Draf Pkl BIB lembang Dika

28
TATA LAKSANA PENAMPUNGAN SEMEN SEGAR MENGGUNAKAN METODE VAGINA BUATAN PADA SAPI PEJANTAN LIMOUSIN DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG ( Oleh : M. Rasyid Dika Pratama ) Abstrak Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan di Balai Inseminasi Buatan, Jalan Kiwi Kayu Ambon No.78, Desa Kayu Ambon, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, yang dilaksanakan tanggal 25 Juni - 16 Juli 2015. Proses inseminasi buatan terdiri dari penampungan, pengenceran, dan penyimpanan. Proses penampungan semen segar sapi pejantan Limousin di BIB Lembang menggunakan metode vagina buatan atau Artificial Vagina (AV). Penampungan semen dilakukan dua kali dalam seminggu yaitu setiap hari Senin dan Kamis dan yang tidak bisa ditampung pada hari itu dilakukan pada hari Rabu. Semen segar yang ditampung akan berkualitas baik jika menerapkan tata laksana penampungan yang baik dan tepat. Dapat disimpulkan bahwa tata laksana penampungan semen segar menggunakan vagina buatan pada sapi pejantan Limousin di BIB Lembang terdiri dari persiapan, pelaksanaan penampungan, pembersihan alat, serta pemeriksaan dan evaluasi. Kata kunci: Tata laksana penampungan, vagina buatan, sapi Limousin

description

peternakan

Transcript of Draf Pkl BIB lembang Dika

Page 1: Draf Pkl BIB lembang Dika

TATA LAKSANA PENAMPUNGAN SEMEN SEGAR MENGGUNAKAN

METODE VAGINA BUATAN PADA SAPI PEJANTAN LIMOUSIN DI

BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

( Oleh : M. Rasyid Dika Pratama )

Abstrak

Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan di Balai Inseminasi Buatan, Jalan Kiwi Kayu Ambon No.78, Desa Kayu Ambon, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, yang dilaksanakan tanggal 25 Juni - 16 Juli 2015. Proses inseminasi buatan terdiri dari penampungan, pengenceran, dan penyimpanan. Proses penampungan semen segar sapi pejantan Limousin di BIB Lembang menggunakan metode vagina buatan atau Artificial Vagina (AV). Penampungan semen dilakukan dua kali dalam seminggu yaitu setiap hari Senin dan Kamis dan yang tidak bisa ditampung pada hari itu dilakukan pada hari Rabu. Semen segar yang ditampung akan berkualitas baik jika menerapkan tata laksana penampungan yang baik dan tepat. Dapat disimpulkan bahwa tata laksana penampungan semen segar menggunakan vagina buatan pada sapi pejantan Limousin di BIB Lembang terdiri dari persiapan, pelaksanaan penampungan, pembersihan alat, serta pemeriksaan dan evaluasi.

Kata kunci: Tata laksana penampungan, vagina buatan, sapi Limousin

Page 2: Draf Pkl BIB lembang Dika

I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Peningkatan populasi ternak termasuk sapi, memerlukan penyediaan

sumber bibit, baik sebagai ternak bibit maupun bakalan untuk penggemukan.

Untuk meningkatkan populasi ternak sapi diperlukan peningkatan efisiensi

reproduksi dan fertilitas ternak. Program inseminasi buatan (IB) merupakan suatu

cara perkawinan yang lebih efisien dan efektif dalam penggunaan semen pejantan

untuk membuahi sapi betina dalam jumlah banyak dan menyebarkan bibit unggul

dibandingkan dengan perkawinan alam. Keberhasilan IB ditentukan oleh kualitas

semen segar yang diperoleh dari pejantan sebelum diproses menjadi semen beku.

Berbagai faktor yang mempengaruhi kualitas semen segar diantaranya adalah

manajemen serta metode atau teknik yang digunakan selama proses

penampungan. Manajemen penampungan semen segar terdiri dari persiapan

penampungan, pelaksanaan penampungan, pembersihan alat, serta pemeriksaan

dan evaluasi. Untuk mendapatkan semen dengan kualitas yang baik, diperlukan

suatu manajemen yang baik dan terorganisir termasuk sumber daya manusia yang

berkompeten dan berpengalaman dalam bidang Inseminasi Buatan khususnya

pada penampungan semen.

Berbagai cara penampungan semen untuk keperluan inseminasi buatan

(IB) telah banyak dilakukan dan dikembangkan. Pada awalnya untuk

mendapatkan semen segar dilakukan dengan cara menyedot sperma dari vagina

betina segera setelah kawin alam. Namun teknik tersebut kurang efisien dan

efektif untuk mendapatkan semen dengan kualitas yang baik. Metode

penampungan lainnya yang umum dapat digunakan adalah metode pengurutan,

elektroejakulator, serta vagina buatan atau Artificial Vagina (AV). Penggunaan

alat vagina buatan dalam penampungan semen segar merupakan simulasi yang

sempurna terhadap perkawinan secara alami serta semen tertampung dengan

kualitas yang jauh lebih baik daripada metode lainnya. Sapi Limousin mengalami

Page 3: Draf Pkl BIB lembang Dika

pubertas pada umur 12 bulan. Sapi Limousin memiliki keunggulan pertumbuhan

yang cepat dan harga jualnya yang tinggi karena kualitas daging baik, dikenal, dan

disukai peternak. Sapi potong jantan akan mengalami perkembangan organ

reproduksinya selaras dengan pertambahan umur dan perkembangan kondisi

badan ternak selama pencapaian masa pubertas dan dewasa tubuh. Berdasarkan

uraian diatas, maka dilakukan pengamatan mengenai manajemen penampungan

semen segar menggunakan metode vagina buatan pada sapi limousin.

1.2. Tujuan

Tujuan dilaksanakannya studi mendalam Praktik Kerja Lapangan ini

adalah untuk mengetahui bagaimana tata laksana penampungan semen segar

menggunakan metode vagina buatan pada sapi pejantan Limousin di Balai

Inseminasi Buatan Lembang.

1.3. Waktu dan Metode Pelaksanaan

1.3.1. Waktu

Praktik Kerja Lapangan yang dilakukan di Balai Inseminasi Buatan

selama 25 hari, terhitung mulai tanggal 25 Juni 2015 sampai 16 Juli 2015

bertempat di Balai Inseminasi Buatan, Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

1.3.2. Metode Pelaksanaan

Metode yang digunakan dalam penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan

ini adalah metode survei deskriptif dengan teknik pengumpulan data sebagai

berikut :

1. Studi Lapangan

Studi lapangan yaitu mengumpulkan data hasil pengamatan langsung di

lapangan serta melakukan wawancara dengan beberapa pegawai di BIB Lembang.

Page 4: Draf Pkl BIB lembang Dika

2. Studi Kepustakaan

Mengumpulkan data yang relevan dan teoritis melalui buku-buku yang

terdapat di perpustakaan Balai Inseminasi Buatan Lembang dan perpustakaan

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, serta jurnal-jurnal yang mendukung.

Page 5: Draf Pkl BIB lembang Dika

II

Hasil dan Pembahasan

2.1. Hasil Pengamatan

Sapi Limousin di BIB Lembang berjumlah 57 ekor yang 2 ekor

diantaranya adalah Black Limousin yaitu Darwin / 80975 dan Marvel / 80976.

Berdasarkan asal pejantan hamper seluruhnya berasal dari Australia (55 ekor) dan

sisanya 2 ekor berasal dari Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang yaitu Marvel /

80976 dan P. Lalawa / 811104. Secara umum pejantan Limousin di BIB Lembang

berumur 4 tahun (1 ekor), 6 tahun (25 ekor), 7 tahun (14 ekor), dan > 7 tahun (15

ekor). Penampungan semen pejantan Limousin dilaksanakan sebanyak dua kali

dalam seminggu yaitu pada hari Senin dan Kamis. Untuk pejantan yang tidak bisa

ditampung semennya pada hari tersebut dilaksanakan pada hari Rabu dan sangat

tergantung kepada kondisi kesehatan serta faktor lainnya seperti libido dan

kualitas semen segarnya.

2.2. Pembahasan

2.2.1. Karakteristik Sapi Limousin

Sapi Limousin adalah bangsa Bos tarus yang dikembangkan pertama kali

di Perancis. Karakteristik Sapi Limousin adalah pertambahan badan yang cepat

per harinya sekitar 1,1 kg, tinggi badan mencapai 1,5 m, tanduknya berwarna

cerah, bobot lahir tergolong kecil sampai medium (sapi betina dewasa mencapai

575 kg dan pejantan dewasa mencapai berat 1100 kg), fertilitasnya cukup tinggi,

mudah melahirkan, mampu menyusui, dan mengasuh anak dengan baik serta

pertumbuhannya cepat (Blakely dan Bade, 1991). Sapi Limousin merupakan tipe

sapi pedaging dengan perototan yang lebih baik dari Simmental, warna bulu

coklat tua kecuali disekitar ambing berwarna putih serta lutut kebawah dan sekitar

mata berwarna lebih muda. Bentuk tubuh sapi jenis ini adalah besar, panjang,

padat dan kompak. Secara genetik sapi Limousin adalah sapi potong yang berasal

dari wilayah beriklim dingin, merupakan sapi tipe besar, mempunyai volume

Page 6: Draf Pkl BIB lembang Dika

rumen yang besar, voluntary intake (kemampuan menambah konsumsi diluar

kebutuhan yang sebenarnya) yang tinggi dan metabolic rate yang cepat, sehingga

menuntut tata laksana pemeliharaan yang lebih teratur. Sapi Limousin dapat

berproduksi secara optimal pada daerah yang beriklim temperatur dengan suhu

antara 4-150C dengan mendapat hijauan serta konsentrat yang bernilai tinggi

(Meyn, 1991). Menurut Thomas (1991), Sapi Limousin memiliki berat lahir rata-

rata 39,95 kg dengan berat sapih pada umur 205 hari yaitu 198 kg.

2.2.2. Metode Penampungan Semen

Toelihere (1993) menyatakan bahwa penampungan semen merupakan

suatu proses pengambilan semen pejantan yang sudah dewasa kelamin pada saat

ejakulasi dengan menggunakan vagina buatan, elektroejakulator dan pemijatan. Di

BIB Lembang, proses penampungan semen segar dilaksanakan dengan

menggunakan metode vagina buatan. Vagina buatan adalah suatu alat yang

digunakan untuk menampung semen dimana alat tersebut akan dikondisikan

sebagaimana vagina asli dari ternak tersebut. Penampungan semen menggunakan

vagina buatan merupakan metode yang paling efektif diterapkan pada ternak besar

(sapi, kuda, kerbau) ataupun ternak kecil (domba, kambing, dan babi) yang

normal (tidak cacat) dan libidonya bagus. Kelebihan metode penampungan

menggunakan vagina buatan ini adalah selain pelaksanaannya tidak serumit

metode pemijatan dan elektroejakulator, semen yang dihasilkannya pun memiliki

kualitas yang baik, maksimal, dan lebih bersih. Hal ini terjadi karena metode

penampungan ini merupakan modifikasi dari perkawinan alam. Sapi jantan

dibiarkan menaiki pemancing yang dapat berupa ternak betina, jantan lain, atau

panthom (patung ternak yang didesain sedemikianrupa sehingga oleh pejantan

yang akan ditampung semennya dianggap sebagai ternak betina). Ketika pejantan

tersebut sudah menaiki pemancing dan mengeluarkan penisnya, penis tersebut

arahnya dibelokkan menuju mulut vagina tiruan dan dibiarkan ejakulasi di dalam

vagina tiruan. Vagina tiruan yang digunakan dikondisikan supaya menyerupai

Page 7: Draf Pkl BIB lembang Dika

kondisi (terutama dalam hal temperatur dan kekenyalannya) vagina yang

sebenarnya.

2.2.3. Proses Penampungan Semen

A. Persiapan Alat dan Bahan

Sebelum penampungan dilakukan, alat dan bahan yang harus dipersiapkan

antara lain :

1. Menghidupkan water heater, agar tersedia air panas.

2. Menghidupkan incubator, apabila alat yang akan digunakan masih dalam

keadaan basah.

3. Menghidupkan lemari vagina buatan untuk tempat vagina buatan yang

tidak digunakan.

4. Mempersiapkan bahan penampungan diatas meja yaitu handuk besar, lap

tangan, vaselin, label atau nomor bull, thermometer, stick glass, plastic

sheet, tali, vagina buatan, tabung sperma, corong AV, sikat pembersih AV.

B. Persiapan Vagina Buatan / AV (Artificial Vagina)

Vagina buatan terdiri dari beberapa bagian dan perlengkapannya

dianataranya :

1. Silinder karet tebal, cirinya kenyal tetapi kaku berukuran panjang 25-40

cm dan diameternya 5-6 cm. Pada bagian tengah silinder terdapat sebuah

lubang katup seperti skrup (kran) untuk memasukkan air panas dan

diantaranya terdapat semacam pentil untuk meniupkan udara ke dalam

vagina buatan.

2. Selongsong karet tipis merupakan lapisan dalam (inner liner) dari silinder

karet tebal yang panjangnya 40-50 cm dengan diameter 5-6 cm.

3. Corong penampungan terbuat dari karet tipis yang panjangnya 9 cm

dengan diameter 7 cm pada pangkal dan pada ujung 1 cm dan pada

corong penampungan ini terdapat sebuah ventilasi (lubang) yang

fungsinya untuk menyeimbangkan tekanan yang berlebih yang

ditimbulkan oleh dorongan penis saat ejakulasi.

Page 8: Draf Pkl BIB lembang Dika

4. Tabung penampung semen ini terbuat dari gelas, panjangnya 11 cm dan

diameternya 1 cm yang dilengkapi dengan skala.

5. Plastik atau kertas tabung digunakan sebagai pelindung tabung

penampungan semen terhadap sinar matahari dan benturan.

Cara pemasangan vagina buatan adalah :

1. Memasang corong karet pada badan dan posisi lubang udara pada corong

sejajar kran vagina buatan.

2. Mengikat dengan pita corong karet.

3. Memasang tabung semen pada ujung corong av dan ikat dengan pita.

4. Memasang pelindung tabung semen.

5. Memasang plastik pelindung tabung semen lalu menyimpan av komplit

pada lemari av.

C. Persiapan Pemancing (teaser) dan Pejantan yang Akan Ditampung

Pemancing yang digunakan adalah pejantan yang juga akan ditampung

atau pejantan yang sudah tidak berproduktif lagi ataupun juga menggunakan

boneka sapi (dummy cow). Pemancing dan pejantan yang akan ditampung harus

dalam keadaan bersih dan sudah dimandikan agar semen tidak terkontaminasi.

Pemancing dapat mempengaruhi pejantan yang akan ditampung, pemancing

pejantan yang bersifat pendiam (tidak banyak bergerak) akan mempercepat

pelaksanaan penampungan. Pejantan yang masih produktif tidak diperkenankan

untuk selalu dijadikan pemancing, karena dapat menyebabkan pejantan tersebut

tidak kuat untuk menaiki pemancingnya. Pemancing yang sudah disiapkan

dimasukkan ke dalam kandang jepit lalu menjepit leher teaser dengan besi

penjepit dan ekor teaser diikat dengan tali. Pelaksanaan penampungan

menggunakan dummy cow tidak terdapat perbedaan yang mencolok terhadap

ternak hanya saja posisi penampung atau kolektor yang berbeda, teaser dan

lingkungan yang digunakan bergantian ini ditujukan untuk dapat meninggikan

libido dari pejantan yang akan ditampung. Bulu dekat preputium harus digunting

Page 9: Draf Pkl BIB lembang Dika

sehingga panjangnya hanya 1,5 cm untuk menjaga kebersihan dan kelancaran

selama penampungan. Pejantan yang akan ditampung semennya, harus dalam

keadaan sehat dan layak untuk ditampung. Sebelum penampungan, daerah

preputium disemprotkan cairan khusus untuk menghilangkan kotoran dan lemak

yang akan mempengaruhi kualitas semen. Proses penampungan semen dilakukan

pada tempat khusus yang dinamakan kandang penampungan. Kandang

penampungan harus mempunyai lantai yang baik dan tidak licin agar pejantan

tidak terpeleset selama penampungan. Hal ini harus diperhatikan karena jika

terpeleset karena alas yang licin maka akan terjadi perlakuan dan ketakutan

sehingga pejantan tidak mau menaiki teaser lagi. Lantai kandang penampungan

bisa menggunakan serbuk gergaji, karet, atau bahan apapun yang sifatnya tidak

licin dan

aman bagi ternak.

D. Melakukan Teasing

Teaser pejantan dimasukkan ke dalam kandang penampungan kemudian

pejantan di dekatkan ke pemancing untuk memancing libidonya. Libido pejantan

dapat diukur dengan menentukan reaction time yaitu waktu yang diperhitungkan

sejak pejantan didekatkan pada teaser sampai pada saat kopulasi terjadi. Pejantan

yang memiliki libido sangat baik memiliki waktu reaksi kurang dari 1 menit.

Pejantan dengan libido baik mempunyai waktu reaksi 1-5 menit, libido sedang 5-

10 menit, libido rendah 10-30 menit, dan pejantan yang dianggap tidak memiliki

libido apabila waktu reaksinya lebih dari 30 menit. Selain itu, libido pejantan juga

dapat diuji dengan penilaian skor seperti dalam tabel berikut :

Page 10: Draf Pkl BIB lembang Dika

Sko

rKeterangan

0 Pejantan tidak mampu memperlihatkan aktivitas seksual

1Interest sexual hanya diperlihatkan sekali, misalnya mencium daerah

perineal

2 Interest sexual positif dan lebih dari sekali

3 Mengikuti betina/teaser aktif dengan interest sexual persistent

4 Sekali naik atau berusaha naik tapi tidak berkopulasi

5 Dua kali naik tapi tidak berkopulasi

6 Lebih dari dua kali naik tapi tidak berkopulasi

7 Sekali kopulasi tanpa diikuti interest berikutnya

8 Sekali kopulasi diikuti interest berikutnya

9 Dua kali kopulasi tanpa diikuti interest berikutnya

10 Dua kali kopulasi diikuti interest berikutnya

Tabel 2. Skor Uji Libido Pejantan

Sumber : Balai Inseminasi Buatan Lembang, 2012.

Teasing dilakukan bertujuan untuk meninggikan libido dari pejantan yang

akan ditampung. Sebelum melakukan penampungan pejantan diusahakan untuk

menaiki teasernya dan penisnya harus keluar. Kolektor atau petugas penampungan

memindahkan posisi penis pejantan tersebut dengan memegang pangkal

preputiumnya ditarik ke arah samping teaser. Penis jangan sampai menyentuh

bagian belakang teaser agar tidak terjadi ejakulasi diluar dan tidak melukai penis

lalu pejantan ditarik agar turun kembali. Teasing ini dilakukan sebanyak 3-4 kali

yang diselingi semacam exercise dan apabila libidonya sudah cukup tinggi maka

baru dilakukan penampungan semen.

E. Penampungan Semen

Page 11: Draf Pkl BIB lembang Dika

Pengecekan suhu vagina buatan dilakukan setelah pejantan tersebut naik

untuk yang ketiga kalinya. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan

thermometer dengan suhu antara 42-440 C (BIB, 2012). Bila suhu dibawah

optimum maka ganti dengan air yang baru. Suhu yang terlalu rendah akan

mengakibatkan pejantan tidak mau berejakulasi sedangkan suhu yang terlalu

tinggi akan mematikan spermatozoa dan menyebabkan rasa sakit pada penis

sehingga pejantan takut dan enggan untuk menggunakan vagina buatan kembali.

Kemudian selanjutnya meniupkan udara ke dalam vagina buatan sampai mulut

permukaan vagina buatan menggembung dan siap untuk digunakan. Saat pejantan

naik untuk keempat atau kelima kalinya maka segera lakukan penampungan. Cara

penampungan yang dilakukan di Balai Inseminasi Buatan Lembang sejalan

dengan (Toelihere, 1993) yang mengemukakan bahwa kolektor harus berada

dalam posisi siap menampung dengan posisi kaki kanan sejajar dengan kaki kiri

yang telah memakai sepatu khusus (collecting shoes). Saat pejantan menaiki

teaser dan penis keluar maka kolektor menangkap pangkal preputium dengan

tangan kiri lalu mengarahkannya pada mulut vagina buatan yang dipegang dengan

tangan kanan yang terletak disamping pantat teaser. Preputium merupakan lipatan

kulit disekitar ujung bebas penis (Frandson, 1992). Ternak yang memiliki ukuran

penis panjang, saat turun dari punggung teaser dapat kontak langsung dengan alas

lantai dan menjadi kotor sehingga sebelum penampungan berlangsung penis harus

terlebih dahulu dibersihkan menggunakan air atau pembersih khusus sampai benar

bersih.

Penampungan dengan menggunakan pejantan, kolektor berdiri disamping

kanan pemancing. Tangan kanan kolektor memegang vagina buatan dan tangan

kiri memegang pangkal preputium untuk mengarahkannya kira-kira 450 keatas

pada garis horizontal pemancing. Apabila kolektor berdiri disamping kiri

pemancing maka kedua tangan kolektor memegang sebaliknya. Penampungan

dilakukan apabila pejantan telah berereksi secara sempurna dan menaiki teaser.

Sedangkan penampungan menggunakan dummy cow, teasing dan penampungan

dilakukan di dalam dummy cow dan kolektor hanya mengarahkan penis masuk ke

Page 12: Draf Pkl BIB lembang Dika

dalam mulut vagina buatan. Pengarahan penis ke mulut vagina buatan tidak boleh

digenggam, karena dapat menyebabkan pejantan menarik kembali ke dalam

preputium, tetapi kadang-kadang dapat terjadi ejakulasi sebelum masuk ke dalam

mulut vagina buatan. Saat ujung penis menyentuh mulut vagina buatan dan

pejantan melakukan hentakan atau dorongan maka terjadilah ejakulasi. Saat

ejakulasi penjantan harus dibiarkan mendorong penisnya sendiri kedalam vagina

buatan untuk memperoleh ejakulasi yang optimal (Salisbury dan van Denmark,

1985).

Menurut Frandson (1992) ejakulasi adalah suatu gerakan refleks yang

mengosongkan epididimis, uretra, dan kelenjar-kelenjar aksesoris pada saluran

reproduksi pejantan. Pejantan harus dibiarkan mendorong penisnya ke dalam

vagina buatan, karena ejakulasi ini ditandai dengan adanya suatu dorongan tiba-

tiba ke depan dan kaki belakang terangkat seolah-olah hendak melompati

pemancing. Saat pejantan mendorong penisnya, maka kolektor tidak boleh

mendorong vagina buatan sehingga menutupi penis yang ereksi karena

kebanyakan pejantan tidak mau berejakulasi, lamanya ejakulasi pada sapi rata-rata

satu detik. Vagina buatan ditarik perlahan-lahan setelah ejakulasi dan pejantan

tersebut bergerak turun. Proses ejakulasi ini dapat terganggu oleh perlakuan yang

kasar, suhu vagina buatan yang terlalu panas ataupun terlalu dingin serta

permukaan vagina buatan yang terlalu kasar sehinga semen yang dihasilkan

menjadi berkurang. Penis mempunyai persediaan darah yang besar dan

permukaan yang lunak oleh karena itu penis mudah sekali terluka dan pendarahan

bisa cepat terjadi (Hardjoprantojo, 1991). Sebaiknya setelah penampungan

dilakukan penyemprotan rivanol ke penis yang masih berada diluar untuk

menghindari infeksi penis karena terluka.

F. Hasil Penampungan

Semen adalah sekresi kelamin pejantan yang secara normal diejakulasikan

ke dalam saluran betina sewaktu kopulasi, tetapi dapat pula ditampung untuk

keperluan IB. Volume semen yang tertampung dapat langsung terbaca pada

Page 13: Draf Pkl BIB lembang Dika

tabung penampungan semen yang berskala. Volume dapat juga digunakan dalam

menentukan jumlah sperma per ejakulasi bila dikalikan dengan konsentrasi

(Sorensen, 1979). Setelah semen tertampung maka segera memberikan identitas

pejantan pada tabung semen dengan label yang tersedia, menutup tabung semen

dengan aluminium foil, dan mencatat waktu akhir penampungan serta

melaksanakan pencatatan hasil penampungan pada Log sheet catatan harian

penampungan semen. Penampungan semen sapi pejantan Limousin tiap individu

menghasilkan volume semen yang berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat dari tabel 1

yang menunjukkan setiap pejantan dengan volume semen yang relatif banyak

maupun sedikit tidak selalu berbanding lurus dengan volume semen rata-rata yang

dihasilkan. Volume semen sapi Limousin yang dihasilkan di Balai Inseminasi

Buatan Lembang masih tergolong normal karena menurut Feradis (2010) volume

semen sapi berkisar antara 5 - 8 ml, sedangkan menurut Sorensen (1979) volume

semen dapat berbeda-beda antar individu dan bangsa ternak, namun untuk sapi

berkisar 5 - 15 ml. Perbedaan rataan volume semen segar dapat disebabkan oleh

umur pejantan, frekuensi penampungan, ukuran testis antar individu yang

berbeda, bobot badan juga memiliki pengaruh terhadap aktivitas reproduksi.

Bobot badan sapi jantan berhubungan erat dengan ukuran testis dan lingkaran

skrotum yang lebih besar akan menghasilkan spermatozoa yang lebih banyak pula

(Candra et al., 2012). Di BIB Lembang, penampungan semen sapi pejantan

Limousin dilakukan sebanyak dua kali dalam satu minggu. Munfarida (2004)

menjelaskan bahwa frekuensi ejakulasi yang terlalu sering dalam satu satuan

waktu akan menurunkan volume semen segar. Aminasari (2009) menyatakan

bahwa, koleksi semen sebaiknya tidak lebih dari dua kali dalam sehari atau

interval 4 - 7 hari pada pejantan muda dan 5 hari pada pejantan dewasa.

Syarat ternak pertama kali dikawinkan yaitu dewasa tubuh, oleh karena

itu sapi jantan pada umur 36 bulan sudah siap untuk dikawinkan dibandingkan

sapi jantan sebelum umur tersebut. Volume, konsentrasi dan jumlah spermatozoa

motil per ejakulat cenderung meningkat seiring bertambahnya umur pejantan

Page 14: Draf Pkl BIB lembang Dika

sampai mencapai umur 5 tahun (Mathoven et al. 1998). Pejantan yang berumur 2

sampai 7 tahun dapat menghasilkan semen terbaik dengan angka kebuntingan

yang tinggi pada betina yang dikawini jika dibandingkan dengan umur pejantan di

luar interval umur tersebut (Aminasari, 2009). Menurut Djanuar (1985), faktor

yang mempengaruhi kualitas semen terbagi menjadi dua yaitu faktor internal dan

faktor eksternal, faktor internal meliputi hormonal, metabolisme, keturunan, umur

dan kesehatan tiap ternak. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan, cuaca,

sarana dan prasarana, serta hewan pemancing atau teaser. Kedua faktor tersebut

sangat berpengaruh menjaga kualitas dan kuantitas dari semen segar yang

ditampung. Semen yang telah beridentitas tersebut segera dibawa ke laboratorium

untuk dilakukan pemeriksaan dan selanjutnya diproses menjadi semen beku.

Setelah itu mengembalikan pejantan pemancing dan pejantan yang telah

ditampung semennya ke dalam kandangnya masing-masing. Kegiatan selanjutnya

adalah pengecekan penampungan pejantan sehingga sesuai dengan label yang

tersedia. Bila pengecekan telah selesai lalu mengembalikan seluruh peralatan

penampungan dalam keadaan bersih ke bagian AV dan membersihkan lapang

penampungan.

G. Pembersihan Peralatan Penampungan

Setelah penampungan selesai dilakukan, seluruh peralatan penampungan

dibawa kembali ke bagian penyiapan vagina buatan atau AV untuk dibersihkan

dan disterilisasi. Langkah pertama adalah membersihkan bagian dalam vagina

buatan dan corong karet dengan larutan deterjen bersuhu 370 C dan membilasnya

dengan air dingin. Selanjutnya merendam AV dan corong dalam air panas dengan

suhu sekitar 60-800 C lalu dikeringkan diatas meja porselen yang tersedia. Dan

yang terakhir adalah sterilisasi vagina buatan dan corong karet pada suhu 600 C

selama 120 menit. Kegiatan pembersihan ini dilakukan untuk menjaga peralatan

penampungan tetap bersih dan steril dan tidak mengkontaminasi semen sewaktu

dipergunakan kembali.

Page 15: Draf Pkl BIB lembang Dika

III

Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan

1. Tata laksana penampungan semen segar di Balai Inseminasi Buatan

Lembang sudah dilaksanakan sesuai dengan standar operasional prosedur

(SOP) yang baik terdiri dari persiapan, pelaksanaan penampungan,

pembersihan alat, serta pemeriksaan dan evaluasi untuk menghasilkan

semen yang berkualitas.

5.2. Saran

1. Pembersihan preputium sebelum dan sesudah penampungan perlu

dilakukan karena dapat mempengaruhi kualitas semen segar yang

ditampung.

2. Pejantan sebaiknya minimal setiap bulan dievaluasi berdasarkan

performan produksinya. Mekanisme afkir atau culling harus cepat dan

tepat dilaksanakan agar seluruh kegiatan produksi semen dapat berjalan

lebih efektif dan efisien.

Page 16: Draf Pkl BIB lembang Dika

DAFTAR PUSTAKA

Aminasari, P. D. 2009. Pengaruh Umur Pejantan terhadap Semen Beku Sapi Limousin. Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang.

Balai Inseminasi Buatan Lembang. 2012. Instruksi Kerja Produksi Semen Beku. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Kementerian Pertanian. Bandung.

____________________________. 2015. Log Sheet Pemeliharaan Pejantan. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Kementerian Pertanian. Bandung.

Blakely, J and D.H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan : Edisi keempat. Diterjemahkan oleh Sringandono. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Candra, A. D. C, M. Nur Ihsan, Nurul, I. 2012. Perbedaan Kuantitatif dan Kualitatif Semen Segar Pada Berbagai Bangsa Sapi Potong. Universitas Brawijaya. Malang.

Djanuar, R,. Haryati. C. T. R. Tagama. 1985. Dasar-Dasar Insemenasi Buatan Pada Ternak Sapi. Laboratorium Fisiologi dan Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jendral Soedirman. Purwokerto.

Feradis. 2010. Bioteknologi Reproduksi Pada Ternak. Alfabeta. Bandung.

Frandson. R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak : Edisi keempat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Hardjoprantojo, S. 1991. Fisiologi dan Reproduksi : Edisi kedua. Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga. Surabaya.

Page 17: Draf Pkl BIB lembang Dika

Mathoven, M.M. Buhr, and J.C.M. Dekkers. 1998. Environmental, management and genetic factors affecting semen production in holstein bulls. J. Dairy Sci. 81: 3321 – 3330.

Meyn, K. 1991. The contribution of european cattle breeding to cattle production in the third world. Animal Research and Development. Vol 34. Institute for Wissen Schaftliche Zusam Menarbeit. Federal Republic of Germany.

Munfarida, Baiqotul. 2004. Hubungan Antara Libido dengan Produksi Semen Pejantan Sapi Bali dan Sapi Madura. Skripsi Tidak Diterbitkan. Fakultas Peternakan Unibraw. Malang.

Salisbury, G.W.dan N.L. Van Denmark. 1985. Fisiologi Reproduksi Dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Sorensen, A. M. 1979. Animal Reproduction principles and practice. McGraw-Hill. United State of America.

Thomas, V. M. 1991. Beef Cattle Production. Wafel and Press. Montana University. USA.

Toelihere, M.R. 1993. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Angkasa. Bandung.

Page 18: Draf Pkl BIB lembang Dika

Lampiran

Tabel 1. Hasil Pengamatan Penampungan Sapi Pejantan Limousin.

No.Kode

Pejantan

Nama PejantanVolume

Semen (ml)Volume Semen Rata-Rata (ml)

1. 80535 DV Anchourage - -2. 80638 Fabian 12 8,833. 80639 Bundy 9 10,974. 80640 Liben 7 7,235. 80641 Beeno 5 5,116.7.

8064280744

BeagleTan C Sixteen

75

7,046,15

8. 80745 Premier Siam 7 6,99. 80746 Tan C Twothree 4 610. 80747 Tilbuster Chris 4 5,6911. 80748 Tal C Fourthree 5 6,7112. 80750 TC Nineteen 6 5,9513. 80751 R Chief 5 6,2114. 80753 Timor Charter 9 7,2915. 80755 J Carlos 11 7,316. 80756 G C Cook 7 5,4117. 80757 Charisma 7 6,7518. 80858 Dalice 7 6,8719. 80860 L Deauville 5 5,3520. 80861 L Dane 6 6,7521. 80862 L Dubois 7 8,1322. 80863 L Dalby 5 5,7623. 80864 L De Gaulle 7 9,1724. 80865 L Dhravid 7 6,75

Page 19: Draf Pkl BIB lembang Dika

25. 80866 G Digger 6 6,8826. 80867 Dale 5 6,8527. 80868 Zephir Y R 6 9,0128. 80869 Raystine Y R 7 8,1529. 80870 Warrior G S 7 7,0130. 80872 G Dragon 5 5,831. 80874 G Dingdong 5 6,8532. 80975 Darwin 6 6,1033. 80976 Marvel 7 9,0534. 80977 Winton G S 6 6,2935.36.37.38.39.40.41.42.43.44.45.46.47.48.49.50.51.52.53.54.55.56.57.

80978809798098080982809838098480985809878098880989809908099180992809938099580996809978099880999809100809101809102811104

Taul MGSUpham GSFrontiereA Elvis

A EdwardR CookePW Elmo

PW EdK Creek EPW Elliot

Sandy MGSTalana JRL EugeneG Email

T EnchoreTE WestT Earle

TE GameL EgotistG Euclid

L ExampleOtway Felix

P Lalawa

-48555567977465556647712

-5,366,836,357,176,856,546,085,888,356,955,806,347,577,705,927,228,2871,656,025,917,199,62

Sumber : Log sheet Pemeliharaan Pejantan, 2015.

Keterangan : volume semen = volume penampungan minggu kedua bulan Juli 2015volume semen rata-rata = rata-rata volume penampungan semester I bulan Januari

– Juni 2015