Ds 13701

3
TERM OF REFERENCE (TOR) SEMINAR DAN LOKAKARYA TAHAP II ”PERAN AGAMA-AGAMA DALAM REVITALISASI BUDAYA SASAK UNTUK PEMBANGUNAN LOKAL” Lombok, 07 - 10 Maret 2007 Dasar Pemikiran Pada 17-20 September 2006 telah diselenggarakan Seminar dan Lokakarya (Semiloka) tahap I di Mataram dengan tema ”Pluralisme, Konflik dan Perdamaian”. Semiloka tersebut sangat bermanfaat tidak saja telah mampu menjadi media pertemuan berbagai kelompok yang beragam di Mataram yang sebelumnya masih relatif sulit bertemu, tapi juga menghasilkan output kesepakatan bersama untuk mengembangkan sikap saling mengapresiasi, peduli, dan mensemai harmoni sosial dalam keragaman masyarakat Mataram. Banyak rencana tindak lanjut disusun bersama, meskipun tidak semuanya bisa diselenggarakan, tapi sebagian dari kesepakatan Semiloka tersebut telah ditindaklanjuti secara kongkrit. Diskusi di IAIN Mataram pada bulan Desember 2006 tentang Ahmadiyah, sebagai salah satu rekomendasi Semiloka, yang dihadiri lebih dari lima ratus peserta baik dari kalangan kampus maupun masyarakat umum menunjukkan antusiasme masyarakat NTB untuk mencari tahu dan sekaligus mencari jalan keluar atas persoalan keragaman lokal yang belakangan ini sempat menimbulkan ketegangan dan menjadi salah satu perhatian nasional. Komunikasi antar individu peserta untuk melanjutkan visi bersama tentang penghargaan terhadap beberagaman juga sangat efektif untuk mensemai atmospher baru NTB yang pluralis. Kini, pada perkembangannya, muncul kebutuhan untuk melakukan revitalisasi terhadap adat atau budaya Sasak yang diharapkan menjadi titik temu bagi masyarakat NTB secara luas. Pemberian perhatian terhadap budaya Sasak tidak sama sekali ingin meminggirkan rancangan mencari jalan keluar atas permasalahan relasi antar (intern) agama, tapi dimaksudkan sebagai salah satu jalan untuk mengurai kerumitan hubungan agama, masyarakat, dan pluralisme di NTB yang sempat carut marut. Budaya Sasak dirasa mampu menjadi common sense yang mengakar paling mendalam dan luas bagi masyarakat NTB yang tak terbantahkan. Di sisi lain, Budaya Sasak sendiri dari waktu ke waktu dan generasi ke generasi mengalami pengkaburan karena proses transfer pengetahuan antar generasi yang tidak selalu berjalan baik. Lebih lanjut konteks modernitas kekinian dan globalisasi yang masuk ke setiap relung sosial budaya masyarakat, menjadikan kita tidak cukup hanya mengkais-kais kearifan lokal yang dilahirkan oleh masa lalu, tapi pada saat

description

TOR

Transcript of Ds 13701

  • TERM OF REFERENCE (TOR)

    SEMINAR DAN LOKAKARYA TAHAP II PERAN AGAMA-AGAMA DALAM REVITALISASI BUDAYA SASAK

    UNTUK PEMBANGUNAN LOKAL Lombok, 07 - 10 Maret 2007

    Dasar Pemikiran Pada 17-20 September 2006 telah diselenggarakan Seminar dan Lokakarya (Semiloka) tahap I di Mataram dengan tema Pluralisme, Konflik dan Perdamaian. Semiloka tersebut sangat bermanfaat tidak saja telah mampu menjadi media pertemuan berbagai kelompok yang beragam di Mataram yang sebelumnya masih relatif sulit bertemu, tapi juga menghasilkan output kesepakatan bersama untuk mengembangkan sikap saling mengapresiasi, peduli, dan mensemai harmoni sosial dalam keragaman masyarakat Mataram. Banyak rencana tindak lanjut disusun bersama, meskipun tidak semuanya bisa diselenggarakan, tapi sebagian dari kesepakatan Semiloka tersebut telah ditindaklanjuti secara kongkrit. Diskusi di IAIN Mataram pada bulan Desember 2006 tentang Ahmadiyah, sebagai salah satu rekomendasi Semiloka, yang dihadiri lebih dari lima ratus peserta baik dari kalangan kampus maupun masyarakat umum menunjukkan antusiasme masyarakat NTB untuk mencari tahu dan sekaligus mencari jalan keluar atas persoalan keragaman lokal yang belakangan ini sempat menimbulkan ketegangan dan menjadi salah satu perhatian nasional. Komunikasi antar individu peserta untuk melanjutkan visi bersama tentang penghargaan terhadap beberagaman juga sangat efektif untuk mensemai atmospher baru NTB yang pluralis. Kini, pada perkembangannya, muncul kebutuhan untuk melakukan revitalisasi terhadap adat atau budaya Sasak yang diharapkan menjadi titik temu bagi masyarakat NTB secara luas. Pemberian perhatian terhadap budaya Sasak tidak sama sekali ingin meminggirkan rancangan mencari jalan keluar atas permasalahan relasi antar (intern) agama, tapi dimaksudkan sebagai salah satu jalan untuk mengurai kerumitan hubungan agama, masyarakat, dan pluralisme di NTB yang sempat carut marut. Budaya Sasak dirasa mampu menjadi common sense yang mengakar paling mendalam dan luas bagi masyarakat NTB yang tak terbantahkan. Di sisi lain, Budaya Sasak sendiri dari waktu ke waktu dan generasi ke generasi mengalami pengkaburan karena proses transfer pengetahuan antar generasi yang tidak selalu berjalan baik. Lebih lanjut konteks modernitas kekinian dan globalisasi yang masuk ke setiap relung sosial budaya masyarakat, menjadikan kita tidak cukup hanya mengkais-kais kearifan lokal yang dilahirkan oleh masa lalu, tapi pada saat

  • bersamaan penting untuk merevitalisasinya dalam konteks kekinian. Pergeseran konteks hubungan pusat dan lokal dalam proses desentralisasi paska Reformasi juga mensyaratkan revitalisasi budaya Sasak dalam konteks kepentingan lokal masyarakat NTB sendiri. Kita, sebagai masyarakat NTB yang masih memiliki PR cukup besar terhadap pengelolaan keragaman agama penting menjadikan budaya Sasak sebagai salah satu ruang untuk mendorong titik temu dan solidaritas antar (intern) agama-agama. Tujuan utama darinya bukanlah titik temu itu sendiri, tapi bagaimana agama-agama bisa memberikan tawaran peran konstruktif untuk mengatasi problem-problem sosial kekinian warga NTB saat ini dan di masa depan. Ancangan ini tentu tidak bisa diemban oleh satu dua elemen masyarakat NTB, melainkan mensyaratkan keterlibatan banyak pihak secara bersama. Semiloka tahap II merupakan ruang untuk mengeksplorasi masalah, merumuskan ancangan, dan memulai aksi ke arah tersebut. Tema Kegiatan Tema Semiloka tahap kedua ini adalah Peran Agama-Agama dalam Revitalisasi Budaya Sasak Untuk Pembangunan Lokal. Tujuan 1. Melakukan evaluasi terhadap dan menjadi ruang tindak lanjut Semiloka Tahap I 2. Mengekplorasi peran budaya Sasak sebagai titik temu hubungan antar (inter)

    agama-agama dan merumuskan peran agama-agama dalam revitalisasi budaya Sasak.

    3. Melakukan revitalisasi budaya Sasak yang produktif bagi kepentingan lokal pembangunan masyarakat NTB

    4. Merumuskan strategi kampanye dan aksi kongkrit revitalisasi budaya Sasak dalam masyarakat NTB yang lebih luas

    5. Menyusun program-program lanjutan bersama yang realistis dan sustain yang mengedepankan pluralisme agama dan kelompok yang mendasarkan diri pada kearifan budaya Sasak.

    Harapan 1. Tersedianya rumusan material revitalisasi budaya Sasak 2. Tersedianya rumusan strategi pengembangan budaya Sasak 3. Munculnya kesadaran pluralisme yang berdasarkan pada kearifan budaya Sasak 4. Terumuskannya rancangan program yang berkelanjutan revitalisasi budaya Sasak

  • Waktu dan Tempat Pelaksanaan Waktu pelaksanaan tanggal 07- 10 Maret 2007, bertempat di Pendopo Bupati Lombok Terngah untuk seminar dan lokakarya bertempat di Hotel Matahari Inn Kuta Lombok. Bentuk kegiatan Kegiatan akan berlangsung dalam bentuk Seminar setengah hari dan Lokakarya 3 hari. Seminar akan dibagi dalam 2 sesi : pertama, akan mengkaji tema dari perspektif serta pengalaman agama-agama dalam kaitannya dengan budaya Sasak; kedua, akan mengkaji para sarjana dan pelaku kebudayaan Sasak. Masing-masing Sesi akan dipandu oleh seorang moderator. Kemudian akan dilanjutkan dengan lokakarya selama 3 (tiga) hari. Dalam proses lokakarya ini akan ada kunjungan ke lapangan selama setengah hari. Lokakarya akan didampingi oleh 3 (tiga) orang fasilitator. Pelaksana Kegiatan Kegiatan ini diselenggarakan bersama oleh Institut Dialog Antariman di Indonesia (Interfidei), REDHAM (Relawan untuk Demokrasi dan Hak Asasi Manusia) Lombok, dan para alumni Semiloka Tahap I. Jadwal Kegiatan (terlampir) Penutup Demikian Term of Reference (TOR) kami susun dengan harapan bisa memberikan penjelasan tentang kegiatan ini.