Ebm Bell's Palsy Kedkel

download Ebm Bell's Palsy Kedkel

of 8

description

nmnm

Transcript of Ebm Bell's Palsy Kedkel

Skenario Seorang wanita 45 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan asimetris pada wajahnya dengan sudut mulut sebelah kiri lebih tinggisejak 1 hari yang lalu. Dari hasil pemeriksaan fisik dokter mendiagnosis pasien terkena Bells Palsy. Dokter memberikan rencana terapi acyclovir dan mempertimbangkan untuk menambahkan prednisolone sebagai obat kombinasi.Pertanyaan:Apakah penambahan prednisolone sebagai obat kombinasi lebih efektif dibandingkan pemberian acyclovir saja untuk terapi Bells Palsy pada pasien ini

P: Wanita, 45 tahun dengan Bells PalsyI: Prednisolon + AcyclovirC: AcyclovirO: Prednisolone + Acyclovir lebih efektif untuk penderita Bells Palsy

Jenis Pertanyaan : TerapiKeyword: bells palsy, acyclovir, prednisolonePemilihan Situs: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/clinicalSearch Result: 10Jurnal Relevan: 1. Corticosteroid and antiviral therapy for Bells palsy: A network meta-analysis2. Outcome of Patients Presenting with Idiopathic Facial Nerve Paralysis (Bells Palsy) in a Tertiary Centre A Five Year Experience3. Early Treatment with Prednisolone or Acyclovir in Bells Palsy

Jurnal yang Diambil: Early Treatment with Prednisolone or Acyclovir in Bells Palsy

Resume Jurnal

Bells Palsy adalah penyakit akut, idiopatik yang berupa kelumpuhan unilateral pada nervus fasialis. Dari study yand didapat, penyebab Bells Palsy adalah gangguan pada vaskularisasi, adanya inflamasi dan virus. Terapi penyakit ini sering diperdebatkan dan selalu berubah-ubah. Prednisolone dan acyclovir biasanya bisa diresepkan terpisah atau dikombinasikan.

MethodPasien dipilih dari 17 rumah sakit di Scotlandia yang terdiagnosis Bells Palsy yang dipilih secara randomisasi dan dilakukan follow-up selama 9 bulan. Karakteristik pasien yang dipilih yaitu usia 16 tahun atau lebih, adanya kelemahan unilateral pada saraf fasialis dan dengan onset yang tidak lebih dari 72 jam. Adapun pasien yang tidak masuk kriteria yaitu pasien yang sedang hamil atau menyusui, adanya diabetes tidak terkontrol, pasien dengan ulkus peptic, otitis media supuratif dan pasien yang tidak mampu melakukan inform consent. Pasien menjalani 2 kali randomisasi yang dibagi menjadi 4 grup yaitu pasien yang menerima terapi prednisolone dan placebo, prednisolone dan acyclovir, acyclovir dan placebo serta placebo dan placebo. Setelah randomisasi selama 3-5 hari, peneliti melakukan kunjungan ke pasien. Kunjungan ulang dilakukan pada bulan ke 3 dan jika tidak terlihat adanya perbaikan dalam pengobatan kunjungan dilakukan pada bulan ke 9.Penilain awal diukur menggunakan penilaian sistem House-Brackman untuk melihat fungsi nervus fasialis. Hasil utama dinilai dengan mendokumentasikan penampilan wajah pasien melalui foto dengan 4 penampilan yaitu saat pasien istirahat, saat pasien melakukan senyum yang dipaksa, saat pasien mengangkat alis dan saat pasien menutup mata dengan erat.Penilain kedua diukur dengan melihat kualitas hidup pasien melalui Health Utilities Index Mark, penamilan wajah melalui Derriford Appearance Scale 59, dan rasa sakit melalui Brief Pain Inventory.

ResultHasil terakhir yang didapat yaitu 496 dari 55i pasien yang telat dilakukan randomisasi. Pada bulan ke 3, proporsi pasien yang mengalami pemulihan yang menggunakan prednisolone yaitu 83% sedangkan pasien yang tidak menerima prednisolone 63,6% (P