DISEMINASI TEKNOLOGI MENDUKUNG SWASEMBADA...

32
LAPORAN AKHIR TAHUN DISEMINASI TEKNOLOGI MENDUKUNG SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU (PSDSK) PENANGGUNG JAWAB PENELITI UTAMA SYARIFAH RAIHANAH BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012

Transcript of DISEMINASI TEKNOLOGI MENDUKUNG SWASEMBADA...

Page 1: DISEMINASI TEKNOLOGI MENDUKUNG SWASEMBADA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/06...teknologi di tiga lokasi kabupaten/kota yaitu: (1) Aceh Besar (2)

LAPORAN AKHIR TAHUN

DISEMINASI TEKNOLOGI MENDUKUNGSWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU

(PSDSK)

PENANGGUNG JAWABPENELITI UTAMA

SSYYAARRIIFFAAHH RRAAIIHHAANNAAHH

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHBALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANKEMENTERIAN PERTANIAN

2012

Page 2: DISEMINASI TEKNOLOGI MENDUKUNG SWASEMBADA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/06...teknologi di tiga lokasi kabupaten/kota yaitu: (1) Aceh Besar (2)

KKAATTAA PPEENNGGAANNTTAARR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadhirat Allah SWT atas segala limpahan

rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan

Kemajuan Tahun 2012.

Program Diseminasi Teknologi Mendukung Swasembada Daging Sapi dan Kerbau

bertujuan Meningkatkan populasi sapi potong di Provinsi Aceh dengan dukungan IPTEK

untuk memenuhi kebutuhan daging sapi.

Oleh karena itu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh selaku

lembaga yang berwenang melakukan teknologi mendukung swasembada daging sapi

dan kerbau mencoba melalui kegiatan Program Diseminasi Teknologi Mendukung

Swasembada Daging Sapi dan Kerbau untuk memfasilitasi ketersediaan daging sapi dan

kerbau sekaligus membina petani peternak sapi dan kerbau yang ada di Provinsi Aceh

dengan harapan dapat menyediakan daging sapi dan kerbau yang bermutu di tingkat

petani peternak.

Ucapan terima kasih kepada Bapak Kepala Balai dan teman-teman yang terlibat

dalam tim kegiatan ini yang telah banyak membantu dalam melaksanakan kegiatan ini

dilapangan sejak dari awal sehingga kegiatan Program Diseminasi Teknologi Mendukung

Swasembada Daging Sapi dan Kerbau, terlaksana dengan baik hingga siapnya laporan

akhir ini.

Demikian laporan ini kami buat dan kami sampaikan, segala kritikan dan saran

yang membangun sangat kami harapkan agar laporan ini menjadi lebih baik dan kami

ucapkan terima kasih.

Banda Aceh, Desember 2012Penanggung Jawab Kegiatan,

Ir. Syarifah RaihanahNIP. 196106031996032001

Page 3: DISEMINASI TEKNOLOGI MENDUKUNG SWASEMBADA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/06...teknologi di tiga lokasi kabupaten/kota yaitu: (1) Aceh Besar (2)

RINGKASAN

Mulai tahun 2010 dan 2011 BPTP Aceh telah melakukan program pendampinganteknologi di tiga lokasi kabupaten/kota yaitu: (1) Aceh Besar (2) Bireun dan (3) Aceh Utara.Kegiatan yang telah dilakukan antara lain (1) Identifikasi kebutuhan pendampingan dandiseminasi, (2) pembinaan petani dan (3) implementasi teknologi sesuai kebutuhan teknologidimasing-masing kabupaten. Pada tahun 2012 kegiatan pendampingan dilaksanakan di kabupatenAceh Timur. Tiga Kabupaten terdahulu yaitu Aceh Besar, Biruen dan Aceh Utara tetap akan didampingi walaupun tidak kontinyu, dengan implementasi teknologi yang lebih diintensifkanterhadap pengaruh implementasi teknologi yang diterapkan pada tahun 2010 dan 2011. Tujuan2012 meliputi yaitu: (1) Melakukan diseminasi dan pendampingan teknologi dalam pelaksanaanPSDSK pada dua kelompok di satu kabupaten (2) Meningkatkan keterampilan para peternak danpenyuluh/petugas lapang sapi potong dalam teknologi pakan (feeding), reproduksi (breeding),manajemen (cara pemeliharaan, veteriner dan sanitasi lingkungan), dan limbah kotoran sapi dan(3) Memperbaiki angka Servis per Conception (S/C), Conception Rate (C/R), Calving Internal (CI)dan estrus post Partus (Epp) sapi menjadi lebih baik.

Metodelogi pelaksanaan Lingkup kegiatan tahun 2012 yang akan dilaksanakan di duakelompok di satu kabupaten binaan yaitu Aceh Timur. Didampingi oleh koordinator wilayah yangdibantu oleh penyuluh pendamping ditingkat kabupaten. Pelaksanaan kegiatan dimulai bulanJanuari sampai dengan bulan Desember 2012. Kegiatan ini meliputi : a) Temu Teknis teknologiPKP (Penunjang Keberhasilan Pembibitan), b) Bimbingan penerapan teknologi PKP, c) Pelatihanpetani dan petugas, dan d) Penyiapan materi penyuluhan dalam bentuk juknis untuk menunjangpeningkatan kinerja reproduksi induk melalui teknologi reproduksi, dan manejemen pemeliharaanuntuk mencapai S/C > 1,55 , CR>70%, estrus post partus partus < 90 hari, dan PBBH anak prasapih > 0,4 kg. Persiapan awal kegiatan dilakukan melalui survey dengan metode pemahamanpedesaan dalam waktu singkat secara partisipatif (Participatory Rural Appraisal). Pengumpulandata dilakukan melalui studi kepustakaan/desk study/review dan survey di lapangan serta teknikwawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan/kuisioner yang telah disiapkan. Data yangdikumpulkan terdiri dari biofisik wilayah pengkajian, sosial ekonomi, dan budaya setempat.Bimbingan penerapan teknologi PKP terhadap sapi potong yang dilakukan oleh peneliti BPTPAceh, bersama-sama dengan petugas dinas setempat yang dilakukan secara partisipatif.Bimbingan tersebut dilaksanakan untuk memberikan bekal keterampilan terhadap peternak dalamhal manajemen pemeliharaan induk bunting, penggunaan pakan, serta teknologi reproduksi untukmenunjang peningkatan angka kebuntingan (S/C < 1,55, CR > 70%, estrus post partus < 90hari, dan PBBH anak pra sapih > 0,4 kg). Bimbingan penerapan teknologi dilakukan baik secarateori di dalam kelas maupun praktek di lapangan. Teknologi introduksi yang diterapkan adalahsebagai berikut: (1) Pemberian Urea Molases Block (UMB) menggunakan sebagai sumber protein,vitamin dan mineral, (2) Pemberian konsentrat 1 % dari berat badan (dedak dan sagu), (3)Pembuatan dan pemberian jerami padi fermentasi untuk penyediaan pakan serat, (4) Treatmentflushing pada induk bunting dua bulan sebelum dan dua bulan sesudah melahirkan, (5)Pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL) dari bahan lokal, dan (6) Pembuatan kompos darikotoran sapi dengan menggunakan EM 4 sebagai decomposer.

Hasil dari kegiatan-kegiatan bimbingan penerapan PKP, pelatihan petani dan petugas,serta bimbingan manajemen pemeliharaan di lokasi pendampingan, ternyata dapat meningkatkanketerampilan peternak dan produktivitas ternak. Hal ini terlihat dari adanya perubahan nilaiService Per Conception (S/C), Conception Rate (C/R), Calving Internal (CI) dan Estrus Post Partus(Epp) menjadi lebih baik yaitu 1.8, 60%, 12 bulan dan 40 hari. Selain itu PBBH anak prasapihmencapai 0.38 kg/hari, untuk jenis sapi aceh dan untuk jenis sapi peranakan bali 0.42 kg/hari

Key Word : Pendampingan, Daging Sapi

Page 4: DISEMINASI TEKNOLOGI MENDUKUNG SWASEMBADA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/06...teknologi di tiga lokasi kabupaten/kota yaitu: (1) Aceh Besar (2)

DAFTAR ISI

HalamanLEMBAR PENGESAHAN..................................................................... iKATA PENGANTAR ........................................................................... iiRINGKASAN ..................................................................................... iiiDAFTAR ISI...................................................................................... ivDAFTAR TABEL ................................................................................ vi

I. PENDAHULUAN ......................................................................... 11.1. Latar Belakang ....................................................................... 11.2. Tujuan .................................................................................... 1

1.2.1. Tujuan Tahun 2012 ....................................................... 21.3. Keluaran ................................................................................. 2

1.3.1. Keluaran Tahun 2012..................................................... 21.4. Hasil yang diharapkan .............................................................. 21.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak................................................. 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 32.1. Peran Sapi Potong dalam Pemenuhan Konsumsi Daging di Aceh ... 32.2. Pola Usaha Ternak Sapi Potong.................................................. 32.3 Peran Teknologi dalam Menunjang Swasembada Daging Sapi ...... 4

III. METODE PENELITIAN ............................................................... 53.1. Ruang Lingkup.......................................................................... 53.2. Pendekatan .............................................................................. 53.3. Tahapan Pelaksanaan................................................................ 5

IV. HASIL PEMBAHASAN ................................................................. 84.1. Gambaran Umum Lokasi............................................................ 8

4.1.1. Karakteristik Biofisik....................................................... 84.1.2. Karakteristik Sosial Ekonomi ........................................... 84.1.3. Keragaan Usaha Tanaman dan Usaha Ternak .................. 10

4.2. Koordinasi Kegiatan dengan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten .. 104.3. Data Induk Produktif dan Kondisi Kesehatan Reproduksi .............. 114.4. Bimbingan Penerapan Teknologi PKP .......................................... 124.5. Demplot PKP ............................................................................ 14

4.5.1. Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Induk Sapi PotongPra dan Post Partus/Flushing .......................................... 14

4.5.2. Pemberian Urea Molases Blokc (UMB) ............................. 144.5.3. Pembuatan dan Pemberian Jerami Padi Fermentasi

untuk Penyediaan Pakan Serat ....................................... 144.5.4. Pencegahan Penyakit pada Sapi Potong .......................... 15

Page 5: DISEMINASI TEKNOLOGI MENDUKUNG SWASEMBADA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/06...teknologi di tiga lokasi kabupaten/kota yaitu: (1) Aceh Besar (2)

4.5.5. Demplot Kebun Rumput................................................. 154.5.6. Pengolahan Pupuk Organik ............................................ 17

4.6. Keragaan Reproduksi Ternak di Lokasi Pendampingan ................ 17

V. KESIMPULAN ............................................................................. 20VI. KINERJA HASIL KEGIATAN ........................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 22LAMPIRAN ....................................................................................... 24

Page 6: DISEMINASI TEKNOLOGI MENDUKUNG SWASEMBADA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/06...teknologi di tiga lokasi kabupaten/kota yaitu: (1) Aceh Besar (2)

DDAAFFTTAARR TTAABBEELL

No. Judul Hal.1. Keragaan Luas Lahan Menurut Penggunaan di Desa Alue Nibong

Kecamatan Peureulak, Kabupaten Aceh Timur ...................................... 82. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur di Desa Aloe Nibong Kecamatan

Peureulak Kabupaten Aceh Timur ........................................................ 93. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Aloe

Nibong Kecamatan Peureulak Kabupaten Aceh Timur ............................ 94. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Aloe

Nibong Kecamatan Peureulak Kabupaten Aceh Timur ............................ 95. Populasi Ternak di Desa Aloe Nibong Kecamatan Peureulak

Kabupaten Aceh Timur ....................................................................... 106. Induk Produktif di Lokasi Pendampingan PSDS Tahun 2012 ................... 117. Materi Bimbingan Penerapan Teknologi PKP dan Penguatan

Kelompoktani ..................................................................................... 128. Keragaan Ternak yang Diberi Perlakuan Flushing di Kelompok Nibong

Raya dan kelompok Nalueng Raja, Desa Alue Nibong, KecamatanPeurelak, Kabupaten Aceh Timur ......................................................... 14

9. Keragaan Reproduksi Induk Sapi Potong di Lokasi PendampinganPSDS di Desa Alue Nibong Kecamatan Peureulak .................................. 18

Page 7: DISEMINASI TEKNOLOGI MENDUKUNG SWASEMBADA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/06...teknologi di tiga lokasi kabupaten/kota yaitu: (1) Aceh Besar (2)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Secara nasional kebutuhan daging sapi di Indonesia masih kurang sekitar 135

juta ton (35%) dari jumlah kebutuhan 385 juta ton per tahun. Sedangkan di Provinsi

Aceh kebutuhan daging sapi sekitar 30.210 ton yang dapat dipenuhi secara internal dari

sapi lokal hanya 87,25%, sisanya sekitar 4000 ton didatangkan dari luar Provinsi Aceh

(Badan investasi dan promosi Aceh, 2009). Padahal populasi sapi di Provinsi Aceh

mencapai 462.840 ekor (BPS Aceh, 2011). Apabila 25% saja dari jumlah tersebut bisa

sebagai sumber daging dan rata-rata minimal dapat menghasilkan 250 kg per ekor,

sebenarnya Aceh tidak kekurangan daging bahkan dapat mengekspo, salah satu

penyebab tidak terpenuhinya kebutuhan daging di Provinsi Aceh adalah kondisi ternak

kurang baik, produktivitas HMT rendah, SDM peternak dan petugas yang kurang

menunjang sehingga mengakibatkan angka service per conception (S/C >2) conception

rate (CR) kurang dari 70%, Calving Internal (CI) diatas 16 bulan, Estrus post partus

masih diatas 90 hari. Oleh karena itu Pemerintah Aceh secara positif merespon program

Kementerian Pertanian dalam rangka Program Swasembada Daging Sapi Kerbau

(PSDSK) pada tahun 2014, dengan membangun kawasan-kawasan sentra produksi sapi

potong, sehingga BPTP Aceh sebagai salah satu UPT Badan Litbang Pertanian

berkewajiban dan berperan untuk mendukung keberhasilan program tersebut.

Mulai tahun 2010 dan 2011 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh

telah melakukan program pendampingan teknologi di 3 lokasi kabupaten/kota yaitu: (1)

Aceh Besar (2) Bireuen dan (3) Aceh Utara. Kegiatan yang telah dilakukan antara lain (1)

Identifikasi kebutuhan pendampingan dan diseminasi, (2) pembinaan petani dan (3)

implementasi teknologi sesuai kebutuhan teknologi dimasing-masing kabupaten. Pada

tahun 2012 kegiatan pendampingan dilaksanakan di kabupaten Aceh Timur. Tiga

Kabupaten terdahulu yaitu Aceh Besar, Bireuen dan Aceh Utara tetap akan di dampingi

walaupun tidak kontinyu, dengan implementasi teknologi yang lebih diintensifkan

terhadap pengaruh implementasi teknologi yang diterapkan pada tahun 2010 dan 2011.

1.2. Tujuan

Meningkatkan populasi sapi potong di Provinsi Aceh dengan dukungan IPTEK

untuk memenuhi kebutuhan daging sapi.

Page 8: DISEMINASI TEKNOLOGI MENDUKUNG SWASEMBADA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/06...teknologi di tiga lokasi kabupaten/kota yaitu: (1) Aceh Besar (2)

1.2.1.Tujuan Tahun 2012

1. Melakukan diseminasi dan pendampingan teknologi dalam pelaksanaan

PSDSK pada dua kelompok di satu kabupaten.

2. Meningkatkan ketrampilan para peternak dan penyuluh/petugas lapang sapi

potong dalam teknologi pakan (feeding), reproduksi (breeding), manajemen

(cara pemeliharaan, veteriner dan sanitasi lingkungan), dan limbah kotoran

sapi.

3. Memperbaiki angka Service per Conception (S/C), Conception Rate (C/R),

Calving Internal (CI) dan Estrus Post Partus (Epp) sapi menjadi lebih baik

1.3. Keluaran

Peningkatan populasi sapi potong mendukung tercapainya swasembada daging

sapi di Provinsi Aceh yang di dukung oleh aspek teknis (teknologi), manajemen serta

kebijakan yang terpadu antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

1.3.1. Keluaran tahun 2012

a. Terlaksananya diseminasi dan pendampingan teknologi dalam pelaksanaan

PSDSK pada kabupaten.

b. Peningkatan ketrampilan para peternak dan penyuluh/petugas lapang sapi

potong dalam manajemen, teknologi pakan, reproduksi, dan pengolahan

limbah kotoran sapi.

1.4. Hasil yang diharapkan

Melakukan pendampingan terhadap dua kelompok di satu kabupaten (Aceh

Timur) diharapkan terjadi percepatan penyebaran teknologi penunjang keberhasilan

pembibitan (pakan, manajemen dan teknologi reproduksi) dari peneliti ke petani,

kemudian terjadi difusi dari petani kooperator ke petani non kooperator.

1.5. Perkiraan Manfaat Dan dampak

Petani memahami dan menerapkan teknologi penunjang keberhasilan pembibitan

(PKP) terdiri dari teknologi pakan, reproduksi, manajemen pemeliharaan dan pengolahan

kompos sehingga dicapai peningkatan angka kebuntingan (S/C <1,55), CR > 70%,

estrus post partus < 90 hari dan PPBH anak pra sapih > 0,4 kg.

Page 9: DISEMINASI TEKNOLOGI MENDUKUNG SWASEMBADA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/06...teknologi di tiga lokasi kabupaten/kota yaitu: (1) Aceh Besar (2)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Peran Sapi Potong dalam Pemenuhan Konsumsi Daging di Aceh

Konsumsi daging sapi di Indonesia terus mengalami peningkatan. Namun

peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

Laju peningkatan populasi sapi potong relatif lamban, yaitu 4,23% pada tahun 2007

(Direktorat Jenderal Peternakan 2007). Kondisi tersebut menyebabkan sumbangan sapi

potong terhadap produksi daging nasional rendah (Mersyah 2005; Santi 2008) sehingga

terjadi kesenjangan yang makin lebar antara permintaan dan penawaran (Setiyono et al.

2007).

Sapi potong merupakan komoditas andalan bagi provinsi Aceh, Kebutuhan daging

sapi di provinsi Aceh 30,210 ton dan dapat dipenuhi secara internal dari sapi lokal hanya

87,25 % sisanya sekitar 4000 ton didatangkan dari luar Aceh (Badan Investasi Aceh ,

2009), sementara itu produksi daging nasional menghasilkan 2.070.234 ton (Dinas

Peternakan, 2006).

2.2. Pola Usaha Ternak Sapi Potong

Budidaya ternak sapi potong dilakukan dalam dua tipe, yaitu tipe peternakan

rakyat dan tipe industri/swasta yang dikelola dalam skala besar dan dilakukan oleh

perusahaan feedloter. Aktivitas usaha swasta dalam memelihara ternak sapi potong

biasanya dalam bentuk penggemukkan sapi (feedloter), sapi dipelihara dalam kurun

waktu tertentu dan diberikan pakan kualitas baik untuk memperoleh pertambahan berat

badan yang diinginkan, selanjutnya dijual. Sedangkan usaha ternak sapi potong

dikalangan peternak/rakyat biasanya merupakan campuran (mix farming) antara

pembesaran dan pembibitan, dengan ciri skala usaha rumah tangga dan kepemilikan

ternak sedikit, menggunakan teknologi sederhana, bersifat padat karya, dan berbasis

azas organisasi kekeluargaan (Aziz dalam Yusdja dan Ilham 2004).

Usaha ternak sapi potong pembibitan sampai saat ini masih diusahakan secara

tradisional, belum dilakukan sebagai tujuan usaha komersial dengan target-target

produksi yang jelas, belum dilakukan pencatatan (recording) untuk mengetahui kinerja

reproduksi ternak. Dengan demikian pemeliharaan dan pengembangbiakan sapi masih

merupakan bagian minor dari kegiatan usahatani, dengan orientasi sebagai tabungan,

dan penyedia tenaga kerja, atau untuk mengisi waktu luang, serta untuk meningkatkan

produktivitas lahan (Hadiana, et.al., 2007).

Page 10: DISEMINASI TEKNOLOGI MENDUKUNG SWASEMBADA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/06...teknologi di tiga lokasi kabupaten/kota yaitu: (1) Aceh Besar (2)

2.3. Peran Teknologi dalam Menunjang Swasembada Daging Sapi

Untuk memacu peningkatan kinerja usaha ternak sapi potong rakyat diperlukan

strategi atau dukungan teknologi yang tepat. Teknologi yang dapat diimplementasikan

pada peternakan rakyat antara lain perbaikan kualitas pakan yang diberikan dengan

memanfaatkan bahan yang tersedia di lokasi seperti pemberian gamal, lamtoro dan

kaliandra yang memiliki kandungan protein lebih tinggi dibandingkan dengan rumput

atau jerami. Selain itu untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein diperlukan

penggunaan probiotik untuk meningkatkan efisiensi ransum. Probiotik adalah suplemen

dalam bentuk jasad renik hidup yang dapat meningkatkan bobot badan, efisiensi ransum

(feed conversion ratio) dan menambah kesehatan ternak. Peningkatan cadangan energi

tubuh yang biasanya ditandai dengan kenaikan bobot badan merupakan usaha untuk

menormalkan proses estrus pada induk sapi (Winugroho, 2002). Akibat perbaikan bobot

badan, status reproduksi sapi meningkat seperti kenaikan persentase kebuntingan sapi

SO di Sumba dari 25 menjadi 90% (Winugroho et al., 1996) serta perpendekan jarak

beranak sapi Bali dari 15 bulan menjadi 13 bulan (Winugroho et al., 1995).

Teknologi yang diimplementasikan dapat memperbaiki kinerja reproduksi ternak

sapi yang pada akhirnya dapat memberikan peningkatan pendapatan peternak melalui

peningkatan produksi ternak serta mendukung program swasembada daging di Jawa

Barat. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) sebagai lembaga penelitian dan

pengkajian berperan aktif dalam program pendampingan PSDS melalui teknologi.

Page 11: DISEMINASI TEKNOLOGI MENDUKUNG SWASEMBADA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/06...teknologi di tiga lokasi kabupaten/kota yaitu: (1) Aceh Besar (2)

III. METODA PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup

Lingkup kegiatan tahun 2012 yang akan dilaksanakan di dua kelompok di satu

Kabupaten yaitu Kabuten Aceh Timur yang dibantu oleh penyuluh pendamping ditingkat

kabupaten. Pelaksanaan kegiatan dimulai Januari sampai Desember 2012.

Kegiatan ini meliputi : a) Temu teknis teknologi PKP (Penunjang Keberhasilan

Pembibitan), b) Bimbingan penerapan teknologi PKP, c) Pelatihan petani dan petugas,

dan d) Penyiapan materi penyuluhan dalam bentuk juknis untuk menunjang peningkatan

kinerja reproduksi induk melalui teknologi reproduksi, dan manejemen pemeliharaan

untuk mencapai S/C < 1,55, CR> 70%, estrus post partus partus < 90 hari, dan PBBH

anak pra sapih > 0,4 kg

3.2. Pendekatan

Kegiatan Diseminasi Teknologi Mendukung Swasembada Daging Sapi dilakukan

secara partisipatif di kelompok terpilih melibatkan peneliti/penyuluh BPTP Aceh,

dinas/instansi terkait, petugas, dan kelompok tani/peternak. Persiapan awal kegiatan

dilakukan melalui survey dengan metode pemahaman pedesaan dalam waktu singkat

secara partisipatif (Participatory Rural Appraisal). Pengumpulan data dilakukan melalui

studi kepustakaan/desk study/review dan survey di lapangan serta teknik wawancara

dengan menggunakan daftar pertanyaan/kuisioner yang telah disiapkan. Data yang

dikumpulkan terdiri dari biofisik wilayah pengkajian, sosial ekonomi dan budaya

setempat.

3.3. Tahapan Pelaksanaan

Tahapan pelaksanaan kegiatan Diseminasi Teknologi Mendukung Swasembada

Daging sapi antara lain :

(1). Konsultasi dan Koordinasi Kegiatan dengan Pemerintah Provinsi dan

Kabupaten

Koordinasi dilaksanakan pada dinas/instansi terkait baik di tingkat Provinsi

maupun Kabupaten dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan

pelaksanaan program PSDSK di tingkat Provinsi dan Kabupaten, masalah dan hambatan

yang di hadapi, kebutuhan teknologi serta metoda dan media diseminasi yang diinginkan

peternak. Terkoordinasinya rencana pelaksanaan program PSDSK di tingkat provinsi dan

Page 12: DISEMINASI TEKNOLOGI MENDUKUNG SWASEMBADA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/06...teknologi di tiga lokasi kabupaten/kota yaitu: (1) Aceh Besar (2)

Kabupaten, diharapkan kegiatan diseminasi teknologi mendukung swasembada daging

sapi dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan .

(2). Pengumpulan Data Induk Produktif dan Kondisi Kesehatan Reproduksi

Pengumpulan data induk produktif dilaksanakan kelompok ternak yang di

dampingi. Pengumpulan data meliputi catatan reproduksi setiap induk produktif

(identitas, birahi, kawin dan melahirkan) dan kondisi kesehatan reproduksinya.

(3). Melaksanakan Bimbingan Penerapan Teknologi PKP

Bimbingan penerapan teknologi PKP terhadap sapi potong yang dilakukan oleh

tim peneliti dan pengkaji BPTP Aceh, bersama-sama dengan petugas instansi terkait

yang dilakukan secara partisipatif. Bimbingan tersebut dilaksanakan untuk memberikan

bekal keterampilan terhadap peternak dalam hal manajemen pemeliharaan induk

bunting, penggunaan pakan, serta teknologi reproduksi untuk menunjang peningkatan

angka kebuntingan (S/C < 1,55, CR > 70%, estrus post partus < 90 hari, dan PBBH

anak pra sapih > 0,4 kg). Bimbingan penerapan teknologi dilakukan baik secara teori di

dalam kelas maupun praktek di lapangan.

Teknologi introduksi yang diterapkan :

Pemberian Urea Molases Block (UMB) sebagai sumber protein, vitamin dan mineral.

Pemberian konsentrat 1 % dari berat badan (dedak dan sagu )

Pembuatan dan pemberian jerami padi fermentasi untuk penyediaan pakan serat

Treatment flushing pada induk bunting dua bulan sebelum dan dua bulan sesudah

melahirkan

Pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL) dari bahan lokal

Pembuatan kompos dari kotoran sapi dengan menggunakan EM-4 sebagai

decomposer

(4). Melaksanakan Pelatihan Petani dan Petugas

Pelatihan dan petugas dilaksanakan untuk menyiapkan tenaga-tenaga terampil

dan profesional dalam berbagai aspek usaha ternak sapi potong seperti pakan,

reproduksi, kesehatan hewan, pengolahan dan pemanfaatan kotoran sapi untuk

pembuatan pupuk organik. Upaya tersebut berbentuk kegiatan didalam ruang dan

kegiatan diluar ruang/lapangan untuk aspek teknis, dan manejemen.Tujuan Pelatihan

petani dan petugas adalah :

a. Mengembangkan pengetahuan petani sapi potong dalam aspek pakan, reproduksi,

manejemen, dan pengolahan limbah kotoran sapi.

Page 13: DISEMINASI TEKNOLOGI MENDUKUNG SWASEMBADA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/06...teknologi di tiga lokasi kabupaten/kota yaitu: (1) Aceh Besar (2)

b. Mengembangkan kemampuan menyusun formulasi ransum berbagai jenis pakan

(konsentrat, complete feed, feed additive, sumber serat, dll).

c. Mengembangkan ketrampilan petani dalam aplikasi teknologi usaha ternak sapi

potong, pengolahan limbah ternak dan limbah pertanian untuk produksi pakan dan

pupuk organik.

Petani dan petugas dibekali dengan pengetahuan tentang teknologi tepat guna,

mengembangkan keterampilan dan menumbuhkan kelembagaan sesuai fungsi dan

kebutuhan petani. Kegiatan dilaksanakan melalui metode pertemuan dan diskusi secara

partisipatif, kunjungan lapang dan praktik tentang aplikasi teknologi.

(5). Melaksanakan Bimbingan Manajemen Pemeliharaan

Bimbingan manajemen pemeliharaan sapi potong dilaksanakan secara bersama-

sama antara Peneliti/Penyuluh BPTP dengan Petugas Instansi terkait. Bimbingan

manajemen pemeliharaan antara lain mencakup penyediaan pakan dan pengelolaan

kandang.

(6). Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) dilakukan secara periodik untuk

mengetahui keragaan teknologi, adopsi teknologi, dan dampak aplikasi teknologi pada

setiap lokasi sasaran. Secara umum kegitan Monev direncanakan akan dilaksanakan

sebanyak tiga kali yaitu pada awal kegiatan, pertengahan dan akhir kegiatan

pendampingan. Aspek yang dimonitoring dan dievaluasi meliputi aspek teknis, sosial

ekonomis dan kelembagaan.

(7). Analisis Data dan Pelaporan

Data teknis ditabulasi dan dianalsis secara deskriptif. Analisis alokasi biaya

penggunaan teknologi penunjang pembibitan. Untuk mengukur tingkat keunggulan

adopsi teknologi dapat digunakan analisis marjinal B/C ratio (MBCR). Untuk mengukur

tingkat perubahan pengetahuan petani maupun penyuluh, petugas lapangan, akan

dilakukan dengan menggunakan kuesioner pre test dan post test pada saat pelatihan

maupun demonstrasi teknologi yang disampaikan.

Pelaporan dibuat sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan

pendampingan. Pelaporan dilakukan pada tengah dan akhir tahun pelaksanaan

kegiatan.

Page 14: DISEMINASI TEKNOLOGI MENDUKUNG SWASEMBADA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/06...teknologi di tiga lokasi kabupaten/kota yaitu: (1) Aceh Besar (2)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum LokasiProgram Diseminasi Teknologi Mendukung Swasembada Daging Sapi dan Kerbau

melalui kegiatan Pendampingan PSDSK untuk mendukung peningkatan angka

kebuntingan (S/C<1,5) CR >70%, estrus post partus <90 hari dan PBBH anak >0,4

kg dilakukan di satu kabupaten yaitu kabupaten Aceh Timur. Desa Alue Nibong

Kecamatan Peureulak Kabupaten Aceh Timur merupakan salah satu desa yang

terpilih untuk dijadikan tempat kegiatan diseminasi teknologi PSDSK.

Adapun batasan desa adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan desa Damar Tutong

Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Punti

Sebelah Barat berbatasan dengan desa Alue Rambong

Sebelah Timur berbatasan dengan desa Balee Bayu dan Seuneubok Aceh

4.1.1 Karakteristik BiofisikDesa Alue Nibong memiliki kemiringan lahan <8%, pH tanah 5,5–5,9 dengan

curah hujan bulan basah 3–5 bulan dan bulan kering 3–5 bulan. Untuk mengetahui

keragaan luas lahan menurut penggunaannya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Keragaan Luas Lahan Menurut Penggunaan di Desa Alue Nibong KecamatanPeureulak, Kabupaten Aceh Timur

No. Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha)

1. Irigasi Desa 25

2. Sawah Tadah Hujan 102

3. Pekarangan 124

4. Lahan Sawah 127

5. Tegalan 180

6. Ladang 90

7. Perkebunan 420

Jumlah 10.868

4.1.2 Karakteristik Sosial EkonomiPenduduk desa Alue Nibong kecamatan Peureulak Kabupaten Aceh Timur ber

jumlah 3.732 jiwa yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki 1.621 jiwa dan 2.111 jiwa

berjenis kelamin Perempuan.

Page 15: DISEMINASI TEKNOLOGI MENDUKUNG SWASEMBADA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/06...teknologi di tiga lokasi kabupaten/kota yaitu: (1) Aceh Besar (2)

Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur di Desa Aloe Nibong KecamatanPeureulak Kabupaten Aceh Timur

No. Tingkat Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa)1. 0 – 10 1.1882. 11 – 20 9953. 21 – 30 6664. 31– 40 5395. 41 – 50 4956. 51 – 60 4227. > 60 180Jumlah 4.485

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Aloe NibongKecamatan Peureulak Kabupaten Aceh Timur

No. Mata Pencaharian Jumlah (jiwa)1. Petani Tanaman Pangan 461

2. Peternak 120

2. Pekebunan 40

3. Nelayan -

4. Pedagang 10

5. Lain-lain 95

Jumlah 726

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Aloe NibongKecamatan

Peureulak Kabupaten Aceh Timur

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa)

1. Belum /tidak sekolah 940

2. SD/sederajat 1.061

3. SLTP/sederajat 840

4. SLTA/sederajat 838

5. Akademi/sederajat 30

6. Perguruan Tinggi/sederajat 17

Jumlah 3.726

Page 16: DISEMINASI TEKNOLOGI MENDUKUNG SWASEMBADA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/06...teknologi di tiga lokasi kabupaten/kota yaitu: (1) Aceh Besar (2)

4.1.3. KERAGAAN USAHA TANAMAN DAN USAHA TERNAK

Usaha tani yang dikelola oleh masyarakat di Desa Aloe Nibong Kecamatan

Peureulak Kabupaten Aceh Timur yang dominan untuk tanaman pangan adalah padi

seluas 25 Ha, palawija 10 Ha sedangkan usaha perkebunan yang dominan adalah

tanaman sawit mencapai 420 ha. Kemudian untuk jenis usaha ternak yang banyak

diusahakan adalah; ternak ayam buras, diikuti dengan sapi, kambing, itik, kerbau, domba

dan entok, sedangkan menurut kelompok ada 5 kelompok tanaman pangan dan 3

kelompok ternak.

Tabel 5. Populasi Ternak di Desa Aloe Nibong Kecamatan Peureulak Kabupaten AcehTimur

No. Jenis Ternak Jumlah (ekor)

1. Ayam Buras 5.650

2. Sapi 470

3. Kambing 350

4. Itik 340

5. Kerbau 240

6. Domba 214

7. Entok 155

4.2 Koordinasi Kegiatan dengan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten

Koordinasi dilaksanakan dengan dinas/instansi terkait baik di tingkat provinsi

maupun kabupaten dengan tujuan untuk sinkronisasi program dan mengetahui sejauh

mana perkembangan pelaksanaan program PSDS di tingkat provinsi dan kabupaten,

masalah/hambatan yang dihadapi, serta kebutuhan teknologi untuk mempercepat

tercapainya program swasembada daging sapi.

Hasil koordinasi kegiatan dengan dinas/instansi terkait diantaranya adalah

pelaksanaan identifikasi induk produktif, pengembangan pakan dengan bahan baku

lokal, dan percepatan peningkatan populasi melalui flushing dan sinkronisasi estrus.

Identifikasi induk produktif dilaksanakan untuk mengetahui populasi induk produktif di

setiap lokasi pendampingan, termasuk status fisiologisnya yang terkait dengan

pelaksanaan program sinkronisasi estrus.

Produksi pakan berbasis bahan baku lokal potensial dikembangkan untuk

memenuhi kebutuhan pakan baik secara kualitas maupun kuantitas dengan harga

seefisien mungkin. Beberapa keunggulan dapat diperoleh apabila produksi pakan dengan

Page 17: DISEMINASI TEKNOLOGI MENDUKUNG SWASEMBADA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/06...teknologi di tiga lokasi kabupaten/kota yaitu: (1) Aceh Besar (2)

bahan baku lokal dapat dikembangkan, diantaranya adalah pendistribusian lebih mudah

karena jarak antara tempat pengolahan dengan lokasi peternak lebih dekat, harga lebih

murah dengan kualitas standar, memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan pakan

komersial buatan pabrik, nilai tambah dari kegiatan pengolahan dan diversifikasi

pemanfaatan limbah menjadi pakan dapat diperoleh langsung oleh para petani/peternak

di pedesaan, dan mendukung program agribisnis ternak pedesaan.

Percepatan peningkatan populasi dapat dilakukan melalui teknologi flushing dan

sinkronisasi estrus. Flushing merupakan pemberian ransum yang mengandung protein

dan energi tinggi (12 dan 65%) untuk mempercepat terjadinya birahi atau

memperpendek days open sapi induk. Pelaksanaan flushing dapat dikombinasikan

dengan tindakan sinkronisasi estrus yaitu induk dibuat mengalami estrus dalam waktu

yang bersamaan agar sapi indukan bunting bersama-sama sesuai jadwal.

4.3 Data Induk Produktif dan Kondisi Kesehatan Reproduksi

Identifikasi induk produktif untuk mengetahui kondisi induk sapi produktif dan

kinerja reproduksinya telah dilaksanakan di lokasi pendampingan. Kegiatan identifikasi

induk produktif dilaksanakan agar teknologi yang diintroduksikan dapat disesuaikan

dengan kebutuhan, kinerja reproduksi dan kondisi status fisiologis ternak di setiap lokasi

pendampingan. Hasil identifikasi induk produktif di lokasi pendampingan PSDS tahun

2012 disajikan pada Tabel berikut:

Tabel 6. Induk Produktif di Lokasi Pendampingan PSDS Tahun 2012

NoNama Kelompok Jumlah Induk

Produktif (Ekor)Rerata UmurInduk (Thn) Status Fisiologis Induk Terkini

1. Nibong Raya 10 2,9 Menyusui 30% Bunting 10% Sudah di-IB belum di-PKB 20% Kosong 40 %

2. Nalueng Raja 20 2,5 Menyusui 0,2% Bunting 0% Sudah di-IB sebelum di-PKB 96% Kosong 0,2%

Ket: Data bulan Februari-Oktober 2012

Berdasarkan Tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa populasi induk di lokasi

pendampingan PSDS dengan status fisiologis menyusui adalah 20-30%. Pemeliharaan

sapi induk yang sedang menyusui perlu diarahkan pada kontrol kesehatan, yaitu melalui

kecukupan nutrisi dan pencegahan/pengobatan penyakit yang intensif. Upaya mencukupi

kebutuhan nutrisi pada sapi induk di akhir masa laktasinya dapat dilakukan bersamaan

dengan tindakan flushing (Puslitbangnak, 2007). Selain itu, penyapihan pedet juga

Page 18: DISEMINASI TEKNOLOGI MENDUKUNG SWASEMBADA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/06...teknologi di tiga lokasi kabupaten/kota yaitu: (1) Aceh Besar (2)

merupakan hal yang harus diperhatikan. Hasil penelitian Affandhy, dkk., 2008

menunjukkan bahwa CR sapi induk pada umur penyapihan 12 minggu lebih tinggi

(81,8%) bila dibandingkan CR sapi induk pada umur sapih 16 minggu (66,7%), selain itu

diperoleh pula CI yang lebih baik.

Populasi induk produktif di lokasi pendampingan dengan status fisiologis bunting

adalah 10-20% dengan umur kebuntingan 8 bulan perlu diberi ransum yang

mengandung protein dan energi tinggi. Pemberian ransum sebelum melahirkan

(steaming up) bertujuan untuk membentuk kondisi badan yang bagus (skor 6-7) dan

memperkecil terjadinya penurunan berat badan induk karena menyusui pedetnya.

Kondisi badan induk yang tetap cukup bagus setelah laktasi sekitar dua bulan, akan

mempercepat terjadinya estrus kembali.

Induk dengan status fisiologis kosong atau tidak bunting di lokasi pendampingan

sebesar 40%. Faktor-faktor yang menyebabkan kondisi induk dalam kondisi kosong atau

tidak bunting perlu diketahui lebih lanjut agar memperoleh solusi yang tepat untuk

penanganannya. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kinerja reproduksi ternak

kurang optimal antara lain adalah: 1) penyakit reproduksi, 2) buruknya sistem

pemeliharaan, 3) tingkat kegagalan kebuntingan, dan 4) masih adanya pengulangan

inseminasi dimana gangguan reproduksi merupakan salah satu penyebabnya.

4.4 Bimbingan Penerapan Teknologi PKP

Bimbingan penerapan teknologi PKP dilaksanakan melalui beberapa kegiatan

yaitu: 1) pembinaan kelompoktani, 2) pertemuan kelompoktani secara berkala, dan 3)

pembinaan langsung di lapangan. Materi yang telah diberikan dalam bimbingan

penerapan teknologi PKP maupun penguatan kelompoktani disajikan pada Tabel berikut:

Tabel 7. Materi Bimbingan Penerapan Teknologi PKP dan Penguatan Kelompoktani

No. Kabupaten Materi1. Aceh Timur Budidaya Hijauan Makanan Ternak, Demontrasi Fermentasi Jerami;

Demonstrasi Pemberian Urea Molases Block, Penanganan reproduksipada induk sapi potong, Pemanfaatan dan pengenalan berbagai jenisleguminos sebagai sumber protein untuk pakan ternak, Pengenalanberbagai penyakit reproduksi pada induk sapi potong, pengenalancara penyusunan ransum dari bahan lokal, demonstrasi pembuatanMOL dan Demonstrasi pembuatan pupuk kompos

Bimbingan penerapan teknologi budidaya hijauan makanan ternak (HMT) dan

Urea Molases Block (UMB) sebagai pakan tambahan sangat dibutuhkan di lokasi

pendampingan. Sebagai tindak lanjut untuk memperkenalkan teknologi tersebut adalah

Page 19: DISEMINASI TEKNOLOGI MENDUKUNG SWASEMBADA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/06...teknologi di tiga lokasi kabupaten/kota yaitu: (1) Aceh Besar (2)

pelaksanaan demplot penanaman HMT dan demonstrasi pemberian Urea Molases Block

(UMB).

Persiapan demplot penanaman HMT telah dilaksanakan diantaranya yaitu

menginventarisir jumlah/luas lahan milik peternak yang dapat ditanami HMT dan rencana

pengelolaan kebun HMT oleh kelompok. Melalui demplot penanaman HMT diharapkan

peternak mengenal dan mengetahui jenis-jenis rumput unggul dan leguminosa serta

tidak ragu-ragu dalam memberikan pakan yang berkualitas tersebut sebagai pakan

ternak, karena selama ini peternak lebih cenderung memberikan jerami dan rumput

lapang pada ternaknya.

Kegiatan diseminasi merupakan tahapan yang sangat penting dalam upaya

mempercepat pemasyarakatan inovasi teknologi (adopsi), terutama yang dihasilkan oleh

Badan Litbang Pertanian, melalui berbagai metoda, seperti: peragaan teknologi,

komunikasi tatap muka, dan pengembangan media informasi. Peragaan teknologi

merupakan kegiatan yang mendemonstrasikan keunggulan teknologi (Hendayana, 2005).

Kegiatan peragaan yang telah dilaksanakan adalah demonstrasi fermentasi jerami,

pembuatan MOL dan pembuatan pupuk kompos.

Pemberian Urea Molases Block secara kontinyu dapat memelihara kondisi rumen

sapi untuk meningkatkan pencernaan pakan berserat tinggi seperti jerami padi. Urea

Molases Block dapat diberikan secara jilatan agar sapi dapat mengatur sendiri

kebutuhannya.

Penguatan kelompoktani merupakan salah satu materi pembinaan agar

kelompoktani mengetahui tujuan dan manfaat kelompok, memahami tugas dan fungsi

organisasi dalam kelompoktani. Selain itu, pembinaan mengenai administrasi kelompok

diberikan dengan tujuan agar petani terutama pengurus kelompok memahami dan dapat

melaksanakan tertib administrasi kelompok. Untuk itu setiap kelompok harus dilengkapi

buku administrasi seperti: susunan pengurus dan anggota, agenda kegiatan, daftar hadir

musyawarah, notulen musyawarah, kas, inventaris, dan buku tamu.

Pembinaan kelompoktani difokuskan kepada peningkatan fungsi dan manfaat

kelompoktani untuk menumbuhkan motivasi berkelompok melalui kegiatan-kegiatan

pembinaan yang bertujuan mengarahkan pembentukan kelompoktani yang sehat, aktif

dan partisipatif. Hasil pembinaan yang telah dilaksanakan diantaranya adalah motivasi

untuk berkelompok dan kemajuan yang dicapai oleh kelompoktani sudah ada, walaupun

belum memuaskan. Pertemuan kelompok dilakukan secara berkala setiap bulan untuk

menentukan berbagai kegiatan usaha ternak, mengantisipasi berbagai permasalahan

Page 20: DISEMINASI TEKNOLOGI MENDUKUNG SWASEMBADA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/06...teknologi di tiga lokasi kabupaten/kota yaitu: (1) Aceh Besar (2)

yang timbul di lapangan, menambah pengetahuan dan keterampilan peternak, dan topik

lain yang perlu dibahas secara bersama-sama.

4.5 Demplot PKP

4.5.1 Pemberian Pakan Tambahan terhadap Induk Sapi Potong Pra dan PostPartus/Flushing

Pakan tambahan/flushing diberikan terhadap induk sapi potong selama dua bulan

sebelum melahirkan dan dua bulan setelah melahirkan. Pakan tambahan yang diberikan

terdiri dari 1,5 kg dedak, UMB, dan obat cacing. Keragaan ternak yang mendapat

perlakuan flushing dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 8. Keragaan Ternak yang Diberi Perlakuan Flushing di Kelompok Nibong Raya dankelompok Nalueng Raja, Desa Alue Nibong, Kecamatan Peurelak, KabupatenAceh Timur

No. Jenis Sapi Uraian Hasil Rerata1. Sapi Aceh Bobot Lahir Anak 13 kg

PBBH Anak 0,38 kg/hariEPP 97 hari

2. Sapi Peranakan Bali Bobot Lahir Anak 17 kgPBBH Anak 0,42kg/hariEPP 93 hari

4.5.2 Pemberian Urea Molases Block (UMB)

Untuk meningkatkan sumber protein pakan sapi pembibitan sapi potong,

diperlukan pakan suplemen urea molases block yang dibeli, karena dilokasi

pendampingan bahan-bahan untuk pembuatan UMB tidak tersedia jadi untuk saat ini

lebih efisien dibeli hasil buatan pabrik. Jumlah ternak percobaan sebanyak 10 ekor.

Disamping itu, juga diberi pakan berupa jerami fermentasi dan rumput serta leguminosa

gamal yang tumbuh disekitar kandang sapi. Berdasarkan pengamatan selama 3 bulan

diperoleh hasil rerata meningkatkan pertambahan berat badan induk sapi sebesar 58

kg/ekor (0,7 kg/ekor/hari).

4.5.3 Pembuatan dan Pemberian Jerami Padi Fermentasi untuk PenyediaanPakan Serat

Untuk penyediaan pakan serat pada musim kemarau karena produksi rumput

berkurang, ditempuh dengan membuat fermentasi jerami. Tujuan pembuatan fermentasi

jerami adalah meningkatkan kualitas jerami padi dan meningkatkan daya cerna jerami

padi fermentasi jerami diberikan untuk 10 ekor ternak yang ada dilokasi pendampingan

rerata konsumsi adalah 6 kg/hari.

Page 21: DISEMINASI TEKNOLOGI MENDUKUNG SWASEMBADA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/06...teknologi di tiga lokasi kabupaten/kota yaitu: (1) Aceh Besar (2)

4.5.4 Pencegahan Penyakit pada Sapi Potong

Pada umumnya penyakit yang menyerang sapi adalah mencret dan cacing. Untuk

pencegahan penyakit cacing, dilakukan pemberian obat cacing setiap 6 bulan sekali.

Penyakit mencret banyak menyerang pedet akibat kurang minum kolostrum

setelah beranak. Pencegahannya: setelah beranak, segera pedet mendapat kolostrum

dan pemberian pakan yang baik pada induk, dua bulan sebelum beranak dan 2 bulan

setelah beranak. Pengobatan penyakit mencret menggunakan ½ liter air kelapa.

4.5.5 Demplot Kebun Rumput

a. Persiapan Pembuatan Demplot Kebun Rumput

Persiapan pembuatan demplot kebun rumput atau HMT dilakukan dengan

menyepakati rencana pengolahan demplot kebun rumput meliputi; pengolahan tanah,

pemupukan, penentuan jenis bibit rumput yang akan ditanam, cara penanaman, dan

pemeliharaan kebun rumput. Berdasarkan hasil kesepakatan demplot kebun rumput

yang tersedia direncanakan akan diolah secara bersama oleh anggota kelompok melalui

gotong royong. Pengembangan HMT di Lokasi pendampingan ada beberapa tempat dan

lebih kurang seluas 1 ha.

Jenis hijauan pakan ternak yang ditanam direncanakan terdiri atas bibit rumput

gajah. Sekeliling kebun rumput akan ditanam pohon leguminosa sebagai sumber

hijauan pakan ternak, selain mengandung serat kasar juga mengandung protein yang

cukup tinggi. Fungsi tanaman pohon leguminosa selain sebagai sumber hijauan pakan

ternak juga sebagai pelindung atau pagar kebun rumput. Tanaman leguminosa yang

akan ditanam terdiri atas gamal, Beberapa tanaman hijauan pakan ternak telah tumbuh

di lokasi pengkajian dengan kondisi yang tersebar dibeberapa tempat dan belum

dibudidayakan secara intensif. Oleh karena itu, beberapa tanaman hijauan pakan ternak

yang telah tumbuh akan dibudidayakan di lokasi kebun rumput dengan jarak tanam yang

teratur sehingga dapat menjadi salah satu lokasi koleksi sumber hijauan pakan ternak.

Pengolahan lahan dilakukan dengan membersihkan gulma yang banyak tumbuh

di lahan demplot kebun rumput dan membersihkan beberapa tanaman yang menaungi

lahan agar lahan lebih banyak mendapat cahaya matahari yang masuk. Setelah

pembersihan gulma dan mengurangi tanaman yang melindungi areal kebun rumput

dilakukan pengolahan tanah untuk menggemburkan tanah. Untuk penanaman bibit

rumput dilakukan dengan pembuatan bedengan setinggi 20 – 30 cm untuk

memperlancar aliran air dan penataan jarak tanam.

Page 22: DISEMINASI TEKNOLOGI MENDUKUNG SWASEMBADA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/06...teknologi di tiga lokasi kabupaten/kota yaitu: (1) Aceh Besar (2)

Setelah pengolahan tanah dilakukan pemupukan sebelum penanaman bibit

rumput. Pemupukan kebun rumput dilakukan dengan memanfaatkan kompos yang telah

dibuat anggota kelompok. Untuk pemeliharaan kebun rumput selanjutnya disepakati

jadwal kerja bakti setiap bulan untuk melakukan pemupukan dan pemeliharaan

tanaman.

b. Pengolahan Tanah dan Penanaman Bibit Rumput

Pengolahan tanah merupakan langkah awal untuk menanam bibit rumput di

lahan demplot kebun rumput. Berdasrakan kesepakatan awal maka pengolahan tanah

dillakukan secara bersama-sama anggota kelompok, karena demplot kebun rumput

nantinya akan menjadi kebun rumput kelompok yang diharapkan dapat menjadi sumber

bibit rumput bagi peternak lainnya. Setelah ada kebun rumput ini diharapkan peternak

yang lain dapat mengembangkannya di lahan sendiri dengan mengambil benih rumput

dari demplot kebun rumput. Demplot kebun rumput diharapkan dapat menjadi

percontohan bagi peternak untuk mengetahui berbagai jenis rumput pakan yang

berkualitas sebagai hijauan pakan ternak.

Pengolahan tanah dilakukan dengan membersihkan gulma yang banyak tumbuh

di lahan demplot kebun rumput dan membersihkan beberapa tanaman yang menaungi

lahan agar lahan lebih banyak mendapat cahaya matahari yang masuk. Setelah

pembersihan gulma dan mengurangi tanaman yang melindungi areal kebun rumput

dilakukan pemupukan dengan memanfaatkan limbah kotoran ternak yang telah diolah

menjadi kompos.

Penggunaan kompos sebagai pupuk bagi kebun rumput diharapkan dapat

meningkatkan minat peternak dalam mengolah limbah kotoran ternak menjadi kompos

yang pemanfaatannya dapat dilakukan baik untuk tanaman pangan (padi, palawija, dan

sayuran) di lokasi pengkajian dan bermanfaat pula bagi perkebunan rumput yang

menghasilkan hijauan pakan ternak.

Setelah dilakukan pengolahan tanah dan pemupukan kemudian dibuat guludan

setinggi 20-30 cm agar penataan tanaman dapat lebih teratur dan untuk memperlancar

aliran air, sehingga tidak ada air yang tergenang dan sebagai tempat untuk jalan bagi

peternak yang akan memelihara dan memanen rumput.

Setelah dibuatkan bedengan direncanakan akan dibuat lubang tanam dengan

jarak tanam 1x1 meter, sesuai dengan tingkat pertumbuhan bibit rumput yang akan

ditanam umumnya lebih memerlukan ruang yang lebih lebar untuk pertumbuhannya.

Page 23: DISEMINASI TEKNOLOGI MENDUKUNG SWASEMBADA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/06...teknologi di tiga lokasi kabupaten/kota yaitu: (1) Aceh Besar (2)

4.5.6 Pengolahan Pupuk Organik

Untuk meningkatkan sanitasi kandang dan memperoleh nilai tambah dari

usahaternak maka anggota kelompok dianjurkan untuk melaksanakan pengolahan

limbah ternak. Oleh karena itu, untuk memfasilitasi kelompok peternak agar limbah

ternak dapat dikendalikan dan mempunyai nilai tambah sebagai pupuk organik.

Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan pupuk organik adalah pemasaran

dan kesulitan dalam memperoleh dekomposer, karena dekomposer belum terdapat

disekitar peternak. Oleh karena itu sedang dilakukan kajian untuk mengatasi masalah

kesulitan dekomposer ini dengan menyisakan pupuk matang sekitar 20% untuk

digunakan sebagai inokulan dan penggunaan Mikro Organisme Lokal (MOL).

4.6 Keragaan Reproduksi Ternak di Lokasi Pendampingan

Salah satu faktor penyebab penurunan populasi dan produktivitas sapi potong

pada usaha peternakan rakyat di lokasi pengkajian adalah rendahnya kinerja reproduksi

sapi induk setelah beranak, yang ditunjukkan dengan Estrus post partus (EPP) yang

panjang, kawin berulang (S/C > 2) dan tingkat kebuntingan yang rendah sehingga jarak

beranaknya (CI) menjadi panjang. Kondisi ini dapat ditunjukkan dengan pakan yang

diberikan pada saat akhir kebuntingan dan selama laktasi belum sesuai dengan

kebutuhan ternak. Rendahnya nutrisi yang dikonsumsi induk selama laktasi serta

penyusuan pedet tanpa pembatasan dapat menurunkan tingkat asupan nutrisi untuk

pemeliharaan tubuh dan sistem reproduksi. Untuk meningkatkan produktivitas sapi induk

di lokasi pendampingan adalah perbaikan manajemen pemeliharaan induk melalui

perbaikan pakan.

Secara normal suatu kelompok ternak sapi yang dikelola dengan baik,

menghasilkan angka konsepsi (CR) 65-70% pada perkawinan atau inseminasi pertama

dengan jumlah inseminasi per konsepsi (S/C) sebanyak 1,3-1,7. Jarak beranak yang

lama merupakan kendala inefisiensi produktivitas sapi potong dengan penyebab utama

adalah keterlambatan estrus pertama "post-partum". Tubuh induk yang terlalu kurus

tidak saja mengurangi produksi air susu tetapi juga memperlambat gejala birahinya.

Kondisi tubuh induk erat hubungannya dengan status cadangan energi tubuhnya

sedangkan cadangan energi tersebut erat hubungannya dengan gizi yang dikonsumsinya

sebelum bunting dan beranak. Bila kondisi tubuh tersebut di bawah standar maka pakan

tambahan "pre" dan "post-partum" harus diberikan. Untuk lebih jelasnya data keragaan

reproduksi di lokasi pendampingan disajikan pada Tabel berikut:

Page 24: DISEMINASI TEKNOLOGI MENDUKUNG SWASEMBADA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/06...teknologi di tiga lokasi kabupaten/kota yaitu: (1) Aceh Besar (2)

Tabel 9. Keragaan Reproduksi Induk Sapi Potong di Lokasi Pendampingan PSDS di DesaAlue Nibong Kecamatan Peureulak

Kelompok S/C CR (%) EPP(Bulan)

Jumlah IndukProduktif

(Ekor)

JumlahKelahiran

(Ekor)Nibong Raya 1.8 60 3 10 6

Nalueng Raja 1.8 60 3 10 6

Data periode EPP induk sapi potong di lokasi pendampingan masih diatas 120

hari, dimungkinkan oleh sistem pemeliharaan, khususnya tatalaksana pakan dan

pemberian pakan masih seadanya. Peternak hanya memberikan hijauan berupa rumput

lapangan, dan sebagian kecil rumput unggul seperti rumput gajah pada ternaknya.

Pemberian pakan tambahan sangat jarang sekali diberikan dan tidak beraturan.

Efisiensi reproduksi sangat tergantung pada pola pemeliharaan, yaitu sekitar

95% dipengaruhi oleh pakan, kesehatan dan faktor lingkungan (Toelihere). Pemberian

pakan berkualitas rendah secara nyata akan menurunkan tingkat kesuburan ternak dan

kemampuan penampilan reproduksi sapi betina. Penampilan birahi akan lebih nyata

pada sapi betina dengan kondisi baik atau tidak kurus. Oleh sebab itu, pemberian pakan

tambahan yang tepat dan ekonomis sangat dibutuhkan untuk meningkatkan penampilan

reproduksi.

Peranan peternak dalam keberhasilan inseminasi buatan sangat besar, karena

keberhasilan inseminasi akan sangat tergantung kepada ketepatan peternak dalam

mendeteksi birahi dan melaporkannya kepada inseminator. Tingkat pengetahuan

peternak tentang reproduksi kurang baik, hanya dua orang anggota kelompok yang

dapat menggambarkan tanda-tanda birahi, inilah yang menjadi kendala dalam

mendeteksi birahi di kelompok karena anggota kelompok juga menjadi buruh tani

sehingga waktu yang dimiliki peternak untuk mengamati induk sapi potong yang sedang

birahi terbatas, dan akhirnya urusan pengelolaan induk sapi diserahkan kepada anggota

keluarga yang lain.

Jarak beranak yang lama merupakan kendala inefisiensi produktivitas sapi

potong. Penyebab utamanya adalah keterlambatan estrus pertama "post-partum". Tubuh

induk yang terlalu kurus tidak saja mengurangi produksi air susu tetapi juga

memperlambat gejala birahinya. Kondisi tubuh induk erat hubungannya dengan status

cadangan energi tubuhnya sedangkan cadangan energi tersebut erat hubungannya

dengan gizi yang di konsumsinya sebelum bunting dan beranak. Bila kondisi tubuh

Page 25: DISEMINASI TEKNOLOGI MENDUKUNG SWASEMBADA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/06...teknologi di tiga lokasi kabupaten/kota yaitu: (1) Aceh Besar (2)

tersebut di bawah standar maka pakan tambahan "pre" dan "post-partum" harus

diberikan sedangkan bila kondisi tubuh induk di atas standar maka penerapan teknik

pakan tambahan ini tidak diperlukan. Diharapkan bahwa strategi pemberian pakan

tambahan yang efisien akan memperbaiki tingkat kebuntingan dan "calving rate" yang

saat ini rata-rata dilaporkan dibawah 40% saja. Disimpulkan bahwa pakan tambahan

("feed supplement") pada periode "pre-" dan "post-partum" berpengaruh nyata pada

pemunculan estrus pertama setelah beranak.

Page 26: DISEMINASI TEKNOLOGI MENDUKUNG SWASEMBADA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/06...teknologi di tiga lokasi kabupaten/kota yaitu: (1) Aceh Besar (2)

V. KESIMPULAN

Berdasarkan kegiatan Diseminasi Teknologi Mendukung Swasembada Daging

Sapi di Provinsi Aceh dapat disimpulkan bahwa produktivitas ternak sapi Aceh ber

peluang untuk ditingkatkan ini dikarenakan hal-hal berikut:

Peternak khususnya di lokasi pendampingan bersedia dan mampu mengadopsi

teknologi yang diintrooduksikan termasuk manajemen pemeliharaan ternak.

Adanya peran aktiftenaga penyuluhdan dan petugas teknis dilapangan serta dinas

terkait.

Tersedianya sarana pendukung dan sumber daya lokal.

Page 27: DISEMINASI TEKNOLOGI MENDUKUNG SWASEMBADA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/06...teknologi di tiga lokasi kabupaten/kota yaitu: (1) Aceh Besar (2)

VI. KINERJA HASIL KEGIATAN

Pelaksanaan Diseminasi Teknologi Mendukung Swasembada Daging Sapi Dan

Kerbau (PSDSK) di Aceh pada umumnya berjalan mendekati baik, yang dimulai dari

koordinasi Dinas/Instansi terkait baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota,

terutama dalam penentuan/penetapan lokasi.

Khusus dalam pendampingan/pengawalan teknologi dalam usahatani telah

dilakukan perakitan beberapa komponen teknologi budidaya melalui pendekatan

pemilihan teknologi PSDSK baik itu teknologi dasar maupun teknologi pilihan sesuai

kebutuhan lokasi dengan memperhatikan aspek lingkungan atau sumberdaya yang

tersedia, sehingga diperoleh teknik budidaya yang spesifik lokasi, upaya ini dilakukan

untuk pencapaian peningkatan produktivitas ternak sapi untuk memenuhi daging.

Selanjutnya lokasi PSDSK di Aceh adalah Kabupaten Aceh Timur dengan satu

kelompok mempunyak 20 ekor ternak sapi. Diperlukan dukungan kebijakan infrastruktur

yang memadai terutama kebun rumput, perkandangan, induk sapi serta saprodi lainnya.

Keluaran yang diperoleh dari kegiatan ini adalah inovasi dalam mewujudkan

PSDSK, sehingga dapat dilakukan secara optimal. Manfaat dari kegiatan ini adalah terjadi

sinkronisasi dan inovasi teknologi PSDSK dalam meningkatkan produktivitas ternak sapi,

terutama dalam hal pengadaan bakalan yang berkualitas baik. Namun demikian, dampak

dari kegiatan tersebut baru dapat dilihat pada dua tahun yang akan datang.

Page 28: DISEMINASI TEKNOLOGI MENDUKUNG SWASEMBADA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/06...teknologi di tiga lokasi kabupaten/kota yaitu: (1) Aceh Besar (2)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2008. Pedoman Teknis Program Percepatan Pencapaian SwasembadaDaging Sapi. Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian. Jakarta.

Anonimous. 2010. Sapi Peranakan Ongole (PO). http://www.infoternak.com/sapi-p-operanakan ongole, 15 Desember 2010.

Apriyantono Anton. 207. Menteri Pertanian Pencanangan PSDS tahun 2010.http://antonapriyantono.com/2007/09/14/mentan-canangkan-percepatan-swasembada-daging-sapi-2010/

Badan Investasi dan Promosi Aceh. 2009. Aceh Dalam Menuju Ketahanan Pangan

Dinas Peternakan (2006), Laporan Tahunan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun2006. Dinas Peternakan Provinsi Aceh.

Direktorat Jenderal Peternakan. 2007. Statistik Peternakan. Direktorat JenderalPeternakan, Jakarta.

Ditjenak (Direktorat Jenderal Peternakan). 2006. Statistik Peternakan Tahun 2005.Ditjenak, Jakarta.

Dirjen Peternakan. 2008. Pedoman Teknis Program Percepatan Pencapaian SwasembadaDaging Sapi. Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian. Jakarta.

Hadiana, H., Sri Rahayu, Sondi Kuswaryan, Andre Ravianda, dan Ahmad Firman., 2007,Road Map Pengembangan Peternakan Provinsi Jawa Barat, karja sama FakultasPeternakan Universitas Padjadjaran dengan Dinas Peternakan Provinsi JawaBarat.

Hendraningsih, L. 2004. Pengaruh Pemberian Probiotik Bakteri Selulolitik dan MetodePemberian Pakan Terhadap Penampilan Domba Ekor Gemuk. Laporan PenelitianProgram Dosen Muda. Dirjen Dikti. Jakarta.

Jasmal A Syamsu. 2010. Edisi Tiga : Swasembada Daging Sapi 2014. http://jasmal.blogspot.com/2010/01/edisi-tiga-swasembada-daging-sapi-2014.html

Mersyah, R. 2005. Desain sistem budi daya sapi potong berkelanjutan untuk mendukungpelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten Bengkulu Selatan. Disertasi, SekolahPascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Minish.G.L, and D.G., Fox. 1979. Beef Production and Management. Preston PublishingCo.Incc. A. Pretince Hall Co. Reston, Virginia

Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. 2007. Petunjuk Teknis SistemPerbibitan Sapi Potong. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.Departemen Pertanian. Bogor.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. 2010. Rekomendasi TeknologiPeternakan dan Veteriner Mendukung Program Swasembada Daging Sapi (PSDS)Tahun 2014

Preston, TR and R.A. Leng. 1990. Matching Ruminant Production Systems with AvailableResources in The Tropics and Sub-Tropics. Pemenbul Books. Armidale.

Santi, W.P. 2008. Respons Penggemukan Sapi PO dan Persilangannya sebagai Hasil IBterhadap Pcmberian Jerami Padi Fermentasi dan Konsentrat di Kabupaten Blora.Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Page 29: DISEMINASI TEKNOLOGI MENDUKUNG SWASEMBADA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/06...teknologi di tiga lokasi kabupaten/kota yaitu: (1) Aceh Besar (2)

Setiyono, P.B.W.H.E., Suryahadi, T. Torahmat, dan R. Syarief. 2007. Strategisuplementasi protein ransum sapi potong berbasis jerami dan dedak padi. JurnalIlmu Pengetahuan dan Teknologi Peternakan 30(3): 207−217.

Talib, C. 2001. Pengembangan sistem perbibitan sapi potong nasional. Wartazoa 11(1):10 19.

Wahyudi, A. dan L. Hendraningsih. 2004. Peningkatan Kemampuan Bakteri SelulolitikRumen Sebagai Probiotik Ternak Ruminansia. Laporan Penelitian Program UBER-HAKI. Dirjen DIKTI. Jakarta.

Wallace, R.J., and C. James Newbold. 1992. Probiotics for Ruminant. In Fuller, R.Probiotics The Scientific Basic. Chapman Hall. London. New York. Tokyo.Melbourne. Caracas

Wijono, D.B., Maryono, dan P.W. Prihandini. 2004. Pengaruh stratifikasi fenotipeterhadap laju pertumbuhan sapi potong pada kondisi foundation stock. hlm.16−20. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Bogor,4−5 Agustus 2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.

Winugroho, M. 2002. Strategi Pemberian Pakan Tambahan Untuk Memperbaiki EfisiensiReproduksi Induk Sapi. Jurnal Litbang Pertanian.

Yusdja, Y. dan N. Ilham. 2004. Tinjauan kebijakan pengembangan agribisnis sapipotong. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian 2(2): 167−182.

Page 30: DISEMINASI TEKNOLOGI MENDUKUNG SWASEMBADA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/06...teknologi di tiga lokasi kabupaten/kota yaitu: (1) Aceh Besar (2)

Lampiran 1 :

DAFTAR RISIKO

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

UNIT KERJA/UPT : BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH

NAMA PIMPINAN : Ir. T. Iskandar, MSi

NIP : 19580121 198303 1 001

KEGIATAN : Diseminasi Teknologi Mendukung Swasembada Daging SapiDan Kerbau (PSDSK)

TUJUAN KEGIATAN : 1. CPCL

2. Penanaman Rumput

3. Manajemen Pemeliharaan

4. Bakalan yang berkualitas baik

No Risiko Penyebab Dampak

1. Petani KurangKoperatif

Kelompok yang kurangaktif atau belum mantap

Informasi tidak sampai(terputus) terutamateknologi anjuran sehinggakegiatan usahatani kurangbaik

2. Bahan dasarpembuatan mineralblok tidak tersediadi lokasi.

Tidak ada limbah pabrikgula di Aceh

Harga pakan yangberkualitas mahal, mineraltidak bisa diberikan dengankontinyu.

3. Bahan dekompuseruntuk pembuatanjerami fermentasitidak tersediadengan mudah danmurah

Jauhnya sumberdekompuser dari lokasi.

Tidak kontinyunyaketersediaan pakanberkualitas.

Disusun Tanggal : Desember 2012Penjab Kegiatan :

Ir. Syarifah RaihanahNIP. 19610603 199603 2 001

Page 31: DISEMINASI TEKNOLOGI MENDUKUNG SWASEMBADA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/06...teknologi di tiga lokasi kabupaten/kota yaitu: (1) Aceh Besar (2)

Lampiran 2 :PENANGANAN RESIKO

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

UNIT KERJA/UPT : BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH

NAMA PIMPINAN : Ir. T. Iskandar, MSi

NIP : 19580121 198303 1 001

KEGIATAN : Diseminasi Teknologi Mendukung Swasembada Daging SapiDan Kerbau (PSDSK)

TUJUAN KEGIATAN : 1. CPCL

2. Penanaman Rumput

3. Manajemen Pemeliharaan

4. Bakalan yang berkualitas baik

No Resiko Penyebab Dampak Upaya Penanganan1. Petani Kurang

KoperatifKelompok yangkurang aktif ataubelum mantap

Informasi tidaksampai (terputus)terutama teknologianjuran sehinggakegiatan usahatanikurang baik

Benah kelompokdan meningkatkanintensitaspembinaan olehDinas/Instansiterkait

2. Bahan dasarpembuatanmineral bloktidak tersediadi lokasi.

Tidak ada limbahpabrik gula di Aceh

Harga pakan yangberkualitas mahal,mineral tidak bisadiberikan dengankontinyu.

Akan dicari bahanpengganti.

3. Bahandekompuseruntukpembuatanjeramifermentasitidak tersediadenganmudah danmurah

Jauhnya sumberdekompuser darilokasi.

Tidak kontinyunyaketersediaan pakanberkualitas.

Akan dicarialternatif bahanpenggantidekompuser.

Disusun Tanggal : Desember 2012Penjab Kegiatan :

Ir. Syarifah RaihanahNIP. 19610603 199603 2 001

Page 32: DISEMINASI TEKNOLOGI MENDUKUNG SWASEMBADA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/06...teknologi di tiga lokasi kabupaten/kota yaitu: (1) Aceh Besar (2)

Lampiran 3. Organisasi Pelaksana Kegiatan

No Nama Jabatan dalamKegiatan Uraian Tugas

AlokasiWaktu

(Jam/mg)

1. Ir. Syarifah Raihanah/19610603 199603 2 001 Penanggung Jawab

Mengkoordinir Kegiatan mulaidari perencanaan, pelaksanaandi lapangan sampai pelaporan

20

2. Ir. Nani Yunizar /19590623198803 2 001 Penyuluh Membantu dalam pelaksanaan di

lapangan dan penulisan laporan 15

3. Ir. Elviwirda /19690326 200112 2 001 Penyuluh Membantu dalam pelaksanaan di

lapangan dan penulisan laporan 10

4. Bardi Ali. S.Pt /19600423 198503 1 001 Teknisi

Menyusun RDHP/RODHP,pelaksanaan di lapangan danpembuatan laporan

10

5. Cut Nina Herlina, Spi/19640717 198503 2 003 Penyuluh

Menyusun RDHP/RODHP,pelaksanaan di lapangan danpembuatan laporan

10

6. Ir. M. Nasir, Msi/19641012 199703 1 001 Peneliti Non Klas Menyusun RDHP/RODHP dan

penyusun laporan 10

7. Fitriah/19820513 200701 2 001 Administrasi PUMK 15