disentri refrat

21
 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Disentri merupakan tipe diare yang berbahaya dan seringkali menyebabkan kematian dibandingkan dengan tipe diare akut yang lain. Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri (disentri basiler) dan amoeba (disentri amoeba ) 1 . Di Amerika Serikat, insiden disentri amoeba mencapai 1-5% sedangkan disentri basiler dilaporkan kurang dari 500.000 kasus tiap tahunnya. Sedangkan angka kejadian disentri amoeba di Indonesia sampai saat ini masih belum ada, akan tetapi untuk disentri basiler dilaporkan 5% dari 3848 orang penderita diare berat menderita disentri basiler. 2 Di dunia sekurangnya 200 juta kasus dan 650.000 kematian terjadi akibat disentri  basiler pada anak-anak di bawah umur 5 tahun. Kebanyakan kuman penyebab disentri  basiler ditemukan di negara berkembang dengan kesehatan lingkungan yang masih kurang. Disentri amoeba tersebar hampir ke seluruh dunia terutama di negara yang sedang berkembang yang berada di daerah tropis. Hal ini dikarenakan faktor kepadatan  penduduk, higiene individu, sanitasi lingkungan dan kondisi sosial ekonomi serta kultural yang menunjang. Penyakit ini biasanya menyerang anak dengan usia lebih dari 5 tahun. 2  Spesies Entamoeba menyerang 10% populasi didunia. Prevalensi yang tinggi mencapai 50 persen di Asia, Afrika dan Amerika selatan. Sedangkan pada shigella di Ameriksa Serikat menyerang 15.000 kasus. Dan di Negara-negara berkembang Shigella flexeneri dan S. dysentriae menyebabkan 600.000 kematian per tahun. Ada empat spesies Shigella, yaitu Shigella flexneri, Shigella dysentriae, Shigella boydii dan Shigella sonnei. Pada umumnya S. flexneri, S.Boydii dan S. dysentriae paling banyak ditemukan di negara berkembang seperti Indonesia. 3

Transcript of disentri refrat

Page 1: disentri refrat

7/27/2019 disentri refrat

http://slidepdf.com/reader/full/disentri-refrat 1/21

 

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Disentri merupakan tipe diare yang berbahaya dan seringkali menyebabkan

kematian dibandingkan dengan tipe diare akut yang lain. Penyakit ini dapat disebabkan

oleh bakteri (disentri basiler) dan amoeba (disentri amoeba)1. Di Amerika Serikat, insiden

disentri amoeba mencapai 1-5% sedangkan disentri basiler dilaporkan kurang dari

500.000 kasus tiap tahunnya. Sedangkan angka kejadian disentri amoeba di Indonesia

sampai saat ini masih belum ada, akan tetapi untuk disentri basiler dilaporkan 5% dari

3848 orang penderita diare berat menderita disentri basiler.2

Di dunia sekurangnya 200 juta kasus dan 650.000 kematian terjadi akibat disentri

 basiler pada anak-anak di bawah umur 5 tahun. Kebanyakan kuman penyebab disentri

 basiler ditemukan di negara berkembang dengan kesehatan lingkungan yang masih

kurang. Disentri amoeba tersebar hampir ke seluruh dunia terutama di negara yang

sedang berkembang yang berada di daerah tropis. Hal ini dikarenakan faktor kepadatan

 penduduk, higiene individu, sanitasi lingkungan dan kondisi sosial ekonomi serta kultural

yang menunjang. Penyakit ini biasanya menyerang anak dengan usia lebih dari 5 tahun.2 

Spesies Entamoeba menyerang 10% populasi didunia. Prevalensi yang tinggi mencapai

50 persen di Asia, Afrika dan Amerika selatan. Sedangkan pada shigella di Ameriksa

Serikat menyerang 15.000 kasus. Dan di Negara-negara berkembang Shigella flexeneri

dan S. dysentriae menyebabkan 600.000 kematian per tahun. Ada empat spesies

Shigella, yaitu Shigella flexneri, Shigella dysentriae, Shigella boydii dan Shigella sonnei.

Pada umumnya S. flexneri, S.Boydii dan S. dysentriae paling banyak ditemukan dinegara berkembang seperti Indonesia.

3

Page 2: disentri refrat

7/27/2019 disentri refrat

http://slidepdf.com/reader/full/disentri-refrat 2/21

 

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (gangguan) dan enteron (usus),

yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas dengan gejala buang air besar 

dengan tinja berdarah, diare encer dengan volume sedikit, buang air besar dengan tinja

 bercampur lender (mucus) dan nyeri saat buang air besar (tenesmus).2

Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit perut

dan buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang bercampur lendir dan

darah.3

Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang menyebabkan

tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas yang disebut sebagai sindroma

disentri, yakni:

1) sakit di perut yang sering disertai dengan tenesmus,

2) berak-berak 

3) tinja mengandung darah dan lendir 

2.2 Epidemiologi

Di Amerika Serikat, insidensi penyakit ini rendah. Setiap tahunnya kurang dari

500.000 kasus yang dilaporkan ke Centers for Disease Control (CDC). Di Bagian

Penyakit Dalam RSUP Palembang selama 3 tahun (1990-1992) tercatat di catatan medis,

dari 748 kasus yang dirawat karena diare ada 16 kasus yang disebabkan oleh disentri

 basiler.4

Page 3: disentri refrat

7/27/2019 disentri refrat

http://slidepdf.com/reader/full/disentri-refrat 3/21

 

3

Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan di beberapa rumah sakit di Indonesia

dari Juni 1998 sampai dengan Nopember 1999, dari 3848 orang penderita diare berat,

ditemukan 5% shigella. Prevalensi amebiasis sangat bervariasi, diperkirakan 10 persen

 populasi terinfeksi.

Prevalensi tertinggi di daerah tropis (50-80%). Manusia merupakan host dan

reservoir utama. Penularannya lewat kontaminasi tinja ke makanan dan minuman, dengan

 perantara lalat, kecoak, kontak interpersonal, atau lewat hubungan seksual anal-oral.

Sanitasi lingkungan yang jelek, penduduk yang padat dan kurangnya sanitasi individual

mempermudah penularannya.4

2.3 Etiologi

Etiologi dari disentri ada 2, yaitu :2

1.  Disentri basiler,

disebabkan oleh Shigella,sp. Shigella adalah basil non motil, gram negatif, famili

enterobacteriaceae. Ada 4 spesies Shigella, yaitu S.dysentriae, S.flexneri, S.bondii dan

S.sonnei. Terdapat 43 serotipe O dari shigella. S.sonnei adalah satu-satunya yang

mempunyai serotipe tunggal. Karena kekebalan tubuh yang didapat bersifat serotipe

spesifik, maka seseorang dapat terinfeksi beberapa kali oleh tipe yang berbeda. Genus ini

memiliki kemampuan menginvasi sel epitel intestinal dan menyebabkan infeksi dalam

 jumlah 102-103 organisme. Penyakit ini kadang-kadang bersifat ringan dan kadang-

kadang berat. Suatu keadaan lingkungan yang jelek akan menyebabkan mudahnya

 penularan penyakit. Secara klinis mempunyai tanda-tanda berupa diare, adanya lendir dan

darah dalam tinja, perut terasa sakit dan tenesmus.

Page 4: disentri refrat

7/27/2019 disentri refrat

http://slidepdf.com/reader/full/disentri-refrat 4/21

 

4

2.  Amoeba (Disentri amoeba),

disebabkan Entamoeba hystolitica.E.histolytica merupakan protozoa usus, sering

hidup sebagai mikroorganisme komensal (apatogen) di usus besar manusia. Apabila

kondisi mengijinkan dapat berubah menjadi patogen dengan cara membentuk koloni di

dinding usus dan menembus dinding usus sehingga menimbulkan ulserasi. Siklus hidup

amoeba ada 2 bentuk, yaitu bentuk trofozoit yang dapat bergerak dan bentuk kista.Bentuk 

trofozoit ada 2 macam, yaitu trofozoit komensal (berukuran< 10 mm) dan trofozoit

 patogen (berukuran > 10 mm). Trofozoit komensal dapat dijumpai di lumen usus tanpa

menyebabkan gejala penyakit.

Bila pasien mengalami diare, maka trofozoit akan keluar bersama tinja.Sementaratrofozoit patogen yang dapat dijumpai di lumen dan dinding usus (intraintestinal) maupun

luar usus (ekstraintestinal) dapat mengakibatkan gejala disentri. Diameternya lebih besar 

dari trofozoit komensal (dapat sampai 50 mm) dan mengandung beberapa eritrosit di

dalamnya. Hal ini dikarenakan trofozoit patogen sering menelan eritrosit

(haematophagous trophozoite). Bentuk trofozoit ini bertanggung jawab terhadap

terjadinya gejala penyakit namun cepat mati apabila berada diluar tubuh manusia.Bentuk 

kista juga ada 2 macam, yaitu kista muda dan kista dewasa.Bentuk kista hanya dijumpai

di lumen usus. Bentuk kista bertanggung jawab terhadap terjadinya penularan penyakit

dan dapat hidup lama di luar tubuh manusia serta tahan terhadap asam lambung dan kadar 

klor standard di dalam sistem air minum. Diduga kekeringan akibat penyerapan air di

sepanjang usus besar menyebabkan trofozoit berubah menjadi kista.5

Page 5: disentri refrat

7/27/2019 disentri refrat

http://slidepdf.com/reader/full/disentri-refrat 5/21

 

5

2.4 Patogenesis dan Patofisiologi

a. Disentri basiler 

Semua strain kuman Shigella menyebabkan disentri, yaitu suatu keadaan yang

ditandai dengan diare, dengan konsistensi tinja biasanya lunak, disertai eksudat inflamasi

yang mengandung leukosit polymorfonuclear (PMN) dan darah. Kuman Shigella secara

genetik bertahan terhadap pH yang rendah, maka dapat melewati barrier asam lambung.

Ditularkan secara oral melalui air, makanan, dan lalat yang tercemar oleh ekskreta pasien.

Setelah melewati lambung dan usus halus, kuman ini menginvasi sel epitel mukosa kolon

dan berkembang biak didalamnya.2

Kolon merupakan tempat utama yang diserang Shigella namun ileum terminalis

dapat juga terserang. Kelainan yang terberat biasanya di daerah sigmoid, sedang pada

ilium hanya hiperemik saja. Pada keadaan akut dan fatal ditemukan mukosa usus

hiperemik, lebam dan tebal, nekrosis superfisial, tapi biasanya tanpa ulkus.

Pada keadaan subakut terbentuk ulkus pada daerah folikel limfoid, dan pada

selaput lendir lipatan transversum didapatkan ulkus yang dangkal dan kecil, tepi ulkus

menebal dan infiltrat tetapi tidak berbentuk ulkus bergaung. S.dysentriae, S.flexeneri, dan

S.sonei menghasilkan eksotoksin antara lain ShET1, ShET2, dan toksin Shiga, yang

mempunyai sifat enterotoksik, sitotoksik, dan neurotoksik.

Page 6: disentri refrat

7/27/2019 disentri refrat

http://slidepdf.com/reader/full/disentri-refrat 6/21

 

6

Enterotoksin tersebut merupakan salah satu faktor virulen sehingga kuman lebih

mampu menginvasi sel eptitel mukosa kolon dan menyebabkan kelainan pada selaput

lendir yang mempunyai warna hijau yang khas. Pada infeksi yang menahun akan

terbentuk selaput yang tebalnya sampai 1,5 cm sehingga dinding usus menjadi kaku,

tidak rata dan lumen usus mengecil. Dapat terjadi perlekatan dengan peritoneum.6

 b. Disentri Amuba

Trofozoit yang mula-mula hidup sebagai komensal di lumen usus besar dapat

 berubah menjadi patogen sehingga dapat menembus mukosa usus dan menimbulkan

ulkus. Akan tetapi faktor yang menyebabkan perubahan ini sampai saat ini belum

diketahui secara pasti. Diduga baik faktor kerentanan tubuh pasien, sifat keganasan

(virulensi) amoeba, maupun lingkungannya mempunyai peran. Amoeba yang ganas dapat

memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang dapat mengakibatkan kerusakan

dan nekrosis jaringan dinding usus. Bentuk ulkus amoeba sangat khas yaitu di lapisan

mukosa berbentuk kecil, tetapi di lapisan submukosa dan muskularis melebar 

(menggaung).

Akibatnya terjadi ulkus di permukaan mukosa usus menonjol dan hanya terjadi

reaksi radang yang minimal. Mukosa usus antara ulkus-ulkus tampak normal. Ulkus

dapat terjadi di semua bagian usus besar, tetapi berdasarkan frekuensi dan urut-urutan

tempatnya adalah sekum, kolon asenden, rektum, sigmoid, apendiks dan ileum

terminalis.2

Page 7: disentri refrat

7/27/2019 disentri refrat

http://slidepdf.com/reader/full/disentri-refrat 7/21

 

7

2.5 Gejala Klinis

a. Disentri Basiler 

Masa tunas berkisar antara 7 jam sampai 7 hari. Lama gejala rata-rata 7 hari

sampai 4 minggu. Pada fase awal pasien mengeluh nyeri perut bawah, diare disertai

demam yang mencapai 400C. Selanjutnya diare berkurang tetapi tinja masih mengandung

darah dan lendir, tenesmus, dan nafsu makan menurun. Bentuk klinis dapat bermacam-

macam dari yang ringan, sedang sampai yang berat.6

Sakit perut terutama di bagian sebelah kiri, terasa melilit diikuti pengeluaran tinja

sehingga mengakibatkan perut menjadi cekung. Bentuk yang berat (fulminating cases)

 biasanya disebabkan oleh S. dysentriae.6

Gejalanya timbul mendadak dan berat, berjangkitnya cepat, berak-berak seperti

air dengan lendir dan darah, muntah-muntah, suhu badan subnormal, cepat terjadi

dehidrasi, renjatan septik dan dapat meninggal bila tidak cepat ditolong. Akibatnya

timbul rasa haus, kulit kering dan dingin, turgor kulit berkurang karena dehidrasi. Muka

menjadi berwarna kebiruan, ekstremitas dingin dan viskositas darah meningkat

(hemokonsentrasi). Kadang-kadang gejalanya tidak khas, dapat berupa seperti gejala

kolera atau keracunan makanan. Kematian biasanya terjadi karena gangguan sirkulasi

 perifer, anuria dan koma uremik.7

Page 8: disentri refrat

7/27/2019 disentri refrat

http://slidepdf.com/reader/full/disentri-refrat 8/21

 

8

Angka kematian bergantung pada keadaan dan tindakan pengobatan. Angka ini

 bertambah pada keadaan malnutrisi dan keadaan darurat misalnya kelaparan.

Perkembangan penyakit ini selanjutnya dapat membaik secara perlahan-lahan tetapi

memerlukan waktu penyembuhan yang lama. Pada kasus yang sedang keluhan dan

gejalanya bervariasi, tinja biasanya lebih berbentuk, mungkin dapat mengandung sedikit

darah/lendir. Sedangkan pada kasus yang ringan, keluhan/gejala tersebut di atas lebih

ringan. Berbeda dengan kasus yang menahun, terdapat serangan seperti kasus akut secara

menahun. Kejadian ini jarang sekali bila mendapat pengobatan yang baik.2

 b. Disentri Amuba

1. Carrier (Cyst Passer)

Pasien ini tidak menunjukkan gejala klinis sama sekali. Hal ini disebabkan

karena amoeba yang berada dalam lumen usus besar tidak mengadakan invasi ke

dinding usus.

2.  Disentri amoeba ringan

Timbulnya penyakit (onset penyakit) perlahan-lahan. Penderita biasanya

mengeluh perut kembung, kadang nyeri perut ringan yang bersifat kejang. Dapat

timbul diare ringan, 4-5 kali sehari, dengan tinja berbau busuk. Kadang juga tinja

 bercampur darah dan lendir. Terdapat sedikit nyeri tekan di daerah sigmoid jarang

nyeri di daerah epigastrium. Keadaan tersebut bergantung pada lokasi ulkusnya.

Keadaan umum pasien biasanya baik, tanpa atau sedikit demam

ringan(subfebris). Kadang dijumpai hepatomegali yang tidak atau sedikit nyeri tekan.

3.  Disentri amoeba sedang

Keluhan pasien dan gejala klinis lebih berat dibanding disentri ringan tetapi

 pasien masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Tinja biasanya disertai lendir 

dan darah. Pasien mengeluh perut kram, demam dan lemah badan disertai

hepatomegali yang nyeri ringan.

Page 9: disentri refrat

7/27/2019 disentri refrat

http://slidepdf.com/reader/full/disentri-refrat 9/21

 

9

4.  Disentri amoeba berat

Keluhan dan gejala klinis lebih berat lagi. Penderita mengalami diare disertai

darah yang banyak, lebih dari 15 kali sehari. Demam tinggi (400C-40,50C) disertai

mual dan anemia.

5.  Disentri amoeba kronik 

Gejalanya menyerupai disentri amoeba ringan, serangan-serangan diare

diselingi dengan periode normal atau tanpa gejala. Keadaan ini dapat berjalan

 berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Pasien biasanya menunjukkan gejala

neurastenia. Serangan diare yang terjadi biasanya dikarenakan kelelahan, demam atau

makanan yang sulit dicerna.6

2.6 Pemeriksaan Penunjang6

Disentri amoeba

1.  Pemeriksaan tinja

Pemeriksaan tinja ini merupakan pemeriksaan laboratorium yang sangat penting.

Biasanya tinja berbau busuk, bercampur darah dan lendir. Untuk pemeriksaan

mikroskopik diperlukan tinja yang segar. Kadang diperlukan pemeriksaan berulang-

ulang, minimal 3 kali seminggu dan sebaiknya dilakukan sebelum pasien mendapat

 pengobatan. Pada pemeriksaan tinja yang berbentuk (pasien tidak diare), perlu dicari

 bentuk kista karena bentuk trofozoit tidak akan dapat ditemukan. Dengan sediaan

langsung tampak kista berbentuk bulat dan berkilau seperti mutiara. Di dalamnya

terdapat badan-badan kromatoid yang berbentuk batang dengan ujung tumpul,

sedangkan inti tidak tampak. Untuk dapat melihat intinya, dapat digunakan larutan

lugol. Akan tetapi dengan larutan lugol ini badan-badan kromatoid tidak tampak.

Bila jumlah kista sedikit, dapat dilakukan pemeriksaan menggunakan metode

konsentrasi dengan larutan seng sulfat dan eterformalin. Dengan larutan seng sulfat

Page 10: disentri refrat

7/27/2019 disentri refrat

http://slidepdf.com/reader/full/disentri-refrat 10/21

 

10

kista akan terapung di permukaan sedangkan dengan larutan eterformalin kista akan

mengendap.

Dalam tinja pasien juga dapat ditemukan trofozoit. Untuk itu diperlukan tinja

yang masih segar dan sebaiknya diambil bahan dari bagian tinja yang mengandung

darah dan lendir. Pada sediaan langsung dapat dilihat trofozoit yang masih bergerak 

aktif seperti keong dengan menggunakan pseudopodinya yang seperti kaca.

Jika tinja berdarah, akan tampak amoeba dengan eritrosit di dalamnya. Bentik 

inti akan nampak jelas bila dibuat sediaan dengan larutan eosin.

2.  Pemeriksaan sigmoidoskopi dan kolonoskopi

Pemeriksaan ini berguna untuk membantu diagnosis penderita dengan gejala

disentri, terutama apabila pada pemeriksaan tinja tidak ditemukan amoeba. Akan tetapi

 pemeriksaan ini tidak berguna untuk carrier. Pada pemeriksaan ini akan didapatkan ulkus

yang khas dengan tepi menonjol, tertutup eksudat kekuningan, mukosa usus antara ulkus-

ulkus tampak normal.

3.  Foto rontgen kolon

Pemeriksaan rontgen kolon tidak banyak membantu karena seringkali ulkus tidak 

tampak. Kadang pada kasus amoebiasis kronis, foto rontgen kolon dengan barium enema

tampak ulkus disertai spasme otot. Pada ameboma nampak filling defect yang mirip

karsinoma.

4.  Pemeriksaan uji serologi

Uji serologi banyak digunakan sebagai uji bantu diagnosis abses hati amebik dan

epidemiologis. Uji serologis positif bila amoeba menembus jaringan (invasif). Oleh

karena itu uji ini akan positif pada pasien abses hati dan disentri amoeba dan negatif pada

carrier. Hasil uji serologis positif belum tentu menderita amebiasis aktif, tetapi bila

negatif pasti bukan amebiasis.

Page 11: disentri refrat

7/27/2019 disentri refrat

http://slidepdf.com/reader/full/disentri-refrat 11/21

 

11

Disentri basiler 

1.  Pemeriksaan tinja.

Pemeriksaan tinja secara langsung terhadap kuman penyebab serta biakan

hapusan (rectal swab). Untuk menemukan carrier diperlukan pemeriksaan biakan tinja

yang seksama dan teliti karena basil shigela mudah mati . Untuk itu diperlukan tinja

yang baru.

2.  Polymerase Chain Reaction (PCR).

Pemeriksaan ini spesifik dan sensitif, tetapi belum dipakai secara luas. Enzim

immunoassay. Hal ini dapat mendeteksi toksin di tinja pada sebagian besar penderita

yang terinfeksi S.dysentriae tipe 1 atau toksin yang dihasilkan E.coli.

3.  Sigmoidoskopi.

Sebelum pemeriksaan sitologi ini, dilakukan pengerokan daerah sigmoid.

Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada stadium lanjut. Aglutinasi. Hal ini terjadi

karena aglutinin terbentuk pada hari kedua, maksimum pada hari keenam. Pada

S.dysentriae aglutinasi dinyatakan positif pada pengenceran 1/50 dan pada S.flexneri

aglutinasi antibodi sangat kompleks, dan oleh karena adanya banyak strain maka

 jarang dipakai. Gambaran endoskopi memperlihatkan mukosa hemoragik yang

terlepas dan ulserasi. Kadang-kadang tertutup dengan eksudat. Sebagian besar lesi berada di bagian distal kolon dan secara progresif berkurang di segmen proksimal

usus besar.2

Page 12: disentri refrat

7/27/2019 disentri refrat

http://slidepdf.com/reader/full/disentri-refrat 12/21

 

12

2.7 Diagnosis

Disentri basiler 

Perlu dicurigai adanya Shigellosis pada pasien yang datang dengan

keluhan nyeri abdomen bawah, dan diare. Pemeriksaan mikroskopik tinja

menunjukkan adanya eritrosit dan leukosit PMN. Untuk memastikan diagnosis

dilakukan kultur dari bahan tinja segar atau hapus rektal.

Pada fase akut infeksi Shigella, tes serologi tidak bermanfaat. Pada

disentri subakut gejala klinisnya serupa dengan kolitis ulserosa. Perbedaan utama

adalah kultur Shigella yang positif dan perbaikan klinis yang bermakna setelah

 pengobatan dengan antibiotik yang adekuat.

Disentri amuba

Pemeriksaan tinja sangat penting di mana tinja penderita amebiasis tidak 

 banyak mengandung leukosit tetapi banyak mengandung bakteri. Diagnosis pasti

 baru dapat ditegakkan bila ditemukan amoeba (trofozoit). Akan tetapi

ditemukannya amoeba bukan berarti meyingkirkan kemungkinan penyakit lain

karena amebiasis dapat terjadi bersamaan dengan penyakit lain.Oleh karena itu,

apabila penderita amebiasis yang telah menjalani pengobatan spesifik masih tetap

mengeluh nyeri perut, perlu dilakukan pemeriksaan lain, misalnya endoskopi, foto

kolon dengan barium enema atau biakan tinja. Abses hati ameba sukar dibedakan

dengan abses piogenik dan neoplasma. Pemeriksaan ultrasonografi dapat

membedakannya dengan neoplasma, sedang ditemukannya echinococcus dapat

membedakannya dengan abses piogenik. Salah satu caranya yaitu dengan

dilakukannya pungsi abses.2

Page 13: disentri refrat

7/27/2019 disentri refrat

http://slidepdf.com/reader/full/disentri-refrat 13/21

 

13

2.8 Komplikasi

a. Disentri amoeba

Beberapa penyulit dapat terjadi pada disentri amoeba, baik berat maupun ringan.

Berdasarkan lokasinya, komplikasi tersebut dapat dibagi menjadi :2

Komplikasi intestinal

1.  Perdarahan usus.

Terjadi apabila amoeba mengadakan invasi ke dinding usus besar dan merusak 

 pembuluh darah.

2.  Perforasi usus.

Hal ini dapat terjadi bila abses menembus lapisan muskular dinding usus besar.

Sering mengakibatkan peritonitis yang mortalitasnya tinggi. Peritonitis juga dapat

disebabkan akibat pecahnya abses hati amoeba.

3.  Ameboma.

Peristiwa ini terjadi akibat infeksi kronis yang mengakibatkan reaksi terbentuknya

massa jaringan granulasi. Biasanya terjadi di daerah sekum dan rektosigmoid. Sering

mengakibatkan ileus obstruktif atau penyempitan usus. Intususepsi. Sering terjadi di

daerah sekum (caeca-colic) yang memerlukan tindakan operasi segera.

4.  Penyempitan usus (striktura).

Dapat terjadi pada disentri kronik akibat terbentuknya jaringan ikat atau akibat

ameboma.

Page 14: disentri refrat

7/27/2019 disentri refrat

http://slidepdf.com/reader/full/disentri-refrat 14/21

 

14

Komplikasi ekstraintestinal3,6

1.  Amebiasis hati.

Abses hati merupakan komplikasi ekstraintestinal yang paling sering terjadi.

Abses dapat timbul dari beberapa minggu, bulan atau tahun sesudah infeksi amoeba

sebelumnya. Infeksi di hati terjadi akibat embolisasi ameba dan dinding usus besar 

lewat vena porta, jarang lewat pembuluh getah bening. Mula-mula terjadi hepatitis

ameba yang merupakan stadium dini abses hati kemudian timbul nekrosis fokal kecil-

kecil (mikro abses), yang akan bergabung menjadi satu, membentuk abses tunggal

yang besar. Sesuai dengan aliran darahvena porta, maka abses hati ameba terutama

 banyak terdapat di lobus kanan.

Abses berisi nanah kental yang steril, tidak berbau, berwarna kecoklatan

(chocolate paste) yang terdiri atas jaringan sel hati yang rusak bercampur darah.

Kadang-kadang dapat berwarna kuning kehijauan karena bercampur dengan cairan

empedu.

2.  Abses pleuropulmonal.

Abses ini dapat terjadi akibat ekspansi langsung abses hati. Kurang lebih 10-

20% abses hati ameba dapat mengakibatkan penyulit ini. Abses paru juga dapat

terjadi akibat embolisasi ameba langsung dari dinding usus besar. Dapat pula terjadi

hiliran (fistel) hepatobronkhial sehingga penderita batuk-batuk dengan sputum

 berwarna kecoklatan yang rasanya seperti hati.

3.  Abses otak, limpa dan organ lain.

Keadaan ini dapat terjadi akibat embolisasi ameba langsung dari dinding usus

 besar maupun dari abses hati walaupun sangat jarang terjadi.

4.  Amebiasis kulit.

Terjadi akibat invasi ameba langsung dari dinding usus besar dengan

membentuk hiliran (fistel). Sering terjadi di daerah perianal atau dinding perut.

Dapat pula terjadi di daerah vulvovaginal akibat invasi ameba yang berasal dari anus.

Page 15: disentri refrat

7/27/2019 disentri refrat

http://slidepdf.com/reader/full/disentri-refrat 15/21

 

15

 b. Disentri basiler 

Beberapa komplikasi ekstra intestinal disentri basiler terjadi pada pasien yang

 berada di negara yang masih berkembang dan seringnya kejadian ini dihubungkan

dengan infeksi S.dysentriae tipe 1 dan S.flexneri pada pasien dengan status gizi buruk.

Komplikasi lain akibat infeksi S.dysentriae tipe 1 adalah haemolytic uremic syndrome

(HUS). SHU diduga akibat adanya penyerapan enterotoksin yang diproduksi oleh

Shigella. Biasanya HUS ini timbul pada akhir minggu pertama disentri basiler, yaitu pada

saat disentri basiler mulai membaik.

Tanda- tanda HUS dapat berupa oliguria, penurunan hematokrit (sampai 10%

dalam 24 jam) dan secara progresif timbul anuria dan gagal ginjal atau anemia berat

dengan gagal jantung.

Dapat pula terjadi reaksi leukemoid (leukosit lebih dari 50.000/mikro liter),

trombositopenia (30.000-100.000/mikro liter), hiponatremia, hipoglikemia berat bahkan

gejala susunan saraf pusat seperti ensefalopati, perubahan kesadaran dan sikap yang aneh.

Artritis juga dapat terjadi akibat infeksi S.flexneri yang biasanya muncul pada masa

 penyembuhan dan mengenai sendi-sendi besar terutama lutut. Hal ini dapat terjadi pada

kasus yang ringan dimana cairan sinovial sendi mengandung leukosit polimorfonuklear.

Penyembuhan dapat sempurna, akan tetapi keluhan artsitis dapat berlangsung selama

 berbulan-bulan. Bersamaan dengan artritis dapat pula terjadi iritis atau iridosiklitis.

Sedangkan stenosis terjadi bila ulkus sirkular pada usus menyembuh, bahkan dapat pula

terjadi obstruksi usus, walaupun hal ini jarang terjadi. Neuritis perifer dapat terjadi

setelah serangan S.dysentriae yang toksik namun hal ini jarang sekali terjadi.

Komplikasi intestinal seperti toksik megakolon, prolaps rectal dan perforasi jugadapat muncul. Akan tetapi peritonitis karena perforasi jarang terjadi. Kalaupun terjadi

 biasanya pada stadium akhir atau setelah serangan berat.

Page 16: disentri refrat

7/27/2019 disentri refrat

http://slidepdf.com/reader/full/disentri-refrat 16/21

 

16

Peritonitis dengan perlekatan yang terbatas mungkin pula terjadi pada beberapa

tempat yang mempunyai angka kematian tinggi. Komplikasi lain yang dapat timbul

adalah bisul dan hemoroid. (2)

2.9 Pengobatan3,6

Disentri basiler 

Prinsip dalam melakukan tindakan pengobatan adalah istirahat, mencegah atau

memperbaiki dehidrasi dan pada kasus yang berat diberikan antibiotika.

1.  Cairan dan elektrolit

Dehidrasi ringan sampai sedang dapat dikoreksi dengan cairan rehidrasi

oral. Jika frekuensi buang air besar terlalu sering, dehidrasi akan terjadi dan berat

 badan penderita turun. Dalam keadaan ini perlu diberikan cairan melalui infus

untuk menggantikan cairan yang hilang. Akan tetapi jika penderita tidak muntah,

cairan dapat diberikan melalui minuman atau pemberian air kaldu atau oralit. Bila

 penderita berangsur sembuh, susu tanpa gula mulai dapat diberikan.

2.  Diet

Diberikan makanan lunak sampai frekuensi berak kurang dari 5 kali/hari,

kemudian diberikan makanan ringan biasa bila ada kemajuan.

Pengobatan spesifik 

Menurut pedoman WHO, bila telah terdiagnosis shigelosis pasien diobati

dengan antibiotika. Jika setelah 2 hari pengobatan menunjukkan perbaikan, terapi

diteruskan selama 5 hari. Bila tidak ada perbaikan, antibiotika diganti dengan

 jenis yang lain.

Page 17: disentri refrat

7/27/2019 disentri refrat

http://slidepdf.com/reader/full/disentri-refrat 17/21

 

17

Resistensi terhadap sulfonamid, streptomisin, kloramfenikol dan

tetrasiklin hampir universal terjadi. Kuman Shigella biasanya resisten terhadap

ampisilin, namun apabila ternyata dalam uji resistensi kuman terhadap ampisilin

masih peka, maka masih dapat digunakan dengan dosis 4 x 500 mg/hari selama 5

hari.

Begitu pula dengan trimetoprimsulfametoksazol, dosis yang diberikan 2 x

960 mg/hari selama 3-5 hari. Amoksisilin tidak dianjurkan dalam pengobatan

disentri basiler karena tidak efektif. Pemakaian jangka pendek dengan dosis

tunggal fluorokuinolon seperti siprofloksasin atau makrolide azithromisin ternyata

 berhasil baik untuk pengobatan disentri basiler. Dosis siprofloksasin yang dipakai

adalah 2 x 500 mg/hari selama 3 hari sedangkan azithromisin diberikan 1 gram

dosis tunggal dan sefiksim 400 mg/hari selama 5 hari. Pemberian siprofloksasin

merupakan kontraindikasi terhadap anak-anak dan wanita hamil.

Di negara-negara berkembang di mana terdapat kuman S.dysentriae tipe 1

yang multiresisten terhadap obat-obat, diberikan asam nalidiksik dengan dosis 3 x

1 gram/hari selama 5 hari. Tidak ada antibiotika yang dianjurkan dalam

 pengobatan stadium carrier disentri basiler.

Disentri amuba

-  Asimtomatik atau carrier : Iodoquinol (diidohydroxiquin) 650 mg tiga kali

 perhari selama 20 hari, paromycin dosis 500 mg tiga kali sehari selama 10

hari.

-  Amebisid luminal seperti: diloksanit furuat dosis 3 x 500 mg sehari selama

10 hari, kliokinol dosis 3 x 250mg sehari selama 10 hari, karbarson dosis 3x 500 mg sehari selama 7 hari, klefamid dosis 3 x 500 mg sehari selama

10- 13 hari.

Obat amebisid jaringan diperlukan untuk profilaksis, biasanya yang

dipakai:

Page 18: disentri refrat

7/27/2019 disentri refrat

http://slidepdf.com/reader/full/disentri-refrat 18/21

 

18

Klorokuin difosfat dosis 2 x 500 mg sehari selama 1-2 hari

kemudian dilanjutkan dengan 2 x 250 mg sehari selama 7-12 hari,

metronidazole dosis 35-50 mg/kgBB atau 3 x 500 mg sehari

selama 5 hari, Tinidazol dosis 50 mg/kgBB atau 2 g selama 2-3

hari dan orindazol dosis 50-60 mh/kgBB atau 2 g sehari selama 3

hari.

o  Amebiasis intestinal ringan atau sedang : metronidazole dengan

dosis 3 x 750 mg sehari selama 5-10 hari bisa juga dipakai

tinidazol dan orinidazol. Pasien yang sudah sembuh dengan

 pengobatan metronidazole dapat timbul abses hati amoeba dalam

 jangka waktu 3-4 bulan kemudian oleh karena itu ditambahkan

amebisid luminal yang dapat dipakai diiodohydroxyquin, kliokinol

atau diloksanid furoat, dapat juga diberikan tetrasiklin dengan

dosis 4 x 500 mg sehari selama 5 hari.

o  Amebiasis intestinal berat: selain obat biasanya memerlukan infus

cairan elektrolit atau transfusi darah, selain obat yang diberikan

seperti disentri amoeba ringan dan sedang perlu ditambahkan

emetin atau dehidroemetin yang diberikan secara intramuskular.

Dosis emetin 1mg/kg BB sehari (maksimum 60 mg) selama 3-5

hari, dehidroemetin 11,5 mg/kgBB sehari (maksimum 90 mg

sehari) selama 3-5 hari. Setelah pemberian obat itu penderita

sebaiknya di observasi karena bahaya efek samping terhadap

 jantung.

o  Amebiasis ektraintestinal dan ameboma: dapat diberikan

metronidazole, tinidazole, orinidazole dan klorokindifosfat

dengan dosis 1g sehari selama 1-2 hari dilanjutkan dengan 600 mg

sehari selama 4 minggu perlu juga ditambahkan dehidroemetin

atau emetin selama 10 hari, apabila abses hati sangat besar bisa

lebih dari 5cm sehingga perlu dipertimbangkan tindakan pungsi

abses untuk mempercepat penyembuhan. 

Page 19: disentri refrat

7/27/2019 disentri refrat

http://slidepdf.com/reader/full/disentri-refrat 19/21

 

19

-  2.10 Prognosis6

Prognosis ditentukan dari berat ringannya penyakit, diagnosis dan

 pengobatan dini yang tepat serta kepekaan ameba terhadap obat yang diberikan.

Pada umumnya prognosis amebiasis adalah baik terutama pada kasus tanpa

komplikasi. Prognosis yang kurang baik adalah abses otak ameba. Pada bentuk 

yang berat, angka kematian tinggi kecuali bila mendapatkan pengobatan dini.

Tetapi pada bentuk yang sedang, biasanya angka kematian rendah; bentuk 

dysentriae biasanya berat dan masa penyembuhan lama meskipun dalam bentuk 

yang ringan. Bentuk flexneri mempunyai angka kematian yang rendah. (2)

2.11 Pencegahan2,7

Disentri amoeba

Makanan, minuman dan keadaan lingkungan hidup yang memenuhi syarat

kesehatan merupakan sarana pencegahan penyakit yang sangat penting.

Air minum sebaiknya dimasak dahulu karena kista akan binasa bila air 

dipanaskan 500C selama 5 menit. Penting sekali adanya jamban keluarga, isolasi

dan pengobatan carrier. Carrier dilarang bekerja sebagai juru masak atau segala

 pekerjaan yang berhubungan dengan makanan. Sampai saat ini belum ada vaksin

khusus untuk pencegahan. Pemberian kemoprofilaksis bagi wisatawan yang akan

mengunjungi daerah endemis tidak dianjurkan.

Disentri basiler 

Belum ada rekomendasi pemakaian vaksin untuk Shigella. Penularan

disentri basiler dapat dicegah dan dikurangi dengan kondisi lingkungan dan diri

yang bersih seperti membersihkan tangan dengan sabun, suplai air yang tidak 

terkontaminasi, penggunaan jamban yang bersih.

Page 20: disentri refrat

7/27/2019 disentri refrat

http://slidepdf.com/reader/full/disentri-refrat 20/21

 

20

BAB III

KESIMPULAN

-  Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan

sakit perut dan buang air besar encer yang bercampur lendir dan darah.

-  Etiologi dari disentri bisa dikarenakan ada 2, yaitu disenstri basiler yang

disebabkan oleh Shigella,sp dan disentri amuba yang disebabkan oleh

Entamoeba hystolitica.

-  Manifestasi klinis disentri basiler berupa diare berlendir, alkalis, tinja

kecil-kecil dan banyak, darah dan tenesmus serta bila tinja berbentuk 

dilapisi lendir. Manifestasi klinis disentri amuba berupa tinja biasanya

 besar, asam, berdarah dan tenesmus jarang ditemukan

-  Diagnosis dari disentri dapat ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan lanjutan.

Page 21: disentri refrat

7/27/2019 disentri refrat

http://slidepdf.com/reader/full/disentri-refrat 21/21

 

21

DAFTAR PUSTAKA

1.  Anonim, 2008. Disentri. Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Disentri_Amuba.

2.  Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV.J 2006. Jakarta:

Departemen Penyakit Dalam FKUI. Hal: 1788-9, 1817-9

3.  Hembing, 2006. Jangan Anggap Remeh Disentri. Diakses dari

http://portal.cbn.net.id/cbprtl/cybermed.

4.  Simanjuntak C. H., 1991. Epidemiologi Disentri. Diakses dari

http://www.kalbe.co.id/files/cdk.

5.  Oesman, Nizam. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi III. Fakultas kedokteran

UI.: Jakarta.

6.  Davis K., 2007. Amebiasis. Diakses dari http://www.emedicine.com/ med/topic116.htm.

7.  Kroser A. J., 2007. Shigellosis. Diakses dari http://www.emedicine.com/ 

med/topic2112.htm.