Diskusi Ikterus Bayi
-
Upload
tiara-rahmawati -
Category
Documents
-
view
215 -
download
0
Transcript of Diskusi Ikterus Bayi
-
7/31/2019 Diskusi Ikterus Bayi
1/17
MODUL ORGAN TINDAK MEDIK DAN KEPERAWATAN
Bayi Berumur Empat Hari dengan Keluhan Ikterus Sejak Usia
Dua Hari Kelahiran
KELOMPOK II
030.05.102 Galuh Ajeng K.
030.05.118 Intan Soraya
030.07.182 Ni Putu Fera S. P.
030.07.184 Nidia Putri Cintami
030.08.024 Andi Wahyudi
030.08.028 Andyan Yugatama
030.08.089 Edward Wijaya L.
030.08.091 Elfira Elizabeth
030.08.162 Mila Widyastuti
030.08. 167 Muhammad Yusuf
030.08.239 Theresia
030.08.240 Tiara Rahmawati
030.08.298 Nur Zahiera binti
Muhd. Najib
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
Rabu, 1 Desember 2010
Jakarta
BAB I
1
-
7/31/2019 Diskusi Ikterus Bayi
2/17
PENDAHULUAN
Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia, pada tahun 1997 tercatat sebanyak 41,4 per
1000 kelahiran hidup. Dalam upaya mewujudkan visi Indonesia Sehat 2010, maka salah
satu tolok ukur adalah menurunnya angka mortalitas dan morbiditas neonatus, dengan
proyeksi pada tahun 2025 AKB dapat turun menjadi 18 per 1000 kelahiran hidup. Salah satu
penyebab mortalitas pada bayi baru lahir adalah ensefalopati bilirubin (lebih dikenal sebagai
kernikterus). Ensefalopati bilirubin merupakan komplikasi ikterus neonatorum yang paling
berat. Selain memiliki angka mortalitas yang tinggi, juga dapat menyebabkan gejala sisa
berupa cerebral palsy, tuli nada tinggi, paralisis dan displasia dental yang sangat
mempengaruhi kualitas hidup.
Ikterus neonatorum merupakan fenomena biologis yang timbul akibat tingginya produksi
dan rendahnya ekskresi bilirubin selama masa transisi pada neonatus. Pada neonatus
produksi bilirubin 2 sampai 3 kali lebih tinggi dibanding orang dewasa normal. Hal ini dapat
terjadi karena jumlah eritosit pada neonatus lebih banyak dan usianya lebih pendek.
Banyak bayi baru lahir, terutama bayi kecil (bayi dengan berat lahir < 2500 g atau usia
gestasi
-
7/31/2019 Diskusi Ikterus Bayi
3/17
Seorang bayi usia 4 hari mengalami ikterus sejak usia 2 hari, lahir spontan ditolong bidan,
dengan berat lahir 2200gram dan tidak langsung menangis. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan berat 2100 gram, sadar, tidak panas, ikterus di wajah sampai thoraks dan
abdomen. Hasil pemeriksaan bilirubin total 16,5 mg/dl.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
3
-
7/31/2019 Diskusi Ikterus Bayi
4/17
I. MASALAH
Masalah pada pasien ini adalah :
1. Adanya ikterus dimulai pada hari kedua usia bayi
2. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
Berat badan bayi ketika lahir adalah 2200 gram, di mana nilai normalnya adalah
2500-4000 gram(4)
3. Bayi tidak menangis spontan ketika lahir
Bayi kemungkinan mengalami asfiksia
4. Hiperbilirubinemia
Nilai bilirubin total pada bayi ini adalah 16,5mg/dl, di mana pada neonatus umumnya
warna kuning terlihat bila kadar bilirubin >5 mg/dl
5. Penurunan berat badan
Terdapat penurunan berat badan sebanyak 100 gram semenjak kelahiran bayi.
II. IDENTITAS PASIEN
- Nama : Bayi X
- Usia : 4 hari
- Alamat : Bogor
Identitas orang tua
- Nama Ayah : Tn. A
- Alamat : Bogor
- Pekerjaan : -
- Nama ibu : Ny.B
- Alamat : Bogor6
- Pekerjaan : -
III. ANAMNESIS
Allo-anamnesis yang perlu dilakukan:
Riwayat penyakit sekarang
- Apakah disertai demam atau tidak? dapat menunjukkan adanya infeksi : tidak ada panas
- Ikterus mulai sejak kapan? sejak usia 2 hari
Riwayat keluarga
4
-
7/31/2019 Diskusi Ikterus Bayi
5/17
- Apakah ada riwayat diabetes mellitus pada orang tua?
- Apakah ada riwayat penyakit kelainan darah pada keluarga?
Riwayat kelahiran
- Apakah bayi lahir cukup bulan atau prematur? berhubungan dengan maturitas organ
- Apakah bayi menangis spontan pada waktu lahir? tidak menangis spontan
Riwayat pemberian ASI berhubungan dengan penurunan berat badan pada bayi
- Apakah bayi diberi ASI atau susu formula?
- Bagaimana frekuensi menyusui pada bayi?
Riwayat pengobatan
- Apakah ada penggunaan obat-obatan tertentu pada bayi? berhubungan dengan kelainan transport
bilirubin
IV.PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan umum:
- Keadaan umum
- Tanda vital
2. Pemeriksaan khusus
WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara visual,
sebagai berikut: (1)
Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan
cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan
pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang.
Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah
kulit dan jaringan subkutan.
Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang
tampak kuning. (tabel 1)
Perkiraan Klinis Tingkat Keparahan Ikterus (tabel 1) (1)
Usia Kuning terlihat pada: Tingkat Keparahan Ikterus
Hari 1 Bagian tubuh manapuna
BeratHari 2 Lengan dan Tungkaia
Hari 3 dan seterusnya Tangan dan Kaki
V. PEMERIKSAAN LANJUTAN
5
-
7/31/2019 Diskusi Ikterus Bayi
6/17
a. Pemeriksaan kadar bilirubin serum
b. Periksa golongan darah bayi
c. Tes Coombs
d. Pemeriksaan jumlah albumin
VI.HIPOTESIS
IKTERUS FISIOLOGIS
Karena imaturitas dari sel hati, berdasarkan adanya faktor-faktor sebagai berikut :
- Ikterus muncul saat bayi berusia 2 hari
- Adanya faktor risiko BBLR
- Adanya penurunan berat badan bayi, dapat menunjukkan kurangnya nutrisi pada bayi
VII.PENATALAKSANAAN
1. Fototerapi
Indikasi fototerapi adalah: (2)
- Bayi kurang bulan atau BBLR dengan kadar bilirubin >10 mg/dL.
- Bayi cukup bulan dengan kadar bilirubin >15 mg/dL.
Lama terapi sinar : selama 24 jam terus-menerus, istirahat 12 jam, bila perlu dapat
diberikan dosis kedua selama 24 jam.
Alat-alat
- 8-10 tuba spesial flouresen biru @20 watts
- Penempatan alat dlaam jarak 15-20 cm dari bayi
- Alas fibroptic untuk punggung bayi
- Penutup mata untuk mencegah kerusakan kornea
- Monitoring bilirubin serum setiap 4-8 jam.
2. Terapi suportif : pemberian ASI
3. Strategi Pencegahan(3)
a. Pencegahan Primer
Menganjurkan ibu untuk
menyusui bayinya paling sedikit 8 12 kali/ hari untuk beberapa hari pertama.
Tidak memberikan cairan
tambahan rutin seperti dekstrose atau air pada bayi yang mendapat ASI dan
tidak mengalami dehidrasi.
6
-
7/31/2019 Diskusi Ikterus Bayi
7/17
b. Pencegahan Sekunder
Wanita hamil harus diperiksa
golongan darah ABO dan rhesus serta penyaringan serum untuk antibody
isoimun yang tidak biasa.
Memastikan bahwa semua bayi
secara rutin di monitor terhadap timbulnya ikterus dan menetapkan protocol
terhadap penilaian ikterus yang harus dinilai saat memeriksa tanda tanda
vital bayi, tetapi tidak kurang dari setiap 8 12 jam.
4. Rujuk ke dokter spesialis anak apabila tidak terdapat perbaikan setelah fototerapi.
Didahului dengan edukasi mengenai kemungkinan pemeriksaan lanjutan yang akan
diberikan.
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad sanationam : bonam
Ad fungsionam : bonam
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
7
-
7/31/2019 Diskusi Ikterus Bayi
8/17
A. Definisi
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena
adanya deposisi produk akhir katabolisme hem yaitu bilirubin. Secara klinis, ikterus pada
neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum lebih 5 mg/dL.
Hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar bilirubin dalam darah >13 mg/dL.
Etiologi dan Faktor Risiko
1. Etiologi
Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir, karena:
- Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur
lebih pendek.
- Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil transferase,
UDPG/T dan ligand dalam protein belum adekuat) -> penurunan ambilan bilirubin oleh
hepatosit dan konjugasi.
- Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya enzim ->
glukuronidase di usus dan belum ada nutrien.
Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus nonfisiologis) dapat disebabkan oleh
faktor/keadaan:
- Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus, defisiensi G6PD,
sferositosis herediter dan pengaruh obat.
- Infeksi, septikemia, sepsis, meningitis, infeksi saluran kemih, infeksi intra uterin.
- Polisitemia.
- Ekstravasasi sel darah merah, sefalhematom, kontusio, trauma lahir.
- Ibu diabetes.
- Asidosis.
- Hipoksia/asfiksia.
- Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik.
2. Faktor Risiko
Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatorum: (3)
Faktor Maternal
Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American,Yunani)
8
-
7/31/2019 Diskusi Ikterus Bayi
9/17
Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh)
Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik.
ASI
Faktor Perinatal
Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis)
Infeksi (bakteri, virus, protozoa)
c. Faktor Neonatus
Prematuritas
Faktor genetik
Polisitemia
Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol)
Rendahnya asupan ASI
Hipoglikemia
Hipoalbuminemia
C. Patofisiologi
Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit. Bilirubin mulai
meningkat secara normal setelah 24 jam, dan puncaknya pada hari ke 3-5. Setelah itu
perlahan-lahan akan menurun mendekati nilai normal dalam beberapa minggu.
1. Ikterus fisiologis
Secara umum, setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin
serum, namun kurang 12 mg/dL pada hari ketiga hidupnya dipertimbangkan sebagai
ikterus fisiologis. Pola ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut: kadar
bilirubin serum total biasanya mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan
kadar 5-6 mg/dL, kemudian menurun kembali dalam minggu pertama setelah lahir.
Kadang dapat muncul peningkatan kadar bilirubin sampai 12 mg/dL dengan bilirubin
terkonyugasi < 2 mg/Dl.
Pola ikterus fisiologis ini bervariasi sesuai prematuritas, ras, dan faktor-faktor
lain. Sebagai contoh, bayi prematur akan memiliki puncak bilirubin maksimum yang
lebih tinggi pada hari ke-6 kehidupan dan berlangsung lebih lama, kadang sampai
beberapa minggu. Bayi ras Cina cenderung untuk memiliki kadar puncak bilirubin
maksimum pada hari ke-4 dan 5 setelah lahir. Faktor yang berperan pada munculnya
ikterus fisiologis pada bayi baru lahir meliputi peningkatan bilirubin karenapolisitemia relatif, pemendekan masa hidup eritrosit (pada bayi 80 hari dibandingkan
9
-
7/31/2019 Diskusi Ikterus Bayi
10/17
dewasa 120 hari), proses ambilan dan konyugasi di hepar yang belum matur dan
peningkatan sirkulasi enterohepatik.
Gambar berikut menunjukan metabolisme pemecahan hemoglobin dan
pembentukan bilirubin.
2. Ikterus pada bayi mendapat ASI (Breast milk jaundice)
Pada sebagian bayi yang mendapat ASI eksklusif, dapat terjadi ikterus yang yang
berkepanjangan. Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor tertentu dalam ASI yang
diduga meningkatkan absorbsi bilirubin di usus halus. Bila tidak ditemukan faktor
risiko lain, ibu tidak perlu khawatir, ASI tidak perlu dihentikan dan frekuensiditambah.
Apabila keadaan umum bayi baik, aktif, minum kuat, tidak ada tata laksana khusus
meskipun ada peningkatan kadar bilirubin.
D. Metabolisme Bilirubin (4)
Metabolisme bilirubin meliputi 3 tahap: 1.) Sintesis, 2.) Konjugasi, dan 3.) Sekresi.
Sintesis bilirubin terjadi diReticulo Endothelial System (RES) yaitu di hepar, lien dan
sumsum tulang, konjugasi terjadi di hepar, sedangkan hasil akhirnya akan disekresi keduodenum melalui traktus biliaris.
Bilirubin merupakan hasil dari katabolisme eritrosit. Sumber eritrosit ini dari eritrosit
yang sudah berumur 120 hari atau dari ineffective erythropoeisis (pembentukan
eritrosit yang tidak sempurna). Katabolisme ini terjadi diReticulo Endothelial System
(RES). Katabolisme ini menghasilkan heme (yang akan diolah menjadi bilirubin) dan
globin (yang akan dipecah jadi asam amino). Ditingkat sel katabolisme ini terjadi di
dalam mikrosom melalui kompleks enzim yang disebut sistem heme-oxygenase
mikrosom.
Ketika hemoprotein masuk kedalam sistem tersebut, Fe2+
dioksidasi menjadi Fe3+
(hemin).Selanjutnya dengan bantuan NaDPH, Fe3+ (hemin) direduksi menjadi Fe2+ (heme). Setelah itu
10
-
7/31/2019 Diskusi Ikterus Bayi
11/17
dengan bantuan oksigen dan kelebihan NaDPH, jembatan -methenyl antara pirol I dan II
diubah menjadi ikatan OH sedangkan Fe2+ dioksidasi menjadi Fe3+. Berikutnya dengan
kelebihan oksigen, Fe3+ dilepaskan, dibentuk karbon monoksida dan dihasilkan biliverdin
(pigmen berwarna hijau). Selanjutnya, biliverdin direduksi menjadi bilirubin oleh NaDPH
dan bantuan enzim biliverdin reduktase.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
11
-
7/31/2019 Diskusi Ikterus Bayi
12/17
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Bilirubin yang terbentuk akan berikatan dengan albumin (karena bersifat tidak larut dalam
air) dan ditransport ke hepar melalui aliran darah. Di hepar bilirubin yang tidak larut dalam
air ini (bilirubin indirek) akan di ambil oleh hati untuk di konjugasi dua kali dengan asam
glukoronat, pertama-tama membentuk bilirubin monoglukoronida lalu menjadi bilirubin
diglukoronida (proses ini dengan bantuan enzim glucoronyl transferase). Bilirubin
terkonjugasi ini (bilirubin diglukoronida) larut dalam air dan disebut bilirubin direk, akanmasuk traktus biliaris dan akan disekresikan ke duodenum. Ketika sampai di ileum
terminalis, terjaid proses reduksi bilirubin direk menjadi urobilinogen (tidak berwarna) oleh
flora usus. Urobilinogen ini ada yang di reabsorbsi ke darah dan ada yang di ekskresikan ke
kolon.
Urobilinogen yang di reabsorbsi, ada yang masuk jalur portal (yaitu vena porta) menuju
hepar dan masuk kedalam siklus enterohepatik dan ada yang masuk ke jalur kolateral
(yaitu vena cava inferior) menuju atrium kanan jantung dan akan menuju ginjal untuk
disekresikan didalam urin.
Urobilinogen yang di ekskresikan ke kolon akan mengalami proses oksidasi menjadi
urobilin atau stercobilin yang berwarna gelap dan ini akan di ekskresikan didalam feses.
Di dalam metabolisme bilirubin, terbentuk dua jenis bilirubin yang keduanya memiliki
sifat yang berbeda yaitu bilirubin indirek (tak terkonjugasi) dan bilirubin direk
(terkonjugasi). Berikut perbedaannya:
Bilirubin Indirek Bilirubin Direk
~ tidak terkonjugasi ~ terkonjugasi
~ bersifat non-polar ~ bersifat polar
~ tidak larut dalam air (hydrophobic) ~ larut dalam air (hydrophilic)
~ larut dalam lemak (lipophilic) ~ tidak larut dalam lemak (lipophobic)
E. Tata laksana
1. Ikterus Fisiologis
12
-
7/31/2019 Diskusi Ikterus Bayi
13/17
Bayi sehat, tanpa faktor risiko, tidak diterapi. Perlu diingat bahwa pada bayi sehat,
aktif, minum kuat, cukup bulan, pada kadar bilirubin tinggi, kemungkinan terjadinya
kernikterus sangat kecil. Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat, dapat
dilakukan beberapa cara berikut: (3)
Minum ASI dini dan sering
Terapi sinar, sesuai dengan panduan WHO
Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam, diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol
lebih cepat (terutama bila tampak kuning).
Bilirubin serum total 24 jam pertama > 4,5 mg/dL dapat digunakan sebagai faktor
prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama
kehidupannya. Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan
membutuhkan biaya yang cukup besar.
Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum (WHO)
Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat.
Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut: berat lahir < 2,5 kg, lahir
sebelum usia kehamilan 37 minggu, hemolisis atau sepsis
Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin, tentukan
golongan darah bayi dan lakukan tes Coombs:
Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar, hentikan terapi
sinar.
Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar,
lakukan terapi sinar
Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis
atau bila ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga, lakukan uji saring G6PD bila
memungkinkan. Tentukan diagnosis banding
2. Tata laksana Hiperbilirubinemia
Hemolitik
Paling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah
ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi. Tata laksana untuk
keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik, apapun penyebabnya.
13
-
7/31/2019 Diskusi Ikterus Bayi
14/17
Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar, lakukan
terapi sinar.
Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkan:
Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar, kadar hemoglobin
< 13 g/dL (hematokrit < 40%) dan tes Coombs positif, segera rujuk bayi.
Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk dilakukan
tes Coombs, segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin < 13
g/dL (hematokrit < 40%).
Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar:
Persiapkan transfer.
Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas transfusi tukar.
Kirim contoh darah ibu dan bayi.
Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning, mengapa perlu dirujuk
dan terapi apa yang akan diterima bayi.
Nasihati ibu:
Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus, pastikan ibu mendapatkan
informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan
berikutnya.
Bila bayi memiliki defisiensi G6PD, informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-
zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh: obat antimalaria,
obat-obatan golongan sulfa, aspirin, kamfer/mothballs, favabeans).
Bila hemoglobin < 10 g/dL (hematokrit < 30%), berikan transfusi darah.
Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3
minggu lebih lama pada bayi kecil (berat lahir < 2,5 kg atau lahir sebelum kehamilan 37
minggu), terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice).
Follow up setelah kepulangan, periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4
minggu. Bila hemoglobin < 8 g/dL (hematokrit < 24%), berikan transfusi darah.
Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice)
Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus cukup
bulan, dan 3 minggu pada neonatus kurang bulan.
Terapi sinar dihentikan, dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari
penyebab.
14
-
7/31/2019 Diskusi Ikterus Bayi
15/17
Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap, persiapkan kepindahan bayi
dan rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk evaluasi lebih lanjut, bila
memungkinkan.
Bila tes sifilis pada ibu positif, terapi sebagai sifilis kongenital.
F. Efek Hiperbilirubinemia
Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan
sel-sel saraf, meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi. Bilirubin dapat
menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA. Bilirubin juga dapat
menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga
menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf.
Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin
serum. Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan
lama paparan bilirubin terhadap jaringan.
Ensefalopati bilirubin
Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan
komplikasi ensefalopati bilirubin. Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan
lipid dinding sel neuron di ganglia basal, batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian
sel. Pada bayi dengan sepsis, hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darahotak. Dengan adanya ikterus, bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam
cairan ekstraselular. Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan
ensefalopati bilirubin telah diketahui. Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik
bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang
disebabkannya.
Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks
dan belum sepenuhnya dimengerti. Faktor tersebut antara lain: konsentrasi albumin serum, ikatan
albumin dengan bilirubin, penetrasi albumin ke dalam otak, dan kerawanan sel otak menghadapi
efek toksik bilirubin. Bagaimanapun juga, keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa
ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan
dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin.
Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak
permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy, epilepsi dan keterbelakangan mental atau
hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder.
15
-
7/31/2019 Diskusi Ikterus Bayi
16/17
BAB V
KESIMPULAN
Pada neonatus yang mengalami ikterus memerlukan tindakan segera untuk mengatasi
hiperbilirubinemia dengan cara fototerapi. Untuk mengatasi penurunan berat badan bayi,
dianjurkan menambahkan frekuensi pemberian ASI. Sebaiknya dilakukan rujukan apabila
tidak terdapat perbaikan setelah dilakukan tatalaksana yang adekuat.
16
-
7/31/2019 Diskusi Ikterus Bayi
17/17
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Managing newborn problems:a guide for doctors, nurses, and midwives.
Departement of Reproductive Health and Research. Geneva: World Health Organization ;
2003.
2. Hamid, HA. Ikterus Neonatorum, dalam: Suraatmaja S, Soetjiningsih (eds).
Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak RSUP Sanglah, Denpasar. Cetakan
II. Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UNUD/RSUP Sanglah ; 2000.
3. Sudigdo dkk. Tatalaksana Ikterus Neonatorum. Jakarta: HTA Indonesia ; 2004.
4. Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A. Buku Ajar Neonatologi. Ed 1.
Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia ; 2010.
17