PENGKAJIAN SISTEM USAHATANI JAGUNG...
Transcript of PENGKAJIAN SISTEM USAHATANI JAGUNG...
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
LAPORAN AKHIR TAHUN
PENGKAJIAN SISTEM USAHATANI JAGUNGAGROEKOSISTEM LAHAN KERING
DI PROVINSI ACEH
PENELITI UTAMA
FIRDAUS, SP., M.Si
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHBALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANKEMENTERIAN PERTANIAN
2012
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya
penyusunan Laporan Akhir Tahun Kegiatan Pengkajian Sistem Usahatani Jagung
Agroekosistem Lahan Kering di Provinsi Aceh.
Terlaksananya kegiatan ini tidak terlepas dari dukungan dan peran aktif
seluruh Dinas/Instansi yang terkait, petani kooperator dan penyuluh/peneliti
yang ada di BPTP Aceh. Namun demikian kami menyadari dalam pelaksanaan
kegiatan ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun guna perbaikan dimasa yang akan datang.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya
kegiatan ini mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan yang
dilanjutkan dengan penyusunan laporan tengah tahun ini, kami ucapkan
terimakasih dan semoga laporan ini memberikan manfaat bagi kita semua.
Banda Aceh, Desember 2012Penanggung Jawab
Firdaus, SP., M.SiNIP. 19710805 200604 1 002
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
RINGKASAN
Pengkajian dilakukan pada agroekosistem lahan kering, Desa Saree Aceh, KecamatanLembah Seulawah, Aceh Besar Provinsi Aceh dari bulan Maret 2012 - Agustus 2012.Rancangan yang digunakan adalah Split Plot Designdengan varietas sebagai petak utamayang terdiri dari 5 varietas. V1 = Bima 10 (hibrida), V2 = Bisma (komposit), V3 = Bima 4(hibrida), V4 = Sukmaraga (komposit), dan V5 = Lokal Aceh (pembanding), sedang dosispupuk sebagai anak petak terdiri dari 5 level yaitu: P1). 300 kg Urea/Ha + 175 kg SP36/Ha + 125 kg KCL/Ha.P2)275 kg Urea/Ha + 150 kg SP 36/Ha + 100 kg KCL/Ha. P3)250 kg Urea/Ha + 125 kg SP 36/Ha + 75 kg KCL/Ha. P4) 225 kg Urea/Ha + 100 kg SP36/Ha + 50 kg KCL/Ha. P5) 200 kg Urea/Ha + 75 kg SP 36/Ha + 25 kg KCL/Ha.Ukuran petak 10 m x 5 m. Jarak tanam 70 cm x 20 cm. Parameter yang diamati adalahkeragaan pertumbuhan, hasil dan serangan hama/penyakit. Hasil pengkajianmenunjukkan bahwa ada interaksi antara varietas dengan pemupukan terhadappertumbuhan dan hasil jagung. Interaksi varietas dengan pemupukan terhadap hasilyang tertinggi adalah varietas Sukmaraga yang dipupuk dengan perlakuan P1 (300 kgUrea/Ha + 175 kg SP 36/Ha + 125 kg KCL/Ha). Pada varietas Sukmaraga pemberianpupuk kandang atau pemberian urea tinggi menyebabkan tanaman lebih tinggi. Tidakada interaksi antara varietas dengan pemupukan terhadap serangan hama dan penyakit.
Kata Kunci: Jagung, Varietas, Pemupukan, Lahan Kering
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... .. ..... i
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………. ii
RINGKASAN ………………………………………………………………………………………….. iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………… iv
I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2. Tujuan .................................................................................... 3
1.3. Keluaran yang diharapkan ……………………………………………………… 3
1.4. Hasil yang Diharapkan …………………………………………………………… 3
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak ............................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………………………………. 5
2.1. Deskripsi Varietas …………………………………………………………………… 6
2.2. Pengaruh Pemupukan Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung .. 8
2.3. Hama dan Penyakit pada Jagung .......................................... 10
2.4. Pengaruh Gulma terhadap Pertumbuhan Jagung ....................... 14
III. METODOLOGI ................................................................................. 19
3.1 Ruang Lingkup Kegiatan ………………………………………………………... 19
3.2 Pendekatan …………………………………………………………………………… 19
3.3 Bahan dan Metode Pelaksanaan ......................................... 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………………………………. 23
4.1 Karakteristik Lokasi Pengkajian …………………………………………… 23
4.2 Daya tumbuh dan Tinggi Tanaman ....................................... 25
4.3 Produksi ………………………………………………………………………………. 26
4.4 Hama - Hama pada Jagung ……………………………………………………. 27
V. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………………………………... 31
5.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………… 31
5.2 Saran …………………………………………………………………………………… 31
VI. KINERJA HASIL KEGIATAN …………………………………………………………….. 32
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………. 33
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengembangan jagung melalui perluasan areal dapat diarahkan pada
lahan-lahan potensial, seperti sawah irigasi dan tadah hujan, yang belum
dimanfaatkan secara optimal pada musim kemarau, serta lahan kering pada
musim hujan. Berdasarkan penyebaran luas sawah dan jenis irigasinya,
diperkirakan potensi luas pertanaman jagung yang dapat diperoleh dari
peningkatan Indeks Pertanaman (IP) di lahan sawah adalah seluas 457.163 ha,
dengan rincian: (a) 295.795 ha di pulau Sumatera dan Kalimantan, (b) 130.834
ha di Sulawesi, dan (c) 30.534 ha di Bali dan Nusa Tenggara.
Potensi lahan kering yang sesuai untuk tanaman jagung, namun belum
dimanfaatkan, juga cukup luas, yaitu sekitar 20,5 juta ha, yang tersebar di
Sumatera (2,9 juta ha), Kalimantan (7,2 juta ha), Sulawesi (0,4 juta ha), Maluku
dan Papua (9,9 juta ha), serta Bali dan Nusa Tenggara (0,06 juta ha). Namun
potensi riil yang diperuntukkan bagi tanaman jagung perlu ditetapkan, mengingat
potensi lahan tersebut juga dapat dijadikan sasaran untuk pengembangan
komoditas pertanian lainnya, baik tanaman perkebunan, hortikultura, maupun
tanaman pangan lainnya (Badan Litbang Pertanian, 2005).
Kabupaten Aceh Tenggara merupakan salah satu sentra produksi jagung
di Provinsi Aceh dengan potensi lahan kering dan lahan sawah setelah tanam
padi sebesar 11.571 ha. Tercatat produksi jagung dari Kabupaten Aceh Tenggara
sebesar 89.571 ton pada tahun 2007 dengan rata-rata 3,55 ton per hektar yang
telah diatas rata-rata produksi nasional (Aceh dalam Angka, 2008).
Dewan Jagung Indonesia memperkirakan produksi jagung dalam negeri
tahun 2009 ini mencapai 17,1 juta ton, artinya potensi ekspor bisa mencapai 1,1
juta ton dari kebutuhan jagung nasional yang hanya 16,3 juta ton.Membaiknya
produksi jagung dalam negeri salah satunya karena didukung dengan bibit
jagung jenis hibrida. Penyebaran jenis hibrida menurut Maxdeyul Sola, Sekretaris
Jenderal Dewan Jagung Nasional sudah mencapai 45 persen dari total areal
perkebunan jagung dalam negeri. Hingga Mei 2009 sudah terdapat 111 varietas
jagung (www.matanews.com, 2009).
Data luas tanam jagung di provinsi Aceh pada Tahun 2010 48.993 ha,
sedangkan luas puso 376 Ha. Sedangkan luas panen 43.885 ha dan produksi
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
167.091 ton sehingga produktivitasnya 3,80 ton/ha (BPS Provinsi Aceh dan Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Aceh).
Badan Litbang Pertanian hingga saat ini terus berupaya menciptakan
inovasi teknologi untuk mendukung program pengembangan jagung, seperti: (a)
pembentukan varietas jagung hibrida dan komposit yang semakin unggul
(termasuk penggunaan bioteknologi), diantaranya varietas toleran terhadap
kemasaman tanah dan kekeringan, (b) produksi benih sumber dan
perbenihannya, (c) teknologi budidaya yang semakin efisien (penyempurnaan
pendekatan PTT), serta (d) pascapanen untuk meningkatkan kualitas dan nilai
tambah produk (Badan Litbang Pertanian, 2005).
Provinsi Aceh berpotensi menjadi daerah swasembada jagung melalui
peningkatan usaha tani untuk meningkatkan produksi komoditi
tersebut.Pemerintah komitmen untuk membantu petani dan menjadikan Aceh
sebagai daerah swasembada tercapai.Menteri Pertanian Anton Apriantono
menyatakan Aceh harus menjadi salah satu daerah lumbung pangan nasional,
karena potensi lahan dan sumber daya alamnya masih sangat mendukung. “Kami
yakin Provinsi Aceh mampu meningkatkan pengembangan tanaman padi, jagung,
dan kacang jagung sesuai potensi lahan yang ada, sehingga pada suatu saat
nanti menjadi lumbung pangan nasional, pemerintah terus mendukung daerah
meningkatkan produksi tanaman pangan, sehingga Indonesia tidak lagi
mengalami kesulitan bahan pangan, bahkan bisa membantu negara lain. Krisis
pangan yang melanda dunia saat ini merupakan peluang bagi bangsa Indonesia
untuk meningkatkan produktifitas hasil tanaman pangan, karena potensinya
masih cukup besar.Ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan secara optimal
lahan tidur,” (www.beritasore.com, 2008).
Jagung Aceh baru mampu menghasilkan 5-6 ton per hektar. "Produksi
tersebut masih rendah sehingga masih perlu ditingkatkan sesuai potensi produksi
hasil penelitian yang sudah pernah dilakukan. Pemerintah Aceh menyambut baik
upaya perbaikan kualitas mutu dan produksi jagung tersebut.Apalagi bila
dicermati, potensi jagung amat menjanjikan untuk meningkatkan pendapatan
petani.
Guna mencapai tujuan tersebut Kementerian Pertanian telah
mencanangkan beberapa program aksi berupa upaya peningkatan kapasitas
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
produksi jagung akan dilakukan melalui: (a) peningkatan produktivitas, (b)
perluasan areal tanam, (c) peningkatan efisiensi produksi, (d) penguatan
kelembagaan petani, (e) peningkatan kualitas produk, (f) peningkatan nilai
tambah dan perbaikan akses pasar, (g) pengembangan unit usaha bersama, (h)
perbaikan permodalan, (i) pewilayahan komoditas atas dasar, ketersediaan, nilai
tambah, daya saing, dan pendapatan, serta (j) pengembangan infrastruktur dan
pengaturan tataniaga dan insentif usaha. Untuk dapat melaksanakan strategi
tersebut diperlukan dukungan kebijakan harga, tataniaga, subsidi, pembiayaan,
investasi, dan moneter, standarisasi, dan karantina (Badan Litbang Pertanian,
2005).
1.2. TUJUAN
- Untuk mendapatkan teknologi budidaya jagung yang adaptik dan spesifik
lokasi.
- Mengetahui pengaruh berbagai dosis pemupukan terhadap pertumbuhan,
produksi dan ketahanan hama dan penyakit
1.3. KELUARAN
- Diperoleh paket teknologi budidaya jagung agroekosistem lahan kering
spesifik lokasi.
- Diperoleh rekomendasi dosis pemupukan terhadap pertumbuhan,
produksi dan ketahanan hama dan penyakit
1.4. HASIL YANG DIHARAPKAN
Diterapkannya teknologi budidaya jagung yang adaptif dan spesifik lokasi
serta dapat meningkatkan produktivitas mencapai >9 ton/ha.
Hasil penelitian menjadi masukan bagi bagi pemerintah daerah Provinsi
Aceh, Kabupaten, dan industri benih dalam pemanfatan varietas untuk
pengembangan jagung unggul lahan kering di Provinsi Aceh.
1.5. PERKIRAAN MANFAAT DAN DAMPAK
MANFAAT
Sebahagian besar (70%) petani akan menggunakan jagung yang murni
dengan sifat keunggulan genetik yang tinggi.
Meningkatnya pendapatan petani di perdesaan sebesar 20-30%
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
DAMPAK
Meningkatnya luas penangkaran dan luas pengembangan jagung VUB dan
komposit Aceh
Peningkatan produktivitas jagung di Provinsi Aceh
Tumbuhnya industri pengolahan jagung skala rumah tangga di pedesaan
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
II. TINJAUAN PUSTAKA
Seiring dengan pergeseran paradigma pengembangan pertanian intensif
di lahan basah sebagai penopang utama kebutuhan pangan nasional, maka
pengembangan pertanian di lahan kering merupakan alternatif yang sangat
penting. Mengingat rentannya lahan kering terhadap kerusakan (degradasi) baik
dari segi biofisik lahan maupun kondisi sosial ekonomi masyarakat, maka
pengelolaan lahan kering harus berazaskan pada kelestarian lingkungan yaitu
dengan pemahaman yang paripurna terhadap sifat dan ciri agroekosistem
wilayah dan karakteristik sosial-ekonomi dan budaya masyarakat setempat. Hal
ini penting agar tujuan pengelolaan pertanian lahan kering dapat tercapai.
Tujuan dimaksud bukan saja semata-mata untuk meningkatkan kualitas biofisik
lahan dan produktivitasnya, tetapi juga dapat berimplikasi terhadap
kesinambungan peningkatan pendapatan petani dengan wawasan agribisnis
disertai dukungan pembangunan infrastruktur ekonomi.
Percepatan peningkatan produksi jagung nasional melalui peningkatan
produktivitas dan peningkatan intensitas tanam (IP) dari 1-2 kali menjadi 3-4 kali
tanam (IP400) dilakukan dengan pemanfaatan varietas berumur super dan ultra
genjah. Pembentukan populasi dasar dilaksanakan di KP. Maros, dengan materi
genetik yang MS6(RRS)C0 sebagai tetua betina dan varietas Gumarang sebagai
tetua jantan. Persilangan dilakukan dengan metode plant to plant. Hasil
persilangan diperoleh 200 tongkol dengan persilangan diri (selfing).
Pembentukan galur dilaksanakan di KP. Maros, dengan materi genetik
MS1(RRS)C4, MS3(RRS) C3, MS5(RRS)C0, dan MS6(RRS)C0. Seleksi pedigree
dilakukan dengan membuat silang diri dan tongkol hasil silang diri tersebut
dipanen terpisah. Hasil persilangan diperoleh 409 tongkol persilangan diri
(selfing). Pembentukan F1 hibrida jagung umur super genjah yang dilaksanakan
di KP. Bajeng, menggunakan materi genetik 40 galur jagung umur genjah
sebagai tetua betina dan Nei9008 sebagai tetua jantan. Hasil pembentukan F1
hibrida jagung umur super genjah diperoleh + 100 pasangan persilangan.
Evaluasi daya hasil pendahuluan jagung super genjah pada lingkungan optimal
dan lingkungan kekeringan diperoleh satu genotip memiliki umur panen <80 hari
pada evaluasi daya hasil pendahuluan jagung super genjah baik adaptif pada
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
lingkungan optimal maupun lingkungan cekaman kekeringan di KP. Bajeng dan
KP. Muneng yakni ST201047 potensi hasil ±12,06 t ha-1. Kemudian dua genotip
memiliki umur panen <80 hari pada evaluasi daya hasil lanjutan jagung
Varietas unggul baru jagung yang dilepas tahun 2006 – 2007 ada 3
varietas terdiri atas satu jagung bersari bebas/komposit varietas Anoman-1 dan
dua varietas jagung hibrida kuning Bima-2 Bantimurung dan Bima-3
Bantimurung. Varietas Anoman-1 berbiji putih, sangat sesuai untuk pangan
karena mempunyai rasa yang agak lunak (pulen) dengan potensi hasil 6,6 t/ha
dan toleran terhadap kekeringan. Demikian halnya jagung hibrida kuning Bima-2
Bantimurung dan Bima-3 Bantimurung, kedua varietas tersebut adalah jenis
silang tunggal yang mempunyai induk jantan sama yaitu Mr-14, sehingga
keduanya memiliki karakter yang mirip yaitu stay green dengan potensi hasil
masing-masing 11,0 t/ha dan 10,0 t/ha.
2.1. Deskripsi Varietas
BIMA - 4
Tanggal dilepas : 31 Oktober 2008; Asal : G 180/Mr14, G 180
dikembangkan dari populasi P5/GM25Mr-14. Nei 9008 dikembangkan dari
populasi Suwan 3; Berumur dalam; 50% keluar pollen : + 59 hari50% keluar
rambut : + 57 hariMasak fisiologis : + 102 hari; Batang : Sedang dan
tegapWarna batang : HijauTinggi tanaman : + 212 cm; Jumlah daun : – ;
Keragaman tanaman : Seragam ; Perakaran : Sangat baik ; Bentuk malai :
Kompak ; Warna malai : Krem ; Warna sekam : -Warna anthera : Krem ; Warna
rambut : Krem
Tongkol : Besar dan panjang (+ 20 cm) ; Bentuk tongkol : Silindris ; Kedudukan
tongkol : + 116 cm ; Kelobot :Tipe biji : Mutiara (flint) ; Baris biji : Lurus ; Warna
biji : Jingga ; Jumlah baris/tongkol : 12 – 14 baris ; Bobot 1000 biji : + 265,6 g ;
Rata-rata hasil : 9,6 t/ha pipilan kering ; Potensi hasil : 11,7 t/ha pipilan kering ;
Kandungan karbohidrat: 52,87% ; Kandungan protein : 13,02%Kandungan
lemak : 4,87% ; Ketahanan : Peka bulai, tahan terhadap penyakit karat dan
bercak daun ; Keunggulan : Cepat panen, hasil panen tinggi tidak mudah rontok,
umur berbunga lebih cepat.
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
BIMA - 10
Tanggal dilepas : 2010 ; Asal : N153/Mr15 ; Umur : Berumur agak
dalam50% keluar pollen : + 55 hari50% keluar rambut : + 57 hariMasak
fisiologis : + 95 hari ; Batang : Besar dan kokoh ; Warna batang : Hijau tua ;
Tinggi tanaman : + 199 cm ; Jumlah daun : 12 -14 helai ; Keragaman tanaman :
Sangat seragamPerakaran : Sangat baik ; Bentuk malai : Semi kompak ; Warna
malai : Krem ; Warna sekam : Hijau krem ; Warna rambut : Krem ; Tongkol :
Besar dan panjang (+ 17,1 cm) ; Bentuk tongkol : Besar berucut, panjang, dan
silindrisKedudukan tongkol : + 124 cm ; Kelobot : Menutup dengan baik ; Tipe
biji : Mutiara ; Baris biji : Lurus ; Warna biji : Oranye ; Jumlah baris/tongkol : 14
– 16 baris ;Bobot 1000 biji : + 334 gRata-rata hasil : 11,25 t/ha pipilan kering
;Potensi hasil : 13,37 t/ha pipilan kering ; Kandungan karbohidrat:
74,237%Kandungan protein : 11,956% ; Kandungan lemak : 6,644% ;
Ketahanan : agak tahan penyakit bulai, tahan penyakit karat dan bercak daun ;
Keunggulan : Potensi hasil tinggi, warna biji cerah, cocok ditanam di dataran
rendah sampai 335 mdpl.
SUKMARAGA
Tanggal dilepas : 14 Februari 2003 ; Asal : Bahan introduksi AMATL
(Asian Mildew Acid Tolerance Late),asal CIMMYT Thailand dengan Introgressi
bahan lokal yangdiperbaiki sifat ketahanan terhadap penyakit bulai.
Populasiawalnya diseleksi pada tanah kering masam Sitiung Sumbar,dan tanah
sulfat masam di Barambai (Kalsel).Hasil kombinasidiuji pada berbagai lingkungan
asam dan normal.Umur : 50% kerluar rambut : + 58 hariMasak fisiologis : + 105
- 110 hariBatang : Tegap; Warna batang : Hijau ; Tinggi tanaman : + 195 cm
(180 - 220 cm)Daun : Panjang dan lebar ; Warna daun : Hijau mudaKeragaman
tanaman : Agak seragam ; Perakaran : Dalam, kuat dan baikKerebahan : Agak
tahan ; Malai : Semi kompak ; Warna rambut : Coklat keunguanTongkol :
Panjang silindrisTinggi letak tongkol : + 195 cm (90-100 cm) ;Kelobot : Tertutup
baik (85%)Tipe biji : Semi mutiara (semi flint) ; Warna biji : Kuning tuaBaris biji :
Lurus dan rapatJumlah baris/tongkol : 12 - 16 baris
Bobot 1000 biji : + 270 gRata-rata hasil : 6,0 t/ha pipilan keringPotensi hasil :
8,50 t/ha pipilan keringKetahanan : Cukup tahan terhadap penyakit bulai (P.
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
maydis), penyakit bercakdaun (H. maydis), dan penyakit karat daun (Puccinia
sp.) ; Daerah sebaran : Dataran rendah sampai 800 m dpl, adaptif tanah-tanah
masam.
BISMA
Tanggal dilepas : 4 September 1995 ; Asal : Persilangan Pool 4 dengan
bahan introduksi disertai seleksi massaselama 5 generasiUmur : 50% keluar
rambut : + 60 hariPanen : + 96 hariBatang : Tegap, tinggi sedang (+ 190 cm) ;
Daun : Panjang dan lebar ; Warna daun : Hijau tua ; Perakaran : BaikKerebahan
: Tahan rebah ; Tongkol : Besar dan silindrisKedudukan tongkol : Kurang lebih di
tengah-tengah batang ; Kelobot : Menutup tongkol dengan cukup baik (+
95%)Tipe biji : Semi mutiara (semi flint)Warna biji : Kuning
Baris biji : Lurus dan rapatJumlah baris/tongkol : 12 - 18 baris ; Bobot 1000 biji :
+ 307 gWarna janggel : Kebanyakan putih (+ 98 cm)Rata-rata hasil : + 5,7 t/ha
pipilan keringPotensi hasil : 7,0 - 7,5 t/ha pipilan keringKetahanan : Tahan
penyakit karat dan bercak daunKeterangan : Baik untuk dataran rendah sampai
ketinggian 500 m dpl.
2.2 Pengaruh Pemupukan Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung
Pada lahan kering khususnya untuk tanaman jagung, pemberian bahan
organik sangat besar sekali manfaatnya, karena sebagian besar lahan pertanian
intensif di Indonesia berkadar bahan organik rendah (Badan Litbang Pertanian,
2005).Bahan organik ini dalam tanah akan mengalami dekomposisi dan
menghasilkan humus dan humus ini merupakan sumber hara bagi tanaman
terutama N,P,K dan beberapa unsur hara mikro yang sangat dibuuhkan oleh
tanaman. Bahan organik sangat penting artinya bagi pertumbuhan tanaman dan
sebagai pengendali berbagai sifat fisis tanah, penyangga ketersediann hara dan
perbaikan struktur tanah (Sutidjo, 1992; Ahmad, 1993). Akibat pemberian bahan
organik kepadatan tanah menjadi rendah, porositas tanah meningkat, dapat
mencegah kehilangan air tanah melalui pengikisan maupun evaporasi (Foth,
1988; Tan, 1991).
Pada umumnya tanaman jagung tidaktoleran terhadap kemasaman
tanahyang tinggi.Hasil penelitian Fox (1979)disimpulkan bahwa kejenuhan
Almerupakan parameter yang lebih tepatuntuk memperkirakan penguranganhasil
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
jagung pada tanah masam.Tanaman jagung akan di bawah 90 %dari maksimum
apabila kejenuhan Almelebihi 12 %. Bila kejenuhan Al > 40% pertumbuhan
tanaman jagung akan menurun secara tajam.
Pengapuran untuk mengatasipengaruh buruk oleh kemasaman tanahyang
tinggi merupakan salah satu carayang sudah lama dikenal dan
diterapkan.Dengan tindakan ini, kemasaman tanah diturunkan sampai tingkat
yang tidak membahayakan bagi pertumbuhan tanaman.Radjagukguk (1983)
mengemukakan bahwa reaksikapur di dalam tanah secara sederhanasebagai
berikut :3 CaCO3 + 3 H2O M 3 Ca++ + 3HCO3- + 3 OHAl3++ 3 OH- �Al(OH)3
(mengendap)Al3+ yang berasal dari larutantanah akan bereaksi dengan OH-
darihasil reaksi bahan kapur sehinggamembentuk endapan Al(OH)3.
Dengandemikian pemberian bahan kapurmengakibatkan pengendapan Al
dalambentuk Al(OH)3 dan pada saat yangsama pH akan meningkat.
Dengandemikian keracunan Al dapat teratasisehingga pertumbuhan akar
tanamanakan baik.
Pengapuran dalam jumlahberlebihan tidak diperlukan
dalammenanggulangi masalah keracunan Alpada tanah mineral tropika, pH
cukupdinaikkan sampai mencapai pH ± 5,5karena pada kondisi ini Al praktis
sudahternetralisasi.Kemasaman tanahdianggap sebagai parameter yang paling
kritis dalam pengaturanketersediaan unsur hara mikro (Sims,1986).Ketersediaan
unsur hara mikro(Cu dan Zn) dalam larutan tanah relative tinggi pada pH yang
rendah, dankebanyakan kation ini berada dalambentuk yang dapat dipertukarkan
dandalam fraksi organik (Sims and Patrick,1978).
Pengapuran juga mempengaruhiketersediaan unsur hara mikro sepertiFe,
Mn, Cu dan Zn. Penambahan kapurdapat menurunkan kelarutan unsure mikro
karena terjadi peningkatan pH,yang menyebabkan terjadinyapengendapan unsur
mikro tersebut.Pengapuran yang berlebihan dapatmenyebabkan tanaman
mengalamikekurangan unsur mikro, terutama Fe,Mn, Cu dan Zn karena
peningkatan nilaipH tanah mengakibatkan bentuk kation
berubah menjadi hidroksida yang tidaklarut (Nyakpa et al., 1988). Peningkatan
pH dapat meningkatkan muatan negative pada mineral lempung yang bermuatan
tidak tetap. Peningkatan muatan negative ini akan meningkatkan
kapasitasjerapan kation sehingga mampu menyerap kation dalam jumlah
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
yanglebih banyak. Proses pengendapan danjerapan ini akan
mengurangikonsentrasi unsur mikro dalam larutantanah.
Bahan organik tanah merupakansuatu sistem yang komplek dandinamis,
berasal dari sisa tanaman danhewan yang terdapat di dalam tanahyang terus
menerus mengalamiperubahan yang dipengaruhi faktorbiologi, fisika dan kimia
tanah.Bahan organik dapatberasal dari sisa tanaman, hewanseperti dalam bentuk
pupuk kandang,pupuk hijau, kompos dan sebagainya.
Pupuk kandang sebagai sumber bahanorganik tanah mempunyai
kandunganhara yang berbeda-beda tergantungdari macam hewan, umur
hewan,macam makanan, perlakuan danpenyimpanan pupuk sebelum dipakai
(Buckman and Brady, 1982).Penambahan bahan organik juga
dapatmeningkatkan kapasitas jerapan karenaberbagai gugus fungsional
yangdimilikinya. Penelitian McGrath et al.,(1988) cit. Salam et al.,
(1997)memperlihatkan bahwa pada pH yangsama, kelarutan Cu lebih rendah
ditanah dengan kandungan bahanorganik tinggi daripada di tanah
dengankandungan bahan organik rendah. Inimenunjukkan bahwa kandungan
bahanorganik di dalam tanah dapatmenurunkan ketersediaan unsur haramikro.
Setiap kation dari unsur haramikro dapat berkombinasi dengansenyawa
organik.Senyawa organic yang bereaksi dengan kation-kationtersebut terdiri dari
protein, asamamino, penyusun humus dan asamasamseperti sitrat dan
tartrat.Reaksikombinasi antara kation-kation inidengan senyawa organik disebut
kelasi,sedangkan senyawa komplek hasilbentukannya disebut kelat.
Senyawakelat disamping sebagai pemasok unsure hara mikro, juga melindungi
daripengendapan unsur tersebut misalnyaoleh ion hidroksil (OH) (Nyakpa et al.,
1988).
2.3. Hama dan Penyakitpada Jagung
Hama
Ada beberapa faktor yang menyebabkan permintaan jagung dalam negeri
belum terpenuhi yaitu factor biotis dan abiotis. Faktor biotis yang sering menjadi
gangguan pertanaman jagung adalah hama dan penyakit. Jenis-jenis hama
penting yang menyerang tanaman jagung baik pada fase vegetatif maupun
generatif adalah lalat bibit (Atherigona sp.), penggerek batang (Ostrinia
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
furnacalis), dan penggerek tongkol (Helicoverpa armigera). Menurut Dobie et al.
(1987) di daerah tropis terutama negara-negara berkembang kehilangan hasil
jagung dapat mencapai 30%.
1. Hama Lalat bibit (Atherigona sp.)
Gejalanya : Daun muda yang masih menggulung layu karena pangkalnya
tergerek larva. Larva yang sampai ketitik tumbuh menyebabkan tanaman tidak
dapat tumbuh lagi.Imago aktif pada siang hari pukul 16.00.Periode imago 7 hari.
Telur diletakkan pada permukaan bawah daun secara terpisah satu sama lain.
Periode telur 1-3 hari Lama stadium larva antara 8-10 hari dan stadium pupu
antara 5-11 hari. Stadium umago rata-rata delapan hari. Pupa berada dalam
tanah dekat dengan tanaman,namun kadang-kadang dalam tanaman.
2. Hama Ulat grayak (Spodeptera sp., Mythimna sp.)
Gejala : Daun berlubang-lubang atau tinggal tulang daunnya.Ngengat
berwarna coklat, aktif di malam hari.Telurnya berwarna putih sampai
kekuningan, berkelompok.Tiap ekor bisa bertelur 400 butir, priode telur 5
hari.Larva aktif di malam hari, umur larva 31 hari, stadium kepompong 8 hari.
3. Hama Penggerek Batang ( Ostrinia furnacalis )
Gejala : Adanya lubang gerekan pada batang dengan kotoran menutupi
lubang gerekan.Ngengat betina bertelur mencapai 90 butir, tersusun rapi dalam
satu kelompok.Periode telur 3-5 hari. Larva Instar I dan II memakan daun muda.
Larva Instar III menggerek batang.Stadia larva antara 19-28 hari.Pupa terbentuk
dalam batang jagung. Stadia pupa antara 5 10 hari . Siklus hidup sekitar satu
bulan (Anonympus, 1995; Tandiabang, 2000)
4. Hama Penggerek tongkol (Helikoverpa Armigera)
Gejalanya : Adanya lubang-lubang melintang pada daun tanaman Stadia
Vegetatif. Rambut Tongkol jagung terpotong, Ujung tongkol ada baka gerekan
dan serng kali ada larvanya.Telur diletakkan satu persatu pada rambut Tongkol
atau bagian tanaman lain pada waktu sore sampai malam hari. Banyaknya telur
perekor ngengat mencapai 1000 butir.Stadia telur 2-5 hari. Larva mengalami 6
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
Instar dalam periode waktu 17-24 hari. Pupa terbentuk di dalam tanah selama
12-24 hari.Satu siklus hidupnya sekitar 35 hari.
5. Hama Kutu daun ( Aphis sp.)
Gejalanya : Gejala langsung apabila populasi tinggi helaian daun
menguning dan mengering. Gejala tidak langsung sebagai vektor virus
menimbulkan mozaik ataupaun garis-garis Klorose sejajar tulang daun.
Serangga berwarna hijau, ada yang bersayap dan ada yang tidak bersayap.Pada
bagian belakang ruas apdomen kelima terdapat sepasang tabung sifunkulus.
6. Hama Kumbang Landak
7. Hama kumbang Bubuk ( Sitophilus sp )
Gejalanya : Biji jagung berlubang-lubang dan bercampur kotoran
serangga serta banyak kumbang bubuk. Kumbang bubuk menyerang mulai dari
lapangan sampai di gidang penimpanan biji.Betina mampu bertelur 300-500
butir. Periode telur 3-7 hari .siklus hidupnya sekitar 30-45 hari serangga dewasa
tanpa di beri makan dapat bertahan hidup selama 36 hari dan bila di beri makan
dapat hidup antara 3-5 bulan.
Penyakit
Salah satu penyakit yang dapat menyerang tanaman jagung pada musim
hujan adalah penyakit busuk batang jagung oleh Fusarium sp. Cendawan
Fusarium sp. merupakan salah satu cendawan yang sering dijumpai di seluruh
dunia, baik berfungsi sebagai saprofit maupun parasit pada tanaman. Selain itu
juga dapat menyerang hampir semua tanaman, bahkan sampai di penyimpanan
(Booth, 1971).
Cendawan Fusarium sp. sangat penting karena selain keragaman dan
tingginya populasi, juga karena banyaknya komponen yang dapat berinteraksi
dengannya seperti stress lingkungan dan serangga hama (Walfer dan Brayford,
1990). Wakman et al., (1998) melaporkan bahwa penyakit busuk batang telah
menyerang pertanaman jagung di Bontobili dan Bajeng, Sul-Sel. dengan
persentase kerusakan masing-masing 20% dan 65%.
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
GEJALA SERANGAN
Munculnya gejala penyakit pada tanaman merupakan akibat dari tidak
terjadinya keseimbangan hayati, sehingga penyakit berkembang bilamana 1)
patogen sangat virulen dan kepadatan sangat tinggi, 2) lingkungan abiotik
sangat sesuai bagi pathogen, tetapi tidak bagi tanaman inang dan organisme
antagonis, 3) populasi jasad organisme antagonis rendah karena dihambat oleh
organisme lain dan factor abiotik tidak menunjang untuk perkembangannya
(Baker dan Cook, 1982 dalam Rosmana dan Wakman, 2004).
Gejala umum yang dijumpai pada tanaman jagung terserang penyakit
busuk batang Fusarium sp. adalah pada bagian bawah batang jagung berwarna
hijau kekuningan, sehingga kemudian berubah warna menjadi coklat
kekuningan.Ruas paling bawah empelurnya membusuk dan terlepas dari kulit
luar batang, sehingga batang menjadi lembek, kemudian struktur batang
berubah menjadi silinder rapat menjadi tabung (Dodd, 1980).
Selanjutnya dikemukakan bahwa terjadinya kelayuan akan menghentikan
semua transportasi hara ke biji, sehingga mempengaruhi berat biji. Pada bagian
akar akan menjadi busuk, mudah dicabut, dan mudah rebah apabila ada angin.
Kalau ini terjadi, maka dalam waktu satu hari semua daun berubah warna
menjadi kelabu dan terkulai, termasuk tongkolnya.
Apabila cendawan Fusarium sp. menyerang pada batang jagung disebut
penyakit busuk batang, dan bila menyerang tongkol, disebut busuk
tongkol.Gejala busuk tongkol jagung bervariasi, tergantung cendawan dan berat
ringannya serangan.F. graminearum bila menyerang tongkol jagung
menyebabkan pembusukan yang berwarna merah jambu dan berkembang dari
ujung ke pangkal tongkol. Pada F. moniliforme juga menyebabkan pembusukan
pada biji jagung.Warna biji yang busuk bervariasi dari merah jambu sampai
kecoklat kemerah-merahan atau coklat kelabu.Gejala ini baru muncul bila dikupas
kelobot jagung.
Hasil identifikasi Wakman et al., (2002) pada tanaman jagung yang
terserang penyakit busuk batang di Maros dan Bajeng, Sul-Sel. Menunjukkan F.
moniliforme.Hal ini berdasarkanpada warna koloni yang agak merah jambu. Ada
beberapa jenis spesis Fusarium yang sering didapatkan bila dilakukan isolasi dari
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
tanah pada bagian akar tanaman jagung adalah F. moniliforme, F. oxysporium, F.
proliferatum, F. solani, F. aqusiti, dan F. graminearum.
Ocamb dan Kommedahl, (1999a dan 1999b) melaporkan keempat
pertama diatas yang banyak diisolasi dari tanah di sekitar akar tanaman
jagung.Hal ini disebabkan karena kuatnya berkompetisi (bersaing).Selanjutnya
Kadera et al. (1994) mengemukakan ada tiga spesies Fusarium yang selalu ada
bila dilakukan isolasi pada jaringan tanaman jagung yaitu F. moniliforme, F.
proliferatum, dan F. subglatinaus.
Bentuk morfologi cendawan Fusarium sp. yaitu spora dalam bentuk
konidia dibentuk diujung tangkai konidia atau klamidospora.Konidia ada yang
bersekat satu dan tidak bersekat, sedangkan makrokonidia ada yang bersekat
sampai 10 walaupun ada yang tidak bersekat.
2.4 Pengaruh Gulma terhadap Pertumbuhan Jagung
Kehadiran gulma pada lahan pertanaman jagung tidak jarang
menurunkanhasil dan mutu biji.Penurunan hasil bergantung pada jenis gulma,
kepadatan,lama persaingan, dan senyawa allelopati yang dikeluarkan olehgulma.
Secara keseluruhan, kehilangan hasil yang disebabkan oleh gulmamelebihi
kehilangan hasil yang disebabkan oleh hama dan penyakit.Meskipun demikian,
kehilangan hasil akibat gulma sulit diperkirakan karenapengaruhnya tidak dapat
segera diamati.Beberapa penelitian menunjukkankorelasi negatif antara bobot
kering gulma dan hasil jagung, denganpenurunan hasil hingga 95% (Violic
2000).Jagung yang ditanam secaramonokultur dan dengan masukan rendah
tidak memberikan hasil akibatpersaingan intensif dengan gulma (Clay and Aquilar
1998).
Secara konvensional, gulma pada pertanaman jagung dapat dikendalikan
melalui pengolahan tanah dan penyiangan, tetapi pengolahan tanahsecara
konvensional memerlukan waktu, tenaga, dan biaya yang besar. Padatanah
dengan tekstur lempung berpasir, lempung berdebu, dan liat, jagungyang
dibudidayakan tanpa olah tanah memberikan hasil yang sama tingginyadengan
yang dibudidayakan dengan pengolahan tanah konvensional(Widiyati et al. 2001,
Efendi dan Fadhly 2004, Efendi et al. 2004, Fadhly et al.2004, dan Akil et al.
2005).
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
Gulma pada pertanaman jagung tanpa olah tanah dikendalikan
denganherbisida.Sebelum jagung ditanam, herbisida disemprotkan untuk
mematikangulma yang tumbuh di areal pertanaman.Setelah jagung
tumbuh,gulma masih perlu dikendalikan untuk melindungi
tanaman.Pengendaliandapat dilakukan dengan cara penyiangan dengan tangan,
penggunaan alatmekanis, dan penyemprotan herbisida. Formulasi atau nama
dagang herbisidayang tersedia di pasaran cukup beragam. Pemilihan dan
penggunaanherbisida bergantung pada jenis gulma di pertanaman.
Penggunaanherbisida secara berlebihan akan merusak lingkungan. Untuk
menekanatau meniadakan dampak negatif penggunaan herbisida
terhadaplingkungan, penggunaannya perlu dibatasi dengan memadukan
dengancara pengendalian lainnya.
Semua tumbuhan pada pertanaman jagung yang tidak
dikehendakikeberadaannya dan menimbulkan kerugian disebut gulma.Gulma
yangtumbuh pada pertanaman jagung berasal dari biji gulma itu sendiri yangada
di tanah.Jenis-jenis gulma yang mengganggu pertanaman jagung perludiketahui
untuk menentukan cara pengendalian yang sesuai.Selain jenisgulma, persaingan
antara tanaman dan gulma perlu pula dipahami, terutamadalam kaitan dengan
waktu pengendalian yang tepat.Jenis gulma tertentujuga perlu diperhatikan
karena dapat mengeluarkan senyawa allelopati yangmeracuni tanaman.
Pengelompokan Gulma
Jenis gulma tertentu merupakan pesaing tanaman jagung
dalammendapatkan air, hara, dan cahaya. Di Indonesia terdapat 140 jenis
gulmaberdaun lebar, 36 jenis gulma rumputan, dan 51 jenis gulma teki
(Laumonier
et al. 1986).
Pengelompokan gulma diperlukan untuk memudahkan
pengendalian,pengelompokan dapat dilakukan berdasarkan daur hidup, habitat,
ekologi,klasifikasi taksonomi, dan tanggapan terhadap herbisida.Berdasarkan
daurhidup dikenal gulma setahun (annual) yang hidupnya kurang dari
setahundan gulma tahunan (perennial) yang siklus hidupnya lebih dari satu
tahun.Berdasarkan habitatnya dikenal gulma daratan (terrestrial) dan gulma
air(aquatic) yang terbagi lagi atas gulma mengapung (floating), gulmatenggelam
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
(submergent), dan gulma sebagian mengapung dan sebagiantenggelam
(emergent). Berdasarkan ekologi dikenal gulma sawah, gulmalahan kering,
gulma perkebunan, dan gulma rawa atau waduk.Berdasarkanklasifikasi
taksonomi dikenal gulma monokotil, gulma dikotil, dan gulmapaku-
pakuan.Berdasarkan tanggapan pada herbisida, gulma dikelompokkanatas gulma
berdaun lebar (broad leaves), gulma rumputan (grasses),dan gulma teki
(sedges).Pengelompokan yang terakhir ini banyak digunakan dalam pengendalian
secara kimiawi menggunakan herbisida.
Persaingan Tanaman Jagung dengan Gulma
Tingkat persaingan antara tanaman dan gulma bergantung pada
empatfaktor, yaitu stadia pertumbuhan tanaman, kepadatan gulma,
tingkatcekaman air dan hara, serta spesies gulma.Jika dibiarkan, gulma
berdaunlebar dan rumputan dapat secara nyata menekan pertumbuhan
danperkembangan jagung.
Gulma menyaingi tanaman terutama dalam memperoleh air, hara,
dancahaya.Tanaman jagung sangat peka terhadap tiga faktor ini selama
periodekritis antara stadia V3 dan V8, yaitu stadia pertumbuhan jagung di
manadaun ke-3 dan ke-8 telah terbentuk.Sebelum stadia V3, gulma hanya
mengganggutanaman jagung jika gulma tersebut lebih besar dari tanaman
jagung,atau pada saat tanaman mengalami cekaman kekeringan.Antara stadia
V3dan V8, tanaman jagung membutuhkan periode yang tidak tertekan
olehgulma.Setelah V8 hingga matang, tanaman telah cukup besar
sehinggamenaungi dan menekan pertumbuhan gulma. Pada stadia lanjut
pertumbuhanjagung, gulma dapat mengakibatkan kerugian jika terjadicekaman
air dan hara, atau gulma tumbuh pesat dan menaungi tanaman(Lafitte 1994).
Beberapa jenis gulma tumbuh lebih cepat dan lebih tinggi selama stadia
pertumbuhan awal jagung, sehingga tanaman jagung kekurangan cahayauntuk
fotosintesis. Gulma yang melilit dan memanjat tanaman jagung dapatmenaungi
dan menghalangi cahaya pada permukaan daun, sehingga prosesfotosintesis
terhambat yang pada akhirnya menurunkan hasil.
Di banyak daerah pertanaman jagung, air merupakan faktor pembatas.
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
Kekeringan yang terjadi pada stadia awal pertumbuhan vegetatif
dapatmengakibatkan kematian tanaman.Kehadiran gulma pada stadia
inimemperburuk kondisi cekaman air selama periode kritis, dua minggusebelum
dan sesudah pembungaan.Pada saat itu tanaman rentan terhadappersaingan
dengan gulma (Violic 2000).
Gulma merupakan pesaing bagi tanaman dalam memperoleh hara.Gulma
dapat menyerap nitrogen dan fosfor hingga dua kali, dan kaliumhingga tiga kali
daya serap tanaman jagung.Pemupukan merangsang vigorgulma sehingga
meningkatkan daya saingnya.Nitrogen merupakan harautama yang menjadi
kurang tersedia bagi tanaman jagung karena persaingandengan gulma.
Tanaman yang kekurangan hara nitrogen mudah diketahuimelalui warna
daun yang pucat.Interaksi positif penyiangan dan pemberiannitrogen umumnya
teramati pada pertanaman jagung, di mana waktupengendalian gulma yang
tepat dapat mengoptimalkan penggunaannitrogen dan hara lainnya serta
menghemat penggunaan pupuk (Violic2000).
Allelopati
Beberapa spesies gulma menyebabkan kerusakan lebih besar
padatanaman karena adanya bahan toksik yang dilepaskan dan
menekanpertumbuhan jagung.Spesies gulma yang dilaporkan menghasilkan
bahanallelopati.
Allelopati merupakan senyawa biokimia yang dihasilkan dan
dilepaskangulma ke dalam tanah dan menghambat pertumbuhan
jagung.Senyawatersebut masuk ke dalam lingkungan tumbuh tanaman sebagai
sekresi danhasil pencucian dari akar dan daun gulma yang hidup dan mati
danpembusukan vegetasi.Senyawa allelopati menghambat perkecambahanbenih
tanaman, dan menghambat perpanjangan akar sehinggamenyebabkan
kekacauan sellular dalam akar (Anderson 1977 dalam Violic2000).
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
III. METODOLOGI
3.1. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup kegiatan Pengkajian Sistem Usahatani Jagung
Agroekosistem Lahan Kering Di Provinsi Acehdilakukan meliputi antara lain:
a. Survey lapangan
Penentuan lokasi dan petani kooperator/penangkar
b. Karakterisasi lokasi
Inventarisasi varietas jagung yang dikembangkan di kedua kabupaten dan
penentuan komponen teknologi inovatif spesifik lokasi
c. Pengkajian komponen teknologi budidaya jagung agroekosistem lahan
kering.
d. Pengumpulan data, tabulasi dan analisis data
e. Penyiapan laporan dan seminar.
3.2. Pendekatan
Pengkajian dilakukan melalui pendekatan dengan diawali melakukan
pengenalan teknologi yang akan diterapkan melalaui latihan, belajar sambil
bekerja (pertemuan kelompok) dan demplot sebagai petak percontohan.
Pengkajian dilakukan di lahan milik petani yang dilaksanakan oleh petani,
peneliti dan penyuluh untuk mendapatkan teknologi yang mampu beradaptasi
serta mendapatkan respos dari petani terhadap teknologi yang diterapkan.
Teknologi yang diterapkan pada kajian diasarkan ketersediaan
sumberdaya, permasalahan yang dihadapi dan kebiasaan petani. Komponen
teknologi yang dianggap baru adalah varietas unggul, penggunaaan pupuk An
organik dan organik (kompos). Deskripsi teknologi introduksi dibanding teknologi
petani disajikan pada Tabel 1.
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
Tabel 1. Teknologi introduksi budidaya jagung vs teknologi petani Aceh
Variabel Teknologi anjuran Teknologi PetaniMutu benih Sertifikat Tidak sertifkatVarietas Varietas VUB (4
varietas)Komposit Aceh
Jumlah biji/lubang 2 2-4Jarak tanam 75 x 25 cm 75 x 25 cmPupuk:Urea (kg/ha)SP-36(kg/ha)KCl (kg/ha)Organik
30075251000
30075250
Penyiangan Manual 2 x sekaligusbumbun
Manual 2 x
Pengendalian OPT PHT Tanpa acuanPanen Tepat waktu Seseuai keinginan pasar
3.3. Bahan dan Metode Pelaksanaan
Lokasi
Kegiatan Pengkajian Sistem Usahatani Jagung Agroekosistem Lahan
Kering Di Provinsi Aceh ini akan dilaksanakan di Sare Kabupaten Aceh Besar, dan
Lahan Visitor Plot BPTP Aceh yang dimulai dari bulan Januari hingga Desember
2012.
Jenis dan sumber data
a. Jenis data terdiri data kuantitatif dan data kualitatif.
b. Data primer diperoleh dari hasil penelitian demplot, data sekunder
diperoleh dari wawancara petani, penyuluh dan pelaku pasar.
Metodologi
Pengkajian menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design)
dengan varietas sebagai petak utama yang terdiri dari 5 varietas. V1 = Bima 10
(hibrida), V2 = Bima 4 (hibrida), V3 = Sukmaraga (komposit), V4 = Bisma
(komposit) dan V5 = Lokal Aceh, sedang dosis pupuk sebagai anak petak terdiri
dari 5 level yaitu :
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
P 1 300 kg Urea/Ha + 175 kg SP 36/Ha + 125 kg KCL/Ha
P 2 275 kg Urea/Ha + 150 kg SP 36/Ha + 100 kg KCL/Ha
P 3 250 kg Urea/Ha + 125 kg SP 36/Ha + 75 kg KCL/Ha
P 4 225 kg Urea/Ha + 100 kg SP 36/Ha + 50 kg KCL/Ha
P 5 200 kg Urea/Ha + 75 kg SP 36/Ha + 25 kg KCL/Ha
Sebanyak 3 (tiga) ulangan
ULANGAN I
V1P1 V2P1 V3P1 V4P1 V5P1
V1P2 V2P2 V3P2 V4P2 V5P2
V1P3 V2P3 V3P3 V4P3 V5P3
V1P4 V2P4 V3P4 V4P4 V5P4
V1P5 V2P5 V3P5 V4P5 V5P5
Metode pengumpulan data
Data dan informasi yang dikumpulkan meliputi data sosial ekonomi dan
data agronomi serta data iklim sebagai penunjang. Data sosial ekonomi
dikumpulkan dengan menggunakan daftar pertanyaan melalui wawancara. Data
agronomi (tinggi tanaman, tinggi letak tongkol, umur berbunga, umur panen,
jumlah tongkol, jumlah biji per tongkol, Bobot 1000 butir dan hasil pipilan
kering/plot), pengamatan hama dan penyakit utama dan cekaman biotik
dilakukan penilaian dengan menggunakan skoring.
Pengamatan pertumbuhan dan produksi masih dalam proses
pengolahandata
- Tinggi dan diameter tanaman : Diukur dari permukaan tanah
sampai ujung bunga jantan, waktu di
pengukuran umur 30 HST dan 60 HST
- Jumlah tongkol : dihitung jumlah per batang.
- Umur berbunga : bunga jantan dan bunga betina keluar
- Umur tanaman : Dihitung dari mulai benih ditanam sampai panen
- Jumlah biji/tongkol :Hitung jumlah biji per tongkol tanaman sampel
- Bobot 1000 butir :Timbang 1000 butir biji isi dan ukur kadar airnya
biji isi segera setelah penimbangan.
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
- Pengamatan hama : Penilaian : 1. tahan
penyakit utama dan 2. agak tahan
cekaman abiotik 3. agak rentan
4. rentan
5. sangat rentan
- Data iklim selama percobaan: Diambil dari stasiun klimatologi terdekat
Tanggapan petani sekitar tempat percobaan terhadap penampilan
tanaman
Analisis data
Untuk menjawab tujuan riset, yaitu untuk melihat respon VUB jagung
lahan kering terhadap pemupukan maka penelitian menggunakan rancangan
Petak Terbagi (split plot design). Sebagai petak utama (main plot) adalah VUB
jagung (5 varietas)dan komposit Aceh (V1 Bima 10, V2 Bima 4, V3 Sukmaraga,
V4 Bisma 10, V5 Jagung lokal) dan anak petak (sub-plot) adalah pemupukan (5
level dosis pemupukan). Masing-masing perlakuan diulang 3 (tiga) kali.
Sehingga diperoleh 5x5x3 = 75 unit perlakuan.
Data hasil pengamatan dikoleksi dan diolah secara statistik diuji dengan
menggunakan sidik ragam (Program SPSS 16). Apabila hasil sidik ragam berbeda
nyata maka dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf 0,05 melihat perbedaan
respon dari masing-masing VUB jagung lahan kering dan komposit Aceh yang
diuji.
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Lokasi Pengkajian
1. Desa Saree Aceh Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar
Gampong Saree Aceh, sebelah utara berbatasan dengan Gampong
Leungah Kecamatan Seulimum; Sebelah Selatan berbatasan Gampong
Sukamulya Kecamatan Lembah Seulawah; Sebelah Timur berbatasan Gampong
Bihee Kecamatan Muara Tiga dan sebelah Barat berbatasan Gampong Suka
Damai Kecamatan Lembah Seulawah.
Desa Saree Aceh didominasi oleh tanah Podsolik Merah Kuning (PMK).
Mempunyai topografi berbukit, kemiringan tanah 30 – 60 %. Ketinggian tempat
100 – 800 mdpl. Dan pH berkisar 4.5 – 5.3.Dari hasil analisis tanah sebelum
ditanam PUTK, kandungan hara N, P, dan K sedang. Riwayat lahan merupakan
lahan bekas tanami jagung. Topografi di lokasi pengkajian adalah mendatar
sedikit bergelombang, ketinggian sekitar 750 mdpl, curah hujan tahunan 2.000
mm/th.
Potensi Gampong Saree, memiliki luas lahan pemukiman 80 ha, luas
persawahan 50 ha, luas perkebunan 1395ha, luas pekarangan 30ha.Potensi
sumber daya manusia dengan jumlah penduduk 453KK dengan jumlah penduduk
keseluruhan 1857 orang, laki-laki 894 orang dan perempuan 458 orang. Usia
produktif (16-56 tahun) berjumlah 731 orang dan non produktif 291 orang.
Tingginya jumlah usia produktif merupakan potensi untuk mengembangkan
teknologi baru demi peningkatan produksi pertanian sangat tinggi. Tingkat
pendidikan masyarakat Gampong Saree dari SD sampai Sarjana tapi sebahagian
tamat SLTP namun ada 22 orang sarjana D3 dan S1 hanya 17 orang yang buta
huruf.
Umumnya masyarakat Gampong Aceh bermata pencaharian sebagai petani
(524 orang) , buruh tani 50 orang, peternak 10 orang, 27 orang PNS dan lainya
sebagai tukang. Sarana transfortasi ke Gampong Saree sudah memadai, yaitu
panjang jalan aspal 4000 meter dalam kondisi baik, jalan tanah 4000 meter
dalam kondisi baik dan hanya sekitar 3000 meter jalan sirtu yang sedang dalam
perbaikan. Dengan kondisi prasarana jalan yang baik maka apabila penerapan
ipteks berhasil meningkatkan produksi jagung maka proses jual beli akan
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
berjalan lancar. Selama ini penjualan bisa dilakukan dikebun petani langsung
karena kondisi jalan yang baik sehingga truk pengangkut bisa langsung kelokasi.
Hasil analisis situasi bidang komoditi yang sangat potensial adalah
tanaman ubi jalar, ubi kayu dan padi sawah, karena masyarakat Gampong Saree
sudah memahami betul teknologi budidaya untuk ketiga komoditas ini dengan
luas lahan penanaman 60 , 50 dan 50 ha. Sementara jagung menempati urutan
keempat komoditas utama yaitu dalam kategori potensial dengan luas lahan
penanaman 30 Ha, selebihnya lahan pertanian ditanamani tanaman sayuran
secara tumpang sari, tanaman perkebunan dan buah-buahan. Potensi lainnya
adalah jumlah peternak yang cukup besar yaitu peternak sapi 70 orang dengan
245 ekor sapi, peternak kerbau 5 orang dengan 15 ekor, serta peternak ayam
404 orang dengan 45000 ekor ayam dan lainya peternak kambing, domba dan
bebek. Banyaknya jumlah ternak sejalan dengan bannyaknya kotoran ternak
yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber hara pada pertanaman jagung.
Gampong Saree Aceh berpotensi sebagai lokasi penanaman jagung, dari
luas lahan penanaman 30 Ha, dimana beberapa kelompok tani yang dibina oleh
BPTP dan Dinas pertanian Kabupaten Aceh Besar sudah mulai mengembangkan
penanaman jagung pipilan sejak beberapa tahun ini walaupun hasilnya belum
maksimal.
4.2 Daya tumbuh dan Tinggi Tanaman
Dari hasil pengkajian diperoleh data daya tumbuh dari masing-masing
varietas (Tabel 1). Secara statistik daya tumbuh masing-masing varietas ada
perbedaan yang nyata. Daya tumbuh yang tertinggi pada varietas Sukmaraga
(85,97 %) dan yang terendah pada varietas lokal (80,98 %). Daya tumbuh
diamati saat tanaman berumur tujuh hari, pada fase ini faktor pemupukan belum
mempengaruhi. Daya tumbuh tanaman lebih dipengaruhi oleh keadaan benih
masing-masing varietas. Benih dengan kualitas yang prima (daya tumbuh dan
vigornya cukup tinggi) diperlukan untuk memacu keseragaman dan kecepatan
pertumbuhan. Benih dengan kualitas fisiologi yang tinggi (daya tumbuh minimal
90 %) juga lebih toleran pada kondisi lingkungan tumbuh yang kurang optimal
dibanding benih dengan kualitas fisiologi yang lebih rendah. Benih akan lebih
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
efektif memanfaatkan pupuk dan hara-hara lain yang ada di dalam tanah. Pada
lingkungan pertumbuhan yang sama, benih dengan vigor yang tinggi akan
tumbuh lebih baik dibanding pertumbuhan tanaman yang berasal dari benih yang
kurang vigor (Saenong dan Subandi,2002).
Tabel 1. Parameter komponen pertumbuhan tanaman jagung
Varietas Daya tumbuh(%)
Tinggi tanamanUmur 30 HST
(cm)
Tinggi tanamanUmur 60 HST
(cm)Bima 10 + P1Bima 10 + P2Bima 10 + P3Bima 10 + P4Bima 10 + P5
Bima 4 + P1Bima 4 + P2Bima 4 + P3Bima 4 + P4Bima 4 + P5
Sukmaraga + P1Sukmaraga + P1Sukmaraga + P1Sukmaraga + P1Sukmaraga + P1
Bisma + P1Bisma + P1Bisma + P1Bisma + P1Bisma + P1
Lokal + P1Lokal+ P2Lokal+ P3Lokal + P4Lokal + P5
84,61 ab82,86 ab81,62 ab84,38 ab84,32 ab
88,19 a87,57 a84,41 ab83,73 ab82,75 ab
84,97 ab81,40 ab83,16 ab77,08 b78,12 b
84,06 ab77,32 b83,41 ab79,14 ab80,12 ab
85,67 ab79,27 ab82,15 ab84,67 ab85,12 ab
66,07 abc64,67 abc66,00 abc65,47 abc66,45 abc
67,13 a69,07 ab68,13 a65,93 abc62,35 abc
74,67 abc70,73 c74,80 abc62,40 bc65,12 bc
67,93 abc64,53 abc65,07 abc69,13 ab64,52 abc
66,07 abc65,33 abc66,33 abc
65,67 abc64,12 abc
183,80 bcde181,10 cde181,50 cde177,60 def175,27 def
184,50 a185,20 bcd194,30 a182,80 bcde180,20 cde
190,50 cde195,50 ef196,60 def190,50 fg188,50 fg
176,10 ef158,00 h162,60 gh165,40 gh166,20 gh
185,90 ab187,10 abc182,00 ab
182,70 bcde182,12 bcd
KK (%) 6,15 6,18 2,03
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 %,uji DMRT.P 1 300 kg Urea/Ha + 175 kg SP 36/Ha + 125 kg KCL/HaP 2 275 kg Urea/Ha + 150 kg SP 36/Ha + 100 kg KCL/HaP 3 250 kg Urea/Ha + 125 kg SP 36/Ha + 75 kg KCL/HaP 4 225 kg Urea/Ha + 100 kg SP 36/Ha + 50 kg KCL/HaP 5 200 kg Urea/Ha + 75 kg SP 36/Ha + 25 kg KCL/Ha
Tinggi tanaman saat umur satu bulan menunjukkan ada perbedaan yang
nyata antar varietas, yang tertinggi adalah varietas Sukmaraga (69,57 cm), dan
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
yang terendah adalah varietas lokal (63,15 cm), keduanya berbeda nyata.Pada
saat tanaman umur satu bulan ternyata faktor pemupukan belum mempengaruhi
tinggi tanaman.Terlihat ada interaksi yang bervariasi antara varietas dengan
pemupukan.Pada varietas Loakl dengan berbagai dosis pemupukan terhadap
tinggi tanaman umur satu bulan tidak nyata, Sedangkan pada varietas
Sukmaraga pemberian pupuk kandang atau pemberian urea tinggi menyebabkan
tanaman lebih tinggi.Sedangkan pada varietas lokal perlakuan P1 (300 kg Urea +
175 kg SP36 + 125 kg KCl /ha) menunjukkan tanaman paling tinggi dan tidak
berbeda nyata dengan varietas Sukmaraga yang dipupuk dengan perlakuan P2
(275 kg Urea + 150kg SP36 + 100 kg KCl /ha) atau P3 (350 kg Urea + 150 kg
SP36 + 100 kg KCl /ha).
Tinggi tanaman maksimum tertinggi pada varietas Sukmaraga dan
varietas Lokal, kedua perlakukan ini tidak berbeda nyata kecuali dengan varietas
lainnya.Pengaruh pemupukan terhadap tinggi tanaman ada perbedaan yang
nyata antar perlakuan, yang tertinggi pada tanaman yang dipupuk dengan
perlakuan P1 (300 kg Urea + 175 kg SP36 + 125 kg KCl /ha)dan berbeda nyata
dengan perlakuan lainnya.Interaksi yang terjadi antara varietas dengan
pemupukan terhadap tinggi tanaman menunjukkan perbedaan yang bervariasi
antar perlakuan, yang tertinggi pada varietas Sukmaraga yang dipupuk dengan
perlakuan P1(300 kg Urea + 175 kg SP36 + 125 kg KCl /ha)dan perlakuan
P3(250 kg Urea + 150 kg SP36 + 100 kg KCl /ha).Begitu juga pada varietas
Lokal.
4.3 Produksi
Hasil jagung yang tertinggi pada varietas Sukmaraga (5,10 ton/ha), Bima
10 (5,08 ton/ha) dan Bima 4 (4,73 ton/ha).Ketiga perlakuan ini tidak berbeda
nyata kecuali dengan varietas lokal (3,95 ton/ha) (Tabel 2).Hasil pengkajian pada
tahun 2004 di desa Astomulyo, jagung varietas Loakl menghasilkan 4,25 ton/ha
dan varietas Sukmaraga 5,49 ton/ha (Mustikawati, 2004).
Pengaruh pemupukan terhadap hasil jagung menunjukkan bahwa
perlakuan P5 (150 kg Urea + 50 kg SP36 + 75 kg KCl /ha) memperoleh hasil
paling rendah dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.Hasil jagung
kemungkinan dipengaruhi juga oleh jumlah tongkol terpanen.Jumlah tongkol
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
terpanen pada varietas lokal paling tinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan
lainnya, kecuali dengan varietas Sukmaraga.Jumlah tongkol terpanen yang
terendah adalah pada varietas Srikandi kuning dan Sukmaraga.Hal ini
kemungkinan juga disebabkan kedua varietas ini terserang penyakit bulai paling
tinggi diantara varietas lainnya (Tabel 3). Pengaruh pemupukan terhadap jumlah
tongkol terpanen masing-masing perlakuan tidak berbeda nyata satu sama
lain.Sedangkan interaksi varietas dengan pemupukan terhadap jumlah tongkol
terpanen menunjukkan ada perbedaan yang nyata, yang tertinggi adalah varietas
Lokal yang dipupuk dengan perlakuan A (300 kg Urea + 100 kg SP36 + 150 kg
KCl + 5 ton pukan /ha) (Tabel 2). Tetapi interaksi varietas dengan pemupukan
terhadap hasil yang tertinggi adalah varietas Sukmaraga yang dipupuk dengan
perlakuan A (300 kg Urea + 100 kg SP36 + 150 kg KCl + 5 ton pukan /ha).
Jika dilihat dari penampakan tongkol dan biji pipilan, varietas sukmaraga
memiliki tongkol dan biji yang besar-besar. Hal ini berdasarkan berat 6 tongkol
dan berat pipilan 6 tongkol, varietas ini menunjukkan berat yang tertinggi,
menyusul kemudian BIMA 4 (Tabel 2).Sedangkan varietas lokal menunjukkan
tongkol dan bijinya kecil-kecil.Pemupukan berpengaruh terhadap berat tongkol
dan biji pipilan.Dosis pemupukan anorganik yangtinggi menyebabkan berat
tongkol dan biji jagung lebih tinggi dibanding pemberian pupuk anorganik rendah
walaupun diberi pupuk kandang.Interaksi antar varietas dan pemupukan
terhadap hasil menunjukkan perbedaan yang bervariasi. Yang tertinggi adalah
varietas Sukmaraga yang dipupuk dengan perlakuan A (300 kg Urea + 100 kg
SP36 + 150 kg KCl + 5 ton pukan /ha) (Tabel 2).
4.4. Hama- Hama pada Jagung
Hasil pengamatan di lapangan jenis hama pada pertanaman jagung
adalah belalang, pengerek batang,penggerek tongkol, ulat grayak, dan tikus
dengan tingkat serangan, waktu menyerang, dan cara pengendalian yang
bervariasi (Tabel 2).
Jenis belalang yang menyerang adalah belalang Locusta sp. Bagian
tanaman yang diserang adalah daun, mulai dari daun bagian tengah sampai
bagian atas (kuncup). Tingkat serangan-nya berada pada kisaran 2 %. Daun
yang terserang berat nampak sisa tulang-tulang daun, bahkan pelepah daun jadi
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
patah dan rebah. Menurut pengalaman petani, belalang menyerang biasanya
bersamaan dengan kondisi udara panas dan angin bertiup kencang. Populasinya
mencapai ribuan sehingga hanya me-merlukan 2-3 hari daun tanaman jagung
termakan habis. Sulit dikendalikan dengan semprotan, sebab serangganya liar,
sehingga pemberantasan pada saat me-nyerang dinilai kurang efektif. Beberapa
petani yang mencoba melakukan pencegahan dengan menyemprot sebelum
terjadi serangan dan hasilnya cukup baik. Tingkat serangan dapat ditekan
sampai 3%.
Jenishama tanaman
jagung
Kisaran waktumenyerang
(hst)
KisaranSerangan
(%)P. batangP. tongkolU. grayakBelalang
35-5550-5515-30
15 - 55
1,52-53-52
Jenis hama jagung lainnya adalah penggerek batang, penggerek tongkol,
dan ulat grayak. Terdapat kecenderungan populasinya lebih banyak pada
ekologi lahan kering, bahkan ulat grayak jarang ditemukan pada ekologi lahan
kering. Menurut petani ulat grayak menyerang daun dan batang yang masih
lunak di waktu malam, ketika siang turun ke tanah dan masuk ke dalam lubang
tanah bersembunyi sehingga sulit dikendalikan.
Tikus merupakan ancaman bagi per-tanaman jagung. Tikus dapat
menyerang mulai dari saat tanam (menggali biji yang ditanam) dan menyerang
tongkol ketika mulai berisi (Bahtiar, 2004). Dalam studi ini serangan tikus yang
berarti hanya didapati pada ekologi lahan kering, itupun hanya pada pertanaman
yang populasi gulmanya tinggi (kotor), terpencil dengan hamparan luas yang
relatif sempit dan dikelilingi oleh semak-semak atau tanaman tahunan. Tingkat
serangannya mencapai 10-20%.
Hasil pengamatan di lapangan, penyakit pada tanaman jagung hanya 1%,
karena selama musim tanam terjadi kemarau panjang. Sehingga keadaan
demikian sangat tidak optimum untuk perkembangan patogen.
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
KESIMPULAN
1. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa ada interaksi antara varietas dan
pemupukan terhadap pertumbuhan dan hasil jagung.
2. Tinggi tanaman maksimum tertinggi pada varietas Sukmaraga dan varietas
Lokal, kedua varietas ini tidak berbeda nyata.
3. Pada varietas Sukmaraga pemberian pemberian urea tinggi menyebabkan
tanaman lebih tinggi.
4. Hasil jagung yang tertinggi pada varietas Sukmaraga (5,10 ton/ha), Bima 10
(5,08 ton/ha) dan Bima 4 (4,73 ton/ha). Ketiga perlakuan ini tidak berbeda
nyata kecuali dengan varietas Lokal (3,95 ton/ha)
5. Interaksi varietas dengan pemupukan terhadap hasil yang tertinggi adalah
varietas Sukmaraga yang dipupuk dengan perlakuan P1 (300 kg Urea + 175
kg SP36 + 125 kg KCl/ha).
6. Tidak ada interaksi antara varietas dengan pemupukan terhadap serangan
hama dan penyakit.
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, F. 1993.Daur biokimia produk sisa organic.Pidato pada Pengukuhan GuruBesar Tetap Ilmu Tanah pada Fakultas Pertanian Univ.Andalas.
Anonim. 2010. Awas Hati-hati ada Penyakit Bulai pada Tanaman Jagung Manisdan Hibrida. Sinar Tani Online. www.Sinartani.com.
Azri. 2009. Teknologi Pengendalian Penyakit Bulai Tanaman Jagung. BBP2TP.Badan Litbang Pertanian. Jakarta.
Badan Pusat Statistik Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008, Aceh DalamAngka 2007. Kerjasama Badan Pusat Statistik NAD dan Bapeda NAD, hal197 – 207.
Badan Litbang Pertanian. 2005. Pupuk organic tingkatkan produksi pertanian.Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol 27 (6):13-15.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NAD, 2009. Pengelolaan Terpadu Jagunguntuk Meningkatkan Produktivitas Jagung di Provinsi Aceh.Makalahdisampaikan pada Seminar Sehari Fakultas Pertanian Universitas SyiahKuala.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Pidie, 2005.Laporan Tahunan 2005 Kabupaten Pidie.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Nanggroe AcehDarussalam, 2007. Laporan Tahunan 2006 Provinsi Nanggroe AcehDarussalam.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Nanggroe AcehDarussalam, 2008. Laporan Tahunan 2007 Provinsi Nanggroe AcehDarussalam.
Bakhri, Syamsul. 2007. Petunjuk Teknis Budidaya Jagung dengan KonsepPengelolaan Tanaman Terpadu. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.Badan Litbang Kementerian Pertanian. Sulawesi Tengah.
Djafaruddin, 2000. Dasar-Dasar Pengendalian Penyakit Tanaman. Bumi Aksara.Jakarta
Falah, Risa Nurul. 2009. Budidaya Tanaman Jagung Manis. Balai BesarPelatihan Pertanian Lembang. www.bbpp-lembang.deptan.go.id.
Foth, Henry D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Edisi ke-6. Diterjemahkan olehSoenartono Adisoemarto. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Iskandar, Dudi. 2003. Pengaruh Dosis Pupuk N, P Dan K TerhadapPertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis di Lahan Kering.Prosiding Seminar Teknologi untuk Negeri 2003, Vol. II, hal. 1 – 5.BPPT. Jakarta.
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
Foth, H.D. 1988. Dasar-dasar ilmu tanah Edisi ke Tujuh Diterjemahkan oleh DwiRetno Lukiwati. et al. Fakultas Pertanian Universitas Diponegoro GajahMada Press.
Sutedjo, M.M. 1992. Pupuk dan cara pemupukan.Rineka Cipta 177 hlm.
Tan,K.H. 1991. Dasar-dasar kimia tanah. Didik Hadjar Goenadi (PenerjemaH),Bostang Raja Gukguk (Penyunting). Fakultas Pertanian Universitas GajahMada. Gajah Mada University Press.
Toha, H. 2008. Peningkatan Produktivitas Padi Gogo melalui PenerapanPengelolaan Tanaman Terpadu dengan Introduksi Varietas Unggul” BalaiBesar Penelitian Padi Sukamandi, Jawa Barat
Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit Banyumas. 2008. BakteriPenolong Petani (Corynebacterium sp.). Balai Perlindungan TanamanDinas Tanaman Pangan Propinsi Jawa Tengah.
Lembaga Pupuk Indonesia.2002. Pedoman Peningkatan Hasil dan Mutu BerasMelalui Pemupukan Berimbang.www.fertilizer-institute.com.
Marvelia, Awalita, Sri Darmanti dan Sarjana Parman. 2006. Produksi TanamanJagung Manis (Zea Mays L. Saccharata) yang Diperlakukan denganKompos Kascing dengan Dosis yang Berbeda. Buletin Anatomi danFisiologi Vol. XIV, No. 2, Oktober 2006. Universitas Diponegoro.Semarang.
Oka, Ida Nyoman. 1993. Pengantar Epidemiologi Penyakit Tanaman. GadjahMada University Press. Yogyakarta.
Syafruddin, Faesal dan M. Akil. 2007. Pengelolaan Hara pada Tanaman Jagung.Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros. Sulawesi Utara.
Wakman, W dan Burhanuddin.2008. Pengelolaan Hama dan Penyakit Pra PanenJagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros.
Yanuar, Yan. 2010. Bulai. www.yan.yanuar.s80 blog
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
Lampiran 3. Organisasi Pelaksana Kegiatan
No Nama Jabatan dalamKegiatan Uraian Tugas
AlokasiWaktu
(Jam/mg)
1. Firdaus, SP., M.Si Penjab Kegiatan Mengkoordinir kegiatan mulaiperencanaan sampai laporan
10
2. Saupan Daud. SP Pelaksana - Menyusun proposal danlaporan
5
3. Ir. Anwar Budiman Pelaksana - Mengolah dan menganalisisdata
- Mengumpulkan data
5
4. Ir. Basri A.Bakar, M.Si Pelaksana - Pelaksana 55. Ir. Nasir Ali Pelaksana - Pelaksana 56. Sarianto Pelaksana - Pelaksana 57. Muzni Pelaksana - Pelaksana 58. Ramli -9. Ernawati -10. -
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email :[email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
2
FOTO -FOTO KEGIATAN
1. SURVEY LOKASI PENGKAJIAN
Gambar 1. Lokasi pengkajian pada lahan kelompok tani sejahtera
Gambar 2. Lahan pengkajian merupakan bekas tanaman jagung
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email :[email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
3
2. KEGIATAN ANALISIS TANAH
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email :[email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
4
3. PERSIAPAN LAHAN
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email :[email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
5
4. PENANAMAN
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email :[email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
6
5. PEMELIHARAAN / PEMUPUKAN
5. PRODUKSI / PANEN
LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN JAGUNG LAHAN KERING T.A. 2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email :[email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
7