Diskusi Ikterus Bayi

download Diskusi Ikterus Bayi

of 17

Transcript of Diskusi Ikterus Bayi

  • 7/31/2019 Diskusi Ikterus Bayi

    1/17

    MODUL ORGAN TINDAK MEDIK DAN KEPERAWATAN

    Bayi Berumur Empat Hari dengan Keluhan Ikterus Sejak Usia

    Dua Hari Kelahiran

    KELOMPOK II

    030.05.102 Galuh Ajeng K.

    030.05.118 Intan Soraya

    030.07.182 Ni Putu Fera S. P.

    030.07.184 Nidia Putri Cintami

    030.08.024 Andi Wahyudi

    030.08.028 Andyan Yugatama

    030.08.089 Edward Wijaya L.

    030.08.091 Elfira Elizabeth

    030.08.162 Mila Widyastuti

    030.08. 167 Muhammad Yusuf

    030.08.239 Theresia

    030.08.240 Tiara Rahmawati

    030.08.298 Nur Zahiera binti

    Muhd. Najib

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

    Rabu, 1 Desember 2010

    Jakarta

    BAB I

    1

  • 7/31/2019 Diskusi Ikterus Bayi

    2/17

    PENDAHULUAN

    Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia, pada tahun 1997 tercatat sebanyak 41,4 per

    1000 kelahiran hidup. Dalam upaya mewujudkan visi Indonesia Sehat 2010, maka salah

    satu tolok ukur adalah menurunnya angka mortalitas dan morbiditas neonatus, dengan

    proyeksi pada tahun 2025 AKB dapat turun menjadi 18 per 1000 kelahiran hidup. Salah satu

    penyebab mortalitas pada bayi baru lahir adalah ensefalopati bilirubin (lebih dikenal sebagai

    kernikterus). Ensefalopati bilirubin merupakan komplikasi ikterus neonatorum yang paling

    berat. Selain memiliki angka mortalitas yang tinggi, juga dapat menyebabkan gejala sisa

    berupa cerebral palsy, tuli nada tinggi, paralisis dan displasia dental yang sangat

    mempengaruhi kualitas hidup.

    Ikterus neonatorum merupakan fenomena biologis yang timbul akibat tingginya produksi

    dan rendahnya ekskresi bilirubin selama masa transisi pada neonatus. Pada neonatus

    produksi bilirubin 2 sampai 3 kali lebih tinggi dibanding orang dewasa normal. Hal ini dapat

    terjadi karena jumlah eritosit pada neonatus lebih banyak dan usianya lebih pendek.

    Banyak bayi baru lahir, terutama bayi kecil (bayi dengan berat lahir < 2500 g atau usia

    gestasi

  • 7/31/2019 Diskusi Ikterus Bayi

    3/17

    Seorang bayi usia 4 hari mengalami ikterus sejak usia 2 hari, lahir spontan ditolong bidan,

    dengan berat lahir 2200gram dan tidak langsung menangis. Pada pemeriksaan fisik

    didapatkan berat 2100 gram, sadar, tidak panas, ikterus di wajah sampai thoraks dan

    abdomen. Hasil pemeriksaan bilirubin total 16,5 mg/dl.

    BAB III

    PEMBAHASAN KASUS

    3

  • 7/31/2019 Diskusi Ikterus Bayi

    4/17

    I. MASALAH

    Masalah pada pasien ini adalah :

    1. Adanya ikterus dimulai pada hari kedua usia bayi

    2. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)

    Berat badan bayi ketika lahir adalah 2200 gram, di mana nilai normalnya adalah

    2500-4000 gram(4)

    3. Bayi tidak menangis spontan ketika lahir

    Bayi kemungkinan mengalami asfiksia

    4. Hiperbilirubinemia

    Nilai bilirubin total pada bayi ini adalah 16,5mg/dl, di mana pada neonatus umumnya

    warna kuning terlihat bila kadar bilirubin >5 mg/dl

    5. Penurunan berat badan

    Terdapat penurunan berat badan sebanyak 100 gram semenjak kelahiran bayi.

    II. IDENTITAS PASIEN

    - Nama : Bayi X

    - Usia : 4 hari

    - Alamat : Bogor

    Identitas orang tua

    - Nama Ayah : Tn. A

    - Alamat : Bogor

    - Pekerjaan : -

    - Nama ibu : Ny.B

    - Alamat : Bogor6

    - Pekerjaan : -

    III. ANAMNESIS

    Allo-anamnesis yang perlu dilakukan:

    Riwayat penyakit sekarang

    - Apakah disertai demam atau tidak? dapat menunjukkan adanya infeksi : tidak ada panas

    - Ikterus mulai sejak kapan? sejak usia 2 hari

    Riwayat keluarga

    4

  • 7/31/2019 Diskusi Ikterus Bayi

    5/17

    - Apakah ada riwayat diabetes mellitus pada orang tua?

    - Apakah ada riwayat penyakit kelainan darah pada keluarga?

    Riwayat kelahiran

    - Apakah bayi lahir cukup bulan atau prematur? berhubungan dengan maturitas organ

    - Apakah bayi menangis spontan pada waktu lahir? tidak menangis spontan

    Riwayat pemberian ASI berhubungan dengan penurunan berat badan pada bayi

    - Apakah bayi diberi ASI atau susu formula?

    - Bagaimana frekuensi menyusui pada bayi?

    Riwayat pengobatan

    - Apakah ada penggunaan obat-obatan tertentu pada bayi? berhubungan dengan kelainan transport

    bilirubin

    IV.PEMERIKSAAN FISIK

    1. Pemeriksaan umum:

    - Keadaan umum

    - Tanda vital

    2. Pemeriksaan khusus

    WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara visual,

    sebagai berikut: (1)

    Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan

    cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan

    pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang.

    Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah

    kulit dan jaringan subkutan.

    Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang

    tampak kuning. (tabel 1)

    Perkiraan Klinis Tingkat Keparahan Ikterus (tabel 1) (1)

    Usia Kuning terlihat pada: Tingkat Keparahan Ikterus

    Hari 1 Bagian tubuh manapuna

    BeratHari 2 Lengan dan Tungkaia

    Hari 3 dan seterusnya Tangan dan Kaki

    V. PEMERIKSAAN LANJUTAN

    5

  • 7/31/2019 Diskusi Ikterus Bayi

    6/17

    a. Pemeriksaan kadar bilirubin serum

    b. Periksa golongan darah bayi

    c. Tes Coombs

    d. Pemeriksaan jumlah albumin

    VI.HIPOTESIS

    IKTERUS FISIOLOGIS

    Karena imaturitas dari sel hati, berdasarkan adanya faktor-faktor sebagai berikut :

    - Ikterus muncul saat bayi berusia 2 hari

    - Adanya faktor risiko BBLR

    - Adanya penurunan berat badan bayi, dapat menunjukkan kurangnya nutrisi pada bayi

    VII.PENATALAKSANAAN

    1. Fototerapi

    Indikasi fototerapi adalah: (2)

    - Bayi kurang bulan atau BBLR dengan kadar bilirubin >10 mg/dL.

    - Bayi cukup bulan dengan kadar bilirubin >15 mg/dL.

    Lama terapi sinar : selama 24 jam terus-menerus, istirahat 12 jam, bila perlu dapat

    diberikan dosis kedua selama 24 jam.

    Alat-alat

    - 8-10 tuba spesial flouresen biru @20 watts

    - Penempatan alat dlaam jarak 15-20 cm dari bayi

    - Alas fibroptic untuk punggung bayi

    - Penutup mata untuk mencegah kerusakan kornea

    - Monitoring bilirubin serum setiap 4-8 jam.

    2. Terapi suportif : pemberian ASI

    3. Strategi Pencegahan(3)

    a. Pencegahan Primer

    Menganjurkan ibu untuk

    menyusui bayinya paling sedikit 8 12 kali/ hari untuk beberapa hari pertama.

    Tidak memberikan cairan

    tambahan rutin seperti dekstrose atau air pada bayi yang mendapat ASI dan

    tidak mengalami dehidrasi.

    6

  • 7/31/2019 Diskusi Ikterus Bayi

    7/17

    b. Pencegahan Sekunder

    Wanita hamil harus diperiksa

    golongan darah ABO dan rhesus serta penyaringan serum untuk antibody

    isoimun yang tidak biasa.

    Memastikan bahwa semua bayi

    secara rutin di monitor terhadap timbulnya ikterus dan menetapkan protocol

    terhadap penilaian ikterus yang harus dinilai saat memeriksa tanda tanda

    vital bayi, tetapi tidak kurang dari setiap 8 12 jam.

    4. Rujuk ke dokter spesialis anak apabila tidak terdapat perbaikan setelah fototerapi.

    Didahului dengan edukasi mengenai kemungkinan pemeriksaan lanjutan yang akan

    diberikan.

    VIII. PROGNOSIS

    Ad vitam : bonam

    Ad sanationam : bonam

    Ad fungsionam : bonam

    BAB IV

    TINJAUAN PUSTAKA

    7

  • 7/31/2019 Diskusi Ikterus Bayi

    8/17

    A. Definisi

    Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena

    adanya deposisi produk akhir katabolisme hem yaitu bilirubin. Secara klinis, ikterus pada

    neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum lebih 5 mg/dL.

    Hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar bilirubin dalam darah >13 mg/dL.

    Etiologi dan Faktor Risiko

    1. Etiologi

    Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir, karena:

    - Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur

    lebih pendek.

    - Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil transferase,

    UDPG/T dan ligand dalam protein belum adekuat) -> penurunan ambilan bilirubin oleh

    hepatosit dan konjugasi.

    - Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya enzim ->

    glukuronidase di usus dan belum ada nutrien.

    Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus nonfisiologis) dapat disebabkan oleh

    faktor/keadaan:

    - Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus, defisiensi G6PD,

    sferositosis herediter dan pengaruh obat.

    - Infeksi, septikemia, sepsis, meningitis, infeksi saluran kemih, infeksi intra uterin.

    - Polisitemia.

    - Ekstravasasi sel darah merah, sefalhematom, kontusio, trauma lahir.

    - Ibu diabetes.

    - Asidosis.

    - Hipoksia/asfiksia.

    - Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik.

    2. Faktor Risiko

    Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatorum: (3)

    Faktor Maternal

    Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American,Yunani)

    8

  • 7/31/2019 Diskusi Ikterus Bayi

    9/17

    Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh)

    Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik.

    ASI

    Faktor Perinatal

    Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis)

    Infeksi (bakteri, virus, protozoa)

    c. Faktor Neonatus

    Prematuritas

    Faktor genetik

    Polisitemia

    Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol)

    Rendahnya asupan ASI

    Hipoglikemia

    Hipoalbuminemia

    C. Patofisiologi

    Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit. Bilirubin mulai

    meningkat secara normal setelah 24 jam, dan puncaknya pada hari ke 3-5. Setelah itu

    perlahan-lahan akan menurun mendekati nilai normal dalam beberapa minggu.

    1. Ikterus fisiologis

    Secara umum, setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin

    serum, namun kurang 12 mg/dL pada hari ketiga hidupnya dipertimbangkan sebagai

    ikterus fisiologis. Pola ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut: kadar

    bilirubin serum total biasanya mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan

    kadar 5-6 mg/dL, kemudian menurun kembali dalam minggu pertama setelah lahir.

    Kadang dapat muncul peningkatan kadar bilirubin sampai 12 mg/dL dengan bilirubin

    terkonyugasi < 2 mg/Dl.

    Pola ikterus fisiologis ini bervariasi sesuai prematuritas, ras, dan faktor-faktor

    lain. Sebagai contoh, bayi prematur akan memiliki puncak bilirubin maksimum yang

    lebih tinggi pada hari ke-6 kehidupan dan berlangsung lebih lama, kadang sampai

    beberapa minggu. Bayi ras Cina cenderung untuk memiliki kadar puncak bilirubin

    maksimum pada hari ke-4 dan 5 setelah lahir. Faktor yang berperan pada munculnya

    ikterus fisiologis pada bayi baru lahir meliputi peningkatan bilirubin karenapolisitemia relatif, pemendekan masa hidup eritrosit (pada bayi 80 hari dibandingkan

    9

  • 7/31/2019 Diskusi Ikterus Bayi

    10/17

    dewasa 120 hari), proses ambilan dan konyugasi di hepar yang belum matur dan

    peningkatan sirkulasi enterohepatik.

    Gambar berikut menunjukan metabolisme pemecahan hemoglobin dan

    pembentukan bilirubin.

    2. Ikterus pada bayi mendapat ASI (Breast milk jaundice)

    Pada sebagian bayi yang mendapat ASI eksklusif, dapat terjadi ikterus yang yang

    berkepanjangan. Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor tertentu dalam ASI yang

    diduga meningkatkan absorbsi bilirubin di usus halus. Bila tidak ditemukan faktor

    risiko lain, ibu tidak perlu khawatir, ASI tidak perlu dihentikan dan frekuensiditambah.

    Apabila keadaan umum bayi baik, aktif, minum kuat, tidak ada tata laksana khusus

    meskipun ada peningkatan kadar bilirubin.

    D. Metabolisme Bilirubin (4)

    Metabolisme bilirubin meliputi 3 tahap: 1.) Sintesis, 2.) Konjugasi, dan 3.) Sekresi.

    Sintesis bilirubin terjadi diReticulo Endothelial System (RES) yaitu di hepar, lien dan

    sumsum tulang, konjugasi terjadi di hepar, sedangkan hasil akhirnya akan disekresi keduodenum melalui traktus biliaris.

    Bilirubin merupakan hasil dari katabolisme eritrosit. Sumber eritrosit ini dari eritrosit

    yang sudah berumur 120 hari atau dari ineffective erythropoeisis (pembentukan

    eritrosit yang tidak sempurna). Katabolisme ini terjadi diReticulo Endothelial System

    (RES). Katabolisme ini menghasilkan heme (yang akan diolah menjadi bilirubin) dan

    globin (yang akan dipecah jadi asam amino). Ditingkat sel katabolisme ini terjadi di

    dalam mikrosom melalui kompleks enzim yang disebut sistem heme-oxygenase

    mikrosom.

    Ketika hemoprotein masuk kedalam sistem tersebut, Fe2+

    dioksidasi menjadi Fe3+

    (hemin).Selanjutnya dengan bantuan NaDPH, Fe3+ (hemin) direduksi menjadi Fe2+ (heme). Setelah itu

    10

  • 7/31/2019 Diskusi Ikterus Bayi

    11/17

    dengan bantuan oksigen dan kelebihan NaDPH, jembatan -methenyl antara pirol I dan II

    diubah menjadi ikatan OH sedangkan Fe2+ dioksidasi menjadi Fe3+. Berikutnya dengan

    kelebihan oksigen, Fe3+ dilepaskan, dibentuk karbon monoksida dan dihasilkan biliverdin

    (pigmen berwarna hijau). Selanjutnya, biliverdin direduksi menjadi bilirubin oleh NaDPH

    dan bantuan enzim biliverdin reduktase.

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    11

  • 7/31/2019 Diskusi Ikterus Bayi

    12/17

    10.

    11.

    12.

    13.

    14.

    15.

    Bilirubin yang terbentuk akan berikatan dengan albumin (karena bersifat tidak larut dalam

    air) dan ditransport ke hepar melalui aliran darah. Di hepar bilirubin yang tidak larut dalam

    air ini (bilirubin indirek) akan di ambil oleh hati untuk di konjugasi dua kali dengan asam

    glukoronat, pertama-tama membentuk bilirubin monoglukoronida lalu menjadi bilirubin

    diglukoronida (proses ini dengan bantuan enzim glucoronyl transferase). Bilirubin

    terkonjugasi ini (bilirubin diglukoronida) larut dalam air dan disebut bilirubin direk, akanmasuk traktus biliaris dan akan disekresikan ke duodenum. Ketika sampai di ileum

    terminalis, terjaid proses reduksi bilirubin direk menjadi urobilinogen (tidak berwarna) oleh

    flora usus. Urobilinogen ini ada yang di reabsorbsi ke darah dan ada yang di ekskresikan ke

    kolon.

    Urobilinogen yang di reabsorbsi, ada yang masuk jalur portal (yaitu vena porta) menuju

    hepar dan masuk kedalam siklus enterohepatik dan ada yang masuk ke jalur kolateral

    (yaitu vena cava inferior) menuju atrium kanan jantung dan akan menuju ginjal untuk

    disekresikan didalam urin.

    Urobilinogen yang di ekskresikan ke kolon akan mengalami proses oksidasi menjadi

    urobilin atau stercobilin yang berwarna gelap dan ini akan di ekskresikan didalam feses.

    Di dalam metabolisme bilirubin, terbentuk dua jenis bilirubin yang keduanya memiliki

    sifat yang berbeda yaitu bilirubin indirek (tak terkonjugasi) dan bilirubin direk

    (terkonjugasi). Berikut perbedaannya:

    Bilirubin Indirek Bilirubin Direk

    ~ tidak terkonjugasi ~ terkonjugasi

    ~ bersifat non-polar ~ bersifat polar

    ~ tidak larut dalam air (hydrophobic) ~ larut dalam air (hydrophilic)

    ~ larut dalam lemak (lipophilic) ~ tidak larut dalam lemak (lipophobic)

    E. Tata laksana

    1. Ikterus Fisiologis

    12

  • 7/31/2019 Diskusi Ikterus Bayi

    13/17

    Bayi sehat, tanpa faktor risiko, tidak diterapi. Perlu diingat bahwa pada bayi sehat,

    aktif, minum kuat, cukup bulan, pada kadar bilirubin tinggi, kemungkinan terjadinya

    kernikterus sangat kecil. Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat, dapat

    dilakukan beberapa cara berikut: (3)

    Minum ASI dini dan sering

    Terapi sinar, sesuai dengan panduan WHO

    Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam, diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol

    lebih cepat (terutama bila tampak kuning).

    Bilirubin serum total 24 jam pertama > 4,5 mg/dL dapat digunakan sebagai faktor

    prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama

    kehidupannya. Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan

    membutuhkan biaya yang cukup besar.

    Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum (WHO)

    Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat.

    Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut: berat lahir < 2,5 kg, lahir

    sebelum usia kehamilan 37 minggu, hemolisis atau sepsis

    Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin, tentukan

    golongan darah bayi dan lakukan tes Coombs:

    Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar, hentikan terapi

    sinar.

    Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar,

    lakukan terapi sinar

    Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis

    atau bila ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga, lakukan uji saring G6PD bila

    memungkinkan. Tentukan diagnosis banding

    2. Tata laksana Hiperbilirubinemia

    Hemolitik

    Paling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah

    ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi. Tata laksana untuk

    keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik, apapun penyebabnya.

    13

  • 7/31/2019 Diskusi Ikterus Bayi

    14/17

    Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar, lakukan

    terapi sinar.

    Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkan:

    Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar, kadar hemoglobin

    < 13 g/dL (hematokrit < 40%) dan tes Coombs positif, segera rujuk bayi.

    Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk dilakukan

    tes Coombs, segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin < 13

    g/dL (hematokrit < 40%).

    Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar:

    Persiapkan transfer.

    Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas transfusi tukar.

    Kirim contoh darah ibu dan bayi.

    Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning, mengapa perlu dirujuk

    dan terapi apa yang akan diterima bayi.

    Nasihati ibu:

    Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus, pastikan ibu mendapatkan

    informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan

    berikutnya.

    Bila bayi memiliki defisiensi G6PD, informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-

    zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh: obat antimalaria,

    obat-obatan golongan sulfa, aspirin, kamfer/mothballs, favabeans).

    Bila hemoglobin < 10 g/dL (hematokrit < 30%), berikan transfusi darah.

    Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3

    minggu lebih lama pada bayi kecil (berat lahir < 2,5 kg atau lahir sebelum kehamilan 37

    minggu), terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice).

    Follow up setelah kepulangan, periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4

    minggu. Bila hemoglobin < 8 g/dL (hematokrit < 24%), berikan transfusi darah.

    Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice)

    Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus cukup

    bulan, dan 3 minggu pada neonatus kurang bulan.

    Terapi sinar dihentikan, dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari

    penyebab.

    14

  • 7/31/2019 Diskusi Ikterus Bayi

    15/17

    Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap, persiapkan kepindahan bayi

    dan rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk evaluasi lebih lanjut, bila

    memungkinkan.

    Bila tes sifilis pada ibu positif, terapi sebagai sifilis kongenital.

    F. Efek Hiperbilirubinemia

    Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan

    sel-sel saraf, meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi. Bilirubin dapat

    menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA. Bilirubin juga dapat

    menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga

    menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf.

    Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin

    serum. Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan

    lama paparan bilirubin terhadap jaringan.

    Ensefalopati bilirubin

    Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan

    komplikasi ensefalopati bilirubin. Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan

    lipid dinding sel neuron di ganglia basal, batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian

    sel. Pada bayi dengan sepsis, hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darahotak. Dengan adanya ikterus, bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam

    cairan ekstraselular. Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan

    ensefalopati bilirubin telah diketahui. Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik

    bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat

    mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang

    disebabkannya.

    Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks

    dan belum sepenuhnya dimengerti. Faktor tersebut antara lain: konsentrasi albumin serum, ikatan

    albumin dengan bilirubin, penetrasi albumin ke dalam otak, dan kerawanan sel otak menghadapi

    efek toksik bilirubin. Bagaimanapun juga, keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa

    ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan

    dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin.

    Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak

    permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy, epilepsi dan keterbelakangan mental atau

    hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder.

    15

  • 7/31/2019 Diskusi Ikterus Bayi

    16/17

    BAB V

    KESIMPULAN

    Pada neonatus yang mengalami ikterus memerlukan tindakan segera untuk mengatasi

    hiperbilirubinemia dengan cara fototerapi. Untuk mengatasi penurunan berat badan bayi,

    dianjurkan menambahkan frekuensi pemberian ASI. Sebaiknya dilakukan rujukan apabila

    tidak terdapat perbaikan setelah dilakukan tatalaksana yang adekuat.

    16

  • 7/31/2019 Diskusi Ikterus Bayi

    17/17

    BAB VI

    DAFTAR PUSTAKA

    1. WHO. Managing newborn problems:a guide for doctors, nurses, and midwives.

    Departement of Reproductive Health and Research. Geneva: World Health Organization ;

    2003.

    2. Hamid, HA. Ikterus Neonatorum, dalam: Suraatmaja S, Soetjiningsih (eds).

    Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak RSUP Sanglah, Denpasar. Cetakan

    II. Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UNUD/RSUP Sanglah ; 2000.

    3. Sudigdo dkk. Tatalaksana Ikterus Neonatorum. Jakarta: HTA Indonesia ; 2004.

    4. Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A. Buku Ajar Neonatologi. Ed 1.

    Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia ; 2010.

    17