Kabarserasan Edisi 05 (April 2011)

20
Kabar Serasan EDISI 05 - TAHUN I - APRIL 2011 MEDIA PEMBANGUNAN MUARAENIM SRI sang Primadona

description

Kabarserasan Edisi 05 (April 2011)

Transcript of Kabarserasan Edisi 05 (April 2011)

Page 1: Kabarserasan Edisi 05 (April 2011)

Kabar Serasan

EDISI 05 - TAHUN I - APRIL 2011

MEDIA PEMBANGUNAN MUARAENIM

SRI sang Primadona

Page 2: Kabarserasan Edisi 05 (April 2011)

INFOTORIAL

Page 3: Kabarserasan Edisi 05 (April 2011)

Penerbit:YPM Muaraenim Bangkit

Pelindung:Ir. Muzakir Sai Sohar

PU/Penanggung Jawab:Firdaus Masrun

Pemimpin Perusahaan:Asrul Hadi

Pemimpin Redaksi:Khairul Amri

Redaktur:M. Lutfi

Staf Redaksi:Muhammad Al Hadi

RezaDihar D

Fotografer:Riana

Design Grafis:A. Raghib Amirullah

Manajer Adm/Keu dan Sirkulasi:Tita Zen

Alamat Redaksi :Jl Wijaya Timur Raya No 7

Kebayoran Baru, Jakarta Selatan (12170) Telp. (021) 2616 1894

Fax. (021) 7788 5465

Hotline: 0811926736/08176696468

Email: [email protected]

Redaksi menerima kiriman tulisan dari pembaca. Bagi yang

tulisan yang dimuat akan diberikan uang lelah

dan Tulisan maksimal 2 halaman folio (7500

Karakter) dan tidak menyangkut SARA.

Kabar Serasan

3 KABAR SERASAN | Edisi 05 | Tahun I | April 2011

Batu Sandungan RSBI dan SBI

06

Empat Faktor Penentu Kualitas

Pendidikan08

SRI sang Primadona

10

DPRD Muaraenim Sahkan Enam

Raperda 11

Emisi CO2 di Lumut Balai Akan Turun 1,09 Juta Ton Per Tahun12

Prioritas Pembangunan

Muaraenim Bersifat Bottom Up 14

Page 4: Kabarserasan Edisi 05 (April 2011)

Edisi 05 | Tahun I | April 2011 | KABAR SERASAN4

Berjuang Meraih Prestasi

Mens sana in corpore sano adalah sebuah kutipan terpopuler dalam dunia kesehatan dan olahra-

ga. Berasal dari sebuah mahakarya seorang pujangga Romawi, Decimus Iunius Iuvenalis, yaitu Satire X. Da-lam bahasa diartikan “di dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat”. Kemudian kutipan ini menjadi sangat populer di bidang olah raga.

Kabupaten Muaraenim juga me-masukankan unsur sehat dalam mot-tonya yang di singkat SMAS (Sehat, Mandiri, Agamis dan Sejahtera). Un-sur sehat yang kita masukkan dalam motto tersebut tidak lain karena kita menyadari betapa pentingnya ke-sehatan itu. Dan Salah satu kegiatan yang membuat kita sehat adalah de-ngan berolah raga.

Berbagai kegiatan olah raga baik yang sifatnya massal seperti sepeda santai, jalan santai hingga yang bersi-fat kejuaraan sering dilakukan di Ka-bupaten Muaraenim.

Sepanjang tahun 2011 ini, ber-bagai kejuaraan olah raga telah dilak-sanakan, misalnya kejuaraan Liga Pen-didikan Indonesia. Bahkan beberapa waktu lalu Muaraenim terpilih men-

jadi tuan rumah berbagai kejuaraan yang bersifat nasional. Kita menjadi tuan rumah kejuaraan nasional ju-nior Sepak Takraw se-Indonesia. Yang terakhir kita juga terpilih menjadi tuan rumah pertandingan basketball tingkat pelajar SMA se-Sumbagsel.

Suatu kehormatan bagi Kabupa-ten Muaraenim menjadi tuan rumah kompetisi ini dan Pemerintah Kabu-paten Muaraenim dengan senang hati bersedia memfasilitasi kegiatan ini. Lebih dari itu, penyelenggaraan ke-juaraan ini berlangsung sukses.

Terpilihnya Muaraenim menjadi tuan rumah berbagai kejuaraan tentu tidak terlepas dari adanya sarana dan prasarana olah raga yang represen-tatif di Muaraenim.

Dengan adanya berbagai kejuaraan yang berlangsung di Muaraenim, kita bisa berharap akan muncul atlet-atlet handal dari daerah yang kita cintai ini. Tidak hanya handal, tetapi atlet kita kita dapat menjunjung tinggi sportivi-tas dalam meraih prestasi.

Dan saya selaku Bupati tidak se-gan-segan memberikan apresiasi bagi altet-atlet kita yang berprestasi, baik berupa beasiswa maupun hadiah da-lam bentuk materi.

Melalui Dinas Pendidikan Muara-enim kita telah menyusun konsep untuk merekrut 120 siswa SMP yang berprestasi di bidang seni dan olah raga. Siswa yang direkrut akan di as-ramakan dan disekolahkan di SMP N 1 dan SMP N 2. Mereka yang terpiih akan di bina dalam 10 cabang olah-raga.

Dengan rekrutmen dan pembi-naan yang benar diharapkan akan lahir atlet berkualitas handal paling tidak untuk tahap awal mereka akan mampu bersaing di tingkat provinsi.

Jika program ini bisa didukung olah semua elemen termasuk per-usahaan-perusahaan yang ada di Muaraenim, saya yakin dalam tiga ta-hun kita akan mampu mencetak atlet yang berprestasi secara nasional.

Sementara untuk sarana olahraga, Muaraenim telah mempunyai gedung olah raga yang reprenstatif, yakni GOR Pancasila. Bahkan tidak lama lagi kita akan memilki kolam renang yang ber-taraf international.

Program yang dibuat Disdik ini tidak lain untuk memaksimalkan sa-rana dan prasarana olah raga yang telah ada.

Dengan tersedianya sarana olah raga dan pembinaan yang benar, tidak ada alasan jika kita tidak mam-pu mencetak atlet handal, tinggal kemauan pihak-pihak yang terkait. Dengan kerja dan kemauan yang keras serta pembinaan yang benar, prestasi olah raga dari atlet Bumi Se-rasan Sekundang akan kita rasakan dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi. Selamat berjuang untuk meraih prestasi. ]

Ir. Muzakir Sai Sohar,Bupati Muaraenim

DARI MEJA BUPATI

No Telepon Pentingdi daerah Muaraenim:

Polres (0734)421-192

Kodim (0734)421-059

Pemadam Kebakaran (0734)421-113

RSUD DR H M Rabain (0734)421-192

Gangguan PLN (0734)421-601

Gangguan Telkom (0734)421-999

PDAM Tirta Lematang (0734)421-093

Askes Cab Pemb. ME (0734)422-678

Page 5: Kabarserasan Edisi 05 (April 2011)

5 KABAR SERASAN | Edisi 05 | Tahun I | April 2011

OPINI

A da kisah, saat seorang bapak berikrar siap menjual har-tanya demi mendukung seko-lah anak sulungnya, dengan

syarat sang anak setelah lulus di sekolah lanjutan tingkat pertamanya bisa masuk SMA de-ngan status SBI (Sekolah Berstan-dar Internasional). “Habis, kabar yang saya dengar, sekolah SBI itu biar kata bia-yanya selangit, tapi gengsinya tinggi dan keluarnya nanti dijamin bagus, mau cari kerja juga mudah. Ngomong sehari-hari di sekolah aja cas-cis-cus bahasa Inggrisnya,” demikian alasan sang bapak.

Masuk sekolah SBI memang men-jadi keinginan banyak orang tua bagi anak-anaknya. Tak heran, sejak pro-gram pemerintah ini digulirkan, muncul tempat-tempat bimbingan belajar yang menjanjikan para calon siswanya dibuat lebih pintar—jalan mulus menuju sekolah SBI. Para guru sekolah pun tak mau ke-tinggalan, mereka pun berkreasi dengan membuat bimbingan belajar internal de-ngan berbagai formula, dari penambahan jam belajar, memberi pelajaran tambahan di hari libur, hingga bimbingan ke rumah-rumah para siswanya. Semua demi satu tujuan, berjuang masuk sekolah SBI. Ka-rena pihak sekolah pun berkepentingan, citra sekolah akan ikut terdongkrak jika

banyak muridnya masuk sekolah itu. Demikianlah situasi selama hampir

empat tahun terakhir di masyarakat kita, sejak program SBI digulirkan pemerin-tah tahun 2007, saat mana pemerintah menetapkan 260 sekolah unggulan di Ta-nah Air sebagai sekolah rintisan SBI atau RSBI. Sekolah-sekolah RSBI inilah yang kemudian menjadi rebutan, memicu la-hirnya tempat-tempat bimbingan belajar, memacu sekolah-sekolah berbenah, para guru berlomba kursus bahasa Inggris. Pihak sekolah pun tak mau ketinggalan, melihat peluang emas menjual mahal bangku belajar mereka, dengan menetap-kan biaya pendaftaran dan biaya semes-teran dalam skala tinggi, dan para orang tua pun terobsesi memasukkan anaknya karena bisa menaikkan gengsi diri.

Mereka bahkan siap menjual semua hartanya, untuk kelangsungan sekolah anaknya di situ. Dalam sekejap, program SBI telah mengubah wajah pendidikan kita di Tanah Air. Padahal, ini baru sebatas instrument. Ya, pemerintah dengan RSBI sedang melakukan sebuah percobaan meningkatkan mutu pendidikan secara instan. Disebut instan karena tanpa per-siapan matang.

Maka, di sinilah awal munculnya cap di masyarakat bahwa “pendidikan itu ma-

hal” dan “pendidikan bermutu hanya untuk orang kaya”. Inilah yang mengkhawatirkan banyak kalangan. Dalam pelaksanaannya, apa yang dikhawatirkan banyak kalangan itu memang terbukti. Sekolah RSBI men-jelma menjadi sekolah mahal, eksklusif, diskriminatif, dan sangat komersial. Pihak sekolah pun membabibuta, memperta-hankan reputasi sebagai sekolah ekslusif. Demi memenuhi standar minimal mutu siswa—yang tercermin dari angka kenai-kan kelas dan kelulusan, bukan rahasia lagi, banyak guru yang membantu sang murid menjawab soal yang diajukan. Begitupun dengan mahalnya biaya pendidikannya, telah nyata-nyata melanggar UU Sistem Pendidikan Nasional yang menetapkan sekolah publik sebagai tanggungan peme-rintah dan wajib memberi porsi bagi siswa kurang mampu—hal terakhir ini, belum di-jalankan oleh RSBI.

Berdasarkan evaluasi sampai pertenga-han Maret 2011 lalu, RSBI tak ubahnya se-bagai proyek gagal dari pemerintah. Dengan biaya masuk berkisar Rp. 15 juta dan uang sekolah Rp. 450.000 sampai Rp. 500.000, praktis RSBI hampir semua siswanya dari keluarga kaya. Soal kemampuan guru dan kepala sekolah yang diharapkan, juga mengecewakan. Hasil kajian di tahun 2008, sekitar 50 persen guru di RSBI kemampuan berbahasa Inggrisnya ada di level novice (10-250). Sementara untuk guru Matema-tika dan Sains kemampuan di level terendah notice dan elementary. Kemampuan bahasa Inggris kepala sekolah RSBI sekitar 51 per-sen berada di level terendah.

Memang, menjadikan sekolah di Ta-nah Air berstandar internasional adalah amanat UU dan karena itu keputusan Kemendiknas menghentikan sementara mengeluarkan izin RSBI sebagai langkah tepat, karena masih harus dilanjutkan. Kecuali undang-undangnya direvisi. Begi-tupun penghentian kucuran dana ke RSBI yang sudah berjalan hampir lima tahun terakhir, terutama bagi RSBI yang mutu-nya masih tetap jeblok. Pemerintah perlu mencari format dan standar baru yang lebih sesuai. Tapi jika memang dinilai tak sesuai, tak menutup kemungkinan lang-sung menghentikan sama sekali program ini. Karena di beberapa negara, program SBI sudah divonis gagal dan kini diting-galkan. ]

(Penulis adalah Ketua Umum YPM Muaraenim Bangkit)

Untuk menjaga hubungan baik serta mencegah hal-hal yang tidak diinginkan sesama pihak yang berkepentingan. Maka kepada relasi, instansi pemerintah, instansi swasta, bila menerima surat dari pihak maupun yang mengatasnamakan redaksi atau berhubungan dengan Kabar Serasan agar mengkonfirmasikan kepada redaksi. Dalam tugas jurnalistiknya, wartawan kami selalu dibekali kartu pers serta surat tugas sesuai dengan

waktu yang telah ditentukan dari redaksi. Wartawan Kabar Serasan dilarang menerima dan meminta apapun dari narasumber.

SBI, PROYEK GAGAL..?(Oleh Firdaus Masrun)

Page 6: Kabarserasan Edisi 05 (April 2011)

Edisi 05 | Tahun I | April 2011 | KABAR SERASAN6

SOROTAN

Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal da-lam acara "Simposium Sistem RSBI/SBI di Ja-

karta, Rabu, 9 Maret lalu mengakui, ternyata menciptakan sekolah ber-taraf internasional tidak sesederhana dan semudah yang dibayangkan sebe-lumnya. Perlu memahaminya sebagai proses panjang, dan seperti apa wa-jahnya nanti masih belum jelas. Kare-na itu belum ada sekolah yang sudah dinaikkan statusnya menjadi SBI. Se-mua—1.329 sekolah di atas—masih berstatus RSBI. Bahkan ada beberapa di antaranya yang statusnya diturun-kan kembali menjadi sekolah regular.

Pemerintah agaknya berfikir jauh ke depan. Dari pada memaksakan diri melanjutkan program ini tanpa didu-kung kesiapan dan konsep yang ma-tang dan jelas, mendingan mengeva-luasinya secara menyeluruh sekaligus menyiapkan format dan aturan baru. Hal yang selama ini menjadi ganjalan dalam penerapan RSBI selama ini,

pendanaannya sebagian besar ditang-gung pemerintah pusat dan ditambah dukungan para orang tua murid—melalui berbagai bentuk sumbangan.

Dukungan pendanaan dari peme-rintah daerah justru sangat minim. Dari dana yang dimiliki RSBI sekitar 50 persennya dialokasikan untuk sarana dan prasarana, untuk pe-ngembangan dan kesejahteraan guru masing-masing 20 persen dan sisa se-kitar 10 persen lainnya untuk mana-jemen sekolah.

Menteri Pendidikan Nasional Mo-hammad Nuh mengaku bisa mema-hami kritik dan protes masyarakat mengenai RSBI, terutama mengenai kesan RSBI eksklusif dan hanya un-tuk anak orang kaya, karena RSBI memang berbiaya mahal. Padahal, RSBI tetap sekolah publik yang ha-rus mengalokasikan 20 persen untuk siswa dari keluarga kurang mampu.

Menurut Mendiknas konsep dasar RSBI perlu dirombak total karena pelaksanaannya tak sesuai dengan

ide awal. Institusi pendidikan salah menerjemahkan kualitas dengan la-bel "internasional" dan menggunakan pendekatan kelas serta menafsirkan metodologi pengajaran dengan baha-sa asing sebagai bahasa pengantar.

"Tidak penting namanya apa, in-ternasional atau nasional. Masyarakat inginnya institusi pendidikan berkua-litas. Jangan pakai nama internasional jika jiwanya belum internasional," kata Nuh seusai pembukaan "Rembuk Nasional Pendidikan Tahun 2011" di Bojongsari, Depok, Jawa Barat, Rabu, 16 Maret. Mendiknas misalnya, me-nyayangkan ada sekolah RSBI yang menolak menerima siswa kurang mampu.

Wakil Menteri Pendidikan Nasio-nal Fasli Jalal mengakui, dana RSBI tidak seluruhnya digunakan untuk meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar dan kualitas guru, melain-kan juga digunakan untuk pembangu-nan fisik seperti perbaikan ruangan kelas, pembangunan laboratorium, pe-masangan mesin pendingin ruangan, dan pagar atau gerbang sekolah.

Untuk itulah katanya, program SBI dihentikan sementara dan evalua-si yang akan dilakukan pemerintah akan menjadi landasan penyusunan peraturan Menteri Pendidikan Na-sional mengenai RSBI yang akan da-tang. Penyalahgunaan penggunaan dana oleh RSBI selama ini, kata Fasli, menjadi fokus utama evaluasi peme-rintah.

Keputusan pemerintah meng-hentikan sementara program SBI ini bisa dipahami saat kita masyarakat dihadapkan fakta yang disodorkan Mendiknas Mohammad Nuh saat Ra-pat Kerja dengan Komisi X DPR, pada Senin 23 Maret lalu, bahwa berdasar-kan hasil evaluasi pelaksanaan pro-gram SBI sejak 2006-2010 ternyata 88,8 persennya belum melewati mutu standar pelayanan minimal (SPM). Padahal saat bersamaan pemerintah justru gencar menggelontorkan uang agar sekolah unggulan yang dipilih memenuhi standar yang diinginkan.

Pada jenjang SD, baru 3,29 persen dari 146.904 sekolah yang masuk ka-tegori sekolah standar nasional (SSN)

Batu Sandungan RSBI dan SBI

Awal Maret 2011 lalu, pemerintah memutuskan menghentikan pemberian izin baru bagi rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI). Pemerintah mengganggap program RSBI belum mencapai hasil yang diharapkan—jika tak ingin disebut mengecewakan, dan akan melakukan evaluasi menyeluruh kepada 1.329 SD, SMP, dan SMA/SMK berstatus RSBI yang izinnya diberikan sepanjang Tahun 2006-2010.

Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh.

Page 7: Kabarserasan Edisi 05 (April 2011)

7 KABAR SERASAN | Edisi 05 | Tahun I | April 2011

SOROTANatau sekolah ideal. Sebanyak 44,84 persen layanan pendidikan SD bah-kan di bawah SPM. Sebanyak 51,71 persen lainnya baru masuk kategori standar minimal. Pada jenjang SMP, 28,41 persen dari 34.185 sekolah masuk kategori SSN. Lainnya, 26 per-sen SMP masuk kategori di bawah SPM dan 44,54 SMP memenuhi SPM.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2010 ten-tang Standar Pelayanan Minimal Pen-didikan Dasar memuat ketentuan minimal yang harus dipenuhi seko-lah. Untuk lokasi SD misalnya, mesti terjangkau jalan kaki maksimal 3 ki-lometer. Sementara untuk SMP 6 km.

Dalam satu rombongan belajar SD, maksimal siswa 32 orang, sedang-kan SMP 36 orang dan harus ada ru-ang kelas dilengkapi meja dan kursi sesuai jumlah siswa. Kenyataannya, banyak sekolah berjubel siswa de-ngan sarana meja kursi tak memadai. Guru di SD minimal 6 orang. Di SMP satu guru untuk tiap mata pelajaran. Inipun belum bisa dipenuhi. Soal buku teks yang harus disediakan sekolah, juga masih jauh dari harapan.

Kalangan praktisi dan pemerhati pendidikan juga sudah lama berte-riak, minta program SBI dihentikan karena hanya kebijakan semu. Maka mereka mendukung langkah peme-rintah menghentikan sementara pro-yek ambisius ini. Suparto, praktisi pendidikan dari Universitas Muham-madiyah Malang (UMM) mengatakan, pendirian RSBI tak ubahnya sebagai proyek untuk mengeruk uang dari masyarakat, karena output RSBI jelek bahkan tidak lebih baik dari sekolah reguler.

"Seharusnya seleksi masuk RSBI bermula dari siswa reguler lebih dulu. Artinya, semua siswa baru memiliki kesempatan yang sama. Setelah se-mua masuk baru dilakukan seleksi masuk RSBI," kritiknya.

Ketua Umum Ikatan Guru Indo-nesia (IGI) Satria Dharma dalam satu kesempatan bertemu Komisi X DPR RI bahkan tegas menyebut SBI sebagai program gagal dan mendesak komisi bidang pendidikan DPR RI ini segera menghentikan seluruh program ini. Menurut Satria, ada sepuluh kelema-han sekaligus alasan kuat mengapa pemerintah perlu menghentikan pro-gram ini, dari salah konsep, hingga caranya yang merusak mutu pendidi-

kan nasional.Pertama, program SBI tidak di-

dahului riset yang lengkap sehingga tidak jelas apa yang ingin diperkuat, diperkaya, dikembangkan dan diper-dalam dalam SBI. Kedua, SBI program salah model. Kemdiknas membuat panduan model pelaksanaan untuk SBI baru (news developed), tetapi yang terjadi justru pengembangan pada sekolah-sekolah yang telah ada (existing school).

Ketiga, program SBI telah salah asumsi. Kemdiknas mengasumsikan, bahwa untuk dapat mengajar hard science dalam pengantar bahasa Ing-gris, seorang guru harus memiliki TOEFL di atas 500. Padahal tidak ada hubungan antara nilai TOEFL dengan kemampuan mengajar hard science dalam bahasa Inggris. TOEFL bukan-lah ukuran kompetensi pedagogis.

Kelemahan keempat, SBI gagal secara didaktif. Guru tidak mungkin disulap dalam lima hari agar bisa mengajarkan materinya dalam ba-hasa Inggris. Tak heran, banyak siswa RSBI justru gagal dalam ujian nasional (UN) karena mereka tidak memahami materi bidang studinya. Kelemahan kelima, dari SBI adalah menetapkan bahasa Inggris sebagai bahasa yang harus digunakan guru dalam me-nyampaikan materi pelajaran, semen-tara di seluruh negara yang pendidi-kannya sudah maju seperti Jepang, China, Korea justru menggunakan ba-hasa nasionalnya. Keenam, SBI dinilai telah menciptakan diskriminasi dan kastanisasi dalam pendidikan. Dan ketujuh, bahwa SBI faktanya telah menjadi sekolah-sekolah publik itu menjadi sekolah komersial bahkan

sangat komersial. Hanya anak orang kaya yang bisa sekolah di RSBI dan itu berarti RSBI telah melanggar UU Sis-diknas karena pada tingkat pendidi-kan dasar sekolah publik atau negeri ditanggung pemerintah.

Kedelapan, SBI telah menyebab-kan penyesatan pembelajaran. Peng-gunaan piranti media pendidikan mutakhir dan canggih seperti lap-top, LCD, dan VCD juga menyesatkan seolah-olah kalau tanpa itu sebuah sekolah tidak berkelas dunia. Kele-mahan kesembilan, lanjut Satria, SBI telah menyesatkan tujuan pendidikan itu sendiri terutama pada penekanan-nya terhadap segala hal yang bersifat akademik dengan menafikan segala hal yang nonakademik. Seolah tujuan pendidikan adalah menjadikan siswa sebagai seorang yang cerdas akade-mik belaka, padahal pendidikan ber-tujuan mendidik manusia seutuhnya, termasuk mengembangkan potensi siswa di bidang seni, budaya, dan olahraga.

Dan kelemahan terakhir, SBI ada-lah sebuah pembohongan publik. SBI telah memberikan persepsi yang keliru kepada orang tua, siswa, dan masyarakat bahwa SBI sebagai seko-lah yang akan menjadi sekolah ber-taraf (lebih dari sekedar berstandar) internasional. Padahal, masih menu-rut Satria, tujuan itu tidak akan terca-pai dan bahkan akan menghancurkan kualitas sekolah yang ada. Maka, se-perti banyak kalangan, Satria pun bisa memahami sekaligus mendukung keputusan pemerintah menghenti-kan—walaupun untuk sementara dengan alasan akan melakukan eva-luasi, program SBI ini. ] fir

10 Alasan Program RSBI Harus DihentikanKonsepnya tidak jelas, karena tidak diawali dengan riset menyeluruh1. Modelnya salah, panduan baru (news developed) tapi untuk sekolah yang telah ada 2. (existing school)Asumsinya keliru, bahwa mengajar hard science harus oleh guru dengan TOEFL> 500 3. Gagal secara didaktif karena guru dipaksa bisa mengajar dengan bahasa Inggris4. Mengabaikan fakta bahasa Indonesia sebagai bahasa paling dimengerti murid5. Menciptakan diskriminatif dan kastanisasi dalam pendidikan6. Melahirkan sekolah-sekolah komersial7. Menyesatkan hakekat pembelajaran, bahwa peralatan canggih mesti ada dalam 8. pendidikanMenyesatkan tujuan pendidikan itu sendiri bahwa segalanya diukur dari kecerdasan 9. akademik dan mengabaikan non akademik (bakat, dan potensi lain)SBI sebagai pembohongan publik, mencitrakan diri sebagai sekolah bertaraf 10. internasional.

Page 8: Kabarserasan Edisi 05 (April 2011)

Edisi 05 | Tahun I | April 2011 | KABAR SERASAN8

SOROTAN

Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Pendidikan Nasional (Disdik) Kabu-paten Muaraenim Hamirul

Han kepada Khairul Amri dari Kabar Serasan di ruang kerjanya akhir Maret 2011. Mengacu pada keempat faktor itu, ke depan, kata Hamirul, Disdik akan melakukan peningkatan. Disebutkan, pada 2010, Disdik Kabu-paten Muaraenim telah melakukan pendataan terhadap gedung-gedung sekolah. Nanti akan diketahui, mana yang perlu direhab atau jika masih kurang akan dibangun baru. Begitu juga dengan sarana pendukung seper-ti buku, alat peraga, maupun perpus-takaan, semuanya akan ditingkatkan. Termasuk meubelernya.

“Kita juga akan mem-push peru-sahaan lain yang ada di Muaraenim agar turut berpartisipasi dalam pem-bangunan sarana pendidikan di Ka-bupaten Muaraenim. Meskipun APBD untuk pendidikan tergolong besar, tetap saja membutuhkan bantuan pihak ketiga,” kata Hamirul.

Lebih lanjut dia menuturkan bahwa saaat ini di Muaraenim sudah ada forum CSR. Dengan adanya wa-dah ini, Disdik Kabupaten Muaraenim melakukan perencanaan, meng-cre-ate program dengan dana selain dari APBD.

Selain itu, dengan adanya dana tambahan dari CSR ini, Disdik akan meningkatkan kualitas guru, bila per-lu akan melakukan kerjasama dengan luar negeri, misalnya dengan Aus-tralia. Kemungkinan Australia akan memberikan dana hibah.

“Beberapa waktu lalu saya sudah bertemu dari utusan dari Australia untuk membicarkan soal dana hibah itu,” tutur Hamirul. Soal bagaimana mekanismenya, akan dibicarkan ke-mudian.

Dari dana hibah itu, papar Hamirul, Disdik akan membangun ge-dung atau untuk meningkatan SDM, pogram magang maupun untuk siswa yang ingin menaikan jenjang pendidi-kan S 1 sampai S3.

Menurut Hamirul, gedung-gedung sekolah yang berada di Kabupaten Muaraenim secara fisik 85 persen relatif masih baik. Artinya masih layak huni dan masih layak untuk diguna-kan dan tidak menganggu proses be-lajar mengajar. Dan tak kalah penting, untuk peningkatan mutu pendidikan

tentu harus didukung oleh kualitas guru yang baik. “Ini yang harus kita pikirkan bersama,” bilangnya.

Dari segi jumlah guru, Hamirul mengakui tenaga pengajar masih kurang. Idealnya untuk seorang guru mengajar 15-16 siswa. Namun kendala yang terjadi saat ini adalah terjadinya penumpukan guru di daerah tertentu seperti di Kecamatan Lawang Kidul dan Kecamatan Muaraenim. Semen-tara untuk di dearah yang jauh dari dari kota sangat kekurangan tenaga guru. Ini terjadi di daerah Talang Ubi. Di daerah ini masih kekurangan seki-tar 186 tenaga guru. Belum lagi daer-ah lain yang juga mengalami kendala yang sama. Hal ini tentu saja memer-lukan pemikiran yang komperhen-sif. Untuk itu Disdik akan melakukan reposisi. Guru yang menumpuk di daerah tertentu akan di sebar ke de-rah yang masih mengalami kekuran-gan guru. Di samping Disdik juga akan merekut guru baru.

Terkait dengan Rintisan Sekolah

Bertaraf International RSBI, Hamirul mengatakan Disdik terus memacu agar kemampuan mengajar dalam bahasa Inggris terus di tingkatkan. Karena hal ini merupakan salah satu persyaratan RSBI, selain peningkatan mutu.

Jika SDM-nya belum mampu un-tuk mengajar dengan pengatar ba-hasa Inggris, maka akan ditandem-kan. Misalnya guru matematika akan ditandemkan dengan orang yang pan-dai berbahasa Inggris.

Tujuan akhir RSBI ini adalah un-tuk meningkatkan kualitas SDM yang mampu bersaing baik secara nasional maupun internasional. Artinya, jika mereka mampu bersaing secara in-ternasional, maka tidak akan ada lagi kisruh soal tenaga kerja, karena mer-eka mampu bersaing, bahkan mampu menciptakan lapangan kerja.

Menurut Hamirul, untuk men-inggkatkan kualitas SDM di bidang pendidikan bukan hanya pendidikan intlektual dan akademis saja, tetapi

Tinggi rendahnya kualitas pendidikan ditentukan oleh empat faktor yakni, akses, gedung, sarana pendukung, dan SDM.

Empat Faktor Penentu Kualitas Pendidikan

Kepala Dinas Pendidikan Nasional (Disdik) Kabupaten Muaraenim Hamirul Han.

Page 9: Kabarserasan Edisi 05 (April 2011)

9 KABAR SERASAN | Edisi 05 | Tahun I | April 2011

SOROTANbagaimana kita meningkatkan skill dan kemampuan keterampilan. Kare-na itu, bilang Hamirul, 70 persen ang-garan sekarang sudah mengarah pada keterampilan.

Menyangkut status RSBI yang dis-andang SMA Negeri 1 Muaraenim yang dikatakan telah dibatalkan, Hamirul membantah. Menurutnya yang terjadi adalah dana yang dikucurkan dari pusat untuk masa lima tahun tersebut distop pada tahun keempat. Sedang-kan status RSBI SMU tersebut masih tetap atau tidak dicabut.

Hamirul mengakui memang ada catatan-catatan dari Kementerian Pendidikan Nasional. Nah, catatan-catatan inilah yang harus dibenahi atau ditingkatkan.

Secara umum Pemkab Mauaraen-im sangat konsen untuk meningkat-kan kualitas pendidikan. Salah satu parameternya adalah anggaran pen-didikan di APBD Muaraenim melebihi anggaran yang ditetapkan pemerintah pusat sebesar 20 persen. Sementara anggaran pendidikan di APBD Kabu-paten Muaraenim dialokasikan 36 persen. Ini artinya, Kabupaten yang dipimpin Ir Muzakir Sai Sohar jelas memperhatikan soal pendidikan.

Terkait program RSBI ini, Muzakir mengatakan program ini tujuannya sangat baik. Dan Pemkab Muaraenim sangat siap untuk melaksanakannya. Selain SMU Negeri 1 yang telah ber-status RSBI, SMP N 1 pun telah div-erifikasi untuk persiapan RSBI. Dia bahkan mendorong agar pihak-pihak terkait harus melakukan percepatan, agar status RSBI bisa meningkat men-jadi SBI.

Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Muaraenim yang membidangi pen-didikan H.M Ferdinan S, mengatakan, dari hasil pemantauan beberapa ele-men yang terkait, RSBI yang ada di se-luruh Indonesia itu belum memadai, terutama tenaga pengajar. Tenaga pengajar yang ada di daerah, ternyata baru ada satu dua orang yang mampu mengajar dalam bahasa Inggris.

Selain itu, kata Ferdinan, hal-hal yang menyangkut RSBI itu sendiri tidak punya standar baku. Ini meru-pakan salah satu koreksi terhadap lembaga pendidikan yang ada di In-donesia, yang berstandar RSBI. Kar-ena semua itu tidak terlepas dari keberadaan mereka (sekolah) itu sendiri.

Jika dilihat dari kenyataan sesuai prestasi, daerah ini memang harus pu-nya RSBI. “Dengan adanya RSBI akan menunjukkan kemampuan wilayah kita yang dianggap daerah yang kaya atau mampu hal ini merupakan suatu kebutuhan bagi masyarakat Kabu-paten Muaraenim. Terkait dengan masalah pendanaan dari APBD, DPRD akan mem-back up sesuai dengan ke-inginan masyarakat,” ujar Ferdinan.

Dengan biaya yang lebih mahal masyarakat Muaraenim tentu ber-harap siswa yang dihasilkan dari seko-lah RSBI ini akan lebih berkualitas. Ini yang menjadi tolak ukur pertama.

Pendidikan gratis yang telah di-lakukan di Sumatera Selatan khusus-nya adalah program yang dilakukan untuk dalam sekolah reguler. Semen-tara kebutuhan untuk RSBI ini sendiri memiliki kekhususan tersendiri.

Pada prinsipnya dia menyetujui

dengan adanya RSBI ini, karena meru-pakan salah satu prestise yang harus diberikan Muaraenim kepada dunia luar. Tanpa adanya RSBI mungkin saja Muaraenim akan tertinggal dari daerah lain menyangkut mutu pen-didikan itu sendiri maupun out put yang diberikan oleh anak-anak lulu-san RSBI ini terhadap dunia luar.

Hal ini memang tidak mudah, dia harus terlebih dahulu memenuhi standar yang diberikan oleh Kemen-terian Pendidiakn terhadap RSBI itu sendiri, terutama tenaga pengajar. Dari sisi pendanaan selain dari APBD, juga diharapkan dari kinerja komite sekolah. Dan yang harus dilakukan komite sekolah satu di antaranya adalah meminta bantuan dana dari seluruh perusahaan yang berdomisili di Muaraenim. Termasuk PTBA yang sering memberikan bantuan.

Menyangkut infrastruktur secara umum memang belum mencukupi. Karena kebutuhn RSBI itu sendiri harus ditopang dengan sarana dan prasarana sesuai standar yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pen-didikan Nasional. Dan hal itu wajib kita penuhi.

Untuk menuju Sekolah Bertaraf Interntional memang ada tahapan-tahapannya, dan itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ke de-pan, jika gol, yang diinginkan kualitas SDM yang handal dan mampu bersa-ing baik secara nasional maupun in-ternasional tidak bisa tidak keempat faktor tersebut, yakni akses, gedung, sarana pendukung, dan SDM harus bersinergi. Setelah ini bisa dipenuhi, baru bisa kita bicara kualitas. ] Amr

Page 10: Kabarserasan Edisi 05 (April 2011)

Edisi 05 | Tahun I | April 2011 | KABAR SERASAN10

NASIONAL

Kunjungan Menteri Pertani-an (Mentan) ke Kabupaten Muaraenim didampingi Gu-bernur Sumatera Selatan H.

Alex Noerdin, Kepala Divisi Humas dan Security BP Migas, dan President Director PT Medco E&P Indonesia Budi Basuki, yang disambut oleh Bu-pati Muaraenim, Ir. Muzakir Sai Sohar, Wakil Bupati Muaraenim, H.Nurul Aman, Ketua DPRD Kabupaten Muara-enim, M.Tamrin AZ, Unsur Muspida, Kepala Dinas dan Instansi Lingkup Pemkab Muaraenim, dan dihadiri pula Bupati OKU, Yulius Nawawi.

President Director PT Medco E&P Indonesia, Budi Basuki, mengatakan program SRI organik ini dilaksanakan sebagai upaya pemberdayaan petani oleh PT Medco E&P Indonesia di se-luruh wilayah operasinya, sejak tahun 2008 hingga saat ini. Budi, dalam pa-parannya menjelaskan program terse-but telah diimplementasikan pada enam kabupaten, yakni Aceh Timur, Indragiri Hulu, Musi Banyuasin, Banyuasin, Musi Rawas, Muaraenim.

Sementara Bupati Muaraenim, Muzakir Sai Sohar, dalam sambutan-nya mengatakan, daerah Muaraenim pada 2010 memiliki lahan sawah se-luas 34.837,9 hektar (ha). Berdasar-kan luas areal tersebut, luas panen-nya pada 2010 mencapai 51.032 ha, dengan produksi 247.180 ton gabah kering giling (GKG) atau rata-rata produksi 4,84 ton per ha. Produksi tersebut mengalami peningkatan 5,75% bila dibandingkan tahun 2009, yakni sebesar 232.962 ton GKG. Un-tuk tahun 2011, lanjut Muzakir, sasa-ran luas tanamnya seluas 53.535 ha, dengan target produksi 261.318 ton GKG.

Menurut Menteri Pertanian RI H. Suswono, padi SRI organik ini sangat tepat dilakukan di Indonesia. Mentan pun berharap ke depan luasan areal pertanaman SRI organik ini dapat di-tingkatkan lagi sehingga akan dapat memberikan konstribusi besar bagi ketersediaan pangan masyarakat Indo-nesia yang makanan pokoknya beras.

Mentan juga menjelaskan produk-si beras Indonesia hanya 37.5 juta ton

per tahun, dan untuk konsumsi pen-duduk Indonesia 2.7 juta ton per bu-lan. “Memang produksi beras Indone-sia surplus beras antara 4-5 juta ton per tahun jika dibandingkan dengan kebutuhan beras Indonesia 33.5 juta ton per tahun,” kata Mentan. Lebih-lebih jika dibandingkan dengan Thai-land yang mempunyai produksi beras 20 juta ton per tahun, tetapi konsumsi berasnya hanya 10 juta ton per tahun, dan masyarakatnya tidak hanya beras sebagai makanan pokoknya sehingga negara tersebut dapat mengekspor beras.

Mencontoh dari Thailand, ke de-pan masyarakat Indonesia juga harus membiasakan mengkonsumsi pangan selain beras seperti jagung dan ubi. Sehingga negara kita dapat swasem-bada beras dan menjadi negara pengekspor beras.

Program SRI organik terbukti bisa menghemat bibit dan lebih menghe-

mat air, sehingga dapat menjadi alter-natif terbaik budidaya tanaman padi menghadapi kesulitan air yang suatu saat bisa terjadi. “Kita melakukan berbagai upaya agar target surplus 10 juta ton bisa tercapai. Salah satunya dengan membuat varietas baru yang lebih unggul,” jelas Mentan.

Dalam acara Panen Raya Per-dana Padi SRI Organik ini, dilakukan panen perdana secara simbolis oleh Menteri Pertanian RI H. Suswono, Gubernur Sumsel H.Alex Noerdin, Bupati Muaraenim Ir. Muzakir Sai So-har, Wakil Bupati Muaraenim H.Nurul Aman, Ketua DPRD Muaraenim Tham-rin AZ, Dandim Muaraenim Letkol.Inf Budi Kusworo, Kajari Muaraenim Robert PA, Wakapolres Muaraenim Kompol Kristopo, Direktur PT. Medco EP. Budi Basuki dan kelompok tani Desa Embawang Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muaraenim.

] Humas&Protokol Muaraenim/Amr

Menteri Pertanian Dr. Ir. Suswono, MMA, melakukan kunjungan kerja dalam rangka kegiatan panen padi perdana SRI (System of Rice Intensification) organik di Desa Embawang, Kecamatan Tanjung Agung, Kabupaten Muaraenim, Sabtu, 12 Maret 2011.

SRI sang Primadona

Menteri Pertanian Dr. Ir. Suswono, MMA menyerahkan bantuan sapi secara simbolis saat kunjungan kerja dalam rangka kegiatan panen padi perdana SRI.

Page 11: Kabarserasan Edisi 05 (April 2011)

11 KABAR SERASAN | Edisi 05 | Tahun I | April 2011

LEGISLASI

Meskipun dalam pandang-an umum anggota dewan atas nama fraksi sem-pat mempermasalahkan

Raperda tentang retrebusi perizinan tertentu. Karena didalam Raperda itu terdapat retrebusi izin penjualan minuman beralkohol. Namun setelah mendapatkan penjelasan dari ekse-kutif, akhirnya delapan fraksi yang ada di gedung wakil rakyat tersebut menyetujui dan mengesahkan Raper-da tersebut.

Pengesahan Raperda itu berlang-sung dalam rapat paripurna yang di-pimpin Ketua DPRD M Thamrin AZ SH. Rapat itu dihadiri Bupati Muaraenim, Ir Muzakir Sai Sohar, para kepala dinas, unsur Muspida serta camat di lingkungan Pemkab Muaraenim. Adapun ke enam Raperda yang di-sahkan menjadi Perda tersebut yakni Perda tentang retrebusi jasa umum, Perda tentang retebusi jasa usaha, Perda tentang retrebusi perizinan tertentu, Perda tentang pengelolaan pertambangan mineral dan batubara, Perda tentang izin usaha industri, izin perluasan dan tanda daftar industri. Serta Perda tentang penambangan pe-nyertaan modal Pemkab Muaraenim pada Perusahaan Daerah Air Minum Lematang Enim.

Bupati Muaraenim, Ir Muzakir Sai Sohar, dalam rapat paripurna itu me-ngatakan, dia mencermati apa yang disampaikan oleh anggota dewan, baik melalui pemandangan umum anggota dewan atas nama fraksi dan penyampaian laporan Panitia Khusus (Pansus).

Menurut Muzakir, banyak saran, pendapat dan masukan yang sangat berharga serta dipandang perlu un-tuk ditindak lanjuti. Semua itu tidak lain untuk lebih menyempurnakan Perda yang telah dibahas. Sehingga akhirnya akan terbit suatu kebijakan daerah yang betul-betul aspiratif yang pada gilirannya dapat diterima selu-ruh lapisan masyarakat Kabupaten Muaraenim.

Untuk perubahan draf Raperda yang ada,serta rekomendasi yang di-sampaikan oleh pansus akan menjadi perhatian eksekutif dalam penyem-purnaan Raperda yang telah dibahas dan akan ditindak lanjuti sesuai de-ngan ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku.

Sementara itu, juru bicara Fraksi

PDI-P, Aries HB SE, mengatakan Frak-sinya menyambut baik Perda tersebut. Dengan adanya Perda itu, kata Aries, menunjukkan telah terealisasinya oto-nomi daerah yang hidup, dinamis se-suai dengan tuntutan kehidupan yang semakin maju. Selain itu, kata Aries, Perda yang baru disahkan ini mencer-minkan keinginan untuk kehidupan yang tertata dalam bingkai norma dan aturan sesuai dengan peraturan dan hukum yang berlaku.

Disisi lain diharapkan agar Perda tersebut mampu memfasilitasi dan mendorong pembangunan agar ke-hidupan rakyat semakin sejahtera. Perda juga harus mampu memberi ruang gerak, ruang usaha kepada masyarakat terlebih masyarakat la-pisan bawah. Kemudian perda harus tetap berada pada koridor peraturan dan hukum, sehingga tidak terjadi duplikasi ataupun friksi dengan pera-turan lain yang lebih tinggi.

Dari 6 perda yang diajukan, 3 di-antaranya tentang retribusi. Hal ini

menunjukakan tujuan dibuatnya per-da ini adalah usaha untuk meningkat-kan pendapat asli daerah. Karena re-trebusi daerah merupakan cerminan usaha memungut atau mengenakan kewajiban kepada seseorang atau ba-dan oleh daerah. Pemerintah daerah dapat memungut apabila pemerintah mampu menyediakan sesuatu baik berupa barang ataupun jasa.

Semoga saja 6 Raperda yang telah disahkan ini berdampak positif bagi perkembangan pembangunan di Ka-bupaten Muaraenim. Pembentukan perda haruslah benar-benar berdasar-kan kebutuhan nyata, bukan sekedar memenuhi target jumlah perda yang harus ditetapkan. Dan merupakan rancangan yang sudah terkonsep dan terencana dengan baik, melalui kajian ilmiah yang sesungguhnya dan bukan kajian pelengkap agar memenuhi syarat untuk dibahas, mampu menye-lesaikan permasalahan-permasalahan di daerah, dan membawa manfaat yang besar bagi masyarakat. ] RSM/Amr

Setelah hampir satu bulan lebih melakukan pembahasan, akhirnya Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Muaraenim berhasil merampungkan tugasnya mengesahkan enam Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) menjadi Peraturan Daerah.

DPRD Muaraenim Sahkan Enam RaperdaKetua DPRD Muaraenim M Thamrin AZ SH (kanan) menandatangani pengesahan enam Raperda disaksikan Bupati Muaraenim Ir Muzakir Sai Sohar (kiri).

Page 12: Kabarserasan Edisi 05 (April 2011)

Edisi 05 | Tahun I | April 2011 | KABAR SERASAN12

EKBIS

Keberadaan geothermal (en-ergi panas bumi) sebagai alternatif bahan bakar yang ramah lingkungan menjadi

pertimbangan bagi PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) untuk mengikat kontrak kompensasi pen-gurangan emisi berbasis clean devel-opment mechanism (CDM) dengan konsultan global asal Swiss, South

Pole Assets Management Ltd. Adapun pengurangan emisi di lapangan panas bumi Lumut Balai unit 1 dan 2, Su-matera Selatan sebanyak 1,09 juta ton karbon (CO2) per tahun.

Dalam kerja sama ini, South Pole akan membayar tiap ton karbon reduksi di dua lapangan panas bumi PGE, Ulubelu unit 3 dan 4 dan Lumut Balai unit 1 dan 2, sejak produksi per-

dana di 2014. Basis harga terendah (floor price) disepakati Euro 6 per ton karbon.

Kesepakatan dikukuhkan mela-lui penandatanganan Emission Re-duction Purchase Agreement (ERPA) antara PGE dan South Pole di kantor pusat Pertamina, Jakarta medio Maret 2011. Menurut Direktur Utama PGE Abadi Poernomo, kontrak ini berlaku 20 tahun dengan evaluasi tiap tahun.

“Harga kesepakatan ini harga te-rendah. Artinya, harga riilnya tetap mengambang mengikuti fluktuasi harga di pasar internasional. Makin tinggi, kami dapat kompensasi lebih banyak. Jika harga pasar di bawah Euro 6, mereka nombok,” ujar Abadi.

Dari harga jual, South Pole menda-patkan fee sebesar 12%. Fee tersebut diberikan karena perusahaan ini yang mengajukan registrasi proyek kepada CDM Board di Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).

Abadi melanjutkan, lapangan Ulubelu unit 3 dan 4 dan Lumut Balai unit 1 dan 2 masing-masing berka-pasitas 110 megaWatt (mW). Jumlah pengurangan emisi di kedua lapangan diestimasikan 1,09 juta ton karbon per tahun. Dengan floor price Euro 6 per ton, PGE sedikitnya mendapatkan Rp85 miliar per tahun. Adapun saat ini harga di pasaran berkisar Euro 11 per ton.

“Proyek CDM memang mulai di-ajukan sejak awal pengerjaan proyek. Ini agar Board di PBB bisa menilai ke-layakan proyek tersebut untuk proses register-nya,” ujarnya.

PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) merupakan anak perusahaan PT Pertamina (Persero), berdiri sejak tahun 2006. Sahamnya 91% dimiliki oleh PT Pertamina (Persero) dan 9% oleh PT Pertamina Dana Ventura.

Energi BersihGeothermal atau panas bumi

merupakan salah satu energi alami di dalam bumi, hasil interaksi antara

Semakin minimnya cadangan minyak bumi dunia menyusul pemanasan global dan perubahan iklim yang semakin menjadi, Indonesia harus segera menggeser penggunaan energi fosil menjadi energi terbarukan (renewable energy) yang jauh lebih bersih dan ramah lingkungan.

Emisi CO2 di Lumut Balai Akan Turun 1,09 Juta Ton Per Tahun

Lokasi Geothermal Energy Lubuk Balai, Semende Darat Laut.

Page 13: Kabarserasan Edisi 05 (April 2011)

13 KABAR SERASAN | Edisi 05 | Tahun I | April 2011

EKBISpanas batuan dan air yang mengalir di sekitarnya. Merupakan sumber energi yang terbarukan (renewable energy).

Namun, pemanfaatan energi pa-nas bumi memang tidak mudah. Ener-gi panas bumi yang umumnya berada di kedalaman 1.000-2.000 meter di bawah permukaan tanah sulit ditebak keberadaan dan "karakternya". In-vestasi untuk menggali energi panas bumi tidak sedikit karena tergolong berteknologi dan berisiko tinggi. In-vestasi untuk kapasitas di bawah satu MW, berkisar US$ 3.000-5.000 per kilowatt (kW).

Sementara untuk kapasitas di atas satu MW, diperlukan investasi US$ 1.500-2.500 per kW. Tantangan selan-jutnya adalah akibat sifat panas yang "site specific" kondisi geologis setem-pat. Karakter produksi dan kualitas produksi akan berbeda dari satu area ke area yang lain.

Penurunan produksi yang cepat, sebagai contoh, merupakan karakter produksi yang harus ditanggung oleh pengusaha atau pengembang, dita-mbah kualitas produksi yang kurang baik, dapat menimbulkan banyak masalah di pembangkit. Misalnya, kandungan gas yang tinggi mengaki-batkan investasi lebih besar di hilir atau pembangkitnya.

Dalam pembangkitan listrik, har-ga jual per kWh yang ditetapkan PLN dinilai terlalu murah sehingga tak se-banding dengan biaya eksplorasi dan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). Dalam hal ini, PLN tidak bisa disalahkan karena tarif dasar listrik yang ditetapkan pe-merintah masih di bawah harga ko-mersial, yaitu tuluh sen dollar AS per kWh.

Di sisi lain, adanya potensi panas bumi di suatu daerah biasanya di pe-gunungan dan terpencil-sering tak bisa dimanfaatkan karena kebutuhan listrik di daerah itu sedikit sehingga belum ekonomis untuk mengeksplor-asi dan memanfaatkan energi panas bumi tersebut.

Pada kenyataannya, pembangkit listrik yang menggunakan energi pa-nas bumi memberikan beberapa ke-untungan, di antaranya menghasilkan emisi yang lebih rendah dibandingkan dengan pembangkit lain seperti batu-bara, minyak atau yang menggunakan gas alam.

Oleh karena itu, prospek bisnis

panas bumi di masa datang cukup se-rah seiring kebijakan Clean Develop-ment Mechanism (CDM). Manfaat lain terhadap lingkungan adalah tidak ter-jadinya pembuangan limbah secara terbuka karena air kondensat dan air produksi diinjeksikan kembali ke da-lam sumur untuk menjaga kestabilan tekanan reservoir.

Hal ini menjadikan panas bumi sebagai energi alternatif yang renew-able (terbarukan). Di samping itu luas lahan yang digunakan relatif lebih ke-cil dibandingkan dengan proyek pem-bangkitan/ penambangan lain.

Dirjen Energi Baru dan Terbaru-kan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia Luluk Sumi-arso mengatakan saat ini Indonesia masih sepenuhnya bergantung pada bahan bakar fosil seperti minyak bumi, batubara dan gas. Bahan bakar fosil di Indonesia digunakan oleh 95 persen penduduk maupun pelaku in-dustri, dengan konsumsi energi men-ingkat tujuh persen setiap tahunnya.

Padahal bahan bakar fosil ini ikut 'berkontribusi' terhadap total emisi energi CO2, yang hingga 2008 tercatat mencapai 351 juta ton. Selain itu bah-an bakar fosil jelas merupakan energi yang tidak bisa dibarukan. Jika terus digunakan, tentu persediaan bahan bakar akan habis.

Sementara, sumber-sumber en-ergi terbarukan, yang notabene jauh lebih banyak ketimbang bahan ba-kar fosil, belum dimanfaatkan secara optimal. Energi terbarukan seperti hydrogen, air, panas bumi, dan seba-gainya masih dianggap sebagai energi alternatif, di mana penggunaannya hanya mencapai lima persen.

"Selama ini, kebutuhan energi

masyarakat belum cukup efisien. Ke-butuhan tersebut kemudian dipenuhi oleh energi fosil dengan biaya bera-papun, bahkan pemerintah memberi-kan subsidi untuk bahan bakar itu. Sementara, energi terbarukan hanya dipandang sebagai sumber energi al-ternatif," ucap Luluk.

Luluk mengklaim, Indonesia memiliki masa depan cerah dalam penggunaan energi alternatif, karena masih banyak sumber energi yang bisa dieksplorasi.

"Saat ini, mayoritas pelaku indus-tri sudah banyak memanfaatkan tena-ga air, di mana sumbernya tidak akan habis. Tapi, kita belum mengoptimal-kan sumber energi terbarukan lain seperti panas bumi, bio energi, tenaga matahari ataupun tenaga samudera," jelas Luluk.

Khusus untuk panas bumi, ujar Luluk, jelas masih banyak yang bisa dieksplorasi karena Indonesia memi-liki sumber panas bumi sebanyak 28 ribu megawatt, sedangkan yang digu-nakan saat ini masih kurang dari 12 ribu megawatt.

Penggunaan dan pengembangan energi terbarukan serta pelaksanaan konservasi energi ini sejalan dengan komitmen Indonesia yang dikemu-kakan Presiden Susilo Bambang Yud-hoyono pada konferensi G-20 di Pitts-burgh (2009) dan Konferensi Para Pihak ke-15 CITES atau COP15 untuk mengurangi emisi gas rumah kaca pada 2020 mendatang.

Indonesia diharapkan bisa men-gurangi tingkat emisi gas rumah kaca hingga 26 persen (767 juta ton) melalui upaya sendiri, dan 41 persen melalui upaya sendiri serta dukungan internasional. ] Dihar

Direktur Utama PGE Abadi Poernomo.

Page 14: Kabarserasan Edisi 05 (April 2011)

Edisi 05 | Tahun I | April 2011 | KABAR SERASAN14

PEMBANGUNAN

Teori manajemen menyebut-kan ada empat pokok hal yang penting dilakukan jika suatu pembangunan akan

terlaksana dengan baik. Salah satu fungsi manajemen itu adalah peren-canaan. Untuk menyusun rencana pembangunan daerah telah diama-natkan dalam Undang Undang No-mor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam perencanaan pembangunan haruslah berbasis kinerja yang penyu-sunannya dilakukan secara aspiratif. Penyusunan rencana pembangunan itu dilakukan mulai dari Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa dan Musyawarah Perencanaan Pem-bangunan Kecamatan. Kemudian dilanjutkan dengan Musyawarah Fo-rum Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) hingga dilanjutkan kepada Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) Kabupaten.

Untuk menyusun perencanaan pembangunan tahun 2012, Pem-kab Muaraenim telah melakukan Musyawarah Rencana Pembangun-an tahun 2011 yang dibuka Bupati Muaraenim, Ir Muzakir Sai Sohar pada akhir Maret 2011.

Acara yang berlangsung di Ge-dung Kesenian Putri Dayang Rindu itu, dihadiri Wakil Bupati Muaraenim, H Nurul Aman, Ketua DPRD, M Tham-rin AZ SH, Kepala Bappeda Provinsi Sumsel, Ir Johanes Hatoruan, Sekda Muaraenim, H Taufik Rahman SH, unsur Muspida serta seluruh SKPD dan camat di lingkungan Pemkab Muaraenim.

Bertitik tolak dari amanat UU Nomor 25 Tahun 2004 itu, Pemkab Muaraenim setiap tahun anggaran dalam melakukan kegiatan pemba-ngunan terlebih dahulu mengadakan Musyawarah Perencanaan Pemba-ngunan (Musrenbang). Apalagi pen-

dapatan APBD Kabupaten Muaraenim pada 2012 diperkirakan dapat dipa-tok cukup besar mencapai Rp 1,697 triliun. Anggaran yang cukup besar itu akan digunakan untuk sepuluh prioritas pembangunan.

Kepala Bappeda Muaraenim, Ir H Abdul Nadjib MM, selaku pani-tia penyelenggara mengatakan, pe-nyelenggaraan Musrenbang RKPD Muaraenim tahun 2011 dimaksudkan untuk mewujudkan koordinasi, inte-grasi, dan singkronisasi rencana kerja perangkat daerah dalam melaksana-kan prioritas pembangunan.

Adapun tujuannya di antaranya guna mendapatkan masukan untuk penyempurnaan rancangan awal RKPD yang memuat prioritas pem-bangunan daerah, pagu indikatif pen-danaan berdasarkan fungsi SKPD. Rancangan alokasi dana desa ter-masuk dalam pemutakhiran ini ada-lah informasi mengenai kegiatan yang

Bupati Muaraenim, Ir Muzakir Sai Sohar mengatakan, dalam pelaksanaan skala prioritas program pembangunan Muaraenim pada 2012 akan dilihat usulan dari bawah, tidak bisa dari atas. “Jika

selama ini skala prioritas bersipat up down, sekarang sifatnya bottom up,” kata Muzakir.

Prioritas Pembangunan Muaraenim Bersifat Bottom Up

(dari kiri) Kepala Bappeda Muara Enim, Ir H Abdul Nadjib MM, Bupati Muara Enim, Ir Muzakir Sai Sohar, Kepala Bappeda Sumsel Ir Johanes Hatoruan dan Ketua DPRD Muara Enim, M Thamrin AZ SH.

Page 15: Kabarserasan Edisi 05 (April 2011)

15 KABAR SERASAN | Edisi 05 | Tahun I | April 2011

PEMBANGUNANpendanaannya berasal dari APBD provinsi, APBN, dan sumber penda-naan lainnya.

Kemudian mendapatkan rincian rancangan awal RKA SKPD, khusus-nya yang berhubungan dengan pem-bangunan (Forum SKPD dan Forum Gabungan SKPD). Serta mendapat-kan rincian rancangan awal kerangka regulasi menurut SKPD yang berhu-bungan dengan pembangunan. Mus-renbang tersebut bertemakan perce-patan pertumbuhan ekonomi lokal yang didukung oleh pemantapan tata kelola pemerintahan yang baik.

Bupati Muaraenim, Ir Muzakir Sai Sohar, mengatakan Musrenbang merupakan kegiatan lanjutan dari Musyawarah Perencanaan Pemba-ngunan Desa dan Musyawarah Pe-rencanaan Pembangunan Kecamatan juga Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagai implementasi UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

Selanjutnya, kata bupati, untuk menyusun rencana pembangunan ta-hunan yang bersifat aspiratif tentunya diperlukan koordinasi dan singkro-nisasi program dari seluruh pemang-ku kepentingan. Wujud koordinasi dan singkronisasi dimaksud antara lain melalui Forum Musrenbang.

Musrenbang ini sifatnya untuk mengkoordinasikan program un-tuk rencana pembangunan di 2012. Dan memberikan gambaran per-siapan pembangunan yang akan di-laksanakan pada 2012. ”Kita bisa memperkirakan berapa kemampuan

anggaran untuk melaksanakan pro-gram yang paling diprioritaskan. Dan skala prioritas akan bisa dilihat usu-lan dari bawah, tidak bisa dari atas. Jika selama ini skala prioritas bersifat up down, sekarang sifatnya bottom up,” Muzakir memaparkan.

Menyikapi rencana pembangunan 2012 yang disebutkan minus Rp 569 miliar, Muzakir menjelaskan, angka itu baru estimasi saja, tidak tertutup kemungkinan malah surplus.

“Kita akan lihat kondisi ke depan, dengan mengerahkan segala potensi yang ada, bisa saja ada sumber penda-patan yang cukup signifikan yang bisa menutup defisit ini. Bahkan bisa sur-plus,” katanya optimis.

Disebutkan, dalam rancangan RKPD Muaraenim tahun 2012 menca-pai Rp 1,697 triliun yang terdiri atas belanja langsung senilai Rp 1,113 tri-liun dan belanja tidak langsung men-capai Rp 586,2 miliar untuk membia-yai 431 program dan 1812 kegiatan yang terdapat pada 61 SKPD meli-puti 22 kecamatan dalam Kabupaten Muaraenim.

Sementara pendapatan tahun 2012 diprediksi mencapai Rp 1,107 triliun, belum termasuk Dana Alokasi Khusus (DAK) dan dana hibah. Jika melihat jumlah RKPD tersebut, maka masih mengalami kekurangan Rp 590 miliar.

Lebih jauh bupati mengemukakan berbagai permasalahan yang menjadi isue utama di Kabupaten Muaraenim antara lain jumlah penduduk miskin masih tinggi mencapai 106.400 jiwa atau 15,96 persen. Indeks pembangu-

nan manusia mencapai 70,38 persen masih relatif rendah dibandingkan beberapa kabupaten/kota di Sumate-ra Selatan.

Selain itu pertumbuhan ekonomi melalui sektor migas tahun 2010 mencapai 5,55 persen, artinya masih jauh di bawah nasional yang mencapai 6,1 persen. Rendahnya pendapatan daerah tahun 2011 hanya mencapai Rp 1,15 triliun dibandingkan kebutu-han riil yang digambarkan dalam RKP tahun 2011 mencapai Rp 1,8 triliun. Serta masih belum optimalnya kinerja pegawai dalam pelayanan publik.

10 Program PembangunanBertitik tolak dari permasalahan

tersebut serta dengan memperhati-kan prioritas pembangunan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2012 dan prioritas pembangunan nasional, maka Kabupaten Muaraenim telah memprioritaskan sepuluh program pembangunan yang benar-benar ber-pihak dengan masyarakat. Adapun kesepuluh program prioritas pem-bangunan tersebut yakni penang-gulangan kemiskinan, tatakelola pe-merintahan yang baik, peningkatan ketahanan pangan, peningkatan akses dan kualitas pendidikan. Kemudian peningkatan kesehatan masyarakat, peningkatan kualitas dan kuantitas pembangunan infrastruktur, pemba-ngunan sumber daya energi, lingku-ngan hidup dan pengelolaan bencana, pemberdayaan UMKMK dan industri, pengembangan kepemudaan, pari-wisata dan kebudayaan lokal.

Sedangkan fokus pembangunan tahun 2012 meliputi penanggulangan kemiskinan, peningkatan ketahanan pangan dan lingkungan hidup, serta pemberdayaan UMKMK dan industri.

Prioritas pembangunan terse-but perlu menjadi perhatian bagi se-mua perangkat daerah dengan tetap mempedomani ketentuan yang telah ditetapkan. Yakni mekanisme perenca-naan dan anggaran yang dilaksanakan harus dikendalikan oleh tujuan yang akan dicapai (policy driven), dan tidak semata-mata dikendalikan oleh keter-sediaan anggaran (budget driven).

Dalam penyusunan perenca-naan pembangunan tahun 2012 menggunakan pendekatan regional/kewilayahan selain pendekatan sek-toral yang telah dilaksanakan selama ini. ] Rsm/Amr

Wakil Bupati Muara Enim H Nurul Aman (tengah), Sekda Muara Enim H Taufik Rahman SH (kanan) hadiri Musrenbang.

Page 16: Kabarserasan Edisi 05 (April 2011)

Edisi 05 | Tahun I | April 2011 | KABAR SERASAN16

DINAMIKA

U ntuk lebih menggenjot peny-aluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) di tahun ini, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil

Menengah (UKM) Syarif Hasan me-minta kalangan perbankan yang me-nyalurkan KUR untuk melakukan di-versifikasi program hingga klustering program penyaluran KUR. Pihaknya pun sudah mengunjungi bank-bank penyalur KUR untuk lebih menggen-jot penyaluran KUR ini.

Menurut Syarif, pemerintah juga telah melakukan perjanjian kerjasama (MoU) dengan 33 kepala dinas yang membidangi urusan KUKM provinsi dan 19 bank pelaksana KUR untuk meningkatkan plafon KUR mikro dari Rp 5 juta menjadi Rp 20 juta serta peningkatan penjaminan pemerintah untuk sektor pertanian, kelautan dan perikanan, kehutanan serta industri kecil dari 70% menjadi 80%.

Apa yang dilakukan pemerintah melalui program KUR bertujuan san-gat baik, untuk meningkatkan per-ekonomian masyarakat menengah ke bawah. Namun keinginan terkadang tak sesuai dengan apa yang diharap-kan. Karena kenyataannya, progarm KUR ini sulit didapat oleh pelaku UM-KMK di daerah, seperti yang terjadi di Kabupaten Muaraenim.

Menurut Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Muaraenim, Minson Dahimat, perkembangan UKM di Bumi Serasan Sekundang ini se-tiap tahun mengalami perkembangan cukup pesat. Usaha seperti koperasi mengalami pertumbuhan sekitar 5 persen.

Untuk program KUR ini, setiap tahun pemerintah pusat mengucur-kan dana sebesar Rp 20 triliun. Na-mun karena peliknya persyaratan dari bank, terutama soal agunan, banyak pelaku usaha kecil di sini (Muaraenim) mengalami kesulitan untuk menda-pat KUR ini. Padahal KUR ini merupa-kan program pemerintah untuk untuk mengembangkan UMKMK yang memi-liki kemampuan untuk berkembang tetapi tidak bisa memenuhi persya-ratan dari bank (tidak bankable).

Untuk meyakinkan bank, maka pemerintah menugaskan Jamkrindo dan Askrindo sebagai lembaga pen-jamin. Artinya bank penyalur seperti BRI tidak perlu jaminan yang terpen-ting adalah feasibility dari usaha itu.

“Namun yang terjadi di Muara-

enim tidak seperti itu, pelaku UKMK masih sulit memproleh dan KUR. Apakah untuk Muaraenim harus ada jaminan seperti yang disyaratkan oleh BRI sebagai bank penyalur dana KUR?” Minson mempertanyakan ke-bijakan BRI.

Untuk membantu pelaku UM-KMK khususnya koperasi, Pemkab Muaraenim telah mempunyai progam Gerbang Serasan. Dalam Program

Gerbang Serasan ini ada konsultan kemiteraan mitra bank (KKMB) untuk membantu pelaku UMKMK, misalnya dalam hal pembuatan proposal untuk memproleh dana KUR.

Pada 2009 lalu, kata Minson Di-nas Koperasi Muaraenim, telah meng-ajukan 7 koperasi untuk mendapat pinjaman dan pemkab membantu da-lam pemabayaran bunga sebesar 50 persen. Jika bunga 18 persen, maka

Program KUR yang diluncurkan pemerintah bertujuan sangat baik, untuk meningkatkan perekonomian masyarakat menengah ke bawah. Namun keinginan terkadang tak sesuai dengan apa yang diharapkan. Karena kenyataannya, program KUR ini sulit didapat oleh pelaku UMKMK di daerah, seperti yang terjadi di Kabupaten Muaraenim.

Pemberdayaan Masyarakat Melalui UKM

Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Muaraenim, Minson Dahimat.

Page 17: Kabarserasan Edisi 05 (April 2011)

17 KABAR SERASAN | Edisi 05 | Tahun I | April 2011

DINAMIKApelaku usaha hanya membatar 9 per-sen dan sisanya dibantu pemkab.

“Selain itu, kita sudah ada per-janjian kerjasama dengan Jamkrindo sebagai penjamin. Namun pada ke-nyataannya dari tujuh koperasi yang diajukan tidak satu pun yang berhasil memproleh dana itu. Padahal ketujuh koperasi yang dipilih merupakan ko-perasi yang anggap bisa berkembang dan akan mampum membayar. Pihak Bank (BRI) hanya sebatas memberi-kan janji-janji saja, tanpa ada realisasi hingga saat ini,” beber Minson.

Minson menuturkan, dalam ber-bagai kesempatan rakornas di Jakarta dikatakan dana untuk peningkatan usaha bagi UMKMK ini setiap tahun bertambah. Seperti tahun ini alokasi KUR bahkan mencapai Rp 20 triliun. Namun pada kenyataannya dana tersebut tidak sampai ke daerah, khususnya Kabupaten Muaraenim.

Kemudian Dinas Koperasi Muara-enim mengajukan pinjaman ke Lem-baga Pengelola Dana Bergulir (LPDB). Pada 2009-2010, ada dua koperasi yang memproleh dana itu. Dan juga melalui Kementerian Koperasi & UKM melalui dana hibah. Dan pada 2010 koperasi yang yang telah disurvey un-tuk menerima dana bergulir itu ada enam koperasi.

Pada sisi lain, dari dana KUR yang dikucurkan untuk UMKMK tiap ta-hunnya, namun Kabupaten Muaraen-im lebih banyak memperoleh bantuan dana kemiteraan (PKBL) dari PTBA.

Dengan sulitnya memproleh pin-jaman dana dari bank penyalur KUR, dinas Koperasi dan UKM sangat ber-terima kasih dengan apa yang telah di-lakukan PT Bukit Asam (persero) Tbk

(PTBA) dalam membantu pelaku UMK-MK di Mauaraenim. Setiap tahun PTBA selalu mengucurkan dana untuk sektor UMKMK ini. Pada 2010 PTBA mengu-curkan dana PKBL sebesar Rp 54 miliar. Namun yang tersalur hanya sekitar Rp 4,9 miliar. Karena prioritas utama pe-nyaluran dana PKBL dari PTBA ini disa-lurkan di ring satu, yakni di Kecamatan Lawang Kidul dan Muaraenim.

Minson berharap pada manaje-men PTBA agar dana dari CSR itu da-pat disalurkan juga ke pelaku usaha UMKMK di kecamatan lain yang ada di Kabupaten Muaraenim.

Untuk 2011, dana PKBL PTBA akan meningkat dari tahun sebelum-nya seiring dengan bertambahnya ke-untungan yang diperoleh perusahaan tambang batubara itu. Untuk tahun ini diharapkan PTBA dapat menyalurkan dana sekitar Rp 68 miliar.

Namun sayangnya selain PTBA, perusahaan-perusahaan yang ber-domisili di Kabupaten Muaraenim kurang perhatian pada sektor ini. Pihak lain yang menyalurkan bantuan adalah Kementerian Koperasi melalui LPDB juga pemerintah daerah.

Pemkab Muaraenim sendiri sejak 2005-2008 telah menyalurkan dana sekitar Rp 1,7 miliar, sedangkan dari pemerintah pusat dana yang telah disalurkan untuk periode 2002–2008 lebih dari Rp 8 miliar. Dana dari pusat tentu dikelola oleh pusat, karena adanya LPDB. Berdasarkan Kemenkeu No 99 dana dari pusat dikelola LPDB. Pelaku UMKMK mengajukan proposal bantuan ke LPDB.

Saat ini koperasi yang ada di Muaraenim sebanyak 482, sementara pelaku usaha UMKM yang terdata se-

banyak 4000 lebih. Bisa dibayangkan, jika pelaku usaha UMKM ini dibantu dalam permodalan tentu saja hal ini akan berdampak pada perekonomian masyarakat Muaraenim. Di antaranya untuk penyerapan tenaga kerja, pen-gentasan kemiskinan, serta pemer-ataan pendapatan.

Khusus untuk koperasi primer minimal memiliki 20 orang anggota, dan anggotanya adalah pelaku usa-ha mikro. Seperti kita ketahui, kop-erasi memilki azas dari anggota un-tuk anggota. Dengan meningkatkan pendapatan koperasi tentu saja akan berdampak pula pada peningatan pendapatan anggotanya.

Khusus di kabupaten Muaraenim, pelaku UMKM terbanyak dari sektor perdagangan dan kerajinan tangan. PTBA juga berperan untuk mening-katkan pemasaran dengan memban-gun rumah kemas. Pelaku usaha yang belum mengetahui cara pengemasan hasil produknya akan terbantu den-gan adanya rumah kemas ini. Dengan pengemasan yang lebih baik, diharap-kan hasil produksi dapat dijual keluar daerah. Kerajinan tangan yang di-hasilkan dari Kabupaten Muaraenim, misalnya maket rumah yang terbuat dari kayu dan kain majun.

Untuk meningkat hasil produksi dari para anggota, Dinas Koperasi & UKM Muaraenim setiap tahun man-gadakan pelatihan bagi koperasi, baik yang diadakan di Muaraenim sendiri maupun yang diadakan di Palembang, serta di daerah lain.

Selain SDM, sabagian besar pelaku UMKM di daerah ini mengalami ken-dala dari sisi permodalan. Untuk perkembangan UMKM diharapkan agar pihak-pihak terkait seperti bank penyalur KUR dapat memberikan ke-mudahan dalam memberikan pinja-man bagi pelaku usaha UMKMK agar dapat mengembangkan usahanya. Karena pemberdayaan pelaku usaha ini menjadi tanggung jawab pemerin-tah pusat, pemerintah daerah, BUMN, maupun BUMS.

Sudah selayaknya BUMN dan BUMS yang ada di Kabupaten Muara-enim dapat ikut membantu mengem-bangkan dan memberdayakan UM-KMK, sehingga daerah-daerah yang belum mendapat perhatian serius dapat memperolah bantuan dari pe-rusahaan-perusahaan lain yang ada di Kabupaten Muaraenim. ] AmrProduk hasil salah satu koperasi yang ada di Muaraenim.

Page 18: Kabarserasan Edisi 05 (April 2011)

Edisi 05 | Tahun I | April 2011 | KABAR SERASAN18

SEKTORAL

Masjid yang berdiri tahun 1904 atau lebih satu abad ini merupakan salah satu masjid tertua di Kabu-

paten Muaraenim. Masjid ini didi-rikan oleh tokoh-tokoh agama yang dipimpin oleh Kyai Haji Asyekh Yahya yang kemudian nama beliau diguna-kan untuk masjid tersebut.

Yang berbeda dari peletakan batu pertama Masjid Jamik As Syech Yahya dengan masjid lainnya adalah pada saat peletakan batu pertama kondisi masjid sudah dalam proses pemban-

gunan dan renovasi. “Hal ini dikare-nakan warga setempat menginginkan peletakan batu tersebut dilakukan langsung oleh Bupati Muaraenim,” kata Drs. H. Thalib Yahya, MBA, Ketua Panitia Pembangunan Masjid Jamik As Syech Yahya.

Semula, peletakan batu pertama pembangunan masjid diagendakan pada bulan Februari, namun pada saat yang bersamaan Bupati Muaraenim melaksanakan ibadah umroh. Sambil menuggu kepulangan bupati dari iba-dah Umroh, pembangunan dan reno-

vasi masjid tetap dimulai. Dalam laporannya Drs. H. Thalib

Yahya, MBA mengemukakan pembi-ayaan pembangunan dan renovasi masjid ini diperkirakan mencapai Rp. 860 juta. Sementara ini dana pemban-gunannya diperoleh dari hasil swa-daya masyarakat, baik di lingkungan Kecamatan Muaraenim maupun war-ga luar yang peduli terhadap sarana ibadah.

Bupati Muaraenim dalam sambu-tannya mengemukakan, “Pemban-gunan masjid ini sesuai dengan visi Kabupaten Muaraenim yaitu untuk mewujudkan masyarakat Kabupaten Muaraenim SMAS (Sehat, Mandiri, Ag-amis, dan Sejahtera).” Muzakir men-jelaskan bahwa peran masjid adalah sebagai wahana umat (muslim) un-tuk meningkatkan kualitas iman dan takwa kepada Allah SWT. Seiring di-laksanakannya pembangunan masjid ini, Muzakir berharap dapat mening-katkan kualitas ilmu, amal, dan iman umat Islam di lingkungan masjid tersebut. Muzakir lantas menekank-an, jangan sampai terjadi bangunan masjid yang megah tetapi kualitas umat sangat minim, bahkan masjid hanya dijadikan simbol semata.

Pada sisi lain Muzakir juga ber-harap apabila pembanguan masjid telah selesai dan dapat digunakan, maka masjid ini juga dapat dijadikan sarana untuk majelis ta’lim dan pen-gajian-pengajian TPA.

Mengakhiri sambutanya, Bupati Ir. Muzakir Sai Sohar menyampai-kan niat untuk memberikan bantuan dana sebesar Rp 128 juta atas nama pribadi, dari total bantuan dana yang dijanjikan. Hari itu bupati menyerah-kan terlebih dahulu Rp 25 juta kepada Drs. H. Thalib Yahya, MBA selaku Ket-ua Panitia Pembangunan Masjid Ja-mik As Syech Yahya, dan sisanya akan diberikan secara bertahap. Peletakan batu pertama ini juga dihadiri oleh Kabag Kesra dan Camat Muaraenim, yang disaksikan warga sekitar dan ra-tusan tamu yang hadir.

] Humas&Protokol Muaraenim

Bupati Muaraenim Ir. Muzakir Sai Sohar melakukan peletakan batu pertama pembangunan renovasi Masjid Jamik As Syech Yahya yang terletak di Kelurahan Muaraenim, Kecamatan Muaraenim, Kamis, 20 Maret 2011. Muzakir sumbang dana Rp. 128 juta.

Pembangunan Renovasi Masjid Jamik As Syech Yahya

Bupati Muaraenim Ir. Muzakir Sai Sohar melakukan peletakan batu pertama pembangunan Masjid Jamik As Syech Yahya.

Page 19: Kabarserasan Edisi 05 (April 2011)

19 KABAR SERASAN | Edisi 05 | Tahun I | April 2011

INFOTORIAL

Page 20: Kabarserasan Edisi 05 (April 2011)

Edisi 05 | Tahun I | April 2011 | KABAR SERASAN20

LENSA SERASAN

Bupati Muaraenim memberikan sambutan saat Musrembang.

Bupati Muaraenim memberikan bantuan tunai ke pengurus pembangunan Masjid Jamik As Syech Yahya.

Gedung baru Lembaga Pemasyarakatan Muaraenim.

Bupati Muaraenim menerima kunjungan Kepala Kejaksaan Tinggi Sumsel terkait pelayanan hukum gratis bagi warga miskin.

Bupati Muaraenim melakukan jump ball saat pertandingan liga basket antar pelajar SMU di GOR Pancasila Muaraenim.

Para petani SRI organik ketika panen perdana bersama Menteri Pertanian.

Para peserta yang mengikuti Musrenbang Kabupaten Muaraenim.

(dari kiri) Bupati Muaraenim, Bupati OKU, Wakil Bupati Muaraenim dan Ketua DPRD Muaraenim saat acara kunjungan Menteri Pertanian di Desa Embawang.