dm tipe2 refaraat

36
PENDAHULUAN BAB 1 Diabetes militus (DM) suatu penyakit metabolik dengan karakterristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Beberapa jenis diabetes ada yang disebabkan oleh interaksi kompleks genetik dan karena faktor lingkungan tergantung oleh etiologi DM. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ, mata , ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah. Di Amerika Serikat, DM adalah penyebab utama penyakit ginjal stadium akhir (ESRD), amputasi ekstremitas nontraumatic lebih rendah, dan kebutaan dewasa. Hal ini juga predisposisi untuk penyakit kardiovaskuler. Dengan meningkatnya insiden di seluruh dunia, DM akan menjadi penyebab utama morbiditas dan kematian di masa mendatang . Penelitian menyatakan bahwa dengan adnya urbanisasi, populasi, penderita dm tipe 2 akan meningkat 5-10 lipat karena perubahan perilaku. Faktor resiko yang berubah secara epidimiologi diperkirakan, bertambahnya usia, lebih lamanya obesitas, distribusi lemak tubuhb, kurangnya aktifitas jasmani, dan hiperinsulinemia. Epidemiologi Diabetes Militus Tipe2 Prevelensi DM tipe2 pada bangsa kulit putih berkisat 3-6% dari orang dewasanya. Angka ini merupakan baku emas untuk membandingkan kekerapan diabetes antar berbagai kelompok etnik di seluruh dunia. diabetes di Indonesia berkisar antara 1,4 dengan 1,6%. Indonesia menduduki urutan kelima sedunia

Transcript of dm tipe2 refaraat

Page 1: dm tipe2 refaraat

PENDAHULUAN

BAB 1

Diabetes militus (DM) suatu penyakit metabolik dengan karakterristik hiperglikemia yang

terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Beberapa jenis diabetes

ada yang disebabkan oleh interaksi kompleks genetik dan karena faktor lingkungan

tergantung oleh etiologi DM. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan

kerusakan panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ, mata , ginjal, saraf, jantung dan

pembuluh darah. Di Amerika Serikat, DM adalah penyebab utama penyakit ginjal stadium

akhir (ESRD), amputasi ekstremitas nontraumatic lebih rendah, dan kebutaan dewasa. Hal ini

juga predisposisi untuk penyakit kardiovaskuler. Dengan meningkatnya insiden di seluruh

dunia, DM akan menjadi penyebab utama morbiditas dan kematian di masa mendatang .

Penelitian menyatakan bahwa dengan adnya urbanisasi, populasi, penderita dm tipe 2 akan

meningkat 5-10 lipat karena perubahan perilaku. Faktor resiko yang berubah secara

epidimiologi diperkirakan, bertambahnya usia, lebih lamanya obesitas, distribusi lemak

tubuhb, kurangnya aktifitas jasmani, dan hiperinsulinemia.

Epidemiologi Diabetes Militus Tipe2

Prevelensi DM tipe2 pada bangsa kulit putih berkisat 3-6% dari orang dewasanya. Angka ini

merupakan baku emas untuk membandingkan kekerapan diabetes antar berbagai kelompok

etnik di seluruh dunia. diabetes di Indonesia berkisar antara 1,4 dengan 1,6%. Indonesia

menduduki urutan kelima sedunia dengan jumlah pengidap diabetes sebanyak 12,4juta pada

tahun 2025 , naik 2 ingkat dibanding 1995. Dimana semuanya ini disebabkan oleh karena:

1. Faktor demografi: 1) jumlah penduduk meningkat, 20 penduduk usia lanjut

meningkat, 3) urbanisasi makin tak terkendali

2. Gaya hidup yang kebarat-baratan:

o restoran siap santap,

o teknologi tinggi membuat sedentary life, atau kurang pergerakan.

3. Berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi

4. Meningkatnya pelayanan kesehatan, sehingga umur pasien diabetes menjadi panjang.

BAB 2

Page 2: dm tipe2 refaraat

ISI

Kalsifikasi Diabetes Militus

DM diklasifikasikan berdasarkan proses patogenik yang menyebabkan hiperglikemia, Dua

kategori besar ditujukan DM tipe 1 dan tipe 2 , Kedua jenis diabetes didahului oleh tahap

homeostasis glukosa abnormal sebagai proses patogen yang berkembang.

Diabetes tipe 1 adalah hasil dari defisiensi insulin lengkap atau hampir total.

Tipe 2 DM adalah sekelompok heterogen gangguan yang ditandai dengan variabel

derajat resistensi insulin, gangguan sekresi insulin, dan peningkatan produksi glukosa.

DM tipe lain

Etiologi lain untuk DM termasuk cacat genetik tertentu dalam sekresi insulin atau kerja,

kelainan metabolik yang mempengaruhi sekresi insulin, kelainan mitokondria, dan sejumlah

kondisi yang merusak toleransi glukosa . onset diabetes anak muda (Mody) adalah subtipe

dari DM yang ditandai dengan warisan dominan autosomal, onset dini hiperglikemia

(biasanya <25 tahun), dan penurunan sekresi insulin. Mutasi pada reseptor insulin

menyebabkan sekelompok kelainan langka yang ditandai dengan resistensi insulin parah.

DM dapat disebabkan oleh penyakit eksokrin pankreas ketika mayoritas pulau pankreas

dihancurkan. Hormon yang menentang tindakan insulin juga dapat menyebabkan DM.

Dengan demikian, DM sering merupakan fitur endocrinopathies seperti acromegaly dan

penyakit Cushing. Infeksi virus telah terlibat dalam penghancuran islet pankreas tetapi

merupakan penyebab yang sangat langka DM. Suatu bentuk onset akut diabetes tipe 1,

disebut diabetes fulminan, telah dicatat di Jepang dan mungkin berhubungan dengan infeksi

virus dari pulau.

Diabetes Mellitus Gestasional

Intoleransi Glukosa dapat berkembang selama kehamilan. Resistensi insulin berkaitan

dengan perubahan metabolisme kehamilan akhir, dan kebutuhan insulin meningkat dapat

menyebabkan IGT. DMG terjadi pada ~ 4% dari kehamilan di Amerika Serikat; kebanyakan

wanita kembali ke toleransi glukosa setelah melahirkan normal tetapi memiliki risiko yang

besar (30-60%) DM pengembangan di kemudian hari

Page 3: dm tipe2 refaraat

Tipe 2 DM didahului dengan sebuah periode homeostasis glukosa normal`yang

diklasifikasikan sebagai glukosa puasa terganggu (IFG) atau toleransi glukosa terganggu

(TGT).’

            Pada diabetes didapatkan jumlah insulin yang kurang atau kualitas insulin yang kurang atau pada keadaan kualitas insulinnya tidak baik (resistensi insulin), meskipun insulin ada dan reseptor juga ada, tetapi karena ada kelainan didalam sel itu sendiri, pintu masuk sel tidak dapat terbuka sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel untuk di dimetabolisme. Akibatnya glukosa tetap berada di luar sel, hingga kadar glukosa dalam darah meningkat.

Kemungkinan dasar molecular DM tipe 2 antara lain defek enzim glukokinase, protein transporter GLUT-2, enzim glikogen sintase, reseptor insulin, RAD (Ras associated with diabetes), dan mungkin apolipoprotein III. Semua kelainan yang menyebabkan gangguan transpor glukosa dan resistensi insulin akan menyebabkan hiperglikemia sehingga menimbulkan manifestasi DM

Diagnosa

Diagnosa DM harus didasarkan oleh pemeriksaan konsentrasi glukosa darah, gejala khas

DM , yaitu poliuria, polidipsia, polifagia dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas.

Sedangkan gejala tidak khas Dm diantaranya lemes, kesemutan luka yang sulit sembuh, gatal,

mata kabur, disfungsi ereksi dan pruritus vulva, apabila ditemukan gejala khas DM ditambah

pemeriksaan gula darah abnormal satu kali saja sudah cukup untuk menegakkan diagnosis.

Namun apabila tidak ditemukan gejala khas DM, maka diperlukan pemeriksaan ulang gula

darah abnormal.

Kriteria ntuk mendiagnosis Diabetes Militus

1. Adanya gejala DM dan ditambah dengan konsentrasi gl darah sewaktu 11 mmol/l

(200mg/dl)

2. Gula darah puasa 7mmol/l atau 126mg/dl

3. Gula darah 2 jam 11 mol/l (200mg/dl) diikuti dengan tes toleransi glukosa oral

Toleransi glukosa diklasifikasikan menjadi tiga kategori berdasarkan FPG :

(1) gula darah puasa <5,6 mmol / L (100 mg / dL) dianggap normal;

(2) gula darah puasa = 5,6-6,9 mmol / L ( 100-125 mg / dL) didefinisikan sebagai IFG, dan

Page 4: dm tipe2 refaraat

(3) gula darah puasa 7.0 mmol / L (126 mg / dL) diagnosis DM.

Berdasarkan TTGO, IGT didefinisikan sebagai kadar glukosa plasma antara 7,8 dan 11,1

mmol / L (140 dan 199 mg / dL) dan diabetes didefinisikan sebagai glukosa > 11,1 mmol / L

(200 mg / dL) 2 jam setelah 75 -g beban glukosa oral . Beberapa individu memiliki keduanya

IFG dan IGT. Induvidu dengan IFG dan / atau IGT, baru-baru ini ditetapkan pra-diabetes oleh

american Diabetes Associaton (ADA), berada dalam resiko cukup besar untuk menjadi DM

tipe 2 (25-40% resiko selama 5 tahun beroikutnya) dan memiliki peningkatan resiko penyakit

kardiovaskular.

Kriteria saat diagnosis DM menekankan bahwa gula darah puasa adalah tes yang paling dapat

diandalkan untuk mengidentifikasi DM pada individu yang tidak menunjukkan gejala.

Sebuah plasma konsentrasi glukosa 11,1 mmol / L (200 mg / dL) disertai dengan gejala klasik

DM (poliuria, polidipsia, penurunan berat badan) sudah cukup untuk diagnosis DM .

Pengujian toleransi glukosa oral, meskipun masih alat yang valid untuk mendiagnosis DM,

tidak dianjurkan sebagai bagian dari perawatan rutin.

Diagnosis DM memiliki implikasi yang mendalam bagi seorang individu dari kedua sudut

pandang medis dan keuangan. Dengan demikian, kriteria diagnostik harus puas sebelum

menetapkan diagnosis DM. Kelainan pada tes skrining untuk diabetes harus diulang sebelum

membuat diagnosis definitif DM, kecuali derangements metabolik akut atau glukosa plasma

meningkat nyata hadir. Kriteria direvisi juga memungkinkan untuk diagnosis DM harus

ditarik dalam situasi di mana glukosa darah puasa akan kembali normal.

Page 5: dm tipe2 refaraat

Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994)

1. Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan

karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti Biasa

2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air

putih tanpa gula tetap diperbolehkan

3. Diperiksa kadar glukosa darah puasa

4. Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa), Atau 1,75 g/Kg BB (anak-anak), dilarutkan

dalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit

5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah

minum larutan glukosa selesai

6. Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa

7. Selama proses pemeriksaan, subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.

Page 6: dm tipe2 refaraat

SEKRESI

Glukosa adalah pengatur utama sekresi insulin oleh sel beta pankreas, meskipun asam

amino, keton, berbagai nutrisi, peptida gastrointestinal, dan neurotransmiter juga

mempengaruhi sekresi insulin. Tingkat Glukosa> 3,9 mmol / L (70 mg / dL) merangsang

sintesis insulin, terutama dengan meningkatkan transilasi protein dan pengolahan. Glukosa

menstimulasi sekresi insulin dimulai dengan transportasi ke dalam sel beta oleh transporter

glukosa GLUT2. Fosforilasi glukosa oleh glukokinase adalah langkah untuk tingkat pembatasan

yang mana mengontrol sekresi insulin glukosa . Metabolisme glukosa lebih lanjut-6-fosfat melalui

glikolisis menghasilkan ATP, yang menghambat aktivitas saluran + ATP-sensitif K. Saluran ini terdiri

dari dua protein yang terpisah: satu adalah tempat mengikat bagi hypoglycemics oral tertentu

(misalnya, sulfonilurea, meglitinides), yang lain adalah protein K + channel dalam hati rektifikasi .

Penghambatan saluran ini + K menginduksi depolarisasi membran sel beta, yang membuka saluran

kalsium tergantung tegangan (yang mengarah ke masuknya kalsium), dan merangsang sekresi

insulin.

Setelah insulin disekresikan ke dalam sistem vena portal, 50% adalah terdegradasi oleh hati. Insulin

Unextracted memasuki sirkulasi sistemik di mana ia mengikat pada reseptor dalam daerah target.

Insulin mengikat untuk merangsang reseptor tirosin kinase aktivitas intrinsik, yang mengarah ke

autophosphorylation reseptor dan rekrutmen molekul sinyal intraselular, seperti substrat reseptor

insulin (IRS) . IRS dan protein adaptor lainnya memulai kaskade kompleks reaksi fosforilasi dan

dephosphorylation, menghasilkan efek metabolik dan mitogenik luas insulin. Sebagai contoh,

aktivasi-phosphatidylinositol 3'-kinase (PI-3-kinase) jalur menstimulasi translokasi transporter

glukosa (misalnya, GLUT4) ke permukaan sel, suatu peristiwa yang sangat penting untuk penyerapan

glukosa oleh otot rangka dan lemak. Aktivasi reseptor insulin lain sinyal jalur menginduksi sintesis

glikogen, sintesis protein, lipogenesis, dan pengaturan berbagai gen dalam sel insulin-responsif.

Homeostasis Glukosa mencerminkan suatu keseimbangan antara produksi glukosa hepatik dan

pengambilan glukosa perifer dan pemanfaatan. Insulin adalah regulator yang paling penting dari

kesetimbangan metabolisme, input saraf, sinyal metabolisme, dan hormon-hormon lainnya

(misalnya, glukagon) mengakibatkan pengendalian terpadu pasokan glukosa dan pemanfaatan.

Dalam keadaan puasa, tingkat insulin meningkatkan produksi glukosa rendah dengan

mempromosikan glukoneogenesis hati dan glikogenolisis dan serapan mengurangi glukosa dalam

jaringan sensitif terhadap insulin (otot rangka dan lemak), sehingga meningkatkan mobilisasi

disimpan prekursor seperti asam amino dan asam lemak bebas (lipolisis) . Glukagon, disekresikan

oleh sel alfa pankreas ketika glukosa darah atau tingkat insulin rendah, merangsang glikogenolisis

dan glukoneogenesis oleh hati dan medula ginjal. Postprandially, beban glukosa memunculkan

Page 7: dm tipe2 refaraat

peningkatan insulin dan menurunnya glukagon, menyebabkan pembalikan dari proses-proses.

Insulin, suatu hormon anabolik, mempromosikan penyimpanan sintesis karbohidrat dan lemak dan

protein. Bagian utama dari glukosa postprandial digunakan oleh otot rangka, efek dari insulin-uptake

glukosa dirangsang. Jaringan lain, terutama otak, menggunakan glukosa dalam mode insulin-

independent.

penggunaan tes gula darah puasa sebagai tes skrining untuk tipe DM tipe2 dianjurkan karena:

(1) sejumlah besar individu yang memenuhi kriteria DM dengan tidak menunjukkan gejala

dan tidak menyadari bahwa mereka mengalami gangguan tersebut,

(2) studi epidemiologi menunjukkan bahwa jenis DM tipe2 mungkin muncul sampai satu

dekade sebelum diagnosis,

(3) sebanyak 50% dari individu dengan DM tipe 2 memiliki satu atau lebih komplikasi

diabetes-spesifik pada saat diagnosis mereka, dan

(4) Perlakuan DM tipe2 positif dapat mengubah DM. ADA merekomendasikan skrining

semua individu> 45 tahun setiap 3 tahun dan individu skrining pada usia lebih dini jika

mereka kelebihan berat badan [body mass index (BMI)> 25 km/m2] dan memiliki satu faktor

risiko tambahan untuk diabetes Berbeda dengan DM tipe2, masa asimtomatik panjang

hiperglikemia jarang sebelum diagnosis DM tipe 1. Sejumlah penanda imunologi untuk DM

tipe1, tetapi penggunaan rutin mereka dianjurkan menunggu identifikasi intervensi klinis

bermanfaat bagi individu yang berisiko tinggi untuk perburukan DM tipe1.

Faktor resiko untuk diabetes militus tipe 2Riwayat keluarga diabetes (yaitu, orang tua atau saudara dengan diabetes tipe 2)Obesitas (BMI 25 kg/m2)Kebiasaan fisik tidak aktifRas / etnis (misalnya, African American, Latino, penduduk asli Amerika, Asia Amerika, Kepulauan Pasifik)Sebelumnya diidentifikasi IFG atau IGTSejarah GDM atau melahirkan bayi 4 kg> (> 9 lb)Hipertensi (tekanan darah 140/90 mmHg)Kadar kolesterol HDL <35 mg / dL (0,90 mmol / L) dan / atau tingkat trigliserida> 250 mg / dL (2,82 mmol / L)Polycystic ovary syndrome atau acanthosis nigricansRiwayat penyakit pembuluh darah

Catatan: BMI, indeks massa tubuh, IFG, gangguan glukosa puasa, IGT, toleransi glukosa terganggu; GDM, gestational diabetes mellitus, HDL, high-density lipoprotein.

Page 8: dm tipe2 refaraat

DM TIPE2

Resistensi insulin dan sekresi insulin yang abnormal merupakan hal utama yang berkembang pada

diabetes militus tipe2 , kebanyakan studi mendukung pandangan bahwa resistensi insulin

mendahului rusaknya sekresi insulin tetapi diabetes yang berkembang hanya ketika sekresi insulin

menjadi tidak memadai

DM tipe 2 memiliki komponen genetik yang kuat. Kesesuaian tipe 2 DM pada anak kembar identik

adalah antara 70 dan 90%. Individu dengan orang tua dengan DM tipe 2 memiliki peningkatan risiko

diabetes, jika kedua orang tua memiliki DM tipe 2 , risiko pendekatan 40%. Resistensi insulin, seperti

yang ditunjukkan oleh penggunaan glukosa berkurang di otot rangka, hadir dalam kerabat

nondiabetes, tingkat pertama banyak individu dengan DM tipe 2. Penyakit ini poligenik dan

multifaktorial karena selain kerentanan genetik, faktor lingkungan (seperti obesitas, nutrisi, dan

aktivitas fisik) memodulasi fenotipe. Gen yang mempengaruhi untuk DM tipe 2 yang tidak lengkap

teridentifikasi, tetapi baru-baru ini studi hubungan genome telah mengidentifikasi beberapa gen

yang menyampaikan resiko yang relatif kecil untuk DM tipe 2 (resiko relatif dari 1,1-1,5). Paling

menonjol adalah varian dari gen 7 faktor transkripsi-seperti 2 yang telah dikaitkan dengan diabetes

tipe 2 pada populasi beberapa dengan toleransi glukosa terganggu dalam satu populasi berisiko

tinggi untuk diabetes. polimorfisme genetik yang terkait dengan diabetes tipe 2 juga telah

ditemukan dalam pengkodean gen proliferators-diaktifkan Peroksisom reseptor-, ke dalam

perbaikan saluran kalium disajikan dalam sel beta, transporter seng disajikan dalam sel beta, IRS,

dan calpain 10. Mekanisme dengan mana perubahan ini meningkatkan kerentanan genetik untuk

diabetes tipe 2 tidak jelas, tetapi beberapa diperkirakan untuk mengubah sekresi insulin. Investigasi

menggunakan genome pemindaian untuk polimorfisme yang terkait dengan tipe 2 DM sedang

berlangsung.

Patofisiologi

DM tipe 2 ditandai dengan gangguan sekresi insulin, resistensi insulin, produksi glukosa berlebihan

hati, dan metabolisme lemak yang abnormal. Obesitas, khususnya visceral atau pusat (yang

dibuktikan dengan rasio pinggul-pinggang), adalah sangat umum pada tipe 2 DM. Pada tahap awal

dari kekacauan, toleransi glukosa tetap hampir normal, meskipun resistensi insulin, karena sel-sel

beta pankreas mengimbanginya dengan meningkatkan produksi insulin Sebagai resistensi insulin

dan kemajuan hyperinsulinemia kompensasi, yang pulau pankreas pada individu tertentu tidak dapat

Page 9: dm tipe2 refaraat

mempertahankan hyperinsulinemic. IGT, ditandai dengan peningkatan dalam glukosa postprandial,

kemudian berkembang. Penurunan lebih lanjut dalam sekresi insulin dan peningkatan produksi

glukosa hepatik memimpin untuk terbuka diabetes dengan hiperglikemia puasa. Pada akhirnya,

kegagalan sel beta mungkin terjadi.

Kelainan metabolik

Abnormal otot dan Metabolisme Lemak

Resistensi insulin, penurunan kemampuan insulin untuk bertindak secara efektif pada jaringan target

(terutama otot, hati, dan lemak), adalah fitur yang menonjol dari tipe 2 DM dan hasil dari kombinasi

dari kerentanan genetik dan obesitas. Resistensi insulin relatif, bagaimanapun, karena tingkat batin

luar biasa yang beredar insulin akan menormalkan glukosa plasma. Insulin kurva dosis-respons

menunjukkan pergeseran ke kanan, menunjukkan sensitivitas berkurang, dan respon maksimal

dikurangi, yang menunjukkan penurunan keseluruhan dalam penggunaan glukosa maksimum (30-

60% lebih rendah dari pada orang normal). Resistensi insulin mengganggu penggunaan glukosa oleh

jaringan sensitif terhadap insulin dan meningkatkan output glukosa hati; kedua efek berkontribusi

hiperglikemia tersebut. Peningkatan keluaran glukosa hepatik terutama rekening untuk tingkat FPG

meningkat, sedangkan penurunan hasil penggunaan glukosa perifer dalam hiperglikemia

postprandial. Pada otot rangka, ada penurunan lebih besar dalam penggunaan glukosa nonoxidative

(pembentukan glikogen) dari dalam metabolisme glukosa melalui glikolisis oksidatif. Metabolisme

glukosa dalam jaringan insulin-independen tidak diubah dalam tipe 2 DM.

Mekanisme molekuler yang tepat yang mengarah ke resistensi insulin pada DM tipe 2 belum

dijelaskan. tingkat insulin dan reseptor tirosin kinase dalam aktivitas otot rangka akan berkurang,

tetapi ini perubahan yang paling mungkin sekunder hyperinsulinemia dan tidak cacat primer. Oleh

karena itu, "postreceptor" cacat pada fosforilasi insulin-diatur / dephosphorylation mungkin

memainkan peran utama dalam resistensi insulin (Gbr. 338-5). Misalnya, cacat PI-3-kinase signaling

dapat mengurangi translokasi GLUT4 ke membran plasma. kelainan lainnya termasuk akumulasi lipid

dalam miosit skeletal, yang dapat mengganggu fosforilasi oksidatif mitokondria dan mengurangi

produksi insulin merangsang mitokondria ATP. Gangguan oksidasi asam lemak dan lipid akumulasi

dalam rangka miosit dapat menghasilkan spesies oksigen reaktif seperti peroksida lipid. Dari catatan,

tidak semua jalur transduksi sinyal insulin resisten terhadap efek insulin (misalnya, mereka

mengendalikan pertumbuhan sel dan diferensiasi menggunakan jalur protein kinase mitogenik-

diaktifkan). Akibatnya, hyperinsulinemia dapat meningkatkan aksi insulin melalui jalur ini, berpotensi

Page 10: dm tipe2 refaraat

mempercepat kondisi diabetes-terkait seperti aterosklerosis.

Obesitas atas tipe 2 DM, terutama di lokasi pusat atau viseral, dianggap bagian dari proses

patogenik. Massa adipocyte meningkat menyebabkan meningkatnya kadar asam lemak bebas

beredar dan produk sel lemak lainnya (Bab 74). Sebagai contoh, adipocytes mengeluarkan sejumlah

produk biologis (nonesterified asam lemak bebas, protein retinol-binding 4, leptin, TNF-, resistin, dan

adiponektin). Selain mengatur berat badan, nafsu makan, dan pengeluaran energi, adipokines juga

memodulasi sensitivitas insulin. Peningkatan produksi asam lemak bebas dan beberapa adipokines

dapat menyebabkan resistensi insulin pada otot rangka dan hati. Sebagai contoh, asam lemak bebas

merusak penggunaan glukosa dalam otot rangka, meningkatkan produksi glukosa oleh hati, dan

merusak fungsi sel beta. Sebaliknya, produksi oleh adipocytes adiponektin, sebuah peptida insulin-

sensitizing, berkurang dalam obesitas dan hal ini dapat mengakibatkan resistensi insulin hepatik.

produk Adipocyte dan adipokines juga memproduksi sebuah negara inflamasi dan mungkin

menjelaskan mengapa tanda peradangan seperti IL-6 dan protein C-reaktif sering meningkat pada

DM tipe 2. Penghambatan jalur sinyal inflamasi seperti faktor B nuklir (NFB) jalur muncul untuk

mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki hiperglikemia pada hewan model.

Gangguan Sekresi Insulin

sekresi insulin dan kepekaan saling berhubungan (Gbr. 338-7). Pada tipe 2 DM, sekresi insulin pada

awalnya meningkat dalam menanggapi resistensi insulin untuk menjaga toleransi glukosa normal.

Awalnya, sekresi insulin cacat ringan dan selektif melibatkan glukosa-merangsang sekresi insulin.

Respon terhadap nonglucose lain sekretagog, seperti arginin, yang diawetkan. Akhirnya, sekresi

insulin cacat berkembang menjadi keadaan terlalu sekresi insulin tidak memadai.

Alasan untuk penurunan kapasitas sekresi insulin pada DM tipe 2 tidak jelas. Asumsinya adalah

bahwa cacat genetik kedua-dilapiskan pada resistensi insulin-menyebabkan kegagalan sel beta.

Pulau kecil polipeptida amiloid atau amylin adalah cosecreted oleh sel beta dan membentuk deposit

amyloid berhubung dgn urat saraf ditemukan di pulau individu dengan tipe lama 2 DM. Apakah

pulau kecil seperti deposito amiloid adalah peristiwa primer atau sekunder tidak diketahui.

Lingkungan metabolik diabetes mungkin juga berdampak negatif terhadap fungsi pulau. Sebagai

contoh, hiperglikemia kronis paradoks merusak fungsi pulau kecil ("keracunan glukosa") dan

menyebabkan memburuknya hiperglikemia. Perbaikan dalam pengendalian glisemik sering dikaitkan

dengan fungsi pulau ditingkatkan. Selain itu, peningkatan kadar asam lemak bebas ("lipotoxicity")

Page 11: dm tipe2 refaraat

dan lemak dari makanan juga dapat memperburuk fungsi pulau. Massa sel beta berkurang pada

individu dengan tipe lama 2 diabetes.

Peningkatan Glukosa hati dan Produksi Lipid

Pada tipe 2 DM, resistensi insulin di hati mencerminkan kegagalan hyperinsulinemia untuk menekan

glukoneogenesis, yang menghasilkan hiperglikemia puasa dan menurun penyimpanan glikogen oleh

hati dalam keadaan postprandial. Peningkatan produksi glukosa hepatik terjadi di awal perjalanan

diabetes, meskipun mungkin setelah timbulnya kelainan sekresi insulin dan resistensi insulin pada

otot rangka. Sebagai hasil dari resistensi insulin di jaringan adiposa dan obesitas, asam lemak bebas

(FFA) fluks dari adipocytes meningkat, yang mengarah ke lipid meningkat [sangat low density

lipoprotein (VLDL) dan trigliserida] sintesis dalam hepatosit. Ini penyimpanan lipid atau steatosis

dalam hati dapat menyebabkan penyakit hati berlemak nonalkohol (Bab 303) dan tes fungsi hati

yang abnormal. Ini juga bertanggung jawab atas dislipidemia ditemukan pada tipe 2 DM [trigliserida

tinggi, mengurangi high density lipoprotein (HDL), dan peningkatan lipoprotein padat kecil low-

density (LDL) partikel].

Pencegahan

Tipe 2 DM didahului oleh masa IGT, dan sejumlah modifikasi gaya hidup dan agen farmakologis

mencegah atau menunda timbulnya DM. Program Pencegahan Diabetes (DPP) menunjukkan bahwa

perubahan intensif dalam gaya hidup (diet dan olahraga selama 30 menit / hari lima kali / minggu)

pada individu dengan IGT dicegah atau menunda pengembangan DM tipe 2 sebesar 58%

dibandingkan dengan plasebo. Efek ini terlihat pada individu tanpa memandang usia, jenis kelamin,

atau kelompok etnis. Dalam studi yang sama, metformin dicegah atau ditunda diabetes sebesar 31%

dibandingkan dengan plasebo. Kelompok intervensi gaya hidup kehilangan 5-7% dari berat badan

mereka selama 3 tahun penelitian. Studi di populasi Finlandia dan Cina mencatat kemanjuran yang

serupa dari diet dan latihan dalam mencegah atau menunda tipe 2 DM; acarbose, metformin,

thiazolidinediones, dan orlistat mencegah atau menunda tipe 2 DM tetapi tidak disetujui untuk

tujuan ini. Ketika diberikan kepada individu nondiabetes karena alasan lain (jantung, menurunkan

kolesterol, dll), pravastatin mengurangi jumlah kasus baru diabetes. Individu dengan riwayat

keluarga yang kuat tipe 2 DM dan individu dengan IFG atau IGT harus benar-benar didorong untuk

mempertahankan BMI normal dan terlibat dalam aktivitas fisik secara teratur. Terapi farmakologis

untuk individu dengan pradiabetes saat ini kontroversial karena biaya efektivitas dan profil

keamanan yang tidak diketahui. Sebuah panel ADA baru-baru ini menyimpulkan Konsensus

Page 12: dm tipe2 refaraat

metformin itu, tetapi tidak obat lain, dapat dipertimbangkan pada individu dengan kedua IFG dan

IGT yang beresiko sangat tinggi untuk kemajuan pada diabetes (umur <60 tahun, BMI 35 kg/m2,

sejarah keluarga diabetes di relatif tingkat pertama, trigliserida tinggi, mengurangi HDL, hipertensi,

atau A1C> 6,0%).

Farmakoloterapi Diabetes Militus Tipe2

Macam-macam obat antihiperglikemik oral

Golongan Insulin Sensitizing

Biguanid

Farmakokinetik dan farmakodinamik

Saat ini yang banyak dipakai golongan biguanid adalah metformin. Terdapat dalam konsentrasi tinggi

di hati dan usus, tidak dimetabolisme tetapi secara cepat di sekresi pada urin. Metformin aka

mencapai kadar tertinggi dalam darah setelah 2 jam dan diekskresi lewat urin dalam keadaan utuh

dengan waktu paru 25jam

Mekanisme Kerja

Menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap kerja insulin pada tingkat seluler. Distal

reseptor insulin dan menurunkan produksi glukosa oleh sel usus sehingga menurunkan glukosa

darah dan menghambat absorpsi glukosa dalam usus.

Penggunaan dalam Klinis dan Efek Hipoglikemik

Metformin tidak memiliki efek stimulasi pada sel beta pankreas, sehingga tidak mengakibatkan

hipoglikemik dan penambahan berat badan. Metformin menurunkan berat badan ringan sampai

sedang dan hiperinsulinemia akibat resistensi insulin. Sehi8ngga dianggap sebagai obat

antihiperglikemik bukan obat hipoglikemik.

Pada pemakaian tunggal, metformin dapat menurunkan gula darah sampai 20% dan konsentrasi

insulin plasma pada keadaan basal juga turun. Kombinasi dengan sulfonilurea merupakan kombinasi

yang rasional karena memiliki kerja obat yang sinerggis, sehingga kombinasi ini dapat menurnkan

glukosa darah lebih banyak dari pada terapi tunggal.

Efek samping dan kontraindikasi

Page 13: dm tipe2 refaraat

Efek samping gastroentestinal sekitar 50%, pada gangguan fungsi ginjal, metformin dengan dosis

tinggi akan berakumilasi di mitokondria dan menghambat proses pospolirasi oksidatif, sehingga

mengakibatkan asiosis laktat

GLITAZON

Diabsorbsi dengan cepa, dan mencapai konsentrasi tinggi dalam 1-2jam. Waktu paruh pada kisaran

3-4jam rosiglitazone , 3-7jam bagi piogltazon.

Glitazon merupakan anogis peroxisome proliferator-aktifated reseptor gamma (PPARa) yang sangat

selektif.

Reseptor PPARa terdapat di jaringan kerja insulin seperti jaringan adiposa oto skelet dan hati.

Glitazon tidak menstrimulasi produksi insulin oleh sel beta pangkreas, bahkan menurunkan

konsentrasi insulin lebih besar dari pada metformin. Efek dalam metabolisme glukosa dan lipid,

dapat meningkatkan efisiensi dan respons sel beta pankreas dngan menurunkan glukotoksisitas dan

lipotoksisitas.

Glitazon dapat meningkatkan berat badan dan edema pada 3-5% pasien akibat beberapa

mekanisme:

1. Penumpukan lemak di perifer dengan pengurangan lemak di viseral

2. Meningkatnya volume plasma akibat aktifitas reseptor PPARa di ginjal

3. Edema dapat disebabkan penurunan ekskresi natrium di ginjal, sehingg terjadi peningkatan

natrium dan retensi cairan.

Penggunaan Dalam Klinis dan Efek Hipoglikemik

Secara klinis risglitazon dengan dosis 4 dan 8 mg/hari memperbaiki konsentrasi glukosa puasa

sampai 55 mg/dl dan HbA1c sampai 1,5%. Pioglitazon juga mempunyai kemampuan dalam

menurunkan glukosa darah bila digunakan sebagai monoterapi atau terapi kombinasai dengan dosis

maksima 45mg/dl.

Efek Samping dan Kontraindikasi

Glitazon dapat menyebabkan penambahan berat badan dan edem. Keluhan ispa 16%, sakit kepala

7,1. Pemakaian glitazon dihentikan jika didapat kenaikan enzim hati lebih dari 3x batas atas normal.

GOLONGAN SEKRETAGOR INSULIN.

Mempunyai efek hipoglikemik dengan cara stimulasi sekresi insulin oleh sel beta pankreas.

Page 14: dm tipe2 refaraat

Sulfoniurea

Farmakokinetik dan Farmakodinamik

Glibenklamin memiliki masa paruh 4jam pada pemakiaan akut, tetapi pada pemakaian jangka lama,

lebih dari 12minggu, masa paruh 12jam. Karena itu dianjurkan pemakaian blibenklamit sehari sekali.

Mekanisme Kerja

Golongan obat ini bekerja dengan merangsang sel beta pankreas untuk melepaskan insulin yang

tersimpan,. Golongan obat ini tidk dapat diberikan pada DM tipe1. Sulfonilurea dapat menyebabkan

hipoglikemik

Penggunaan Dalam Klinik

Dosis permulaan sulfonilurea tergantung pada beratnya hiperglikemia. Bila konsentrasi glukosa

puasa <200 mg/dl, Su sebaiknya dimulai dengan pemberian dosis kecil dan titrasi secara bertahap

setelah 1-2minggu , sehingga tercapai glukosa darahpuasa 90-130%

Kombinasi dengan insulin ternyata lebih baik daripada insulin sendiri, dosis insulin yang diperlukan

juga lebih rendah.

Efek Samping dan Kontra indikasi

Hipoglikemik adalah efek samping bila tidak ada asupan pada pasien., selain itu terjadi kenaikan

berat badan, gangguan saluran cerna, fotosensifitas, gangghuan enzim hati dan flushing

GLINID

Sekretagok insulin yang baru, kerjanya melalui reseptor sulfonilurea, dtruktu juga mirip dengan

sulfonilurea tetapi tidak memiliki efek yang sama. Repaglinid dan Nateglinid, di metabolisme di hati

dan diberi 2-3kali sehari. Rapeglinid dapat menurunkan glukosa darah puasa walaupun memiliki

masa paruh yang singkat. Nateglinid memiliki masa tinggal lebih singkat dan tidak menurunkan

glukosa darah puasa. Sehingga keduanya khusus menurunkan glukosa posprandial dengan efek

hipoglemik yang maksimal..

Penghambat Alfa Glukosidase

Bekerja menghambat kerja enzim glukosinade dalam saluran cerna sehingga dengan demikian dapat

menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia posprandial. Tidak menyebabkan

hipoglikemia dan juga tidak berpengaruh pada kadar insulin.

Page 15: dm tipe2 refaraat

Acarbose merupakan penghambat kuat enzim alpha klukosinade yang terdapat dapa dinding

enterosit di proksimal usus halus. Efek samping akibat maldigesti karbohidrat, berupa meteorismus

flatulence, dan diare. Acarbose hampir tidak diarbsorbsi dan bekerja lokal pada saluran cerna.

Dengan monoterapi acarbose dapat menurunkan rata-rata glukosa postprandial sebesar 40-60

mg/dl dan glukosa puasa 10-20 mg/dl

Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Memilih Obat Hipoglikemia Oral

1. Dosis harus dimulai dengan dosis rendah kemudian dinaikkan secara bertahap

2. Harus diketahui betul bagaimana cara kerja, cara kerja , efek samping (kloproramid jangan

diberikan 3 kali 1 tablet, karena lama kerjanya 24jam)

3. Bila diberikan dengan obat lain, pikirkan interaksi obat

4. Pada obat hipoglikemik oral, usahakan mewnggunakan obat oral golongan lain, baru

mnggunakan insulin.

Pencegahan

Tipe 2 DM didahului oleh masa IGT, dan sejumlah modifikasi gaya hidup dan agen farmakologis

mencegah atau menunda timbulnya DM. Program Pencegahan Diabetes (DPP) menunjukkan

bahwa perubahan intensif dalam gaya hidup (diet dan olahraga selama 30 menit / hari lima kali

/ minggu) pada individu dengan IGT dicegah atau menunda pengembangan DM tipe 2 sebesar

58% dibandingkan dengan plasebo. Efek ini terlihat pada individu tanpa memandang usia, jenis

kelamin, atau kelompok etnis. Dalam studi yang sama, metformin dicegah atau ditunda diabetes

sebesar 31% dibandingkan dengan plasebo. Kelompok intervensi gaya hidup kehilangan 5-7%

dari berat badan mereka selama 3 tahun penelitian. Studi di populasi Finlandia dan Cina

mencatat kemanjuran yang serupa dari diet dan latihan dalam mencegah atau menunda tipe 2

DM; acarbose, metformin, thiazolidinediones, dan orlistat mencegah atau menunda tipe 2 DM

tetapi tidak disetujui untuk tujuan ini. Ketika diberikan kepada individu nondiabetes karena

alasan lain (jantung, menurunkan kolesterol, dll), pravastatin mengurangi jumlah kasus baru

diabetes. Individu dengan riwayat keluarga yang kuat tipe 2 DM dan individu dengan IFG atau

IGT harus benar-benar didorong untuk mempertahankan BMI normal dan terlibat dalam

aktivitas fisik secara teratur. Terapi farmakologis untuk individu dengan pradiabetes saat ini

kontroversial karena biaya efektivitas dan profil keamanan yang tidak diketahui. Sebuah panel

ADA baru-baru ini menyimpulkan Konsensus metformin itu, tetapi tidak obat lain, dapat

Page 16: dm tipe2 refaraat

dipertimbangkan pada individu dengan kedua IFG dan IGT yang beresiko sangat tinggi untuk

kemajuan pada diabetes (umur <60 tahun, BMI 35 kg/m2, sejarah keluarga diabetes di relatif

tingkat pertama, trigliserida tinggi, mengurangi HDL, hipertensi, atau A1C> 6,0%).

Penatalaksanaan Dm non farmakologis

Jenis Bahan Makanan

Harbohidrat, merupakan sumber energi yang diberikan tidak lebih dari 55-56%

Rekomendasi pemberian karbohidrat :

1. Kandungan kalori makanan, jumlah

2. Total kebutuhan perhari 60-70% diantaranya karbobhidrat/

3. Jika ditambah MUFA sebagai sumber energi, maka jumlah karbohiddrat maksimal 70%

dari total kebutuhan kalori per hari

4. Jumlah serat 15-50% perhari

5. Jumlah sukrosa tidak perlu dibatasi, hnya jangan sampai lebih dari protein total kalori

perhari. Fruktosa tida boleh dari 60kg.

6. Penggunaan alkohol tidak lebih dari 10mg/dl

7. Pemanis dapat digunakan pemanis non,kalori.;

Protein, kebutuhan protein yang direkomendasikan 10-15% dari ttal kalori. Protein mengandung

energi sebesar 4kilokalori.

Rekomendasi pemberian protein:

1. Kebutuhan protein 15-20% dari total kebutuhan energi perhari.

2. Padfa keadaan gula darah terkontrol. Asupan protein tidak akan mempengaruhi konsentrasi

gua darah.

3. Pada keadaan kadar glukosa darah tisak terkontrol, protein berkisar 0,8-1

mg/kilogramBB/hari

4. Pada gangguan fngsi ginjal, jumlah asupan protein diturunkan sampai 0,85gram/kg BB/hari

dan tidak kurang dari 40gram.

Page 17: dm tipe2 refaraat

5. Jika terdapat komplikasi kardiovaskular, sumber protein nabatu dianjurkan dari protein

hewani.

Lemak, mempunyai kandungan energi sebesar 9 kilokalori/gram. Sangat penting dalam membawa

vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A D E dan K)

Rekomendasi pemberian lemak:

1. Batasi knsumsi makanan mengandung lemak jenuh, jumlah maksimal 10% dari total

kebutuhan kalori.

2. Jika kadara kolestrol LDL > 100mg/dl, asupan asam lemak diturunkan 7% dari total kalori

3. Konsumsi kalori maksimal 300 mg/hari,jika kadar LDL >100mg/dl maka maksimal kolestrol

yang dapat dikonsumsi 200mg per hari

4. Konsumsi ikan seminggu 2-3kali untuk mencukpi kebutuhan asam lemak tidak jenuh rantai

panjang, yang maksimal 10% dari asupan kalori per hari

Komplikasi

Komplikasi akut komplikasi kronik

Diabetes ketoasidosis Makroangiopati

Hipoglikemik Mikroangiopati

Hiperosmolar non ketotik Rentan infeksi karena imunitas rendah

Neuropati

Makroangiopati

Coronary arterial disease ( CAD ) atau

penyakit jantung koroner ( PJK ) berupa iskemia atau infark miokard

Cerebrovascular disease ( CVD ) atau stroke

Peripheral vascular disease berupa iskemik tungkai s/d ganggren

Page 18: dm tipe2 refaraat

Mikroangiopati

Faktor resiko terjadinya mikroangiopati , berkolerasi kuat dengan

1. Lamanya DM

2. Tingkat peninggihan gula darah

3. Faktor lain (hipertensi genetik)

SINDROM METABOLIK

Pendahuluan

Definisi

SindromMetabolik yang juga disebut sindrom resistensi insulin atau sindrom Xmerupakan

suatu kumpulan faktor2 risiko yang bertanggung jawab terhadappeningkatan morbiditas penyakit

kardiovaskular pada obesitas dan DM tipe 2.1,2)The National Cholesterol Education Program-Adult

Treatment Panel(NCEP-ATP III) melaporkan bahwa sindrom metabolik merupakan faktorrisiko

independen terhadap penyakit kardiovaskular, sehingga memerlukanintervensi modifikasi gaya hidup

yang ketat (intensif).3)

Komponen utama dari sindrom metabolik meliputi :

a. Resistensi insulin

b. Obesitas abdominal/sentral

c. Hipertensi

d. Dislipidemia :

i. Peningkatan kadar trigliserida

ii. Penurunan kadar HDL kolesterol

Page 19: dm tipe2 refaraat

Sindrom Metabolik disertai dengan keadaanproinflammasi / prothrombotik yang dapat

menimbulkan peningkatan kadarC-reactive protein, disfungsi endotel, hiperfib-rinogenemia,

peningkatanagregasi platelet, peningkatan kadar PAI-1, peningkatan kadar asamurat,

mikroalbuminuria dan peningkatan kadar LDL cholesterol.Akhir-akhir ini diketahui pula bahwa

resistensi insulin juga dapatmenimbulkan Sindrom Ovarium Polikistik dan Non Alcoholic

SteatoHepatitis (NASH).4)

 

Epidemiologi/ Prevalensi

Prevalensi Sindrom Metabolik bervariasi tergantung pada definisiyang digunakan dan

populasi yang diteliti. Berdasarkan data dari theThird National Health and Nutrition Examination

Survey (1988 sampai1994), prevalensi sindrom metabolik (dengan menggunakan kriteriaNCEP-ATP

III) bervariasi dari 16% pada laki2 kulit hitam sampai 37% padawanita Hispanik. Prevalensi Sindrom

Metabolik meningkat denganbertambahnya usia dan berat badan. Karena populasi penduduk Amerika

yangberusia lanjut makin bertambah dan lebih dari separuh mempunyai beratbadan lebih atau gemuk ,

diperkirakan Sindrom Metabolik melebihi merokoksebagai faktor risiko primer terhadap penyakit

kardiovaskular. Sindrommetabolik juga merupakan prediktor kuat untuk terjadinya DM tipe

2dikemudian hari.5,6)

 

Etiologi :

Etiologi Sindrom Metabolik belum dapat diketahui secara pasti.Suatu hipotesis menyatakan

bahwa penyebab primer dari sindrom metabolikadalah resistensi insulin. Resistensi insulin

mempunyai korelasi dengantimbunan lemak viseral yang dapat ditentukan dengan pengukuran

lingkarpinggang atauwaist to hip ratio. Hubungan antara resistensi insulin dan penyakit

kardiovaskulardiduga dimediasi oleh terjadinya stres oksidatif yang menimbulkandisfungsi endotel

yang akan menyebabkan kerusakan vaskular danpembentukan atheroma. Hipotesis lain menyatakan

bahwa terjadi perubahanhormonal yang mendasari terjadinya obesitas abdominal. Suatu

studimembuktikan bahwa pada individu yang mengalami peningkatan kadarkortisol didalam serum

(yang disebabkan oleh stres kronik) mengalamiobesitas abdominal, resistensi insulin dan dislipidemia.

Para penelitijuga mendapatkan bahwa ketidakseimbangan aksishipotalamus-hipofisis-adrenal yang

Page 20: dm tipe2 refaraat

terjadi akibat stres akan menyebabkanterbentuknya hubungan antara gangguan psikososial dan infark

miokard.7-10)

 

Evaluasi Klinis

 

Terhadap individu yang dicurigai mengalami Sindrom Metabolik hendaklah

dilakukan evaluasi klinis, yang meliputi :11-12)

Anamnesis, tentang :

Riwayat keluarga dan penyakit sebelumnya.

Riwayat adanya perubahan berat badan.

Aktifitas fisik sehari-hari.

Asupan makanan sehari-hari

Pemeriksaan fisik, meliputi :

Pengukuran tinggi badan, berat badan dan tekanan darah

Pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) , menggunakan rumus:

 

Berat badan (kg)

——————————

Tinggi badan (m)2

 

Page 21: dm tipe2 refaraat

Pengukuran lingkaranpinggang merupakan prediktor yang lebih baik

terhadap risikokardiovaskular daripada pengukuran waist-to-hip ratio.

Pemeriksaan laboratorium, meliputi :

Kadar glukosa plasma dan profil lipid puasa.

Pemeriksaan klemeuglikemik atau HOMA (homeostasis model assessment)

untuk menilairesistensi insulin secara akurat biasanya hanya dilakukan

dalampenelitian dan tidak praktis diterapkan dalam penilaian klinis.

Highly sensitive C-reactive protein

Kadar asam urat dan tes faal hati dapat menilai adanya NASH.

USG abdomendiperlukan untuk mendiagnosis adanya fatty liver karena

kelainan inidapat dijumpai walaupun tanpa adanya gangguan faal hati.

Penatalaksanaan

Saat ini belum ada studi acak terkontrol yangkhusus tentang penatalaksanaan Sindrom

Metabolik. Berdasarkan studiklinis, penatalaksanaan agresif terhadap komponen2 Sindrom

Metabolikdapat mencegah atau memperlambat onset diabetes, hipertensi dan

penyakitkardiovaskular. Semua pasien yang didiagnosis dengan Sindrom Metabolikhendaklah

dimotivasi untuk merubah kebiasaan makan dan latihan fisiknyasebagai pendekatan terapi utama.

Penurunan berat badan dapat memperbaikisemua aspek Sindrom Metabolik, mengurangi semua

penyebab dan mortalitaspenyakit kardiovaskular. Namun kebanyakan pasien mengalami kesulitan

dalam mencapai penurunan berat badan. Latihan fisik dan perubahan pola makan dapat

menurunkan tekanan darah dan memperbaiki kadar lipid, sehingga dapat memperbaiki resistensi

insulin.13)

 

Latihan Fisik :

Otot rangka merupakanjaringan yang paling sensitif terhadap insulin didalam tubuh,

danmerupakan target utama terjadinya resistensi insulin. Latihan fisikterbukti dapat menurunkan

kadar lipid dan resistensi insulin didalamotot rangka. Pengaruh latihan fisik terhadap sensitivitas

insulinterjadi dalam 24 – 48 jam dan hilang dalam 3 sampai 4 hari. Jadiaktivitas fisik teratur

Page 22: dm tipe2 refaraat

hendaklah merupakan bagian dari usaha untukmemperbaiki resistensi insulin. Pasien hendaklah

diarahkan untukmemperbaiki dan meningkatkan derajat aktifitas fisiknya. Manfaat paling besar

dapat diperoleh bila pasien menjalani latihan fisik sedang secara teratur dalam jangka

panjang.Kombinasi latihan fisik aerobik dan latihan fisik menggunakanbeban merupakan pilihan

terbaik. Dengan menggunakan dumbbell ringan danelastic exercise bandmerupakan pilihan

terbaikuntuk latihan dengan menggunakan beban. Jalan kaki dan jogging selama 1jam perhari

juga terbukti dapat menurunkan lemak viseral secara bermaknapada laki2 tanpa mengurangi

jumlah kalori yang dibutuhkan.11,12)

 

Diet

Sasaran utama dari diet terhadap SindromMetabolik adalah menurunkan risiko penyakit

kardiovaskular dan diabetesmelitus. Review dariCochrane Databasemendukung peranan

intervensi diet dalam menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. Bukti-buktidari suatu studi

besar menunjukkan bahwa diet rendah sodium dapatmembantu mempertahankan penurunkan

tekanan darah. Hasil2 dari studiklinis diet rendah lemak selama lebih dari 2 tahun menunjukkan

penurunanbermakna dari kejadian komplikasi kardiovaskular dan menurunkan angkakematian

total. 11)

The Seventh Report of the Joint NationalCommittee on Prevention, Detection, Evaluation and

Treatment of HighBlood Pressure (JNC 7)merekomendasikan tekanan darah sistolik antara 120

– 139 mmHg ataudiastolik 80 – 89 mmHg sebagai stadium pre hipertensi, sehinggamodifikasi

gaya hidup sudah mulai ditekankan pada stadium ini untukmencegah penyakit kardiovaskular.

Berdasarkan studi darithe Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH),pasien yang

mengkonsumsi diet rendah lemak jenuh dan tinggi karbohidratterbukti mengalami penurunan

tekanan darah yang berarti walaupun tanpadisertai penurunan berat badan.

Penurunanasupan sodium dapat menurunkan tekanan darah lebih lanjut atau mencegahkenaikan

tekanan darah yang menyertai proses menua. Studi darithe Coronary Artery Risk Development in

Young Adults mendapatkanbahwa konsumsi produk2 rendah lemak dan garam disertai dengan

penurunanrisiko sindrom metabolik yang bermakna. Diet rendah lemak tinggikarbohidrat dapat

meningkatkan kadar trigliserida dan menurunkan kadarHDL kolesterol, sehingga memperberat

dislipidemia. Untuk menurunkanhipertrigliseridemia atau meningkatkan kadar HDL kolesterol

pada pasiendengan diet rendah lemak, asupan karbohidrat hendaklah dikurangi dandiganti dengan

makanan yang mengandung lemak tak jenuh (monounsaturatedfatty acid = MUFA) atau asupan

karbohidrat yang mempunyai indeksglikemik rendah. Diet ini merupakan pola

Page 23: dm tipe2 refaraat

dietMediterraniayang terbukti dapat menurunkanmortalitas penyakit kardiovaskular. Suatu studi

menunjukkan adanyakorelasi antara penyakit kardiovaskular dan asupan biji-bijian dankentang.

Para peneliti merekomendasikan diet yang mengandungbiji-bijian, buah-buahan dan sayuran

untuk menurunkan risiko penyakitkardiovaskular. Efek jangka panjang dari diet rendah

karbohidrat belumditeliti secara adekuat, namun dalam jangka pendek, terbukti dapatmenurunkan

kadar trigliserida, meningkatkan kadar HDL-cholesterol danmenurunkan berat badan.

Pilihanuntuk menurunkan asupan karbohidrat adalah dengan mengganti makananyang

mempunyai indeks glikemik tinggi dengan indeks glikemik rendah yangbanyak mengandung

serat. Makanan dengan indeks glikemik rendah dapatmenurunkan kadar glukosa post prandial dan

insulin.12)

 

Edukasi

Dokter2 keluarga mempunyai peran besar dalampenatalaksanaan pasien dengan Sindrom

Metabolik, karena mereka dapatmengetahui dengan pasti tentang gaya hidup pasien serta

hambatan2 yangdialami mereka dalam usahamemodifikasi gaya hidup tersebut. Dokter keluarga

juga diharapkan dapatmengetahui pengetahuan pasien tentang hubungan gaya hidup

dengankesehatan, yang kemudian memberikan pesan2 tentang peranan diet danlatihan fisik yang

teratur dalam menurunkan risiko penyulit dari SindromMetabolik. Dokter keluarga hendaklah

mencoba membantu pasienmengidentifikasi sasaran jangka pendek dan jangka panjang dari diet

danlatihan fisik yang diterapkan. Pertanyaan2seperti : “ Bagaimana pendapat anda apakah diet

dan latihan fisik yangditerapkan dapat mempengaruhi kesehatan anda ?” atau “ Permasalahan

apayang anda hadapi dalam mencoba menerapkan perubahan diet atau aktifitasfisik ?” , dapat

membantu dokter keluarga dalam menerapkan langkah2berikutnya terhadap masing2 pasien.

Jawaban pasien hendaklah dicatatdalam rekam medik dan direview pada kunjungan berikutnya.

Hal ini dapatmembantu dokter mengidentifikasi adanya hambatan2 dalam menerapkanperubahan

gaya hidup.12.13)

 

Farmakoterapi :

Terhadap pasien2 yang mempunyai faktor risikodan tidak dapat ditatalaksana hanya

dengan perubahan gaya hidup,intervensi farmakologik diperlukan untuk mengontrol tekanan

darah dandislipidemia. Penggunaan aspirin dan statin dapat menurunkan kadarC-reactive protein

Page 24: dm tipe2 refaraat

dan memperbaiki profil lipid sehingga diharapkandapat menurunkan risiko penyakit

kardiovaskular. Intervensi farmakologik yang agresif terhadap faktor2 risiko telahterbukti dapat

mencegah penyulit kardiovaskular pada penderita DM tipe2.13)

 

Pencegahan

The US Preventive Services Task Forcemerekomendasi konsultasi diet intensif terhadap

pasien2 dewasa yangmempunyai faktor2 risiko untuk terjadinya penyulit kardiovaskular. Para

dokter keluarga lebih efektif dalam membantu pasien menerapkan kebiasaan hidup sehat.The

Diabetes Prevention Programtelah membuktikan bahwa intervensi gaya hidup yang ketat pada

pasienprediabetes dapat menghambat progresivitas terjadinya diabetes lebihdari 50% ( dari 11%

menjadi 4,8%).13)

 

Daftar Pustaka :

 

1. Vega GL. Obesity, the metabolic syndrome, and cardiovascular disease. Am Heart J 2001;142:1108-16.

2. Reaven GM. Banting lecture 1988. Role of insulin resistance in human disease. Diabetes 1988;37:1595-607.

3. NationalInstitutes of Health: Third Report of the National CholesterolEducation Program Expert Panel on Detection, Evaluation, and Treatmentof High Blood Cholesterol in Adults (Adult Treatment Panel III).Executive Summary. Bethesda, Md.: National Institutes of Health,National Heart Lung and Blood Institute, 2001 (NIH publication no.01-3670). Accessed online May 20,2006, at: http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/cholesterol/ index.htm.

4. LamarcheB, Tchernof A, Mauriege P, Cantin B, Dagenais GR,Lupien PJ, et al.Fasting insulin and apolipoprotein B levels and low-density lipoproteinparticle size as risk factors for ischemic heart disease. JAMA1998;279:1955-61.

5. Ford ES, Giles WH. A comparison of the prevalence of the metabolic syndrome using two proposed definitions.Diabetes Care 2003;26:575-81.

6. FordES, Giles WH, Dietz WH. Prevalence of the metabolic syndrome among U.S.adults: findings from the Third National Health and NutritionExamination Survey. JAMA 2002;287:356-9.

7. AlbertiKG, Zimmet PZ. Definition, diagnosis and classification of diabetesmellitus and its complications. Part 1: diagnosis and classification ofdiabetes mellitus, provisional report of a WHO consultation. Diabet Med1998;15:539-53.

Page 25: dm tipe2 refaraat

8. EckelRH, Krauss RM. American Heart Association call to action: obesity as amajor risk factor for coronary heart disease. AHA Nutrition Committee.Circulation 1998;97:2099-100.

9. GrundySM, Brewer HB Jr, Cleeman JI, Smith SC Jr, Lenfant C, for The AmericanHeart Association/ National Heart, Lung, and Blood Institute. Definitionof metabolic syndrome: Report of the National Heart, Lung, and BloodInstitute/American Heart Association conference on scientific issuesrelated to definition. Circulation 2004; 109:433-8.

10. Bjorntorp P. Heart and soul: stress and the metabolic syndrome. Scand Cardiovasc J 2001;35:172-7.

11. Lopez-CandalesA. Metabolic syndrome X: a comprehensive review of the pathophysiologyand recommended therapy. J Med 2001;32:283-300.

12. HarkL, Deen D Jr. Taking a nutrition history: a practical approach forfamily physicians. Am Fam Physician 1999;59:1521-8,1531-2.

13. Deen D. Metabolic Syndrome : Time of Action. Am Fam Physician 2004;69: 2875-82.

Page 26: dm tipe2 refaraat