penilaian petani terhadap benih padi varietas pepe bersubsidi di ...
PERBANYAKAN BENIH PADI MENDUKUNG PROGRAM...
Transcript of PERBANYAKAN BENIH PADI MENDUKUNG PROGRAM...
LAPORAN AKHIR TAHUN
PERBANYAKAN BENIH PADIMENDUKUNG PROGRAM SL-PTT
PENELITI UTAMA
M. RAMLAN, SP
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHBALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANKEMENTERIAN PERTANIAN
2012
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadhirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan
tahunan kegiatan Perbanyakan Benih Padi mendukung program SL-PTT di Provinsi NAD
tahun anggaran 2012.
Kegiatan perbanyakan benih padi mendukung program SL-PTT di Provinsi NAD ini
bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan benih padi unggul di tingkat petani dalam
rangka percepatan target peningkatan produksi gabah. Selama ini petani kesulitan
mendapatkan benih unggul bermutu yang terjamin keunggulannya dan ketersediaan
benih yang berlabel dipasaran belum memadai ditambah lagi dengan tingkat daya beli
petani karena keterbatasan modal usahatani.
Oleh karena itu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NAD selaku lembaga
yang berwenang di untuk melakukan perbanyakan benih mencoba melalui kegiatan
perbanyakan benih padi ini untuk memfasilitasi ketersediaan benih sekaligus membina
petani penangkar benih padi yang ada di Provinsi NAD dengan harapan dapat
menyediakan benih yang bermutu di tingkat petani.
Ucapan terima kasih kepada Bapak Kepala Balai dan teman-teman yang terlibat
di dalam tim kegiatan ini yang telah banyak membantu dalam melaksanakan kegiatan ini
dilapangan sejak dari awal sehingga kegiatan pengembagan benih sumber ini terlaksana
dengan baik hingga siapnya laporan akhir ini.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan ini
mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan yang dilanjutkan dengan
penyusunan laporan tengah tahun ini, sekali lagi kami ucapkan terimakasih dan semoga
laporan ini memberikan manfaat bagi kita semua.
Banda Aceh, Desember 2012Penanggung Jawab,
M. Ramlan, SPNIP. 19640226 198603 1 003
ii
RINGKASAN
Perbanyakan benih padi mendukung program SL-PTT di Provinsi Aceh bertujuanmemfasilitasi ketersediaan benih padi kelas FS = 5 ton, SS = 65 ton untuk mendukungprogram SL-PTT pada lima kabupaten yaitu Kabupaten Aceh Besar, Pidie, Aceh Timur,Aceh Barat dan Aceh Barat Daya, membentuk kelompok tani penangkar padi yangmandiri di wilayah kegiatan SL-PTT pada masing-masing kabupaten danmendistribusikan varietas-varietas unggul baru produksi Badan Litbang Partanian. Lokasikegiatan perbanyakan benih padi ada pada lima Kabupaten yaitu; Kabupaten AcehBesar, Pidie, Aceh Timur, Aceh Barat dan Aceh Barat Daya. Metode Perbanyakan benihmenggunakan metode sertifikasi benih padi bersertifikat dengan melalui tahap kegiatandari mulai penentuan benih sampai kepada jejaring pemasaran.Produksi benih yang sudah dipanen pada tahun 2012 sebanyak 106.510 kg denganperincian benih milik UPBS sebanyak 19.410 kg dan milik petani 87.100 kg. ProduksiBenih tahun 2012 yang akan dipanen pada akhir Pebruari dan/atau awal Maret 2013diperkirakan sebesar 81.660 kg dengan rincian milik UPBS sebesar 19.160 kg dan milikpetani sebanyak 81.660 kg. Dari kedua masa panen tersebut maka produksi total UPBStahun 2012 adalah 188.170 kg dengan rincian 38.570 kg milik UPBS dan 149.600 kgmilik petani penangkar.
Keterlambatan panen pada tahun 2012 dikarenakan pada musim gadu (Bulan Meis/d Agustus 2012) terjadi kemarau panjang sehingga pada lokasi-lokasi yang telahdisepakati dengan Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan TingkatKabupaten/Kota tertunda penanaman. Kabupaten-kabupaten yang tertundapenenamannya adalah Kabupaten Aceh Besar, Aceh Barat.
Pengembangan penangkar benih padi dilakukan dengan melibatkan kelompok-kelompok tani binaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh dengan instansiterkait yang ada di kabupaten seperti Kabupaten Aceh Besar ada 3 (tiga) kelompok tanibinaan penangkar benih padi unggul, Kabupaten Pidie 4 (empat) kelompok tani binaanpenangkar benih padi, Kabupaten Aceh Timur 3 (tiga) kelompok tani binaan penangkarbenih padi, Kabupaten Aceh Barat 1 (satu) kelompok tani binaan penangkar benih padi,Kabupaten Aceh Barat Daya 2 (dua) kelompok tani binaan penangkar benih padi.
Kata Kunci : Penangkar, Benih sumber, Bermutu, Padi.
iii
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
RINGKASAN ..................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang................................................................................... 1
1.2. Tujuan ............................................................................................. 3
1.3. Keluaran yang diharapkan ................................................................. 3
1.4. Hasil Yang Diharapkan ....................................................................... 3
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak .......................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 5
III. PROSEDUR................................................................................................ 7
3.1. Ruang Lingkup Kegiatan .................................................................... 7
3.2. Pendekatan ...................................................................................... 7
3.3. Teknis Pelaksanaan Penangkaran Benih .............................................. 8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 13
4.1. Hasil ................................................................................................. 13
4.1.1. Potensi Wilayah dan Produksi Benih ................................................. 13
4.1.2. Perkembangan Penangkar Benih ....................................................... 19
4.1.3. Distribusi Benih Milik UPBS .............................................................. 20
4.2. Pembahasan ...................................................................................... 21
V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 23
5.1. Kesimpulan......................................................................................... 23
5.2. Saran................................................................................................. 23
VI. Kinerja Hasil Kegiatan ............................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 25
LAMPIRAN ....................................................................................................... 26
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Revitalisasi pembangunan pertanian adalah dalam rangka mewujutkan pertanian
yang tangguh, pemantapan ketahanan pangan, peningkatan nilai tambah dan daya
saing produksi pertanian serta peningkatan kesejahteraan masyarakat tani, sehingga
akan dapat mengurangi angka kemiskinan penduduk di Indonesia.
Pada masa yang akan datang\komoditas padi tampaknya masih menjadi andalan
bagi sumber pendapatan perekonomian sebahagian besar petani dipedesaan. Ketahanan
pangan nasionalpun masih banyak ditentukan oleh kecukupan pangan bagi hampir
semua lapisan masyarakat Indonesia umumnya dan Aceh khususnya. Oleh sebab itu
upaya peningkatan produksi padi tidak terlepas dari upaya peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan petani yang menjadi prioritas utama dalam pembangunan pertanian.
Benih adalah merupakan salah satu faktor produksi yang paling utama dalam
usaha meningkatkan produksi padi , tanpa benih yang baik dan bermutu mustahil padi
dapat berproduksi dengan baik. Penurunan produksi padi sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan benih, benih yang tidak berkualitas akan memberi produksi yang rendah.
Tanpa benih yang baik walaupun faktor lain sudah memadai baik pupuk dan pengolahan
tanah demikian pula pengairan produksi tetap tidak dapat meningkat.
Makarim et al (2000), menyatakan bahwa belum optimalnya produktivitas padi di
lahan sawah, antara lain disebabkan oleh rendahnya efisiensi pemupukan, belum
efektifnya pengendalian hama dan penyakit, penggunaan benih kurang bermutu dan
varietas yang dipilih kurang adaptif, kahat hara K dan unsur mikro, sifat fisik tanah tidak
optimal serta pengendalian gulma kurang optimal.
Oleh karena itu ketersediaan benih yang bersertifikat di tingkat petani merupakan
syarat mutlak dalam mendukung peningkatan produksi dan kualitas hasil komoditas
pertanian. Penggunaan benih yang bersertifikat akan memperoleh beberapa keuntungan
antara lain dapat meningkatkan produksi per satuan luas dan satuan waktu, di samping
itu juga dapat meningkatkan kualitas hasil yang pada akhirnya dapat meningkatkan
pendapatan petani. Mengingat beberapa keuntungan tersebut, maka benih unggul padi
yang bermutu dan bersertifikat dapat hendaknya tersedia di tingkat petani secara
keseluruhan. Oleh karena itu ketersediaan beniih tersebut harus memenuhi enam prinsip
tepat yaitu ; tepat varietas, tepat mutu, tepat waktu, tepat lokasi, dan tepat harga.
Untuk ketersediaan menih yang bermutu tersebut maka peran BBI, BBU dan BPTP
sangat diharapkan.
2
Sejak lebih dari satu dekade yang lalu sebahagian lahan sawah mengalami
penurunan produktivitas, sebagaimana tercermin pada laju pelandaian produksi padi.
Puslitbang tanaman pangan telah berupaya menghasilkan inovasi peningkatan produksi
padi melalui penelitian secara intensif terhadap perbanyakan benih bermutu.
Laju peningkatan produksi padi di Aceh mengalami penurunan dan peningkatan.
Pada tahun 2004, 2005 dan 2006 terjadi penurunan hal ini diakibatkan karena pengaruh
berbagai faktor terutama kurang tersedianya benih yang terjamin mutunya. Dengan
demikian sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara signifikan, sehingga
petani pada beberapa tahun tersebut dibeberapa wilayah kabupaten khususnya di
daerah sentra-sentra porduksi padi mengalami penurunan produksi. Dengan demikian
proses inovasi teknologi juga terabaikan yang akhirnya memberi pengaruh yang sangat
signifikan terhadap peningkatan produksi. Pada tahun 2007 dan 2008 petani mulai
bangkit berbenah diri untuk meningkatkan produksinya demi menunjang kesejahteraan
hidupnya. Disamping adanya dukungan dari berbagai pihak seperti NGO juga bantuan
dari pemerintah daerah baik dari segi pembangunan kembali infrastruktur, pengadaan
sarana dan prasarana produksi dalam rangka meningkatkan dan memulihkan tingkat
kesejahteraan masyarakat khususnya petani.
Untuk lebih inovatifnya petani terhadap penggunaan teknologi yang telah
dihasilkan, peranan BPTP sangat diharapkan. Pada beberapa tahun belangkangan ini
petani juga sudah begitu mengenal BPTP akibat adanya sosialisasi melalui berbagai
macam kegiatan-kegiatan lapangan yang langsung bersentuhan dengan usaha petani itu
sendiri.
BPTP ACEH merupakan salah satu lembaga pelayanan teknis dibawah Litbang
Pertanian yang turut berperan dalam menghasilkan inovasi teknologi sekaligus berfungsi
sebagai penyebar informasi teknologi hasil pengkajian kepada pengguna melalui
kegiatan desiminasi. Penelitian/pengkajian yang diimplementasikan dalam bentuk
pengembangan benih sumber bersifat lokal spesifik, dinamis dan partisipatif dimana
petani terlibat langsung sejak perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan
pengembangannya. Petani dapat mengadopsi secara parsial atau paket spesifik
tergantung kemampuan petani. Dengan pendekatan seperti ini teknologi hasil penelitian
akan cepat sampai dan diadopsi petani karena paket tersebut sudah teruji langsung
dilapangan.
Sasaran yang akan dicapai pada kegiatan perbanyakan benih padi ini adalah
untuk dapat meningkatkan ketersediaan benih padi yang bermutu ditingkat petani,
kemudian juga diharapkan kepada petani penangkar untuk selanjutnya dapat
3
memproduksi benih sendiri dengan kualitas yang bermutu dan juga dapat menjadi
produsen benih untuk wilayah sekitarnya.
1.2. Tujuan
Memfasilitasi ketersediaan benih padi kelas FS = 5 ton, SS = 65 ton untuk
mendukung program SL-PTT pada lima kabupaten yaitu Kabupaten Aceh Besar,
Pidie, Aceh Timur, Aceh Barat dan Aceh Barat Daya.
Membentuk kelompok tani penangkar padi yang mandiri di wilayah kegiatan SL-
PTT pada masing-masing kabupaten.
Mendistribusikan varietas-varietas unggul baru produksi Badan Litbang Partanian
1.3. Keluaran Yang Diharapkan
Tersediaan benih padi kelas FS = 5 ton, SS = 65 ton untuk mendukung program
SL-PTT pada lima kabupaten yaitu Kabupaten Aceh Besar, Pidie, Aceh Timur,
Aceh Barat dan Aceh Barat Daya.
Terbentuk kelompok tani penangkar padi yang mandiri di wilayah kegiatan SL-
PTT pada masing-masing kabupaten.
Terdistribusikan varietas-varietas unggul baru produksi Badan Litbang Partanian
1.4. Hasil yang Diharapkan
Meningkatnya kemampuan petani Penangkar benih khususnya tanaman padi
dalam upaya untuk meningkatkan produktivitas melalui pendekatan penggunaan
benih bermutu yang merupakan bagian dari Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)
dengan prinsip partisipatif, spesifik lokasi, terpadu, sinergis atau serasi dan
dinamis.
Terdesiminasikan varietas-varietas unggul baru produksi Badan Litbang Partanian
yang menjadi alternatif pilihan petani dalam pemilihan binih tanaman padi.
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak
Perkiraan hasil yang ditargetkan dalam kegiatan ini adalah persediaan benih pada
UPBS BPTP Aceh pada akhir kegiatan yang dapat dimanfaatkan oleh petani
penangkar dan mendukung persediaan benih pada program SL-PTT di Provinsi
Aceh adalah ; benih padi kelas FS = 5 ton, SS = 65 ton untuk mendukung
program SL-PTT.
4
Diharapkan dengan tersedianya benih sumber pada UPBS BPTP Aceh ini petani
penangkar dapat memanfaatkannya sebagai benih sumber pada kegiatan
penangkaran benih padi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pemerintah bertekad mempercepat upaya peningkatan produksi padi nasional
untuk memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk dari tahun ke tahun.
Hal ini diimplementasikan, antara lain, melalui program Peningkatan Produksi
Beras Nasional (P2BN). Dimulai pada tahun 2007 hingga sekarang, program P2BN
ditargetkan mampu meningkatkan produksi beras 5% setiap tahun. Salah satu strategi
yang diterapkan dalam program P2BN adalah meningkatkan produktivitas padi melalui
penerapan inovasi teknologi. Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pertanian
telah menghasilkan berbagai inovasi teknologi yang mampu meningkatkan
produktivitas padi, di antaranya varietas unggul yang sebagian di antaranya telah
dikembangkan oleh petani. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, Badan Litbang Pertanian juga telah menghasilkan dan mengembangkan
pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang ternyata mampu
meningkatkan produktivitas padi dan efisiensi input produksi. Dalam upaya
pengembangan PTT secara nasional, Departemen Pertanian meluncurkan program
Sekolah Lapang (SL) PTT.
Benih merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam setiap usahatani
yang maju. Penggunaan input lainnya secara maksimum tidak akan memberikan hasil
yang tinggi bila benih yang digunakan tidak bermutu. Mutu benih mencakup mutu
genetis yang ditentukan oleh derejat kemurnian genetis, mutu fisiologis ditentukan oleh
laju kemunduran dan vigor benih sedangkan mutu fisik ditentukan oleh tingkat
kebersihan fisik (Sadjat, 1999).
Ketersediaan lahan sawah yang potensial ada seluas 408.486 ha dan tersebar
pada 23 kabupaten/kota dengan luas panen tahun 2011 seluas 380.686 hektar. Dari
data tersebut menunjukkan bahwa setiap tahun, Aceh membutuhkan benih padi
sebanyak lebih kurang 9.517 ton dengan perhitungan kebutuhan benih yaitu 25 kg /ha,
(BPS Aceh, 2011).
5
Penggunaan benih yang bermutu dan bersertifikat sudah tidak diragukan lagi,
banyak hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan benih yang bermutu dapat
memberikan peningkatan produksi tanaman pertanian. Hasil pengkajian Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh pada enam kabupaten yaitu; Kabupaten Aceh Barat,
Aceh Barat Daya, Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya dan Aceh timur penanaman padi dengan
menggunakan benih bermutu kelas FS dapat meningkatkan produksi dari 6 t/ha menjadi
8 - 9 t/ha (BPTP NAD, 2009).
Usaha penangkaran merupakan kegiatan agribisnis yang layak untuk dilakukan,
peningkatan keuntungan yang dihasilkan dari pengusahaan benih lebih besar jika
dibandingkan dengan pengusahaan tanaman untuk konsumsi. Sementara itu kebutuhan
modal untuk penangkaran tidak jauh berbeda dengan pengusahaan tanaman untuk
keperluan konsumsi hanya biaya lebih besar untuk pengurusan sertifikasi dan menunggu
pengolahan benih.
Sebelum memproduksi benih, diperlukan pengetahuan yang cukup untuk
menentukan pilihan lokasi produksi benih agar dapat menghasilkan produktivitas yang
maksimal, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Mughnisjah dan Setiawan (1995)
menjelaskan beberapa pertimbangan dalam memilih lokasi yang tepat untuk
penangkaran/produksi benih yaitu
a. Kondisi agroklimat yang cocok; wilayah dengan curah hujan tinggi dan
kelembaban nisbi yang tinggi harus dihindari.
b. Memiliki produktifitas di atas rata-rata dan gangguan alami yang minimum (irigasi
terjamin, inside penyakit dan gulma yang rendah) .
c. Mudah mendapatkan tenaga kerja, memiliki fasilitas jalan yang memadai dan
sistem komunikasi yang baik.
Kondisi agroklimat yang cocok untuk suatu tanaman, mengacu kepada kondisi
optimumnya karena kondisi ini mendukung tanaman untuk berproduktifitas tinggi dan
cenderung terhindar dari penyakit terbawa benih. Kondisi optimum tanaman padi
(Mughnisjah dan Setiawan, 1995), adalah kelembaban nisbi kurang dari 92%, suhu
berkisar 23-30 OC, angin yang tidak terlalu kencang agar penyerbukan berjalan baik,
serta tercukupinya kebutuhan radiasi matahari yang diperlukan untuk meningkatkan laju
pertumbuhan tanaman melalui proses fotosintesis, pembukaan (reseptivitas) bunga serta
aktivitas lebah penyerbukan.
Padi sawah merupakan jenis padi yang selalu membutuhkan genangan air,
sehingga irigasi sawah harus lancar. Selain membutuhkan air yang cukup, padi sawah
6
juga memerlukan kebutuhan tanah dalam kondisi yang khusus agar dapat mendukung
pertumbuhan.
7
III. PROSEDUR
3.1. Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup kegiatan perbanyakan Benih Padi mendukung program SL-PTT di
Provinsi Aceh ini seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Ruang lingkup Kegiatan Perbanyakan Benih Padi Mendukung Program SLPTTdi Provinsi Aceh.
No Kegiatan Keluaran
1. Identifikasi Lokasi Data potensi dan sumberdaya wilayahkegiatan perbanyakan benih padi sertasarana pendukung kegiatan.
2. Pembentukan tim pelaksanauntuk penentuan petanikooperator
Tim Pelaksana Lokasi kegiatan Petani kooperator Model paket teknologi yang akan
diterapkan3. Penyusunan petunjuk teknis dan
pelaksanaan di lapanganPetunjuk teknis pelaksanaan perbanyakanbenih padi sebagai pedoman petani danpetugas lapangan.
4. Pelatihan petugas dan petanikoperator
Petani dan petugas memahami teknisperbanyakan benih padi serta melanjutkankepada proses sertifikasi benih.
5. Pelaporan Laporan bulanan Laporan tengah tahunan Laporan akhir
6. Seminar Seminar hasil kegiatan
3.2. Pendekatan
Kegiatan perbanyakan benih padi mendukung program SL-PTT ini dilaksanakan
melalui pendekatan partisipatif bersama petani, pelaksanaan metoda menyangkut
tentang studi potensi wilayah, identifikasi permasalahan serta solusi pemecahan masalah
khususnya terhadap sistem perbenihan padi lahan sawah irigasi.
Pelaksanaan pengembangan benih padi ini dilakukan pada daerah–daerah
sentra produksi padi yang permasalahan utama dalam meningkatkan produksi terkendala
akibat kurang tersedianya benih unggul yang bermutu. Kegiatan ini juga dilaksanakan
terutama di daerah yang masyarakat taninya sudah mengenal dan mau menggunakan
teknologi yang sudah ada termasuk penggunaan varietas-varietas unggul yang telah
dilepas.
Pengembangan benih ini sangat diperlukan karena selama ini petani agak
kesulitan mendapat benih bermutu, walaupun ada tetapi jaminan kemurniannya tidak
8
dapat dipercaya. Dengan adanya pengembangan benih sumber ini akan terbina
kelompok-kelompok penangkar benih yang nantinya diharapkan akan memudahkan
penyebaran benih di tingkat petani. Kegiatan ini dilaksanakan melalui pendekatan
dengan Dinas Pertanian setempat dan BPP yang ada di lokasi masing–masing yang
wilayah kerjanya terlibat dengan kegiatan ini. BPP yang menentukan lokasi dan petani
yang terlibat didalamnya sehingga diharapkan nantinya penyuluh baik yang PNS ataupun
yang THL yang ada di BPP tersebut dapat ikut serta terlibat didalam kegiatan tersebut
sehingga dapat menambah pengetahuan bagi mereka.
3.3. Teknis Pelaksanaan Penangkaran Benih
Pada dasarnya untuk menghasilkan benih bersertifikat harus melalui 27 tahap
kegiatan seperti di bawah ini :
Tahap 1. Menentukan varietas, memilih areal dan konsultasi
Pekerjaan ini dimulai sejak awal atau 9 minggu s/d 11 minggu sebelum tanam.
a. Varietasnya disesuai dengan kehendak penangkar benih dan kebutuhan
petani pemakai benih, kelas benih yang ditanam lebih tinggi dari pada kelas
benih yang akan dihasilkan, benih yang akan ditanam harus mempunyai
label/segel,
b. Areal pertanaman sebaiknya dipilih: pengairannya terjamin, bekas
pertanaman yang tidak sejenis, bekas pertanaman yang tidak sejenis dari
varietas yang sama.
Tahap 2. Mengajukan Permohonan Sertifikasi Benih
Penangkar benih harus mengajukan permohonan sertifikasi benih kepada
UPTD Balai Perbenihan Pertanian Provinsi Aceh melalui petugas pada masing-
masing Kabupaten setempat dan paling lambat 10 hari sebelum tabur.
Tahap 3. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah baik untuk pertanaman maupun untuk persemaian dimulai
sejak 6 s/d 8 minggu sebelum tanam. Hal ini bertujuan untuk menghindari
pengaruh sampingan dari proses pelapukan bahan organik dan rumput-
rumputan yang berakibat buruk terhadap pertumbuhan tanaman.
Tahap 4. Pemeriksaan lapangan pendahuluan
Pemeriksaan lapangan pendahuluan dilakukan pada waktu sebelum
pengolahan tanah sampai dengan sebelum tanam. Pemeriksaan lapangan
dilakukan oleh petugas lapangan/pengawasan benih yang ditunjuk/ ditugaskan
oleh UPTD Balai Perbenihan Pertanian Provinsi Aceh.
9
Tahap 5. Menabur dan memelihara persemaian
Penangkar benih dapat menaburkan benihnya pada persemaian kurang lebih 3
minggu sebelum tanam dan selanjutnya persemaian dipelihara sampai cukup
waktunya untuk dicabut/dipindahkan ke lapangan. Disini juga dilakukan
pemupukan, pengairan, pemberantasan hama/penyakit, seleksi/ roguing.
Tahap 6. Menanam Bibit/Benih
Batas waktu tanam dalam satu blok pertanaman adalah maksimal 7 hari,
apabila waktu penanaman lebih dari 7 hari, maka hendaknya blok ini dijadikan
sebagai blok yang lain.
Tahap 7. Seleksi atau Roguing Fase Vegetatif
Seleksi dimulai pada umur 48 hari setelah tanam atau disesuaikan dengan
masing-masing komoditi tanaman. Seleksi ini didasarkan pada sifat-sifat
tanaman misalnya : bentuk tanaman, warna pangkal batang, warna
permukaan daun dan sebagainya.
Tahap 8. Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan Fase Vegetatif
Penangkar benih harus menyampaikan pemberitahuan untuk pemeriksaan
lapangan untuk fase vegetatif kepada UPTD Balai Perbenihan Pertanian
Provinsi Aceh melalui petugas lapangan/pengawas benih di Kabupaten
setempat pada minggu keempat setelah tanam atau menurut jadwal masing-
masing jenis komoditi.
Tahap 9. Pemeriksaan lapangan fase vegetatif (pertama)
Pemeriksaan lapangan fase vegetatif (pertama) dilakukan pada minggu kelima
s/d keenam setelah tanam. Apabila pada pemeriksaan ini areal pertanaman
tidak memenuhi standar, maka dilakukan pemeriksaan lapangan pertama
(ulangan) pada minggu kedelapan setelah tanam.
Tahap 10. Seleksi/Roguing Fase Berbunga
Seleksi dimulai pada umur 9 s/d 10 minggu yaitu pada saat tanaman sudah
berbunga. Seleksi fase berbunga dimaksudkan untuk menghilangkan tanaman
yang sifat-sifatnya menyimpang dari diskripsi yang telah ditetapkan oleh
pemulia tanaman/instansinya, misalnya: tinggi tanaman, berbunga terlalu
cepat, bentuk gabah, ukuran gabah, warna ujung gabah dan sebagainya.
10
Tahap 11. Pemberitahuan Pemeriksaan Fase Berbunga Termasuk Ulangan
Penangkar benih harus memberitahukan pemeriksaan lapangan fase
berbunga pada minggu kesembilan, pemeriksaan lapangan harus tepat pada
waktunya, sehingga apabila pada pemeriksaan lapangan tidak memenuhi
standar lapangan masih mempunyai kesempatan untuk mengulang.
Tahap 12. Pemeriksaan lapangan fase berbunga (kedua)
Pemeriksaan lapangan fase berbunga (kedua) dilakukan pada minggu
kesepuluh setelah tanam. Pada pemeriksaan lapangan ini areal pertanaman
tidak memenuhi standar lapangan, maka pemeriksaan lapangan ulangan
dilakukan selambat-lambatnya minggu kesebelas setelah tanam atau sesuai
dengan jadwal masing-masing komoditi.
Tahap 13. Seleksi fase masak
Seleksi ini dilakukan pada minggu ke-12 sampai 15 setelah tanam, seleksi
fase masak bertujuan untuk menghilangkan tanaman yang sifatnya
menyimpang dari diskripsi seperti : tinggi tanaman, bentuk gabah, warna
gabah dan warna ujung gabah.
Tahap 14. Pemberitahuan pemeriksaan lapangan fase masak
Penangkar benih harus memberitahukan pemeriksaan lapangan fase masak
kepada UPTD Balai Perbenihan Pertanian Provinsi Aceh atau kepada petugas
lapangan/pengawas benih kabupaten setempat pada minggu ketiga belas
setelah tanam atau 2 sampai 3 minggu sebelum saat panen.
Tahap 15. Pemeriksaan lapangan fase masak
Pemeriksaan lapangan fase masak dilakukan hanya satu kali. Apabila hasil
lapangan memenuhi standar untuk kelas benih yang dimaksud maka
pertanaman tersebut dinyatakan lulus/memenuhi standar lapangan.
Sedangkan apabila hasil pemeriksaan lapangan ternyata tidak memenuhi
standar, maka penurunan kelas benih diizinkan sepanjang data hasil
pemeriksaan lapangan memenuhi standar untuk kelas benih yang
bersangkutan.
Tahap 16. Pelaksanaan panen
Pelaksanaan panen dilakukan setelah tanaman atau apabila butir-
butir/polong benih telah menunjukkan kemasakan di atas 80%.
Tahap 17. Pengawasan panen
Pengawasan panen dilakukan oleh petugas lapangan/pengawas benih UPTD
Balai Perbenihan Pertanian di Kabupaten setempat pada saat pelaksanaan
11
panen. Pengawasan panen bertujuan untuk memeriksa : benih yang sedang
dipanen pada satu blok pertanaman terhindar dari percampuran dengan
benih dari blok lainnya, kemudian alat atau wadah untuk panen, bersih dan
terhindar dari percampuran dengan varietas lain.
Tahap 18. Pemberitahuan pemeriksaan alat-alat prosessing/gudang
Penangkar benih padi harus mengajukan memberitahukan pemeriksaan alat-
alat prosessing/gudang paling lambat satu bulan sebelum panen.
Tahap19. Pemeriksaan alat-alat prosessing/gudang.
Pemeriksaan alat-alat prosessing/gudang, dilakukan sebelum alat-alat
prosessing/gudang tersebut digunakan.
Tahap 20. Pengolahan benih.
Pengolahan benih adalah kegiatan perontokan, pengeringan, pembersihan,
pemberian obat-obatan pencegah hama/penyakit, pengepakan benih dan
pekerjaan lain sebelum benih dipasarkan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah benih tersebut tidak tercampur
dengan varietas lain, identifikasi kelompok penangkar, seperti nomor
kelompok, jenis tanaman/varietas, asal lapangan jumlah benih dan tanggal
panen, kadar air benih diusahakan agar seminimal mungkin tidak terdapat
gabah yang hampa.
Tahap 21. Pengawasan pengolahan benih
Pengawasan pengolahan benih dilakukan oleh petugas lapangan/ pengawas
benih di Kabupaten setempat pada saat pengolahan benih dilaksanakan.
Tahap 22. Pemberitahuan pengambilan contoh benih
Pemberitahuan pengambilan contoh benih diajukan apabila :
a. Benih yang akan diambil contohnya telah dimasukkan kedalam wadah
yang bersih.
b. Benih telah diatur dan disimpan sedemikian rupa sehingga menjadi suatu
kelompok benih yang homogen disertai dengan tanda/ keterangan
mengenai : nomor kelompok benih, jenis tanaman/ varietas, areal
lapangan, jumlah benih dan tanggal panen.
Tahap 23. Pengambilan contoh benih
Pengambilan contoh benih dilakukan oleh petugas lapangan/ pengawas benih
yang ditunjuk/ditugaskan oleh UPTD Balai Perbenihan Pertanian di
Kabupaten setempat atas dasar pemberitahuan dari penangkar benih.
12
Tahap 24. Pengujian benih di laboratorium
Pengujian benih dilakukan di laboratorium benih UPTD Balai Perbenihan
Pertanian Provinsi Aceh di Banda Aceh.
Tahap 25. Permintaan label
Penangkar benih dapat memesan atau membeli label serta pemasangannya
kepada UPTD Balai Perbenihan Pertanian atau melalui petugas
lapangan/pengawas benih UPTD Balai Perbenihan Pertanian Kabupaten
setempat. Jumlah label sesuai dengan volume benih dari kelompok benih
yang telah lulus pengujian laboratoris untuk masing-masing kelas benihnya.
Setiap label harus dilegalisir dan mempunyai nomor-nomor seri label yang
dikeluarkan oleh UPTD Balai Perbenihan Pertanian Provinsi Aceh.
Tahap 26. Pemasaran benih.
Batas waktu maksimum benih tersebut dipasarkan adalah sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan untuk masing-masing komoditi tanaman.
Lebih dari waktu yang telah ditetapkan tersebut, maka benih harus diuji
kembali di laboratorium. Apabila benih yang diuji kembali itu memenuhi
standar mutu yang ditetapkan, untuk masing-masing kelas benih maka benih
tersebut dapat dipasarkan kembali. Tetapi apabila tidak memenuhi standar
mutu yang ditetapkan, maka penurunan kelas benih diujikan sepanjang benih
tersebut memenuhi standar mut untuk kelas benih yang bersangkutan.
Tahap 27. Pengawasan pemasaran benih
Pengawasan pemasaran benih dilakukan oleh pengawas benih yang ditunjuk
ditugaskan oleh UPTD Balai Perbenihan Pertanian Provinsi Aceh.
Pada benih yang dipasarkan sewaktu-waktu akan datang pengawas benih
untuk memeriksa serta mengambil contoh benih dalam rangka pengecekan
mutu benih untuk menghindari manipulasi data yang tercantum pada label.
13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil
4.1.1. Potensi Wilayah dan Produksi Benih
4.1.1.1. Kabupaten Aceh Besar
Keberhasilan peningkatan produktivitas padi umumnya erat kaitannya dengan
penerapan inovasi teknologi. Benih unggul merupakan salah satu inovasi teknologi yang
memberikan sumbangan cukup dominan terhadap peningkatan produksi padi, secara
persial bibit unggul memberikan sumbangan lebih kurang 20 persen, namun jika
diintergrasikan bersama pupuk dan irigasi, sumbangannya mencapai 75 persen terhadap
peningkatan produksi.
Luas baku lahan sawah di Kabupaten Aceh Besar mencapai 30.421 hektar, terdiri
dari sawah irigasi teknis 12.503 hektar, irigasi semi teknis 4.290 hektar irigasi pedesaan
5.408 hektar, tadah hujan 7.855 hektar dan pompanisasi 365 hektar. Apabila jumlah
pemakaian benih ditingkat petani rata-rata 25 kg/hektar, maka Kabupaten Aceh Besar
membutuhkan benih sebanyak 760.525 ton. Jenis varietas yang dikembangkan petani
penangkar di Kabupaten Aceh Besar masih sangat beragam seperti Mira-1, Situ
Bagendit, Mekongga, Cigelis, Bestari, Inpari 10, Inpari 13, namun yang paling dominan
adalah varietas Ciherang.
Kegiatan Perbanyakan benih pada lokasi Kabupaten Aceh Besar mengalami
keterlambatan dikarenakan faktor Iklim. Kemarau yang panjang pada tahun 2012 ini
mengakibatkan rencana penanaman yang semula dilakukan di Desa Cucum Kecamatan
Darussalam dipindahkan menjadi di Desa Lam Senoung dan Desa Ie Alang Kecamatan
Kota Cot Glee Kabupaten Aceh Besar. Data Prakiraan Hasil yang diperoleh nantinya
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Daftar Jenis Varietas Padi, Kelas Benih, Luas Tanam dan Prakiraan ProduksiKegiatan Perbanyakan Benih di Kabupaten Pidie.
No Jenis Varietas KelasBenih
LuasTanam
Prakiraan Produksi(Kg) Lokasi
UPBS Petani
1. Ceherang SS 2,0 Ha 3.260 7.500 Lam Senoung2. Ceherang SS 3,0 Ha 3.315 12.000 Ie Alang
Jumlah 7.150 22.500
14
4.1.1.2. Kabupaten Pidie
Kabupaten ini merupakan salah satu kabupaten yang cukup potensial untuk
pengembangan pertanian khususnya padi. Luas lahan sawah Potensial di Kabupaten
ini mencapai 29.309 ha. Luas sawah irigasi tehnis mencapai 15.569 ha, semi tehnis
9.956 ha dan selebihnya lahan sawah irigasi sederhana 1.524 ha. Potensi Produksi padi
saat ini rata-rata 6,8 ton/ha sedangkan produksi yang telah dicapai 5,2 ton/ha. Hal ini
disebabkan akibat adopsi teknologi sudah hampir mencapai 50 % dari luas sawah yang
ada. Khususnya di Kecamatan Sakti umumnya petani sudah hampir semuanya
menggunakan bibit yang dianjurkan sepeti ciherang, cigeulis, cibogo dan beberapa
varietas lain yang mempu berproduksi tinggi. Penggunaan varietas unggul sudah
merupakan suatu hal yang cukup dimengerti oleh petani setempat. Disamping
penggunaan varietas unggul petani juga sudah melakukan sistim tanam legowo 2:1, 3:1,
dan 4:1. Pemupukan berimbang sudah dilaksanakan oleh petani setempat, walaupun
belum maksimal dilakukan oleh semua petani karena pada saat–saat tertentu ada petani
yang masih kurang biaya untuk membeli pupuk dan tekadang pupuk terlalu mahal
dipasaran atau memang langka disaat mereka butuh sehingga penggunaan pupuk
terpaksa berkurang tidak sesuai denga anjuran.
Kegiatan perbanyakan benih padi di Kabupaten Pidie pada lima lokasi yaitu
dilaksanakan di Kecamatan Sakti Desa Gampong Baro, luas lokasi perbanyakan mencapai
2 ha dan di Kecamatan Mutiara Desa Mee Adan, Luas lokasi penangkaran 1 hektar.
Kedua lokasi ini digunakan untuk menghasilkan kelas Fondation Seed (FS) dengan benih
sumber Breeder Seed (BS) yang berasal dari Balai Besar Penelitian Padi, Sukamandi,
Subang- Jawa Barat. Lokasi Desa Tong Pria, Desa Blang Jrat Kecamatan Tangse dan
Desa Rabo Kecamatan Mutiara Timur menghasilkan kelas Stock Seed (SS) dengan benih
sumber Foundation Seed (FS). Adapun jenis varietas yang diperbanyak dan luas tanam
dapat dilihat pada tabel 3.
Pada Musim Rendengan Tahun 2012 telah dilakukan penanaman padi untuk
perbanyakan benih padi pada lokasi Gampong Baro dalam perbanyakan benih kelas FS
seluas 3 hektar dan pada Desa Rabo Kecamatan Mutiara Timur sebanyak 5 hektar untuk
perbanyakan Benih kelas SS. Data Prakiraan Hasil yang diperoleh nantinya dapat dilihat
pada tabel 4.
15
Tabel 3. Daftar Jenis Varietas Padi, Kelas Benih, Luas Tanam dan Produksi KegiatanPerbanyakan Benih di Kabupaten Pidie.
No Jenis Varietas KelasBenih
LuasTanam
Produksi/Milik(Kg) Lokasi
UPBS Petani
1. Inpari - 9 FS 1,0 Ha 165 2.250 Gampong Baro
2. Inpari-10 FS 1,0 Ha 430 750 Gampong BaroSS 5,0 Ha 4.965 10.000 Tong pria
3. Inpari-13 FS 1,0 Ha 405 2.500 Gampong BaroSS 5,0 Ha 2.795 21.000 Blang Jrat-Tangse
4. Ciherang FS 1,0 Ha 695 2.100 Mee AdanJumlah 9.455 38.600
Tabel 4. Daftar Jenis Varietas Padi, Kelas Benih, Luas Tanam dan Prakiraan ProduksiKegiatan Perbanyakan Benih di Kabupaten Pidie.
No Jenis Varietas KelasBenih
LuasTanam
Prakiraan Produksi(Kg) Lokasi
UPBS Petani
1. Inpari - 10 FS 1,0 Ha
3.275 10.000
Gampong Baro2. Inpari - 16 FS 1,0 Ha Gampong Baro3. Ciherang FS 0,5 Ha Gampong Baro
4. Inpari - 19FS 0,5 Ha Gampong BaroSS 2,5 Ha
4.345 15.000 Rabo5. Inpari - 20 SS 2,5 Ha Rabo
Jumlah 7.620 25.000
4.1.1.3. Kabupaten Aceh Timur
Kabupaten Aceh Timur merupakan salah satu daerah yang memiliki strategis
sebagai penghubung antara ibukota Provinsi Aceh dengan Provinsi Sumatera Utara. Luas
wilayah Kabupaten Aceh Timur 6.040,40 km2 atau 604,04 ha yang meliputi 24
kecamatan 513 desa yang meliputi 45 kemukiman dan 8 kemukiman serta 1.596 dusun.
Kabupaten Aceh Timur mempunyai luas lahan sawah baku seluas 34.011 ha,
lahan sawah irigasi 15.067 ha dan sawah tadah hujan sebesar 18.994 ha. Data luas
tanam padi menurut dinas pertanian adalah 46.025 ha, sedangkan luas panen sebesar
34.744 ha.
Secara umum penggunaan benih padi per hektar adalah 25 kg, sehingga
kebutuhan benih pertahun mencapai 1.150 ton. Untuk memenuhi kebutuhan benih
dengan luas lahan tersebut perlu kolaborasi yang sinergis antara Dinas dan instansi
terkait dalam hal pengaturan musim tanam dan pola tanam yang seimbang. Selama ini
16
kebutuhan benih di Kabupaten Aceh Timur kerap kali didatangkan dari Medan Sumatera
Utara (SHS dan PT. Pertani). Bahkan ada juga benih yang digunakan dari hasil
penangkaran oleh petani setempat (lokal) yang produksinya masih terbatas.
Hasil survey yang dilakukan oleh Tim Peneliti BPTP NAD, umumnya petani di
Kabupaten Aceh Timur lebih menyukai varietas Ciherang selain beberapa varietas lain
seperti : Mekongga, IR-64 dan Cigeulis. Pengalaman dalam bidang penangkaran antara 3
– 7 tahun.
Pengembangan untuk kelompoktani penangkar benih terdapat di 4 kecamatan
yaitu Peureulak Barat, Simpang Ulim, Madat, dan Kecamatan Julok. Benih Sumber yang
digunakan umumnya ES dan SS.
Adapun jenis varietas yang diperbanyak dan luas tanam dapat dilihat pada tabel
5.
Tabel 5. Daftar Jenis Varietas Padi, Kelas Benih, Luas Tanam dan Produksi KegiatanPerbanyakan Benih di Kabupaten Aceh Timur.
No Jenis Varietas KelasBenih
LuasTanam
Produksi/Milik(Kg) Lokasi
UPBS Petani
1. Inpari 18 FS 1,0 Ha 720 1.500 Leuge
2. Inpari-10 SS 2,0 Ha 1.840 7.500 Paya Bili SaSS 3,0 Ha 3.200 10.000 Blang Bate
4. Ciherang FS 5,0 Ha 4.195 29.500 Tanjung TualangJumlah 9.955 48.500
4.1.1.4. Kabupaten Aceh Barat
Kabupaten Aceh Barat adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia.
Sebelum pemekaran, Aceh Barat mempunyai luas wilayah 10.097.04 km² atau 1.010.466
Ha dan merupakan bagian wilayah pantai barat dan selatan kepulauan Sumatera yang
membentang dari barat ke timur mulai dari kaki gunung Geurutee (perbatasan dengan
Aceh Besar) sampai ke sisi Krueng Seumayam (perbatasan Aceh Selatan) dengan
panjang garis pantai sejauh 250 km. Sesudah dimekarkan luas wilayah menjadi 2.927,95
km².
Kabupaten Aceh Barat mempunyai luas lahan sawah baku seluas 15.308 ha,
lahan sawah irigasi 5.127 ha dan tadah hujan sebesar 10.181 ha. Data luas tanam padi
menurut dinas pertanian sampai dengan Nopember 2011 adalah 8.748 ha, sedangkan
17
luas panen 12.590 ha. Secara umum penggunaan benih padi per hektar adalah 25 kg,
sehingga kebutuhan benih pertahun mencapai 218,7 ton.
Penggunaan varietas yang paling dominan adalah varietas Ciherang sebanyak 60
% sisanya Inpari 25 % dan varietas lokal 15 %. Sebagian besar kebutuhan benih
didatangkan dari PT. Shang Hyang Seri, karena keberadaan penangkar benih padi belum
mampu memenuhi kebutuhan benih, kelompok penangkar yang telah terbentuk adalah
Udep Beusaree, Selanga Dara, Bina Usaha, Pasir Putih dan Sepakat.
Produksi benih yang di hasil oleh kedua kelompok penangkar tersebut pada
musim tanam yang lalu baru mencapai 150 ton. Sementara itu harga benih di toko
saprodi mencapai Rp. 7.000/kg, sedangkan ditingkat petani Rp. 5.000. Kendala yang
dihadapi petani di Aceh Barat adalah adanya gangguan hama penggerek batang, walang
sangit, tikus, burung dan penyakit hawar daun. Rata-rata produktivitas padi sawah di
Kabupaten Aceh Barat adalah sebesar 4,5 ton/ha.
Tabel 4. Daftar Jenis Varietas Padi, Kelas Benih, Luas Tanam dan Prakiraan ProduksiKegiatan Perbanyakan Benih di Kabupaten Aceh Barat.
No Jenis Varietas KelasBenih
LuasTanam
Prakiraan Produksi(Kg) Lokasi
UPBS Petani
1. Ciherang FS 5 ha 4.390 15.000 Alue Peudang
Jumlah 4.390 15.000
4.1.1.5. Kabupaten Aceh Barat Daya
Kabupaten Aceh Barat Daya adalah merupakan daerah pemekaran dari
Kabupaten Aceh Selatan. Secara geografis kabupaten ini terletak pada posisi 96o 23’ 02”
– 97o 23’ 03” Bujur Timur dan 3º 05’ – 3º 80’ Lintang Utara dengan luas wilayah
mencapai 2.334,01 km. Kondisi iklim pada daerah ini ádalah iklim tropis basah dengan
curah hujan antara 2.334 mm – 4.912 mm/ tahun (Pemerintah Daerah Aceh Barat Daya,
2011).
Komoditi tanaman pangan yang menonjol diusahakan petani di Aceh Barat Daya
antara lainnya adalah padi, kacang tanah, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar dan kacang
hijau, sedangkan yang lainnya dalam jumlah kecil (Dinas Pertanian dan Peternakan Aceh
Barat Daya, 2011).
Luas baku lahan sawah di Kabupaten Aceh Barat Daya mencapai 17.142 ha,
terdiri dari sawah irigasi tehnis 4.316, semi tehnis 2.387, irigasi sederhana hanya 506 ha,
18
tadah hujan 2.091ha dan irigasi desa 6.969 ha. Apabila jumlah rata-rata penggunaan
benih di tingkat masyarakat tani yaitu 25 kg/ha maka Kabupaten Aceh Barat Daya
membutuhkan benih pada setiap musim tanamnya yaitu sebanyak 428,5 ton.
Kebutuhan benih sebanyak ini akan sulit terpenuhi apabila diperlukan dalam
waktu yang bersamaan, karena sebagian bensar benih padi untuk kebutuhan di wilayah
Aceh Barat Daya di datangkan dari luar daerah, kecuali apabila petani menggunakan
benih yang berasal dari hasil pertanaman sebelumnya (varietas lokal), namun apabila
pemerintah daerah ingin meningkatkan produksi padi melalui penggunaan benih yang
bermutu, maka mendatangkan benih dari luar daerah adalah merupakan pilihan satu-
satunya. Untuk mengatasi persalahan seperti ini, maka pemberdayaan dan pembinaan
penangkar benih padi di wilayah Kabupaten Aceh Barat Daya sangat diperlukan.
Pada periode tahun 2007-2008 peningkatan produksi padi di kabupaten ini adalah sangat
signifikan akibat adanya perhatian pemerintah kabupatennya terhadap upaya
peningkatan produksi padi. Upaya pencapaian peningkatan produksi di kabupaten Aceh
Barat Daya telah memunculkan suatu program yang disebut program acong singkatan
dari pada adu carong atau adu kepandaian petani dengan petugas pertanian. Program
ini dilakukan oleh pemerintah kabupaten melalui dinas pertanian setempat. Pemerintah
kabupaten merangsang petani dengan memberikan bantuan benih secara gratis kepada
petani yang mau mengikuti program anjuran ini, serta juga membantu sebagian dari
kegiatan pengolahan tanah, dan saprodi pupuk. Pada program ini Bupati Aceh Barta
Daya yaitu Akmal Ibrahim SH sangat antusias dan selalu siap turun bersama-sama
petani kesawah baik untuk untuk penanaman ataupun pengolahan tanah. Gerakan ini
merupakan salah satu rangsangan bagi petani untuk memaksimalkan produksi padi
sawah dikabupaten tersebut (Aceh Agri, 2007).
Kegiatan perbanyakan benih pada tahun 2012 ini merupakan lanjutan dari
kegiatan tahun 2011, namun pada tahun 2012 pertanaman padi perbanyakan benih
banyak mengalami kendala. Pada awal terjadi penundaan penanaman karena iklim yang
kering (kemarau panjang). Persemaian baru dapat dilakukan pada akhir bulan Agustus
2012 dan penanaman dilakukan pada awal sampai pertengahan bulan September 2012.
Pada Umur 1 (satu) bulan setelah tanam tanaman cukup baik pertumbuhannya,
namun pada masa premordia tanaman mulai terserang hama tikus, telah dilakukan
pengendalian namun hasilnya tidak memuaskan kerusakan mencapai 30 % dari areal
perbanyakan benih. Kerusakan yang sangat fatal terjadi pada masa pemasakan buah,
areal perbanyakan benih dan sekitarnya pada beberapa kecamatan terserang hama
19
burung. Kerusakan yang disebabkan serangan hama burung ini sangat fatal yaitu
mencapai 80 %.
Telah dilakukan pininjauan tim dari BPTP Aceh dan Dinas Pertanian Setempat
bersama Koordinator Pengawas benih Kabupaten Aceh Barat Daya, dinayatakan bahwa
lokasi ini dapat dianggap gagal panen dan gabah yang tersisa sekitar 10 – 20 % tidak
lagi layak untuk dijadikan benih.
4.1.2. Perkembangan Penangkar Benih
Kegiatan pengembangan penangkaran benih adalah merupakan kegiatan yang
sangat penting di dalam meningkat kinerja pembangunan disektor pertanian, karena
salah satu parameter keberhasilan pembangunan pertanian adalah adanya peningkatan
produksi. Peningkatan produksi komoditi pertanian sangat tergantung kepada
tersedianya benih yang bermutu dan berkualitas, sehingga target penyediaan benih yang
bermutu dan berkualitas ditingkat petani melalui pembinaan penangkar merupakan
suatu hal yang mutlak dilakukan.
Program pengembangan penangkar benih yang efisien dapat dilakukan melalui
pembinaan penangkar benih yang ada di setiap kabupaten, pembinaan ini hanya
dilakukan terhadap penangkar benih yang sudah berpengalaman dan mempunyai
jaringan kerja yang luas, baik dengan swasta maupun dengan instansi pemerintah. Oleh
karena itu pembinaan ini dapat berjalan lancar apabila pemerintah daerah dapat turun
tangan memikirkan terhadap perkembangan dan keberlanjutan kegiatan penangkaran.
Pembinaan terhadap penangkar yang sudah berkembang atau berpengalaman
dapat dilakukan anatar lain; a) evaluasi dan seleksi kinerja kelompok penangkar, b)
menentukan jumlah kelompok yang akan dibina, dan c) membekali kelompok penangkar
yang akan dibina melalui pelatihan penangkar benih dan memfasilitasi penangkar untuk
mendapatkan sarana produksi yang dihutuhkan. Pengembangan penangkar benih padi
dilakukan dengan melibatkan kelompok-kelompok tani binaan Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Aceh dengan instansi terkait yang ada di kabupaten seperti Kabupaten
Aceh Besar ada 3 (tiga) kelompok tani binaan penangkar benih padi unggul, Kabupaten
Pidie 4 (empat) kelompok tani binaan penangkar benih padi, Kabupaten Aceh Timur 3
(tiga) kelompok tani binaan penangkar benih padi, Kabupaten Aceh Barat 1 (satu)
kelompok tani binaan penangkar benih padi, Kabupaten Aceh Barat Daya 2 (dua)
kelompok tani binaan penangkar benih padi.
20
4.1.3. Distribusi Benih Milik UPBS BPTP Aceh
Produksi benih yang sudah dipanen pada tahun 2012 milik UPBS sebanyak
19.410 kg dan telah tersalur sampai dengan akhir bulan Desember 2012 sebanyak 6.220
kg (32,05 %). Rendahnya distribusi penyaluran benih milik UPBS BPTP Aceh disebabkan
oleh tertundanya musim tanam MT 1 2012/2013 dan belum tersosialisaikan bahwa UPBS
telah menyediakan benih serta tingginya harga benih yang dihasilkan oleh UPBS.
Harga benih label Biru/Benih Sebar (ES) di tingkat pengecer (Kios Saprodi) rata-
rata sebesar Rp. 6.500,- sampai Rp. 7.000,- per kilogram, sementara itu UPBS hanya
diperkenankan memproduksi benih Dasar/Label Putih (FS) dengan harga Rp. 9.000,- per
kilogram dan benih Pokok/Label Ungu (SS) dengan harga Rp. 8.000,-. Dengan harga
demikian para petani merasa harga benih terlalu mahal bila digunakan untuk tujuan
konsumsi. Penjualan benih pada umumnya disalurkan kepada penangkar-penangkar
benih pada tingkat kabupaten/kota di provinsi Aceh. Penyebaran Benih Milik UPBS dapat
dilihat pada tabel berikut :
NONAMA
VARIETAS
KELASBENIH
(FS/SS/ES)BULAN
JUMLAH(KG)
PENERIMA LOKASI/KAB.
1 Inpari 9 FS Desmber 12 165 Konsumsi Aceh Besar2 Inpari 10 FS Mei 2012 90 Blang bate Aceh Timur
FS Mei 2012 50 Paya Bili Sa Aceh TimurFS Agust 2012 100 Paya Ulu AbdyaSS Juli 2012 375 Jamal Aceh TamiangSS Agust 2012 1 75 Mustafa PidieSS Sept 2012 1 50 Bakri Aceh BesarSS Okt 12 300 Syahri BireuenSS Nop 12 120 M. Husein PidieSS Des 12 340 BPP Sk Makmur Nagan RayaSS Des 12 300 Samsuar Pijai
SS Des 12 300 Sanusi Aceh Utara
SS Des 12 200 Distan Aceh Tenggara
SS Des 12 700 BPP Peunaron Aceh Timur3 Inpari 13 SS Sept 12 125 Mansyur Bireuen
SS Sept 12 100 Bakri Aceh Besar
SS Okt 12 250 Alauyah Aceh Besar
SS Des 12 660 BPP Sk Makmur Nagan Raya
SS Des 12 750 Husen Pidie
SS Des 12 100 Distan Aceh Tenggara4 Ciherang FS Mei 2012 125 Tj. Tualang Aceh Timur
Juli 2012 125 Mansyur A. SelatanAgustus 12 325 Muriada Aceh TimurSept 12 120 Sulaimi Aceh Barat
SS Des 12 500 - Str KP Py GajahTotal 6.220
21
4.2. Pembahasan
Keunggulan genetik suatu varietas baru dapat dirasakan manfaatnya dalam
peningkatan jumlah dan kualitas hasil pertanian, apabila tersedia cukup benih untuk
ditanam oleh petani. Sutopo (2002) menyatakan bahwa ketikberhasilan produksi
seringkali sebagai akibat penggunaan benih bermutu yang rendah, dengan demikian
benih merupakan salah satu input dasar yang menentukan keberhasilan dalam kegiatan
produksi tanaman.
Benih sumber menempati posisi strategis dalam industri pembenihan nasional,
karena menjadi sumber bagi produksi benih kelas di bawahnya sampai benih sebar yang
akan digunakan oleh petani. Walaupun program perbenihan telah berjalan sekitar 30
tahun, tetapi ketersediaaan benih bersertifikat belum mencukupi kebutuhan
potensialnya. Ketersediaan benih bersertifikat secara nasional baru sekitar 35%, jagung
10%, kacang-kacangan < 5% dan sayur-sayuran < 1% (Wirawan, et. al. 2002).
Ketersediaan benih unggul yang bermutu sangat diperlukan oleh petani setiap
saat. Di Aceh ketersediaan benih diluar program BLBU masih dirasakan kurang sehingga
kontuinitas pemakaian benih bermutu tidak dapat bertahan lama.
Benih merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam setiap usahatani
yang maju. Penggunaan input lainnya secara maksimum tidak akan memberikan hasil
yang tinggi bila benih yang digunakan tidak bermutu. Mutu benih mencakup mutu
genetis yang ditentukan oleh derejat kemurnian genetis, mutu fisiologis ditentukan oleh
laju kemun-duran dan vigor benih sedangkan mutu fisik ditentukan oleh tingkat
kebersihan fisik (Sadjat, 1999).
Komoditas tanaman pangan seperti padi saat ini mendapat prioritas dalam
pengembangannya, karena komoditas ini di samping sebagai bahan makanan pokok
penduduk di Indonesia juga karena ketiga komoditas tersebut merupakan sumber
karbohidrat dan protein nabati yang juga merupakan potensi di dalam diversifikasi
pangan untuk mengantisipasi kekurangan pangan.
Besarnya keuntungan dari usaha penangkaran dapat menjadi peluang bagi petani
yang mempunyai kepemilikan lahan petani di Aceh pada umumnya hanya sekitar 0,25 ha
dan tegalan sekitar 0,5 ha per kk petani. Luas lahan seperti ini, dengan upaya produksi
tanaman, jelas tidak akan mencukupi kebutuhan, untuk keperluan keluarga. Diharapkan
dengan berkelompok dalam pemasaran benih maka petani di Aceh akan mendapatkan
kesempatan untuk meningkatkan pendapatannya.
22
Pembinaan penangkar harus di fokuskan pada kemandirian kelompok penangkar
dalam kemampuannya menyebaran benih yang dihasilkan dan penumbuhan penangkar
lainnya yang dapat menyediakan benih pada waktu yang berbeda. Konsep penangkaran
komunal yang diterapkan di pedesaan mempunyai kelemahan dalam penyediaan benih
tepat waktu. Waktu tanam penangkar yang berada di desa biasanya sama dan serentak
dengan anggota kelompok lainnya. Kadangkala jeda antara satu musim tanam dengan
musim tanam lainnya pada IP 250 - 300 hanya berbeda satu bulan. Padahal proses
benih hingga keluarnya label membutuhkan waktu lebih dari satu bulan.
Hal ini yang menyebabkan banyak penangkar yang kesulitan dengan proses
penyebaran benih yang mereka hasilkan. Di sisi lain penangkar swasta (PT. Pertani)
mempunyai standar harga yang rendah terhadap benih yang dihasilkan oleh penangkar
(bakal benih) yang pastinya menyebabkan keuntungan bagi penangkar tersebut
berkurang.
Padi sebagai salah satu komoditi pangan mempunyai potensi produksi dan
perkembangan yang cukup tinggi di Provinsi Aceh. Ketersediaan lahan sawah yang
potensial ada seluas 408.486 ha dan tersebar pada 23 kabupaten/kota. Dari data
tersebut menunjukkan bahwa setiap musim tanam, Aceh membutuhkan benih padi lebih
dari 12 ribu ton dengan perhitungan kebutuhan benih yaitu 25 kg /ha (Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian NAD, 2009).
Fenomena di atas memberikan gambaran kepada kita, bahwa apakah benih
dalam jumlah besar tersebut dapat tersedia setiap musim tanam dan apakah benih yang
tersedia tersebut kualitasnya dapat terjamin, hal ini karena jumlah penangkar yang ada
di Aceh belum sanggup menyediakan kebutuhan benih dalam jumlah tersebut.
Pengembangan penangkar benih padi dilakukan dengan melibatkan kelompok-
kelompok tani binaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh dengan instansi
terkait yang ada di kabupaten seperti Kabupaten Aceh Besar ada 3 (tiga) kelompok tani
binaan penangkar benih padi unggul, Kabupaten Pidie 4 (empat) kelompok tani binaan
penangkar benih padi, Kabupaten Aceh Timur 3 (tiga) kelompok tani binaan penangkar
benih padi, Kabupaten Aceh Barat 1 (satu) kelompok tani binaan penangkar benih padi,
Kabupaten Aceh Barat Daya 2 (dua) kelompok tani binaan penangkar benih padi.
23
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Produksi benih yang sudah dipanen pada tahun 2012 sebanyak 106.510 kg
dengan perincian benih milik UPBS sebanyak 19.410 kg dan milik petani 87.100
kg.
2. Produksi Benih tahun 2012 yang akan dipanen pada akhir Pebruari dan/atau
awal Maret 2013 diperkirakan sebesar 81.660 kg dengan rincian milik UPBS
sebesar 19.160 kg dan milik petani sebanyak 81.660 kg. Dari kedua masa panen
tersebut maka produksi total UPBS tahun 2012 adalah 188.170 kg dengan
rincian 38.570 kg milik UPBS dan 149.600 kg milik petani penangkar.
3. Terbentuknya Kelompok/petani penangkar benih padi dilakukan dengan
melibatkan kelompok-kelompok tani binaan Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Aceh dengan instansi terkait sebanyak 13 kelompok/petani
penangkar yang tersebar pada Kabupaten Aceh Besar ada 3 (tiga) kelompok
tani binaan penangkar benih padi unggul, Kabupaten Pidie 4 (empat) kelompok
tani binaan penangkar benih padi, Kabupaten Aceh Timur 3 (tiga) kelompok tani
binaan penangkar benih padi, Kabupaten Aceh Barat 1 (satu) kelompok tani
binaan penangkar benih padi, Kabupaten Aceh Barat Daya 2 (dua) kelompok
tani binaan penangkar benih padi.
4. Terjadi gagal panen pada lokasi perbanyakan benih Kabupaten Aceh Barat Daya
dengan luas 4 ha akibat serangan hama Tikus pada masa premordia dan
serangan hama burung pada fase matang susu.
5.2. Saran
1. BPTP Aceh perlu mempunyai lahan sawah, sehingga dalam memproduksi benih
padi dapat dapat dilakukan pada lahan milik BPTP sehingga seluruh hasil
produksi memjadi milik BPTP .
2. Perlu Sosialisasi dan promasi benih berasal dari produksi UPBS Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Aceh.
24
VI. KINERJA HASIL KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan penangkaran benih pada umumnya berjalan mendekati
baik, yang dimulai dari koordinasi Dinas/Instansi terkait baik di tingkat Provinsi maupun
Kabupaten/Kota, terutama dalam penentuan/penetapan lokasi. Dalam hal Penetapan
Lokasi BPTP Aceh bekerjasama dengan Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan
Pangan Tingkat Kabupaten.
Produksi benih yang sudah dipanen pada tahun 2012 sebanyak 106.510 kg
dengan perincian benih milik UPBS sebanyak 19.410 kg dan milik petani 87.100 kg.
Produksi Benih tahun 2012 yang akan dipanen pada akhir Pebruari dan/atau awal Maret
2013 diperkirakan sebesar 81.660 kg dengan rincian milik UPBS sebesar 19.160 kg dan
milik petani sebanyak 81.660 kg. Dari kedua masa panen tersebut maka produksi total
UPBS tahun 2012 adalah 188.170 kg dengan rincian 38.570 kg milik UPBS dan 149.600
kg milik petani penangkar.
Produksi benih yang sudah dipanen pada tahun 2012 milik UPBS sebanyak
19.410 kg dan telah tersalur sampai dengan akhir bulan Desember 2012 sebanyak 6.220
kg (32,05 %). Rendahnya distribusi penyaluran benih milik UPBS BPTP Aceh disebabkan
oleh tertundanya musim tanam MT 1 2012/2013 dan belum tersosialisaikan bahwa UPBS
telah menyediakan benih serta tingginya harga benih yang dihasilkan oleh UPBS.
Terbentuknya Kelompok/petani penangkar benih padi dilakukan dengan
melibatkan kelompok-kelompok tani binaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Aceh dengan instansi terkait yang tersebar pada Kabupaten Aceh Besar ada 3 (tiga)
kelompok tani binaan penangkar benih padi unggul, Kabupaten Pidie 4 (empat)
kelompok tani binaan penangkar benih padi, Kabupaten Aceh Timur 3 (tiga) kelompok
tani binaan penangkar benih padi, Kabupaten Aceh Barat 1 (satu) kelompok tani binaan
penangkar benih padi, Kabupaten Aceh Barat Daya 2 (dua) kelompok tani binaan
penangkar benih padi.
25
DAFTAR PUSTAKA
Anonymaus, 2010. Aceh Dalam Angka. Kerjasama Pusat Statistik dengan BappedaProvinsi ACEH
------------------,2008. Menumbuhkan penakar benih Padi untuk Percepatan AdopsiVarietas Unggul Baru, Sinar Tani. 2008.
------------------, 2010. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. NAD
------------------, 1990. Buletin Imformasi Pertanian . No ISSN 0216-986 X. Penerbit BalaiInformasi Pertanian Ciawi Hal 4-5.
------------------,2007. Pengadaan SDM Dukung Revitalisasi Perbenihan dalam AgrotekTahun II November 2007.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NAD, 2010. Laporan Kegiatan Perbanyakan4 Varietas Benih Sumber menjadi Benih Dasar (FS) dan Benih Pokok(SS) menjadi Benih Sebar (ES) Varietas Unggul Padi Sawah diPenangkar Benih. BPTP NAD, Banda Aceh, 34 hal.
Diah WS dan M. Syam, 2007. Varietas Unggul Padi Sawah 1943-2007. Imformasi RingkasTeknologi Padi. http/balitpa.litbang.deptan.go.id
J. Bawolye / Msyam, 2008. Imformasi ringkas Teknologi Padi. Sumber: IRRI RiceKnowledge Bank . http://balitpa.litbang.deptan.go.id;
Kasryno F. dan Syafa’at N. 2000. Strategi Pembangunan Pertanian yang BerorientasiPemerataan di Tingkat Petani, Sektor dan Wilayah. Prosiding PSE Bogor.
Kasryno F. dan Syafa’at N. 2000. Strategi Pembangunan Pertanian yang BerorientasiPemerataan di Tingkat Petani, Sektor dan Wilayah. Prosiding PSE Bogor.
Makarim, A.K, U.S Nugraha, dan U.G Kartasasmita, 2000. Teknologi Produksi Padisawah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.
Prianti Soeharto, 2005. Penyuluhan & revitalisasi Pertanian Dalam Sinar tani Edisi 24 –30 Agustus 2005. No. 3113 Tahun XXXV
Rakhmat J. 1996. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Penerbit PT Remaja RosdakaryaBandung.
Saptana, Pangarsa N dan Arianto H. 2000. Eksistensi Kelompoktani dan Respon petaniterhadap Inovasi Teknologi.
26
Lampiran 2 :PENANGANAN RESIKO
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
UNIT KERJA/UPT : BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH
NAMA PIMPINAN : Ir. T. Iskandar, MSi
NIP : 19580121 198303 1 001
KEGIATAN : Perbanyakan Benih Padi Mendukung Program SL-PTT
TUJUAN KEGIATAN : 1. Produksi Benih
2. Pembinaan Penangkar
3. Distribusi VUB
No Resiko Penyebab Dampak Upaya Penanganan
1. Benih Tidaktersertifikat
Penangkar kurangatau belummantapmemahami prosesproduksi benih
Banyak CVL(campuran varietasLain) benih tidaklulus sertifikasi
meningkatkanintensitas pembinaanoleh BPTP/ Dinas/Instansi terkait
2. Gagal/lambattaman
Iklim Ekstrim Penundaan Jadwaltanam atau dapatmengganggupertumbuhan/perkembangan tanaman
Mencari/pindahlokasi perbanyakandenganmempertimbangkancalon petanipenangkar
3. SeranganHama/penyakit
MeningkatnyaKwantitas/kwalitashama/penyakit
Pertumbuhantanaman yangkurang optimalatau gagal panen
Menyediakan saranapenanggulanganyang memadai
4. Benih tidakterdistribusi
Harga benih danatau biayatranportasi relatifmahal
Benih menjadi stokdi gudang danharus disertifikasiulang
Memberikan bantuanbenih kepadapetani/Dinas terkait
Disusun Tanggal : Desember 2012Penjab Kegiatan :
M. Ramlan, SPNIP. 19640226 198603 1 003
27
Lampiran 3. Organisasi Pelaksana Kegiatan
No Nama Jabatan dalamKegiatan Uraian Tugas
AlokasiWaktu
(Jam/mg)
1. M. Ramlan, SP Penjab Kegiatan Mengkoordinir kegiatan mulaiperencanaan sampai laporan
10
2. Ir.T. Iskandar, MS Pelaksana - Menyusun proposal danlaporan
5
3. Ir. Jamal Khalid Pelaksana - Mengolah dan menganalisisdata
- Mengumpulkan data
5
4. Ir. M. Nasir Ali Pelaksana - Mengolah dan menganalisisdata
- Mengumpulkan data5. Saupan Daud, SP Pelaksana - Pelaksana 56. Abdul Azis, SP Pelaksana - Pelaksana 57. Zuardi Efendi, SP Pelaksana - Pelaksana 58. Ahamad Pelaksana - Pelaksana 59. Ernawati Pelaksana - Pelaksana 510. Juariah, SmHk Pelaksana - Pelaksana Administrasi 511. Syahrul Pelaksana - Pelaksana 512. Subagiar Pelaksana - Pelaksana 513. Ibnu Abas Pelaksana - Pelaksana 514. Munawar Pelaksana - Pelaksana Gudang 515. Samsul Bahri Pelaksana - Pelaksana 5
31
Lampiran 6. Foto-Foto Kegiatan Perbanyakan Benih Tahun 2012
KEGIATAN-KEGIATAN SOSIALISASI KEGIATAN
Sosialisasi kegiatan dengan
Kepala BP2KP Kabupaten
Aceh Barat
Sosialisasi kegiatan dengan
BP2KP Kab. di Aceh Timur
Sosialisasi kegiatan dengan
kelompok/petani penangkar
dengan petugas BPSB-TPH
Kab. di Aceh Besar
32
Penanaman Padi di Kab.
Aceh Pidie
Penanaman Padi di Kab.
Aceh Besar
Penanaman Padi di Kab.
Aceh Barat
33
Kondisi tanaman unur 30 -35
Hst di Kab. di Aceh Barat Daya
Kondisi tanaman unur 25 -30
Hst di Desa Tong Pria Kab.
Pidie
Kondisi tanaman unur 25 -30
Hst di Desa Ie Alang Kab.
Aceh Besar
34
Sosialisasi Teknologi
Penangkaran Benih Kab. Aceh
Timur
Temu Lapang Penangkaran
Benih Kab. Pidie
Kemasan Benih hasil produksi
UPBS BPTP Aceh
35
Calon Benih hasil produksi
UPBS BPTP Aceh milik Petani
Penangkar
Penyerahan Benih Bantuan BPTP Aceh Sebagai Sarana Promosi dan Penyebaran Varietas
36