Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

download Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

of 95

Transcript of Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    1/95

    1

    Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak

    Komisi III AkreditasiKolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia

    Prof Sofyan Ismael

    Dody Firmanda

    Hendriani Selina

    Pendahuluan

    Mulai tanggal 1 Januari 2010 berlaku implementasi modus keempat dalam eraliberalisasi perdaganan jasa bidang kesehatan untuk negara kawasan Asia

    Tenggara sesuai dengan perjanjian kerjasama ASEAN Mutual RecognitionArrangement on Medical Practitioners (MRA-MP). Ada 4 tujuan dalam MRA-MP yakni:

    1. mengatur mobilitas praktisi dokter di wilayah ASEAN;2. meningkatkan dan mengembangkan kerja sama pertukaran informasi

    antar profesi medis;

    3. meningkatkan mutu kualifikasi dan standar layanan dan;

    4. kerjasama pendidikan dan pelatihan profesi medis

    Pada tanggal 20 November 2008 The Joint Commission Amerika Serikat

    meluncurkan Health care at the crossroads: Guiding principles for thedevelopment of the hospital of the future1 berdasarkan hasil rekomendasipertemuan tanggal 26-27 April 2007 di Lake Buena Vista Florida tentang

    What does the future hold for hospital care across the globe? The Hospital

    of the future.2

    Sebelumnya WHO Regional Eropa telah melakukan uji coba suatu instrumen yang akan digunakan untuk menilai kinerja mutu (performamce) rumah sakit

    oleh WHO regional Eropa yang dinamakan Performance Assessment Tools for

    Disampaikan pada Acara Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA diselenggarakan oleh Kolegium

    Ilmu Kesehatan Anak Indonesia di Hotel Arya Duta, Jakarta 31 Oktober 1 November 2010 .1 The Joint Commission - Health care at the crossroads: Guiding principles for the development of

    the hospital of the future, November 20, 2008.2 The Joint Commission and The Joint Commission Resources - What does the future hold for

    hospital care across the globe? The Hospital of the future. Florida, April 26-27, 2007.

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    2/95

    2

    Hospital (PATH).3,4,5,6 Kedua instrumen tersebut kemungkinan besar akanditerapkan oleh seluruh rumah sakit di dunia sebagaimana halnya program

    WHO World Alliance for Patient Safety Move Program sebagai world classhospitals benchmarking.

    Sedangkan sampai saat ini definisi akan World Class yang ada hanya dari UKPrime Minister Cabinet of Office yang mencanangkan Program World ClassServices dikatakan sebagai World Class bila memenuhi tiga syarat kriteriaberikut: 7

    1. Kinerjanya (performance) telah melampaui standar nasional danregional;

    2. Melakukan benchmarking dan3. Melakukan peningkatan mutu berkelanjutan (continuous quality

    improvement)

    Ketiga hal di atas dapat dicapai melalui tahapan self-assessment dan

    akreditasi.8

    3 WHO Regional Office for Europe. Measuring hospital performance to improve the quality of care inEurope: a need for clarifying the concepts and defining the dimensions. January 2003

    4 WHO Regional Office for Europe. How can hospital performance can be measured and monitored.August 2003.

    5 WHO Regional Office for Europe. PATH (Performance Assessment Tools for Quality Improvement

    in Hospitals). 2007.6 WHO Regional Office for Europe. Assuring the quality of care in the European Union. 20087 UK Cabinet Office. Excellence and fairness achieving world class. London, 2008.8 WHO and WFME. WHO/WFME guidelines for accreditation of basic medical education. Geneva/

    Copenhagen, 2005.

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    3/95

    3

    MATERI 1:

    Sistem Akreditasi IPDSA

    Secara ringkas Sistem Akreditasi IPDSA terdiri dari 7 komponen

    sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah.

    Gambar 1. Tujuh komponen dari Sistem Akreditasi

    Dimana dalam implementasinya dilakukan secara secara integrasi sebagaimanadiuraikan sebagai berikut:

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    4/95

    4

    Manajemen Mutu (Quality Management) IPDSA

    Manajemen Mutu (Quality Management) adalah seluruh aktivitas kegiatanfungsi manajemen dari kebijakan, tugas dan tanggung jawab yang dituangkandalam bentuk perencanaan mutu (quality planning), kendali mutu (quality

    control), jaminan mutu (quality assurance) dan peningkatan mutu (qualityimprovement)dalam satu sistem mutu.

    Quality Management is defined as all activities of the overall

    management that determine the quality policy, objectives and

    responsibilities, and implement them by such as quality planning, quality

    control, quality assurance and quality improvement within the quality

    system.

    Mutu/Kualitas dapat ditinjau dari berbagai perspektif baik itu dariperspekstif peserta didik dan penyandang dana, tenaga didik dan manajer

    pendidikan dari institusi pendidikan dokter spesialis anak maupun pembuat

    dan pelaksana kebijakan institusi pendikan dokter spesialis anak di tingkatdepartemen/bagaian/UPF/SMF, fakultas/rumah sakit, nasional (kolegium.MKKI, KKI) dan regional. (Quality is different things to different people

    based on their belief and norms).9

    Seiring dengan perkembangan era globalisasi, terbukanya arus informasi dansemakin meningkatnya tuntutan pengguna jasa layanan kesehatan akan mutu,

    keselamatan serta biaya. Maka prinsip prinsip good corporate governance(dalam hal ini mencakup faculty/hospital/departmental governance dan

    clinical governance) yakni transparency, responsiveness dan accountable

    akan semakin menonjol serta mengedepankan akan efesiensi dan efektifitassuatu layanan.

    Istilah efesiensi sangat berhubungan erat antara inputs dan proses,sedangkan efektifitas berhubungan dengan proses dan hasil. Sedangkanistilah, definisi dan dimensi akan efisiensi juga belum ada kesepakatan yang jelas dan eksplisit tergantung dari berbagai perspektif. Efisiensi dapat

    digolongkan kepada efisiensi tehnik (technical efficiency), efisiensi

    produksi/hasil (productive efficiency) dan efisiensi alokatif

    (allocative/societal efficiency) termasuk didalamnya bidang market dan

    9 Adams C, Neely A. The performance prism to boost success. Measuring Health Business Excellence 2000;

    4(3):19-23.

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    5/95

    5

    kesehatan. Oleh karena itu saat ini dibutuhkan tidak hanya doing thingsright, akan tetapi juga diperlukan prinsip manajemen doing the right things

    (dikenal sebagai increasing effectiveness) sehingga kombinasi keduanyadisebut sebagai prinsip manajemen layanan modern doing the right thingsright. (Gambar 2 dan 3). 10,11,12,

    Gambar 3. Ruang lingkup kualifikasi penguasaan materi bagi pemimpin institusi

    pendidikan dokter spesialis anak dan manajer mutu pendidikan (qualitymanager) 11-12

    10 Firmanda D. Key to success of quality care programs: empowering medical professional. Global

    Health Journal 2000; 1(1) http://www.interloq.com/a26.htm11 Firmanda D. The pursuit of excellence in quality care: a review of its meaning, elements, and

    implementation. Global Health Journal2000;1(2) http://www.interloq.com/a39vlis2.htm12 Firmanda D. Total quality management in health care (Part One). Indones J Cardiol Pediatr 1999;

    1(1):43-9.

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    6/95

    6

    Gambar 3. Evolusi prinsip manajemen layanan kesehatan dan pendidikan.13-15

    Perkembangan akan mutu itu sendiri dari cara inspection, quality control,

    quality assurance sampai ke total quality sangat bervariasi sesuai denganperkembangan ilmu. Jepang menggunakan istilah quality control untuk

    seluruhnya, sedangkan di Amerika memakai istilah continuous quality

    improvement untuk total quality dan Inggris memakai istilah qualityassurance untuk quality assurance, continuous quality improvement maupununtuk total quality dan tidak membedakannya. (Lihat Gambar 4).

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    7/95

    7

    Gambar 4. Skema sederhana perkembangan mutu.

    Evolusi perkembangan mutu itu sendiri berasal dari bidang industri pada awalakhir abad ke sembilan belas dan awal abad ke dua puluh di masa perang dunia

    pertama. Pada waktu itu industri senjata menerapkan kaidah inspectiondalam menjaga kualitas produksi amunisi dan senjata. Kemudian Shewartmengembangkan dan mengadopsi serta menerapkan kaidah statistik sebagai

    quality control serta memperkenalkan pendekatan siklus P-D-S-A (Plan, Do,Study dan Act) yang mana hal ini kemudian dikembangkan oleh muridnya

    Deming sebagai P-D-C-A (Plan, Do, Check dan Action). Kaidah PDCA inimenjadi cikal bakal yang kemudian dikenal sebagai generic form of quality

    system dalam quality assurance dari BSI 5751 (British Standards ofInstitute) yang kemudian menjadi seri EN/ISO 9000 dan 14 000. (LihatGambar 5).

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    8/95

    8

    Gambar 5. Contoh dari model Quality Assurance versi ISO 9001:2008

    Tatkala Deming diperbantukan ke Jepang dalam upaya memperbaiki dan

    mengembangkan industri, beliau mengembangkan dengan memadukan unsur

    budaya Jepang kaizendan filosofi Sun Tzu dalam hal benchmarkingmaupun

    manajemen dan dikenal sebagai total quality.13 Sedangkan Total Quality

    Management/Service (TQM/S) adalah suatu cara pendekatan organisasidalam upaya meningkatkan efektifitas, efisiensi dan responsif organisasi

    secara melibatkan seluruh staf/karyawan dalam segala proses aktifitaspeningkatan mutu dalam rangka memenuhi kebutuhan/tuntutan konsumen

    pengguna jasa organisasi organisasi tersebut. (Process driven dan customer-focused oriented). Ini merupakan suatu tingkat tertinggi dalam upaya

    organisasi tersebut untuk mencapai tingkat dunia (World Class Quality).14

    Secara ringkas ada 5 struktur komponen utama dalam Total Quality

    13 Moss F, Palmberg M, Plsek P, Schellekens W. Quality improvement around the world: how much welearn from each other. Qual Health Care 2000;8:63-6.

    14 Firmanda D. Total Quality Management in Healthcare (Part One). Indones J Cardiol Pediatr1999;1(1):43-9.

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    9/95

    9

    Management (TQM) yakni understanding the customer, understanding thehospitals business, quality systems, continuous quality improvement dan

    quality tools. (Lihat Gambar 6).

    Gambar 6. Komponen Total Quality Management(TQM)

    Untuk dapat menguasai TQM harus menguasai akan kaidah/tehnik dari

    perkembangan mutu itu sendiri dari inspection, quality control dengan sevenbasic statistics process control/ SPC, dan quality assurance dengan ketiga

    kompenen utamanya yang terdiri setting standards, checking the standards(audit and accreditation)dan continuous quality improvement (CQI).

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    10/95

    10

    Quality Assurance (QA)

    Quality Assurance (QA) adalah tahap ke tiga dan yang paling penting dalamperkembangan mutu suatu institusi/organisasi menuju tingkat yang lebih luasdan tinggi (total quality).

    Program quality assurance terdiri dari15,16:

    1. Standarisasi meliputi kriteria yang terukur (measurable) danindikator satuan waktu (time-frame).

    2. Akreditasi dilakukan setelah yang akan dinilai melaksanakan peniliandiri (self-assessment)maksimal 2 (dua) kali terlebih dahulu.

    3. Kegiatan mutu berkesinambungan (continuous quality improvement)dengan mempergunakan kaidah mutu (Plan-Do-Check-Action) dalam

    rangka mempertahankan dan atau meningkatkan mutu.

    1. Standar

    Standar dibuat berdasarkan kebijakan (policy), tujuan (aims) dan objektif yang telah disepakati bersama dalam institusi tersebut untuk dijadikan

    kriteria yang dapat ditinjau dari segi input/struktur, proses dan

    output/outcomesebagaimana dapat pada Gambar 7 di bawah.

    Untuk bidang kesehatan Donabedian17 dengan structure, process dan

    outcome pada awal tahun 80an memperkenalkan tentang cara penilaian untukstandar, kriteria dan indikator. Selang beberapa tahun kemudian Maxwell

    mengembangkan six dimensions of quality. Tehnik Donabedian dan Maxwellini lebih menitikberatkan tentang hal membuat standar dan penilaiannya

    (akreditasi) yang merupakan 2 dari 3 komponen quality assurance.18, 19

    15 Nabitz U, Klazinga N, Walburg J. The EFQM excellence model: European and Dutch experiences

    with the EFQM approach in health care. Int J Qual Health Care2000;12(3): 191-201.16 Shaw CD. External quality mechanisms for health care: summary of the ExPERT project on visitatie,

    accreditation, EFQM and ISO assessment in European countries. Int J Qual Health Care000;12(3):169-75.

    17 Donabedian A. The quality of care: how can it be assessed ? JAMA 1988; 260:1743-8.18 Firmanda D. Total quality management in health care (Part One). Indones J Cardiol Pediatr 1999;

    1(1):43-9.19 Firmanda D. The pursuit of excellence in quality care: a review of its meaning, elements, and

    implementation. Global Health Journal2000;1(2) http://www.interloq.com/a39vlis2.htm

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    11/95

    11

    Gambar 7. Hubungan antara tujuan dan objekif suatu organisasi/ institusi

    dalam hal standar, kriteria dan indikator mutu berdasarkan pendekatantehnik Donabedian dan Maxwell.

    Ada beberapa tehnik/cara dalam membuat standar tersebut: cara

    Donabedian atau Maxwell atau bahkan kombinasi antar keduanya (cara Don-Max) sebagaimana contoh berikut (Gambar 8):

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    12/95

    12

    Gambar 8. Contoh Implementasi Hubungan Tehnik Donabedian dan Maxwelldalam hal standar, kriteria dan indikator mutu.

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    13/95

    13

    Aspek legalitas Akreditasi di Indonesia

    Bila kita kaji akan pengembangan akreditasi untuk institusi perguruan tinggisesuai perundangan dan peraturan yang belaku adalah:

    1. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

    Nasional (Pasal 60 dan 61)2. Undang-Undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

    (Pasal 47).3. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar

    Pendidikan Nasional (Pasal 86, 87 dan 88).4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 28 tahun 2005

    tentang Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi.

    Secara lengkap pasal-pasal Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut:

    Pasal 60:(1) Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan

    satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan nonformal

    setiap jenjang dan jenis pendidikan.

    (2) Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan olehpemerintah dan/atau lembaga mandiri yang berwenang sebagaibentuk akuntabilitas publik.

    (3) Akreditasi dilakukan atas dasar kriteria yang bersifat terbuka.(4) Ketentuan mengenai akreditasi sebagaimana dimaksud dalam ayat

    (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan PeraturanPemerintah.

    Pasal 61:

    (1) Sertifikasi berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi.(2) Ijazah diberikan kepada peserta didik sebagai pengakuan terhadapprestasi belajar dan/atau penyelesaian suatu jenjang pendidikan

    setelah lulus ujian yang dislenggrakan oleh satuan pendidikan yangterakreditasi

    (3) Sertifikat kompetensi diberikan oleh penyelenggara dan lembagapelatihan kepada peserta didik dan warga masyarakat sebagaipengakuan terhadap kompetensi untuk melakukan pekerjaan

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    14/95

    14

    tertentu setelah lulus ujian kompetensi yang diselenggarakan olehsatuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi.

    (4) Ketentuan mengenai sertifikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat(1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan PeraturanPemerintah.

    Sdangkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang

    Guru dan Dosen adalah sebagai berikut:

    Pasal 47:(1) Sertifikat pendidik untuk dosen sebagaimana dimaksud dalam Pasal

    45 diberikan setelah memenuhi syarat sebagai berikut:a. memiliki pengalaman kerja sebagai pendidik sekurang-kurangnya

    2 (dua) tahun;b. memiliki jabatan akademik sekurang-kurangnya asisten ahli; danc. lulus sertifikasi yang dilakukan oleh perguruan tinggi yang

    menyelenggarakan program pengadaan tenaga kependidikan padaperguruan tinggi yang ditetapkan oleh pemerintah

    (2) Pemerintah menetapkan perguruan tinggi yang terakreditasi untuk

    menyelenggarakan program pengadaan tenaga kependidikan sesuai

    dengan kebutuhan.(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikat pendidik untuk dosensebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan penetapan perguruan tinggi

    yang terakreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diaturdengan Peraturan Pemerintah.

    Selanjutnya, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005

    tentang Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan dengan akreditasiadalah sebagai berikut :

    Pasal 86:(1) Pemerintah melakukan akreditasi pada setiap jenjang dan satuan

    pendidikan untuk menentukan kelayakan program dan/atau satuanpendidikan.

    (2) Kewenangan akreditasi sebagaiamana dimaksud pada ayat (1) dapatpula dilakukan oleh lembaga mandiri yang diberi kewenangan olehPemerintah untuk melakukan akreditasi.

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    15/95

    15

    (3) Akreditasi sebagimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sebagaibentuk akuntabilitas kepada publik dilakukan secara obyektif, adil,

    transparan, dan komprehensif dengan menggunakan instrumen dankriteria yang mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan.

    Pasal 87:(1) Akreditasi oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86

    ayat (1) dilakukan oleh :a. Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M)

    terhadap program dan/atau satuan pendidikan pendidikan jalurformal pada jenjang pendidikan dasar dan menengah;

    b. Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) terhadapprogram dan/atau satuan pendidian jenjang pendidikan Tinggi;

    danc. Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Non Formal (BAN-PNF)

    terhadap program dan/atau satuan pendidikan jalur nonformal

    (2) Dalam melaksanakan akreditasi sebagaimana duimaksud pada ayat(1), BAN-S/M dibantu oleh badan akreditasi provinsi yang dibentukoleh Gubernur.

    (3) Badan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada di

    bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.(4) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya badan akreiditasisebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat mandiri.

    (5) Ketentuan mengenai badan akreditasi sebagaimana dimaksud padaayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.

    Pasal 88:

    (1) Lembaga mandiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (2)dapat melakukan fungsinya setelah mendapat pengakuan dari

    Menteri.(2) Untuk memperoleh pengakuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)lembaga mandiri wajib memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya:

    a. berbadan hukum Indonesia yang bersifat nirlaba.b. memiliki tenaga ahli yang berpengalaman di bidang evaluasi

    pendidikan.(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai lembaga mandiri sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    16/95

    16

    Sampai saat ini Badan Akreditasi Nasional (BAN) belum penah melakukanakreditasi institusi pendidikan dokter spesialis, dan bahkan belummempunyai standar penilaian akreditasi (elemen dan deskriptornya) untuk

    institusi pendidikan dokter spesialis.

    Badan Akreditasi Nasional (BAN)20,21,22,23,24,25

    Sampai saat ini Badan Akreditasi Nasional (BAN) belum penah melakukan

    akreditasi institusi pendidikan dokter spesialis, dan bahkan belum

    mempunyai standar penilaian akreditasi (elemen dan deskriptornya) untukinstitusi pendidikan dokter spesialis meskipun telah ada yamg namanya

    Standar Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi yang terdiri atas 15 standarseperti berikut:

    Standar 1. Kepemimpinan

    Standar 2. KemahasiswaanStandar 3. Sumber daya manusiaStandar 4. Kurikulum

    Standar 5. Prasarana dan Sarana

    Standar 6. PendanaanStandar 7. Tata pamong (governance)Standar 8. Sistem pengelolaan

    Standar 9. Sistem pembelajaranStandar 10. Suasana akademik

    Standar 11. Sistem informasiStandar 12. Sistem jaminan mutu

    Standar 13. LulusanStandar 14. Penelitian dan pengabdian kepada masyarakat

    Standar 15. Program studi

    20 Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Buku I Naskah Akademik, Jakarta 2008.21 Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Buku II Standar danProsedur, Jakarta 2008.22 Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Buku III Pedoman Penyusunan Portofolio, Jakarta

    2008.23 Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Buku IV Pedoman Asesmen Lapang, Jakarta 2008.24 Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Buku V Pedoman Penilaian Portofolio, Jakarta 2008.25 Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Buku VI Matriks Penilaian Portofolio Akreditasi

    Institusi, Jakarta 2008.

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    17/95

    17

    Deskripsi masing-masing stadar beserta rincian elemen-elemen yang dinilaiitu adalah sebagai berikut.

    Standar 1. Kepemimpinan

    1.1. Deskripsi Standar Kepemimpinan

    Kepemimpinan perguruan tinggi merupakan aspek yang dinilai

    berdasarkan merit dalam bidang akademik. Kepemimpinan yang baikditingkat institusi harus dapat menumbuhkan kepemimpinan yangbaik pula pada unit-unit di bawahnya. Sebagai suatu aspek yang

    bersifat komprehensif maka kepemimpinan institusi yang baik dinilaidari kemampuan menumbuhkan konsensus dan pemahaman di setiap

    unit dalam institusi sehingga semua upaya dan langkah pengembangandidasari oleh visi dan misi institusi, kesadaran terhadap mutu sertamengacu pada harapan-harapan pemangku kepentingan

    (stakeholders). Keberhasilan pengembangan kepemimpinan yang baikdidalam suatu institusi juga direfleksikan dari tumbuhnya suatu

    suasana akademik yang menjamin kebebasan akademik, komunikasi,

    koordinasi, dan interaksi yang efektif serta mengimplementasikanpraktek-praktek baik (good practices) yang berkembang dalam

    institusi.

    1.2. Elemen Penilaian

    a. Perguruan tinggi menerapkan mekanisme pemilihan pemimpin yang

    berdasarkan kepatutan dan kepantasan

    b. Perguruan tinggi melaksanakan rencana strategis perguruan tinggi yang mencakup visi, misi, tujuan, dan strategi, yang tercermindalam bentuk program-program yang terintegrasi pada semua unitkerja.

    c. Perguruan tinggi melakukan sosialissasi tentang rencana strategisyang telah dikembangkan kepada komunitas institusi.

    d. Perguruan tinggi memiliki sistem monitoring dan evaluasi yang

    efektif

    Standar 2. Kemahasiswaan

    2.1. Deskripsi Standar KemahasiswaanMahasiswa adalah kelompok internal stakeholder yang harusmendapatkan manfaat dari proses pendidikan yang dilakukan oleh

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    18/95

    18

    lembaga pendidikan. Mahasiswa juga merupakan bagian generasimuda bangsa yang membutuhkan pengembangan fisik dan kepribadian

    sebagai calon-calon SDM atau pemimpin yang berkualitas dimasadatang.Perguruan tinggi harus memfasilitasi mahasiswa agar bisa

    mengembangkan segala potensi yang dimiliki melalui berbagaikegiatan. Oleh karena itu, perguruan tinggi harus mampu menyiapkan

    layanan yang berkualitas untuk pengembangan minat dan bakat dalambidang seni budaya, olah raga, kepekaan sosial dan kemasyarakatan,

    pelestarian lingkungan hidup serta kreativitas lainnya. Perguruantinggi juga harus mampu mengembangkan nilai-nilai profesionalisme

    agar mahasiswa dapat beradaptasi secara cepat saat memasuki duniaprofesi.

    2.2. Elemen Penilaiana. Perguruan tinggi memilki unit-unit pelayanan mahasiswa yang

    dapat dimanfaatkan untuk membina dan mengembangkanpenalaran, minat, bakat, seni, dan kesejahteraan

    b. Perguruan tinggi menyediakan unit-unit layanan yang

    dimanfaatkan oleh mahasiswa.

    c. Perguruan tinggi memilki kode etik mahasiswa dan melakukansosialisasi.d. Perguruan tinggi meningkatkan partisipasi dan prestasi

    mahasiswa dalam kegiatan ilmiah mahasiswa dan dalam bidangminat dan bakat di tingkat lokal/ nasional/ regional/ global.

    e. Partisipasi dan prestasi mahasiswa1) Prestasi dalam kegiatan ilmiah nasional atau internasional

    (selama 3 tahun terakhir)2) Prestasi dalam bidang minat dan bakat (olahraga, seni dan

    lain-lain) ditingkat nasional atau internasional (selama 3tahun terakhir)f. Perguruan tinggi melakukan survei kepuasan mahasiswa terhadap

    layanan aktivitas kemahasiswaan.

    Standar 3. Sumberdaya Manusia

    3.1. Deskripsi Standar Sumberdaya ManusiaSumberdaya manusia perguruan tinggi adalah dosen, pustakawan,

    laboran, teknisi, tenaga administrasi, dan tenaga pendukung yang

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    19/95

    19

    bertanggung jawab atas pencapaian sasaran mutu keseluruhanprogram tri darma perguruan tinggi.

    Perguruan tinggi harus dapat mengelola dan menempatkansumberdaya manusia sebagai komponen utama untuk mensukseskanprogram perguruan tinggi dalam rangka mencapai visi dan misinya.

    Perguruan tinggi harus mempunyai sistem pengelolaan sumberdayamanusia yang lengkap sesuai dengan kebutuhan perencanaan dan

    pengembangan.

    3.2. Elemen Penilaian

    a. Perguruan tinggi memiliki sistem pengelolaan sumberdaya

    manusia yang mencakup sub-sub sistem perencanaan, rekrutmendan seleksi, orientasi dan penempatan pegawai, pengembangan

    karir, penghargaan dan sanksi, remunerasi, pemberhentianpegawai, yang transparan dan akuntabel berbasis pada

    meritokrasi, keadilan, dan kesejahteraan.

    b. Kecukupan kualifikasi dan jabatan akademik dosen

    1) Rasio dosen tetap dan mahasiswa

    2) Dosen tetap berpendidikan minimal magister

    3) Dosen tetap bergelar doktor untuk universitas, institut dansekolah tinggi, sedangkan untuk politeknik dan akademi,

    dosen tetap bersertifikasi keahlian sesuai bidangnya

    4) Untuk universitas, institut dan sekolah tinggi, jumlah guru

    besar tetap, sedangkan untuk politeknik dan akademi, jumlah

    lektor kepala

    c. Perguruan tinggi melakukan survei kepuasan dosen, pustakawan,

    laboran, teknisi, tenaga administrasi, dan tenaga pendukung

    terhadap sistem pengelolaan sumberdaya manusia.

    d. Perguruan tinggi memiliki Kode Etik dosen dan tenaga

    kependidikan.

    e. Perguruan tinggi memiliki tenaga kependidikan yang

    bersertifikat kompetensi bagi teknisi, laboran, analis, dan

    pustakawan.

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    20/95

    20

    Standar 4. Kurikulum

    4.1. Deskripsi Standar Kurikulum

    Kurikulum merupakan rancangan seluruh kegiatan pembelajaranmahasiswa sebagai rujukan program studi dalam merencanakan,melaksanakan, memonitor dan mengevaluasi seluruh kegiatannya

    untuk mencapai tujuan program studi. Kegiatan pembelajaranmahasiswa adalah pengalaman belajar yang diperoleh mahasiswadari kegiatan perkuliahan (tatap muka atau jarak jauh), praktikum

    atau praktek, seminar, dan tugas-tugas perkuliahan lainnya.

    Kurikulum disusun berdasarkan kajian mendalam tentang hakekatkeilmuan bidang studi dan kebutuhan pemangku kepentingan

    terhadap bidang ilmu yang dicakup oleh suatu program studi denganmemperhatikan dan mengikuti perkembangan Ipteks. Oleh karena

    itu, kurikulum harus selalu dikembangkan atau dimutakhirkan secara

    periodik untuk menyesuaikannya dengan perkembangan Ipteks dankebutuhan pemangku kepentingan.

    Kurikulum merupakan acuan dasar pembentukan dan penjaminantercapainya komptensi lulusan dalam setiap program akademik padatingkat program studi. Dalam hal kebutuhan yang dianggap perlumaka perguruan tinggi dapat menetapkan penyertaan komponen

    kurikulum tertentu menjadi bagian dari struktur kurikulum yangdisusun oleh masing-masing program studi. Perguruan tinggi harusmampu menciptakan sistem tata pamong yang dapat mendorongpemutakhiran kurikulum ditingkat program studi sesuai dengan

    perkembangan Ipteks yang dinamis. Sistem penjaminan mutu ditingkat perguruan tinggi harus pula mengikutsertakan pemantauan

    pelaksanaan serta evaluasi hasil-hasil yang dicapai sebagai cerminan

    dari adanya peningkatan mutu berkelanjutan dalam penyelenggaraan

    program-program akademik perguruan tinggi tersebut.

    Peranan institusi perguruan tinggi yang menaungi program studitersebut adalah memfasilitasi dan memberdayakan program studi

    dalam mengembangkan kurikulum yang mengikuti perkembanganIpteks dan kebutuhan pemangku kepentingan.

    4.2. Elemen Penilaian

    a. Perguruan tinggi memiliki kebijakan, peraturan, pedoman atau

    buku panduan yang memfasilitasi program studi untuk melakukan

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    21/95

    21

    perencanaan, pengembangan, dan pemutakhiran kurikulum secaraberkala dan berkesinambungan.

    b. Perguruan tinggi memiliki komitmenn untuk mengalokasikananggaran dan mempersiapkan sumberdaya yang dapat digunakan

    oleh program studi untuk merencanakan melaksanakan,mengembangkan, memutakhirkan kurikulum.

    c. Perguruan tinggi memiliki bukti berupa data dan laporan yang

    menunjukkan bahwa program studi telah merencanakan,melaksanakan, mengembangkan, dan memutakhirkan kurikulum.

    Standar 5. Sarana dan Prasarana

    5.1. Deskripsi Standar Sarana dan PrasaranaSarana dan prasarana adalah unsur penunjang dalam pelaksanaan tri

    dharma perguruan tinggi, yang mencakup bangunan, perabotan,

    peralatan (perangkat keras dan lunak), dan sistem pengamanan asetdan kampus. Sesuai dengan visi, misi atau mandatnya maka suatu

    perguruan tinggi membutuhkan pengembangan suatu sistempengelolaan yang mencakup perencanaan, pengadaan, pendataan,pemanfaatan, pemeliharaan, penghapusan, serta pemutahiran semua

    sarana dan prasarana. Perguruan tinggi harus memiliki panduan

    khusus mengenai kelengkapan dan kecukupan sarana dan prasarana yang dibutuhkan, termasuk sistem klasifikasi, inventarisasi daninformasi keberadaannya. Perguruan tinggi harus memiliki sistem

    pengelolaan yang menjamin adanya akses yang lebih luas terutamabagi mahasiswa dan dosen melalui penerapan model-model resourcesharing. Bentuk kepemilikan lain seperti sewa, pinjam atau hibah

    harus dinyatakan dalam surat kesepakatan antara perguruan tinggi

    dan pihak terkait dengan kepastian hukum yang jelas.

    5.2. Elemen Penilaian

    a. Perguruan tinggi memiliki sistem pengelolaan sarana dan

    prasarana yang efektif dan efisien dengan memanfaatkanteknologi informasi, mencakup sistem inventarisasi yang lengkap.Sistem pengelolaan tersebut mencakup pula pola pelaporan

    secara berkala dari unit pelaksana kepada pihak manajemen

    serta dapat dipergunakan sebagai informasi bagi para pengguna

    (mahasiswa dan dosen).

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    22/95

    22

    b. Perguruan tinggi memiliki kebijakan, pedoman, panduan, danperaturan yang jelas tentang keamanan dan keselamatan

    penggunaan sarana dan prasarana di tingkat institusi. Buktipelaksanaan dari kebijakan tersebut harus dapat dilacak dariperaturan yang lebih rinci dan aplikatif serta laporan berkala di

    tingkat laboratorium/studio/perpustakaan dan tempat-tempatlain di mana kegiatan dilaksanakan.

    c. Perguruan tinggi mempunyai dokumen kepemilikan, hibah, sewa,atau pinjam melalui kesepakatan atau perjanjian sesuai dengan

    ketentuan hukum yang berlaku antara perguruan tinggi dan pihak

    terkait.

    Standar 6. Pendanaan

    6.1. Deskripsi Standar Pendanaan

    Perguruan tinggi harus mampu menjamin pendanaan yang memadaiuntuk penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi serta

    peningkatan mutunya secara berkelanjutan. Usaha-usaha

    penggalangan dana oleh suatu perguruan tinggi harus mengacu padavisi dan misi perguruan tinggi tersebut, karakter perguruan tinggi

    sebagai badan hukum nirlaba serta tidak bertentangan denganketentuan perundang-undangan yang berlaku. Akuntabilitas serta

    transparansi harus pula menjiwai sistem-sistem pengelolaan dana

    yang diberlakukan, tanpa meninggalkan kaidah-kaidah akuntansi yang benar termasuk sistem audit internal atau publik yangditetapkan oleh pengelola perguruan tinggi. Perguruan tinggi yang

    baik harus dapat menunjukkan sistem pengelolaan keuangan yangsehat, transparan, dan akuntabel. Pelaporan periodik yang akuntabel

    dan transparan harus dapat menjamin terselenggaranya program

    akademik yang bermutu secara berkelanjutan, minimum selama limatahun ke depan.

    6.2. Elemen Penilaian

    a. Perguruan tinggi memiliki laporan audit keuangan yang memuatkeandalan sumber pendanaan dan pemanfaatannya.

    b. Perguruan tinggi memiliki bukti mengenai proporsi dana yangdialokasikan untuk pengembangan program akademik

    dibandingkan dengan investasi pada aspek fisik, sarana dan

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    23/95

    23

    prasarana.

    c. Perguruan tinggi harus mempunyai sistem montoring dan evaluasi

    pendanaan secara internal yang akuntabel dengan terhadapsemua unit kerja dengan persetujuan dari pimpinan yang

    berwenang.

    d. Perguruan tinggi memiliki mekanisme penetapan biaya pendidikan yang dibebankan kepada mahasiswa serta laporan proses

    pengambilan keputusan.

    e. Perguruan tinggi mampu memperoleh dukungan dana untuk

    program akademik dari luar institusi.

    Standar 7. Tatapamong

    7.1. Deskripsi Standar TatapamongTatapamong (governance) mencakup sistem, struktur organisasi dan

    mekanisme yang menjamin pengelolaan institusi dengan transparan

    dan akuntabel. Tatapamong dikembangkan berdasarkan nilai-nilai

    moral, etik, integritas yang dianut serta norma-norma akademik.Perguruan tinggi dapat membentuk lembaga-lembaga tertentu yangdianggap penting untuk menciptakan suatu tata pamong yang baik,

    seperti adanya dewan penyantun, senat akademik atau senatperguruan tinggi, majelis guru besar serta lembaga-lembaga lain

    pada tataran pelaksana (eksekutif). Dalam hubungannya dengan

    lingkungan eksternal maka tatapamong yang baik harus dapatmenciptakan hubungan saling menghormati antara Institusi denganlembaga-lembaga pemerintah, kelompok-kelompok masyarakat sertainstitusi lain.

    7.2. Elemen Penilaiana. Perguruan tinggi telah memiliki unit tatapamong dalam bentuk

    dan struktur yang sesuai dengan kebutuhan institusi sertaperaturan yang berlaku lengkap dengan fungsi dan wewenangyang jelas.

    b. Perguruan tinggi memiliki rencana strategis yang mencakup visi,misi, tujuan, dan strategi yang dirumuskan melalui pendekatan

    yang sistemik dan sistematik dengan mengintegrasikankepentingan seluruh stakeholders, dipublikasikan dengan baik

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    24/95

    24

    sehingga semua sivitas akademika dapat dengan mudah meng-aksesnya.

    c. Perguruan tinggi mengembangkan SOP yang memberikangambaran jelas tentang mekanisme untuk melakukan

    perencanaan, pengembangan serta implementasi kebijakan-kebijakan perguruan tinggi bagi setiap unit tatapamong.

    d. Perguruan tinggi secara bertanggung jawab menyebarluaskan

    hasil kinerjanya secara berkala kepada stakeholders sebagaibentuk akuntabilitas publik

    Standar 8. Sistem Pengelolaan

    8.1. Deskripsi Standar Sistem PengelolaanUntuk mengelola program reguler maupun program-programpengembangan, perguruan tinggi memerlukan sistem pengelolaan

    dari tingkat institusi sampai tingkat fakultas/jurusan/programstudi mencakup pembagian fungsi dan wewenang yang jelas dansistematis dalam alur kerja, SOP serta tanggung jawab setiap unit

    tatapamong. Perguruan tinggi harus pula memiliki unit kerja yang

    melaksanakan monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap

    kinerja unit-unit tatpamong perguruan tinggi. Suatu sistempengelolaan yang baik harus memiliki prasarana dan sarana agarunit-unit tersebut dapat melakukan layanan yang efektif dan

    efisien. Hasil monitoring dan evaluasi harus dipublikasikan kepadaseluruh stakeholders untuk menjamin transparansi dan

    akuntabilitas.

    8.2. Elemen Penilaiana. Perguruan tinggi memiliki rancangan dan analisa jabatan, job

    description, prosedur kerja, program peningkatan kompetensimanajerial yang sistematis untuk menggambarkan terjadinyaproses pengelolaan yang efektif dan efisien di setiap unit-unit

    kerja.

    b. Perguruan tinggi memiliki proses manajemen yang memungkinkan

    unit-unit kerja menjalankan seluruh fungsi-fungsi manajemen.

    c. Perguruan tinggi memiliki kriteria dan instrumen penilaian sertamenggunakannya untuk mengukur kinerja setiap unit kerja.

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    25/95

    25

    Standar 9. Sistem Pembelajaran

    9.1. Deskripsi Standar Sistem PembelajaranPerguruan tinggi harus mengembangkan sistem dan prosespembelajaran yang mencerminkan strategi untuk mencapai tujuan.

    melaksanakan misi dan mewujudkan visinya. Sistem pembelajarantersebut harus dengan mudah dapat ditemukan didalam pedoman

    akademik sebagai acuan bagi semua unit pelaksana pembelajarandan memuat kebijakan, peraturan, kode etik, norma dan nilai-nilai

    akademik. Perguruan tinggi harus senantiasa melakukan pengkajiandan pengembangan sistem pembelajaran yang menjamin terjadinya

    pemutahiran semua komponen-komponennya. Dalam menjamin prosesdan mutu pembelajaran, perguruan tinggi harus melakukan

    monitoring dan evaluasi pelaksanaan sistem pembelajaran secaraberkala. Perguruan tinggi juga harus menyediakan fasilitas, saranadan prasarana pembelajaran yang dapat diakses serta dimanfaatkan

    untuk mendukung interaksi akademik antara mahasiswa, dosen,pakar, dan nara sumber lainnya dalam kegiatan-kegiatanpembelajran.

    9.2. Elemen Penilaiana. Perguruan tinggi mengembangkan sistem pembelajaran sesuai

    dengan visi, misi dan tujuan institusi serta dipublikasikan di

    dalam pedoman akademik serta dijadikan acuan oleh semua unitpelaksana pembelajaran.

    b. Perguruan tinggi memiliki unit atau lembaga yang mempunyaifungsi mengkaji dan mengembangkan sistem dan mutu

    pembelajaran yang hasilnya dimanfaatkan oleh institusi.

    c. Perguruan tinggi menyediakan sarana dan prasaranapembelajaran yang terpusat dan dapat diakses sertadimanfaatkan untuk mendukung interaksi akademik antara

    mahasiswa, dosen, pakar, dan nara sumber lainnya dalamkegiatan-kegiatan pembelajaran.

    d. Kondisi fisik dan layanan perpustakaan di tingkat institusimemperhatikan aspek-aspek berikut: ukuran ruangan yang

    memadai, kondisi ruangan yang memenuhi syarat keamanan (alat

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    26/95

    26

    pemadam kebakaran), kesehatan dan kenyamanan (suhu,pencahayaan, sirkulasi udara), d.peralatan bantu bagi pengunjung

    (mesin photo-copy, alat pencari katalog buku), jenis dan bahanputaka lengkap (buku teks bahasa Indonesia dan bahasa asing, jurnal luar dan dalam negeri, e-journals, bahan audio video),

    layanan antar perpustakaan, layanan e-library denganperputakaan di fakultas/jurusan/prodi, rasio buku dengan

    jumlah mahasiswa memadai (1:10 sampai 1:20), rasio buku teksterbitan 5 tahun terakhir dibandingkan dengan total jumlah

    buku, waktu layanan perpustakaan menacapai 8 10 jam sehari,program pemeliharaan perpustakaan secara berkala (fumigasi,

    kebersihan), dan ruang diskusi untuk kelompok belajarmahasiswa.

    e. Memiliki ruang diskusi untuk kelompok belajar mahasiswa.

    f. Sistem Pembelajaran menjamin terselenggaranya prosespembelajaran yang objektif, adil dan akuntabel dicerminkan dariadanya evaluasi mahasiswa terhadap proses pembelajaran secara

    berkala dan hasilnya ditindaklanjuti.

    Standar 10. Suasana Akademik

    10.1. Deskripsi Standar Suasana Akademik

    Suasana Akademik adalah kondisi yang dapatmenumbuhkembangkan semangat peningkatan mutu akademik,

    interaksi di antara dosen dan mahasiswa, kuantitas dan kualitaskegiatan akademik, mendorong pengembangan profesionalisme,

    kebebasan akademik, kebebasan mimbar akademik serta

    penghormatan kepada kebenaran dan semangat belajar yang tidakkunjung padam.

    Suasana akademik harus dapat diamati dalam berbagai kegiatanakademik yang diprakarsai sendiri oleh dosen maupun mahasiswa.

    Prakarsa tersebut didorong dan difasilitasi oleh institusi berupaprogram-program yang kongkrit.

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    27/95

    27

    10.2. Elemen Penilaian

    a. Perguruan tinggi memiliki kebijakan dan program institusi yangmendorong pengembangan suasana akademik dalam bentukpemberian penghargaan bagi dosen dan mahasiswa.

    b. Perguruan tinggi melaksanakan program institusi yang terjadwal

    untuk meraih keunggulan akademik di dalam dan di luar kampusyang meningkatkan gairah dan suasana akademik.

    1) Pelaksanaan program institusi yang terjadwal, berupapenyediaan dana oleh institusi, untuk meraih unggulan

    akademik didalam dan di luar kampus.2) Pelaksanaan program institusi yang terjadwal, berupa

    penyelenggaraan seminar, lokakarya, simposium,demonstrasi/pameran, dan lomba karya ilmiah dosen dan

    mahasiswa.

    3) Pelaksanaan program institusi yang terjadwal, berupakeikutsertaan dalam forum ilmiah di tingkat nasional dan

    internasional.

    Standar 11. Sistem Informasi

    11.1. Deskripsi Standar Sistem InfromasiPerguruan tinggi harus memiliki sistem informasi yang disiapkanuntuk mendukung pengelolaan dan peningkatan mutu program

    akademik. Sistem informasi dalam suatu perguruan tinggi minimal

    terdiri atas pengumpulan data, analisis, penyimpanan, pengambilankembali data (retrieval), presentasi data dan informasi sertakomunikasi dengan pihak berkepentingan yang dibangun secara

    terpusat di tingkat perguruan tinggi dan atau terdistribusi padaunit-unit terkait. Data dan informasi yang dikelola oleh perguruan

    tinggi dapat meliputi akademik, kemahasiswaan, sumberdaya

    manusia, prasarana dan sarana, administrasi dan keuangan serta

    data lain yang dianggap perlu untuk kepentingan berbagai pihak.Dalam berbagai hal, perguruan tinggi harus dapat memanfaatkansistem informasi yang dimilikinya untuk memelihara komunikasi dan

    koordinasi internal serta kerjasama dengan institusi lain,pemerintah, alumni, perusahan/industri atau masyarakat luas.

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    28/95

    28

    Berkenaan dengan perkembangan teknologi informasi yang sangatcepat maka perguruan tinggi harus mampu melakukan pengelolaan

    yang profesional serta pemutahiran terhadap piranti keras danlunak, sumber daya manusia serta organisasi pengelola untukmenjamin pertumbuhan sistem informasi yang telah dibangun

    tersebut. Perguruan tinggi juga harus menjamin akses bagimahasiswa, staf dan sivitas akademika lainnya untuk memanfaatkan

    keberadaan sistem informasi tersebut melalui peraturan-peraturan yang transparan.

    11.2. Elemen Penilaian

    a. Perguruan tinggi memiliki blue print yang jelas tentangpengembangan, pengelolaan dan pemanfaatan sistem informasi

    termasuk sistem yang mengatur aliran data, otorisasi aksesdata, dan sistem disaster recovery.

    b. Perguruan tinggi memiliki sistem pendukung pengambilankeputusan (decision support system) membantu pimpinan dalam

    melakukan perencanaan dan analisa evaluasi diri dengan lebihbaik dan pengambilan keputusan yang lebih obyektif.

    c. Sistem informasi yang dimiliki berupa basis data dan informasi yang minimal mencakup keuangan perguruan tinggi, aset, sarana

    dan prasarana, administrasi akademik, profil mahasiswa danlulusan, dosen dan tenaga pendukung.

    d. Perguruan tinggi memiliki sistem informasi yang dimanfaatkanuntuk komunikasi internal dan eksternal kampus serta akses bagi

    mahasiswa dan dosen terhadap sumber-sumber informasi ilmiah

    e. Perguruan tinggi memiliki kapasitas internet dengan rasio

    bandwidthper mahasiswa yang memadai.

    Standar 12. Sistem Penjaminan Mutu Internal

    12.1. Deskripsi Standar Sistem Penjaminan Mutu InternalUntuk menjaga dan meningkatkan mutu pendidikan perguruan tinggi

    secara berkelanjutan, setiap perguruan tinggi harus memilikisistem penjaminan mutu sebagai bagian dari sistem pengelolaan dan

    proses pelaksanaan program-program akademik. Sistem penjaminan

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    29/95

    29

    mutu dibentuk ditingkat institusi dan dapat pula dikembangkan ditingkat fakultas/jurusan, sesuai dengan kebutuhan.

    Sistem penjaminan mutu internal pada suatu perguruan tinngitercermin pada adanya pengorganisasian, dan manual mutu yangmemuat pernyataan mutu sebagai komitmen institusi, kebijakan

    mutu, prosedur mutu instruksi kerja mutu. Perguruan tinggi harusmenetapkan sasaran mutu yang harus dicapai oleh unit-unit kerja

    sesuai dengan kapasitas dan kinerja masing-masing. Perguruantinggi juga harus memiliki mekanisme peningkatan mutu

    berkelanjutan serta pengembangan sistem penjaminan mutu untukmenyesuaikan dengan tuntutan perkembangan di tingkat nasional

    maupun internasional.

    Pelaksana monitoring dan evaluasi terhadap proses peningkatanmutu berkelanjutan dapat berkoordinasi dengan pelaksana auditinternal, jika ada, untuk memberikan masukan kepada pihak yang

    bertanggung jawab untuk melakukan tindakan perbaikan yangefektif.

    Perguruan tinggi harus memiliki sistem rekaman data dan informasi

    yang baik mengenai proses serta hasil pelaksanaan sistempenjaminan mutu. Rekaman data dan informasi yang baikdimaksudkan untuk memungkinkan pelacakan kembali data dan

    informasi yang diperlukan serta memberikan peringatan dinikepada pihak yang melakukan tindakan perbaikan.

    Hasil-hasil seluruh sistem penjaminan mutu yang terdokumentasi

    dengan baik hendaknya digunakan sebagai bagian yang tidakterpisahkan dari program penjaminan mutu eksternal termasuk

    program untuk memperoleh akreditasi.

    12.2. Elemen Penilaian

    a. Perguruan tinggi menjalankan sistem penjaminan mutu yangdidukung dengan adanya bukti-bukti berupa manual mutu, dan

    pelaksanaannya.

    1) Keberadaan Manual Mutu

    2) Implementasi penjaminan mutu

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    30/95

    30

    b. Perguruan tinggi menetapkan sasaran mutu, memonitor danmengevaluasi pencapaiannya, minimal di bidang pendidikan,

    penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.c. Perguruan tinggi merekrut calon mahasiswa yang bermutu.

    d. Perguruan tinggi memiliki daya tarik institusi bagi calon

    mahasiswa dari berbagai daerah di indonesia dan luar negeri.

    e. Perguruan tinggi memiliki rekaman data yang diolah menjadi

    informasi untuk memungkinkan pelacakan kembali data daninformasi yang diperlukan serta memberikan peringatan dini

    kepada pihak yang melakukan tindakan perbaikan.

    f. Perguruan tinggi memiliki komitmen institusi untuk menyediakandana yang menjamin upaya peningkatan mutu internal serta

    akreditasi, secara terus menerus.

    Standar 13. Lulusan

    13.1. Deskripsi Standar Lulusan

    Lulusan merupakan salah satu output langsung dari prosespendidikan yang dilakukan oleh perguruan tinggi. Lulusan ini harus

    memiliki kompetensi akademik maupun soft skills sebagaimanadinyatakan oleh sasaran mutu serta dibuktikan oleh kinerja lulusandi masyarakat sesuai dengan profesinya. Perguruan tinggi berperan

    penting dalam melakukan analisis data akademik seluruh program

    studi yang menggambarkan kinerja perguruan tinggi secarakeseluruhan untuk menilai karakteristik, profil dan pemetaanlulusan. Perguruan tinggi harus berupaya membantu lulusanmendapat pekerjaan dan meningkatkan interaksi antara lulusan dan

    institusi.

    Perguruan tinggi harus mempunyai mekanisme yang menjaminpemanfaatan hasil evaluasi dan pelacakan lulusan di tingkat

    institusi untuk pengembangan jurusan/program studi.

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    31/95

    31

    13.2. Elemen Penilaian

    a. Perguruan tinggi memiliki angka efisiensi edukasi yang ideal.

    b. Masa tunggu lulusan untuk bekerja relatif singkat.

    c. Perguruan tinggi memiliki upaya-upaya dalam melakukan

    pelacakan lulusan secara periodik.

    d. Perguruan tinggi memiliki mekanisme yang menjamin evaluasi

    hasil pelacakan lulusan digunakan sebagai umpan balik bagiinstitusi dalam menentukan kebijakan akademik

    e. Perguruan tinggi memberikan layanan bimbingan karir dan

    informasi kerja bagi mahasiswa dan lulusan

    Standar 14. Penelitian dan pengabdian kepada masyarakat

    14.1. Deskripsi Standar Penelitian dan Pengabdian kepada

    Masyarakat

    Perguruan tinggi mendorong lembaga penelitian dan pengabdian

    masyarakat untuk meningkatkan peran dan fungsinya dalammemfasilitasi dan memberdayakan dosen untuk melakukanpenelitian inovatif yang mempertimbangkan kearifan lokal serta

    pengabdian masyarakat yang tepat sasaran.Perguruan tinggi melakukan diseminasi dan promosi hasil-hasilpenelitian dan pengabdian kepada masyarakat serta upaya untuk

    pemerolehan hak atas kekayaan intelektual yang dilakukan lembaga,

    dosen, dan mahasiswa.Perguruan tinggi melakukan upaya-upaya memperoleh danapenelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang berbentukkerjasama mutual benefit dengan berbagai institusi atau lembaga

    serta berbagai hibah kompetisi.

    Perguruan tinggi memiliki data dan informasi tentang publikasikarya ilmiah, hak paten, karya inovatif serta hasil-hasil pengabdian

    kepada masyarakat yang dilakukan lembaga, dosen, dan mahasiswa.

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    32/95

    32

    14.2 Elemen Penilaian

    a. Perguruan tinggi memiliki pedoman penelitian dan pengabdiankepada masyarakat yang berisi ketentuan tentang prosedurstandar perencanaan serta implementasi penelitian dan

    pengabdian kepada masyarakata. Pedoman pengelolaan penelitian yang dikembangkan oleh

    institusi dan dipublikasikan, mencakup beberapa aspekberikut.

    1) Kebijakan dasar penelitian yang meliputi antara lain:arah dan fokus, jenis dan rekam jejak penelitian unggulan,

    pola kerjasama dengan pihak luar, pendanaan, sistemkompetisi, penanganan plagiasi, paten dan hak atas

    kekayaan intektual2) Rencana dan pelaksanaan penelitian yang mencakup agenda

    tahunan, peraturan pengusulan proposal dan pelaksanaan

    penelitian, keterlibatan mahasiswa dalam penelitian3) Monitoring dan evaluasi untuk penjaminan mutu penelitian4) Pemanfaatan hasil penelitian oleh masyarakat dan industri

    b. Pedoman pengelolaan pengabdian kepada masyarakat yang

    dikembangkan oleh institusi dan dipublikasikan, mencakupbeberapa aspek berikut.1) Kebijakan dasar pengabdian kepada masyarakat yang

    meliputi antara lain: visi dan misi, pola kerjasama denganpihak luar, pendanaan, paten dan hak atas kekayaan

    intektual.2) Rencana dan pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat

    yang mencakup agenda tahunan, peraturan pengusulanproposal dan pelaksanaan, keterlibatan mahasiswa.

    3) Monitoring dan evaluasi untuk penjaminan mutupengabdian kepada masyarakat.4) Pemanfaatan hasil pengabdian kepada masyarakat oleh

    masyarakat dan industri.c. Publikasi hasil-hasil penelitian *)

    1) Dipublikasikan dalam jurnal yang memiliki reputasi danprosiding ilmiah internasional.

    2) Dipublikasikan dalam jurnal dan prosiding ilmiah nasional

    terakreditasi.

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    33/95

    33

    d. Pengabdian kepada masyarakat yang terkait denganpenelitian.

    e. Penghargaan karya inovatif dosen dan/ mahasiswa dalam 5tahun terakhir.

    f. Jumlah dosen yang menulis buku ajar yang diterbitkan selama

    5 tahun terakhir

    b. Perguruan tinggi memfasilitasi agar karya-karya ilmiah dosenmemperoleh paten/hak cipta

    c. Perguruan tinggi memacu dosen dan mahasiswa untuk melakukanpenelitian dan pengabdian kepada masyarakat per tahun

    Standar 15. Program studi

    15.1. Deskripsi Standar Program Studi

    Perguruan tinggi memiliki pedoman pembukaan dan penutupan

    program studi yang mencakup studi kelayakan yang mengacustatuta dan anggaran dasar, renstra, ketentuan/peraturanperundang-undangan yang berlaku serta prosedur yang jelas.

    Perguruan tinggi mendorong program studi untuk mencapaipengakuan publik dalam bentuk pencapaian akreditasi nasional

    maupun internasional.

    15.2. Elemen Penilaian

    a. Perguruan tinggi memiliki pedoman pembukaan dan penutupan

    program studi yang diterbitkan oleh perguruan tinggi dan dapat

    diakses dengan mudah.b. Perguruan tinggi memiliki data dan informasi mutakhir tentang

    peringkat serta masa berlaku akreditasi nasional/ internasionaldari semua program studi.

    c. Jumlah program studi sarjana (untuk universitas, institut, dansekolah tinggi) dan program diploma III (untuk akademi dan

    politeknik) terakreditasi A

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    34/95

    34

    Akreditasi Perguruan Tinggi dilakukan oleh BAN-PT terhadap perguruantinggi negeri dan swasta yang dapat berbentuk universitas, institut, sekolah

    tinggi, politeknik, dan akademi. Akreditasi dilakukan melalui prosedursebagai berikut:

    1. BAN-PT memberitahu perguruan tinggi mengenai prosedurpelaksanaan akreditasi institusi.

    2. Perguruan tinggi mengajukan permohonan kepada BAN-PT untukdiakreditasi dengan melampirkan persyaratan eligibilitas yaitu:

    a. SK Pendirian Institusi PTb. AD/ART atau Statuta.

    c. Renstra/RIP/RJPd. Sistem Penjaminan Mutu dan laporan hasil evaluasi-diri institusi.

    e. Laporan monitoring dan evaluasi institusi.f. Informasi tentang izin operasional program studi.g. Informasi tentang alokasi dana untuk penjaminan mutu.

    h. Informasi tentang jumlah seluruh program studi dan jumlahprogram studi yang masih nterakteditasi.

    3. BAN-PT mengkaji permohonan dan laporan hasil evaluasi-diri

    berdasarkan persyaratan awal (elijibilitas).

    4. Jika telah memenuhi persyaratan awal, BAN-PT mengirimkaninstrumen akreditasi kepada institusi terkait setelah rangkumanhasil evaluasi-diri dinilai memenuhi syarat.

    5. Perguruan tinggi menyusun portofolio sesuai dengan cara yangdituangkan dalam Pedoman Penyusunan Portofolio Institusi

    Perguruan Tinggi.6. Perguruan tinggi mengirimkan portofolio tersebut beserta

    lampiran-lampirannya kepada BAN-PT.7. BAN-PT memverifikasi kelengkapan portofolio tersebut.

    8. BAN-PT menetapkan (melalui seleksi dan pelatihan) tim asesor yangterdiri atas tiga sampai tujuh orang pakar sejawat yang memahamipengelolaan perguruan tinggi.

    9. Setiap asesor secara mandiri menilai portofolio (asesmenkecukupan) selama satu bulan di tempat masing-masing.

    10. BAN-PT mengundang tim asesor untuk mendiskusikan danmenyepakati hasil penilaian dokumen. Hasil kesepakatan digunakansebagai bahan asesmen lapang.

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    35/95

    35

    11. Tim asesor melakukan asesmen lapang ke lokasi perguruan tinggiselama 3 atau 5 hari.

    12. Tim asesor melaporkan hasil asesmen lapang kepada BAN-PT palinglama seminggu setelah asesmen lapang.

    13. BAN-PT memvalidasi laporan tim asesor.

    14. BAN-PT menetapkan hasil akreditasi pergutuan tinggi.15. BAN-PT mengumumkan hasil akreditasi kepada masyarakat luas,

    menginformasikan hasil keputusan kepada asesor yang terkait, danmenyampaikan sertifikat akreditasi kepada pergutuan tinggi yang

    bersangkutan.

    Prosedur akreditasi perguruan tinggi tersebut sebagaimana dapat dilihatpada Gambar 9 berikut.

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    36/95

    36

    BAN-PT PERGURUANTINGGI TIM ASESOR

    Memenuhi syaratkelayakan

    Menyampaikanusul akreditasi

    Menyusunanportofolio

    Menyampaikan

    dokumen akreditasikepada BAN-PT

    Menilai dokumenakreditasi secaramandiri

    Menyusun danmenyampaikanlaporan penilaianmandiri kepada BAN-PT

    Asesmen lapang dan penyusunan/penyampaianlaporan asesmen lapang kelompok kepada BAN-PT

    Mengkaji usul danpersyaratannya

    Menyetujui usul Pengiriman

    instrumen akreditasikepada perguruantinggi

    Verifikasi laporanasesmen lapang.

    Melaporkan hasilverifikasi kepadaSidang Pleno BAN-PT

    MenetapkanKeputusan Akreditasi.

    Mengumumkan hasilakreditasi kepada

    masyarakat terkait Menyampaikansertifikasi akreditasikepada perguruantinggi

    Mengembangkanperangkat instrumen

    Mngumumkanpelaksanaan AIPT

    Menyepakati hasilasesmen lapangkelompok asesor

    Verifikasi dokumenakreditasi perguruantinggi

    Menunjuk tim asesor

    Mengundang tim

    asesor untukmenyepakati hasil

    penilaian mandiri

    Pengamatan

    Gambar 9. Prosedur BAN-PT untuk akreditasi perguruan tinggi

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    37/95

    37

    Standar Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA)

    Pada KONIKA XIII 2005 di Bandung telah diajukan Buku Standar Profesidan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak (Gambar 10) yang disusunbersama Pengurus Pusat IDAI dan Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia

    (sesuai dengan Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 Pasal 26 ayat 2b yangmenyatakan bahwa standar pendidikan untuk pendidikan profesi dokter

    spesialis disusun oleh kolegium) dan bahkan pada saat yang sama telahdiserahkan kepada Ketua Konsil Kedokteran Indonesia KKI (Dr. Hardi Yusa

    Sp.OG) untuk diminta pengesahan KKI sesuai dengan Undang Undang Nomor29 Tahun 2004 Pasal 26 ayat 1 yang menyatakan bahwa standar pendidikan

    disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia.

    Gambar 10. Buku Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter SpesialisAnak 2005

    Buku Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak

    tersebut merupakan buku pertama di Indonesia dan bahkan menjadi acuan

    organisasi profesi lain dalam membuat dan standarnya. Pada waktu itu Konsil

    Kedokteran Indonesia (KKI) belum mempunyai format mengenai hal tersebut.Buku Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anaktersebut disusun dengan memperhatikan Undang Undang Republik Indonesia

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    38/95

    38

    Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas),Undang Undang Republik Indonesia Nomor: 29 Tahun 2004 tentang Praktik

    Kedokteran, dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:131/Menkes/SK/II/2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional, serta mengacukepada berbagai referensi luar negeri seperti Trilogy of World Federation

    for Medical EducationDocuments World Standards for Medical Education,

    British General Medical Council dan Royal College of Physicians, AmericanInstitute of Medicine serta disesuaikan aplikasinya dengan situasi kondisi ditanah air.

    Standar Profesi dan Standar Pendidikan untuk Dokter Spesialis Anak dan

    Konsultan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini terdiri dari 6 standar, 4Panduan pelaksanaan standar dan 3 instrumen penilaian akreditasi;

    selengkapnya adalah sebagai berikut :

    1. Standar Profesi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)

    2. Panduan Pelaksanaan Standar Profesi Ikatan Dokter Anak Indonesia(IDAI)

    3. Standar Penyelenggara Kegiatan Pengembangan Profesi (ContinuousProfessional Development/CPD) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)

    4. Panduan Penyelenggara Kegiatan Pengembangan Profesi (ContinuousProfessional Development/CPD) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).5. Instrumen Penilaian Akreditasi Penyelenggara Kegiatan Pengembangan

    Profesi (Continuous Professional Development/CPD) Ikatan DokterAnak Indonesia (IDAI)

    6. Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak7. Standar Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak

    8. Panduan Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter SpesialisAnak

    9. Instrumen Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter SpesialisAnak10. Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak Konsultan

    11. Standar Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak Konsultan12.Panduan Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis

    Anak Konsultan13. Instrumen Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis

    Anak Konsultan

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    39/95

    39

    Pada tanggal 28 September 2008 menerbitkan Keputusan Konsil KedokteranIndonesia Nomor 21/KKI/KRP/IX/2006 tentang Pengesahan Standar

    Pendidikan Profesi Dokter Spesialis dan pada bulan November 2006 KonsilKedokteran Indonesia (KKI) berhasil menerbitkan buku Standar PendidikanProfesi Dokter Spesialis (Gambar 11).

    Gambar 11. Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis KKI 2006

    Format Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis KKI 2006 terdiri dari:

    1. Misi dan Tujuan Pendidikan

    2. Proses Pendidikan3. Sistem Evaluasi Peserta Didik4. Peserta Didik

    5. Staf Akademik

    6. Sumber Daya Pendidikan7. Evaluasi Program8. Penyelenggara Program dan Administrasi Pendidikan

    9. Perbaikan Berkesinambungan10.Aturan Tambahan

    Sebetulnya Buku Standar Profesi dan Standar Pendidikan untuk Dokter

    Spesialis Anak 2005 jauh lebih lengkap dan luas merangkum seluruh aspek

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    40/95

    40

    maupun segi struktur, proses, output/outcome dan impact dalam satu bukusebagai satu kesatuan. Buku Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis

    KKI 2006 merupakan sebagai komponen nomor 6 dari 11 komponen dalam BukuStandar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005.

    Esensi dan substansi Komponen 6 dalam Buku Standar Profesi dan StandarPendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 adalah Standar Pendidikan Dokter

    Spesialis Anak yang terdiri dari 10 standar yang tidak jauh berbeda esensidan substansinya dengan 10 standar dari Standar Pendidikan Profesi Dokter

    Spesialis KKI 2006, karena sama sama mengacu pada Trilogy of World

    Federation for Medical Education perbedaannya hanya dari segi format

    urutan.

    Maka Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia untuk komponen 6 yakniStandar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak menyesuaikan formatnyadengan format dari Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis KKI 2006

    sebagaimana Gambar 12.

    Gambar 12. Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak 2007

    Pada Lampiran 1 (halaman 91 sampai dengan 94) tentang Standar InstitusiPendidikan Dokter Spesialis Anak dalam buku Standar Pendidikan ProfesiDokter Spesialis Anak 2007 sama pesis tanpa perubahan dengan komponen 7

    tentang Standar Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak pada halaman 37

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    41/95

    41

    sampai 39 dalam buku Standar Profesi dan Standar Pendidikan DokterSpesialis Anak 2005.

    Demikian juga Lampiran 2 (halaman 95 sampai dengan 117) tentang InstrumenPenilain Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak dalam buku

    Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak 2007 sama pesis tanpaperubahan dengan komponen 9 tentang Instrumen Penilaian Akreditasi

    Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak pada halaman 75 sampai 92 dalambuku Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005.

    Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) telah mensahkan dengan Surat Keputusan

    Nomor 41/KKI/KEP/IV/2008 pada tanggal 29 April 2008 tentang standarkompetensi dan standar pendidikan dokter spesialis anak.

    Instrumen Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak -sebagaimana komponen nomor 9 dalam buku Standar Profesi dan Standar

    Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 (halaman 45 sampai 61) disesuaikandengan format dari WHO/WFME Guidelines for Accreditation of BasicMedical Education 2005 dan situasi kondisi di Indonesia serta peraturan dan

    perundangan yang berlaku; maka Instrumen Penilaian Diri (Self-Assesment)

    Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak terdiri dari 9 standar utamayakni:1. Visi, Misi dan Tujuan (Objektif) Institusi Pendidikan Dokter Spesialis

    Anak.2. Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak

    3. Penilaian Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak4. Peserta Didik di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak

    5. Staf Pengajar di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak6. Sarana Pendidikan di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak

    7. Program Evaluasi di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak8. Tatakelola dan administrasi di Institusi Pendidikan Dokter SpesialisAnak

    9. Program Peningkatan Mutu di Institusi Pendidikan Dokter SpesialisAnak

    Dalam setiap standar tersebut mencakup parameter kriteria dan indikatorserta nilai dari setiap indikator tersebut. Berdasarkan pengalaman self-asessment Pertama pada Rapat Kerja Kolegium di Palembang tanggal 29 - 30

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    42/95

    42

    November 2008 dan Kedua pada Rapat Kerja di Jakarta tanggal 9 10Januari 2010 serta beberapa usulan masukan penyempurnaan maka Komisi

    III (Akreditasi) Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia telah melakukanrevisi instrumen tersebut menjadi terdiri dari 9 standar dengan 36 kriteriadan 180 indikator penilaian IPDSA sebagimana dalam Tabel 1 berikut:

    Tabel 1. Instrumen Penilaian IPDSA.

    Instrumen Self-Assesment /Akreditasi IPDSA

    Terdiri dari:1. Standar = 92. Kriteria = 36

    3. Indikator = 180

    ParameterStandar No. Kriteria Indikator

    1. Visi, Misi, Objektif dan Target 1 5

    2. Program Pendidikan 6 30

    3. Penilaian 8 404. PPDSA 2 10

    5. Staf 2 10

    6. Sarana 8 407. Program Evalusi 3 15

    8. Tatakelola 4 209. Peningkatan Mutu 2 10

    9 Standar 36 kriteria 180 indikator

    2. Self-Assessmentdan AkreditasiSampai saat ini Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) belum mempunyai format

    tentang akreditasi baik dalam hal standar, Panduan maupun instrumen untukpendidikan dokter dan dokter spesialis.

    Dalam buku Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak2005 tercantum 5 komponen (lihat halaman 5 di atas) mengenai akreditasisebagai berikut :

    1. Instrumen Penilaian Akreditasi Penyelenggara Kegiatan PengembanganProfesi (Continuous Professional Development/CPD) Ikatan Dokter

    Anak Indonesia (IDAI) sebagai komponen nomor 6 dalam buku

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    43/95

    43

    Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005pada halaman 23 sampai 24.

    2. Panduan Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter SpesialisAnak - sebagai komponen nomor 8 dalam buku Standar Profesi danStandar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 pada halaman 41

    sampai 43.3. Instrumen Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis

    Anak - sebagai komponen nomor 9 dalam buku Standar Profesi danStandar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 pada halaman 45

    sampai 61.4. Panduan Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis

    Anak Konsultan - sebagai komponen nomor 12 dalam buku StandarProfesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 pada

    halaman 71 sampai 73.5. Instrumen Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis

    Anak Konsultan - sebagai komponen nomor 13 dalam buku Standar

    Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 padahalaman 72 sampai 95.

    Sedangkan World Federation for Medical Education bekerja sama dengan

    WHO meluncurkan WHO/WFME Guidelines for Accreditation of BasicMedical Educationpada tahun 2005 juga. (Gambar 13 berikut)

    Gambar 13. WHO/WFME Guidelines for Accreditation of Basic MedicalEducation2005

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    44/95

    44

    Dalam Panduan WHO/WFME Guidelines for Accreditation of Basic MedicalEducation 2005 tersebut diperuntukan untuk pendidikan dokter, sedangkan

    untuk pendidikan dokter spesialis belum ada namun secara umum dari segisubstansi kemungkinan tidak akan berbeda. Substansi dalam WHO/WFMEGuidelines for Accreditation of Basic Medical Education2005 tersebut mirip

    dengan nomor 2 di atas pada halaman 9 yakni Panduan Penilaian AkreditasiInstitusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak - sebagai komponen nomor 8

    dalam buku Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak2005 pada halaman 41 sampai 43.

    Namun pada WHO/WFME Guidelines for Accreditation of Basic Medical

    Education 2005 ada proses sebelum akreditasi yakni self-evaluation (self-assessment). Atas dasar di atas tersebut, maka Komisi III Akreditasi KIKA

    melaksanakan implementasi penilaian diri (self-assessment)26 tersebutdengan tujuan pembinaan, pematangan dan persiapan menuju akreditasisecara memodifikasi Instrumen Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan

    Dokter Spesialis Anak - sebagaimana komponen nomor 9 dalam buku StandarProfesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 (halaman 45sampai 61) disesuaikan dengan format dari WHO/WFME Guidelines forAccreditation of Basic Medical Education 2005 dan situasi kondisi di

    Indonesia serta peraturan dan perundangan yang berlaku; maka InstrumenPenilaian Diri (Self-Assesment) Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anakterdiri dari 9 standar utama yakni:

    1. Visi, Misi, Tujuan dan Objektif Institusi Pendidikan Dokter SpesialisAnak.

    2. Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak3. Penilaian Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak

    4. Peserta Didik di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak5. Staf Pengajar di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak

    6. Sarana Pendidikan di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak7. Program Evaluasi di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak8. Tatakelola dan administrasi di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis

    Anak9. Program Peningkatan Mutu di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis

    Anak

    26 Wass V, Bowden R, Jackson. The principles of assessment design. In: Jackson N, Jamieson A, KhanA (eds). Assessment in Medical Education and Training. Oxford: Radcliffe Publishing; 2007. p. 11-26.

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    45/95

    45

    Dalam setiap standar tersebut mencakup parameter kriteria dan indikatorserta nilai dari setiap indikator tersebut. Akreditasi merupakan langkah

    kedua dari 3 langkah dalam program quality assurance. Ringkasan beberapabatasan/sstilah dalam Akreditasi IPDSA:

    1. Definisi Akreditasi

    Akreditasi adalah suatu proses penilaian dalam rangka pengakuantelah memenuhi standar yang telah ditentukan.

    Akreditasi merupakan langkah kedua dari 3 langkah dalam program

    quality assurance.

    Program quality assurance terdiri dari:i. Standarisasi meliputi kriteria yang terukur (measurable)

    dan indikator satuan waktu (time-frame).

    ii. Akreditasi dilakukan setelah yang akan dinilai melaksanakanpenilian diri (self-assessment) maksimal 2 (dua) kali terlebihdahulu.

    iii. Kegiatan mutu berkesinambungan (contiuous quality

    improvement) dengan mempergunakan kaidah mutu (Plan-Do-Check-Action) dalam rangka mempertahankan dan ataumeningkatkan mutu.

    2. Ruang Lingkup Akreditasi

    Ruang lingkup Akreditasi harus jelas dan eksplisit dalam rangka

    pendidikan meliputi kriteria struktur, proses, output, outcomedan

    impactbila memungkinkan.

    3.Tujuan Akreditasi

    i. Untuk pembinaan dan pengembangan institusi tersebut

    mendapat pengakuan telah memenuhi standar yang telahditentukan.

    ii. Untuk dapat melaksanakan benchmarking antar institusi.

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    46/95

    46

    iii. Untuk memberikan jaminan kepada pihak yangberkepentingan (peserta didik, tenaga didik, pemilik institusi

    dan penyandang dana)

    4. Konsep Akreditasi

    Memenuhi persyaratan standar nasional yang telah ditentukan danstandar international yang dikehendaki dengan nilai norma norma dalam

    profesi dan masyarakat serta sesuai dengan peraturan danperundangan yang berlaku.

    5. Struktur Akreditasi

    Terdiri dari instrumen penilaian diri (self assessment) dan akreditasiitu sendiri.

    6. Model Akreditasi

    Pendekatan secara bottom-up approachuntuk penilaian diri (self-

    assessment) dan secara top-down approachuntuk akreditasi sertakombinasi keduanya untuk pembinaan/pengembangn dan peningkatanmutu.

    7. Implementasi Akreditasi

    Penilaian dilakukan oleh surveyor/asesor yang berlisensi untuk me-laksanakan akreditasi.

    Lisensi tersebut berjenjang dari pratama, madya dan utama serta

    dikeluarkan oleh Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia.

    Kriteria penjenjangan lisensi surveyor/asesor tersebut ditentukan dan

    diatur secara terpisah oleh Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia.

    8. Monitoring Akreditasi

    Dilaksanakan oleh Komite III Akreditasi dan Pengurus Harian Kolegium

    Ilmu Kesehatan Anak Indonesia.

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    47/95

    47

    9. Evaluasi Akreditasi

    Evaluasi promotif dilaksanakan oleh Komite III Akreditasi danPengurus Harian Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia untuk tindak

    lanjut upaya perbaikan/peningkatan mutu.

    Sertifikat Akreditasi diberikan oleh Kolegium Ilmu Kesehatan AnakIndonesia untuk batasan waktu tertentu bila telah memenuhi atau

    mencapai standar yang telah ditentukan

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    48/95

    48

    Pada rapat keja Kolegium tanggal 10-11 Januari 2010 telah diadakan self-assessment kedua dengan hasil sebagaimana dalam Tabel 2 dan Gambar 12

    dan 13 berikut.

    Tabel 2.

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    49/95

    49

    Gambar 14. Hasil self-assessment kedua dari 13 IPDSA.

    Gambar 15. Hasil self-assessment kedua dari 13 IPDSA dalam bentuk labalaba (spider web)

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    50/95

    50

    3. Continuous Quality Improvement (CQI)

    Continuous Quality Improvement (CQI) adalah langkah selanjutnya dalamsiklus QA yang merupakan upaya institusi pelayananan tersebutmempertahankan (monitoring) dan meningkatkan mutu melalui berbagai

    kegiatan sesuai standar, kriteria dan indikator yang telah ditetapkansebelumnya dalam suatu sistem manajemen mutu sebagaimana dapat dilihat

    pada Gambar 16 berikut.

    Gambar 16. Hubungan Kinerja (performance) dengan Quality Control (QC)

    dan Quality Improvement(CQI)

    Adapun akreditasi Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia sebagaimanadalam Tabel 3 berkut.

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    51/95

    51

    Tabel 3. Rencana Kerja Revisi Komisi III (Akreditasi) Jakarta 10 11 Januari 2010

    Gantt Charts: Rencana Strategis dan Rencana Kerja Komisi III AkreditasiRencana Strategis 2008 2009 2010 2011

    Rencana Kerja Nov Des I II III I II III I II

    Self-Assesment 1 2

    Persiapan dan

    pematangan:4. instrumen

    5. surveyor/asesor

    Akreditasi

    Re-akreditasi

    Target 80% IPDSA

    terakreditasi

    Skor 80 = A

    70 79 = B

    60 69 = C 59 = Re-akreditasi

    A = 3 IPDSA

    B = 2 IPDSA

    C = 7 IPDSA

    A : masuk tahap benchmarkingregional

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    52/95

    52

    Pada prakteknya program pendidikan dokter spesialis dilaksanakan di rumahsakit yang juga sebagai institusi pelayanan dan sebagaimana dalam Undang

    Undang RI Nomor 44 tentang Rumah Sakit dan Undang Undang RI Nomor 25Tahun 2009 tentang Layanan Publik (termasuk kesehatan) ada 9 fungsimanajemen medik fungsi nomor 5 adalah peningkatan kinerja (Gambar 17).

    Maka seyogya institusi tersebut Medik bersiap mengantisipasi untukmembuat Key Performance Indicators (KPIs)27 Gambar 18 untuk tingkat

    Departemen/SMF dan individu profesi yang nantinya dirangkum sebagai satukesatuan dengan Kinerja Rumah Sakit (Tabel 4)

    27 Firmanda D. Key Performance Indicators (KPIs) Rumah Sakit. Disampaikan pada Workshop KeyPerformance Indicators(KPIs) di RSUP Fatmawati Jakarta, 24-25 Mei 2010.

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    53/95

    53

    Gambar 17. Organisasi institusi dalam Undang Undang RI Nomor 44 Tahun2009 tentang Rumah Sakit.

    Organisasi Institusi:

    1. efektif2. efisien

    3. akuntabel

    Fungsi Manajemen Medik:1. Kepemimpinan Medik

    2. Audit Medis3. Data Medis4. Risiko Klinis berbasis bukti

    5. Peningkatan Kinerja

    6. Pengelolaan Keluhan

    7. Mekanisme monitor8. Pengembangan profesional

    9. Akreditasi

    CLINICAL GOVERNANCE

    Inti Tujuan UU RI No. 44 Tahun 2009

    1. aksesibiltas pelayanan

    2. keselamatan pasien3. meningkatkan mutu dan standar4. kepastian hukum

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    54/95

    54

    KEY PERFORMANCE INDICATORS(KPIs)

    Visi ..Misi 1. ..

    2. 3.

    4. 5.

    Nilai Nilai 1. ..2.

    3.

    4. 5.

    Direktorat/Komite..

    Bidang/Bagian/Instalasi/SMF .

    Seksi/Sub Bagian/Divisi/Koordinator .

    Critical Success Factors

    (CSFs)

    1. ..

    2. 3.

    4.

    5.

    Key PerformanceIndicators(KPIs)

    1. ..2. 3.

    4. 5.

    Gambar 18. Contoh Format Key Performance Indicators(KPIs) untuk IPDSA

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    55/95

    55

    MATERI 2 :

    Instrumen Akreditasi Standar 1 Visi, Misi, Objektif dan Target

    Standar 1: Visi, Misi dan Tujuan (Objektif) Institusi Pendidikan Dokter

    Spesialis Anak.

    S1 P1 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut

    mempunyai visi, misi dan tujuan (objektif) serta target pendidikandokter spesialis anak.

    Operasional:Surveyor melihat dan memeriksa akan validitas berkas mengenai visi, misi dantujuan (objektif) serta target pendidikan dokter spesialis anak di IPDSA

    tersebut.

    Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan Rencana

    Strategis (Renstra) dari Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakittersebut.

    Penilaian Surveyor:

    1. Bila berkas tersebut telah telah disahkan oleh pimpinan institusi

    (Dekan Fakultas Kedokteran/ Direktur Rumah Sakit) maka IPDSAtersebut mendapat nilai 3.

    2. Selanjutnya surveyor secara acak menanyakan kepada 3 staf pendidikdan 3 PPDSA akan pemahaman mereka tentang visi, misi dan tujuan

    (objektif) serta target pendidikan di IPDSA tersebut bila jawaban

    mereka sesuai, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4.

    3. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parametertersebut dengan bukti:i. Daftar hadirii. Notulen kegiatan dan hasilnya

    iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut

    bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    56/95

    56

    MATERI 2 :

    Instrumen Akreditasi Standar 2: Program Pendidikan Dokter Spesialis Anakdi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA)

    Parameter 1:

    S2 P1 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut

    mempunyai Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak yang mengacukepada Program Pendidikan Dokter Spesialis Fakultas Kedokteransetempat dan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak

    dari Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia yang telah disahkanoleh Konsil Kedokteran Indonesia.

    Operasional:

    Surveyor melihat dan memeriksa akan kesesuaian Program Pendidikan

    Dokter Spesialis Anak IPDSA tersebut dengan Standar Pendidikan Profesi

    Dokter Spesialis Anak .

    Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan Program

    Pendidikan Dokter Spesialis Fakultas Kedokteran setempat.

    Penilaian Surveyor:

    1. Bila Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak IPDSA telah mengacukepada Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak dan telah

    disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/

    Direktur Rumah Sakit) maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4.2. Selanjutnya surveyor Kemudian surveyor mengecek kegiatan

    evaluasi/revisi akan parameter tersebut berupa bukti:i. Daftar hadir

    ii. Notulen kegiatan dan hasilnyaiii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut

    bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    57/95

    57

    Parameter 2:

    S2 P2 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebutmempunyai Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak yang mengacu

    kepada Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak serta StandarPendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak dari Kolegium IlmuKesehatan Anak Indonesia yang telah disahkan oleh Konsil

    Kedokteran Indonesia.

    Operasional:

    Surveyor melihat dan memeriksa akan kesesuaian Panduan Pendidikan DokterSpesialis Anak IPDSA tersebut dengan Kurikulum Pendidikan Dokter

    Spesialis Anak dan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak.

    Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkanKurikulum dan Panduan Pendidikan Dokter Spesialis FakultasKedokteran setempat.

    Penilaian Surveyor:

    1. Bila Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak IPDSA tersebut telah

    telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/

    Direktur Rumah Sakit) - surveyor secara acak menanyakan kepada 3

    staf pendidik dan 3 PPDSA akan pemahaman mereka tentang PanduanPendidikan Dokter Spesialis Anak IPDSA bila jawaban mereka sesuai,maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4.

    2. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parametertersebut dengan bukti:

    i. Daftar hadirii. Notulen kegiatan dan hasilnya

    iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebutbila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    58/95

    58

    Parameter 3:

    S2 P3 Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak tersebut menerangkantentang objektif setiap jenjang tingkat pendidikan di institusi

    tersebut dan sesuai Standar Pendidikan Profesi Dokter SpesialisAnak dari Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia yang telahdisahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia.

    Operasional:

    Surveyor melihat dan memeriksa akan kesesuaian objektif setiap jenjang

    tingkat pendidikan di institusi tersebut dengan Standar Pendidikan ProfesiDokter Spesialis Anak,

    Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan

    Kurikulum dan Panduan Pendidikan Dokter Spesialis FakultasKedokteran setempat.

    Penilaian Surveyor:

    1. Bila objektif lengkap untuk setiap jenjang tingkat pendidikan diinstitusi tersebut dan telah telah disahkan oleh pimpinan institusi(Dekan Fakultas Kedokteran/ Direktur Rumah Sakit) - surveyor

    secara acak menanyakan kepada 3 staf pendidik dan 3 PPDSA akan

    pemahaman mereka tentang objektif dari setiap jenjang PendidikanDokter Spesialis Anak bila jawaban mereka sesuai, maka IPDSAtersebut mendapat nilai 4.

    2. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akanparameter tersebut brerupa bukti:

    i. Daftar hadirii. Notulen kegiatan dan hasilnya

    iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebutbila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    59/95

    59

    Parameter 4:

    S2 P4 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebutmempunyai Log Book untuk peserta didik yang mengacu kepada

    Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak di institusi tersebut danKurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak yang dikeluarkan olehKolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia.

    Operasional:

    Surveyor melihat dan memeriksa akan kesesuaian isi Log Book dengan

    Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak IPDSA tersebut dengan KurikulumPendidikan Dokter Spesialis Anak.

    Penilaian Surveyor:

    1. Bila Log Book telah sesuai dengan Panduan Pendidikan Dokter

    Spesialis Anak IPDSA tersebut dan Kurikulum Pendidikan DokterSpesialis Anak serta telah telah disahkan oleh pimpinan institusi(Dekan Fakultas Kedokteran/ Direktur Rumah Sakit) - surveyor

    secara acak menanyakan kepada 3 staf pendidik dan 3 PPDSA akanpemahaman mereka tentang objektif dari setiap jenjang Pendidikan

    Dokter Spesialis Anak bila jawaban mereka sesuai, maka IPDSA

    tersebut mendapat nilai 4.2. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan

    parameter tersebut dengan bukti:iv. Daftar hadir

    v. Notulen kegiatan dan hasilnya

    vi. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut

    bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    60/95

    60

    Parameter 5:

    S2 P5 Log Book tersebut diimplementasikan secara kontinyu dan konsisten.

    Operasional:

    Surveyor melihat dan memeriksa akan validitas pengisian Log Book dan

    pembubuhan tanda tangan supervisor terkait.

    Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan lembarancontoh paraf/tanda tangan seluruh supervisor di IPDSA tersebut.

    Penilaian Surveyor:

    1. Bila Log Bookdi IPDSA tersebut telah diimplementasikan sepenuhnyasecara kontinyu dan konsisten, maka IPDSA tersebut mendapat nilai3.

    2. Selanjutnya surveyor mengecek secara acak 30 Log Book dariberbagai jenjang pendidikan - bila didapatkan telahdiimplementasikan sepenuhnya secara kontinyu dan konsisten serta

    setiap aktifitas peserta didik dibubuhi tanda tangan supervisor

    terkait, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4.3. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan

    parameter tersebut berupa bukti:

    i. Daftar hadirii. Notulen kegiatan dan hasilnya

    iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebutbila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

  • 8/8/2019 Dody Firmanda 2010 - Pelatihan Surveyor untuk Akreditasi IPDSA

    61/95

    61

    Parameter 6:

    S2 P6 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebutmemberikan Sertifikat Kompetensi kepada peserta didik untuk

    setiap jenjang pendidikan.

    Operasional:

    Surveyor melihat dan memeriksa format Sertifikat Kompetensi untuk setiap

    jenjang pendidikan serta mengecek komponen Sertifikat Kompetensi

    tersebu