DSS

13
PORTOFOLIO DANGUE SYOK SINDROM Presentan Dr. Destya Nora Pendamping Dr. Christiawaty

description

b

Transcript of DSS

Page 1: DSS

PORTOFOLIO

DANGUE SYOK SINDROM

Presentan

Dr. Destya Nora

Pendamping

Dr. Christiawaty

PROGRAM DOKTER INTERNSIP

RSUD EMBUNG FATIMAH

2015

Page 2: DSS

Borang Portofolio

No. ID dan Nama Peserta : dr. Destya Nora

No. ID dan Nama Peserta: RSUD Embung Fatimah

Topik : Dengue Syok Sindrom

Tanggal Kasus : 12-14-2014

Nama Pasien : An. R Nomor RM :

Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Christiawaty

Tempat Presentasi :

Objektif Presentasi :

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi : Pasien anak laki-laki usia 4 tahun, datang diantar keluarga dengan keluhan

demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.

Tujuan : Mengidentifikasi penyebab, perjalanan penyakit, gejala, diagnosis dan tata

laksana dari dengue syok sindrom

Bahan

Bahasan :

Tinjauan

Pustaka

Riset Kasus Audit

Cara

Membahas :

Diskusi Presentasi dan Diskusi Email Pos

Data

Pasien

Nama : An. R No. Reg:

Nama Klinik : RSUD Embung Fatimah Telp : (0778) 364119 Terdaftar sejak :

Data Utama untuk bahan diskusi :

1. Diagnosis / Gambaran Klinis :

- Pasien demam sejak 3 hari sebelum masuk RS

- Muntah berisi makanan 2-3x per hari

Page 3: DSS

- Diare, batuk, pilek tidak ada.

- Nafsu makan menurun, tetapi minum baik dan banyak.

- BAK terahir 6 jam yang lalu

- Mimisan 1x 2 jam sebelum masuk Rumah Sakit

2. Riwayat Pengobatan : belum pernah berobat sebelumnya

3. Riwayat Kesehatan/Penyakit : pasien belum pernah mengalami gejala seperti ini

sebelumnya.

4. Riwayat keluarga : tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit saat ini

5. Riwayat Pekerjaan : -

6. Riwayat Lingkungan Sosial dan Fisik : -

Lain-lain:

Status Generalisata :

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Tensi : tidak dilakukan

Nadi : 120 x/mnt

Nafas : 24 x/mnt

Suhu : 38,7 0C

Status Lokalis untuk dugaan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding :

Kulit : Teraba hangat, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kulit baik

Kepala : Bentuk simetris, rambut hitam tidak mudah dicabut

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokhor, diameter pupil

2 mm, refleks cahaya +/+, mata cekung -/-

Hidung : Nafas cuping hidung (-)

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Dada :

Page 4: DSS

Paru I : normochest, simetris kiri kanan, retraksi dinding dada tidak ada

Pa : fremitus kiri = kanan

Pe : sonor

A : napas vesikuler, Rh -/-, Wh -/-

Jantung I : Iktus tidak terlihat

Pa : Iktus teraba 2 jari medial ICS V

Pe : batas jantung dalam batas normal

A : Bunyi jantung reg, irama teratur, bising tidak ada

Abdomen I : tidak membuncit

A : Bising Usus (+) Normal

Pa : supel, turgor kulit baik, Nyeri tekan epigastrium ( + )

Pe : timpani

Ekstremitas : akral dingin, refilling kapiler melambat ( CRT = 2” ), nadi tangan

kaki teraba lemah

Diagnosis Kerja : observasi febris hari ke 3, preshock

Pemeriksaan Penunjang :

Hb : 12 gr/dl

Leukosit : 3800 /mm3

Ht : 45 %

Trombosit : 45.000/mm3

Daftar Pustaka :

1.

Page 5: DSS

Hasil Pembelajaran :

1. Diagnosis dengue syok sindrom

2. Identifikasi etiologi dari dengue syok sindrom

3. Mekanisme perjalanan penyakit dengue syok sindrom

4. Penanganan dengue syok sindrom di Rumah Sakit.

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio

Subjektif :

- Pasien demam sejak 3 hari sebelum masuk RS

- Muntah berisi makanan 2-3x per hari

- Diare, batuk, pilek tidak ada.

- Nafsu makan menurun, tetapi minum baik dan banyak.

- BAK terahir 6 jam yang lalu

- Mimisan 1x 2 jam sebelum masuk Rumah Sakit

Objektif :

Status Generalisata :

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Tensi : tidak dilakukan

Nadi : 120 x/mnt

Nafas : 24 x/mnt

Suhu : 38,7 0C

Kulit : Teraba hangat, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kulit baik

Kepala : Bentuk simetris, rambut hitam tidak mudah dicabut

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik, pupil isokhor, diameter pupil 2

mm, refleks cahaya +/+, mata cekung -/-

Mulut : Mukosa mulut dan bibir tidak tampak kering

Abdomen I : tidak membuncit

A : Bising Usus (+) Normal

Page 6: DSS

Pa : supel, turgor kulit baik

Pe : timpani

Ekstremitas : akral dingin, refilling kapiler melambat ( CRT ) =2” / =2”, nadi tangan

kaki teraba lemah

Assesment :

A. Definisi

Dengue yang juga dikenal sebagai breakbone fever adalah sebuah penyakit infeksi tropis yang disebabkan oleh virus dengue. Gejalanya memiliki spectrum klinis yang bervariasi meliputi demam, sakit kepala, nyeri otot dan tulang dan ruam kulit yang khas seperti penyakit campak. Dalam kasus yang relatif jarang, penyakit ini dapat progresif menjadi sebuah penyakit yang mengancam nyawa akibat dari perdarahan, trombositopenia dan kebocoran plasma dimana membawa keadaan syok yang dikenal sebagai dengue shock syndrome (DSS). 1,2,4,7 Infeksi virus dengue dipengaruhi oleh beberapa faktor dari imunitas host dan virulensi agent. Seperti fenomena gunung es, infeksi virus dengue dapat menimbulkan gejala dan tidak menimbulkan gejala dimana keadaan yang berat merupakan ujung/ puncak gunung es yang terlihat sementara yang tanpa gejala terpendam sebagai dasar gunung es. Gejala yang ditimbulkan mulai dati demam ringan yang tidak spesifik, demam dengue/ dengue fever (DF) dan keadaan yang lebih berat yakni DHF dan DSS

B. Etiologi

DBD disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Virus ini bisa masuk ke dalam tubuh manusia dengan vektor nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.1 Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit menular yang berbahaya, dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan sering menimbulkan wabah. Penyakit ini pertama kali ditemukan di Manila, Filipina pada tahun 1953 dan selanjutnya menyebar ke berbagai negara

C. Manifestasi Klinis

- demam tinggi mendadak

- diastesis hemoragik

- hepatomegali

- kegagalan sirkulasi

- rasa haus

Page 7: DSS

D. Patofisiologi

Patogenesis terjadinya renjatan berdasarkan The Secondary Heterologous Infection Hypothesis dapat dilihat pada rumusan yang dikemukakan oleh Suvatte (1997) yaitu akibat infeksi kedua oleh tipe virus yang berlainan pada seorang penderita dengan kadar antibodi antidengue yang rendah, maka respon antibodi anamnestik yang akan terjadi dalam waktu beberapa hari menyebabkan proliferasi dan transformasi limfosit imun dengan menghasilkan titer tinggi antibody IgG anti dengue. Virus dalam jumlah banyak mengakibatkan terjadinya replikasi virus dengue dalam limfosit yang sedang bertranformasi. Hal ini mengakibatkan terbentuknya kompleks antigen-antibodi (virus-antibodi kompleks) yang selanjutnya :

1. Akan mengaktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3 dan C5 menyebabkan meningkatnya permeabilizas pembuluh darah dan menghilangnya plasma melalui endotel dinding itu. Renjatan yang tidak ditanggulangi secara adekuat akan menimbulkan anoksia jaringan, asidosis metabolik dan berakhir dengan kematian.

2. Dengan terdapatnya kompleks virus-antibodi dalam sirkulasi darah maka mengakibatkan trombosit kehilangan fungsi agregasi dan mengalami metamorfosis, sehingga dimusnahkan oleh sistem RE dan terjadi trombositopenia hebat serta perdarahan. Disamping itu, trombosit yang mengalami metamorfosis akan melepaskan faktor trombosit 3 yang mengaktivasi sistem koagulasi.

3. Aktivasi faktor Hageman (Faktor XII) dan aktivasi sistem koagulasi mengakibatkan terjadinya pembekuan intravaskuler yang meluas. Dalam proses aktivasi ini maka plasminogen akan berubah menjadi plasmin yang berperan pada pembentukan anafilatoksin dan penghancuran fibrin menjadi Fibrin Degradation Product (FDP). Menurunnya faktor koagulasi dan kerusakan hati akan menambah beratnya perdarahan.

Page 8: DSS
Page 9: DSS

E. Komplikasi

a) Efusi pleura

b) Asites

c) penurunan kesadaran

d) perdarahan mukosa (hematemesis, melena, atau perdarahan dari hidung atau gusi)

e) manifesatasi berat lainnya (kerusakan hati, cardiomyopaty, ensephalopaty, dan ensefalitis)

F. Pemeriksaan Penunjang

Kriteria laboratrium diagnosis menurut WHO

a. Trombositopeni (trombosit < 100.000/mm3)

b. Heomokonsentrasi (Peningkatan hematokrit > 20%)

Diagnosa ditegakan 2 kriteria klinis + 1 kriteria laboratorium. Pada kasus syok, peningkatan hematokrit dan adanya trombositopeni mendukung diagnosa DBD

G. Pemeriksaan Fisik

a) Manifestasi perdarahan ditandai keadaan berikut : uji Torniquet positif, ptekie, purpura, ekimosis, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarhan gusi hematemesis dan melena.

b) Syok yang ditandai nadi cepat dan lemah disertai penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak gelisah

H. Pencegahan

Pencegahan penyakit DBD tergantung pada pengendalian vektor, yang dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya : Metode lingkungan, biologis dan kimiawi. Cara yang paling efektif adalah mengkombinasikan cara-cara diatas, disebut dengan 3M plus, yaitu menutup, menguras, menimbun. Selain melakukan beberapa hal lain seperti menggunakan kelambu waktu tidur, menggunakan repellen,

memasang obat nyamuk, menggunakan insektisida, dan lain-lain. Vaksin terhadap berbagi tipe virus dengue masih dalam penelitian.

Plan :

Diagnosis : DHF grade III / DSS

Page 10: DSS

Pengobatan :

- Saat di Rumah Sakit :

Bolus RL 20cc x 13kg

Propiretik supposituria 160mg

Pendidikan :

- Memberikan edukasi khususnya kepada keluarga mengenai faktor penyebab DBD

grade III dan menjelaskan komplikasi

- Memberikan edukasi tentang penanganan utama yaitu pemberian cairan yang banyak.

Konsultasi

Konsultasi dilakukan dengan spesialis anak untuk penatalaksanaan selanjutnya.

Bolus RL 20cc x 13 (observasi 30 menit)

Bila syok belum teratasi ulang bolus RL 20cc x 13 (observasi 30 menit)

Bila syok belum teratasi lapor spesialis anak

Bila syok teratasi cairan diturunkan menjadi 130cc/jam (observasi 1 jam)

Bila keadaan membaik cairan diturunkan menjadi 65cc/jam dalam 24 jam

Kemudian cairan diturunkan menjadi 40cc/jam

Bila keadaan stabil dalam 48 jam setelah syok teratasi cairan boleh dihentikan

Paracetamol infus 4x150cc

Injeksi ranitidin 2x20mg

Injeksi ondancentron 3x1mg

Rujukan

Saat ini pasien belum perlu dirujuk.