Dokumen.tips CA Mamae Refrat (1)

48
BAB I PENDAHULUAN Sel tumor adalah sel yang mengalami transformasi dan tumbuh secara autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga sel ini berbeda dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Perbedaan sifat sel tumor bergantung pada besarnya penyimpangan dalam bentuk dan fungsinya, autonominya dalam pertumbuhan, dan kemampuanyya mengadakan infiltrasi dan bermetastasis (De jong). Mayoritas dari tumor yang terjadi pada payudara adalah jinak. Hampir 40% dari pasien dengan keluhan pada mammae mempunyai tumor jinak akan tetapi perhatian yang lebih sering diberikan pada tumor ganas walaupun sebenarnya insidensi tumor jinak payudara adalah lebih tinggi dibandingkan tumor ganas (Callefi et al, 2004). Pada usia muda sebagian besar (80-90%) benjolan di payudara adalah jinak dan biasanya disertai keluhan.Di antara berbagai jenis tumor jinak payudara yang tersering adalah Fibrokistik dan fibroadenoma (Fadjari,2012; Ageep,2011). Fibroadenoma mammae biasanya terjadi pada wanita usia muda, yaitu pada usia sekitar remaja atau sekitar 20 tahun. Berdasarkan laporan dari NSW Breats Cancer Institute, fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50, 1

description

ca mamae refarat

Transcript of Dokumen.tips CA Mamae Refrat (1)

Page 1: Dokumen.tips CA Mamae Refrat (1)

BAB I

PENDAHULUAN

Sel tumor adalah sel yang mengalami transformasi dan tumbuh secara autonom

lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga sel ini berbeda dari sel normal

dalam bentuk dan strukturnya. Perbedaan sifat sel tumor bergantung pada besarnya

penyimpangan dalam bentuk dan fungsinya, autonominya dalam pertumbuhan, dan

kemampuanyya mengadakan infiltrasi dan bermetastasis (De jong).

Mayoritas dari tumor yang terjadi pada payudara adalah jinak. Hampir 40% dari

pasien dengan keluhan pada mammae mempunyai tumor jinak akan tetapi perhatian

yang lebih sering diberikan pada tumor ganas walaupun sebenarnya insidensi tumor

jinak payudara adalah lebih tinggi dibandingkan tumor ganas (Callefi et al, 2004).

Pada usia muda sebagian besar (80-90%) benjolan di payudara adalah jinak dan

biasanya disertai keluhan.Di antara berbagai jenis tumor jinak payudara yang tersering

adalah Fibrokistik dan fibroadenoma (Fadjari,2012; Ageep,2011).

Fibroadenoma mammae biasanya terjadi pada wanita usia muda, yaitu pada usia

sekitar remaja atau sekitar 20 tahun. Berdasarkan laporan dari NSW Breats Cancer

Institute, fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia21-25 tahun, kurang

dari 5% terjadi pada usia di atas 50, sedangkan prevalensinya lebih dari 9% populasi

wanita terkena fibroadenoma. Sedangkan laporan dari Western Breast Services

Alliance, fibroadenoma terjadi pada wanita dengan umur antara 15 dan 25 tahun, dan

lebih dari satu dari enam (15%)wanita mengalami fibroadenoma dalam hidupnya.

Namun, kejadian fibroadenoma dapat terjadi pula wanita dengan usia yang lebih tua

atau bahkan setelah menopause, tentunya dengan jumlah kejadian yang lebih kecil

dibanding pada usia muda.

Dengan menggunakan mammography, ultrasound, dan magnetic resonance

imaging pada payudara, dan penggunaan needle biopsy, diagnosis tumor jinak pada

payudara dapat dilakukan tanpa melalui operasi pada sebagian besar pasien karena

mayoritas dari lesi-lesi jinak tersebut tidak berkaitan dengan peningkatan risiko untuk

kanker payudara, prosedur-prosedur operasi yang tidak perlu harus dihindari.

1

Page 2: Dokumen.tips CA Mamae Refrat (1)

Referat ini berjudul jumlah penderita tumor jinak payudara yang dilakukan

tindakan operasi di IBS RSUDZA Banda Aceh priode Januari-Desember 2012. Tujuan

dari penulisan referat ini adalah agar dapat mengetahui identitas penderita, jumlah, jenis

serta tindakan pada penderita tumor jinak payudara yang dilakukan tindakan operasi di

IBS RSUDZA Banda Aceh pada priode tersebut.

2

Page 3: Dokumen.tips CA Mamae Refrat (1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Payudara

1. Anatomi

a. Kelenjar mammaria

Kelenjar mammaria merupakan kelenjar eksokrin yang mensekresi susu.

Kelenjar mammaria terletak di anterior dinding dada, ventral m.pectoralis major,

m.serratus anterior, meluas dari costa II-VI dan dari sternum sampai linea

midaxillaris. Bagian posterior kelenjar mammaria merupakan jaringan pengikat

longgar (spatium retromammae) yang memisahkan kelenjar mammaria dengan

fascia yang menutupi m. pectoralis mayor dan m. serratus anterior.

Setiap

kelenjar mammaria merupakan elevasi dari jaringan glandular dan adipose yang

tertutup kulit pada dinding anterior dada. Variasi ukuran kelenjar mammaria

bergantung pada variasi jumlah jaringan lemak dan jaringan ikat, bukan pada

jumlah jaringan glandular semata.Jaringan glandular terdiri dari 15-20 lobus

mayor, setiap lobus dialiri duktus laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi

3

Page 4: Dokumen.tips CA Mamae Refrat (1)

sinus laktiferus (ampula) sebelum muncul untuk memperforasi putting dengan

15-20 mulut (opening)7.

Lobus-lobus dikelilingi jaringan adipose dan dipisahkan oleh ligament

suspensorium cooper (bekas jaringan ikat fibrosa). Ligamentum suspensorium

(cooper) adalah tonjolan fibrosa yang bersatu dengan jaringan subkutan.

Ligamen suspensorium ini merentang dari fasia dalam otot pektoralis sampai

fasia superfisisalis tepat di bawah kulit.

Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20-40 lobulus, setiap lobules

kemudian bercabang menjadi duktus-duktus kecil yang berakhir di alveoli

sekretori. Sel-sel alveolar, di bawah pengaruh hormonal saat kehamilan dan

setelah kelahiran merupakan unit glandular yang menyintesis dan mensekresi

susu8.

Selama pertumbuhan, kelenjar mammaria dipengaruhi oleh hormon

estrogen dan progesteron (hormon ovarium) untuk proliferasi duktus dan

hormon mammogen/laktogen (hormon hypofise) untuk laktasi. Pada wanita

yang pubertas, kelenjar mammaria tumbuh membesar dan areola menjadi lebih

coklat, membentuk duktus dan lobulus, sedangkan pada wanita immatur dan

pria, kelenjar mammaria sama besar7.

b. Papilla mammaria

Umumnya terdapat pada spatium intercostale IV, tapi letak ini bervariasi

tergantung jenis kelamin dan berat badan individu. Papilla mammaria ini berisi

duktus laktiferus yang merupakan saluran keluar dari lobus dan lobulus kelenjar

mammaria. Kadang duktus ini mengalami dilatasi disebut sinus laktiferus.

Papilla mammaria dikelilingi oleh areolar mammae yang hiperpigmentasi dan

berisi kelenjar sudorifera, kelenjar sebasea yang membentuk tuberkel, dan

kelenjar areolaris(Montgomery), beberapa diantaranya berhubungan dengan

folikel rambut dan serabut otot polos yang menyebabkan ereksi papilla

mammaria saat berkontraksi. Sedangkan, kelenjar areolaris berfungsi untuk

meminyaki selama proses laktasi7.

c. Vascularisasi7

1) Sistema arteriosa

4

Page 5: Dokumen.tips CA Mamae Refrat (1)

a) Kulit

- Rr. mammaria lateralis (rr. anterior, r. cutanei lateralis aa.

Intercostalis posterioris)

- Rr mammaria medialis (rr. cutanei anterioris, aa. intercostalis

posterior IV-VI)

b) Kelenjar mammaria

- r. perforans a. mammaria interna (cabang a. subklavia)

- r. thoracalis lateralis (cabang a. axillaris)

- a. intercostalis posterior

2) Sistema venosa

a) superficial

Bermuara ke r.perforans v. mammaria interna dan v. superfisialis colli

b) profunda

Bermuara ke r.perforans v. mammaria interna, v. axillaris, dan v.

intercostalis

d. Innervasi7

- Rr. mammaria mediales (rr. cutanei anterioris nn intercostalis II-IV)

- Rr. mammaria laterales (rr cutanei lateralis nn intercostalis IV-VI)

- Serabut otonom untuk pembuluh darah dan otot polos kelenjar

e. Sistema limfatica7

Vasa limfatica dari kulit sekitar areola (papilla) mammae menuju:

1) Nodus lymfatica axillaris

2) Nodus lymfatica cervicalis profunda

3) Nodus lymfatica deltoideopecktorales

4) Nodus lymfatica parasternalis

5

Page 6: Dokumen.tips CA Mamae Refrat (1)

Gambar 2.1 Anatomi payudara

Untuk kepentingan anatomis & deskripsi letak tumor &kista, permukaan payudara di bagi

menjadi 4 kuadran:

a.Superior (upper) medial

b.Inferior (lower) medial

c.Superior(upper) lateral

d.Inferior(lower) lateral

2. Fisiologi

a. Perkembangan payudara

- Masa Pubertas

6

Page 7: Dokumen.tips CA Mamae Refrat (1)

Payudara mulai berkembang saat pubertas. Kadar hormon yang

meningkat saat pubertas menyebabkan perkembangan payudara lebih lanjut

dan biasanya mendahului saat datangnya menstruasi, yaitu kira-kira 2 tahun

sebelumnya. Peningkatan estrogen merangsang pertumbuhan pembuluh

laktiferus, papilla dan areola mammae menjadi lebih nyata. Peningkatan

progesterone memacu proliferasi alveoli. Jumlah jaringan lemak dan fibrosa

meningkat dan jaringan lemak inilah terutama yang menyebabkan bertambah

besarnya payudara.

- Masa subur

Pada separuh terakhir siklus menstruasi, kebanyakan wanita

mengeluhkan adanya perubahan payudara, serupa dengan keluhan pada

waktu hamil. Perubahan ini disebabkan oleh progesterone yang dihasilkan

oleh korpus luteum, dan akan hilang dengan dimulainya menstruasi dan

kadar progesterone yang menurun.

- Kehamilan

Perubahan payudara merupakan awal kehamilan dan terjadi sebagai

respon terhadap estrogen, kemudian terhadap progesterone dari korpus

luteum, dan kemudian terhadap hormon-hormon dari plasenta yang sedang

berkembang. Rangsangan oleh estrogen kehamilan menyebabkan

perkembangan papilla dan areola mammae lebih lanjut, dan pertumbuhan

tubuli dan duktus laktiferus. Pada wanita yang tidak hamil dan menyusui,

alveoli kecil dan padat berisi jaringan granulasi. Pada kehamilan,

progesterone mula-mula menyabkan proliferasi alveoli dalam persiapannya

untuk menghasilkan air susu, dan kemudian diikuti pembesaran alveoli dan

penggandaan lebih lanjut.

2.2 Tumor Jinak Payudara

1.      Kelainan Fibrokistik

Penyakit fibrokistik atau dikenal juga sebagai mammary displasia adalah

benjolan payudara yang sering dialami oleh sebagian besar wanita. Benjolan ini

harus dibedakan dengan keganasan. Penyakit fibrokistik pada umumnya terjadi pada

7

Page 8: Dokumen.tips CA Mamae Refrat (1)

wanita berusia 25-50 tahun (>50%). Kelainan fibrokistik pada payudara adalah

kondisi yang ditandai penambahan jaringan fibrous dan glandular. Manifestasi dari

kelainan ini terdapat benjolan fibrokistik biasanya multipel, keras, adanya kista,

fibrosis, benjolan konsistensi lunak, terdapat penebalan, dan rasa nyeri. Kista dapat

membesar dan terasa sangat nyeri selama periode menstruasi karena hubungannya

dengan perubahan hormonal tiap bulannya. Wanita dengan kelainan fibrokistik

mengalami nyeri payudara siklik berkaitan dengan adanya perubahan hormon

estrogen dan progesteron. Biasanya payudara teraba lebih keras dan benjolan pada

payudara membesar sesaat sebelum menstruasi. Gejala tersebut menghilang

seminggu setelah menstruasi selesai. Benjolan biasanya menghilang setelah wanita

memasuki fase menopause.

Pembengkakan payudara biasanya berkurang setelah menstruasi berhenti.

Kelainan fibrokistik dapat diketahui dari pemeriksaan fisik, mammogram, atau

biopsi. Biopsi dilakukan terutama untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis

kanker. Perubahan fibrokistik biasanya ditemukan pada kedua payudara baik di

kuadran atas maupun bawah.

Evaluasi pada wanita dengan penyakit fibrokistik harus dilakukan dengan

seksama untuk membedakannya dengan keganasan. Apabila melalui pemeriksaan

fisik didapatkan benjolan difus (tidak memiliki batas jelas), terutama berada di

bagian atas-luar payudara tanpa ada benjolan yang dominan, maka diperlukan

pemeriksaan mammogram dan pemeriksaan ulangan setelah periode menstruasi

berikutnya. Apabila keluar cairan dari puting, baik bening, cair, atau kehijauan,

sebaiknya diperiksakan tes hemoccult untuk pemeriksaan sel keganasan. Apabila

cairan yang keluar dari puting bukanlah darah dan berasal dari beberapa kelenjar,

maka kemungkinan benjolan tersebut jinak.

2.      Fibrosis

Sesuai dengan asal katanya “fibrosis”, yaitu terdiri atas fibrosis dan kista.

Fibrosis menunjukkan penambahan jaringan fibrous, bahan yang sama dengan

pembentuk ligamen dan jaringan parut. Daerah dengan fibrosis tampak elastis,

konsistensi padat dan keras pada perabaan. Fibrosis tidak meningkatkan resiko

untuk terjadinya kanker dan tidak memerlukan tindakan yang khusus.

8

Page 9: Dokumen.tips CA Mamae Refrat (1)

3.  Kista

Kista adalah ruang berisi cairan yang dibatasi sel-sel glandular. Kista terbentuk

dari cairan yang berasal dari kelenjar payudara. Mikrokista terlalu kecil untuk dapat

diraba, dan ditemukan hanya bila jaringan tersebut dilihat di bawah mikroskop. Jika

cairan terus berkembang akan terbentuk makrokista. Makrokista ini dapat dengan

mudah diraba dan diameternya dapat mencapai 1 sampai 2 inchi.

Selama perkembangannya, pelebaran yang terjadi pada jaringan payudara

menimbulkan rasa nyeri. Benjolan bulat yang dapat digerakkan dan terutama nyeri

bila disentuh, mengarah pada kista. Walaupun penyebab kista masih belum

diketahui, namun para ahli mengetahui bahwa terdapat hubungan antara kista

dengan kadar hormon. Kista muncul seminggu atau 2 minggu sebelum periode

menstruasi mulai dan akan menghilang sesudahnya. Kista banyak terjadi pada

wanita saat premenopause, terutama bila wanita tersebut menjalani terapi sulih

hormon. Beberapa penelitian membuktikan bahwa kafein dapat menyebabkan kista

payudara walaupun hal ini masih menjadi kontroversial di kalangan medis.

Kebanyakan wanita hanya mengalami kista payudara sebanyak satu atau dua,

namun pada beberapa kasus, kista multipel dapat terjadi. Kista biasanya dipastikan

dengan mammografi dan ultrasound (sonogram). Ultrasound sangat tepat digunakan

untuk mengidentifikasi apakah abnormalitas payudara tersebut merupakan kista

ataukah massa padat. Kebanyakan kista yang simpel dapat digambarkan dengan

baik, yaitu memiliki tepi yang khas, dan sinyal ultrasound dapat dengan mudah

melewati. Walaupun begitu, beberapa kista didapatkan dengan tingkat ekoik internal

yang rendah yang menyulitkan ahli radiologi untuk mendiagnosis sebagai kista

tanpa mengeluarkan cairan. Tipe kista yang seperti ini disebut kista kompleks.

Walaupun kista kompleks tersebut terlihat sebagai massa yang solid, namun kista

tersebut bukanlah kanker. Dalam keadaan tertentu, kista dapat menimbulkan nyeri

yang hebat. Mengeluarkan isi kista dengan aspirasi jarum halus akan mengempiskan

kista dan mengurangi ketidaknyamanan. Beberapa ahli radiologis memasukkan

udara ke daerah tersebut setelah drainase untuk meminimalkan kemungkinan kista

muncul lagi. Apabila cairan dari kista tampak seperti darah atau terlihat

mencurigakan, cairan tersebut harus diperiksakan ke laboratorium patologi untuk

9

Page 10: Dokumen.tips CA Mamae Refrat (1)

dilihat di bawah mikroskop. Cairan kista yang normal dapat berwarna kuning,

coklat, hijau , hitam, atau berwarna seperti susu.

Menurut kepustakaan dikatakan kista terjadi pada hampir 7% dari wanita pada

suatu waktu dalam kehidupan mereka. Dikatakan bahwa kista ditemukan pada 1/3

dari wanita berusia antara 35 sampai 50 tahun. Secara klasik, kista dialami wanita

perimenopausal antara usia 45 dan 52 tahun, walaupun terdapat juga insidens yang

diluar batas usia ini terutamanya pada individu yang menggunakan terapi pengganti

hormonMenurut beberapa studi autopsi, ditemukan bahwa hampir 20% mempunyai

kista subklinik dan kebanyakan berukuran antara 2 atau 3 cm.Secara klasik, kista

dialami wanita perimenopausal antara usia 45 dan 52 tahun, walaupun terdapat juga

insidens yang diluar batas usia ini terutamanya pada individu yang menggunakan

terapi pengganti hormon. Kebiasaannya kista ini soliter tetapi tidak jarang

ditemukan kista yang multiple. Pada kasus yang ekstrim, keseluruhan mammae

dapat dipenuhi dengan kista. Kista dapat memberikan rasa tidak nyaman dan nyeri.

Dikatakan bahwa terdapat hubungan antara ketidak nyamanan dan nyeri ini dengan

siklus menstruasi dimana perasaan tidak nyaman dan nyeri ini meningkat sebelum

menstruasi. Kista ini biasanya dapat dilihat. Karekteristiknya adalah licin dan teraba

kenyal pada palpasi. Kista ini dapat juga mobil namun tidak seperti fibroadenoma.

Gambaran klasik dari kista ini bisa menghilang jika kista terletak pada bagian dalam

mammae. Jaringan normal dari nodular mammae yang meliputi kista bisa

menyembunyikan gambaran klasik dari lesi yakni licin semasa dipalpasi.

Diagnosis kista mammae ditegakkan melalui aspirasi sitologi. Jumlah cairan

yang diaspirasi biasanya antara 6 atau 8 ml. Cairan dari kista bisa berbeda

warnanya, mulai dari kuning pudar sampai hitam, kadang terlihat translusen dan

bisa juga kelihatan tebal dan bengkak. Mamografi dan ultrasonografi membantu

dalam penegakkan diagnosis tetapi pemeriksaan ini tidak begitu penting bagi pasien

yang simptomatik.

Massa soliter dengan dilatasi dari duktus retroareolar merupakan gambaran yang

bisa terlihat pada mammografi atau ultrasonografi sekiranya massa yang terbentuk

agak besar. Massa yang kecil tidak memberikan gambaran khas pada mammografi

dan ultrasonografi. Gambaran kalsifikasi jarang terlihat pada penyakit ini namun

10

Page 11: Dokumen.tips CA Mamae Refrat (1)

bisa terjadi pada massa yang kecil maupun besar. Pemeriksaan galaktografi

memberikan gambaran filling defect atau complete obstruction bagi aliran retrograd

dari kontras. Pada pemeriksaan MRI pula terlihat lesi berbatas tegas dengan duktus

berisi cairan. Pemeriksaan FNA tidak begitu bermakna pada penyakit ini.

Pemeriksaan lain yang bisa dilakukan adalah eksisi massa dan diperiksa dengan

teknik histopatologi konvensional.

Sebelum ini, eksisi merupakan tatalaksana bagi kista mammae. Namun terapi ini

sudah tidak dilakukan karena simple aspiration sudah memadai. Setelah diaspirasi,

kista akan menjadi lembek dan tidak teraba tetapi masih bisa dideteksi dengan

mammografi. Walaubagaimanapun, bukti klinis perlu bahwa tidak terdapat massa

setelah dilakukan aspirasi.

Terdapat dua cardinal rules bagi menunjukkan aspirasi kista berhasil yakni :

 (1) massa menghilang secara keseluruhan setelah diaspirasi.

 (2) cairan yang diaspirasi tidak mengandungi darah.

Sekiranya kondisi ini tidak terpenuhi, ultrasonografi, needle biopsy dan eksisi

direkomendasikan. Terdapat dua indikasi untuk dilakukan eksisi pada kista. Indikasi

pertama adalah sekiranya cairan aspirasi mengandungi darah (selagi tidak

disebabkan oleh trauma dari jarum), kemungkinan terjadinya intrakistik karsinoma

yang sangat jarang ditemukan. Indikasi kedua adalah rekurensi dari kista. Hal ini

bisa terjadi karena aspirasi yang tidak adekuat dan terapi lanjut perlu diberikan

sebelum dilakukan eksisi. Apabila kista masih terus membesar, eksisi

direkomendasikan.

Pasien dengan kista yang berulang sukar ditangani. Rekurensi sering terjadi pada

daerah yang berbeda dari kista yang pertama. Hampir 15% pasien mengalami

rekurensi kista dalam waktu 5 sampai 10 tahun dengan mayoritasnya mengalami

satu atau dua kali rekurensi. Terdapat sebagian kecil wanita dengan kista berulang

yang regular mengunjungi dokter setiap dua sampai tiga bulan sekali untuk drainase

kista. Dahulu, sebagian pasien dengan kondisi seperti ini diterapi dengan

mastektomi subkutan. Walaupun tidak membantu dalam penegakan diagnosis,

mammografi harus dikerjakan sebagai prosuder skrining rutin pada wanita berusia

lebih dari 35 tahun yang mempunyai kista dengan penampakan dari kanker yang

11

Page 12: Dokumen.tips CA Mamae Refrat (1)

rendah. Menurut kepustakaan, terdapat bukti yang menyatakan bahwa terjadinya

peningkatan risiko terhadap kanker pada pasien dengan kista. Oleh karena itu,

pemeriksaan mammografi secara berkala ini bisa membantu dalam deteksi awal dari

kanker. Pasien dengan kista soliter biasanya tidak memerlukan pemeriksaan

mammografi regular.

Teknik yang digunakan untuk aspirasi kista mammae yang dapat dipalpasi sama

dengan teknik yang digunakan untuk pemeriksaan sitologi FNA. Permukaan kulit

dibersihkan dengan alkohol. Biasanya digunakan jarum 21-gauge dan juga syringe

20 ml. Kista di fiksasi menggunakan ibu jari dan jari telunjuk atau jari telunjuk dan

jari tengah. Syringe dipegang oleh tangan yang lain dan kista dipalpasi sehingga

sudah tidak teraba. Volume dari cairan kista biasanya 5 ml sampai 10 ml tetapi

dapat mencapai 75 ml atau lebih. Cairan dari kista biasanya berwarna coklat, kuning

atau kehijauan. Sekiranya didapatkan cairan sedemikian, pemeriksaan sitologi tidak

diperlukan. Apabila ditemukan cairan kista bercampur darah, 2 ml dari cairan

diambil untuk pemeriksaan sitologi.

Apabila kista ditemukan pada ultrasound tetapi tidak bisa dipalpasi, aspirasi

dengan ultrasound-guided needle bisa dilakukan. Kulit dibersihkan dengan alkohol.

Probe ultrasound dipegang dengan satu tangan untuk mengidentifikasi kista. Syringe

dipegang dengan tangan lain dan kista diaspirasi.

4.      Galaktokel

12

Page 13: Dokumen.tips CA Mamae Refrat (1)

Galaktokel adalah kista berisi susu yang terjadi pada wanita yang sedang hamil

atau menyusui. Seperti kista lainnya, galaktokel tidak bersifat seperti kanker.

Biasanya galaktokel tampak rata, benjolan dapat digerakkan, walaupun dapat juga

keras dan susah digerakkan. Penatalaksanaan galaktokel sama seperti kista lainnya,

biasanya tanpa melakukan tindakan apapun. Apabila diagnosis masih diragukan atau

galaktokel menimbulkan rasa tidak nyaman, maka dapat dilakukan drainase dengan

aspirasi jarum halus.

5.      Hiperplasi Epitelial

Hiperplasi epitel ( disebut juga kelainan payudara proliferatif) adalah pertumbuhan

abnormal dari sel-sel yang membatasi antar duktus atau lobulus. Apabila hiperplasi

melibatkan duktus maka disebut hiperplasia duktus. Sedangkan bila melibatkan

lobulus, maka disebut hiperplasia lobular. Berdasarkan pengamatan dibawah

mikroskop, hiperplasia dapat dikelompokkan menjadi tipe biasa dan atipikal.

Hiperplasia tipe biasa mengindikasikan peningkatan yang tipis dari resiko seorang

wanita untuk berkembang menjadi kanker payudara. Resikonya adalah 1,5 sampai 2

kali lipat dibandingkan wanita tanpa abnormalitas payudara. Hiperplasia atipikal

mengindikasikan peningkatan yang sedang yaitu 4 sampai 5 kali lipat dibandingkan

wanita tanpa abnormalitas payudara.

Hiperplasi epitelial biasanya didiagnosa melalui biopsi jarum atau biopsi melalui

pembedahan. Apabila telah didiagnosis menderita hiperplasia terutama hiperplasia

atipikal, berarti diperlukan pemantauan yang lebih oleh dokter, misalnya

pemeriksaan fisik payudara yang rutin dan mammografi setiap setahun sekali. Hal

ini dikarenakan mengalami hiperplasia akan meningkatkan kemungkinan untuk

berkembang menjadi kanker payudara di masa yang akan datang.

6.   Adenosis

Adenosis adalah temuan yang sering didapat pada wanita dengan kelainan

fibrokistik. Adenosis adalah pembesaran lobulus payudara, yang mencakup

kelenjar-kelenjar yang lebih banyak dari biasanya. Apabila pembesaran lobulus

13

Page 14: Dokumen.tips CA Mamae Refrat (1)

saling berdekatan satu sama lain, maka kumpulan lobulus dengan adenosis ini

kemungkinan dapat diraba.

Banyak istilah lain yang digunakan untuk kondisi ini, diantaranya adenosis

agregasi, atau tumor adenosis. Sangat penting untuk digarisbawahi walaupun

merupakan tumor, namun kondisi ini termasuk jinak dan bukanlah kanker. Adenosis

sklerotik adalah tipe khusus dari adenosis dimana pembesaran lobulus disertai

dengan parut seperti jaringan fibrous. Apabila adenosis dan adenosis sklerotik cukup

luas sehingga dapat diraba, dokter akan sulit membedakan tumor ini dengan kanker

melalui pemeriksaan fisik payudara. Kalsifikasi dapat terbentuk pada adenosis,

adenosis sklerotik, dan kanker, sehingga makin membingungkan diagnosis. Biopsi

melalui aspirasi jarum halus dapat menunjukkan apakah tumor ini jinak atau tidak.

7.   Fibroadenoma

Fibroadenoma merupakan tumor payudara jinak yang terkadang terlalu kecil

untuk dapat teraba oleh tangan, walaupun diameternya bisa saja meluas beberapa

inchi. Fibroadenoma dibentuk baik itu oleh jaringan payudara glandular maupun

stroma, dan biasanya terjadi pada wanita muda berusia 15-25 tahun. Setelah

menopause, tumor tersebut tidak lagi ditemukan. Fibroadenoma sering membesar

mencapai ukuran 1 atau 2 cm. Kadang fibroadenoma tumbuh multiple (lebih 5 lesi

pada satu mammae) tetapi sangat jarang.

Etiologi dari fibroadenoma masih tidak diketahui pasti tetapi dikatakan bahwa

hipersensitivitas terhadap estrogen pada lobul dianggap menjadi penyebabnya. Usia

menarche, usia menopause dan terapi hormonal termasuklah kontrasepsi oral tidak

merubah risiko terjadinya lesi ini. Faktor genetik juga dikatakan tidak berpengaruh

tetapi adanya riwayat keluarga (first-degree) dengan karsinoma mammae dikatakan

meningkatkan risiko terjadinya penyakit ini.

Fibroadenoma mammae dianggap mewakili sekelompok lobus hiperplastik dari

mammae yang dikenal sebagai “kelainan dari pertumbuhan normal dan involusi”.

Fibroadenoma sering terbentuk sewaktu menarche (15-25 tahun), waktu dimana

struktur lobul ditambahkan ke dalam sistem duktus pada mammae. Lobul

hiperplastik sering terjadi pada waktu ini dan dianggap merupakan bagian dari

14

Page 15: Dokumen.tips CA Mamae Refrat (1)

perkembangan mammae. Gambaran histologi dari lobul hiperplastik ini identik

dengan fibroadenoma. Analisa dari komponen seluler fibroadenoma dengan

Polymerase Chain Reaction (PRC) menunjukkan bahwa stromal dan sel epitel

adalah poliklonal. Hal ini mendukung teori yang menyatakan bahwa fibroadenoma

merupakan lesi hiperplastik yang terkait dengan kelainan dari maturitas normal

mammae.

Lesi ini merupakan hormone-dependent neoplasma distimulasi oleh laksasi

sewaktu hamil dan mengalami involusi sewaktu perimenopause. Terdapat kaitan

langsung antara penggunaan kontrasepsi oral sebelum usia 20 tahun dengan risiko

terjadinya fibroadenoma. Pada pasien immunosupresi, virus Epstein-Barr

memainkan peranan dalam pertumbuhan tumor ini.

Biasanya wanita muda menyadari terdapatnya benjolan pada payudara ketika

sedang mandi atau berpakaian. Kebanyakan benjolan berdiameter 2-3 cm, namun

FAM dapat tumbuh dengan ukuran yang lebih besar (giant fibroadenoma). Pada

pemeriksaan, benjolan FAM kenyal dan halus. Benjolan tersebut tidak menimbulkan

reaksi radang (merah, nyeri, panas), mobile (dapat digerakkan) dan tidak

menyebabkan pengerutan kulit payudara ataupun retraksi puting (puting masuk).

Benjolan tersebut berlobus-lobus.

Pemeriksaan mammografi menghasilkan gambaran yang jelas jinak berupa rata

dan memiliki batas jelas. Wanita dengan FAM simpel tanpa penampakan histologi

komplek dan tanpa penyakit proliferatif pada parenkim payudara tidak memiliki

peningkatan risiko kanker payudara.

Pada masa adolesens, fibroadenoma tumbuh dalam ukuran yang besar.

Pertumbuhan bisa cepat sekali selama kehamilan dan laktasi atau menjelang

menopause, saat ransangan estrogen meningkat.

Fibroadenoma teraba sebagai benjolan bulat atau berbenjol-benjol, dengan

simpai licin dan konsistensi kenyal padat. Tumor ini tidak melekat ke jaringan

sekitarnya dan amat mudah digerakkan kesana kemari. Biasanya fibroadenoma tidak

nyeri bila ditekan. Kadang-kadang fibroadenoma tumbuh multipel. Pada masa

adolescen fibroadenoma bisa terdapat dalam ukuran yang besar. Pertumbuhan bisa

cepat sekali selama kehamilan dan laktasi atau menjelang menopause, saat

15

Page 16: Dokumen.tips CA Mamae Refrat (1)

rangsangan estrogen meninggi. Pada pasien dengan usia kurang dari 25 tahun,

diagnosa bisa ditegakkan melalui pemeriksaan klinik walaupun dianjurkan untuk

dilakukan aspirasi sitologi. Konfirmasi secara patologi diperlukan untuk

menyingkirkan karsinoma seperti kanker tubular karena sering dikelirukan dengan

penyakit ini. Fine-needle aspiration (FNA) sitologi merupakan metode diagnosa

yang akurat walaupun gambaran sel epitel yang hiperplastik bisa dikelirukan dengan

neoplasia.

Diagnosa fibroadenoma bisa ditegakkan melalui gambaran klinik pada pasien

usia muda dan karena itu, mammografi tidak rutin dikerjakan. Pada pasien yang

berusia, fibroadenoma memberikan gambaran soliter, lesi yang licin dengan densitas

yang sama atau hampir menyerupai jaringan sekitar pada mammografi. Dengan

pertambahan usia, gambaran stippled calcification terlihat lebih jelas.

Ultrasonografi mammae juga sering digunakan untuk mendiagnosa penyakit ini.

Ultrasonografi dengan core-needle biopsy dapat memberikan diagnosa yang akurat.

Kriteria fibroadenoma yang dapat terlihat pada pemeriksaan ultrasonografi adalah

massa solid berbentuk bulat atau oval, berbatas tegas dengan internal echoes yang

lemah, distribusinya secara uniform dan dengan intermediate acoustic attenuation.

Diameter massa hipoechoic yang homogenous ini adalah antara 1 – 20 cm.

Fibroadenoma dapat dengan mudah didiagnosa melalui aspirasi jarum halus atau

biopsi jarum dengan diameter yang lebih besar (core needle biopsi).

Pada umumnya dokter menyarankan untuk dilakukannya pengangkatan

fibroadenoma terutama jika pertumbuhan terus berlangsung atau terjadi perubahan

bentuk payudara. Terkadang (terutama pada usia petengahan atau wanita usia

16

Page 17: Dokumen.tips CA Mamae Refrat (1)

dewasa) tumor ini akan berhenti tumbuh atau bahkan mengecil dengan sendirinya

tanpa terapi apapun. Dalam hal ini, selama dokter yakin massa tersebut adalah

benar-benar fibroadenoma dan bukan kanker payudara, pembedahan untuk

mengangkat fibroadenoma mungkin tidak diperlukan. Pendekatan ini berguna untuk

wanita dengan fibroadenoma yang multipel yang tidak berlanjut pertumbuhannya.

Pada beberapa kasus, pengangkatan fibroadenoma multipel berarti mengangkat

sejumlah besar jaringan payudara sekitar yang normal, sehingga menyebabkan

jaringan parut yang akan mengubah bentuk dan tekstur payudara. Hal ini juga

nantinya akan menyebabkan hasil pemeriksaan fisik serta mammografi menjadi sulit

untuk diinterpretasikan. Sangat penting bagi wanita yang tidak melakukan

pengangkatan fibroadenoma tersebut untuk memeriksakan payudaranya secara

teratur untuk meyakinkan bahwa massa tersebut tidak berlanjut pertumbuhannya.

Terkadang satu atau lebih fibroadenoma akan tumbuh setelah salah satu

fibroadenoma diangkat. Hal ini berarti bahwa fibroadenoma baru telah terbentuk

dan bukanlah fibroadenoma yang lama yang tumbuh kembali.

  8.   Tumor Piloides (Sistosarkoma Piloides)

Tumor filodes atau dikenal dengan sistosarkoma filodes adalah tumor

fibroepitelial yang ditandai dengan hiperselular stroma dikombinasikan dengan

komponen epitel. Tumor filodes umum terjadi pada dekade 5 atau 6. Benjolan ini

jarang bilateral (terdapat pada kedua payudara), dan biasanya muncul sebagai

benjolan yang terisolasi dan sulit dibedakan dengan FAM. Ukuran bervariasi,

meskipun tumor filodes biasanya lebih besar dari FAM, mungkin karena

pertumbuhannya yang cepat. Berdasarkan pemeriksaan histologi (sel), diketahui

bahwa tumor filodes jinak berkisar 10%, dimana tumor filodes ganas berkisar 40%.

Tumor filoides merupakan suatu neoplasma jinak yang bersifat menyusup secara

lokal dan mungkin ganas (10-15%). Pertumbuhannya cepat dan dapat ditemukan

dalam ukuran yang besar. Tumor ini terdapat pada semua usia, tapi kebanyakan

pada usia sekitar 45 tahun.

Tumor filoides adalah tipe yang jarang dari tumor payudara, yang hampir sama

dengan fibroadenoma yaitu terdiri dari dua jaringan, jaringan stroma dan glandular.

Perbedaan antara tumor filoides dengan fibroadenoma adalah bahwa terdapat

17

Page 18: Dokumen.tips CA Mamae Refrat (1)

pertumbuhan berlebih dari jaringan fibrokonektif pada tumor filoides. Sel yang

membangun jaringan fibrokonektif dapat terlihat abnormalitasnya dibawah

mikroskop. Secara histologis, tumor filoides dapat diklasifikasikan menjadi jinak,

ganas, atau potensial ganas (perubahan tumor ke arah kanker masih diragukan).

Tumor filoides pada umumnya jinak namun walaupun jarang dapat juga berubah

menjadi ganas dan bermetastase. Tumor filoides jinak diterapi dengan cara

melakukan pengangkatan tumor disertai 2 cm (atau sekitar 1 inchi) jaringan

payudara sekitar yang normal. Sedangkan tumor filoides yang ganas dengan batas

infiltratif mungkin membutuhkan mastektomi (pengambilan jaringan payudara).

Mastektomi sebaiknya dihindari apabila memungkinkan. Apabila pemeriksaan

patologi memberikan hasil tumor filodes ganas, maka re-eksisi komplit dari seluruh

area harus dilakukan agar tidak ada sel keganasan yang tersisa.

Tumor filoides tidak berespon terhadap terapi hormon dan hampir sama dengan

kanker payudara yang berespon terhadap kemoterapi atau radiasi.

      9.   Papilloma Intraduktal

Papilloma intraduktal adalah pertumbuhan menyerupai kutil dengan disertai

tangkai yang tumbuh dari dalam payudara yang berasal dari jaringan glandular dan

jaringan fibrovaskular. Papilloma seringkali melibatkan sejumlah besar kelenjar

susu. Lesi jinak yang berasal dari duktus laktiferus dan 75% tumbuh di bawah

areola mamma ini memberikan gejala berupa sekresi cairan berdarah dari puting

susu. Hampir 90% dari Papilloma Intraduktus adalah dari tipe soliter dengan

diameternya kurang dari 1cm dan  sering timbul pada duktus laktiferus dan hampir

70% dari pasien datang dengan nipple discharge yang serous dan bercampur darah.

Ada juga pasien yang datang dengan keluhan massa pada area subareola walaupun

massa ini lebih sering ditemukan pada pemeriksaan fisis. Massa yang teraba

sebenarnya adalah duktus yang berdilatasi.

Pasien dengan Papilloma Intraduktus multiple biasanya tidak gejala nipple

discharge dan biasanya terjadi pada duktus yang kecil. Diperkirakan hampir 25%

dari Papilloma Intraduktus multiple adalah bilateral.

18

Page 19: Dokumen.tips CA Mamae Refrat (1)

Papilloma Intraduktus ini bisa terjadi pada laki-laki. Kasus terbaru menunjukkan

bahwa pada laki-laki penyakit ini terkait dengan penggunaan phenothiazine.

Papilloma dapat juga ditemukan di duktus yang kecil di daerah yang jauh dari

puting. Keadaan ini seringkali tumbuh dalam jumlah banyak dan juga mungkin

disertai hiperplasi epitelial. Secara histologi, tumor ini terdiri dari papilla multiple

yang setiap satunya terdiri dari jaringan ikat dan dilapisi sel epitel kuboidal atau

silinder yang biasanya terdiri dari dua lapisan dengan lapisan terluar epitel menutupi

lapisan mioepitel.

Etiologi dan patogenesis dari penyakit ini masih belum jelas. Dari kepustakaan

dikatakan bahwa, Papilloma Intraduktus ini terkait dengan proliferasi dari epitel

fibrokistik yang hiperplasia. Ukurannya adalah 2-3 mm dan terlihat seperti broad-

based atau pedunculated polypoid epithelial lesion yang bisa mengobstruksi dan

melebarkan duktus terkait. Kista juga bisa terbentuk hasil dari duktus yang

mengalami obstruksi.

Perubahan payudara jinak yang menyebabkan keluarnya sekresi cairan dari

puting, hampir setengahnya adalah papilloma, dan sisanya adalah campuran

perubahan fibrokistik ataupun ektasia duktus. Walaupun papilloma bisa dicurigai

dari pemeriksaan terhadap discharge, namun banyak dokter menganggap

pemeriksaan tersebut tidak begitu bermanfaat. Apabila papilloma cukup besar,

biopsi jarum bisa dilakukan. Papilloma dapat juga didiagnosa melalui pemeriksaan

pencitraan pada duktus payudara yaitu dengan duktogram atau galaktogram.

Terapi untuk papilloma adalah dengan mengangkat papilloma serta bagian duktus

dimana papilloma tersebut ditemukan, dimana biasanya dengan melakukan insisi

pada tepi sekeliling areola.

Papilloma Intraduktus subareolar soliter atau intrakistik adalah benigna. Namun,

telah terjadi pertentangan apakah penyakit ini merupakan prekursor bagi karsinoma

papillary atau merupakan predisposisi untuk meningkatkan resiko terjadinya

karsinoma. Menurut komuniti dari College of American Pathologist, wanita dengan

lesi ini mempunyai risiko 1,5 – 2 kali untuk terjadinya karsinoma mammae.

19

Page 20: Dokumen.tips CA Mamae Refrat (1)

10.   Tumor Sel Granular

Tumor sel granular biasanya terdapat pada mulut atau kulit, namun dalam

jumlah yang jarang dapat ditemukan juga di payudara. Kebanyakan tumor sel

granular pada saat perabaan dapat digerakkan, konsistensi keras, berdiameter antara

½ sampai 1 inchi. Konsistensinya yang keras terkadang mengacaukan diagnosisnya

dengan kanker, namun aspirasi jarum halus atau biopsi jarum dapat dilakukan untuk

membedakannya.

Tumor ini diatasi dengan cara mengangkat tumor beserta sedikit jaringan normal

disekelilingnya. Tumor sel granular tidak akan meningkatkan resiko pada wanita

untuk terjadinya kanker payudara di kemudian hari.

11.   Ektasia Duktus

Ektasia duktus merupakan pelebaran dan pengerasan dari duktus, dicirikan

dengan sekresi puting yang berwarna hijau atau hitam pekat, dan lengket. Pada

puting serta daerah disekitarnya akan terasa sakit serta tampak kemerahan. Ektasia

duktus adalah kondisi yang biasanya menyerang wanita usia sekitar 40 sampai 50

tahun. Ektasia duktus adalah kelainan jinak yang walaupun begitu dapat

mengacaukan diagnosis dengan kanker dikarenakan benjolan yang keras di sekitar

duktus yang abnormal akibat terbentuknya jaringan parut.

Kondisi ini umumnya tidak memerlukan tindakan apapun, atau dapat membaik

dengan melakukan pengkompresan dengan air hangat dan obat-obat antibiotik.

20

Page 21: Dokumen.tips CA Mamae Refrat (1)

Apabila keluhan tidak membaik, duktus yang abnormal dapat diangkat melalui

pembedahan dengan cara insisi pada tepi areola.

12.   Nekrosis Lemak

Nekrosis lemak terjadi bila jaringan payudara yang berlemak rusak, bisa terjadi

spontan atau akibat dari cedera yang mengenai payudara. Nekrosis lemak dapat juga

terjadi akibat terapi radiasi. Ketika tubuh berusaha memperbaiki jaringan payudara

yang rusak, daerah yang mengalami kerusakan tergantikan menjadi jaringan parut.

Nekrosis lemak berupa massa keras yang sering agak nyeri tetapi tidak

membesar. Kadang terdapat retraksi kulit dan batasnya tidak rata. Karena

kebanyakan kanker payudara berkonsistensi keras, daerah yang mengalami nekrosis

lemak dengan jaringan parut sulit untuk dibedakan dengan kanker jika hanya dari

pemeriksaan fisik ataupun mammogram sekalipun. Dengan biopsi jarum atau

dengan tindakan pembedahan eksisi sangat diperlukan untuk membedakan nekrosis

lemak dengan kanker. Secara histopatologik terdapat nekrosis jaringan lemak yang

kemudian menjadi fibrosis.

Menurut American Cancer Society, beberapa area dari nekrosis dapat berespon

berbeda-beda terhadap cedera. Desamping pembentukan jaringan parut, sel-sel

lemak akan mati dan mengeluarkan isi sel, yang membentuk kumpulan seperti

kantong-kantong berisi cairan berminyak dan disebut kista minyak. Kista minyak

dapat ditemukan melalui aspirasi jarum halus, yang sekaligus merupakan tindakan

untuk terapinya.

13.   Mastitis

Mastitis adalah infeksi yang sering menyerang wanita yang sedang menyusui

atau pada wanita yang mengalami kerusakan atau keretakan pada kulit sekitar

puting. Kerusakan pada kulit sekitar puting tersebut akan memudahkan bakteri dari

permukaan kulit untuk memasuki duktus yang menjadi tempat berkembangnya

bakteri dan menarik sel-sel inflamasi. Sel-sel inflamasi melepaskan substansi untuk

melawan infeksi, namun juga menyebabkan pembengkakan jaringan dan

peningkatan aliran darah. Perubahan ini menyebabkan payudara menjadi merah,

nyeri, dan terasa hangat saat perabaan.

21

Page 22: Dokumen.tips CA Mamae Refrat (1)

Gambaran klinisnya sukar dibedakan dengan karsinoma, yaitu massa

berkonsistensi keras, bisa melekat ke kulit, dan menimbulkan retraksi puting susu

akibat fibrosis periduktal, dan bisa terdapat pembesaran kelenjar getah bening

aksila. Kondisi ini diterapi dengan antibiotik. Pada beberapa kasus, mastitis

berkembang menjadi abses atau kumpulan pus yang harus dikeluarkan melalui

pembedahan.

2.3 Pemeriksaan

Tujuan dari deteksi dini kanker payudara adalah menemukan kanker sebelum

mereka mulai menyebabkan gejala. Skrining mengacu pada tes dan pemeriksaan fisik

yang digunakan untuk mencari suatu penyakit, seperti kanker, pada orang yang tidak

memiliki gejala apapun. Deteksi dini berarti juga menggunakan pendekatan yang

memungkinkan diagnosis dini kanker payudara sebelum kanker itu bermanifes menjadi

buruk.

Kanker payudara yang sering dilaporkan biasanya sudah menyebabkan gejala-

gejala cenderung lebih besar dan lebih mungkin telah menyebar ke luar payudara.

Sebaliknya, kanker payudara yang ditemukan waktu pendeteksian dini lebih cenderung

lebih kecil dan masih terbatas pada payudara. Ukuran kanker payudara dan seberapa

jauh ia telah menyebar adalah beberapa faktor yang paling penting dalam memprediksi

prognosis dari seorang wanita dengan penyakit ini.

1. SADARI (Periksa Payudara Sendiri) atau breast self-examination

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah suatu teknik pemeriksaan

dimana seorang wanita memeriksa payudaranya sendiri dengan melihat dan

merasakan dengan jari untuk mendeteksi apakah ada benjolan atau tidak pada

payudarany. Pemeriksaan ini dilakukan secara rutin minimal sekali dalam sebulan

dan dianjurkan bagi para wanita mulai usia 20 tahun14.

Terkadang SADARI dapat mendeteksi kanker yang tidak dapat ditemukan

dengan menggunakan mammografi, meskipun konstribusinya terhadap deteksi dini

pada kanker relatif lebih kecil pada penderita yang asimptomatik15. SADARI juga

penting bagi wanita yang tidak melakukan pemeriksaan mammografi secara teratur

dan juga yang belum direkomendasikan untuk melakukan mammografi14.

22

Page 23: Dokumen.tips CA Mamae Refrat (1)

Berdasarkan observasi, 95% wanita mendeteksi sendiri kanker payudara dan

65% mendeteksi kanker tersebut pada stadium awal pada dirinya sendiri. Dengan

begitu dapat dikatakan kanker payudara lebih sering terdeteksi pertama kali oleh

penderitanya sendiri. Selain itu, diperkirakan bahwa dengan melakukan SADARI

dapat mengurangi angka kematian sebanyak 18%.

SADARI dilakukan 3 hari setelah haid berhenti atau 7 hingga 10 hari dari haid

Anda. sebaiknya mulai biasa dilakukan pada sekitar usia 20 tahun, minimal sekali

sebulan16.

Berikut merupakan cara melakukan SADARI :

a. Berdiri di depan cermin. Lihat kedua payudara, perhatikan apakah kedua

payudara simetris dan kalau-kalau ada sesuatu yang tidak biasa seperti

perubahan dalam bentuk payudara, urat yang menonjol, perubahan warna atau

bentuk lain dari biasanya. Dan lihat apakah terdapat perubahan pada puting,

terjadi kerutan, cawak atau pengelupasan kulit. Kemudian perlahan-lahan

angkatlah kedua lengan ke atas sambil memerhatikan apakah kedua payudara

tetap simetris.

b. Tetap dalam posisi berdiri, gunakan tangan kiri untuk memeriksa payudara

kanan dengan cara merabanya, dan sebaliknya untuk payudara kiri. Angkat

tangan kiri Anda. Gunakan tiga atau empat empat jari tangan kanan untuk

merasakan payudara sebelah kiri dengan teliti dan menyeluruh. Dimulai dari

ujung bagian luar, tekan dengan bagian jari-jari yang pipih dalam gerakan

melingkar kecil, bergerak perlahan-lahan di sekitar payudara. Anda dapat

memulai pada bagian ujung luar payudara dan secara perlahan-lahan bergerak

ke bagian puting, atau sebaliknya. Yakinlah untuk meraba semua bagian

payudara dan termasuk daerah sekitar payudara dan ketiak, termasuk bagian

ketiak itu sendiri.

c. Dekap tangan Anda di belakang kepala dan tekan tangan Anda ke depan.

Kemudian, tekan tangan Anda erat pada pinggul dan sedikit menunduk ke

depan cermin ketika Anda menarik punggung dan sikut ke depan. Ini akan

melengkapi bagian pemeriksaan payudara di depan cermin.

23

Page 24: Dokumen.tips CA Mamae Refrat (1)

d. Rasakan adanya perubahan dengan cara berbaring. Letakkan bantal kecil di

bawah bahu kanan, lengan kanan di bawah kepala. Periksa payudara kanan

dengan tangan kiri dengan meratakan jari-jari secara mendatar untuk

merasakan adanya benjolan. Periksa pula lipatan lengan, batas luar payudara,

dan ke seluruh payudara.

e. Perhatikan tanda-tanda perdarahan atau keluarnya cairan dari puting susu.

Caranya dengan memencet puting susu dan melihat apakah ada darah atau

cairan yang keluar.

f. Lakukan hal serupa pada payudara sebelah kiri, yaitu dengan meletakkan

tangan kiri di bawah kepala, lalu gunakan tangan kanan untuk memeriksa

payudara sebelah kiri. Bila Anda mendapati adanya kejanggalan, segeralah

periksakan diri ke dokter.

2. Pemeriksaan oleh tenaga kesehatan atau (clinical breast examination)15

Pemeriksaan payudara oleh klinisi (CBE) adalah pemeriksaan payudara yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional seperti dokter, praktisi perawat,

perawat, atau asisten dokter. Untuk pemeriksaan ini, pasien menanggalkan pakaian

dari pinggang ke atas. Klinisi kesehatan pada mulanya akan melihat payudara

pasien untuk kelainan dalam ukuran atau bentuk, atau perubahan pada kulit

24

Page 25: Dokumen.tips CA Mamae Refrat (1)

payudara atau puting. Kemudian, dengan menggunakan bantalan jari-jari, klinisi

akan meraba dengan lembut payudara pasien dan merasakan apakah ada benjolan

atau tidak.

Perhatian khusus akan diberikan kepada bentuk dan tekstur payudara, lokasi dari

setiap benjolan, dan apakah benjolan tersebut melekat pada kulit atau untuk

jaringan yang lebih dalam. Daerah di bawah kedua lengan/ketiak juga akan

diperiksa.

Pemeriksaan oleh tenaga kesehatan merupakan cara yang baik bagi

pasien/wanita yang tidak tahu bagaimana memeriksa payudara mereka sendiri

untuk belajar cara yang tepat untuk melakukannya dari tenaga profesional

kesehatan.

3. Mammografi17

Mamografi merupakan pemeriksaan penunjang dengan X-ray (foto Rö) pada

payudara. Tujuannya untuk memastikan ada-tidaknya perubahan pertanda kanker

payudara yang tidak terlihat saat pemeriksaan fisik. Pemeriksaan ini cukup efektif

untuk wanita berusia di atas 40 tahun. Selain itu mammografi juga digunakan untuk

mencari pertanda kanker payudara pada wanita tanpa gejala, yaitu orang yang

tampaknya tidak memiliki masalah payudara . Screening mammografi biasanya

mengambil 2 gambar (Rö /penyinaran yang diambil dari 2 sudut yang berbeda) dari

masing-masing payudara. Wanita yang sedang menyusui masih bisa mendapatkan

mammografi, meskipun ini mungkin tidak begitu akurat karena jaringan payudara

cenderung padat.

Untuk beberapa wanita, dengan implan payudara (untuk augmentation atau

sebagai rekonstruksi setelah mastektomi), gambar tambahan mungkin diperlukan

untuk bisa melihat tiap lapisan jaringan payudara sebanyak mungkin. Karena perlu

diketahui implan payudara pada mammografi standar lebih sulit untuk melihat

jaringan payudara, namun tambahan gambar Rö dengan perpindahan implan dan

pemandangan kompresi dapat digunakan untuk memeriksa jaringan payudara yang

lebih lengkap. Meskipun Rö payudara telah dilakukan selama lebih dari 70 tahun,

mamografi modern hanya ada sejak tahun 1969. Itu adalah tahun pertama x-ray

25

Page 26: Dokumen.tips CA Mamae Refrat (1)

unit didedikasikan untuk pencitraan payudara yang tersedia. peralatan mammografi

modern dirancang untuk rontgen payudara menggunakan tingkat yang sangat

rendah radiasi, biasanya sekitar dosis 0,1-0,2 rad per x-ray (rad adalah ukuran dosis

radiasi). Pengunaan pedoman ketat untuk memastikan bahwa peralatan

mammografi aman dengan menggunakan dosis sinar radiasi serendah mungkin.

Banyak orang khawatir/takut akan efek samping dari paparan sinar-x, namun

tingkat radiasi yang digunakan dalam mammografi modern dalam tingkat aman

sehingga tidak meningkatkan risiko untuk kanker payudara.

Untuk mammografi, payudara dikompres antara 2 pelat untuk meratakan dan

menyebarkan jaringan. Meskipun hal ini mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman

untuk pasien, tapi hal ini diperlukan untuk hasil mammografi, yang baik dan layak

untuk dibaca. Kompresi hanya berlangsung beberapa detik, seluruh prosedur untuk

pemeriksaan mammografi memakan waktu sekitar 20 menit.

4. Magnetic Ressonance Imaging

Bagi wanita dengan risiko tinggi untuk kanker payudara, skrining Magnetic

Resonance Imaging (MRI) dianjurkan bersama dengan mammografi tahunan. MRI

umumnya tidak direkomendasikan sebagai alat skrining yang berdiri sendiri, karena

meskipun tes sensitif, masih mungkin akan ketinggalan beberapa kanker yang

mungkin terdeteksi dengan mammografi. MRI juga dapat digunakan dalam situasi

lain, seperti untuk memeriksa daerah mencurigakan yang ditemukan dengan

mammografi. MRI juga dapat digunakan pada wanita yang telah didiagnosa

menderita kanker payudara untuk lebih menentukan ukuran sebenarnya dari kanker

dan untuk mencari setiap kanker lainnya di payudara.

MRI scan menggunakan magnet dan gelombang radio bukan x-ray untuk

menghasilkan gambaran yang sangat rinci dari penampang tubuh. Pemeriksaan

MRI untuk pencitraan payudara menggunakan bahan kontras (gadolinium) yang

disuntikkan ke pembuluh darah kecil di lengan sebelum atau selama pemeriksaan.

Hal ini meningkatkan kemampuan MRI untuk jelas menunjukkan rincian jaringan

payudara. Pemeriksaan MRI dapat memakan waktu lama - sering sampai satu jam.

pasien harus berbaring di dalam tabung yang sempit, dan tidak direkomendasikan

26

Page 27: Dokumen.tips CA Mamae Refrat (1)

untuk orang dengan claustrophobia (takut ruang tertutup). Selain itu juga mesin

mendengung keras membuat suara yang mungkin membuat pasien terganggu.

Beberapa tempat MRI menyediakan headphone dengan musik untuk mengatasi

kebisingan ini.

Meskipun MRI lebih sensitif dalam mendeteksi kanker dari pada

mammografi, ia juga memiliki tingkat false-positif lebih tinggi (ketika pada

pemeriksaan menemukan sesuatu yang ternyata bukan suatu kanker). Hal inilah

mengapa MRI tidak direkomendasikan sebagai tes skrining untuk perempuan yang

tidak berisiko tinggi terkena (average risk) kanker payudara, karena akan

mengakibatkan tidak diperlukan suatu biopsi dan tes lainnya.

Sama seperti mamografi menggunakan mesin x-ray yang dirancang khusus

untuk gambar/pencitraan payudara, MRI juga membutuhkan peralatan khusus.

mesin MRI Payudara menghasilkan gambar/pencitraan berkualitas lebih tinggi dari

mesin MRI dirancang untuk kepala, dada, atau MRI perut. Namun, banyak rumah

sakit dan pusat pencitraan tidak memiliki peralatan MRI payudara yang tersedia.

enting diketahui bahwa screening MRI dilakukan di fasilitas yang dapat melakukan

MRI-guided untuk melakukan biopsi payudara. Jika tidak, maka seluruh

pemeriksaan perlu diulang di fasilitas lain saat biopsi dilakukan.

MRI lebih mahal daripada mammografi. Sebagian besar perusahaan

asuransi besar kemungkinan akan membayar tes skrining jika seorang paenderita

dapat menunjukkan risiko tinggi terhadap kanker payudara, tapi itu belum jelas

apakah semua perusahaan akan bersedia membayar atau tidak. Pada saat ini ada

kekhawatiran tentang biaya dan akses terbatas untuk mendapatkan pelayanan

skrining MRI payudara berkualitas tinggi pada wanita berisiko tinggi kanker

payudara.

5. Ultrasonografi

Tes ini tidak menimbulkan rasa sakit dan tidak membuat pasien terkena

radiasi. USG payudara kadang-kadang digunakan untuk mengevaluasi masalah

payudara yang ditemukan selama pemeriksaan mammografi dan/atau diagnosa pada

pemeriksaan fisik. USG payudara tidak secara rutin digunakan untuk penyaringan.

27

Page 28: Dokumen.tips CA Mamae Refrat (1)

Beberapa studi telah menyarankan bahwa ultrasound dapat menjadi tambahan yang

berguna untuk mamografi saat skrining wanita dengan jaringan payudara padat

(yang sulit untuk mengevaluasi dengan mammogram), tetapi penggunaan USG

bukan mammogram untuk skrining kanker payudara tidak dianjurkan.

USG berguna untuk mengevaluasi beberapa massa payudara dan merupakan

satu-satunya cara untuk mengetahui apakah area mencurigakan adalah suatu kista

tanpa melakukan tindakan aspirasi cairan. Kista tidak dapat secara akurat

didiagnosis dengan pemeriksaan fisik saja. USG payudara juga dapat digunakan

untuk membantu dokter sebagai panduan biopsi jarum ke dalam beberapa lesi

payudara.

USG telah menjadi alat yang berharga untuk digunakan bersama dengan

mammogram karena tersedia secara luas, non-invasif, dan lebih murah

dibandingkan pilihan lain. Namun, efektivitas tes USG tergantung pada tingkat

keterampilan dan pengalaman operator. Meskipun USG kurang sensitif

dibandingkan MRI (yaitu, mendeteksi tumor lebih sedikit), tapi memiliki

keunggulan yaitu ketersediaan dan biaya yang lebih murah.

6. Scintimammografi

Cara ini menggunakan technetium-99m sestamibi atau technetium-99m

tetrofosmin, memindai regio aksila dan supraklavikula sambil menggambarkan

jaringan payudara. Dalam pemeriksaan wanita yang sudah diketahui mengidap

kanker payudara, lengan kontralateral diinjeksi dengan radionuclide dan proyeksi

lateral dan anterior digambarkan dengan kamera gamma. Cara ini masih jarang

digunakan.

28

Page 29: Dokumen.tips CA Mamae Refrat (1)

29

Page 30: Dokumen.tips CA Mamae Refrat (1)

DAFTAR PUSTAKA

1. Jatoi I, and Kaufmann M. Management of Breast Diseases. 2010. Berlin : Springer2. Li CI (ed.). Breast Cancer Epidemiology.2010. New York : Springer.3. Smith P.G. Comparison between registries : age-standardized rates. In : Parkin DM,

Muir CS, Whelan SL, Gao Y-T, Ferlay J, powell J (eds). Cancer Incidence in Five Continents, Vol VI. 1992. Lyon : IARC, pp : 865-870.

4. Sarjadi. Cancer Incidence 1985-1989 in Semarang, Indonesia. 1990. Semarang : Diponegoro University Press.

5. Parkin D.M., Muir C.S., Gao Y-T, Ferlay J., Powell J. (eds). Cancer Incidence in Five Continents, Vol VI. 1992. Lyon : IARC, pp : 871-1011.

6. Prihartono J, Mangunkusumo R. Indonesian Pathology-based Cancer Registration.1990. Jakarta : Indonesian Cancer Society.

7. Budianto A. (ed). Guidance to Anatomy II. Ed I revisi. 2005. Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, hh: 12-14.

8. Sloane E. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. 2004. Jakarta : EGC.9. Verralls S. Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan. Ed 3. 2003. Jakarta :

EGC.10. Guyton A.C., Hall J.E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed 9. 1997. Jakarta : EGC,

hh: 1318-1321.11. Stephen P. Breast Fibroadenomas. 2011

http://breastcancer.about.com/od/whenitsnotcancer.htm12. Stamatakos E. Phyloides tumor of the breast: a rare neoplasm, though not that

innocent. International Seminars in Surgical oncologi. 2009. Biomed central 6:630

Page 31: Dokumen.tips CA Mamae Refrat (1)

13. de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. 2005. Jakarta: EGC14. Swart R. Breast cancer. 2010

http://emedicine.medscape.com/article/28356115. Saslow D, Hannan J, Osuch J, Alciati MH, Baines C, Barton M, Bobo JK, Coleman

C. Clinical breast examination: practical recommendations for optimizing performance and reporting. 2004. CA: a cancer journal for clinicians 54 (6): 327–44

16. Kösters JP, Gøtzsche PC. Regular self-examination or clinical examination for early detection of breast cancer. 2003.Cochrane Database Syst Rev (2): CD003373.

17. Gøtzsche PC, M Nielsen. Screening for breast cancer with mammography. 2009. Cochrane Database Syst Rev (4): CD001877.

18. Apantaku LM. Breast-conserving surgery for breast cancer. 2002. Am Fam Physician.66:2217-8,2281.

19. Winer EP, Morrow M, Osborne CK, Harris JR. Malignant tumors of the breast In: DeVita VT, Hellman S, Rosenberg SA. eds Cancer Principles and Practice of Oncology 6th ed. Lippincot William and Wilkins. 2001.

20. www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatment/breast/healthprofessional21. Lippman ME. Breast cancer In: Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E,

Hauser SL, Jameson JL, Loscalzo J. eds Harrison’s Principal of Internal Medicine 16th edition. McGraw and Hill. 2005.

22. Schlotter CM, Vogt U, Allgayer H, Brandt B. Molecular targeted therapies for breast cancer treatment. 2008. Breast cancer research. 10:211.

23. Hobday TJ, Perez EA. Molecularly targeted therapies for breast cancer. 2005. Cancer control. 12(2):73-81.

31