E tabloid edisi09

16
September | Tahun 2011 www.tabloidgalangkangin.com ; E-mail:[email protected] Edisi 09 Rp. 6.000,- Luar Bali Tambah Ongkos Kirim B ali Menuju Provinsi Koperasi. Benarkah wacana ini dapat sungguh-sungguh terealisasi? Apa bukan sekadar ‘angin surga’ bagi penduduk Pulau Seribu Pura ini? Kenyataannya, secara faktual, berdasar data pada Desember 2010, di Bali ditemukan tak kurang dari 383 koperasi yang dinyatakan dak akf, alias bangkrut. Penyebabnya bermacam- macam. Mayoritas didominasi faktor internal pada koperasi itu sendiri.Apabila dana disebut- sebut sebagai salah satu biang keladi kandasnya koperasi menuju impian untuk menyejahterahkan anggota, sesungguhnya teramat disayangkan jika koperasi keburu patah arang dan mengambil langkah gulung kar. Bukankah ada Kredit Usaha Rakyat atau KUR? KUR, memang digadang-gadang sebagai salah satu alternaf bagi pihak koperasi untuk berkelit dari kesulitan dana. Masalahnya, selama ini ada dilema menghadang. Banyak calon debitur belum memahami program KUR, sehingga kerap terjadi kesenjangan informasi antarpelaku usaha dengan perbankan selaku penyalur KUR. Tak jarang ada perbedaan persepsi antara calon debitur dan perbankan, yang semesnya bisa diatasi dengan lancarnya komunikasi antara kedua belah pihak. Haruskah perbedaan persepsi ini berakhir dengan mbulnya ‘gap’? Sebuah jurang yang memisahkan calon debitur dan pihak perbankan? Lantas, bagaimana mengurai benang kusut KUR agar pihak koperasi sebagai calon debitur dak terus-menerus dirundung galau dan kesimpangsiuran? halaman 7... halaman 4... halaman 11... halaman 13... KUR DI MATA DEBITUR Mengurai Benang Kusut KUR Membedah Keunggulan Pupuk Organik Agrodyke Uniknya Kerajinan dari Bahan Flanel

description

mencerahkan, menggerakkan

Transcript of E tabloid edisi09

Page 1: E tabloid edisi09

September | Tahun 2011 www.tabloidgalangkangin.com ; E-mail:[email protected]

Edisi 09Rp. 6.000,-

Luar Bali TambahOngkos Kirim

Bali Menuju Provinsi Koperasi. Benarkah wacana ini dapat sungguh-sungguh terealisasi? Apa bukan sekadar ‘angin surga’ bagi penduduk Pulau Seribu Pura

ini? Kenyataannya, secara faktual, berdasar data pada Desember 2010, di Bali ditemukan tak kurang dari 383 koperasi yang dinyatakan tidak aktif, alias bangkrut. Penyebabnya bermacam-macam. Mayoritas didominasi faktor internal pada koperasi itu sendiri.Apabila dana disebut-sebut sebagai salah satu biang keladi kandasnya koperasi menuju impian untuk menyejahterahkan anggota, sesungguhnya teramat disayangkan jika koperasi keburu patah arang dan mengambil langkah gulung tikar.

Bukankah ada Kredit Usaha Rakyat atau KUR? KUR, memang digadang-gadang sebagai

salah satu alternatif bagi pihak koperasi untuk berkelit dari kesulitan dana. Masalahnya, selama ini ada dilema menghadang. Banyak calon debitur belum memahami program KUR, sehingga kerap terjadi kesenjangan informasi antarpelaku usaha dengan perbankan selaku penyalur KUR. Tak jarang ada perbedaan persepsi antara calon debitur dan perbankan, yang semestinya bisa diatasi dengan lancarnya komunikasi antara kedua belah pihak.

Haruskah perbedaan persepsi ini berakhir dengan timbulnya ‘gap’? Sebuah jurang yang memisahkan calon debitur dan pihak perbankan? Lantas, bagaimana mengurai benang kusut KUR agar pihak koperasi sebagai calon debitur tidak terus-menerus dirundung galau dan kesimpangsiuran?

halaman 7...

halaman 4...

halaman 11...

halaman 13...

KUR DI MATA DEBITUR

Mengurai Benang Kusut

KUR

Membedah Keunggulan Pupuk Organik Agrodyke

Uniknya Kerajinan

dari Bahan Flanel

Page 2: E tabloid edisi09

2 Galang Kangin

Edisi 09/SEPTEMBER 2011

EDITORIAL

Team Redaksi Galang KanginDiterbitkan oleh: KSU Kharisma Madani Badan Hukum No.36/BH/DISKOP.PKM/IV/2006 - Pembina : Prof. DR. I Ketut Rahyuda, SE, MSIE.

- Penasihat : Drh. Komang Suarsana, M.MA - Pemimpin Umum : Putu Sumedana Wahyu - Pimpinan Redaksi : I Gede Sumartana - Redaktur Pelaksana : I Gede Luhur Budiharta - Team Redaksi : Vivi Suryani, Kecuk Priambada, Nyoman Sarna, SE, I Nyoman Gede Arimbawa

- Tata Letak : Galang Prayudhis - Photografi & dokumentasi : I Nyoman Sudarma, SE, Agus Gita Saputra - Administrasi Umum : Putu Sri Mulyani, SE - Sirkulasi & Distribusi : I Made Agus Antara, I Kadek Joni Artha, SE, I Gede Ardhi Saputra, SE,

I Made Surya Dharma, Agus Gita Saputra - Administrasi Sirkulasi : Agus Gita Saputra - Teknologi informasi : I Gede Dedy Wijaya, ST, Eka Yudi- Periklanan : KSU Kharisma Madani KCP Pakerisan Email : [email protected]

Alamat Redaksi: Jln. Bedugul No.1 Sidakarya - Denpasar Selatan Telp:(0361) 727734 Email: [email protected]

Kritik dan Saran yang bersifat membangun bisa dilayangkan ke alamat email kami

Galang Kangin

PEMBACA budiman Tabloid Galang Kangin, di edisi ini ada sedikit perubahan pada manajemen rubrikasi. Semua itu tim redaksi lakukan untuk bisa memberi informasi yang lebih akurat, mendalam serta konprehensif, guna kepuasan para pembaca kami tercinta. Kami berusaha mencoba memberi ruang yang berimbang dari rubrik yang ada.

Tak terasa sembilan bulan sudah Galang Kangin menemani Anda. Di edisi ini kami mengupas persoalan klasik yang dihadapi para pelaku usaha yakni sulitnya permodalan dalam upaya pengembangan usaha. Permasalahan yang sama juga dihadapi oleh gerakan koperasi. Di lain sisi, pemerintah dalam program kerjanya berusaha memajukan usaha kecil dan menengah termasuk koperasi. Berbagai bentuk permodalan dikucurkan pemerintah melalui lembaga-lembaga keuangan yang ada. Sayang, tak banyak pelaku UKM (usaha kecil menengah) maupun gerakan koperasi bisa menikmati bantuan dana yang umumnya dengan bunga ringan tersebut.

Kami mencoba untuk membedah seluk-beluk KUR (Kredit Usaha Rakyat) sebagai sajian utama. Banyak pelaku UKM maupun gerakan koperasi kurang memahami prosedur untuk memperoleh dana lunak tersebut. UKM yang ada banyak yang tak mampu mengakses dana lunak tersebut karena tak bisa memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh lembaga keuangan penyalur kredit. Bisa jadi karena sistem akutansi maupun manajemen yang diterapkan, para pelaku UKM maupun koperasi belum memenuhi kriteria standar, sehingga kredit sulit dikucurkan. Kondisi ini menimbulkan paradigma negatif di masyarakat. Akibatnya, tak pelak KUR pun kerap diplesetkan menjadi Kredit Urusan Ruwet.

Sebagai Cermin di edisi ini kami sajikan Koperasi Wanita Karya Sedana. Bagaimana kiat para srikandi mengelola koperasi hingga bisa tetap bertahan bahkan mampu tampil sebagai koperasi berprestasi, cukup menarik untuk disimak. Apa yang menjadi motivasi di balik kesuksesan Koperasi Wanita Karya Sedana, dipaparkan secara panjang lebar oleh Dewa Ayu Kumbarwati, salah satu penggerak koperasi ini. Sementara kisah perjalanan I Made Rai Parwata dan Diah Setyo Pambudi dalam membangun usaha cukup inspiratif. Sebuah perjalanan yang tidak mudah, namun dengan semangat pantang menyerah telah menempatkan mereka sebagai pelaku bisnis yang berhasil.

Suksesnya sebuah usaha tidak hanya terletak pada sektor permodalan. Dalam meluaskan jaringan, etika pergaulan sangat perlu untuk dipahami. L K Budi Martini, SE, MM, selaku instruktur sekolah kepribadian berkenan berbagi pengetahuannya, bisa disimak pada rubrik Potensi. Sementara Prof. DR. Ida Bagus Raka, SE, MM, selaku akademisi turut berbagi pandangannya bagaimana menbangun koperasi masa depan agar dapat bersaing di era globalisasi.

Dan edisi kali ini terbit bertepatan dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri. Kami segenap tim redaksi Galang Kangin turut mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1432 H. Mohon maaf lahir dan bathin.

KUR = Kredit Urusan Ruwet?

Editorial

Redaksi Tabloid Galang Kangin

Menerima Sumbangan

Tulisan dalam bentuk berita dan

gambar. Tulisan bisa dikirim ke

Alamat Redaksi Jl. Bedugul no.1

Denpasar atau Email : redaksi@

tabloidgalangkangin.com

Indahnya Aura Pura Pajenengan

Gunung Tapsai

Putu Eka Agusyasha

17 Agustus lalu, bertepatan dengan perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-66, KSU Kharisma Madani melangsungkan soft opening unit barunya, Khama Bali Travel. Rangkaian acara tersebut diisi dengan Khama Yatra (Tirtha Yatra) ke Pura Gunung Tap Sai, Karangasem. Tirtha Yatra tersebut diikuti oleh 96 orang dengan menggunakan tiga unit bus. Persembahyangan

bersama di Pura Gunung Tap Sai, dirangkai dengan santap siang bersama di kawasan Batur, Kintamani, sambil menikmati panorama alam.

“Pesona wisata Bali memang tidak pernah habis dan selalu mengundang decak kagum wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Dan ini merupakan potensi luar biasa yang jika dikelola dengan benar, bisa mensejahterakan masyarakat khususnya yang ada di Bali. Sayangnya potensi ini kurang dilirik oleh gerakan koperasi. Belum ada koperasi yang tertarik mengembangkan unit usahanya di bidang pariwisata. Sebaliknya justru lebih banyak pemodal asing yang mengambil peluang itu. Atas dasar itu, KSU Kharisma Madani dengan gerakan koperasi yang berbasis keanggotaan, melalui unit usaha barunya mencoba untuk mengelola potensi yang ada,” papar Putu Eka Agusyasha, Direktur Khama Bali Travel di sela santap siang.

Rombongan sempat dibawa menikmati Taman Agro Wisata Alam Sari di kawasan Tegalalang Gianyar. Duduk sejenak sambil menikmati hidangan kopi luwak, perjalanan kemudian diteruskan ke objek wisata Tampak Siring. Setelah melakukan pengelukatan dan persembahyangan bersama, rombongan kembali ke Denpasar menjelang sore hari.

“Khama Yatra adalah paket wisata spiritual yang merupakan salah satu produk unggulan dari Khama Bali Travel. Selain ke Pura Gunung Tap Sai, Khama Bali Travel juga menjual paket Khama Yatra ke kawasan suci lainnya, baik yang ada di Pulau Bali maupun di luar Bali. Paket Khama Yatra tidak hanya semata-mata persembahyangan, namun juga diisi acara bersantai dan refresing,” ujar Ketut Sujani, staf Khama Bali Travel.

Selain Khama Yatra, Khama Bali Travel juga memiliki produk unggulan lain. Informasi lebih jauh, bisa membuka situs www.khamabalitravel.com, www.khamayatra.blogspot.com atau menghubungi pihak marketing di nomer (0361) 89 55 606.

Page 3: E tabloid edisi09

Galang Kangin 3

Edisi 09/SEPTEMBER 2011

Geliat

23 Agustus lalu, Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A ) Subak Mambal Kecamatan Abiansemal yang merupakan duta Provinsi Bali di Tingkat Nasional, dinilai. Tim penilai

beranggotakan 5 orang diterima Bupati Badung A.A. Gde Agung di Balai Subak Mambal. Ikut menerima Kadis Pertanian Perkebunan dan Kehutanan I Gusti Agung Ketut Sudaratmaja,

Kabag Humas dan Protokol I Wayan Weda Dharmaja, Kepala BPBD I Gusti Nyoman Adnyana, Kabag Umum I Nyoman Ngarta, Camat Abiansemal I Nyoman Suardana,

Perbekel serta masyarakat setempat.Pekaseh Subak Mambal I Made Sugiana mengungkapkan, bantuan yang

diberikan pemerintah kepada subak selama ini, bukan menjadikan subak tidak mandiri, tetapi menjadi cemeti sehingga terus berupaya dan berinovasi dalam meningkatkan produksi dan tetap menjaga serta melestarikan budaya nasional berupa subak dengan berlandaskan Tri Hita

Karana. Sugiana

berkeyakinan tujuan pemerintah

memberikan bantuan tidak untuk

memanjakan subak. Ada hal lebih penting, bahwa selama

ini pendapatan asli daerah (PAD) daerah Bali pada umumnya dan

Kabupaten Badung khususnya mengandalkan sektor pariwisata

budaya. “Sudah sepatutnya aset-aset budaya seperti subak,

diberdayakan dan dilestarikan,” ujarnya.

Sementara itu Koordinator Tim Ir. Didie Selamet Riyadi dari Kementrian Pertanian, berkeinginan melihat dan menilai serta membuktikan

secara langsung P3A Subak Mambal yang telah keluar sebagai 7 besar juara nasional. “Kami ingin melihat dari dekat apakah kelompok yang selalu dimanjakan dengan diberikan bantuan-bantuan oleh pemerintah daerah betul-

betul memanfaatkan dengan baik dengan pembuktian kinerja ataukah menjadi kelompok yang benar-benar manja,” katanya.

Pameran Pembangunan dalam rangka meriahkan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI Ke-66, dirangkai dengan HUT Pemerintah Propinsi Bali ke-53 baru saja usai digelar di Gedung

Art Centre Denpasar. Pameran berlangsung meriah diikuti tak kurang 188 peserta, terdiri dari semua instansi pemerintah di lingkungan Pemprov Bali, perwakilan dari masing-masing kabupaten dan para pelaku UKM. Pameran digelar 14 - 23 Agustus 2011 dibuka oleh Gubernur Bali Mangku Pastika.

Dengan tema “Melalui Pameran Pembangunan Provinsi Bali Tahun 2011 Kita Perkokoh Nilai-Nilai Budaya Sebagai Landasan Moral Dalam Mewujudkan Bali Mandara, diiharapkan menjadi informasi terhadap penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

Bantuan,Manjakan Subak?

Pameran Pembangunan

Ir. Didie Selamet Riyadi (baju kotak-kotak) sedang mendengarkan penjelasan dari I Wayan Sandi

A.A. Gede Agung, SH

Page 4: E tabloid edisi09

4 Galang Kangin

Edisi 09/SEPTEMBER 2011

KUR merupakan fasilitas pembiayaan yang dapat

diakses oleh UMKM dan koperasi, di mana usaha itu layak namun belum bankable. Usaha itu mempunyai prospek bisnis yang baik dan memiliki kemampuan untuk mengembalikan. Pemerintah lantas menunjuk sejumlah bank sebagai penyalur KUR. Ada Bank BRI, Bank BNI, Bank Mandiri, Bank Bukopin, Bank BTN, Bank Syariah Mandiri dan sejumlah Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

Selaku penjamin kredit ialah Perum Sarana Pengembangan Usaha dan PT (Persero) Asuransi Kredit Indonesia. Penyaluran kredit pola penjaminan ini difokuskan pada lima sektor usaha yaitu pertanian, kehutanan, perikanan dan kelautan, koperasi, perindustrian dan perdagangan, dengan bimbingan teknis dari departemen terkait. KUR dengan pola penjaminan ini adalah perwujudan dari tindak lanjut pemerintah untuk menggerakkan sektor ekonomi kerakyatan.

Sayangnya, selama ini banyak calon debitur yang belum sepenuhnya memahami program KUR. Terdapat kesenjangan informasi antarpelaku usaha dengan perbankan penyalur KUR, yang disinyalir bermula dari perbedaan persepsi antara calon debitur dan perbankan. Pada akhirnya, sering tak terhindarkan terjadi silang pendapat.

Kesalahpahaman informasi antara pelaku usaha dengan pihak perbankan, bisa disebabkan beragam faktor, salah satunya perbedaan latar belakang pendidikan pelaku usaha. Hal lainnya ialah belum optimalnya sosialisasi KUR, juga bisa menjadi pemicu, sehingga masyarakat tak sepenuhnya memiliki pemahaman yang memadai tentang KUR. Keadaan ini menyebabkan seolah ada pembatas antara pelaku UKM dan perbankan.

“Soal sosialisasi KUR kepada masyarakat, memang tak dapat disangkal, masih menjadi masalah tersendiri. Pada daerah tertentu, bank tidak bisa meng-cover koperasi atau pelaku UKM, karena tidak bisa melayani KUR sampai end user. Solusinya, biasanya bank akan bekerja sama dengan BPR, untuk menyalurkan KUR hingga ke desa-desa,” jelas Eben Eser Nainggolan, SE., MP., Head of Bisnis Banking BNI wilayah Denpasar.

Masalah lain yang cukup njelimet sebenarnya, soal KUR yang terlanjur termitoskan sebagai program kredit tanpa agunan. Padahal sebenarnya yang tanpa agunan itu untuk peminjaman di bawah Rp 5 juta. Di atas Rp 5 juta, tetap dikenakan agunan.

Mengurai Benang Kusut KUR

Tak hanya masalah agunan, soal manajemen koperasi pun masih kerap dipertanyakan. Manajemen koperasi yang masih jauh dari standar bank, sudah tentu akan menjadi penghambat sebuah lembaga koperasi untuk mendapatkan KUR. Koperasi tak kunjung mendapat kucuran dana, namun tak ‘ngeh’ penyebabnya, ujung-ujungnya menilai perbankan telah mempersulit. Bank dicap tidak berpihak kepada sektor ekonomi rakyat.

Kabid Bina Usaha Koperasi dari Dinas Koperasi & UKM Kota Denpasar, Drs. Tri Sudirman S. Msi., mengungkapkan perbankan sebagai lembaga keuangan profesional, memang sudah selayaknya memiliki sistem yang ketat, sehingga koperasi yang ingin mendapat dana KUR, mesti lebih dulu membenahi manajemen. Di sisi lain, ia mengharapkan bank bisa memberikan kebijakan bunga yang rendah kepada koperasi, karena dana yang didapat dari KUR, tentu akan dilepas lagi kepada anggota atau nasabah. Kalau bunganya tinggi, tentu koperasi akan kesulitan

melepas dana itu.“Sebenarnya, masalah mendasar

yang selama ini banyak dialami koperasi adalah soal modal, lemahnya SDM dan pemasaran. Khusus untuk SDM, dinas koperasi sudah jauh-jauh memberikan pelatihan atau diklat kepada koperasi di Kota Denpasar. Tujuannya agar ada pembenahan manajemen, sehingga bisa menempatkan diri layaknya lembaga keuangan lainnya,” katanya.

Sejumlah Penyempurnaan Belakangan, program KUR kembali

mengalami sejumlah penyempurnaan yang mengadaptasi aspirasi masyarakat. Pemerintah selalu memberikan kebijakan yang sifatnya mendorong KUR agar bisa benar-benar sampai ke masyarakat. Kebijakan yang sudah diterapkan, yaitu peningkatan plafon KUR Mikro dari Rp 5 juta menjadi Rp 20 juta.

Selain itu, pemerintah memberikan skema KUR untuk Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dengan

penjaminan pemerintah sebesar 80 persen. Plafon KUR untuk program linkage executing (penyaluran KUR tidak langsung) juga ditingkatkan dari semula Rp 1 miliar menjadi Rp 2 miliar. Kebijakan lainnya ialah memberikan jangka waktu kredit atau pembiayaan investasi untuk perkebunan tanaman kerja langsung 13 tahun, tetapi tidak dapat diperpanjang.

Pemerintah juga minta secara khusus kepada 13 BPD sebagai bank pelaksana KUR di samping enam bank yang lainnya untuk memacu realisasi KUR sesuai target. BPD itu adalah Bank DKI, Bank Jabar-Banten, Bank Jateng, Bank Jatim, BPD Yogyakarta, Bank Nagari, Bank NTB, Bank Sulut, Bank Kalbar, Bank Kalsel, Bank Kalteng, Bank Maluku dan Bank Papua.

Nilai KUR yang telah disalurkan sejak tahun 2007 hingga 2010 mencapai Rp 34,417 triliun. Dana tersebut saat ini sudah dinikmati oleh 3,8 juta penerima KUR. Pada tahun 2011 ditargetkan KUR dapat tersalurkan minimal Rp 20 triliun. Jika pelaksanaannya berlangsung baik dan terbukti kemanfaatannya bagi masyarakat, rencananya akan ditingkatkan lagi. Namun, tentu saja dengan pengawasan dan pemberlakuan aturan yang sesuai.

Sajian Utama

Sejak diluncurkan November 2007, Kredit Usaha Rakyat (KUR) masih jua tak henti dirundung kekeliruan persepsi. Suara-suara miring bermunculan bahwa KUR tak lebih dari sebuah ‘pepesan kosong’, yang sarat muatan politis. Sebagian pelaku UKM (usaha kecil menengah) atau koperasi pun mengeluhkan, KUR adalah

akronim dari Kredit Urusan Ruwet. Nah!

Page 5: E tabloid edisi09

Galang Kangin 5

Edisi 09/SEPTEMBER 2011

Sebagai Ketua Dewan Koperasi Indonesia Daerah (Dekopinda) Kota Denpasar, I Dewa Bagus Putu Budha, SE. mengingatkan

beberapa kelemahan yang masih didapati dari koperasi-koperasi di Bali. Apa saja kelemahan itu dan apakah turut berimbas pada keinginan koperasi untuk memperoleh KUR?

Pria yang sering disapa dengan Dewa Budha ini, menyoroti Sumber Daya Manusia (SDM) koperasi yang masih perlu mendapat perhatian lebih serius. SDM, sejauh ini masih menjadi titik lemah dari

gerakan koperasi di Bali. Menurutnya, pada waktu-waktu mendatang, peta persaingan akan makin ketat. Masyarakat atau anggota akan mendambakan sesuatu yang lebih dalam segala hal. Untuk mewujudkan hal itu, maka diperlukan SDM yang berkualitas.

Pemerintah harus melibatkan wadah koperasi baik itu Dekopinwil maupun Dekopinda yang ada di seluruh kabupaten dalam melatih SDM koperasi. Dekopinda Kota Denpasar, jelas Dewa Budha, telah menyusun sejumlah program untuk peningkatan kompetensi pengelola

I Dewa Bagus Putu Budha, SE

Dekopinda Siap Fasilitasi Koperasi

koperasi. Program ini melibatkan dinas terkait dan seluruh gerakan koperasi yang ada. Target di Kota Denpasar, seluruh pengelola koperasi bisa lulus sertifikasi. Ia mengungkapkan, selain SDM, hal lain yang perlu mendapatkan pembenahan adalah teknologi informasi (TI), untuk mempermudah dan mempercepat pelayanan. TI yang memadai juga akan sangat mendukung transparansi dalam pelaporan keuangan. Kedua hal inilah yang antara lain menjadi perhatian Dekopinda, karena ingin koperasi di Kota Denpasar bisa meng-update diri dan sadar teknologi.

“Jadi Dekopinda di sini akan mengfungsikan diri sebagai advokasi, edukasi, memfasilitasi dan mengembangkan kerja sama antargerakan koperasi di Kota Denpasar. Dekopinda adalah mitra pemerintah daerah dalam mengembangkan potensi daerah sebagai upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui koperasi yang merupakan gerakan ekonomi kerakyatan,” jelas Dewa Budha.

Dekopinda, kata Dewa Budha, pada dasarnya tidak akan berhenti memperjuangkan kepentingan koperasi, sehingga apapun masalah yang dihadapi koperasi, akan berusaha memberikan

Sajian Utama

PENGALAMAN menghadapi koperasi bermasalah, pernah dijalani Dewa Budha. Selain menjadi Ketua Dekopinda, ia sekaligus pimpinan manajemen KSU Pemogan, sejak tahun 1995. Ketika ia baru menjabat sebagai pimpinan di KSU tersebut, menurut Dewa Budha, kondisi koperasi masih memprihatinkan karena masih berkubang dalam kondisi kebangkrutan.

“KSU Pemogan itu berdiri tahun 1990, namun tidak berkembang hingga tahun 1994. Faktor yang membuat koperasi ini terpuruk karena pengurus tidak mau bekerja dengan baik dan tidak mau menarik anggota. Bahkan, saat itu tidak diadakan RAT, selama empat tahun berturut-turut,” ujarnya.

Akibatnya, pengurus KSU Pemogan pun mendapat teguran dari dinas koperasi. Akhirnya pada tahun 1995, dilakukan peremajaan pengurus dan mempercayai Dewa Budha sebagai pimpinan manajemen. Kepercayaan ini tidak meleset. Setahun berselang, KSU Pemogan langsung melejit dan meraih Juara I Koperasi Berprestasi di tingkat Kota Denpasar. Selanjutnya, prestasi KSU Pemogan semakin tidak berbendung dan berkali-kali mendapatkan penghargaan di tingkat nasional, meliputi: (1) sebagai Koperasi Berprestasi Tingkat Kota Denpasar Tahun 1996, Th.1997, Th.1999, (2) sebagai Koperasi Berprestasi Tingkat Provinsi Bali Tahun 1999 dan Tahun 2007, (3) sebagai Koperasi Berprestasi di Tingkat Nasional Tahun 1999 dan Tahun 2007, (4) sebagai Penyaji Laporan Keuangan Terbaik yang

KUR Rp 2 Miliardiberikan oleh KJA Kertha Yasa Provinsi Bali Tahun 1998, Th.1999, Th. 2002 dan Th.2004, Tahun 2009.

Beruntunnya prestasi yang didapatkan koperasi ini, membuatnya tidak diragukan lagi sebagai koperasi yang sehat dan dikelola dengan manajemen profesional. Tak heran, ketika pihak pengurus mengajukan KUR ke BNI, tanpa diribeti berbagai prosedur rumit, KSU Pemogan pun mendapatkan kucuran dana senilai Rp 2 miliar.

“Dana KUR langsung dimanfaatkan untuk memperkuat segmen usaha koperasi. Bersyukur dengan kemajuan demi kemajuan yang diraih KSU Pemogan, beberapa tahun belakangan ini koperasi kami sering menjadi tempat studi banding dari berbagai koperasi di seluruh Indonesia. Bahkan, ada juga koperasi dari Thailand dan Jepang yang datang untuk sharing dan menimba keberhasilan dari KSU di sini. Bagi kami pengurus KSU, tentu ini suatu kebanggaan. Makanya kami mengundang, kalau ada koperasi yang bermasalah atau terancam bangkrut, silakan studi banding ke KSU Pemogan. Kami selalu terbuka,” katanya panjang lebar.

Sebagai wujud konkret untuk menyejahterakan anggota dan masyarakat sekitar, maka KSU Pemogan sudah membuka jasa berbagai macam pembayaran. Misalnya, listrik, telepon atau air. Bahkan, koperasi ini juga memiliki dua warung serba ada (waserda), yang setiap hari selalu ramai didatangi konsumen yang ingin berbelanja untuk keperluan sehari-hari.

Alamat : Lingkungan Komplek Perumahan RSUP Dalung Permai Jln. Bhuana Graha I No. 5Br. Kedawas, Dalung

Hubungi : 081-339-584-422 ( Ibu Komang )

2 Kamar TidurRuang Keluarga

Ruang TamauDapur

Ruang MakanListrik 2200 W

Sumur Bor

dukungan. Tak hanya itu, Dekopinda juga akan bertindak sebagai pembawa aspirasi koperasi, sehingga akan aktif menyalurkan dan memberikan pemecahan berbagai hal, misalnya berkaitan dengan cita-cita, harapan, harkat dan martabat, harga diri serta nurani para anggota yang secara bersama-sama merupakan anggota koperasi.

Dewa Budha menegaskan, jika SDM sudah tidak lagi menjadi masalah, tentu koperasi tidak akan kesulitan lagi meningkatkan kinerja. Termasuk mengatasi jika ada masalah dana. Kalau memang kondisi koperasi sehat dan ada pertumbuhan setiap tahunnya, tentu tidak ada alasan bagi bank untuk menampik jika koperasi bersangkutan berminat mengajukan program KUR.

“Menghadapi masalah apapun, hendaknya pengurus koperasi menampilkan sikap solid dan berupaya merangkul serta memotivasi anggota agar mempercayakan dana untuk ditabungkan di koperasi. Tanpa kepercayaan, susah bagi koperasi untuk berkembang,” tutur pria kelahiran Denpasar, 1 September 1950 itu.

Page 6: E tabloid edisi09

6 Galang Kangin

Edisi 09/SEPTEMBER 2011

Gampang Saja Dapatkan KUR, Asal ....

S iapa bilang proses mendapatkan KUR amat berbelit dan berliku? Realitanya, stigma di masyarakat sudah terlanjur berkembang, jika KUR tidak lebih dari proses mendapatkan

dana pinjaman, dengan liku-liku syarat yang bikin pelaku usaha atau pihak koperasi ‘kelimpungan’. Tapi, sebaiknya jangan keburu patah arang. Selami proses dan persyaratannya lebih dulu, niscaya KUR tak susah diburu.

Bank BNI merupakan salah satu bank yang ditunjuk oleh pemerintah untuk menjadi pelaksana penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Produk modal usaha dari BNI ini dinamakan dengan BNI-Kredit Usaha Rakyat (BNI-KUR), merupakan produk kredit yeng didesain untuk membantu para wiraswastawan yang ingin mengembangkan usahanya.

Produk ini memiliki persyaratan yang ringan,

seperti agunan, umur usaha dan perijinan usaha. Selain suku bunga yang rendah, produk kredit kecil BNI juga memiliki keunggulan berupa proses yang cepat karena saat ini telah didukung sistem teknologi informasi berupa Electronic Loan Origination System (e-Lo) yang online dan terintegrasi. Dalam penyaluran kredit usaha kecil dan menengah, BNI telah didukung dengan jaringan yang tersebar di seluruh pelosok, yaitu 51 sentra kredit kecil (SKC), 112 unit kredit kecil (UKC), 20 sentra kredit menengah (SKM), 63 kantor cabang stand alone, 54 cabang syariah dan didukung 752 kantor layanan.

Selain produk KUR, BNI telah menyediakan pilihan produk pembiayaan sesuai kebutuhan nasabah, antara lain BNI Wirausaha (maksimum Rp 1 miliar), BNI Usaha Berkembang (Rp 1 miliar – Rp 3 miliar) dan BNI Usaha Maju (Rp 3 miliar – Rp 10 miliar).

Diharapkan bahwa fasilitas kredit ini juga menjadi salah satu rangsangan bagi pengembangan perekonomian daerah dengan berbasis pada pengembangan usaha kecil dan pemberdayaan wirausahawan baru. BNI menyalurkan KUR dengan tiga pola penyaluran, yaitu disalurkan langsung kepada debitor, disalurkan melalui koperasi dan disalurkan melalui perusahaan inti untuk usaha plasma/binaan.

Target KUR yang Disalurkan BNISelama tahun 2010, BNI yang ditargetkan

pemerintah menyalurkan KUR sebesar Rp 1,60 triliun, berhasil melampaui target dan mencapai sebesar Rp 1,63 triliun (101,9% dari target) kepada 16.257 debitur. Untuk total kredit usaha kecil, hingga akhir Desember 2010, pencapaian penyaluran kredit BNI pada sektor usaha kecil mencapai Rp 29,32 triliun dengan jumlah debitur mencapai 54.015 debitur. Sektor penyalurannya tersebar pada sektor perdagangan 53,06%, sektor jasa dunia usaha (19,06%), sektor industri pengolahan (9,55%), sektor konstruksi (6,99%) dan sektor pertanian (5,53%).

Target tersebut dapat dilampaui karena BNI telah menemukan pola penyaluran yang cukup efektif. Sebelumnya KUR tidak terdistribusi dengan baik, karena keterbatasan ‘tangan’ karena BNI tidak memiliki cabang hingga ke unit terkecil, sehingga KUR agak tersendat. Namun kini BNI menggandeng sejumlah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan koperasi untuk bekerja sama. Saat ini terdapat 174 BPR dan 1.384 koperasi yang

bekerja sama dengan BNI. Hingga sekarang debiturnya mencapai 332.000. Kerja sama dengan BPR dan

koperasi ini cukup efektif karena BNI tidak perlu mengeluarkan biaya operasional. Di samping

itu, PT BNI Tbk mendukung pemberdayaan usaha kecil di Bali dengan menyalurkan

kredit usaha rakyat sebesar Rp 17,05 miliar kepada 119 usaha kecil.

“Kami menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan plafon hingga Rp 500 juta untuk usaha kecil yang fisibel, namun belum ‘bankable’ atau belum memanfaatkan fasilitas perbankan. Untuk tahun ini, target KUR adalah Rp 97, 992 miliar,” kata Eben Eser Nainggolan, SE., MP., Head of Bisnis Banking BNI wilayah Denpasar.

Penyaluran KUR merupakan bentuk keseriusan perusahaannya dalam

membantu pemerintah memberdayakan usaha kecil, sekaligus untuk meningkatkan

porsi kredit banknya bagi segmen usaha kecil dan menengah (UKM). Diharapkan

fasilitas kredit ini juga menjadi salah satu rangsangan bagi pengembangan

perekonomian daerah di Bali dengan berbasis pada pengembangan

usaha kecil dan pemberdayaan

wirausahawan baru.

LAGI-lagi, soal manajemen digarisbawahi bagi koperasi yang ingin mendapatkan dana KUR. Ditegaskan Putu Wisanti, SE, Asisten Pemasaran BNI kantor cabang pembantu Bangli, bahwa memang selama ini beberapa kali dijumpai koperasi yang kondisi manajemennya belum bagus, tapi tidak berbenah diri dulu sebelum mengajukan kredit. “Bukan hanya manajemen, syarat lain yang patut diperhatikan adalah koperasi bersangkutan belum pernah mendapatkan bantuan program pemerintah. Juga harus menyerahkan laporan RAT dan dikenakan bunga 0,8 %/bulan,” jelasnya. Persyaratan selengkapnya KUR adalah:

- Warga Negara Indonesia- Lembaga linkage berbadan hukum dan telah beroperasi minimal 3 tahun- Lembaga linkage yang dapat dibiayai adalah yang menggunakan prinsip

konvensional (bukan syariah)- Tidak sedang menerima kredit pemerintah, subsidi bunga atau

fasilitas lain dari pemerintah- Copy laporan keuangan selama 3 tahun terakhir (neraca dan

laba/rugi)- Pengurus, pemilik dan lembaga linkage tidak tergolong dalam

daftar black list serta tidak tercatat dalam daftar kredit bermasalah di BI

- Fotocopy NPWP a/n lembaga linkage dan pengurus- Lembaga linkage bertanggung jawab atas pengembalian

KUR yang diterima dari bank- Fotocopy KTP dan KK (identitas diri) pengurus- Fotocopy legalitas usaha: anggaran dasar terakhir +

perubahannya, pengesahan dari Departemen Koperasi, SIUP, TDP, akte pendirian, akte perubahan terakhir, surat kualitas/kesehatan usaha (lembaga linkage) dari dinas terkait dan izin-izin lainnya terkait pendirian dan operasional usaha

- Rekening koran 6 bulan terakhir- Copy kepemilikan jaminan tambahan berupa SHM dan

IMB atau jaminan berupa Marginal Deposit sebesar 30% dari plafon kredit yang harus ditempatkan di BNI

- Copy SPPT PBB terakhir atas jaminan tambahan

Sejumlah Persyaratan KUR

Sajian Utama

Eben Eser Nainggolan, SE., MP., Head of Bisnis Banking BNI

wilayah Denpasar

Page 7: E tabloid edisi09

Galang Kangin 7

Edisi 09/SEPTEMBER 2011

KUR DI MATA DEBITUR Ada yang begitu gigih mengejar KUR, tapi tak

kunjung dapat meraih. Akhirnya, tak sedikit orang yang terlanjur skeptis dengan KUR.

Benarkah KUR hanya program fatamorgana? Salah! Buktinya, ada pelaku UKM dan

koperasi mendapatkannya. Simak pengalaman pelaku UKM dan koperasi dalam berburu program KUR.

Sajian Utama

SALAH satu program yang digagas KSU Kori Amerta Sedana usai menerima penghargaan sebagai Juara I Koperasi Berprestasi se-Kota Denpasar tahun 2011 adalah pengembangan lini simpan pinjam. Apa daya, sebuah kendala dana menghadang. Dapatkah KUR menjadi jawaban dari kepelikan masalah ini?

“Kami dari pengurus koperasi, memang sangat mengharapkan mendapat dana KUR, agar koperasi bisa meningkatkan kualitas pelayanan di program simpan pinjam,” kata Ir. Luh Indriani, Ketua KSU Kori Amerta Sedana (KSU KAS).

Kondisi koperasi yang dibangun pada tahun 2007 ini, jelas Indriani, sejauh ini tergolong maju dan mampu berkembang setiap tahun. Mayoritas anggotanya adalah para pedagang di kawasan Jalan Gunung Agung, Denpasar. Sejak

BAGI Tjok Istri Agung Adnyani, KUR

memiliki arti penting bagi kelangsungan usahanya.

Wanita asal Klungkung ini mengungkapkan, sejak tahun 2000 ia mempunyai usaha lulur tradisional menggunakan bahan baku asli buah-buahan, yakni bengkoang, kacang hijau, ketan dan lainnya, yang diramu dengan kekhasan menggunakan minyak jarak merah. Harga lulurnya Rp 100

ribu/kg. Usaha lulur ini dinamakan Putri

Bali.Selain lulur, nenek

empat cucu ini pun menekuni usaha sandal

handmade bermerek Rama Collection, yang dipasarkan

kepada kenalannya. Sandal berbahan kulit sintetis ini dipasarkan dengan harga Rp 125 ribu – Rp 175 ribu. Metode pengenalannya dari mulut ke mulut, ke sesama rekan ibu-ibu. Pembuatan sandal dilakukan di rumahnya di daerah Jalan Gunung Tondano, Sanur.

Sampai akhirnya, menjelang tahun 2008, Adnyani mendengar kabar tentang KUR, yang begitu gencar diberitakan. Ia menjadi tertarik karena ingin membesarkan usahanya. Setelah mencari informasi, tanpa membuang waktu ia mendatangi BRI untuk meminta kejelasan soal KUR.

“Setiba di BRI, saya langsung dimintai fotocopy KTP dan keesokan harinya, usaha saya ditinjau. Selesai peninjauan, saya disuruh datang lagi ke BRI untuk realisasi KUR. Dalam tempo tiga hari, saya sudah dapat dana KUR Rp 5 juta. Malahan, yang menyerahkan, bukan staf BRI tapi langsung Bapak Presiden dan Ibu Anie Yodhoyono,” kenang Adnyani dengan wajah berbinar.

Penyerahan ini, menurut wanita kelahiran 21 April 1949, karena presiden ingin menyaksikan langsung realisasi KUR. Apa benar-benar riil atau tidak, sehingga ingin melihat langsung pelaksanaannya. Adnyani menilai, pengalaman ini sangat berharga dan meninggalkan kenangan tak terlupakan pada hidupnya.

Setelah mendapatkan KUR, Adnyani menjadi bersemangat membesarkan usahanya. Produk spa yang semula hanya lulur, ditambah dengan boreh, minyak wangi, dupa dan masker. Begitu pula produk sandal, dimodifikasi dengan menciptakan beberapa jenis baru.

Tak dinyana, langkah ini membuat omsetnya naik pesat. Semula sandal dan lulur hanya menghasilkan omset Rp 5 – 6 juta per bulan. Setelah diperbanyak dan divariasi, produk spa buatannya mampu menangguk omset Rp 30 juta/bulan. Sedang sandal buatannya malah melejit, hingga beromset Rp 60 juta/bulan, padahal promosinya hanya sekadarnya saja.

Menginjak tahun 2011, Adnyani kembali mengajukan KUR dan mendapatkan dana senilai Rp 20 juta. Kalau KUR pertama, ia mencicil Rp 228 ribu/bulan selama tiga tahun, maka untuk KUR kedua ini, ia membayar cicilan Rp 763 ribu/bulan. Jangka waktunya tak berbeda, yakni tiga tahun.

“Sama seperti KUR pertama, syaratnya tidak sulit. Cukup ada fotocopy KTP dan peninjauan. Maksimal dalam waktu tiga hari, dana sudah cair. Saya bersyukur, dengan adanya dana KUR, usaha saya jadi makin terbantu dan berkembang. Kali ini, dengan dana KUR kedua, saya ingin membenahi packaging produk, sehingga makin menarik,” kata Adnyani.

Dapat KUR Langsung dari Presiden

berdiri hingga saat ini, program yang dilakukan ialah tabungan harian, tabungan pangkas sejahtera, simpanan deposito dan kredit.

“Karena sebagian besar anggotanya pedagang, maka keberadaan koperasi amat

diperlukan warga sekitar. Khususnya pada sektor simpan dan pinjam. Peminjaman

dana biasanya digunakan untuk modal bagi pedagang. Karena itulah, kami

berencana mendapatkan KUR, agar bisa melayani kebutuhan peminjaman pedagang dengan lebih baik. Sekarang kami dalam

tahap menyiapkan berbagai persyaratan KUR,” tutur wanita yang

menjadi anggota Dekopinda Kota Denpasar ini.

Soal persyaratan KUR, diakui Indriani, bagi sebagian pelaku di bidang koperasi terasa rumit. Ia tak jarang menerima keluhan, bahwa prosedur KUR ruwet, pelaporannya susah dan untuk mendapatkan dananya agar cair, malah lebih sulit lagi. Hal ini yang menjadi alasan sehingga para pelaku koperasi memilih mundur.

“Salah satu syarat KUR itu kan agunan. Sedang koperasi belum banyak yang punya aset, masa harus pakai aset pribadi? Selain agunan, tentu saja dari sebagai pelaku koperasi, menginginkan agar prosedurnya dipermudah. Dan bunganya mestinya lebih murah. Ini kan kredit program pemerintah, seharusnya bunganya lebih murah dari kredit biasa kan?” ungkapnya dengan nada tanya.

Drs. I Putu Sarjana, Msi., salah seorang pendiri

koperasi KSU KAS menambahkan, hendaknya KUR jangan sekadar slogan belaka. Kalau memang perbankan ingin menerapkan selektivitas, hendaknya menilai koperasi dari tingkat kesehatannya, kredibilitas dan kualitas pengurus.

“Memang ada perbedaan antara koperasi dan bank. Di mana, bank itu profit oriented, sedang koperasi tentu bertujuan menyejahterakan anggota. Tapi mestinya ada sistem, agar keduanya bisa padu dan bertemu, sehingga nantinya, bank untung, pemerintah untung, koperasi juga untung,” kata Sarjana, yang berprofesi sebagai dosen di UNHI itu.

KUR Jangan Cuma Slogan

Page 8: E tabloid edisi09

8 Galang Kangin

Edisi 09/SEPTEMBER 2011

Cermin

D igawangi para srikandi, namun mampu membuktikan diri sebagai koperasi nan mumpuni. Inilah Koperasi Wanita

(Kopwan) Karya Sedana, yang belum lama ini menyabet gelar Juara II Koperasi Berprestasi se-Kota Denpasar. Beragam harapanpun dipancangkan, demi merebut kemajuan di masa depan.

Kopwan Karya Sedana didirikan sejak tiga tahun silam, pada bulan April 2008. Karya Sedana bermakna “bekerja untuk menghasilkan uang”. Gagasan pendirian koperasi, dilontarkan lima orang -- Gusti Agung Putra Diana, Elsye Suryawan, Dewa Ayu Kumbarwati, Yeni Kundarini dan Wayan Sukana. Mereka ingin membuat badan usaha dengan mengemban misi untuk merekrut generasi muda di kawasan Sanur Kauh yang kurang beruntung, sehingga bisa bekerja dan memperoleh penghasilan.

“Bisa dibilang latar belakang pendirian koperasi ini lebih banyak

membawa nilai sosial, sehingga anak-anak muda maupun ibu-ibu dapat termotivasi untuk berkarya di luar kegiatannya sebagai ibu rumah tangga. Bisa dibilang, meski status sebagai ibu rumah tangga, tapi memiliki penghasilan sampingan, dengan bergabung sebagai anggota koperasi. Inilah arti sebenarnya dari Karya Sedana. Bukan berkarya biasa, tapi berkarya yang menghasilkan rezeki,” ujar Elsye Suryawan, Ketua Kopwan Karya Sedana.

Sebagai suport atau dukungan terhadap anggota Kopwan, kata wanita berusia 32 tahun ini, khususnya yang memiliki usaha, maka bisa disertakan dalam acara bazaar atau pasar murah. Baik di lingkup Kota Denpasar atau di luar Bali. Kalau ada pengenaan biaya untuk pembayaran stand, maka koperasi akan membantu hingga 50%.

No Debt CollectorKopwan ini awalnya didirikan

dengan 44 orang anggota, yang berasal dari berbagai latar belakang profesi, meliputi ibu rumah tangga, PNS, karyawan dan pelaku UKM. Modal awal yang berhasil dikumpulkan sejumlah Rp 22 juta, berupa simpanan pokok masing-masing anggota sebesar Rp 500 ribu dan simpanan wajib yang ditetapkan senilai Rp 15 ribu setiap bulan. Pada awal berdiri, Kopwan berkonsentrasi untuk menggarap segmen simpan pinjam, hingga akhir 2009.

“Sampai sekarang sebenarnya bidang usaha simpan pinjam ini yang menjadi penopang utama koperasi. Sebagai langkah konkret dan bukti keseriusan kami mensuport anggota yang memiliki usaha, maka kami memberikan pinjaman dengan bunga lunak, mulai Rp 2 juta ke atas,” tutur wanita yang sekaligus merupakan manager perusahaan alat kantor ini.

Kalau pinjaman mencapai nilai

di atas Rp 3 juta, maka diwajibkan ada agunan. Jadi nilai pinjaman nanti, setengah dari nilai agunan. Berkat layanan pinjaman pada koperasi ini, maka warga sekitar Sanur banyak yang tergerak ikut Kopwan ini, sehingga jumlah anggota kini mencapai 68 orang. Terutama dari kalangan pelaku usaha berskala kecil, sehingga bisa menambah modal untuk memperbesar usaha yang dimilikinya. Untuk mendapatkan pinjaman, maka pihak koperasi terlebih dulu melakukan survei agar dapat dinilai layak tidaknya yang bersangkutan mendapatkan pinjaman.

Meski sudah memberikan banyak kemudahan dalam memberikan pinjaman, namun ada saja anggota yang agak ‘bandel’ sehingga molor saat pembayaran. Hanya saja sejauh ini, pihak Kopwan tidak pernah melakukan langkah kekerasan dalam melakukan penagihan. Paling hanya memberikan surat agar anggota itu bisa mengerti.

“Syukurnya tidak sampai ada kasus berat. Ya, paling cuma memberikan surat peringatan saja. Tidak usah debt collector segala, karena badan usaha ini kan sifatnya kekeluargaan. Jadi kalau ada masalah, diusahakan solusinya dengan cara kekeluargaan,” tegasnya.

Doorprize saat RAT

Guna mengakrabkan anggota dan pengurus Kopwan, setiap tahun dilangsungkan RAT, di mana digelar doorprize yang menarik, antara lain snack, handuk atau kaos. Cara ini cukup

Kopwan Karya Sedana Bukan

Sekadar Berkarya

Tanya :Sebagai pengusaha saya menghadapi masalah

permodalan. Saya berharap mendapat penjelasan bagaimana aturan untuk memperoleh informasi permodalan lewat PKBL BUMN misalnya PT ASKES?

I Nengah Suarmika, SHUD BawensoJl. Diponegoro 12 Amlapura

Saran :Bapak Nengah, salam sukses selalu. Karena alamat

usaha Bapak di Amplapura, pengajuan permodalan dana PKBL BUMN PT Askes bisa ditujukan kepada PT Askes Cabang terdekat yaitu di Kabupaten Klungkung. Dan setelah permohonan permodalan disetujui sesuai dengan persyaratan, dana akan langsung ditransfer ke rekening. Untuk persyaratan Akses, permohonan dana tersebut sudah ada di formulir pengajuan syarat yang diberikan oleh PT Askes dan formulir bisa diambil di kantor Klinik KUKM Provinsi Bali. Untuk bunga pinjaman sebesar 6 % per tahun dengan jangka waktu 30 bulan dan bulan ke 4 baru mulai mencicil, sedangkan biasanya jumlah yang disetujui 60% dari laba per tahun. Semoga berhasil.

Tanya :Saya ingin buka usaha, bagaimana caranya?

I Made Adi Raka Saputra

Jl. Alas Harum No. 9 Sading, Badung

Saran :Bapak Made Adi, bagus sekali jika Bapak

berkeinginan buka usaha. Untuk memulai tidaklah sulit, yang terpenting ada modal kemauan yang kuat dan jangan ragu. Tulis sebanyak-banyaknya usaha yang diinginkan, terus telusuri satu per satu ide usaha tersebut dengan mempertimbangkan tempat, pangsa pasar, jumlah modal yang dibutuhkan. Semua itu sesuaikan dengan kemampuan diri sendiri. Jika sudah menemukan dan diputuskan usaha apa yang dipilih, kemudian cari informasi usaha-usaha yang sama yang terjadi baik lewat browsing internet maupun informasi sekitar kita yang ditemui. Catat apa yang perlu disiapkan. Tentukan pula bahwa jangan berkecil hati untuk memulai kompetisi, asal kita berani membuat sesuatu yang beda, lebih kreatif dan inovatif. Tentukan bahwa kita punya “kekhususan” produk. Ikuti seminar-seminar motivasi dan jangan lupa daftarkan dan isi formulir mitra binaan di Klinik KUKM sebagai informasi jika ada pelatihan-pelatihan terkait yang diadakan nantinya. Selamat berkreasi dan semoga sukses.

Tanya :Saya ingin mendapatkan strategi untuk

meningkatkan pemasaran

I Wayan SuartanaDesa Ketewel

Kirimkan pertanyaan Anda melalui email ke : [email protected]

Saran :Salam sukses untuk Bapak Wayan Suartana.

Untuk meningkatkan pemasaran produk di zaman teknologi informasi sekarang ini tidaklah sesulit dulu. Tingkatkan diri untuk mampu menguasai dan mengikuti perkembangan teknologi informasi. Banyak fitur-fitur gratis yang bisa dimanfaatkan untuk memasarkan produk lewat jejaring sosial facebook, twitter, blog dan sebagainya. Jika bapak sudah mempunyai modal lebih, pemasaran lewat membuat webside maupun iklan berbayar di google, facebook dan sebagainya bisa juga dilakukan. Pemasaran produk bisa juga dilakukan dengan mengikuti pameran-pameran yang diadakan baik oleh instansi pemerintah terkait misalnya disperindag maupun dinas koperasi dan UKM di tingkat provinsi maupun kabupaten, juga instansi swasta terkait lainnya melalui program PKBL. Pada saat mengikuti pameran-pameran tersebut jangan lupa untuk membuat brosur-brosur dan kartu nama. Brosur dan kartu nama tersebut tidak harus mahal, tetapi dibuat cukup menarik dan “eye catching”. Pemasaran yang sangat mudah dilakukan adalah sosialisasi dari teman ke teman. Jadi mulailah untuk menambah networking atau pertemanan. Di era informasi teknologi dewasa ini, jika kita ingin mendapatkan pasar kita harus meningkatkan skill/kemampuan diri lewat belajar dan membaca serta meningkatkan jumlah pertemanan kita. Semoga bisa bermanfaat dan jika ingin berdiskusi lebih lanjut atau ada hal-hal yang ingin ditanyakan lagi, bisa langsung datang ke Klinik KUKM Provinsi Bali setiap hari Senin-Jumat dari jam 09.00 - 13.00 Wita. Sukses.

KLINIK KUKM BALI

ampuh, sehingga anggota tidak ogah untuk datang saat RAT. Saat RAT ini, pengurus akan menampung apa saja keluhan atau usulan dari anggota, sehingga bisa menjadi masukan bagi para pengurus.

Seiring bertambah usia, Kopwan inipun menambah program, sehingga tidak hanya sebatas simpan pinjam. Kini, Kopwan makin lengkap dengan program Tabungan Pendidikan Anak (Tadika), deposito dan Tabungan Bunda. Meski demikian, yang paling banyak diminati anggota memang baru simpan pinjam.

“Yang penting, seiring pergantian tahun, kami sangat ingin melakukan langkah pengembangan. Ya, mungkin nanti kita bisa punya toko atau usaha yang bermanfaat bagi anggota. Sementara, dari sisi manajeman, kami juga sudah berusaha profesional, dengan benar-benar mengontrol neraca, administrasi dan terus memperbaiki kualitas SDM. Setidaknya, inilah yang menjadi penilaian pihak dinas koperasi, sehingga beberapa waktu lalu, Kopwan dapat merebut juara II Koperasi Berprestasi se-Kota Denpasar,” urainya bangga.

Elsye Suryawan

Page 9: E tabloid edisi09

Galang Kangin 9

Edisi 09/SEPTEMBER 2011

Cermin

Sosok perempuan yang memiliki arti penting bagi perkembangan Koperasi Wanita Karya Sedana, salah satunya adalah Dewa Ayu

Kumbarwati, sang bendahara koperasi. Baginya, berkoperasi adalah kegiatan yang sejalan dengan jalur hidupnya, yang tidak pernah lepas dari misi kemanusiaan.

Sejatinya, sejak kecil, Ayu amat senang berorganisasi. Saat bersekolah di SLUA Denpasar, ia giat mengikuti OSIS dan Pramuka. OSIS mengajarkan padanya bagaimana mengelola sebuah organisasi dan mengadakan kegiatan yang berarti bagi para siswa. Sedang pramuka mengenalkannya pada kecintaan alam lingkungan, sehingga ia selalu memfavoritkan kegiatan lintas alam hingga saat ini.

Selepas sekolah, Ayu pun aktif di kegiatan karang taruna di lingkungannya, di daerah Sanur Kauh. Pada masa itulah, ia dan beberapa rekannya memiliki gagasan untuk mendirikan koperasi, agar jalinan pertemanan itu tidak terputus, namun sembari konsisten berada di jalur positif. Akhirnya terbentuk Koperasi Wanita Karya Sedana, yang berkantor di rumah Ayu, di bilangan Tukad Bilok, Sanur.

Terdapat keunikan yang membedakan Kopwan dengan koperasi lainnya. Jika koperasi lain umumnya buka pagi hari dan tutup saat sore, tidak demikian dengan Kopwan Karya Sedana. Kopwan ini baru buka pukul 14.00 Wita hingga pukul 20.00 Wita. Jam kerja ini diberlakukan, karena mayoritas anggotanya para ibu, yang notabene adalah ibu rumah tangga atau karyawan, sehingga jika koperasi buka secara normal, maka anggota akan sulit ke kantor. Kecuali Sabtu, buka pagi pukul 8.00 Wita sampai pukul 13.00 Wita.

Terdorong keinginan untuk memajukan koperasi, maka beberapa kali Ayu sengaja mengikuti studi banding ke koperasi-koperasi di luar Bali. Terakhir, beberapa bulan lalu, istri dari Dewa Bagus Raka ini melakukan kunjungan ke beberapa koperasi di Jakarta.

“Sejujurnya, saya amat kagum dengan koperasi di kawasan Jakarta. Beberapa koperasi yang saya datangi, memiliki lini usaha mapan dengan mendirikan swalayan, bengkel dan bidang usaha lain yang prospektif secara ekonomi,” tuturnya dengan antusias.

Setelah melakukan studi banding itu, makin kuatlah niatnya untuk memajukan Kopwan tempat ia dan

rekan-rekannya bernaung, sembari memupuk harapan agar suatu hari nanti, Kopwan dapat maju dan bisa mengejar ketinggalan dari koperasi-koperasi lain.

“Makanya saya amat berharap, anak-anak dari anggota koperasi sekarang, selanjutnya akan melanjutkan apa yang kita rintis. Jadi ada regenerasi, sehingga Kopwan tidak akan mati karena ada generasi penerusnya,” katanya.

Bergiat di Yayasan Mengingat kopwan didominasi

anggota yang kebanyakan memilih program di bidang simpan pinjam, maka wanita kelahiran 5 Juni 1967 ini sedang merintis pengajuan pinjaman ke pihak perbankan. Sayangnya, usaha yang dilakukan ini sering menemukan kendala yang cukup menguji kesabaran, karena prosesnya berbelit-belit. Hingga sekarang, masalah dana untuk pengembangan Kopwan ini, yang menjadi salah satu kendala kopwan akan berkembang.

“Saya sedang menunggu realisasi pinjaman dana bergulir, tapi entah bisa turun atau tidak. Kalau pinjaman jenis lain, rasanya amat berbelit-belit prosesnya. Harus ada keterangan dari kepala desa serta dinas koperasi sebagai koperasi sehat. Proses ini,

Dewa Ayu Kumbarwati Koperasi untuk Kaum Jompo

bagaimanapun amat melelahkan,” ujarnya.

Sementara, di sela-sela kegiatannya bergulat mengurusi koperasi, ibu tiga anak ini aktif di Yayasan Peduli Kemanusiaan. Yayasan ini banyak memberi bantuan kemanusiaan kepada orang cacat, lumpuh atau stroke. Bahkan, ia tidak segan mengujungi panti jompo, untuk memberikan penghiburan, semangat dan memberi bantuan sekadarnya kepada para penghuni panti.

Baginya, orang-orang jompo itu bukan berarti tidak produktif lagi pemikirannya, karena sepanjang yang dijumpainya, banyak orang jompo yang masih bisa berpikir secara jernih dan kondisi kesehatannya masih maksimal. Keadaan inilah yang membuatnya terpikir agar suatu hari nanti bisa mendirikan

koperasi untuk orang-orang jompo, sehingga mereka lebih

produktif menjalani hari demi hari.

Kedekatan Ayu dengan berbagai

kegiatan sosial ini, kian mendekatkan dengan masyarakat kaum bawah, yang selama ini sering termarginalkan. Beragam kegiatan sosial pun, sering dirancang Ayu dengan tujuan untuk menolong anak-anak

yang kurang mampu di lingkungan tempat

tinggalnya.

DI antara ketatnya jadwal kegiatan mengurusi koperasi dan berkegiatan sosial, Ayu ternyata memiliki beberapa usaha, yakni membuka warung makanan dan berdagang banten. Mulai dari banten ngeroras, ngaben, pernikahan, metatah, otonan dan lainnya. Dibantu empat orang anak buah, Ayu pun mengakui kalau kedua usaha itu saling melengkapi, karena pemesanan banten, tidak selalu berlangsung secara kontinyu. Bisnis ini, menurutnya amat penting, karena antara bisnis warung dan banten, berarti menyeimbangkan kehidupannya secara duniawi dan spiritual. Tidak hanya untuk mendapatkan keuntungan

Merancang Multi Usahasemata, namun membuatnya lebih giat dalam menjalani hari demi hari. Ia juga mengakui kalau sebagian keuntungannya dimanfaatkan untuk beramal dan berkegiatan sosial.

“Meski banyak kesibukan, saya bersyukur hingga kini selalu sehat. Prinsip saya, biarpun ada masalah atau keruwetan, tetapi kita harus bisa memilah-milah. Jangan tunjukkan pada semua orang kalau kita sedang bermasalah. Justru, dengan berserah kepada Sang Hyang Widhi Wasa, maka niscaya masalah sesulit apapun, akan menemukan jalan keluar,” ujarnya yakin.

Page 10: E tabloid edisi09

10 Galang Kangin

Edisi 09/SEPTEMBER 2011

Peluang Usaha

Sejak masih kanak-kanak, pria yang biasa dipanggil Rinna ini sudah gemar membuat wayang dan ukiran kayu menggunakan

bahan yang ditemuinya di sekeliling rumahnya. Ternyata, berawal dari kegemaran masa kecil ini, mendorong Rinna untuk melanjutkan sekolah di Sekolah Teknologi Ukir, yang masuk siang hari. Merasa banyak waktu luang di pagi hari, ia pun memutuskan bekerja dengan mengambil pasuh ukiran dari pemilik art shop di sekitar tempat tinggalnya. Pasuh yang biasa dikerjakan Rinna adalah ukiran untuk sanggah dan papan nama. Hasil mengerjakan pasuh ini dipakainya untuk membiayai sekolah.

Begitu lulus, Rinna berinisiatif melanjutkan sekolah ke Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR). Sama seperti yang dilakukan sebelumnya, ia pun sekolah sambil bekerja. Setamat SMSR, Rinna memutuskan untuk bekerja total sebagai tukang pembuat ukiran di sebuah perusahaan, dengan harapan dapat mengumpulkan modal untuk membuka usaha.

Tahun 1998, dengan uang Rp 1,5 juta di tangan, Rinna memulai usaha yang dinamakan UD. Rinna Dewata Sari. Uang itu dibelikan mesin pembuat lubang ukiran dan bor. Di masa-masa awal, usahanya belum banyak dikenal. Pesananpun tak banyak. Rinna pun mengambil order dari perusahaan-perusahaan yang sudah mapan. Tanpa canggung dan malu, Rinna rela keluar masuk perusahaan untuk menawarkan order ukiran. Hasil kerja keras Rinna membuatnya mampu mengumpulkan tabungan hingga Rp 5 juta. Uang itu digunakannya untuk membeli kayu.

Bahan kayu yang masih berupa gelondongan itu, dipecah menjadi beberapa bagian. Lantas kayu diserut, dirancang dan diukir secara hati-hati, hingga terbentuk beberapa hasil karya. Setelah proses pengukiran, dilanjutkan dengan pengamplasan dan dicat sehingga hasilnya lebih maksimal dan siap ditawarkan kepada konsumen.

Dari Pintu Bali Hasil karya Rinna amat variatif.

Terdiri atas berbagai macam bale bali, pintu berukir, sanggah, kincut, caka, kerawangan, hiasan kolong, mayeng, tere,

ringring, patung garuda dan lain-lain. Dari mulut ke mulut, lama-lama usaha Rinna pun makin dikenal sehingga jumlah karyawan terus bertambah hingga sekarang mencapai 50 orang.

“Selain pesanan datang dari seluruh penjuru Bali, saya sesekali menangani order dari luar negeri. Belum lama ini saya menyelesaikan pesanan pintu dari Jepang. Sebelumnya saya mengirim pintu gerbang ke Korea, Taiwan, Amerika dan Mesir,” tutur pria asli Munggu ini.

Untungnya, Rinna gampang mendapatkan pasokan bahan baku untuk menunjang kelangsungan hidup bisnisnya. Bahan baku itu berupa kamper, nangka, jati dan cempaka, yang mayoritas didatangkan dari Kalimantan. Kayu cempaka biasanya dipergunakan untuk membuat bangungan atau wadah yang suci, misalnya untuk pelinggih atau plangkiran.

Setiap bulan, Rinna berbelanja bahan baku hingga Rp 29 juta. Perinciannya, jati menghabiskan Rp 20 juta, cempaka, nangka dan kamper masing-masing menghabiskan Rp 2 juta. Sedang bahan-bahan pendukung paku, vernis, kuas dan cat, menghabiskan sekitar Rp 3 juta.

Suami Ni Wayan Rasmini ini menuturkan, biasanya kalau ada konsumen yang memesan sesuatu, sekalian membawa contoh desain. Kalau tidak membawa contoh, bisa melihat-lihat pajangan barang di workshop yang jumlahnya mencapai sekitar 40 item dan menentukan mana produk yang dipilih.

“Selama

Pantang Nyerah Raih Ratusan Juta Rupiah

ini, barang yang paling banyak dipesan adalah pintu bali dan bale bali. Untuk mengerjakannya butuh waktu sekitar satu bulan, karena desainnya rumit. Harus diukir dengan hati-hati dan dilanjutkan dengan pengecatan sehingga terlihat

menarik,” jelas ayah dua anak ini. Harga pintu, lanjut Rinna,

tergantung dari bahan dan hasil finishing. Untuk pintu yang terbuat dari nangka yang sudah dicat, harganya Rp 7,5 juta. Sedangkan kalau bahannya dari kayu jati dan sudah dicat, maka harga akan mencapai Rp 10 juta. Bale bali ditawarkan dengan harga Rp 35 juta – Rp 60 juta. Hiasan tempel di dinding Rp 225 ribu – Rp 320 ribu. Sanggah dijual dengan harga Rp 2,5 juta – Rp 7 juta. Patung garuda dipatok harga Rp 750 ribu – Rp 1,5 juta.

Mengenai gaji karyawan, Rinna menerapkan sistem harian dan borongan. Karyawan harian mendapatkan Rp 40 ribu per hari. Sedangkan karyawan borongan, lain lagi aturannya. Jika mengerjakan pintu, maka akan mendapatkan Rp 2,5 juta. Kalau

membuat sanggah akan mendapatkan Rp 500 ribu. Rinna bersyukur, dengan omset sekitar Rp 100 juta per bulan ini, setidaknya ia mampu membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain.

Bagi Rinna, meski usaha yang dikerjakannya mempunyai banyak pesaing, ia tidak galau sedikitpun. Apalagi ia percaya dengan kualitas yang maksimal, maka pelanggan tidak akan lari ke pesaingnya. Tidak heran, jika sedang ada konsumen yang datang ke tokonya, ia tidak segan-segan ikut terjun untuk menemui. Selain agar mengetahui apa kemauan konsumen, Rinna memang bermaksud memberikan pelayanan sebaik mungkin.

Jika sebelumya Rinna berpromosi sekadarnya saja, kini ia menerapkan strategi baru dengan getol mengikuti pameran. Hasilnya ternyata lumayan bagus. Beberapa pengunjung yang mampir ke stand, banyak yang tertarik dengan produk yang dipajangnya. Dari sekadar melihat-lihat, sering kali berakhir dengan transaksi jual-beli. Yang paling menggembirakan, ada beberapa pengunjung asing yang begitu antusias melihat produk yang ditawarkan Rinna dan berjanji akan segera memesan untuk dikirim ke negaranya.

“Nantinya saya ingin membuka show room di masing-masing kabupaten di Bali. Jadi kalau ada yang berminat dengan produk saya, tidak usah jauh-jauh datang ke Munggu,” tegas Rinna.

Iklan Rupa-rupa

Perjuangan I Made Rai Parwata dalam membangun bisnis pengolahan, tidak dilalui dengan proses mudah. Penuh dengan liku-liku. Tekad yang kuat, pantang menyerah serta ketegaran yang luar biasapun mengantarnya

menjadi pebisnis tangguh. Bagaimana kisah hidupnya, sampai ia mampu

membalikkan roda nasib yang semula terbilang kurang beruntung, tapi

akhirnya berbalik menjadi seseorang yang diperhitungkan di jagat bisnis?

Page 11: E tabloid edisi09

Galang Kangin 11

Edisi 09/SEPTEMBER 2011

FLANEL, bukan hanya layak sebagai bahan baku pakaian. Di tangan seseorang yang kreatif, flanel dapat diubah menjadi aksesoris pemanis pada kaos, rambut hingga soft book. Hasilnya? Manis, lucu, menggemaskan, dan bisa menjadi bahan pengais rezeki.

Menggeluti usaha berbahan baku kain flanel, dimulai wanita bernama lengkap Diah Setyo Pambudi ini baru di tahun 2010 lalu. Saat itu, ia ingin memanfaatkan waktu luangnya di sela-sela mengasuh kedua buah hatinya, Arin dan Izan, dengan membuat kerajinan yang tidak ribet. Akhirnya ia pun terpikir untuk membuat pernak-pernik dari bahan flanel. Alasannya, hasil kerajinan dari kain flanel amat menarik dilihat, terkesan lucu dan gampang dipelajari.

Latar belakang lainnya, karena ia memang pernah coba-coba menghiasi baju anaknya dengan flanel, ternyata banyak ibu-ibu lain yang tertarik dan akhirnya memesan padanya. Melihat respon inilah, Diah tak ragu lagi berbisnis dengan bahan utama kain flanel. Ia mengaku kalau kemampuan membuat kerajinan flanel itu hasil belajar secara otodidak, setelah membaca buku-buku keterampilan. Akan tetapi karena sudah

Uniknya Kerajinan dari Bahan Flanel

Potret

sejak lama menggemari kerajinan, ia tidak canggung melakoninya.

“Saya sudah lama menyukai bidang kerajinan, karena sejak kuliah saya biasa membantu kakak yang mempunyai usaha menyediakan berbagai souvenir untuk pernikahan, sehingga tidak asing lagi berkutat dengan kerajinan. Setelah menikah dan tinggal di Denpasar, karena susah meninggalkan anak untuk bekerja di luar, maka saya lantas memutuskan mencoba-coba untuk membuat usaha dari kain flanel ini,” tutur istri dari Himam Miladi.

Modal usaha yang dikeluarkan alumnus Fakultas Teknologi Pertanian – Univ. Brawijaya, Malang ini cuma Rp 500 ribu. Uang itu dipergunakan untuk membeli bahan-bahan, mencakup kain flanel, kaos polos, gunting serta benang. Untuk model yang sejak awal digemari konsumen adalah motif boneka, princess atau tokoh kartun sejenis Dora atau Sleeping Beauty, khususnya bagi konsumen perempuan. Sedang anak-anak pria, cenderung memesan tokoh hero, seperti Batman, Spiderman, Naruto dan lainnya.

Selain kaos berhias flanel, Diah mencoba berinovasi dengan membuat aksesoris atau jepit rambut. Motif jepit rambut yang paling diminati berupa aneka jenis bunga atau stroberi, dan dikemas dalam plastik transparan. Produk lain yang dibikin wanita asli Malang, Jatim, ini adalah soft book, yang merupakan kamus bergambar untuk anak-anak. Soft book mirip buku, di mana pada halaman demi halaman, berisi gambar buah, satwa atau jenis lain, diiringi tulisan sebagai penjelas gambar. Soft book berbeda dengan buku, karena soft book dibuat dari kertas craft, yang keseluruhannya dibungkus dengan kain flanel berwarna cerah.

Promosi Via Blog & FBProduk buatannya sudah

dipesan beberapa konsumen dari berbagai daerah, meliputi Bekasi, Balikpapan, Palembang dan kota-kota besar di Tanah Air,

berkat promosi yang dilakukan suaminya di berbagai media online, yakni di blog : www.kipas-kipasku.blogspot.com dan facebook flanelku cantik. Meski demikian, Diah tetap mempertahankan harga yang kompetitif. Dalam arti, harga yang dipatok tidak terlampau tinggi.

Untuk kaos, harganya antara Rp 35 ribu – Rp 65 ribu. Jepit

- Siapkan alat dan bahan (gunting, benang, jarum, penggaris, pensil, kertas craft, kain flanel dan karton tipis).- Buatlah pola dan potong bahan sesuai pola yang dibuat.- Pola-pola itu disatukan dan dijahit, sehingga membentuk halaman demi halaman flanel.- Ambil dua halaman, sisipi dengan karton, jahit dengan teknik tusuk fiston. Begitu seterusnya sampai semua halaman selesai.- Jahit kembali semua halaman pada cover belakang.- Buatlah cover depan.- Antara cover depan dan cover belakang disisipi karton craft dan kemudian dijahit. Maka jadilah sebuah soft book.

Cara Membuat Soft Book :

rambut Rp 25 ribu/lusin. Soft book dipatok harga Rp 125 ribu – 250 ribu, disesuaikan dengan ukuran dan tingkat kerumitan saat pengerjaan. Hingga kini, omset rata-rata yang didapat Diah berkisar Rp 1,5 juta per bulan.

“Saya ingin sekali memperluas usaha, tapi terus-terang saja terkendala modal. Selain itu, kadang-kadang ada pesanan tidak tertangani, karena kewalahan. Maklum, saya nyaris menangani semuanya sendiri, sehingga untuk membuat satu soft book, memakan waktu 2 minggu. Kalau kaos, dalam sehari saya bisa membuat hiasannya sebanyak 2 – 3 buah,” ujarnya.

Kesulitan mendapatkan tenaga untuk membantu, dirasakan pula sebagai salah satu kendala yang amat berarti bagi Diah, sehingga ia berupaya merekrut orang-orang di sekitarnya untuk diajari teknik membuat kerajinan kain flanel, terutama untuk memotong motif dan menjahit dengan teknik tusuk fiston. Setelah mendapatkan tenaga kerja, nanti ia berencana kian memperluas

pengenalan produk ke masyarakat, misalnya, dengan partisipasi di

bazaar atau pameran. “Malah, saya amat

berharap agar bisa menjadi mitra binaan dinas koperasi di Denpasar atau provinsi, sehingga produk saya bisa lebih memasyarakat. Semoga segera bisa terlaksana, karena tujuan saya, selain mengembangkan usaha, saya memiliki keinginan

untuk memberdayakan ibu-ibu atau remaja di sekitar saya,

sehingga memiliki penghasilan tambahan. Ya, siapa tahu, suatu

hari nanti saya bisa membuat usaha ini

menjadi besar sehingga memiliki Istana Flanel, yang menjual berbagai pernak-pernik khusus dari bahan kain flanel,”

harapnya.

Page 12: E tabloid edisi09

12 Galang Kangin

Edisi 09/SEPTEMBER 2011

GERAKAN menuju swasembada beras yang didengungkan pemerintah pusat rupanya benar-benar serius dilaksanakan. Terbukti dengan

Menggandeng Sekolah Lapang PetaniDi Kota Denpasar

Agrobis

diberikannya subsidi ganda yang cukup meringankan beban petani. Dari benih padi hingga pupuk sudah disalurkan melalui berbagai program. Di antaranya sekolah lapang untuk tanaman padi dan horti (jagung, kedelai).

“Untuk program sekolah lapang pada tanaman padi di Kota Denpasar tersebar di beberapa subak, misalnya di wilayah binaan Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Denpasar Barat, antara lain : Subak Margaya, Semila, Lange, Pagutan, Tegallantang, Tegalbuah,” ungkap Wayan Rapin, Koordinator PUPT Kecamatan Denpasar Barat.

Dikatakan, jumlah unit SLPTT yang diterima masing-masing subak tentu berbeda. Untuk satu unit luasnya 25 hektar. Satu hektar digunakan untuk laboratorium lapangan (LL), tempat petani dan penyuluh belajar mengamati pertumbuhan tanaman padi dan hama yang ada.

“Seperti program sekolah lapang yang telah terlaksana sebelumnya, untuk luasan satu hektar dibiayai penuh oleh pemerintah melalui dinas pertanian, mulai dari pengolahan tanah, pengadaan pupuk, benih

hingga penanaman, termasuk alat tulis dan konsumsi pada setiap pertemuan. Namun, mulai SLPTT ini tidak lagi mendapat uang saku,” jelas Wayan Cita, SP., Kepala Bidang Pengkajian Teknologi Pertanian dan Hortikultura Kota Denpasar, saat sosialisasi di Subak Semila dan Lange. Sisanya seluas 24 hektar hanya akan dibantu benihnya saja. Artinya, biaya olah tanah, beli pupuk dan pemeliharaan tanaman padi dibiayai sendiri oleh petani.

YarnenMeski telah memasuki era

keterbukaan, problema tengkulak masih menjerat para petani kita. Kehadiran program Yarnen (bayar panen) yang digulirkan KSU Kharisma Madani diharapkan mampu membebaskan petani dari jeratan tengkulak dan mensejahterakan kehidupan para penggiat pertanian ini.

Pada setiap kunjungan di sekolah lapang, program Yarnen dari KSU Kharisma Madani terus disosialisasikan dan didengungkan. Pun ketika Tim Agro bertatap muka dengan pengurus Subak Renon, Wayan Cita mengungkap soal masih terbelenggunya para petani oleh para tengkulak.

“Selama ini para petani di Subak Renon terbiasa menjual padi sebelum masa panen, karena telah dimanja para tengkulak yang datang menawar padinya sekaligus membawakan sejumlah uang tanda keseriusan mereka membeli. Nah, dengan dilantiknya pekaseh dan

pengurus yang baru, tentu akan memulai dengan kinerja yang baru pula,” kata Cipta.

Program Yarnen terkait dengan pemakaian pupuk organik Agrodyke pada lahan seluas 10 are yang dibayar setelah (pasca) panen sebesar Rp 90.000 per kilogram. Selain itu, gabah hasil panen yang selama ini dijual berdiri, akan dibeli oleh unit Agro Kharisma Farm pada saat panen dengan harga bersaing, bahkan seratus rupiah lebih mahal dari harga pasaran saat itu. “gabah dibeli Rp 100 lebih mahal dari harga pasaran gabah kering panen pada saat itu,” terang Tim Agro.

Jadi, tidak ada harga kontrak, tetapi selalu berpatokan pada harga dasar gabah yang berlaku umum. Setelah gabah ditimbang dan disaksikan petani pemilik/penggarap, biasanya langsung kami bayar. Namun, bila gabah masih dalam keadaan basah, tentu akan mengacu pada ketentuan khusus,” jelas Kadek Joni Arta, wakil pengurus koperasi unit Agro Kharisma Farm.

“Pihak koperasi pasti akan membeli gabah petani yang telah diperlakukan dengan pupuk organik Agrodyke. Karena, selain gabahnya lebih padat dan bernas, berasnya juga lebih bening. Apalagi setelah dimasak akan ada rasa yang berbeda, serta lebih pulen. Ini cerita pengalaman para petani yang telah bermitra di beberapa wilayah kerja pada musim panen yang baru lalu, dan para konsumen beras Bali Madani.”

ENTAH bagaimana ke depan nasib petani di Kota Denpasar ataupun Bali tanpa dikawal lagi oleh sekeha manyi (kelompok pemanen) lokal yang kini hampir raib seolah tak berbekas. Kemajuan, makin luasnya lapangan kerja formal maupun nonformal, berbagai kesibukan anggota sekeha, makin meminggirkan keberadaan sekeha manyi yang dulu sempat tersohor. Kini hanya tinggal cerita legendanya saja.

Kondisi ini menjadi salah satu penyebab sebagian besar petani tidak punya pilihan lain, kecuali menjual padi berdiri, dan menunggu bantuan dari pemerintah melalui dinas terkait. Tak mudah mendapatkan juru panen saat padi sudah menguning.

“Selama ini seakan terabaikan biaya-biaya yang

Legenda Sekeha Manyisudah dikuras untuk proses produksi, saat kami memutuskan menjual padi yang belum siap panen,” terang Putu Arta, salah satu pengurus Subak Tegallantang. Alasannya, takut padinya ukut karena tidak ada yang memanen. Artinya, masih lebih baik rugi sedikit, daripada banyak.

Menurut Ir. Wayan Ambara, Kepala Dinas Pertanian dan Hortikultura Kota Denpasar, memang inilah yang harus disikapi. Pembinaan dan bantuan alat panen sudah diberikan, namun karena alasan kesibukan ataupun beralih profesi, akhirnya kelompok pemanen tersebut tidak aktif lagi. “Upaya untuk membentuk dan membina kelompok baru masih terus kami upayakan,” ujarnya.

Page 13: E tabloid edisi09

Galang Kangin 13

Edisi 09/SEPTEMBER 2011

Para petani sudah sangat tergantung dengan pupuk anorganik dalam proses produksi mereka. Sambil merem pun,

para petani hafal menyebut pupuk Urea, KCl, Ponska, dan berapa kilo kebutuhan serta kombinasinya per hektar, dan kapan saat pemberiannya. Ini disebabkan berpuluh-puluh tahun petani dicekokin produk anorganik tersebut. Tak heran jika kemudian petani terkaget-kaget ketika tren organik mulai menggelinding dan ajakan untuk mengurangi bahkan meniadakan penggunaan pupuk anorganik.

“Apa sebenarnya keistimewaan dari pupuk organik Agrodyke, sehingga pihak koperasi cukup selektif untuk membeli gabah maupun menjual beras yang dilabeli beras sehat Bali Madani dan dikemas berbeda?” ujar Wayan Sandi, pembina petani sekaligus peramu bio-urine

dan decomposer plus, kepada peserta sekolah lapang dari krama Subak Margaya mencoba melempar pertanyaan.

Nyoman Rajin, Ketua UPS Subak Margaya mengatakan sampai saat ini petani setempat masih menggunakan pupuk Urea, Ponska, KCL, melalui dua kali penaburan, pada umur 18 - 20 hari setelah tanam (HST) dan 40 - 42 HST. “Selanjutnya, disemprot dengan insektisida,” sambung salah satu petani peserta lapang. Berbagai pertanyaan lain pun bermunculan yang mempertanyakan kelebihan pupuk organic Agrodyke dan penggunaannya pada tanaman pertanian.

Wayan Sandi pun menyadari, bahwa tidak mudah mengubah perilaku petani yang sudah lama bergelut dengan suka duka menggarap lahan pertanian dengan berbagai kemanjaan yang ditawarkan pupuk anorganik. Perlahan,

Sandi menjelaskan cara penggunaan pupuk organik Agrodyke dengan kelebihannya.

Kemasan satu kilogram pupuk Agrodyke isinya sama dengan takaran 50 sendok makan. Ideal pemakaiannya mulai dari pengolahan tanah, cukup disemprot dengan 10 sendok pupuk Agrodyke yang dilarutkan dalam 14 liter air (1 tangki) untuk luasan 10 are. Selanjutnya, terang Sandi, saat pemupukan pertama dan kedua, campurkan masing-masing 10 sendok pupuk, lalu ditabur dengan merata. Berarti dari takaran 50 sendok sudah 30 sendok terpakai. Kemudian sisanya yang 20 sendok digunakan untuk empat kali semprot dengan dosis 5 sendok makan per tangki per luasan 10 are. Sebaiknya dilakukan setiap 15 hari sekali, pada umur tanaman 15, 30, 45, dan 60 HST. Tujuannya, memaksimalkan kebutuhan nutrisi tersedia bagi tanaman yang sedang dalam masa pembiakan anakan hingga berakhir setelah berumur 42 hari. Selanjutnya penyemprotan terakhir pada umur 60 HST, masuk pada tahap persiapan pertumbuhan bunga padi. Gunanya, untuk melapisi kulit pembungkus padi dari serangan hama, dan juga batang padi akan kenyal sehingga kurang disukai oleh tikus. Demikian penjelasan Sandu cukup detail.

Kepastian PemanenBeberapa krama Subak Semila

dan Lange pun menyatakan segera akan mengaplikasikan penggunaan pupuk Agrodyke pada musim tanam berikutnya. Bahkan mereka siap walaupun harus menambah biaya, asalkan ada kepastian koperasi akan menyediakan tenaga panen beserta mesin dores -- pemecah gabah, dan membeli gabah hasil perlakuan Agrodyke.

Made Jaya, Pekaseh Subak Semila mengatakan untuk sekolah lapang tahun ini, Subak Semila menerapkan teknologi tanam jajar Legowo 2 : 1, 4 : 1, dan 6 : 2. Awalnya memang sangat sulit meyakinkan sistem tanam seperti ini, tetapi setelah mereka mendengar kesuksesan petani dari subak lain, justru sekarang mereka yang

Agrobis

Membedah Keunggulan Pupuk Organik Agrodyke

ingin membuktikannya.Hal senada diungkapkan Mangku

Madri yang pada tahun ini mengambil program jajar Legowo 6 : 1 dan sistem Tanam Benih Langsung (TABELA). “Mengawali rintisan kerja sama dengan koperasi, kami mencoba dulu dengan luasan empat hektar. Kalau sudah terbukti, tentu untuk menerapkan dengan luasan 90 hektar bukannya tidak mungkin,” jelas Mangku Madri, salah satu petani yang suka dengan inovasi baru.

Pada sekolah lapang tanaman padi tahun ini, secara serentak diterapkan pola tanam jajar Legowo mulai 2 : 1, 4 : 1, dan 6 : 1. Banyak keuntungan yang diperoleh, di antaranya jumlah anakan lebih banyak, lebih mudah menyiangi dan mengamati pertumbuhan tanaman serta kemungkinan adanya serangan hama penyakit. Tanaman juga memperoleh intensitas sinar matahari secara penuh.

“Mengapa tanaman padi yang di bagian pematang lebih subur daripada yang di tengah?” Wayan Sandi kembali melempar pertanyaan kepada krama Subak Semila. Jawabnya, karena jalan di pematang sawah lebih sering dilalui banyak orang, dan ini akan menggetarkan tanah di sekitarnya. Dampak dari getaran tersebut menyebabkan unsur hara/nutrisi di dalam tanah akan bergerak pula, sehingga mampu dijangkau akar tanaman padi. Cobalah perhatikan tanaman buah-buahan yang tumbuh di sepanjang jalan yang ramai lalu-lintasnya, pasti akan lebih lebat berbuah ketimbang di kebun yang jauh dari keramaian.

Dengan semakin berkurangnya lahan pertanian di Kota Denpasar, maka langkah intensifikasi yang paling memungkinkan untuk meningkatkan penghasilan petani. Untuk itu dibutuhkan keberanian untuk mencoba berbagai inovasi baru yang diprogramkan pemerintah. “Khususnya di wilayah Denpasar Selatan dan sebagian Denpasar Barat yang rata-rata hasil panennya mencapai 10 ton per hektar, semestinya sudah beralih pada pemakaian mall atau enzim, tidak lagi terpaku pada pupuk,” saran Sandi.

Page 14: E tabloid edisi09

14 Galang Kangin

Edisi 09/SEPTEMBER 2011

Pakar Bicara

Kalau mau jujur, eksistensi koperasi di negara kita secara umum dewasa ini sepertinya tidak terlalu bermakna dalam berkontribusi terhadap perekonomian nasional, padahal koperasi merupakan badan usaha yang bersemboyankan pada asas kekeluargaan dalam konstitusi kita. Malah di sebagian besar daerah di Indonesia, citra koperasi identik dengan badan usaha marjinal, yaitu hanya bisa hidup bila mendapat bantuan dari pemerintah. Hal ini merupakan tantangan koperasi untuk membuktikan bahwa koperasi merupakan badan usaha mandiri sesuai prinsipnya, yang bisa berkembang tanpa tergantung pada bantuan dari pemerintah.

Koperasi memiliki banyak potensi yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuannya, yaitu sebagai alat bagi anggotanya untuk mencapai kesejahteraan ekonomi, dan alat bagi pemerintah untuk kesejahteraan bagi masyarakat. Satu hal lagi yang merupakan kekuatan koperasi selama ini jarang diperhitungkan adalah ”Koperasi merupakan bentuk kelembagaan formal yang memiliki jaringan sangat luas, baik nasional maupun Internasional.”

Asal mula dikenalnya koperasi seperti yang kita ketahui, berawal dari lahirnya gerakan para buruh di Inggris, kemudian berkembang di negara-negara lainnya, dan sampai ke Indonesia, bahkan sebelum Indonesia merdeka. Hal tersebut menguatkan posisi koperasi sebagai sistem perekonomian nasional dan internasional, meskipun sistem koperasi belum bisa mengalahkan sistem kapitalis yang lebih dulu lahir, yang ternyata lebih diminati oleh masyarakat luas di dunia internasional saat ini.

Secara empiris, terdapat beberapa faktor yang dapat mendorong atau menghambat kegiatan koperasi. Faktor-faktor tersebut antara lain, pertama, pengelola koperasi masih banyak yang belum memiliki kepekaan bisnis (sense of bussines), padahal dalam pembentukan dan usaha menjadikan koperasi berkembang dengan baik

dan dapat memberi kepuasan pada anggota untuk kesejahteraan anggota, diperlukan para pengelola yang handal, dan tentunya harus ditunjang dengan pendidikan yang lebih baik, khususnya mengenai kewirausahaan. Masih perlu ditunjang, pengelola harus tahu bagaimana mengefisiensikan dan mengefektifkan sumber daya yang dimiliki untuk kepentingan koperasi itu sendiri. Jangan sampai pengelolanya menjadikan koperasi sebatas warung jajan yang tidak memberikan manfaat apa-apa pada anggota. Hal kedua yang mempengaruhi koperasi adalah dalam membangun partisipasi dari anggota. Saat ini sulit sekali membangun partisipasi anggota koperasi secara total dalam ikut andil melaksanakan kegiatan koperasi. Hal ini dapat dibuktikan dengan masih banyaknya anggota yang tidak memanfaatkan secara maksimal koperasinya, padahal koperasi bisa dijadikan sebagai sarana pemenuhi kebutuhannya dan tentunya akan memberikan balas jasa padanya di kemudian hari.

Aspek NormatifUntuk dapat bertahan di era globalisasi

seperti sekarang ini, tentunya koperasi harus intropeksi atas kondisi yang ada pada dirinya. Tidak dapat dipungkiri bahwa hanya dengan mengenal jati diri secara benar, maka kemungkinan untuk bersaing dengan badan usaha lain akan terbuka. Organisasi koperasi dibentuk atas dasar kepentingan dan kesepakatan anggota pendirinya dengan tujuan memanajemeni koperasi untuk mencapai tujuan masing-masing anggota dengan kesepakatan yang telah diatur bersama dalam rapat anggota. Dalam membahas peluang koperasi untuk menjadi lembaga alternatif pemberdayaan UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah), perlu dikaji hubungan antara koperasi dengan anggotanya, tentu dalam hal ini perlu dipikirkan bagaimana jika keberhasilan koperasi tidak mampu meningkatkan perekonomian anggotanya.

Dalam kaitan itu, perlu disadari bahwa keadaan ekonomi seseorang dapat membuat orang mengubah kepentingannya, sehingga pengelola koperasi perlu terus memantau perkembangan anggota-anggota koperasi sehingga hubungan anggota dan pengelola (pengurus & pengawas) dapat berjalan harmonis. Begitu pula nantinya dengan melakukan sharing bersama anggota koperasi, bisa memenuhi kebutuhan anggotanya. Dalam UU Koperasi No. 25/1992 disebutkan bahwa koperasi merupakan “Badan Usaha.” Ternyata hal tersebut melahirkan penafsiran yang beragam seperti koperasi yang mudah dimasuki oleh unsur-unsur non ekonomi. Dengan demikian perlu disepakati berbagai aspek penting dalam berkoperasi yaitu: sistem kebersamaan dalam kerjasama yang dianut oleh koperasi jika diterapkan dalam usaha yang dilakukan oleh anggota, maka akan memberikan hasil yang maksimal, misalnya usaha kerajinan di desa-desa yang ada di beberapa desa di Bali, akan lebih terkoordinir dan menguntungkan jika disalurkan oleh koperasi.

Tradisional dan ModernAda beberapa penulis dan pemerhati

koperasi membedakan eksistensi koperasi di Indonesia, yakni Koperasi Sosial dan Koperasi Modern. Mereka membedakannya dari : pertama, dalam perlakuan kepada anggota koperasi sosial cenderung memberi perlakuan yang sama pada seluruh anggota, sedangkan koperasi modern memperlakukan anggota secara adil berdasarkan partisipasi anggota dalam koperasi, sehingga untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik dan benefit (manfaat) dari SHU yang memuaskan, diharapkan anggota terpacu untuk terus ikut berpartisipasi dalam koperasi.

Kedua, hak suara yang diberikan oleh koperasi tradisional yaitu satu orang satu suara,

sedangkan pada koperasi modern suara tergantung partisipasi anggota dalam kegiatan koperasi, sehingga yang menentukan suara adalah orang-orang yang berperan aktif dalam koperasi dan mengerti tentang pengelolaan koperasi dalam mencapai tujuannya.

Ketiga, dalam koperasi tradisional jumlah koperasi banyak akan tetapi berskala kecil, sedangkan dalam koperasi modern koperasi berbentuk besar. Dari hal tersebut bisa dilihat koperasi tradisional hanya mengandalkan kuantitas tanpa menunjukkan kualitas yang maksimal, sehingga kurang mendapat perhatian dan simpati dari masyarakat.

Keempat, pelayanan yang diberikan oleh koperasi tradisional bersifat pasif, sedangkan koperasi modern dalam pelayanan bersifat aktif, sehingga koperasi modern memberikan stimulus pada anggota untuk terus berpartisipasi dan memberikan jasa pada koperasi.

Kelima, koperasi tradisional memiliki kesepakatan untuk tidak bertindak tanpa persetujuan bersama dengan wewenang rapat anggota, sedangkan koperasi modern menentukan keputusan berdasarkan mayoritas dan kebijaksanaan didelegasi penuh pada pengurus. Koperasi modern menilai yang bisa mendorong kebaikan perkembangan koperasi adalah pengurus sebagai pengelola dan pembuat keputusan, sebagai aktor koperasi yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi tentang koperasi.

Keenam, kebijaksanaan yang dianut koperasi tradisional adalah bersifat desentralisasi, sedangkan dalam koperasi modern bersifat sentralisasi (terpusat).

Ketujuh, dalam koperasi tradisional, kebijaksanaan sumberdaya manusia dalam seleksi dan penerimaan tidak berdasarkan yang terbaik, sedangkan dalam koperasi modern, kebijaksanaan sumber daya manusia dilakukan secara selektif dan terbaik (memakai fit and proper test), hingga dapat menghasilkan sumberdaya manusia yang bermutu untuk mengembangkan koperasi.

Kedelapan, dalam koperasi tradisional, mutu dan cara kerja karyawan terikat pada status quo dan masa lalu, sehingga sering dapat menghambat kreativitas karyawan, sedangkan dalam koperasi modern, mutu dan cara kerja karyawan terikat pada perubahan yang terjadi, sehingga bersifat dinamis dan memberi kesempatan pada karyawan dan pengelola koperasi memanfaatkan kreativitas demi berkembangnya koperasi.

Kesembilan, dalam koperasi tradisional, penyelesaian masalah oleh pengurus berkenaan dengan tekanan politik, tidak memperhatikan akibat berikutnya, sedangkan pada koperasi modern, sebaliknya, sehingga koperasi modern sudah memikirkan risiko dan manajemen risiko dari penyelesaian masalah yang dilakukan. Sudah saatnya koperasi berevolusi menjadi lebih baik, dengan merespon kebutuhan anggota-anggotanya dengan cepat dan tepat seperti yang tergambar dalam koperasi modern. Maka tak ada salahnya jika koperasi memiliki bangunan yang megah dengan berbagai alat pemuas kebutuhan anggotanya, layaknya supermarket dan minimarket yang saat ini banyak bertebaran di mana-mana, sehingga dapat mengurangi bahkan menghilangkan gengsi sebagian besar masyarakat untuk berbelanja di unit usaha koperasi.

Pertanyaan kita sekarang, mau dan mampukah semua koperasi yang ada saat ini menjadi koperasi modern seperti itu? Kita tunggu saja.

*) Sekretaris ISEI Bali 2010-2013, Guru Besar Ilmu Manajemen Undiknas Denpasar. Juga sebagai Dekan Fak. Ekonomi & Bisnis (FEB) Undiknas Denpasar.

Mau dan Mampukah Koperasi Jadi Modern?

Oleh :Prof. Dr. Ida Bagus Raka Suardana,

SE.,MM. *)

Penulis adalah Profesor (Guru Besar) Manajemen pada Program Pascasarjana dan

Fakultas Ekonomi & Bisnis (FEB) Undiknas University. Kini menjabat sebagai Dekan FEB

Undiknas University dan Sekretaris Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Bali.

Page 15: E tabloid edisi09

Galang Kangin 15

Edisi 09/SEPTEMBER 2011

Bale Bengong

Setiap hal di dunia ini memang punya dua sisi berlawanan, baik dan buruk, mudah dan sulit, berhasil dan gagal. Dan negara kita Indonesia tercinta ini, setelah 66 tahun merdeka, ternyata masih tetap saja berprinsip “kenapa

harus dipermudah?” Lihat saja beberapa program pemerintah; pengangkatan guru kontrak, penyediaan air bersih, bantuan langsung tunai. Tujuan-tujuan mulia dari setiap program tersebut malah jadi masalah baru di masyarakat. Lalu bagaimana dengan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang sedang hangat dan ditujukan untuk usaha kecil menengah agar bisa lebih produktif? Kakek Putu dan Bli Nyoman Coblong penasaran ingin tahu dan segera berselancar di dunia maya.

“Bapak Presiden memiliki perencanaan untuk menambah lagi KUR, mengingat minatnya semakin meningkat dan sukses,” kata Menteri Koordinator dan Perekonomian Hatta Radjasa selepas dialog dengan pelaku ekonomi kerakyatan di Pasar Baru, Bandung, Minggu, 7 Agustus 2011, begitu dilansir Tempo Interaktif, Bandung. Rencana pemerintah itu sempat diungkap Hatta saat menjawab pertanyaan pelaku ekonomi yang mengatakan, masih ada stigma dari pelaku UMKM terhadap KUR, yang dinilai masih sulit untuk diakses. Dalam dialog itu Hatta menuturkan program KUR yang digulirkan pemerintah sejak 2007 lalu sudah menyentuh 6 juta nasabah. Dari seluruh nasabah, katanya, ada 600 ribu pelaku usaha yang non-bankable naik kelas menjadi pelaku usaha yang masuk kategori kelas komersil.

Wah…inilah program pemerintah yang berjalan sesuai tujuannya, begitu pikir Kakek Putu dan Bli Nyoman Coblong sambil mengangguk-angguk senang. Negeriku sudah mulai berubah, tambahnya dengan hati sumringah.

Ketika Kakek Putu dan Bli Nyoman Coblong ‘surfing’ di Kompas.com, keningnya jadi agak berkerut karena diberitakan penyaluran kredit usaha rakyat itu masih didominasi oleh usaha di sektor perdagangan. Penyaluran KUR di sektor hulu masih cukup kecil. Hal ini disampaikan Deputi Kelautan dan Perikanan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Diah Maulida dalam acara pelepasan penyuluh pendamping KUR di Jakarta, Selasa (23/8/2011). Wah…wah…wah….mulai ada cerita lain nih di balik laporan kesuksesan program ini.

Karena penasaran, Kakek Putu dan Bli Nyoman Coblong kembali “googling’ dan ketemulah laporan Bank Indonesia tentang kendala penyaluran KUR. Salah satunya adalah banyaknya calon debitur yang tidak bisa memenuhi persyaratan dari bank karena kondisi usahanya belum layak mendapatkan kredit. Kredit usaha rakyat ini dibuat untuk meningkatkan pendapatan usaha kecil. Tapi syarat administrasi keuangannya berderet-deret. Terus apa iya usaha kecil yang biasanya juga milik rakyat kecil, punya dokumen keuangan selengkap itu? Rekening koran, neraca laba rugi…waduh!!! Itu baru urusan administrasi. Belum lagi masalah agunan. Gimana mau punya barang untuk agunan, kalo usaha mereka aja belum tentu untung?

Kakek Putu dan Bli Nyoman Coblong malah jadi geleng-geleng kepala, seperti orang dugem di Boshe VVIP. Jadi sebenarnya KUR itu Kredit Usaha Rakyat atau Kredit Usaha yang dibuat jadi Ruwet ya? Ternyata negeriku belum berubah, Kakek Putu dan Bli Nyoman Coblong jadi resah lagi……

K U R... Belum

Ubah

Negeriku

ETIKET berarti tata cara pergaulan yang baik antar sesama manusia. Kata Etiket berasal dari bahasa Perancis yaitu “Etiquette” atau berasal dari bahasa latin yaitu “Ectica,” yang berarti falsafah moral dan merupakan pedoman cara hidup yang benar dilihat dari sudut budaya, tata susila dan agama. Ada perbedaan pengertian antara Etika dengan Etiket, yaitu :

Potensi

Pentingnya Etika dalam Pergaulan

Etika : niat, apakah perbuatan itu boleh dilakukan atau tidak sesuai pertimbangan niat baik atau buruk sebagai akibatnya

Etiket : menetapkan cara, untuk melakukan benar sesuai yang diharapkan

Etika : nurani (bathiniah) bagaimana bersikap etis dan baik yang sesungguhnya timbul dari kesadaran dirinya

Etiket: formalitas (lahiriah), tampak dari luarnya penuh dengan sopan santun dan kebaikan

Etika : bersifat absolut, artinya tidak dapat ditawar-tawar lagi, kalau perbuatan baik mendapat pujian dan yang salah harus mendapat sanksi

Etiket : bersifat relatif, yang dianggap tidak sopan dalam suatu kebudayaan daerah tertentu, belum tentu di daerah lain

Etika : berlakunya, tidak tergantung pada ada atau tidaknya orang lain yang hadir

Etiket: hanya berlaku, jika ada orang lain yang hadir, dan jika tidak ada orang lain maka etiket itu tidak berlaku

Perbedaan Etika dengan Etiket

Sumber : Wulandari, 2007

Dasar-dasar EtikaAda beberapa dasar-dasar etika, yaitu :• Sopan, ramah kepada siapa

saja• Memberi perhatian kepada

orang lain• Menjaga perasaan orang

lain• Ingin membantu• Memiliki rasa toleransi• Dapat menguasai diri,

mengendalikan emosi dalam setiap situasi.

• Secara singkat selalu berusaha untuk menyenangkan orang lain.

Manfaat Etika dalam kehidupan manusiaBanyak manfaat yang diperoleh oleh seseorang jika memperhatikan etika dalam tata pergaulannya, di antaranya:• Membuat seseorang

disegani, dihormati, disenangi orang lain

• Kemudahan hubungan baik dengan orang lain

• Memberi keyakinan pada diri sendiri dalam setiap situasi

• Dapat memelihara suasana yang baik dalam lingkungan keluarga, tempat kerja, dan di antara teman.

Selain mengetahui etiket bangsa sendiri, sebaiknya juga mengetahui tentang etiket bangsa-bangsa lain. Hal itu akan melancarkan komunikasi dan kemampuan kita untuk menyesuaikan diri kepada lingkungan di mana kita berada.

Etika Dalam PenampilanA. Sikap Duduk• tidak memakan seluruh

badan kursi• posisi dada tegak

• tidak bersandar penuh• kedua tangan tidak berada

di pegangan kursi• tinggi kaki tidak bersilang• tidak meletakkan tangan di

meja lawan bicara

B. Cara Berjalan• badan tegak• posisi dagu sejajar dengan

lantai• tangan tidak di dalam saku• tidak membungkuk• tidak tergesa-gesa atau

terlalu lamban

C. Ekspresi Wajah• tidak cemberut• tidak day dream• memberi perhatian

D. Cara Berjabat Tangan• menyentuh dengan mantap• jabat seluruh badan telapak

tangan• tidak berkesan ragu

E. Kontak Mata• memandang pada batas

wajah hingga leher• pandang mata lawan bicara

tidak melirik ke atas dan samping ketika berpikir

• beri pandangan yang menyenangkan

F. Gerak Tangan• tidak mengangkat tangan

ketika berbicara layaknya berpidato

• lengan tidak diangkat lebih dari 90 derajat

• tidak menunjuk dengan jari ketika memberi penjelasan tentang arah dan tempat

• tidak menggerakkan jari ketika berkomunikasi

G. Senyum• tidak senyum terlalu lebar

• tidak menunjukkan raut muka sinis

• senyum diikuti dengan eye contact dan gerakan kepala

Perlu diingat bahwa penampilan yang menarik bukan hanya bagi seseorang yang keren atau mewah saja, tetapi tergantung pada orang itu sendiri dalam pengembangan dirinya sebaik-baiknya dan seutuhnya.(Sumber : disarikan dari berbagai bahan bacaan)

Penulis adalah Dosen Fak. Ekonomi Universitas Mahasaraswati (Unmas)

Denpasar, dan juga seorang instruktur kepribadian, service

exellent, komunikasi, serta etika dan kepribadian.

LK Budi Martini, SE.MMDosen Fakultas Ekonomi

Universitas Mahasaraswati Denpasar dan juga seorang

Instruktur Kepribadian, Service Excellent, Komunikasi serta

Etika dan Kepribadiaan

Oleh : Geg Aniek

Page 16: E tabloid edisi09

16 Galang Kangin

Edisi 09/SEPTEMBER 2011

D odol bukanlah jenis makanan yang tergolong aneh bagi masyarakat Pulau Dewata. Tapi bagaimana kalau dodol itu berukuran jumbo dengan

berat 150 kg? Nah, dodol raksasa itu bisa dijumpai di acara Usaba Dalem atau yang lebih populer disebut Usaba Dodol, yang berlangsung di Desa Duda beberapa waktu lalu, sehari sebelum berlangsungnya Hari Raya Nyepi.

Hari masih pagi. Udara dingin menyapa penduduk Duda. Ditambah lagi, desau angin yang bertiup kencang membuat kulit makin menggigil. Meski demikian, kondisi alam yang tidak bersahabat itu tidak menyurutkan niat penduduk untuk mempersiapkan sebuah perhelatan tahunan yang sudah ditunggu-tunggu. Usaba Dodol!

Usaba Dalem, atau yang lebih dikenal dengan nama Usaba Dodol, berlangsung setahun sekali di Desa Duda, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem, tepatnya pada Tilem Kesanga dan bertempat di Pura Dalem.

Wayan Geria, pengurus desa adat setempat mengemukakan, prosesi usaba dimulai dengan ritual ‘berburu’ pisang kayu di pekarangan penduduk, yang dilakukan oleh jero desa yang berjumlah 27 orang sekitar pukul 06.30 wita. Pisang kayu itu juga tidak boleh sembarangan, harus memenuhi syarat : tidak cacat alias mulus, serta berjumlah tidak kurang dari 17 buah pada satu ijas. Kalau pisang tersebut tidak ditemukan, maka usaba tidak bisa dilaksanakan.

“Pisang kayu itu simbol nyejerang Ida Betara Durga, sehingga menjadi syarat

Menyaksikan Dodol Raksasa di Desa Duda

mutlak, sekaligus untuk mengawali prosesi usaba,” jelas lelaki asli Duda itu.

Setelah pisang ditemukan, disucikan, dan diletakkan di dalam jeroan pura. Selanjutnya persembahyangan pun dimulai. Masyarakat umumnya akan berbondong untuk mengantri masuk pura sejak jam 07.00 wita pagi hingga sore hari. Acara puncak berlangsung pukul 13.00 Wita di mana persembahyangan di-puput Ida Pedanda. Sore hari, sekitar pukul 18.00 wita, pisang kayu akan ditanam, untuk mengembalikan ke pertiwi (bumi). Di antara persembahyangan itulah, ada beberapa warga yang mempersembahkan dodol atau jaja uli yang berukuran tidak lazim alias amat besar.

“Selain dodol atau jaja uli sebagai bagian dari tandingan, ada juga yang memang khusus dihaturkan kepada Betara Durga. Biasanya yang membawa dodol dan jaja uli ukuran besar itu orang-orang yang me-sesangi atau berkaul. Misalnya, karena penyakitnya tersembuhkan atau mendapatkan pekerjaan yang diinginkan. Untuk usaba kali ini, kebetulan ada yang me-sesangi membuat jaja uli seberat 150 kg. Dulu, ada yang pernah sampai 200 kg,” jelas Geria.

Bahan untuk membuat dodol atau jaja uli adalah kelapa, beras, ketan, garam dan gula (khusus untuk dodol). Kalau berukuran raksasa, hingga di atas 100 kg, masa pembuatannya antara tiga hingga empat hari dengan tenaga kerja mencapai 25 orang yang bergantian mengaduk adonan agar tidak gosong. Setelah matang dan didinginkan, dilanjutkan dengan pembungkusan menggunakan upih atau pelepah pinang.

Berhubung ukurannya yang besar, untuk menggotongnya menggunakan tandu, laiknya mengusung ogoh-ogoh, dan membutuhkan minimal 20 orang untuk mengangkatnya. Sore hari, dodol atau jaja uli dibawa pulang kembali, untuk kemudian dibagi-bagikan kepada sanak saudara. Meski tidak langsung diberikan kepada keluarga yang lain, tetapi baik dodol maupun jaja uli tidak akan cepat basi atau berjamur karena bisa bertahan sampai enam bulan lamanya.

Sementara itu, salah seorang warga bernama Bu Made Lia, ketika dijumpai tengah bersembahyang di Pura Dalem menuturkan, bahwa pada usaba kali ini, memang keluarganya tidak membuat dodol ukuran besar karena tidak sedang me-sesangi.

“Tiang hanya membuat dodol ukuran kecil saja, yang di-tanding bersama buah dan jajanan lain. Kalau dodol ukuran biasa, cukup dua atau tiga orang saja yang membuat, tidak perlu ramai-ramai. Dulu, sekitar dua tahun lalu, kami pernah membuat jaja uli yang besarnya lebih dari 50 kg, terkait me-sesangi karena ada keluarga yang sakit. Dengan membuat dodol beramai-ramai, membuat hubungan keluarga tambah akrab karena mengerjakannya bersama-sama. Masalah biaya sebenarnya relatif, tapi kami selalu percaya, kalau memang mempunyai tujuan yang baik, pasti ada saja rezeki dari Sang Hyang Widhi,” tutur wanita dua anak ini.

Mengenai kenapa namanya Usaba Dodol dan bukan Usaba Jaja Uli, padahal biasanya yang dibuat dalam bobot yang tidak lazim adalah jaja uli, Bu Lia

Seni Budaya

menuturkan, mungkin nama itu diberikan karena jaja uli yang dibawa ke pura itu terlebih dahulu dibungkus dengan upih, sehingga sepintas bentuknya menyerupai dodol. Maka, usaba pun lebih popular disebut dengan Usaba Dodol.

Sedang tentang pelaksanaan usaba, Bu Lia mengisahkan kalau tradisi tersebut sudah berlangsung turun-temurun. Sejak masih kecil, ia selalu menjumpai pelaksanaan usaba tanpa pernah absen.

“Usaba ini kan sudah warisan dari leluhur, jadi masyarakat merasa tidak sreg kalau tidak meneruskan tradisi itu. Lagipula, pengadaan usaba sama sekali tidak memberatkan masyarakat kok. Malah kalau tidak diadakan, masyarakat jadi resah, karena terbukti setelah berkaul untuk mempersembahkan sesuatu pada waktu usaba, kebanyakan penyakit yang dialami warga langsung sembuh. Makanya pelaksanaan usaba sekaligus dipergunakan untuk me-sesangi atau membayar kaul. Kalau acara sudah selesai, baik dodol maupun jaja uli, biasanya dimakan ramai-ramai sambil minum kopi. Wah, nikmat sekali rasanya,” urai Bu Lia bersemangat.

Sebenarnya, di Desa Duda tidak hanya mempunyai tradisi unik tahunan berupa Usaba Dodol saja, karena masih ada satu lagi acara yang berlangsung sekitar bulan Oktober, tepatnya pada sasi kapat. Acara itu bernama Usaba Goreng. Pada saat Usaba Goreng, semua jajan yang ditampilkan serba goreng. Seperti, kiping dan bukayu, yang dibentuk segitiga atau segi empat dan disusun secara atraktif bersama buah-buahan. Tertarik menonton? Datang saja langsung ke Desa Duda!