangan
nasional , maka diperlukan langkah
lain agar target swasembada
pangan tetap bisa terpenuhi tahun
2014 mendatang. Dari sisi
pengendal ian al ih fungsi lahan
pertanian, salah satu langkah yang
bisa ditempuh yaitu dengan
mempertegas implementasi
Rencana Tata Ruang Wilayah yang
ada pada setiap daerah, sehingga
lahan yang sebelumnya
diperuntukan sebagai lahan
pertanian tidak akan dial ihfungsikan
ke penggunaan lainnya. Hal
tersebut tentunya perlu diimbangi
dengan pengawasan yang lebih
ketat lagi dari pemerintah daerah
setempat, khususnya untuk daerah-
daerah yang menjadi sentra
produksi pangan nasional .
Untuk penanganan perubahan
ikl im, sepertinya penerapan
teknologi pertanian yang lebih
canggih lagi akan sangat
diperlukan. Dengan penggunaan
teknologi pertanian yang lebih
canggih maka mungkin saja
ditemukan bibit unggul pertanian
yang lebih tahan terhadap
perubahan ikl im. Sehingga
produktivitas pertanian
nasional bisa terus
ditingkatkan hingga
target swasembada
pangan nasional tercapai.
Selain itu, perhatian yang
lebih terhadap upah
buruh tani juga
diperlukan agar para
petani kita tetap terjaga
produktivitasnya dan
tidak terpikir untuk
beral ih profesi ke bidang
lain. Dalam hal ini
kesejahteraan petani juga
merupakan kunci untuk
mencapai ketahanan
pangan nasional .
Referensi :
BPS, Kementan
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan April 2013 11
l ifeisabook51.blogspot.com
Pelajaran Berharga Krisis Pangan 2007 - 2008
Dewasa ini , perhatian dunia fokus
kepada krisis finansial global yang
melanda Eropa dan Amerika
Serikat. Sebenarnya, ada ancaman
lain yang lebih besar, yaitu krisis
pangan yang ditandai dengan
tingginya harga dan volati l itas
bahan pangan.
Pada tahun 2007 dan 2008, harga
pangan pokok dunia naik pada
kisaran 30 sampai 150 persen.
Harga minyak kelapa sawit
Indonesia dan harga beras di
Kamboja meningkat hingga dua
kal i l ipat. Terlebih lagi harga
gandum di Somal ia naik hingga
300 persen. Kenaikan tersebut
disebabkan oleh banyak faktor,
antara lain jumlah penduduk yang
meningkat dan faktor perubahan
ikl im yang menghambat produksi
pertanian.
Kenaikan harga komoditas pangan
seharusnya memberikan manfaat
bagi jutaan petani miskin yang
menyandarkan hidupnya dari
sektor pertanian. Faktanya, para
petani justru tidak menuai manfaat
dari kenaikan harga tersebut.
Dampak kenaikan harga ini justru
sangat dirasakan oleh penduduk
miskin yang sebagian besar
pendapatannya digunakan untuk
membel i makanan. Sebagai contoh
Kamboja, dimana 40 persen
penduduknya mengalokasikan 70
persen pendapatannya untuk
membel i makanan. Kenaikan ini
memaksa individu untuk
mengkonsumsi makanan yang
murah dengan nilai nutrisi yang
sangat rendah. Sementara itu,
kenaikan harga beras di Banglades
memaksa masyarakatnya hanya
memakan nasi tanpa lauk.
Ironisnya, banyak perusahaan
makanan besar yang mendulang
keuntungan besar pada periode
krisis. Thailand’s Charoen Pokphand
Foods salah satu pemain besar di
Asia memproyeksi kenaikan
pendapatan hingga 237 persen.
Penjualan Nestle secara global
tumbuh 8,9 persen dan Morsanto
(perusahaan bibit terbesar di
dunia) melaporkan kenaikan
keuntungan sebesar 26 persen
pada periode Maret- Mei 2008.
Secara umum, dampak kenaikan
harga pangan mendorong
peningkatan kemiskinan baik di
desa maupun di kota. Bank dunia
memprediksi bahwa jumlah orang
yang mengalami malnutrisi
meningkat 119 juta pada tahun
2007 dan 2008 dan krisis pangan
menyebabkan 100 juta orang
menjadi miskin.
Pentingnya Investasi di SektorPertanianKenaikan dan volati l itas harga
pangan diprediksi masih terus
berlanjut. Jumlah penduduk yang
besar dan pertumbuhan industri
biofuel menjadi tantangan untuk
terus meningkatkan produksi
pertanian. Untuk itu, investasi di
sektor pertanian menjadi faktor
penting untuk mendorong
kompetisi produksi domestik dan
meningkatkan profitabil itas petani.
Peningkatan investasi diharapkan
menjadi katal is pertumbuhan
sektor pertanian. Pertumbuhan ini
akan mendorong kenaikan daya
bel i masyarakat miskin.
Pendapatan yang lebih besar relatif
tahan terhadap guncangan harga
sehingga diharapkan
meminimal isasi resiko masuk ke
dalam perangkap kemiskinan.
Salah satu cara untuk
meningkatkan investasi di sektor
pertanian adalah dengan
menyalurkan pembiayaan atau
kredit. Di Indonesia, rata-rata
penyaluran kredit perbankan untuk
sektor pertanian masih relatif kecil ,
hanya sekitar 5 persen dari total
penyaluran kredit.
Rendahnya penyaluran dana ke
sektor pertanian didorong oleh
resiko kredit yang cukup tinggi.
Perlu adanya upaya pemerintah
dan Bank Indonesia untuk
mendorong penyaluran kredit.
Meskipun sudah ada program
seperti KUR, namun program-
program lainnya masih sangat
dibutuhkan untuk membiayai
sektor pertanian ini. Untuk semakin
merangsang perbankan agar
bersemangat dalam menyalurkan
kredit, pemberian insentif juga
masih sangat diperlukan.
Disamping itu ide asuransi bagi
sektor pertanian harus terus
didukung mengingat faktor alam
masih dominan mempengaruhi
produksi sektor ini .
Masyitha Mutiara Ramadhan
12 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan April 2013
Kal imat di atas merupakan adigum kuno RRT yang
selalu dipegang el it RRT, bahwasannya keamanan
pangan dipandang sebagai basis utama keamanan
nasional . Kekurangan pangan akan menghambat
pembangunan sosial dan ekonomi serta dapat
memancing kerusuhan sosial .
Tidak hanya el it China, Presiden Pertama RI Soekarno
pun menaruh perhatian yang besar terhadap masalah
pangan yang merupakan persoalan hidup atau mati,
yang pemenuhannya harus diprioritaskan. Berikut
merupakan kutipan isi pidato bel iau pada saat hendak
meletakkan batu pertama Gedung Fakultas Pertanian
Universitas Indonesia pad April tahun 1952 (selanjutnya
tahun 1963 berganti nama menjadi Institut Pertanian
Bogor):
“Pemuda-pemudi! Engkau sekarang hidup dalam zaman
yang penuh dengan persoalan-persoalan, suatu zaman
yang penuh dengan problem. Salah satu dari prolem-
problem itu ialah problem makanan rakyat. Engkau
telah mengalami sendiri , d i waktu akhir-akhir ini surat
kabar-surat kabar dan tutur di kampung-kampung
penuh dengan kata-kata: harga beras naik gila-gilaan,
di sana–sini dan ancaman bahaya kelaparan, di desa ini
dan di desa itu ada orang makan bonggol pisang, di
daerah itu dan di daerah sana ada terdapat
hongeroedeem, di dukuh anu ada orang bunuh diri
karena tak mampu memberi makan kepada anak-
istrinya, dan lain-lain sebagainya.”
Meskipun tepat 61 tahun telah berlalu , namun muatan
pesan dalam pidato tersebut tampaknya masih relevan
dengan kondisi perekonomian nasional akhir-akhir ini ,
d imana bahan makanan mengalami kenaikan harga
yang sangat tajam. Hal tersebut terl ihat dari data yang
dipubl ikasikan oleh BPS bulan April 2013 bahwa bahan
makanan menyumbang inflasi 0,51% dalam
pembentukan inflasi Maret 2013 sebesar 0,63%.
Sedangkan pada tahun sebelumnya, bahan makanan
justru menyumbang deflasi sebesar 0,10% dalam
pembentukan inflasi Maret 2012 sebesar 0,07%.
Untuk mengatasi masalah pangan yang cukup pel ik
tersebut, sejalan dengan pandangan Presiden Soekarno,
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga telah
menetapkan kebijakan ketahanan pangan menjadi salah
satu program prioritas pembangunan nasional melalui
INPRES No. 1 Tahun 2010. Selain itu, seiring dengan
dinamika perkembangan kondisi eksternal dan internal
terkait pangan, pemerintah telah menerbitkan Undang-
Undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan sebagai
pengganti dari UU No. 7 Tahun 1996.
Berdasar UU No. 18/2012, dalam kontek ketahanan
pangan dinyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan
pangan diutamakan dari produksi dalam negeri. Namun
demikian apabila produksi dalam negeri tidak
mencukupi, maka dapat dilakukan melalui pengadaan
dari luar negeri. Dalam UU No. 18/2012 juga disebutkan
bahwa impor tidak dilarang. Hanya saja apabila suatu
bangsa ingin mandiri pangan (mampu memproduksi
pangan yang beragam dari dalam negeri hingga
mencukupi kebutuhan seluruh penduduk Indonesia
dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam,
manusia, sosial , ekonomi, dan kearifan lokal secara
bermartabat) hal tersebut lebih bagus.
Berikut merupakan prognosa ketersedian dan
kebutuhan pangan 2013 yang diolah oleh Badan
Ketahan Pangan Kementerian Pertanian.
Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan
Berdasar pada data prognosa kebutuhan dan
ketersediaan pangan 2013 yang mencakup 12
komoditas pangan, terl ihat bahwa ada 3 komoditas
yang minus neracanya, yaitu: kedelai , bawang putih, dan
daging. Meskipun beberapa komoditas lainnya
menunjukan nilai positif bukan berarti ketersediannya
aman dan terpenuhi setiap bulannya. Karena pada
bulan-bulan tertentu ketika memasuki masa bukan
panen raya akan terjadi kelangkaan supply, sehingga
mendorong harga naik relatif tinggi.
Kasus ini terjadi pada bawang merah, dimana kenaikan
harga bawang merah pada bulan Maret 2013
memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,44%.
Perkembangan harga bawang merah pada Februari
2013 Rp. 23.253/kg naik sebesar 132,80% menjadi Rp.
54.132/kg pada bulan April Minggu-II 2013. Namun
apabila harga bawang merah April Minggu-II 2013
tersebut dibandingkan dengan April 2012 (year on
year) , maka kenaikannya terl ihat sagat tajam hingga
mencapai 258,84%. Untuk itu, kebijakan dalam jangka
DDiissttoorrssii SSttrruukkttuurr PPaannggaann KKoommooddiittaass
“A country without strong agriculture is fragile and a country without sufficient food-grains will be chaotic”.
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan April 2013 13
panjangnya yaitu perlu ada sentuhan teknologi
penyimpanan bawang merah, sehingga ketika masa
panen raya berlangsung harga tidak jatuh dan
sebal iknya pada saat musim pacekl ik pun harga tetap
relatif stabil .
Komoditas kedelai
Berdasarkan data BPS, tahun 2012 produktivitas kedelai
nasional mencapai 1,3 ton/ha dengan produksi 851.647
ton. Sementara rata-rata kebutuhan kedelai nasional
sekitar 2,5 juta ton. Artinya bahwa produksi dalam
negeri tidak mencukupi kebutuhan nasional sehingga
diperlukan impor sekitar 1,650 juta ton. Untuk itu,
kebijakan jangka panjang guna meningkatkan produksi
dan produktivitas kedelai dalam negeri dalam upaya
mendukung program swasembada kedelai nasional
2014, antara lain: perluasan lahan areal penanaman
kedelai , penggunaan varietas Grobogan yang
mempunyi produktivitas rata-rata 2,4-2,8 ton/ha dan
beberapa varietas unggul lainnya (Wil is, Mutiara,
Anjasmoro), pemberian bantuan benih unggul dan
pupuk, bahkan pemerintah telah memberikan insentif
jaminan harga pembel ian kedelai di tingkat petani Rp.
7.000/kg agar petani bergairah menanam kedelai .
Harapannya di tahun yang akan datang Indonesia
dapat mencapai swasembada kedelai .
Bawang Putih
Kekurangan ketersedian bawang putih disebabkan oleh
produksi dalam negeri yang hanya mencapai 5% dari
kebutuhan nasional , dengan demikian 95% sisanya
dipenuhi dari pengadaan luar negeri. Sebelum tahun
2012 impor bawang putih tidak diatur tataniaganya,
namun sejak diberlakukannya Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 60 tahun 2012 dan Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 60 tahun 2012, bawang putih
masuk dalam list/daftar produk hortikultura yang diatur
importnya. Karena masalah teknis di lapangan terkait
dengan keterlambatan pengeluaran izin barang impor
dari pabean telah menyebabkan kelangkaan stok
bawang putih di pasaran. Sebagai dampak terakhirnya
yaitu harga bawang putih naik sangat signifikan hingga
mencapai 148,68% (year on year) pada April 2013
terhadap April 2012.
Untuk menstabilkan harga bawang putih yang
bergejolak sejak akhir tahun 2012 dan puncaknya
mencapai level tertinggi Rp. 43.434/kg pada Maret
2013, pemerintah saat ini telah merevisi kedua
peraturan menteri nomor 60/2012 tersebut. Beberapa
produk hortikultura yang sebelumnya diatur
tataniaganya akan dikeluarkan dari pengaturan
impornya. Jenis produk sayur/bunga segar yang
dibebaskan impornya sebagai hasil revisi kedua
peraturan menteri tersebut, yaitu: bawang putih, kubis,
bunga kol , brokol i bongkolan, bunga anggrek, dan
bunga krisan.
Daging Sapi
Terakhir neraca pangan yang minus nilainya adalah
daging sapi. Kekurangan stok daging sapi telah
dicukupi dari pasokan impor sebanyak 80 ribu ton,
terdiri dari 32 ribu ton daging sapi dan 267 ribu ekor
sapi bakalan. Namun demikian, tambahan ketersediaan
dari impor tersebut tampaknya belum juga dapat
menstabilkan harga daging yang mulai merangkak naik
sejak bulan Juni 2012 hingga puncaknya pada tahun
2012 mencapai level Rp. 81.307/kg bulan Agustus
2012. Kenaikan harga di bulan Agustus tersebut lebih
disebabkan karena inflasi lebaran dan biasanya akan
stabil kembal i sebulan setelah lebaran. Apabila
dicermati lebih dalam, grafik kenaikan harga daging
sapi tahun-tahun sebelumnya pasca lebaran selalu
menunjukkan penurunan harga, yang kemudian
membentuk harga baru yang lebih tinggi sedikit dari
pada harga sebelum lebaran, dan setelah itu menjadi
relative stabil i .
Namun kondisi tahun 2013 sangat berbeda dari tahun
2012 dan 2011. Meskipun pasca lebaran 2012 terjadi
penurunan harga daging sapi di bulan September dan
Oktober berturut-turut sebesar Rp. 80.112/kg dan Rp.
79.926/kg, pembentukan harga baru tidak menunjukan
pergerakan harga yang relatif stabil , tetapi justru
kembal i merangkak naik hingga menyentuh level Rp.
91.252/kg pada April 2013. Sedangkan kenaikan harga
daging sapi year on year (April 2013 sebesar Rp
91.252/kg terhadap April 2012 sebesar Rp. 71.122/kg)
sebesar 28,30%, lebih tinggi dari kenaikan April 2012
terhadap April 2011 sebesar 9,57%, serta kenaikan April
2011 terhadap April 2010 sebesar 6,41%.
Lantas apa yang menyebabkan adanya lonjakan harga
yang tidak wajar tersebut? Apakah ada pada aspek
ketersediaan yang terkait dengan angka produksi dalam
negeri, meskipun pemerintah telah memberikan
tambahan impor di awal tahun 2013? Atau karena
aspek keterjangkauan, dimana rantai distribusi yang
tidak berjalan lancar karena adanya infrastruktur yang
tidak mendukung? Atau disebabkan oleh konsumsi
yang tinggi namun tidak diimbangi dengan produksi
yang besar? Atau kemungkinan lainnya karena adanya
market failure?
Tampaknya setelah dilakukan penelusuran di lapangan,
ditengarai telah terjadi ketidaklancaran pemasukan sapi
dan daging sapi impor, sehingga menyebabkan
shortage di pasar. Merespon hal tersebut, dari hasi l
Rapat Stabil isasi Pangan yang dikoordinasikan oleh
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian tanggal 5
April 2012, akhirnya pemerintah memberlakukan
timing/jangka waktu masuknya real isasi importasi dan
akan memberikan sanksi kepada para importir yang
telah diberi alokasi impor tetapi tidak segera
mereal isasikan importasinya. Selain itu, untuk
mengantisipasi kecukupan permintaan terhadap daging
14 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan April 2013
yang dikonsumsi oleh segmen pasar tertentu (hotel dan
restaurant) dengan jenis daging prime cut, pemerintah
telah memberikan keterbukaan impor tetapi tetap
menggunakan instrumen bea masuk, sehingga tidak
akan mendistorsi wet market.
Dalam jangka panjangnya, untuk memenuhi kebutuhan
daging dalam negeri seiring dengan rencana pemerintah
menaikan angka konsumsi daging sapi dari 2,09
kg/kapita pada tahun 2012 menjadi 2,22 kg/kapita pada
tahun 2013 pemerintah tetap konsisten terhadap
program swasembada daging nasional . Beberapa hal
yang telah dilakukan pemerintah untuk memenuhi
kebutuhan pasokan daging sapi lokal di wilayah DKI,
Jakarta, dan Banten, antara lain: telah dilakukan kontrak
kerjasama antara RPH dengan PT. KAI untuk
pengangkutan daging dari Jawa Timur ke Jakarta,
Kementerian Perhubungan telah menyediakan kapal
angkut khusus ternak yang sesuai dengan animal
welfare untuk mengangkut sapi dari NTT, NTB, dan Bal i ;
dan BULOG sebagai badan usaha mil ik negara juga
tengah melakukan kajian untuk investasi di bidang
ternak.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Seorang ekonom selalu mel ihat segala sesuatu dari
sudut pandang cost and benefit, untung dan rugi. Di satu
sisi , ketahanan pangan dengan mengutamakan
ketersediaan pangan dari dalam negeri selain dapat
menghemat devisa negara juga dapat meningkatkan
Nilai Tukar Petani (NTP), karena petani-peternak dapat
meningkatkan produktivitasnya. Namun disisi lain
apabila produktivitas petani/peternak lokal masih
rendah, sementara permintaan terhadap daging sapi
meningkat seiring dengan peningkatan konsumsi daging
sapi nasional , maka yang terjadi adalah kelangkaan
daging sapi yang akhirnya menyebabkan harga
melonjak tinggi. Akibatnya konsumen yang dirugikan.
Perlu diketahui bahwa petani selain menjadi produsen
juga menjadi konsumen dari produk-produk
pertaniannya. Untuk itu kenaikan harga daging sapi
yang tidak wajar tersebut justru menurunkan NTP di
bulan Maret 2013 sebesar 0,63% dari yang semula
105,19 pada Februari 2013 turun menjadi 104,53 pada
Maret 2013. Penurunan NTP bulan Maret tersebut
disebabkan oleh terjadinya penurunan NTP sub sektor
tanaman pangan sebesar 1,17%; subsektor tanaman
perkebunan 0,01%, sub sektor peternakan 0,41%; sub
sektor perikanan 0,19%, dan adanya peningkatan NTP
sub sektor hortikultura sebesar 0,04%.
Harga yang tinggi di satu sisi secara sepintas dapat
dikatakan meningkatkan pendapatan petani. Namun di
sisi lain, kenaikan harga yang tidak terkendal i dapat
merugikan konsumen. Di sini lah pentingnya upaya
pemerintah untuk melakukan koordinasi stabil isasi
pangan yang terpadu dan komprehensif dalam suatu
tim, yang selanjutnya ditetapkan Keputusan Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 14 Tahun
2013 tentang Tim koordinasi Stabil isasi Pangan.
Diharapkan upaya pemerintah untuk menstabilkan
harga-harga komoditas pangan pokok tersebut dapat
memberikan dampak positif untuk menekan inflasi yang
kini menjadi menjadi momok bagi perkonomian
nasional .
Catatan Tambahan:Beberapa Paturan Pemerintah yang telah ada sekarang
terkait dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012
tentang Pangan, yaitu:
a.Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang
Ketahanan Pangan;
b.Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2002 tentang
Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi
Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal ;
c.Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang
Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan;
d.Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan.
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan April 2013 15
DDii vveerrss ii ffii kkaass ii PPaanngg aann
Tidak bisa dipungkiri bahwa bagi bangsa Indonesia,
beras merupakan bahan pangan pokok yang sampai
saat ini masih sul it untuk tergantikan dengan bahan
pangan lainnya. Namun masalah perubahan ikl im
yang melanda dunia selama dua dekade terakhir telah
berimpl ikasi pada harga komoditas beras di
perdagangan internasional .
Data Badan Pangan Dunia (FAO) menunjukan bahwa
kenaikan harga beras (fluktuatif) telah terjadi sejak
tahun 2003. Harga beras dunia pada tahun 2003
berada pada kisaran USD$190-USD$200/ton dan
kemudian bergerak naik hingga mencapai USD$700-
USD$800/ton pada tahun 2008. Penurunan supply
beras dunia sebagai dampak dari perubahan ikl im
global dan diikuti dengan kenaikan demand akibat
pertambahan jumlah penduduk, berimbas pada tetap
tingginya harga beras sejak kenaikan harga yang
terjadi dalam kurun waktu tahun 2003-2008. FAO
Price Rice Update yang dipubl ikasikan pada bulan
April 2013 menunjukan bahwa sampai dengan
periode Januari-Maret 2013, harga beras di
perdagangan internasional berada pada level
USD$600-USD$700/ton.
Peningkatan harga komoditas beras tidak hanya
mengindikasikan adanya ketergantungan terhadap
beras yang semakin besar, tapi juga mencerminkan
kenaikan tingkat konsumsi beras yang melebihi
ketersediaannya. Kondisi ini dapat dil ihat dari data
FAO yang menunjukan penurunan rasio stok pangan
(termasuk beras) terhadap konsumsi pangan dunia,
dari sebelumnya mencapai 35% pada tahun
1986/1987 menjadi 15% pada periode 2008/2009.
Data FAO pun memberikan informasi bahwa jumlah
produksi gandum, beras dan butiran lainnya hampir
tidak meningkat sepanjang tahun 1999 sampai
dengan 2007. Bahkan hingga akhir tahun 2012, angka
produksi ketiga kelompok pangan tersebut hanya
mengalami peningkatan dalam jumlah yang tidak
terlalu signifikan. Pada periode tersebut, produksi
beras cenderung stabil atau tetap sementara produksi
gandum hanya menunjukan sedikit peningkatan.
Niken Wulandari
Harga Daging Sapi, Bawang Merah dan Bawang Putih sd April Minggu II 2013
16 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan April 2013
Komoditas yang mengalami
peningkatan dalam jumlah produksi
adalah butiran lainnya. Hal ini
berarti bahwa cadangan pangan
dunia lebih banyak disokong dari
produksi butiran dibandingkan
dengan gandum dan beras. Lebih
lanjut, penduduk dunia yang
dijamin oleh cadangan pangan
(dalam jumlah kecil ) adalah mereka
yang bergantung pada butiran
sebagai makanan pokok. Sedangkan
mereka yang bergantung pada
gandum dan beras sebagai
makanan pokok tidak dijamin oleh
jumlah cadangan yang memadai
Tingginya harga beras juga dialami
oleh pasar domestik. Berdasarkan
data dari Badan Pusat Statistik,
harga beras umum dan termurah di
dalam negeri pada bulan November
2011 tercatat sebesar Rp9.871/kg
dan Rp7.914/kg. Sampai dengan
minggu III bulan April 2013, angka
tersebut telah menunjukan trend
kenaikan hingga menyentuh level
Rp10.634 untuk harga beras
kategori umum dan Rp8.441 untuk
harga beras kategori termurah.
Potensi terus menanjaknya harga
beras dapat menjadi boomerang
bagi Indonesia apabila tidak segera
ditangani dengan baik.
Ketergantungan masyarakat
Indonesia terhadap komoditas beras
sebagai bahan pangan pokok
ditengah kondisi kenaikan harga
beras, pada akhirnya dapat menjadi
beban bagi anggaran negara.
Sejumlah langkah kebijakan dalam
rangka menjaga ketahanan pangan
domestik telah ditempuh oleh
pemerintah. Salah satu kebijakan
tersebut adalah program
diversifikasi pangan dalam bentuk
peningkatan produksi dan
penyediaan bahan pangan non
beras sebagai alternatif bahan
pangan pokok bagi masyarakat.
Kebijakan diversifikasi pangan
sendiri bukanlah merupakan sebuah
konsep baru, melainkan telah
dilakukan oleh pemerintah sejak
periode tahun 1960-an. Namun
dengan semakin bergejolaknya
harga bahan pangan termasuk
beras, khususnya pada tahun 2007-
2008, kebijakan ini kembal i di l irik
oleh pemerintah. Sejak tahun 2009,
pemerintah semakin memfokuskan
kebijakan pencapaian ketahanan
pangan dalam negeri melalui
diversifikasi bahan pangan berbasis
sumber daya lokal (etnofood).
Sesuai dengan Peraturan Presiden
No. 22 Tahun 2009 tentang
Kebijakan Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi
Pangan Berbasis Sumber Daya
Lokal , upaya penganekaragaman
konsumsi pangan diarahkan pada
pemanfaatan sumber pangan khas
daerah setempat. Konsep ini
selanjutnya dijabarkan di dalam
Roadmap Diversifkasi Pangan Tahun
2011-2015, dimana konsumsi beras
sebagai sumber karbohidrat dapat
disubsitusi dengan sumber
karbohidrat lainnnya yang biasa
dikonsumsi masyarakat berdasarkan
kearifan lokal seperti : jagung, ubi
kayu, ubi jalar, talas dan sagu.
Kel ima komoditas ini memil iki
potensi yang cukup besar untuk
dikembangkan sebagai alternatif
bahan pangan pokok.
Data BPS periode 1990-2010
menunjukan bahwa produksi
jagung mengalami peningkatan dari
6,73 juta ton menjadi 18,36 juta
atau meningkat dengan laju
pertumbuhan 5,81% per tahun. Luas
areal tanaman jagung pun
meningkat 1,90% per tahun dari
3,15 juta Ha menjadi 4,1 juta Ha
dengan peningkatan produktivitas
sebesar 3,77% per tahun. Dalam
periode yang sama, produksi ubi
kayu di dalam negeri meningkat
dari 15,83 juta ton menjadi 23,91
juta ton (meningkat 2,26% per
tahun) dan diiringi dengan kenaikan
produktivitas sebanyak 2,68% per
tahun hingga mencapai 20,22 ton
per Ha. Penggunaan tepung ubi
jalar di Indonesia memang belum
sebanyak pemanfaatan tepung
tersebut di luar negeri. Namun
Indonesia termasuk ke dalam lima
besar negara penghasil ubi jalar
terbesar di dunia dengan produksi
mencapai 2 juta ton per tahun.
Talas sebagai tanaman tahunan juga
memil iki potensi pengembangan di
Indonesia yang cukup menjanjikan.
Selain dapat dikonsumsi sebagai
makanan pokok dan makanan
tambahan (karena mengandung
karbohidrat tinggi, protein, lemak
dan vitamin), tanaman yang
mengandung asam biru ini juga
memil iki ni lai ekonomi yang cukup
tinggi. Sumber bahan pangan lain
yang telah dimanfaatkan di
beberapa daerah di Indonesia
adalah sagu. Luas area sagu di
Indonesia telah mencapai 4.376.829
Ha. Sagu memil iki tingkat
produktivitas yang lebih tinggi
untuk dibudidayakan bila
dibandingkan dengan ubi kayu,
karena dapat mencapai 25 ton pati
kering/Ha/tahun apabila dikelola
dengan sistem tanam yang baik.
Penganekaragaman konsumsi
pangan diharapkan akan memberi
dorongan dan insentif pada
penyediaan produk pangan yang
lebih beragam dan aman untuk
dikonsumsi, terutama produk
pangan yang berbasis sumber daya
lokal . Dari sisi aktivitas produksi,
diversifikasi konsumsi pangan dapat
meminimalkan risiko usaha pola
monokultur, meredam gejolak
harga, meningkatkan pendapatan
petani dan menunjang kelestarian
sumber daya alam. Upaya
pengembangan konsumsi pangan
dapat pula dijadikan salah satu
momentum bagi pemerintah daerah
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan April 2013 17
jurnalmo.blogspot.com
Pada dasarnya, Indonesia
merupakan negara agraris yang
memil iki potensi pertanian yang
sangat besar. Luas lahan pertanian
Indonesia menurut survey BPS
2012, mencapai sekitar 25,42 juta
hektar. J ika dil ihat dari kekayaan
sumberdaya alam dan luas lahan
potensial yang dimil iki , tidak heran
Indonesia pernah mencapai
swasembada beras pada tahun
1984 dan menjadi pengekspor gula
terbesar pada tahun 1930an.
Namun luas lahan potensial saja
belum mampu mendorong
produktivitas sektor pertanian kita.
Sebagai gambaran, data BPS
menunjukkan terjadi penurunan
share sektor pertanian (pertanian
secara luas) dari tahun 2010 ke
tahun 2012. Pada tahun 2010,
sektor pertanian menyumbang
15,29% terhadap PDB, namun terus
menurun di tahun 2012 hanya
mencapai 14,44%.
Sepertinya telah terjadi
transformasi struktur
perekonomian masyarakat
Indonesia, dari perekonomian yang
berbasis agraris menjadi
perekonomian yang berbasis
industri . Seperti yang disebutkan
data BPS dalam tabel di atas, dari
tahun 2010 – 2012 sektor industri
memil iki kontribusi terbesar
terhadap PDB. Hal ini ditandai pula
dengan menurunnya jumlah
tenaga kerja di sektor pertanian.
Badan Pusat Statistik mencatat
jumlah tenaga kerja sektor
pertanian turun 1,4% dari 39,33
juta orang pada Agustus 2011
menjadi 38,88 juta orang pada
Agustus 2012. Selain itu, menurut
data sensus pertanian dilaporkan
setiap tahun luas lahan pertanian
berkurang mencapai hampir 60
ribu hektar.
Kendatipun sektor industri kian
menguasai belakangan ini , jumlah
penduduk yang semakin
bertambah tidak dapat menolak
fakta bahwa kebutuhan akan
pangan juga kian melonjak. Jumlah
penduduk Indonesia yang
mencapai 250 juta tahun 2013 ini
(BKKBN, 2013), mau tidak mau
menuntut sektor pertanian agar
dapat memenuhi kebutuhan
pangan domestik, atau
konsekuensinya mengimpor bahan
pangan dalam jumlah yang sangat
besar.
Salah satu faktor fundamental yang
mempengaruhi produktivitas
pertanian adalah infrastruktur
pertanian. Apakah infrastruktur
yang ada di Indonesia sudah
mampu untuk memenuhi
kebutuhan pangan 250 juta
penduduknya?
Mencari Alternatif Solusi Dari Kebuntuan Kemandirian Pangan :
Pembenahan Infrastruktur Pertanian Secara Komprehensif
Erns Saptenno
"Salah satu faktor
fundamental yang
mempengaruhi
produktivitas pertanian
adalah infrastruktur
pertanian.
Apakah infrastruktur
pertanian yang ada di
Indonesia sudah mampu
untuk memenuhi
kebutuhan pangan 250
juta penduduknya?"
18 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan April 2013
untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi baru di
pedesaan. Dengan adanya stimulus tersebut, maka
diversifikasi pangan dapat membuka peluang bagi
upaya pengentasan kemiskinan khususnya di wilayah
pedesaan. Selain itu dalam kaitannya dengan
kemandirian dan ketahanan pangan,
penganekaragaman konsumsi pangan dapat
mengurangi ketergantungan konsumen pada satu jenis
pangan. Dengan demikian penganekaragaman pangan
merupakan fondasi dari keberlanjutan ketahanan
pangan dan memil iki dimensi pembangunan yang
sangat luas, baik dari aspek sosial ekonomi, pol itik
maupun kelestarian l ingkungan.
Selain kebijakan diversifikasi pangan berbasis sumber
daya lokal , pemerintah pun sedang mengkampanyekan
gerakan “One Day No Rice” yang telah dimulai sejak
tahun 2009. Kebijakan ini telah diimplementasikan oleh
beberapa daerah seperti Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Maluku Utara dan
beberapa daerah di Sumatera. Di Propinsi Jawa Barat,
khususnya Pemerintah Kota Depok, kebijakan Satu Hari
Tanpa Nasi ini diterapkan dalam bentuk pelarangan
terhadap pedagang kantin di Balaikota Depok untuk
menghidangkan nasi setiap hari Selasa. Aturan tersebut
bahkan dituangkan dalam Surat Edaran Pemerintah
Kota Depok dengan 010/26-UM. Penerapan kebijakan
ini bertujuan untuk secara bertahap dapat mengurangi
ketergantungan masyarakat terhadap komoditas beras
sebagai bahan pangan pokok dan beral ih ke sumber
pangan lainnya seperti sayuran, buah-buahan, protein
hewani maupun nabati . Meskipun penerapan kampanye
ini masih menimbulkan sejumlah perdebatan karena
berimbas pada penurunan pendapatan sejumlah
pemil ik rumah makan, namun tujuan positif yang
dibawa oleh kebijakan One Day No Rice sangat layak
untuk didukung oleh segenap elemen masyarakat.
Pembangunan infrastruktur,
khususnya infrastruktur pertanian
perlu menjadi fokus pemerintah.
Selama ini, beban anggaran untuk
pembangunan masih difokuskan
pada investasi sektor-sektor yang
dapat menghasilkan perputaran
uang (cash money) yang tinggi
karena diperlukan guna
memulihkan perekonomian
nasional . Namun pembangunan
infrastruktur lebih difokuskan pada
usaha perbaikan dan pemel iharaan
saja.
Infrastruktur pertanian sendiri
merupakan suatu bangunan fisik
(struktur) pendukung
pengembangan pertanian.
Infrastruktur pertanian terbagi
menjadi dua bagian, yaitu
infrastruktur hulu (on farm) dan
infrastruktur hil ir (off farm) .
Infrastruktur hulu (on farm)
mencakup semua sarana dan
prasarana yang digunakan dalam
proses bercocok tanam, seperti
bangunan penyedia air irigasi (dam,
sumur pompa), saluran irigasi dan
drainase. Sedangkan infrastruktur
hil ir (off farm) mencakup segala
sarana dan prasarana yang
digunakan untuk menyimpan dan
mendistribusikan hasil-hasi l
pertanian, mel iputi gudang
penyimpanan, akses jalan, alat
transportasi serta kemudahan akses
pertanian.
Kondisi infrastruktur pertanian hulu
(on farm) saat ini belum terintegrasi ,
baik dari sistem mau penerapan
teknologinya. Menurut data tahun
2011 dari Sekretaris Jenderal
Kementerian Pekerjaan Umum
sekitar 10 persen sistem irigasi yang
dikelola oleh pemerintah pusat dan
sekitar 60 persen saluran irigasi
yang dikelola pemerintah daerah
berada pada kondisi yang tidak
memadai. Selain itu, kurangnya
pembangunan waduk dan jaringan
irigasi baru saat ini juga disinyal ir
turut mengakibatkan tidak
optimumnya hasil produksi petani
kita.
Pembangunan transportasi
merupakan fokus utama dalam
pengembangan infrastruktur hil ir
saat ini . Namun pengembangan
tersebut kurang memperhatikan
ketersediaan gudang penyimpanan
hasil pertanian sebelum
didistribusikan ke pasar. Fakta
menunjukan bahwa saat ini
keberadaan gudang penyimpanan
hasil panen masih kurang. Selain
itu, kemudahan masyarakat untuk
bisa mengakses hasil pertanian pun
masih kurang.
Oleh karena itu, dalam perencanaan
pembangunan transportasi
pertanian perlu dikembangkan
dengan lebih komprehensif lagi dari
hulu ke hil ir, dalam artian hasil
produksi pertanian tersebut bisa
disimpan ditempat yang layak
hingga produksi tersebut bisa
sampai ke tangan konsumen di
berbagai pelosok dengan lancar
agar kual itas produknya tetap
terjaga.
Pembangunan infrastruktur
pendukung pertanian secara besar-
besaran pernah dilakukan pada
masa orde baru. Pada masa itu
perhatian pemerintah terhadap
bidang pertanian cukup besar dan
mempunyai target yang jelas yaitu
tercapainya swasembada beras, dan
pada tahun 1984 benar-benar
terwujud. Sepanjang 1970-an
hingga 1980-an dilakukan investasi
besar-besaran untuk infrastruktur
pertanian. Sejumlah waduk,
bendungan, dan irigasi dibangun
pada masa tersebut.
Pada masa pemerintahan Presiden
Soeharto juga dikembangkan
institusi-institusi yang mendukung
pertanian. Institusi tersebut mulai
dari koperasi khusus petani, Bulog
yang menampung hasil panen,
institusi penel itian seperti BPTP
untuk mengembangkan inovasi dan
teknologi di bidang pertanian,
hingga bentuk kerjasama antara
lembaga pendukung sarana dan
prasarana utama penunjang
pertanian yang berkaitan dengan
penyedia irigasi dan pupuk.
Pemerintah saat ini juga tengah
melakukan perbaikan dan
pengembangan infrastruktur
pertanian. Salah satunya dengan
program yang dijalankan oleh
Sistem Logistik Nasional (Sislognas).
Rencana aksi Sislognas berdasar
pada enam kunci yakni komoditas
penggerak utama, pelaku dan
penyedia jasa logistik, infrastruktur
transportasi , teknologi informasi
dan komunikasi , manajemen
sumber daya manusia dan
regulasi/kebijakan.
Tidak hanya itu, pemerintah juga
telah berupaya untuk melakukan
penel itian di bidang inovasi
teknologi. Melalui Badan Litbang
Pertanian, Kementerian Pertanian
fokus untuk menghasilkan inovasi-
inovasi teknologi baru guna
memenuhi kebutuhan pangan yang
terus berkembang. Namun,
pelaksanaan dan implementasinya
perlu tetap diawasi dan dibarengi
pula dengan perbaikan dan
peningkatan teknologi di sisi
sektor-sektor fundamental lainnya.
Dil ihat dari kesuksesan swasembada
beras pada beberapa dekade lalu ,
infrastruktur pertanian memang
sangat berperan dalam
menciptakan kondisi yang kondusif
bagi produktivitas pertanian kita.
Oleh karena itu, pembangunan dan
perbaikan infrastruktur pertanian
harus segara direal isasikan. APBN
disektor pertanian harus lebih
disesuaikan, karena Indonesia
sangat membutuhkan infrastruktur
dan sistem pertanian yang
komprehensif dan implementif,
sehingga dapat mendukung
kemandirian pangan nasional .
Referensi : Balitbang Kementerian
Pertanian
Alisa Fatimah
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan April 2013 19
Sejarah Kebijakan Pangan Indonesia
Alisa Fatimah
20 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan April 2013
Opini Pakar
Ketahanan pangan merupakan salah
satu isu strategis mengingat pangan
merupakan kebutuhan dasar
manusia. Asupan pangan yang baik
menjadi prasyarat yang menentukan
kual itas sumber daya manusia.
Ketahanan pangan juga merupakan
faktor penting dalam mendukung
stabil itas sosial , ekonomi dan pol itik.
Dalam kesempatan wawancara
dengan Guru Besar Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung, Prof.
Bustanul Arifin, konsep ketahanan
pangan yang ideal mengacu pada
Undang-undang No. 18 Tahun 2012.
Bel iau menggarisbawahi beberapa
konsep mengenai ketahanan pangan
yang ideal , yaitu ketahanan pangan
individu, kemandirian pangan dan
kedaulatan pangan.
Konsep pertama yang harus dipenuhi
adalah ketahanan pangan pada level
individu. Hal ini tercermin dari
tersedianya pangan yang cukup, baik
jumlah maupun mutunya, aman,
beragam, bergizi , merata, dan
terjangkau serta tidak bertentangan
dengan agama, keyakinan, dan
budaya masyarakat, untuk dapat
hidup sehat, aktif, dan produktif
secara berkelanjutan.
Konsep kedua adalah kemandirian
pangan, yaitu kemampuan negara
dan bangsa dalam memproduksi
pangan yang beraneka ragam dari
dalam negeri yang dapat menjamin
pemenuhan kebutuhan pangan yang
cukup sampai di tingkat perseorangan
dengan memanfaatkan potensi
sumber daya alam, manusia, sosial ,
ekonomi, dan kearifan lokal secara
bermartabat.
Konsep ketiga terkait dengan
kedaulatan pangan, yakni hak negara
dan bangsa yang secara mandiri
menentukan kebijakan pangan
yang menjamin hak atas pangan bagi
rakyat dan yang memberikan hak bagi
masyarakat untuk menentukan sistem
pangan yang sesuai dengan potensi
sumber daya lokal .
Pada tahun 1984, Indonesia pernah
mencapai swasembada pangan.
Menurut Bustanul , terdapat empat
pilar yang menjadi kunci sukses
tercapainya swasembada pangan
pada waktu itu. Pertama, pendapatan
negara yang besar. Pada saat itu,
besarnya pendapatan Indonesia
berasal dari booming harga minyak
dunia. Ketersediaan pendapatan yang
besar ini digunakan untuk
membangun infrastruktur pertanian
seperti jalan,irigasi ,dan waduk yang
menjadi fokus guna meningkatkan
produksi pertanian.
Kedua, adanya daya dukung pol itik
yang kuat dan koordinasi yang baik
ke daerah untuk mengapl ikasikan
kebijakan nasional . Pada saat itu,
setiap daerah berkontribusi untuk
membangun ketahanan pangan
nasional melalui peningkatan
produksi didaerahnya masing-masing.
Pilar ketiga adalah dukungan
penyuluh. Pada saat itu penyuluh
merupakan ujung tombak dalam
melakukan pembinaan terhadap
petani guna meningkatkan
produksinya. Pilar keempat adalah
konsistensi kebijakan. Pemerintah
menetapkan price band pol icy yang
terdiri dari kebijakan harga atap dan
Oktya Setya Pratidina dan Masyitha Mutiara Ramadhan
Prof. Bustanul Arifin,M.S., Ph.D
Guru Besar Fakutas
Pertanian
Universitas Lampung
Membangun Ketahanan PanganIndonesia
21Tinjauan Ekonomi dan Keuangan April 2013
www.1 23rf.com
kebijakan harga dasar. Kebijakan ini mampu
meminimal isir gejolak harga pangan, sehingga
volati l itas harga terjaga dan mendorong stabil itas
pemenuhan kebutuhan pangan.
Saat ini dalam upaya pencapaian ketahanan pangan,
Pemerintah telah merencanakan program Swasembada
Pangan 2014. Terdapat l ima komoditas yang menjadi
target swasembada, yaitu beras , jagung, kedelai , gula
dan daging sapi. Bahkan, komoditas beras ditargetkan
mencapai surplus hingga 10 juta ton. Bustanul optimis,
swasembada komoditas beras dan jagung dapat
tercapai pada tahun 2014. Akan tetapi perlu usaha yang
lebih keras lagi untuk mencapai swasembada kedelai ,
sapi dan gula.
Guna mencapai swasembada pangan 2014 diperlukan
dukungan infrastruktur pertanian dan program subsidi
pertanian. Bustanul menjelaskan bahwa infrastruktur
merupakan salah satu syarat utama dalam menunjang
pembangunan pertanian. Berdasarkan hasil kajian
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, 52% infrastuktur
pertanian tidak berfungsi optimal . Bustanul
berpendapat bahwa tindakan untuk memperbaiki
infrastruktur tersebut telah ada namun berjalan sangat
lambat.
Salah satu contoh kerusakan infrastruktur yaitu terjadi
pendangkalan saluran primer akibat sedimentasi.
Pendangkalan sungai ini mengakibatkan daya dorong
air untuk mengairi sawah berkurang. Fungsi irigasi
yang tidak sempurna mengakibatkan produksi
pertanian menurun.
Dalam RAPBN tahun 2013, pemerintah telah
menaganggarkan pemberian subsidi untuk
perkembangan sektor pertanian. Subsidi ini terdiri dari
subsidi pangan sebesar 17,2 tri l iun, subsidi pupuk
sebesar Rp 15,9 tri l iun dan subsidi benih sebesar Rp
137,9 mil iar. Subsidi pangan diberikan dalam bentuk
penyaluran raskin, sedangkan subsidi pupuk diberikan
kepada industri pupuk untuk mengurangi biaya
produksi. Secara karakter, subsidi pertanian termasuk
dalam subsidi faktor produksi maka masih harus
tergantung kual itas dan kemampuan dalam
menkombinasikan faktor produksi. Hal ini yang masih
menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah guna
membangun produktivitas pertanian.
Terkait dengan sumber daya manusia di sektor
pertanian, adanya transisi perubahan mindset membuat
masyarakat mulai beral ih dari sektor pertanian ke sektor
industri . Hal ini menyebabnya rendahnya proses
regenerasi tenaga kerja di sektor pertanian sehingga
rata-rata masyarakat yang bekerja disektor pertanian
berumur 52 tahun.
Oleh karena itu, perlu adanya kebijakan yang mampu
memberikan insentif bagi masyarakat untuk
membangun pertanian dengan teknologi yang modern.
Perlu adanya desain kebijakan yang mampu
mengkoneksikan antara perubahan mindset tenaga
kerja agar tetap mau membangun industri pertanian
terutama pada paska panen dan pemasarannya.
Menurut Prof.Bustanul Arifin, dahulu disetiap sentra
produksi pertanian memil iki tingkat kesejahteraan
masyarakat yang tinggi. Hal ini mampu menjadi daya
tarik bagi masyarakat untuk bekerja di sektor pertanian.
“People Respond to Incentives” tutur Bustanul .
Dengan sumber daya manusia yang unggul , bukan
tidak mungkin kesuksesan swasembada tahun 1984
akan dapat kita raih kembal i .
22 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan April 2013
Keuangan
Pada akhir triwulan I tahun 2013,Bank BUMN, yakni Bank RakyatIndonesia (BRI), Bank TabunganNegara (BTN), Bank BNI dan BankMandiri mengumumkan pembagiandividen sebesar Rp. 12,72 tri l iunatau 30% dari laba bersih. Adapunkomposisi pembagian dividentersebut antara lain BRImembagikan Rp 5,56 tri l iun, BNImembagikan Rp 2,1 tri l iun, BTNmembagikan Rp 409 mil iar, danBank Mandiri membagikan Rp. 4,65tri l iun.
Kinerja Bank Mandiri dari sisiprofitabil itas mencatatkan lababersih pada tahun 2013 sebesar Rp.15,5 tri l iun atau naik sebesar 26,6%dari Rp. 12,2 tri l iun. Laju kenaikanlaba ini ditopang olehpertumbuhan kredit sebesar 23,7%menjadi Rp. 388,8 tri l iun,pertumbuhan fee based incomemencapai Rp. 12,2 tri l iun dan totalgiro dan tabungan mencapai Rp.316, 1 tri l iun.
Secara umum kinerja industriperbankan cukup sol id , tercerminpada tingginya rasio kecukupan
modal rata-rata sebesar 19,2% jauhdi atas angka minimum sebesar 8%dan terjaganya rasio kreditbermasalah (NPL) gross sebesar 2%dibawah angka maksimal sebesar5% pada bulan Februari 2013.Sementara itu pertumbuhan kreditpada bulan Februari 2013 tercatatsebesar 23,4% meningkatdibandingkan tahun sebelumnya(yoy). Laju pertumbuhan kredit,bersumber dari pertumbuhan kreditinvestasi modal kerja dan kreditinvestasi , masing-masing sebesar24,5%(yoy) dan 25,4%(yoy),sementara kredit konsumsi tumbuh20,3% (yoy).
Kebijakan pembayaran dividen inisejalan dengan arahan pemerintahsebagai pemegang sahammayoritas keempat bank tersebutyang menetapkan rasiopembayaran dividen sebesar 30%dari perolehan laba. Kontribusipembayaran dividen perbankankepada APBN diharapkan dapatmenutup kekurangan kontribusiBUMN dari sektor komoditas danagribisnis yang mengalamipenurunan laba.
Berbeda dengan beberapa bankBUMN, seperti di lansir Kontan, BankCentral Asia, melalui PresidenDirekturnya Jahja Setiaatmadjamengungkapkan bahwa rasio finaldividen di kisaran 20%-25% darilaba tahun 2012. Angka inimenurun dibandingkanpembayaran dividen tahunsebelumnya sebesar 26%-27%.Selama beberapa tahun trendividen BCA menurun untukmemperbesar laba ditahan danmemperkuat modal gunamenghadapi pasar bebas di tahun2015. Sepanjang tahun 2012 BCAmencatat laba bersih sebesar Rp.11,7 tri l iun atau meningkat 8,3%dibandingkan tahun sebelumnya.
Sementara itu, Bank CIMB Niagamemutuskan untuk tidakmembagikan dividen, meski lababersih tercatat sebesar Rp. 4,23
tri l iun, atau tumbuh 33%dibandingkan tahun sebelumnya.Hal ini di lakukan untukmemperkuat permodalan untukmembiayai kegiatan operasionalCIMB Niaga.
Kebijakan pembayaran dividenmemil iki dua sisi , d igunakan untukkepentingan pemegang saham,atau digunakan sebagai modal bagiperusahaan untuk membiayaikegiatan operasional , yang padamuaranya akan menghasilkankeuntungan bagi perusahaan.Apabila laba bersih digunakansebagai tambahan modalperusahaan, tentu tidak terdapatkeuntungan bagi pemegang saham.Namun sebal iknya jika seluruh labadigunakan untuk membayardividen, tentu akan menghambatperluasan usaha perusahaan, danakan mengurangi laba yangditerima perusahaan.
Oleh karena itu manajemen perlumenempuh kebijakan yang optimal ,yakni rasio pembayaran dividenditetapkan dengan memperhatikankesempatan perluasan usaha daninvestasi yang mungkin dapatdipil ih perusahaan. Selanjutnyadapat dikalkulasi faktor-faktor lainyang memperngaruhi keuntunganperusahaan di masa depan.Pembayaran dividen diperlukansebagai imbal jasa bagi pemegangsaham, namun jangan sampaimengganggu kegiatan operasionaldan investasi perusahaan.
Bank BUMN Bagikan Dividen Rp 12,72 Triliun
Alexcius Winang
23Tinjauan Ekonomi dan Keuangan April 2013
"Bank Rakyat
Indonesia (BRI),
Bank Tabungan
Negara (BTN),
Bank BNI dan
Bank Mandiri
mengumumkan
pembagian
dividen sebesar
Rp. 12,72 triliun
atau 30% dari
laba bersih. "
Kebutuhan konsumsi daging sapi di Indonesia saat ini
adalah sekitar 1,87 kg perkapita per tahun dan itu
masih terhitung rendah dibandingkan dengan negara
lainnya begitu pula dengan harga daging sapi di
Indonesia saat ini sangat mahal .
Banyak versi penyebab atas kenaikan harga daging sapi
tersebut, diantaranya adalah dari kekurangan pasokan,
kenaikan sapi bakalan yang diimpor dari Austral ia,
adanya kendala biaya transportasi pengiriman yang
mahal sampai dugaan adanya permainan harga
ditingkat pedagang dan pengepul .
Bi la mel ihat data di Badan
Pusat Statistik (BPS) populasi
sapi di Indonesia November
2012 adalah 15,99 juta ekor
sapi dengan potensial stock
sapi yang dapat dipotong
pada tahun 2013 adalah 2,3
juta ekor. Untuk memenuhi
kebutuhan daging sapi di
Indonesia dibutuhkan
384.000 ton daging sapi per
tahun atau sekitar 3,8 juta
ekor sapi dengan bobot minimal 200 kg sedangkan
bobot rata-rata sapi lokal adalah 180 kg.
Perkembangan impor daging sapi berdasarkan data
BPS dari tahun 2010 sampai tahun 2012 cenderung
menurun dimana data disampaikan berturut-turut
sebagai berikut: 140.000 ton, 102,900 ton dan 40,300
ton.
Sistem peternakan sapi di Indonesia menurut data BPS
masih 70% dimil iki oleh orang pribadi, sementara
sisanya dimil iki peternak di sentra produsen sapi.
Peternakan yang dilakukan pun masih secara
tradisional oleh masyarakat petani, dimana
pemel iharaan sapi masih sebagai kegiatan sambilan
dan dianggap sebagai tabungan, hal ini berakibat pada
kinerja pengembangan sapi yang masih rendah.
Sedangkan untuk kegiatan usaha pembiakan
/pembibitan sapi potong masih kurang diminati
perusahaan swasta kerena memerlukan lahan yang
cukup luas dan tidak atraktif secara ekonomis
BUMN sebagai perusahaan mil ik negara memil iki
peranan strategis dalam membantu mensukseskan
program swasembada daging sapi ini karena BUMN
memil iki usaha yang tersebar dibeberapa sektor, baik
dalam bidang perkebunan sampai industri strategis.
Kementerian BUMN mendukung dalam mensukseskan
program swasembada daging sapi, melalui surat
keputusan nomor S-240/MBU/2012 perihal Penugasan
Pelaksanaan Program Integrasi Sapi Sawit. Namun
dalam pelaksanaannya BUMN tidak dapat berdiri
sendiri karena berbeda jauh dari core bisnis mereka.
Untuk dapat memelihara sapi yang di integrasikan
dengan sawit, diperlukan tenaga ahl i yang dapat
memanajemen baik dari pengelolaan pakan,
ketersediaan sapi, perawatan
dan penangan sapi itu sendiri ,
maka dari itu diperlukan sinergi
antara BUMN yang memang
sesuai dengan bidangnya,
kementerian teknis yang terkait
dan Pemerintah Daerah
Pelaksanaan Integrasi sapi sawit
telah berjalan sejak tahun 2011
baik pada RNI dan PT
Perkebunan Nusantara I - XII.
Pola pengembangan integrasi sawit-sapi diarahkan
pada 70% untuk penggemukan (feedlot) dan 30%
untuk pengembangbiakan (breeding). target
Kementerian BUMN dalam swasembada daging adalah
100.000 ekor sapi sampai dengan tahun 2014 namun
pada akhir tahun 2012 baru tercapai 20.000 ekor sapi.
Untuk menanggulangi kesul itan bibit sapi tersebut
maka kementerian BUMN menunjuk PT Berdikari untuk
menjadi salah satu produsen bibit atau bakalan sapi
nasional .
Sedangkan dengan permasalahan distribusi daging
sapi, PT KAI dan PT Pelni sudah siap membantu dalam
hal distribusi daging tersebut. PT Merpati pun
menyatakan kesiapannya dalam mendistribusikan
daging sapi sebanyak 300-500 kg sekal i penerbangan.
Bentuk bantuan distribusi tersebut berupa potongan
harga dalam pengiriman.
Dengan adanya sinergitas yang baik diantara BUMN,
diharapkan mampu untuk dapat menjadikan Indonesia
mencapai swasembada daging di tahun 2014.
BUMN/ Korporasi
Adji Dharma
Sinergitas BUMN Dalam MencapaiSwasembada Daging 2014
24 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan April 2013
investingcaffeine.com
AAda sebuah gambar lelucon dalam
internet yang menggambarkan
praktek pelanggaran lalu l intas.
Gambar tersebut disertai kal imat
“Damai itu indah Rp20.000,00”.
Kalau ingin damai maka siapkanlah
uang damai kepada petugas
sebagai kompensasinya. Kalau
ingin mengikuti proses hukum
maka persiapkanlah waktu untuk
menjalani sidang di pengadilan dan
siapkanlah uang denda sebagai
hukumannya. Sayang, dengan
berbagai alasan, opsi “damai”
sering diambil oleh sebagian
pelanggar lalu l intas.
Dil ihat dari sisi
hukum,
pelanggaran
lalu l intas
merupakan
gambaran
yang tidak baik
mengenai
kedisipl inan
masyarakat
dalam
mematuhi
peraturan. Sebagai hukumannya
Pemerintah mengenakan denda
kepada pelanggar lalu l intas.
Pengenaan denda diharapkan
dapat menjadi efek jera agar
pengendara tidak melakukan
pelanggaran lalu l intas lagi. Selain
itu, di l ihat dari sisi keuangan
negara, denda tersebut akan
menambah penerimaan negara dari
sektor penerimaan bukan pajak
(PNBP).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 22 Tahun 1997 tentang
Jenis dan Tarif PNBP, penerimaan
denda (termasuk didalamnya
denda lalu l intas) merupakan salah
satu jenis PNBP yang ada pada
Kejaksaan Agung. Selama ini,
Kejaksaan Agung telah
menyetorkan PNBP denda
pelanggaran lalu l intas ke Kas
Negara. Masalah muncul dengan
terbitnya Undang-Undang (UU)
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan.
Setidaknya ada 2 permasalahan
yang muncul yaitu mengenai
instansi mana yang berhak
mengelola penerimaan denda lalu
l intas dan penggunaan sebagian
PNBP denda lalu l intas sebagai
insentif.
Permasalahan kewenangan
pengelolaan
penerimaan
denda lalu
l intas
mel ibatkan 2
instansi yaitu
Kejaksaan
Agung dan
Kepol isian. PP
Nomor 50
Tahun 2010
tentang Jenis
PNBP yang berlaku pada Kepol isian
Negara RI juga mengatur
penerimaan denda lalu l intas
sebagai salah satu PNBP yang
berlaku di Kepol isian. Hal ini
bertentangan dengan PP Nomor 22
Tahun 1997 yang menetapkan
penerimaan denda lalu l intas
sebagai salah satu jenis PNBP yang
berlaku di Kejaksaan Agung. Selain
itu, dalam Rancangan Peraturan
Pemerintah tentang Jenis dan Tarif
PNBP Kejaksaan Agung, Kejaksaan
Agung juga tetap mencantumkan
penerimaan denda. Permasalahan
ini sekarang masih berlangsung
dan akan dibahas dalam lingkup
koordinasi Kementerian Pol itik,
Hukum, dan Keamanan.
Ahmad Rifa' i Sapta
Fiskal dan Regulasi Ekonomi
Pengelolaan Penerimaan Denda Lalu Lintas
25Tinjauan Ekonomi dan Keuangan April 2013
"Setidaknya ada 2
permasalahan yang
muncul yaitu
mengenai instansi
mana yang berhak
mengelola
penerimaan denda
lalu lintas dan
penggunaan sebagian
PNBP denda lalu
lintas sebagai insentif.
Sementara itu, permasalahan
penggunaan sebagian PNBP denda
lalu l intas untuk insentif
menimbulkan kembal i pro kontra
tentang earmarking. Secara
sederhana earmarking dapat
diartikan sebagai pendekatan
penganggaran yang
mengalokasikan pendapatan
tertentu sebagai sumber pendanaan
untuk pengeluaran tertentu.
Landasan earmarking adalah
Undang-Undang Nomor 20 Tahun
1997 tentang PNBP. Secara sekilas
earmarking dianggap bertentangan
dengan UU Nomor 17 tahun 2003
tentang Keuangan Negara yang
mewajibkan penggunaan
pendekatan anggaran terpadu
(unified budget) .
Dalam prakteknya kedua
pendekatan tersebut digunakan
dalam sistem penganggaran di
Indonesia.
Beberapa penel itian sudah
dilakukan untuk menilai efektifitas
earmarking. James M. Buchanan
dalam penel itiannya yang berjudul
“The Economic of Earmarked Taxes”
menemukan bahwa terdapat pro
kontra pelaksanaan earmarking.
Pihak yang pro mengatakan bahwa
earmarking merupakan salah satu
alat untuk memacu masyarakat
pembayar pajak mendukung
pengeluaran atau belanja untuk
kegiatan pelayanan umum tertentu.
Alasannya, mereka menganggap
penggunaan dana tersebut memil iki
manfaat secara langsung kepada
mereka.
Sementara pihak yang kontra
mengatakan bahwa pendekatan ini
berpotensi untuk mengurangi
keinginan masyarakat pembayar
pajak untuk menyetujui
penggunaan/pembayaran uang
pajak yang telah mereka bayarkan
(melalui pajak). Alasannya,
penggunaan dana untuk membiayai
kegiatan pelayanan umum tertentu,
tidak memberikan manfaat secara
langsung bagi mereka.
Hasil penel itian lain yang dilakukan
oleh Wil l iam Mc Leary dalam
penel itiannnya yang berjudul
“Earmarking Government Revenues:
Does It Work?” menyimpulkan
bahwa pendekatan earmarking
tidak boleh dikesampingkan begitu
saja. Namun pandangan skeptis
berbagai pihak dinilai cukup
beralasan. Pendekatan earmarking
menyimpan potensi masalah seperti
pertanyaan tentang kecukupan
sumber daya untuk memenuhi
kebutuhan sektoral , kemampuan
lembaga yang ditunjuk untuk
melaksanakan kegiatan earmarking,
kurangnya kontrol atau
pengawasan atas prioritas belanja
atau pengeluaran administrasi , dan
kemungkinan konfl ik dengan
kemampuan pemerintah untuk
meningkatkan sumber daya bagi
anggaran umum atau dengan
kebijakan pemerintah lainnya.
Lalu , bagaimana dengan efektifitas
penggunaan sebagian PNBP denda
lalu l intas untuk insentif? J ika ij in
penggunaan dana tersebut keluar,
maka hal yang perlu ditekankan
adalah penggunaan dana tersebut
harus digunakan secara tepat untuk
mendorong peningkatan pelayanan
publ ik.
26 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan April 2013
l isda24.blogspot.com
www.tempo.comhttp://cdn.thenextweb.com/.com
Kolom MP3EI
Very Yanto
Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia saat ini hampir
menginjak tahun ke-dua. Untuk
mendorong kegiatan proyek MP3EI
dalam waktu yang cukup singkat
telah diselesaikan 43 regulasi baik
yang berlaku secara umum sebagai
suatu Peraturan Perundang-
undangan ataupun Peraturan yang
dibuat dan diperbaiki secara
khusus.
Demi mendukung dan
menyelesaikan permasalahan pada
proyek-proyek MP3EI selama ini,
regulasi yang telah diselesaikan
hingga tahun 2013 mencapai 43
(empat puluh tiga) regulasi . 1 (satu)
Undang-undang yang telah selesai
dibuat dan telah disosial isasikan
yaitu Undang-undang No.2 tahun
2012 tentang Pengadaan Tanah
Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum. Kemudian
peraturan lainnya yaitu 10
(sepuluh) Peraturan Pemerintah
(PP), 19 (sembilan belas) Peraturan
Presiden (Perpres), 1 (satu)
Keputusan Presiden (Keppres), 1
(satu) Instruksi Presiden (Inpres)
dan 11 Peraturan Menteri/Kepala
(permen) yang telah selesai
diperbaiki.
Selain itu juga telah dibuat dan
disahkan peraturan pelaksana dari
Undang-undang No. 2 tahun 2012
yaitu Perpres no. 71 tahun 2012
tentang Penyelengaaraan
Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum yang ditindaklanjuti dengan
Peraturan Kepala Badan Pertanahan
Nasional RI Nomor 5 Tahun 2012
tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Pengadaan Tanah,
Peraturan Menteri Dalam Negeri RI
Nomor 72 Tahun 2012 tentang
Biaya Operasional dan Biaya
Pendukung Penyelenggaraan
Pengadaan Tanah bagi
Pembangunan untuk Kepentingan
Umum yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah dan Peraturan Menteri
Keuangan RI Nomor
13/PMK.02/2013 tentang Biaya
Operasional dan Biaya Pendukung
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah
bagi Pembangunan untuk
Kepentingan Umum yang
Bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.
Perbaikan regulasi dan perizinan di
atas sebagai daya dukung dan daya
dorong dalam mereal isasikan serta
mewujudkan percepatan dan
perluasan kegiatan-kegiatan
ekonomi utama yang terdiri dari
enam koridor ekonomi yaitu
koridor ekonomi Sumatera, Jawa,
Kal imantan, Sulawesi, Bal i-NT dan
Papua-Maluku.
Dalam rangka mempercepat
pembangunan tersebut diperlukan
dukungan infrastruktur serta
dukungan non-infrastruktur berupa
pelaksanaan, penetapan atau
perbaikan regulasi dan perizinan
l intas sektor di tingkat nasional
yang terkait penataan ruang,
tenaga kerja, perpajakan, dan
kemudahan-kemudahan lainya
agar memudahkan dan
memberikan gairah kepada
investor dalam menanamkan modal
di Indonesia. Sehingga dengan
dikeluarkanya peraturan tersebut
diharapkan akan dapat
meminimal isir tumpang tindih
peraturan yang ada, baik peraturan
di tingkat pusat dan peraturan
tingkat daerah maupun antar
sektor lembaga.
Sebagaimana yang diketahui yang
menjadi masalah mendasar dalam
pembangunan infrastruktur adalah
permasalahan pembebasan lahan
khususnya terkait proyek-proyek
MP3EI, sehingga dengan
disahkannya regulasi-regulasi di
atas berikut peraturan pelaksana di
bawahnya sebagai penunjang dan
pelaksana dari regulasi tersebut,
diharapkan dapat menyelesaikan
tantangan dan permasalahan-
permasalah terkait pengadaan
tanah bagi pembangunan untuk
kepentingan umum dalam proyek-
proyek MP3EI sebagai landasan,
acuan dan payung hukum.
Dengan demikian, pemerintah telah
memberikan kemudahan dan
kepastian hukum kepada para
investor baik investor dalam negeri
maupun luar negeri melalui MP3EI .
Banyaknya investor yang telah siap
menanamkan modalnya untuk ber-
investasi di Indonesia baik di
daerah maupun di perkotaan, maka
Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia telah terbukti
memberikan pengaruh yang cukup
signifikan dalam hal pertumbuhan
ekonomi Indonesia.
27Tinjauan Ekonomi dan Keuangan April 2013
Progres 43 Regulasi dalam DebottleneckingProyek MP3EI Indonesia
STren Ketenagakerjaan dan Sosialisasi di Indonesia 2012
Ketenagakerjaan
Secara umum, tingkat partisipasitenaga kerja dan pertumbuhankesempatan kerja di Indonesia lebihtinggi pada tahun 2010-2011dibandingkan dengan tahun 2011-2012. Sedangkan tingkatPengangguran Terbuka (TPT) secaranasional terus menurun dari tahunke tahun. Berdasarkan hasil laporanILO, Indonesia mengalamipenurunan signifikan elastisitaspertumbuhan-ke-pekerjaan diseluruh sektor ekonomi sejak krisistahun 1998. Hal tersebut dibuktikanmasih terdapat pengangguranterselubung, kesempatan kerja disektor formal dan perl indungansosial mengalami perlambatan. Halini , menjadi sebuah tantangantersendiri bagi Indonesia, sehinggadiperlukan perhatian khusus untukmasyarakat demi mendapatkanpekerjaan yang lebih berkual itas.
Berdasarkan elastisitas outputketenagakerjaan per sektor yangterlampir di bawah, tercatat lebihdari satu dekade terakhir elastisitasoutput tenaga kerja berdasarkansektor mengalami penurunanterutama pada sektor: pertanian,kehutanan, perburuan danperikanan, manufaktur,perdagangan grosir, perdaganganritel , restoran hotel , layanankeuangan. Meskipun sejak tahun2005 sampai saat ini perekonomianIndonesia sudah cenderungmeningkat, namun pekerja mudamenghadapi sebuah tantanganbesar.
Dari sembilan lapangan usaha diIndonesia, hanya sektor l istrik, gasdan air, kontruksi, dan layanankomunitas, sosial dan pribaditerdapat lebih banyak kesempatankerja. Sedangkan, sektor-sektorlainnya mengalami penurunandalam kesempatan kerja. Kondisi inikemungkinan dapat terjadi karenaadannya pergeseran zaman yanglebih modern, terglobal isasi danmasif.
Terkait dengan tingkat partisipasitenaga kerja dan pertumbuhankesempatan di tahun 2011-2012yang lebih rendah dibandingkandengan 2009-2010 disebabkanadanya peningkatan penduduk usiakerja yang memil ih untuk menundamasuk ke pasar tenaga kerja untukmeningkatkan pendidikan. Polapikir tersebut merupakan dampakdari tren positif pertumbuhanperekonomian Indonesia dan dapatmeningkatkan penghasilan rumahtangga.
Berdasarkan anal isis ILO,masyarakat Indonesia tergolongmasyarakat yang memil iki tingkatjam kerja yang panjang danberlebihan, tercatat 45,68 persendari angkatan kerja bekerja antara45-59 jam per minggu di tahun2012 dan stagnan dari tahun ketahun. Tidak hanya itu, tingkatpekerja paruh waktu kianmeningkat. Peningkatan ini terjadisecara signifikan pada tahun 2010(16,7 persen) ke 2011 (19,21 persen)yang merupakan dampakketidakpastian ekonomi globalserta indikasi adanya kebutuhanyang lebih besar akan fleksibil itassebagai alternatif mengurangi upahpekerja dan mengatasi fluktuasipermintaan.
Terkait dengan pekerjaan, terdapat60-63 persen dari populasiIndonesia di tahun 2012 memil ikipekerjaan rentan. Dalamklasifikasinya wanita memil ikiprobabil itas tiga kal i lebih besaruntuk masuk kategori pekerjarentan dibandingkan dengan laki-laki. Dengan kata lain, diskriminasigender masih terjadi di Indonesiadengan tingkat upah wanita 30-35persen lebih rendah dibandingkanlaki-laki. ILO telah melakukansebuah anal isis lebih dalam untukmengetahui penyebab darikesenjangan upah dan dikatakanbahwa 59 persen kesenjangan upah
antara laki-laki dan wanita tidakdapat dijelaskan.
Salah satu penyebab darikesenjangan upah dan diskriminasigender adalah perbedaanformal isasi sektor bekerja. Tigatahun terakhir terdapat sebuahpergeseran dari sektor informal kesektor formal yang memperl ihatkanpeningkatan akses pekerjaan formalbaik laki-laki maupun wanita.Pergeseran juga terjadi padakomposisi sektoral perekonomianIndonesia, yaitu pergeseran tenagakerja dari pertanian ke manufakturyang terus berkembang di tahun2012.
Isu-isu ketenagakerjaan Indonesiaterhangat saat ini diantaranyaadalah pertama, isu industrial isasi .Dengan adanya pergeseranterhadap komposisi sektoral telahmenyebabkan peningkatan hargakomoditas pertanian yang baru-baru ini menjadi sebuahkekhawatiran. Pemerintahmenanggulangi permasalahantersebut dengan melakukan imporyang dimana belakangan ini telahterjadi penyelewengan regulasi danpengawasan importir.
Kedua, pengangguran. Isupengangguran juga tidak hanyasebatas kesempatan yang tidak ada,namun juga komposisi umur darisebuah negara harus diperhatikan.Indonesia harus memperhatikanyouth population.Ketiga, labour information.Penyebaran informasi lowonganmasih tergolong sangat terbatasdan belum baik. Sebagai contoh jobfair mayoritas diadakan diuniversitas-universitas saja danperiode pelaksanaan yang jarangmengakibatkan membludaknyapengunjung pada saat pelaksanaanacara. Karena hanya pada momentersebut antara permintaan danpenawaran pekerjaan bertemusecara langsung.
28 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan April 2013
Insani Sukandar
Keempat, upah minimum. DKIJakarta merupakan kontributortingkat pengangguran tertinggi.Kondisi ini merupakan dampak darimigrasi masyarakat daerah ke IbuKota karena tingkat UpahMinimum Provinsi (UMP) DKIJakarta yang lebih tinggidibandingkan dengan daerah-daerah lain. UMP digunakansebagai insentif masyarakat untukbermigrasi dan menyebabkanexcess demand. Peningkatan UMPbaru-baru ini juga menimbulkansejumlah kontradiktif antarapengusaha dan buruh. Salah satudampak yang dirasakan pengusahaadalah penghambatanperkembangan UKM untukmenjadi formal dan penguatan trenotomisasi dari manusia ke robot.Namun, buruh menginginkanpeningkatan UMP karena tidakmendapatkan jaminan sosial yangsemestinya.
Dampak pertumbuhan ekonomimemberikan peningkatan daya bel imasyarakat secara langsung,dimana masyarakat cenderunguntuk menggunakan penambahandaya bel i untuk keperluankonsumsi dan pendidikan.Ketenagakerjaan akan merasakandampak pertumbuhan ekonomiIndonesia dalam jangka panjangmengingat adanya investasi tenagakerja pada bidang pendidikan padaperiode ini.
Untuk saat ini , Pemerintah haruslebih memperhatikan isu-isu yangterkait dengan kesejahteraan baikuntuk pekerja maupun pengusaha.Seperti permasalahan upah yanghingga saat ini menjadi halanganakan peningkatan kesejahteraantersebut. Semestinya, perl indungansosial dan jaminan sosialmerupakan kebutuhan dasar yangmenjadi prasyarat utama untuktenaga kerja. Dari sisi pengusaha,
ILO telah menganal isa bahwaperusahaan yang memil ikianggaran lebih besar pada jaminansosial untuk pekerjanya telahmemil iki tenaga kerja dengantingkat produktivitas yang lebihtinggi, dibandingkan perusahaanyang tidak memil iki anggaranbesar.
Perhatian Pemerintah terhadapkesejahteraan merupakan faktormendasar guna mencapai ataulebih mendekat kepada decentwork. Ditambah dengan pekerjaanyang dapat memberikankeberlanjutan l ingkungan makaakan menuju kepada green jobs.
Referensi :Publikasi ILO
Proporsi Angkatan Kerja Berdasarkan Lapangan Usaha
Elastisitas Output Ketenagakerjaan Berdasarkan Sektor
29Tinjauan Ekonomi dan Keuangan April 2013
KUR dan UKM
Penyaluran KUR pada bulan Maret
2013 meningkat hingga Rp 5,3 tri l iun
dengan jumlah debitur sebanyak
227.471 orang. Sejak bulan
November 2007 hingga Februari
2013 total penyaluran KUR mencapai
Rp 108 tri l iun dengan jumlah
debitur tercatat sebanyak 8,25 juta
orang. Rata-rata setiap debitur
mendapatkan kredit sebesar Rp 13,1
juta per orang dengan tingkat NPL
4,4%.
Bank yang menyalurkan KUR
tertinggi adalah Bank BRI khususnya
KUR Mikro yang telah menyalurkan
hingga bulan Maret 2013 sebesar Rp
57,1 tri l iun. Selanjutnya KUR Ritel BRI
telah menyalurkan sebesar Rp 13,6
tri l iun. Jumlah masing-masing
debitur sebesar 7,5 juta orang dan
83.471 orang untuk KUR Ritel BRI.
Sementara itu penyaluran KUR
melalui BPD bulan Maret 2013
sebesar Rp 95,7 mil l iar dengan
jumlah debitur sebanyak 1.021
orang. Penyaluran tertinggi melalui
BPD periode November 2007 hingga
Maret 2013 adalah Bank Jatim
diikuti Bank Jabar Banten masing-
masing sebesar Rp 3,4 tri l iun dan Rp
2,4 tri l iun dengan jumlah debitur
sebesar 32.552 orang dan 22.638
orang dan tingkat rata-rata NPL
sebesar 8%.
Dil ihat dari sektor yang menerima
KUR pada bulan Maret 2013, sektor
perdagangan mendapatkan KUR
terbanyak hingga 57%. Selanjutnya,
untuk urutan kedua adalah sektor
pertanian yang mencapai 16%.
Berdasarkan sebaran regional
penyaluran tertinggi tercatat pada
provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur
dan Jawa Barat dengan penyaluran
masing-masing sebesar Rp 16,5
tri l iun, Rp 16,3 tri l iun dan Rp 13,8
tri l iun.
Sementara itu samapai dengan bulan
Maret 2013 penyaluran KUR TKI
mencapai Rp 46 mil iar dengan
jumlah debitur sebanyak 3.649 orang
TKI.
Beberapa negara tujuan TKI yang
menerima penyaluran KUR TKI
diantaranya adalah Korea, Malaysia,
Brunei Darussalam dan Hongkong.
Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR)Periode Maret 2013
Windy Pradipta
"Secara sektoral ,
KUR bulan Maret
2013 lebih
banyak disalurkan
untuk sektor
perdagangan
yakni sebesar
57%, diikuti oleh
sektor pertanian
sebesar 16%."
30 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan April 2013
M
Kajian Pembangunan
Endogenous Poverty Line :Perspektif Baru Pengukuran Dampak Kemiskinan
Menurunkan angka kemiskinanadalah salah satu tujuan utama darisetiap kebijakan ekonomi yangdilakukan oleh sebuah negara.Sehingga kajian mengenaikemiskinan selalu menjadi topikpenting yang terus digal i untukmengembangkan formula yangpal ing tepat baik dalam pengukuranmaupun pedoman kebijakan yangharus dilakukan. Salah satu upayatersebut dilakukan oleh TeguhDartanto, dari LPEM UI, melaluipenel itian endogenous poverty l ine.Melalui penel itian ini dicariformulasi garis kemiskinan yanglebih presisi .
Sudah banyak studi mengenaidampak kemiskinan dari sebuahkejadian atau kebijakan ekonomi.Namun kebanyakan studi yangdilakukan mengasumsikan gariskemiskinan yang tetap (fixedpoverty l ine). Penel itian bermaksudmenguji secara empirikperbedaaaan hasil perhitungandampak kemiskinan antara yangmenggunakan fixed poverty l inedan endogenous poverty l ine.
Guncangan ekonomi sebagaimanasebuah kebijakan ekonomi biasanyamemeberikan dampak padaperubahan tingkat kesejahteraan,yang tercermin dari perubahanharga dan tingkat pendapatan.Tranmisi kebijakan ke tingkatkesejahteraan ini dapat dijelaskansecara sederhana dalam konseppermintaan dan penawaran agregatdalam kerangka teorimakroekonomi. Sebagai contohkebijakan peningkatan investasipemerintah dalam infrastrukturakan menstimulasi permintaan,dalam kondisi tidak terjadiperubahan penawaran maka hargaakan bergerak naik karenapenambahan permintaan.
Dalam konteks kemiskinan,kenaikan harga akan mengurangikemampuan masyarakat miskindalam pemenuhuan kebutuhandasar mereka. Sehingga
menyebabkan konsumsi merekasekarang di bawah gariskemiskinan.
Sebal iknya, kenaikan faktor-faktorpendorong pendapatan akanmendorong pendapatan rumahtangga meningkat, yang akanmendorong kemampuan untukmengkonsumsi lebih. Tingkatkonsumsi yang lebih besardibanding garis kemiskinan ini akanmendorong mereka keluar darikelompok masyarakat miskin.
Sehingga dapat disimpulkan bahwasebuah shock dalam ekonomi yangmenyebabkan kenaikan harga akanmemberikan dua dampak kepadakemiskinan. Pertama, menurunkandaya bel i masyarakat. Kedua,menyebabkan naiknya gariskemiskinan.
Kajian mengenai poin pertamasudah banyak dilakukan pada studisebelumnya, yang mengukurdampak dari kenaikan harga (inflasi)terhadap perubahan tingkatkemiskinan di suatu daerah ataunegara. Namun tidak banyak kajianmenyoroti tentang poin kedua,studi sebelumnya hanyamengasumsikan garis kemiskinanyang tetap.
Dartanto melakukan pengujianmenggunakan kedua model gariskemiskinan (fixed-endogenous)untuk mengukur perbedaandampak sebuah shock dalamekonomi terhadap perubahantingkat kemiskinan. Denganmenggunakan computable generalequil ibrium microsimulation (CGE-MS), studi ini membuktikan bahwasaat menggunakan fixed povertyl ine, dampak dari sebuah kebijakanekonomi tidak presisi .
Hasil penel itiannya menjelaskanbahwa, saat menggunakan fixedpoverty l ine, kenaikan harga kedelaisebesar 100% akan meningkatkanjumlah kemiskinan 0,167%.Sehingga dapat dil ihat bahwa
impl ikasinya tidak begitu signifikanterhadap tingkat kemiskinan, yangkemudian tidak akan mendorongpemerintah untuk melakukansebuah kebijakan untukmenstabilkan kembal i harga kedelaitersebut. Namun hasil yang berbedaditunjukkan saat perhitunganmenggunakan endogenous povertyl ine, kemiskinan meningkat sebesar0,483%. Sehingga jelas kanmendorong pemerintah untukmengambil kebijakan menstabilkanharga kedelai . Secara keseluruhanpenel itian yang menggunakanmetode simulasi ini menemukanperbedaan sebesar 0,316 persenperbedaan dampak pada tingkatkemiskinan dari kedua model gariskemiskinan yang digunakan.
Perpektif baru ini perlu menjadiperhatian bersama para pengambilkebijakan, khususnya yangberhubungan langsung dengantingkat inflasi dan welfare secaraumum. Dalam kontek aktualIndonesia, kajian ini barangkal i bisamenjadi salah satu metode yangdigunakan untuk penghitungandampak kemiskinan dari kenaikanharga BBM yang sampai hari inimasih dalam tahapan pemil ihanopsi.
Sudah banyak program kemiskinanyang dilakukan, namun denganmenggunakan fixed poverty l ine,hasil anal isis dampak kebijakancenderung kurang presisi . Perspektifendogenous poverty l ine ini bisajadi solusi untuk menilainya denganlebih presisi .
Referensi:
FKP Tanggal 16 April 2013 – ADB
Indonesia
Riski Raisa Putra
31Tinjauan Ekonomi dan Keuangan April 2013
Laporan Kegiatan
Pada tanggal 1 Maret 2013, Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian RI, Dr.(HC) M.Hatta Rajasa bersama
rombongan BUMN melakukan kunjungan kerja ke
Myanmar. Tujuan kunjungan tersebut adalah menjajaki
kerjasama ekspansi bisnis di Myanmar. Pada
kesempatan itu Menko Perekonomian dan rombongan
disambut langsung oleh Duta Besar RI untuk Myanmar,
Sebastianus Sumarsono. Di sela acara ramah-tamah di
Kantor Kedubes RI, Menko Perekonomian mengatakan
bahwa Myanmar merupakan negara dengan potensi
yang menarik.
Pada hari selanjutnya, Selasa 2 April 2013, Menteri
Perekonomian dan rombongan bertemu dengan
Presiden Myanmar Thein Sein di Nay Pyi Taw City.
Sejumlah poin kerjasama ekonomi dan investasi telah
dibicarakan antara Menko Perekonomian dengan
Presiden Myanmar Thein Sein dan Menteri Perencanaan
Pembangunan Ekonomi Nasional Myanmar. Hasil
pembicaraan tersebut segera akan ditindaklanjuti oleh
kedua negara, khususnya Indonesia.
Menko Perekonomian menegaskan bahwa Indonesia
sangat siap untuk berinvestasi di Myanmar, khususnya
dalam bidang telekomunikasi (PT. Telkom). Indonesia
mendapat peluang untuk berinvestasi di sektor
telekomunikasi , dimana PT. Telkom memenangkan
tender dengan nilai investasi mencapai mil iaran Dolar
AS.
Menurut Hatta Rajasa, selain PT Telkom, BUMN lain
juga telah siap untuk berinvestasi di Myanmar, antara
lain: PT Timah Tbk dan PT PLN (Persero). PT Timah Tbk.
telah memil iki l isensi untuk melakukan operasi tambang
di Myanmar. Sedangkan PT PLN telah siap untuk
membangun power plant dengan supply batubara dari
Indonesia.
Tujuan utama dari pertemuan antara Menko
Perekonomian dengan Presiden, Menteri Perdagangan
dan Menteri Perencanaan Pembangunan Ekonomi
Nasional Myanmar adalah untuk memperkuat
hubungan kerjasama ekonomi kedua negara. Kerjasama
ekonomi tersebut berpeluang meningkatkan
pendapatan investasi Indonesia di luar negeri
menyongsong berlakunya Asean Community 2015.
Sebagai tindak-lanjut pertemuan ini, Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono juga berkunjung ke Myanmar
pada tanggal 23-24 April 2013 untuk menandatangani
beberapa kesepahaman kerja sama ekonomi (MoU).
Presiden Myanmar, Thein Sein, berjanji akan membuka
kesempatan yang luas kepada Indonesia untuk
berinvestasi dalam bidang yang menjadi keunggulan
Indonesia, terutama dalam bidang telekomunikasi ,
pertanian, pariwisata, energi dan mineral . Myanmar juga
akan membuka tiga special economic zone, yang hampir
mirip dengan Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia.
Kesiapan Indonesia untuk berinvestasi di Myanmar
direspon positif oleh Menteri Perencanaan
Pembangunan Ekonomi Nasional Myanmar, Prof.Dr. Kan
Zaw. Menurut Kan Zaw Myanmar saat ini telah
menyiapkan aturan-aturan terkait investasi . Kan Zaw
menjamin keamanan dan kenyamanan BUMN
Indonesia yang ingin berinvestasi di Myanmar. Selain itu
Kan Zaw juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Indonesia karena BUMN Indonesia
telah mengikuti tender di bidang telekomunikasi dan
berharap Indonesia dapat memberikan sumbangan
yang positif bagi rakyat Myanmar.
Referensi:
Bagian Hubungan Masyarakat
Kemenko Perekonomian
Myanmar Menyambut Positif Investasi BUMN Indonesia
Predi Mul iansyah
32 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan April 2013
Selamat Hari Kartini
Untuk informasi lebih lanjut hubungi :Redaksi Tinjauan Ekonomi dan KeuanganKementerian Koordinator Bidang PerekonomianGedung Sjafruddin Prawiranegara (d.h. Gd. PAIK II) Lantai 4Jalan Lapangan Banteng Timur No. 24 Jakarta, 10710Telepon. 0213521843, Fax. 0213521836Email : [email protected]
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan dapat didownload pada websitewww.ekon.go.id