ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung...

84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN PETANI JAGUNG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Desa Bandungharjo) SKRIPSI Oleh : Ragil Budi Santoso H 0808038 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

Transcript of ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung...

Page 1: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN

TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN PETANI JAGUNG

DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN

(Studi Kasus di Desa Bandungharjo)

SKRIPSI

Oleh :

Ragil Budi Santoso

H 0808038

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

Page 2: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN

TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN PETANI JAGUNG

DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN

(Studi Kasus di Desa Bandungharjo)

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Oleh :

Ragil Budi Santoso

H 0808038

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

Page 3: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN

TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN PETANI JAGUNG DI

KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN

(Studi Kasus di Desa Bandungharjo)

Yang diajukan dan disusun oleh :

RAGIL BUDI SANTOSO

H 0808038

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada tanggal:

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Ketua

Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS

NIP. 19570104 198003 2 001

Anggota I

Dr. Ir. Minar Ferichani, MP

NIP. 19670331 199303 2 001

Anggota II

Dr. Ir. Joko Sutrisno, MP

NIP. 19670824 199203 1 003

Surakarta, Maret 2013

Mengetahui,

Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian

Dekan

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS

NIP. 19560225 198601 1 001

Page 4: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat

dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis

Pengaruh Distribusi Penguasaan Lahan terhadap Distribusi Pendapatan Petani

Jagung di Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan (Studi Kasus di Desa

Bandungharjo)”.

Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas setiap kerja

menjadikan akhir dari pelaksanaan penelitian terwujud dalam bentuk penulisan

skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Penyusunan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan baik moril maupun

materiil kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Ucapan terima kasih ini penulis tujukan terutama kepada :

1. Allah SWT atas segalanya yang telah diberikan kepada penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS. selaku Dekan Fakultas

Pertanian UNS Surakarta.

3. Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si selaku Ketua Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Ibu Nuning Setyowati, SP, M.Sc selaku Ketua Komisi Sarjana Program Studi

Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Ibu Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS. selaku Dosen Pembimbing Utama

Skripsi yang selalu memberikan pengarahan, nasehat, petunjuk, serta motivasi

kepada penulis.

6. Ibu Dr. Ir. Minar Ferichani, MP. selaku selaku Dosen Pembimbing

Pendamping Skripsi sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang dengan

kasih selalu memberikan pengarahan, nasehat, petunjuk, serta motivasi kepada

penulis.

Page 5: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

7. Bapak Dr. Ir. Joko Sutrisno, MP selaku Penguji Tamu yang telah memberikan

masukan kepada penulis.

8. Bapak/Ibu Dosen serta seluruh staff/ karyawan Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya

selama menempuh perkuliahan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

9. Bappeda Kabupaten Grobogan, Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan, serta

Badan Pusat Statistik Kabupaten Grobogan yang telah memberikan ijin

penelitian serta menyediakan data-data yang diperlukan penulis.

10. Kantor Kecamatan Toroh dan Desa Bandungharjo serta petani responden atas

bantuan kepada penulis selama penelitian.

11. Bapak, Ibu yang tak henti memberikan semangat dan doa, dan dukungannya di

setiap langkah, demi kesuksesan penulis.

12. Teman-teman Agribisnis 2008, 2009, 2010, 2011, serta 2012 yang telah

memberi semangat, masukan, dan tambahan pengetahuan.

13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam mengembangkan diri dan

membantu penulisan skripsi ini baik moril maupun materiil.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini

baik dari segi penyajian maupun pembahasannya. Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang jauh dari sempurna ini dapat

memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi penulis sendiri

khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.

Surakarta, Maret 2013

Penulis

Page 6: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................. v

DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix

RINGKASAN ................................................................................................. x

SUMMARY ..................................................................................................... xi

I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah .......................................................................... 3

1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6

1.4. Kegunaan Penelitian .......................................................................... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7

2.1. Penelitian Terdahulu ......................................................................... 7

2.2. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 11

1. Lahan Pertanian .............................................................................. 11

2. Petani dan Pengasaan Lahan .......................................................... 13

3. Tenaga Kerja, Saprodi, dan Produksi ............................................. 15

4. Pendapatan dan Distribusi Pendapatan .......................................... 17

2.3. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ............................................. 19

2.4. Hipotesis .............................................................................................. 24

III. METODE PENELITIAN ........................................................................... 25

3.1. Metode Dasar Penelitian ................................................................... 25

3.2. Metode Penentuan Sampel ................................................................ 25

1. Metode Penentuan Sampel Lokasi Penelitian ................................ 25

2. Metode Pengambilan Sampel Responden ...................................... 26

3.3. Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 28

1. Data Primer .................................................................................... 28

2. Data Sekunder ................................................................................ 28

3.4. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 28

1. Observasi ........................................................................................ 28

2. Wawancara ..................................................................................... 28

3. Pencatatan ...................................................................................... 28

3.5. Asumsi-asumsi .................................................................................... 29

3.6. Pembatasan Masalah ......................................................................... 29

3.7. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel ............... 29

3.8. Metode Analisis Data ......................................................................... 30

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN ........................................... 37

4.1. Keadaan Geografis ............................................................................. 37

4.2. Keadaan Penduduk ............................................................................ 38

Page 7: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

1. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin .............. 38

2. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan.......................... 40

3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian ........................... 42

4.3. Kondisi Pertanian .............................................................................. 43

1. Tata Guna Lahan ............................................................................ 43

2. Produksi Tanaman Pangan ............................................................. 44

4.4. Kondisi Sarana Perekonomian ......................................................... 44

V. HASIL PENELITIAN ................................................................................ 46

5.1. Identitas Responden ........................................................................... 46

5.2. Analisis Usahatani Jagung ................................................................ 48

5.3. Distribusi Penguasaan Lahan ........................................................... 56

5.4. Distribusi Pendapatan ....................................................................... 58

5.5. Analisis Regresi Linear ...................................................................... 59

VI. PEMBAHASAN ......................................................................................... 65

6.1. Usahatani Jagung ............................................................................... 65

6.2. Distribusi Penguasaan Lahan dan Distribusi Pendapatan ............ 67

6.3. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan ............. 68

VII. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 71

7.1. Kesimpulan ......................................................................................... 71

7.2. Saran ................................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 8: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1.1. Luas Panen dan Produksi Tanaman Jagung Kabupaten

Grobogan Tahun 2010................................................................. 3

Tabel 1.2. Luas Lahan Kering Kecamatan Toroh Tahun 2010 .................... 5

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu ................................................................... 9

Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis

Kelamin di Kabupaten Grobogan dan Kecamatan Toroh Tahun

2011. ............................................................................................ 39

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Desa Bandungharjo . 40

Tabel 4.3. Komposisi Penduduk Kabupaten Grobogan dan Kecamatan

Toroh Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2011........................ 41

Tabel 4.4. Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian di

Kecamatan Toroh dan Desa Bandungharjo Tahun 2010 ............ 42

Tabel 4.5. Tata Guna Lahan di Kecamatan Toroh dan Desa Bandungharjo

Tahun 2011. ................................................................................ 43

Tabel 4.6. Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Grobogan dan

Kecamatan Toroh Tahun 2010 .................................................... 44

Tabel 4.7. Sarana Perekonomian di Kabupaten Grobogan dan Kecamatan

Toroh Tahun 2011 ....................................................................... 45

Tabel 5.1. Identitas Petani Sampel Usahatani Jagung di Desa

Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Gorobogan ......... 46

Tabel 5.2. Rata-rata Penggunaan Sarana Produksi Pada Usahatani Jagung

di Desa Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten

Grobogan ..................................................................................... 48

Tabel 5.3. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja pada Usahatani Jagung di

Desa bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan ... 50

Tabel 5.4. Rata-rata Biaya Biaya Sarana Produksi pada Usahatani Jagung

di Desa Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten

Grobogan ..................................................................................... 51

Tabel 5.5. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja pada Usahatani Jagung di Desa

Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan ........... 52

Tabel 5.6. Rata-rata Biaya Lain-lain pada Usahatani Jagung di Desa

Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan .......... 53

Tabel 5.7. Rata-rata Biaya Total Usahatani Jagung di Desa Bandungharjo,

Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan . ................................. 54

Page 9: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

Tabel 5.8. Rata-rata Penerimaan Total Usahatani Jagung di Desa

Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan ......... 55

Tabel 5.9. Rata-rata Pendapatan Usahatani Jagung di Desa Bandungharjo,

Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan ................................... 56

Tabel 5.10. Data Penguasaan Lahan Petani Jagung di Desa Bandungharjo,

Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan .................................... 56

Tabel 5.11. Perhitungan Nilai Gini Rasio Penguasaan Lahan ....................... 57

Tabel 5.12. Data Sampel Pendapatan Petani Jagung di Desa Bandungharjo,

Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan .................................... 58

Tabel 5.13. Perhitungan Nilai Gini Rasio Pendapatan ................................... 58

Tabel 5.14. Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Pendapatan .................................................................................. 60

Tabel 5.15. Analisis Varians Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan

Usahatani Jagung di Desa Bandungharjo, Kecamatan Toroh,

Kabupaten Grobogan ................................................................. 62

Tabel 5.16. Analisis Uji Keberartian Koefisien Regresi Faktor yang

Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Jagung di Desa

Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan ........... 63

Page 10: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Kurva Lorentz ............................................................................ 22

Gambar 2.2. Kerangka Berpikir Pendekatan Masalah ................................... 24

Gambar 3.1. Bagan Pengambilan Sampel ...................................................... 27

Gambar 5.1. Kurva Lorentz Penguasaan Lahan ............................................. 57

Gambar 5.2. Kurva Lorentz Pendapatan ........................................................ 59

Page 11: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

RINGKASAN

Ragil Budi Santoso. H0808038. Analisis Pengaruh Ditribusi Lahan

terhadap Distribusi PendapatanPetani Jagung di Kcamatan Toroh Kabupatn

Grobogan (Studi Kasus di Desa Bandungharjo). Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir.

Endang Siti Rahayu, MS dan Dr. Ir. Minar Ferichani, MP. Fakultas Pertanian.

Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biaya, penerimaan, dan

pendapatan usahatani; tingkat distribusi penguasaan lahan; tingkat distribusi

pendapatan; serta mengetahui beberapa variabel yang mempengaruhi pendapatan

usahatani petani jagung di Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan (studi kasus di

Desa Bandungharjo).

Metode dasar yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskripsi analisis serta pelaksanaannya dengan teknik survei. Penelitian dilakukan

di Desa Bandungharjo. Pemilihan sampel lokasi diakukan secara studi kasus,

responden merupakan petani jagung yang pemilihannya berdasarkan metode

snowball sampling. Biaya, penerimaan dan pendapatan usaha tani dianalisis

dengan menggunakan metode analisis pendapatan usahatani, distribusi

penguasaan lahan dan distribusi pendapatan dianalisis dengan metode analisis

Gini Rasio, sedangkan hubungan antara pendapatan dengan faktor-faktor yang

diduga mempengaruhinya dianalisis dengan metode regresi linear berganda.

Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar

Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani sebesar Rp 9.546.301,45/ha/MT,

dan pendapatan usahatani sebesar Rp 6.038.088,56/ha/MT. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa nilai distribusi penguasaan lahan yaitu 0,389 yang artinya

terjadi ketimpangan penguasaan lahan yang masuk dalam kriteria sedang. Begitu

juga dengan nilai disribusi pendapatan yaitu sebesar 0,398 yang artinya terjadi

ketimpangan penguasaan lahan yang sedang.

Hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan dengan besar

pendapatan usahatani petani jagung di Desa Bandungharjo, sebagai berikut :

Y = -953.116,271 + 3,186 x 106 X1 + 69.352,637 X2 + 1.036 X3

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa variabel luas lahan, tenaga kerja, dan

biaya saprodi secara bersama-sama maupun individu berpengaruh nyata terhadap

besar pendapatan usahatani petani jagung di Desa Bandungharjo.

Page 12: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

SUMMARY

Ragil Budi Santoso. H0808038. The analysis of land holding distribution

influence to the income distribution on corn farmer in Toroh Subdistrict,

Grobogan Regency (A Case Study on Bandungharjo Village). This research is

supervised by Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS. and Dr. Ir. Minar Ferichani,

MP. Agriculture Faculty. Sebelas Maret University. Surakarta.

This research aimed to find out the agribusiness cost, revenue, and income;

land holding distribution level; income distribution level; and to find out the

variables affecting the corn farmer’s agribusiness income in Toroh Subdistrict of

Grobogan Regency (A Case Study on Bandungharjo Village).

The fundamental method used in this research was a descriptive analytical

method with survey technique. The study was taken place in Bandungharjo

Village. The location sample was taken using case study, the respondent was the

farmers taken using snowball sampling. The agribusiness, cost, revenue, and

income were analyzed using agribusiness income analysis, while the land mastery

distribution and income distribution were analyzed using Gini Ratio analysis

method, and the relationship between income and factors presumably affecting it

was analyzed using a multiple-linear regression method.

The result of corn agribusiness analysis obtained that the agribusiness cost

was IDR 3,508,212.89/Ha/MT, revenue was IDR 9,546,301.45/Ha/MT, and

income was IDR 6,038,088.56/Ha/MT. The result of research showed that the

land holding distribution score was 0.389 meaning that there was an imbalance of

land holding belonging to medium criteria. Similarly, the income distribution

score was 0.398 meaning that there was an imbalance of medium land holding.

The relationship between the factors affecting the income and the income

of corn farmer agribusiness in Bandungharjo Village was as follows:

Y = -953,116.271 + 3.186 x 106 X1 + 69,352.637 X2 + 1.036 X3

The result of regression analysis showed that land width, labor, and saprodi cost

variables, either simultaneously or partially, affected significantly the agribusiness

income of corn farmer in Bandungharjo Village.

Page 13: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti negara yang

mengandalkan sektor pertanian baik sebagai mata pencaharian maupun sebagai

penopang pembangunan. Sektor pertanian di Indonesia identik dengan

pedesaan dan para petani dengan rata-rata tingkat penghasilan rendah.

Masyarakat miskin sebagian besar terdapat di pedesaan yang memiliki basis

agraris, hal ini dapat dilihat dari berbagai penelitian mengenai persoalan

kemiskinan dan ketimpangan dalam pemerataan pembagian pendapatan

(Rustiani, 1995).

Kondisi kehidupan sosial ekonomi petani di pedesaan

memperlihatkan bahwa, struktur agraris yang terjadi ditandai oleh adanya

ketimpangan distribusi penguasaan lahan pertanian yang cukup besar.

Besarnya tekanan terhadap tingkat ketersediaan lahan pertanian sebagai

akibat dari bertambahnya jumlah penduduk yang relatif cepat dan tekanan

dari sektor lain seperti sektor industri. Kenyataan tersebut menimbulkan

akibat makin kecilnya rata-rata pemilikan lahan pertanian dan fragmentasi

lahan akan terjadi terus menerus (Sayogyo, 1985).

Tanah bagi masyarakat pedesaan bukan saja sebagai tempat tinggal,

melainkan mempunyai peran yang sangat penting yaitu sebagai sumber mata

pencaharian. Lahan pertanian merupakan faktor produksi yang penting

dalam struktur agraris di pedesaan, maka kondisi ketimpangan distribusi

penguasaan lahan akan sangat berpengaruh terhadap usaha-usaha ke arah

pemerataan tingkat pendapatan. Penduduk pedesaan tidak semuanya

mempunyai lahan pertanian, adapun penduduk yang mempunyai lahan

pertanian kebanyakan tidak terlalu luas. Penduduk yang memiliki lahan

sempit biasanya menyewakan lahannya, sedangkan dia sendiri bekerja

sebagai buruh tani atau mungkin mereka menyewa lahan milik orang lain.

Petani dengan luas lahan, baik yang dimiliki ataupun yang dikuasai relatif

1

Page 14: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

sempit maka akan mempengaruhi produktivitas lahan pertanian tersebut dan

pada akhirnya akan mempengaruhi jumlah pendapatan yang diterima oleh

petani tersebut (Astuti, 1996).

Salah satu bagian dari sektor pertanian yang paling vital dalam

kehidupan masyarakat Indonesia ialah pertanian tanaman pangan, sektor ini

sangat tergantung pada faktor lahan, baik secara jumlah maupun secara mutu

kesuburannya. Lahan subur banyak terdapat di Pulau Jawa oleh karena itu

sangat ironis apabila lahan pertanian yang subur di Pulau Jawa berubah

menjadi lahan pemukiman/ perumahan dan industri (Budiharjo, 1992).

Luas panen jagung sebagai tanaman pangan di Indonesia menduduki

urutan kedua setelah padi. Luas panen padi pada tahun 2009 sebesar

12.668.898 ha, sedangkan luas panen jagung sebesar 4.096.838 ha (Dinas

Pertanian, 2010). Indonesia memiliki potensi yang besar untuk

pengembangan komoditas jagung, karena jagung mudah untuk

dibudidayakan dan diusahakan. Peranan penganekaragaman kebutuhan

pangan dari bahan jagung sangat dibutuhkan dalam usahatani, dewasa ini

jagung mendapat perhatian yang lebih besar dari pemerintah

(Aksi Agraris Kanisius, 1993).

Kabupaten Grobogan merupakan kabupaten penghasil jagung

terbesar di Jawa Tengah. Produksi jagung di Kabupaten Grobogan

menempati urutan pertama yaitu sebesar 708.013 ton setelah itu diikuti

produksi padi sebesar 663.758 ton (Dinas Pertanian Grobogan, 2010).

Kecamatan Toroh merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Grobogan

yang memiliki luas panen dan produksi jagung terbesar ketiga setelah

Kecamatan Geyer dan Kecamatan Wirosari, sehingga merupakan salah satu

kecamatan yang memberikan kontribusi besar terhadap produksi jagung di

Kabupaten Grobogan. Luas panen dan produksi jagung di Kabupaten

Grobogan dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Page 15: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Tabel 1.1. Luas Panen dan Produksi Tanaman Jagung Kabupaten Grobogan

Tahun 2010

Kecamatan Luas Panen (Ha) Produksi (Ton)

Geyer

Wirosari

Toroh

Pulokulon

Kradenan

Karangrayung

Tanggungharjo

Gabus

Grobogan

Kedungjati

23.099

15.818

15.080

11.321

7.151

7.071

6.996

6.749

6.085

6.001

125.356

85.460

81.171

60.319

38.375

37.938

37.985

36.268

32.914

33.431

Tawangharjo

Ngaringan

5.807

5.003

31.455

26.667

Penawangan 3.156 16.937

Purwodadi 3.091 16.377

Brati 2.793 15.207

Klambu

Gubug

Tegowanu

2.145

2.000

1.617

11.697

10.926

8.812

Godong 120 672

Sumber : Dinas Pertanian Kab. Grobogan

1.2. Perumusan Masalah

Ketimpangan penguasaan dan kepemilikan lahan merupakan

masalah yang sangat kritis di Indonesia. Petani pemilik lahan yang luas

belum tentu memperoleh pendapatan yang tinggi. Hal ini dikarenakan petani

pemilik lahan tidak perlu membayar uang sewa lahan kepada petani lain atau

membagi hasil produksinya. Bagi petani yang menguasai lahan, belum tentu

memiliki tanah dan petani tersebut harus membagi hasil atau menyewa

Page 16: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

kepada petani pemilik. Dengan luas lahan yang dimiliki ataupun dikuasai

yang relatif sempit maka akan mempengaruhi produktivitas lahan pertanian

tersebut dan pada akhirnya akan mempengaruhi jumlah pendapatan yang

diterima oleh petani (Wignjosoebroto, 1984).

Grobogan merupakan kabupaten dengan mayoritas masyarakatnya

bemata pencaharian sebagai petani, dengan demikian sebagian besar

pendapatan penduduk Kabupaten Grobogan berasal dari usaha tani. Selain

itu Kabupaten Grobogan merupakan penghasil jagung terbesar di Jawa

Tengah. Produksi jagung di kabupaten tersebut mencapai 708.013 ton pada

tahun 2010, sehingga jagung menjadi komoditi unggulan di Kabupaten

Grobogan.

Salah satu kecamatan penghasil jagung di Kabupaten Grobogan

adalah Kecamatan Toroh. Kecamatan Toroh pada tahun 2010 mampu

memproduksi jagung sebesar 81.171 ton, sehingga menempatkan

Kecamatan Toroh sebagai kecamatan penghasil jagung terbesar ketiga di

Kabupaten Grobogan. Desa Bandungharjo merupakan salah satu desa yang

memiliki luas lahan kering terbesar di Kecamatan Toroh. Luas lahan kering

di Desa Bandungharjo yaitu 1.242,07 ha. Akan tetapi dengan semakin

bertambahnya penduduk dari tahun ke tahun, sedangkan lahan pertanian

yang hampir tidak bertambah, maka fragmentasi lahan dan ketimpangan

lahan pertanianpun terjadi. Akibatnya dapat mempengaruhi produktivitas

lahan dan pendapatan petani khususnya jagung di Desa Bandungharjo.

Berdasarkan alasan tersebut, maka peneliti ingin mengkaji lebih dalam

bagaimana pemerataan penguasaan lahan dan pendapatan dari petani

khususnya petani jagung di Desa Bandungharjo.

Page 17: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Luas lahan kering desa-desa di Kecamatan Toroh dapat dilihat pada

Tabel 1.2.

Tabel 1.2. Luas Lahan Kering Kecamatan Toroh Tahun 2010

Desa Lahan Kering (Ha)

Bandungharjo

Kenteng

Genengsari

Dimoro

Sindurejo

Boloh

Depok

Tunggak

Ngrandah

Tambirejo

Plosoharjo

Genengadal

Sugihan

Pilangpayung

Katong

Krangganharjo

1.242,07

955,04

728,53

683,34

566,43

553,12

478,64

418,32

411,61

312,44

266,32

260,01

226,75

202,00

189,82

97,15

Sumber : BPS Kabupaten Grobogan, 2011

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Berapa besarnya biaya, penerimaan, dan pendapatan dari usahatani

jagung di Desa Bandungharjo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan?

2. Bagaimana tingkat distribusi penguasaan lahan petani jagung di Desa

Bandungharjo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan?

3. Bagaimana tingkat distribusi pendapatan petani jagung di Desa

Bandungharjo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan?

4. Bagaimana pengaruh distribusi penguasaan lahan terhadap distribusi

pendapatan petani jagung di Desa Bandungharjo Kecamatan Toroh

Kabupaten Grobogan?

Page 18: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

5. Bagaimana pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan yang

berupa luas lahan, tenaga kerja, biaya saprodi dan produksi terhadap

pendapatan usahatani jagung di Desa Bandungharjo Kecamatan Toroh

Kabupaten Grobogan?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui besarnya biaya, penerimaan, dan pendapatan dari usahatani

jagung di Desa Bandungharjo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan.

2. Mengetahui tingkat distribusi penguasaan lahan petani jagung di Desa

Bandungharjo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan.

3. Mengetahui tingkat distribusi pendapatan petani jagung di Desa

Bandungharjo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan.

4. Mengetahui pengaruh distribusi penguasaan lahan terhadap distribusi

pendapatan petani jagung di Desa Bandungharjo Kecamatan Toroh

Kabupaten Grobogan.

5. Mengetahui pengaruh faktor-faktor yang terdiri dari luas lahan, tenaga

kerja, biaya saprodi dan produksi terhadap pendapatan usahatani jagung

di Desa Bandungharjo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan.

1.4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti, menambah pengetahuan sesuai dengan tema penelitian

yang diambil serta sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana

Pertanian di Fakultas Pertanian UNS.

2. Bagi pemerintah, merupakan sumber informasi dan bahan pertimbangan

untuk menentukan kebijakan pada masa yang akan datang.

3. Bagi pihak lain yang membutuhkan, sebagai bahan wacana dan

informasi mengenai permasalahan yang sama.

Page 19: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Banyak penelitian terdahulu yang dapat digunakan sebagai tambahan

pustaka dalam penelitian ini. Antara lain yang digunakan oleh peneliti yaitu,

hasil penelitian yang dilakukan oleh Astuti (1996), dalam penelitiaanya yang

berjudul Penguasaan Lahan dan Distribusi Pendapatan Penduduk di Desa

Ngombakan dan Desa Mranggen Kecamatan Polokarto Kabupaten

Sukoharjo. Menunjukkan bahwa penguasaan lahan yang timpang didua desa

penelitian, bukan disebabkan karena jual beli lahan, tetapi disebabkan oleh

adanya warisan. Peran sektor non pertanian semakin penting bagi kehidupan

masyarakat pedesaan dalam peningkatan pendapatan dan pemerataan

pendapatan penduduk.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari (2002) dalam penelitiannya

yang berjudul Analisis Pengaruh Status Penguasan Lahan Terhadap

Kesejahteraan Ekonomi Rumah Tangga Petani Padi Ditinjau dari Distribusi

Pendapatan menunjukkan bahwa pada usahatani padi di Desa Kanjoran,

Kecamatan Karanggayam, Kabupaten Kebumen, pendapatan petani dari

kegiatan usahatani padi dan pendapatan rumah tangga petani berbeda

berdasar status penguasaan lahan. Rata-rata pendapatan petani pemilik

penggarap lebih tinggi daripada pendapatan petani penyewa, dan pendapatan

petani penyewa lebih tinggi daripada petani penyakap. Angka Gini Rasio

untuk petani pemilik penggarap sebesar 0,63, petani penyewa 0,685 dan

untuk petani penyakap 0,677. Hal ini menunjukkan bahwa pada masing-

masing status petani terdapat ketimpangan yang tinggi/ pemerataan yang

rendah.

Hasil penelitian dari Nurhayati (2004) dalam penelitiannya yang

berjudul Analisis Pengaruh Status Penguasaan Lahan Pertanian Terhadap

Distribusi Pendapatan Petani Padi di Kecamatan Nogosari Kabupaten

Boyolali menunjukkan bahwa nilai Gini Rasio 0,69 yang menunjukkan

Page 20: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

adanya ketimpangan distribusi pendapatan yang tinggi antara petani padi di

Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. Kemudian faktor status

penguasaan lahan berhubungan erat terhadap distribusi pendapatan petani

padi, sedangkan luas lahan dengan status petani tidak ada keeratan

hubungan.

Hasil penelitian yang dilakukan Yulianto (2005), dalam

penelitiannya yang berjudul Pengaruh Biaya Saprodi dan Tenaga Kerja

Terhadap Pendapatan Usahatani Semangka, menunjukkan bahwa biaya

saprodi dan biaya tenaga kerja bersama-sama menunjukkan pengaruh yang

sangat nyata terhadap pendapatan usahatani semangka. Hal ini ditunjukkan

dengan besarnya F hitung yang diperoleh dibandingkan dengan F tabel (F

hitung = 315,888 > F tabel = 3,44). Biaya saprodi dan biaya tenaga kerja

secara bersama pula berhubungan erat dan positif dengan pendapatan

usahatani semangka, hal ini ditunjukkan dengan besarnya koefisien korelasi

(Ry1.2) = 0,985. Secara parsial biaya saprodi berpengaruh nyata terhadap

pendapatan usahatani semangka (t hitung 7,048 > t tabel = 1,71), sedangkan

biaya tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani

semangka (t hitung = -1,148 > t tabel = 1,71)

Hasil penelitian dari Octiasari (2011) dalam peneliannya yang

berjudul Hubungan Penguasaan Lahan Sawah dengan Pendapatan

Usahatani Padi (Studi Kasus Kelompok Tani Harum IV Kelurahan

Situmekar, Kecamatan Lembursitu, Kota Sukabumi) menunjukkan bahwa

Terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan petani dengan luas

pengusahaan lahan sawah. Semakin besar pendapatan usahatani padi, maka

luas pengusahaan lahan sawah akan semakin meningkat. Kelompok petani

yang responsif dalam meningkatkan pengusahaan lahannya adalah

kelompok petani pemilik dan penggarap.

Hasil penelitian dari Mudakir (2011) dalam penelitiannya yang

berjudul Produktivitas Lahan dan Distribusi Pendapatan berdasarkan

Status Penguasaan Lahan pada Usahatani Padi (Kasus di Kabupaten

Kendal Propinsi Jawa Tengah). Menunjukkan bahwa tingkat ketimpangan

Page 21: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

pendapatan petani tanpa pendapatan di luar pertanian relatif lebih tinggi

dibandingkan ketimpangan pendapatan petani yang telah memasukan

pendapatan dari luar pertanian. Pendapatan petani di luar hasil pertanian

dapat mengurangi kemungkinan terjadinya ketimpangan pendapatan.

Produktivitas usahatani dapat dinaikan dengan menambah pemakaian

beberapa sarana produksi, khususnya menambah pemakaian beberapa sarana

produksi, terutama pemakaian pupuk urea, benih dan luas lahan, Kenaikan

tingkat keuntungan usahatani padi dapat dinaikan dengan menurunkan

beberapa harga sarana produksi seperti benih, urea, pestisida, serta luas

lahan.

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

Nama

Penulis

Tahun Judul Inti

Wahyuni

Apri Astuti

1996 Penguasaan Lahan dan

Distribusi Pendapatan

Penduduk di Desa

Ngombakan dan Desa

Mranggen Kecamatan

Polokarto Kabupaten

Sukoharjo

Ditemukan bahwa penguasaan lahan

yang timpang bukan disebabkan

karena jual beli lahan, tetapi

disebabkan oleh adanya warisan.

Peran sektor non pertanian semakin

penting bagi kehidupan masyarakat

pedesaan dalam peningkatan

pendapatan dan pemerataan

pendapatan penduduk.

Sari A. D. 2002 Analisis Pengaruh Status

Penguasan Lahan

Terhadap Kesejahteraan

Ekonomi Rumah Tangga

Petani Padi Ditinjau dari

Distribusi Pendapatan

Ditemukan bahwa pada usahatani

padi di Desa Kanjoran, Kecamatan

Karanggayam, Kabupaten Kebumen,

pendapatan petani dari kegiatan

usahatani padi dan pendapatan rumah

tangga petani berbeda berdasar status

penguasaan lahan dan pada masing-

masing status petani terdapat

ketimpangan yang tinggi/

pemerataan yang rendah.

Endah

Nurhayati

2004 Analisis Pengaruh Status

Penguasaan Lahan

Pertanian Terhadap

Distribusi Pendapatan

Petani Padi di Kecamatan

Nogosari Kabupaten

Boyolali

Ditemukan bahwa nilai Gini Rasio

0,69 yang menunjukkan adanya

ketimpangan distribusi pendapatan

yang tinggi antara petani padi di

Kecamatan Nogosari Kabupaten

Boyolali dan faktor status

penguasaan lahan berhubungan erat

terhadap distribusi pendapatan petani

padi, sedangkan luas lahan dengan

status petani tidak ada keeratan

hubungan.

Page 22: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Nama

Penulis

Tahun Judul Inti

Eko Harri

Yulianto

2005 Pengaruh Biaya Saprodi

dan Tenaga Kerja

Terhadap Pendapatan

Usahatani Semangka

Ditemukan bahwa biaya saprodi dan

biaya tenaga kerja bersama-sama

menunjukkan pengaruh yang sangat

nyata terhadap pendapatan usahatani

semangka. Biaya saprodi dan biaya

tenaga kerja secara bersama pula

berhubungan erat dan positif dengan

pendapatan usahatani semangka.

Secara parsial biaya saprodi

berpengaruh nyata terhadap

pendapatan usahatani semangka,

sedangkan biaya tenaga kerja tidak

berpengaruh nyata terhadap

pendapatan usahatani semangka.

Octiasari 2011 Hubungan Penguasaan

Lahan Sawah dengan

Pendapatan Usahatani

Padi (Studi Kasus

Kelompok Tani Harum IV

Kelurahan Situmekar,

Kecamatan Lembursitu,

Kota Sukabumi)

Ditemukan bahwa Terdapat

hubungan yang signifikan antara

pendapatan petani dengan luas

pengusahaan lahan sawah. Semakin

besar pendapatan usahatani padi,

maka luas pengusahaan lahan sawah

akan semakin meningkat.

Bagio

Mudakir

2011 Produktivitas Lahan dan

Distribusi Pendapatan

berdasarkan Status

Penguasaan Lahan pada

Usahatani Padi (Kasus di

Kabupaten Kendal

Propinsi Jawa Tengah)

Ditemukan bahwa tingkat

ketimpangan pendapatan petani

tanpa pendapatan di luar pertanian

relatif lebih tinggi dibandingkan

ketimpangan pendapatan petani yang

telah memasukan pendapatan dari

luar pertanian. Produktivitas

usahatani dapat dinaikan dengan

menambah pemakaian beberapa

sarana produksi, khususnya

menambah pemakaian beberapa

sarana produksi, terutama pemakaian

pupuk urea, benih dan luas lahan.

Kenaikan tingkat keuntungan

usahatani padi dapat dinaikan dengan

menurunkan beberapa harga sarana

produksi seperti benih, urea,

pestisida, serta luas lahan.

Dari hasil berbagai penelitian di atas, dapat diketahui bahwa besar

penguasaan lahan, penggunaan tenaga kerja, dan penggunaan sarana

produksi dapat mempengaruhi pendapatan petani, sehingga juga dapat

mempengaruhi distribusi pendapatan petani. Dari keenam penelitian tersebut

dapat memberikan gambaran tentang pengaruh penguasaan lahan, tenaga

Page 23: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

kerja, dan sarana produksi terhadap pendapatan dan distribusi pendapatan

petani.

2.2. Tinjauan Pustaka

1. Lahan Pertanian

Lahan pada hakekatnya adalah permukaan bumi yang merupakan

bagian dari alam, sehingga lahan tidak terlepas dari pengaruh alam

sekitarnya, seperti: sinar matahari, curah hujan, angin, kelembaban udara

dan lain sebagainya. Fungsi lahan dalam usahatani adalah tempat

menyelenggarakan kegiatan produksi pertanian (usaha bercocok tanam

dan pemeliharaan ternak) dan tempat pemukiman keluarga tani

(Tjakrawiralaksana, 1985).

Lahan merupakan tanah (sekumpulan tubuh alamiah, mempunyai

kedalaman lebar yang ciri-cirinya mungkin secara langsung berkaitan

dengan vegetasi dan pertanian sekarang) ditambah ciri-ciri fisik lain

seperti penyediaan air dan tumbuhan penutup yang dijumpai. Lahan

sebagai modal alami yang melandasi kegiatan kehidupan dengan dua

fungsi dasar yaitu kegiatan budidaya dan fungsi lindung yaitu kawasan

yang ditetapkan dengan fungsi utamanya untuk melindungi kelestarian

lingkungan hidup yang ada (Utomo, 1992).

Menurut Mubyarto (1979) tanah sebagai salah satu variabel

produksi adalah merupakan pabriknya hasil-hasil pertanian yaitu tempat

dimana produksi berjalan dan darimana hasil produksi ke luar, variabel

produksi tanah mempunyai kedudukan paling penting terbukti dari

besarnya balas jasa yang diterima oleh tanah dibandingkan variabel-

variabel produksi lainnya. Tanah merupakan suatu variabel produksi

seperti halnya modal dan tenaga kerja dapat pula dibuktikan dari tinggi

rendahnya balas jasa (sewa bagi hasil) yang sesuai dengan permintaan

dan penawaran tanah dan daerah tertentu, dalam suatu daerah yang

penduduknya sangat padat dimana jumlah petani penyakap yang

memerlukan tanah garapan jauh lebih besar daripada persediaan tanah

yang ada. Pemilik tanah dapat meminta syarat-syarat yang lebih berat

Page 24: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

bila dibandingkan dengan daerah dimana persediaan tanah garapan masih

lebih luas.

Menurut Hernanto (1988) pada umumnya di Indonesia lahan

merupakan faktor produksi yang relatif langka dibandingkan dengan

faktor produksi lainnya dan distribusi penguasaannya tidak merata di

masyarakat. Oleh karena itu lahan mempunyai beberapa sifat, antara lain:

(a) bukan merupakan barang produksi; (b) luas relatif tetap atau dianggap

tetap atau tidak dapat diperbanyak; (c) tidak dapat dipindah-pindahkan;

(d) dapat dipindahtangankan dan atau diperjualbelikan; (e) tidak ada

penyusutan (tahan lama); dan (f) bunga atas lahan dipengaruhi oleh

produktivitas lahan. Karena sifatnya yang khusus tersebut, lahan

kemudian dianggap sebagai salah satu faktor produksi usahatani.

Lahan merupakan jenis modal yang sangat penting yang harus

dibedakan dari jenis modal lainnya sehingga faktor lahan perlu

digunakan atau dimanfaatkan secara efisien. Usaha-usaha untuk

meningkatkan efisiensi pengusahaan lahan antara lain pemilihan

komoditas cabang usahatani dan pengaturan pola tanam. Ukuran efisiensi

penggunaan lahan adalah perbandingan antara output dan input. Hal-hal

yang perlu diperhatikan dalam usahatani berkaitan dengan lahan yang

digunakan adalah sumber dan status lahan, nilai lahan, fragmentasi lahan,

lahan sebagai ukuran usahatani, serta perkembangan penguasaan lahan di

Indonesia (Wignjosoebroto, 1998).

Dengan semakin menyempitnya atau tidak mencukupinya lahan

pertanian karena bertambahnya angkatan kerja, disamping kelalaian

pemilik/ pengusaha hak atas tanah yang tidak mengusahakannya secara

aktif, banyak tanah yang dikerjakan orang lain secara melawan hukum.

Pesatnya pembangunan banyak memerlukan tanah, yang berakibat

semakin menyempitnya lahan pertanian, baik untuk pemukiman maupun

industri. Dengan demikian tanah pertanian berubah fungsinya. Bukan

saja fungsi penggunaannya tetapi juga fungsi ekonomisnya

(Wignjosoebroto, 1998).

Page 25: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

2. Petani dan Penguasaan Lahan

Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi

sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya dibidang pertanian,

dalam arti luas yang meliputi usahatani pertanian, peternakan, perikanan

(termasuk penangkapan ikan), dan pemungutan hasil laut

(Hernanto, 1991).

Pada dasarnya terdapat empat golongan petani berdasarkan

tanahnya, yaitu :

a. Golongan petani luas (>1 Ha)

b. Golongan petani sedang (0,5 – 1 Ha)

c. Golongan petani sempit (<0,5 Ha)

d. Golongan buruh tani

(Hernanto, 1991).

Menurut Wiradi (2008) dalam tulisannya tentang “Pola

Penguasaan Tanah dan Reforma Agraria”, istilah land tenure dan land

tenancy sebenarnya merupakan dua sejoli, namun pengertian atau bidang

yang diartikan oleh masing-masing istilah tersebut dalam penggunannya

agak berbeda. Kata land memang sudah jelas yaitu tanah, sedangkan kata

tenure berasal dari kata dalam bahasa latin tenere yang mencakup arti:

memelihara, memegang, memiliki. Oleh karena itu, land tenure

memperoleh arti: hak atas tanah atau penguasaan tanah. Istilah land

tenure biasanya dipakai dalam uraian-uraian yang membahas masalah

yang pokok-pokok umumnya adalah mengenai status hukum dari

penguasaan tanah seperti hak milik, gadai, bagi hasil, sewa-menyewa,

dan juga kedudukan buruh tani. Uraian itu menunjukkan kepada

pendekatan juridis. Artinya penelaahannya biasanya bertolak dari sistem

yang berlaku yang mengatur kemungkinan penggunaan, mengatur syarat-

syarat untuk dapat menggarap tanah bagi penggarapnya, dan berapa lama

penggarapan itu dapat berlangsung.

Tanah Pertanian merupakan faktor produksi yang langka di

pedesaan Jawa, disamping itu tanah juga dapat dipakai untuk

Page 26: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

memperoleh segala sumber strategis seperti kesempatan ekonomi,

kekayaan, kekuasaan dan pendapatan. Ketimpangan dalam pemilikan

tanah akan menimbulkan ketimpangan kekuasaan di kalangan anggota

masyarakat. Hal tersebut akan membawa pengaruh terhadap kehidupan

masyarakat pedesaan terutama dalam kaitannya dengan pemerataan

pendapatan, kesempatan kerja dan jangkauan pelayanan pemerintah dan

lain sebagainya (Apriyanto, 2005).

Petani berlahan luas dapat memperoleh pendapatan yang lebih

tinggi daripada petani berlahan sempit, karena dengan skala usaha yang

lebih luas, petani berlahan luas dapat menggunakan faktor-faktor

produksi yang lebih besar jumlahnya daripada yang diperoleh petani

sempit. Petani berlahan luas lebih mampu menahan hasil produksinya

untuk menunggu harga yang lebih tinggi dari harga yang diterima petani

berlahan sempit. Petani berlahan sempit dalam menjual hasil produksinya

pada umumnya dilakukan pada musim panen dimana harga pada musim

panen relatif rendah (Astuti, 1996).

Di pedesaan distribusi penguasaan lahan dan distribusi pendapatan

merupakan dua hal yang cenderung menjadi perhatian, karena distribusi

penguasaan lahan cenderung mempengaruhi distribusi pendapatan.

Lahan bagi masyarakat pedesaan merupakan faktor produksi yang

menentukan tinggi rendahnya pendapatan. Dengan demikian jika lahan

terdistribusi dengan merata, maka pendapatan juga akan terdistribusi pula

secara merata (Susilowati dan Suryani, 1996).

Menurut Syukur (1998), terdapat hubungan searah antara distribusi

penguasaan lahan dengan distribusi pendapatan. Dalam hal ini luas lahan

mempunyai peranan penting dalam menciptakan arus masuk pendapatan

masyarakat pedesaan. Dengan demikian distribusi pendapatan akan

terefleksi oleh distribusi penguasaan lahan .

Pola pemilikan lahan pertanian menggambarkan keadaan

pemilikan faktor produksi utama dalam produksi pertanian. Keadaan

pemilikan lahan sering dijadikan suatu indikator bagi tingkat

Page 27: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

kesejahteraan masyarakat perdesaan walaupun belum mencerminkan

keadaan yang sebenarnya bagi tingkat kesejahteraan itu sendiri. Namun

demikian, pola pemilikan lahan dapat dijadikan gambaran tentang

pemerataan penguasaan faktor produksi utama di sektor pertanian yang

dapat dijadikan sumber pendapatan bagi pemiliknya. Pada pola

pengusahaan lebih ditekankan pada pemanfaatan secara langsung

sumberdaya lahan untuk usahatani yang dilakukan oleh rumah tangga

petani (Susilowati dan Suryani, 1996).

Status penguasaan lahan pada pokoknya dapat dibagi menjadi tiga,

yaitu pemilik penggarap (owner operator), penyewa (cash tenant) dan

penyakap atau bagi hasil (share tenant). Status penguasaan lahan yang

berbeda secara teoritis akan menentukan tingkat keragaman usaha tani

yang berbeda pula. Secara teoritis kedudukan petani penyakap palinglah

lemah sehingga akan berpengaruh terhadap keragaan usaha tani, tetapi

secara faktual tidaklah tentu demikian yang disebabkan oleh berbagai

faktor yang perlu diteliti lebih lanjut (Mudakir, 2011).

Status penguasaan lahan yang berbeda akan menentukan tingkat

keragaman usaha tani, yang dalam hal ini meliputi tingkat produktivitas

lahan dan distribusi pendapatan yang berlainan pula. Teori dasar yang

dapat dipakai untuk menerangkan tingkah laku ekonomi dari petani

pemilik- penggarap, petani penyewa dan petani penggarap

(Mudakir, 2011).

3. Tenaga Kerja, Saprodi, dan Produksi

Tenaga kerja umumnya tersedia di pasar keja, dan biasanya siap

untuk digunakan dalam suatu proses produksi barang dan jasa. Kemudian

perusahaan atau penerima tenaga kerja meminta tenaga keja dari pasar

kerja. Apabila tenaga kerja tersebut bekeja, maka mereka akan mendapat

imbalan jasa berupa upah/gaji.Tenaga keja yang terampil merupakan

potensi sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan dalam setiap

perusahaan dalam mencapai tujuannya. Jumlah penduduk dan angkatan

kerja yang besar, di satu sisi merupakan potensi sumber daya manusia

Page 28: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

yang dapat diandalkan, tetapi di sisi lain juga merupakan masalah besar

yang berdampak pada berbagai sektor (Maulana,2007).

Dalam mengelola usahataninya, petani umumnya telah mengetahui

bahwa penggunaan sarana produksi akan mempengaruhi hasil usahanya,

tetapi kebanyakan petani dengan kesederhanaan berpikir dan daya

intelektual yang terbatas dikarenakan pendidikan formal yang rendah

maka penggunaan biaya sarana produksi terlihat bervariasi karena

mereka tidak mengetahui tingkat penggunaan biaya yang tepat akan

sarana tersebut (Mubyarto, 1994).

Hill dalam Rohana (2004) berpendapat bahwa perubahan distribusi

penyerapan tenaga keja sektoral biasanya tejadi lebih lambat

dibandingkan dengan perubahan peranan output secara sektoral,

mengingat proses perpindahan tenaga keja sangat lambat terutama bagi

tenaga keja yang berasal dari sektor dengan produktivitas rendah seperti

sektor pertanian.

Suatu Perubahan utama dalam pertanian di jawa berupa

kekurangan buruh tani yang lebih besar, bahkan di daerah berpenduduk

sangat padat. Kekurangan ini terjadi karena tarikan orang ke pekerjaan

lebih menarik di daerah urban dan perasaan orang-orang muda yang

berpendidikan menengah yang tidak tertarik sebagai petani

(Collier, 1996).

Produksi adalah proses kombinasi dan koordinasi material-material

dan kekuatan-kekuatan (masukan, faktor, sumberdaya, atau jasa-jasa

produksi) dalam pembuatan suatu output atau produk. Produk tersebut

dapat berupa barang ataupun jasa (Beattle dan Taylor, 1995).

Menurut Kartasapoetra (1988), produksi merupakan suatu proses

pendayagunaan sumber-sumber yang telah tersedia, dengan mana

diharapkan terwujudnya hasil yang lebih dari segala pengorbanan yang

telah diberikan. Ditinjau dari pengertian ekonomi merupakan suatu

proses pendayagunaan segala sumber yang tersedia untuk mewujudkan

Page 29: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

hasil yang terjamin kualitas dan kuantitasnya terkelola dengan baik,

sehingga merupakan komoditi yang dapat diperdagangkan.

Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk atau output.

Produk atau produksi dalam bidang pertanian atau lainnya dapat

bervariasi yang antara lain disebabkan karena perbedaan kualitas.

Kualitas produksi menjadi kurang baik bila usahatani tersebut

dilaksanakan dengan kurang baik (Soekartawi, 2005).

4. Pendapatan dan Distribusi Pendapatan

Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan yang

diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan (Soekartawi, 1986). Besarnya

pendapatan yang diterima merupakan imbalan untuk jasa petani dan

keluarganya serta modal yang dimilikinya. Bentuk dan jumlah

pendapatan memiliki fungsi yang sama, yaitu memenuhi keperluan

sehari-hari dan memberikan kepuasan petani agar dapat melanjutkan

kegiatannya. Pendapatan ini akan digunakan juga untuk mencapai

keinginan-keinginan dan memenuhi kewajiban-kewajibannya. Dengan

demikian, pendapatan yang diterima petani akan dialokasikan pada

berbagai kebutuhan.

Keadilan dalam pembagian rezeki dari mengelola sumber daya,

baik alam maupun manusia, dari hasil suatu negara adalah dimana

pendapatan yang diperoleh dapat dinikmati secara merata oleh rakyatnya

(distribusi pembagian pendapatan yang relatif adil). Hal ini berarti bahwa

sebagian besar pendapatan negara dinikmati oleh sebagian besar

golongan masyarakat dalam negara tersebut. Dengan meratanya

pembagian pendapatan, diharapkan tingkat konsumsi masyarakat juga

relatif lebih baik (Putong, 2000).

Distribusi pendapatan adalah konsep yang lebih luas dibandingkan

kemiskinan karena cakupannya tidak hanya menganalisa populasi yang

berada dibawah garis kemiskinan.Kebanyakan dari ukuran dan indikator

yang mengukur tingkat distribusi pendapatan tidak tergantung pada rata-

Page 30: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

rata distribusi, dan karenanya membuat ukuran distribusi pendapatan

dipertimbangkan lemah dalam menggambarkan tingkat kesejahteraan.

Masalah utama dalam distribusi pendapatan sebuah daerah adalah

ketidakmerataan pendapatan antar kelompok masyarakat dalam daerah

tersebut, oleh karenanya sering juga disebut tingkat ketidakmerataan

atau kesenjangan (inequality).

Adelman dan Morris (1973) dalam Arsyad (2004) mengemukakan

8 faktor yang menyebabkan ketidakmerataan distribusi pendapatan di

negara-negara sedang berkembang, yaitu: (a) Pertambahan penduduk

yang tinggi yang mengakibatkan menurunnya pendapatan per kapita; (b)

Inflasi di mana pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secara

proporsional dengan pertambahan produksi barangbarang; (c)

Ketidakmerataan pembangunan antar daerah; (d) Investasi yang sangat

banyak dalam proyek-proyek yang padat modal (capital intensive),

sehingga persentase pendapatan modal dari tambahan harta lebih besar

dibandingkan dengan persentase pendapatan yang berasal dari kerja,

sehingga pengangguran bertambah; (e) Rendahnya mobilitas sosial; (f)

Pelaksanaan kebijaksanaan industri substitusi impor yang mengakibatkan

kenaikan harga-harga barang hasil industri untuk melindungi usaha-

usaha golongan kapitalis; (g) Memburuknya nilai tukar (term of trade)

bagi negara-negara sedang berkembang dalam perdagangan dengan

negara-negara maju, sebagai akibat ketidakelastisan permintaan negara-

negara terhadap barang ekspor negara-negara sedang berkembang; dan

(h) Hancurnya industri-industri kerjainan rakyat seperti pertukangan,

industri rumah tangga, dan lain-lain.

Distribusi pendapatan nasional mencerminkan merata atau

timpangnya pembagian hasil pembangunan suatu negara di kalangan

penduduknya. Terdapat berbagai kriteria/ tolok ukur untuk menilai

kemerataan (parah atau lunaknya ketimpangan) distribusi yang

dimaksud. Tiga diantaranya yang lazim digunakan adalah Kurva Lorenz,

Indeks Gini Rasio, dan Kriteria Bank Dunia (Dumairy, 1997).

Page 31: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Para ahli ekonomi pada umumnya membedakan dua ukuran pokok

distribusi pendapatan, yang antara lain : (1) Distribusi pendapatan

perorangan, menyangkut segi manusia sebagai perorangan atau rumah

tangga dan total pendapatan yang mereka terima. Dalam konsep ini cara

yang dilakukan oleh keluarga atau perorangan untuk mendapatkan

pendapatan tersebut tidak dipermasalahkan. (2) Distribusi pendapatan

fungsional atau distribusi pendapatan berdasarkan peranan masing-

masing faktor yang bisa didistribusikan, dalam hal ini mencoba

menerangkan bagian dari pendapatan nasional yang diterima oleh

masing-masing faktor produksi (Todaro, 1994).

2.3. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Usahatani adalah kesatuan organiasasi antara alam, tenaga kerja,

modal dan pengelolaan yang ditujukan untuk memperoleh produksi di

lapangan pertanian. Setiap kegiatan usahatani akan membutuhkan biaya dan

menghasilkan sejumlah penerimaan. Biaya merupakan seluruh korbanan

ekonomik yang dikeluarkan untuk usahatani. Konsep biaya usahatani yang

diperhitungkan dalam penelitian ini adalah biaya mengusahakan. Biaya

mengusahakan terdiri dari biaya alat-alat luar ditambah biaya tenaga kerja

keluarga sendiri yang diperhitungkan berdasarkan upah yang dibayarkan

kepada tenaga kerja luar.

Pendapatan petani erat kaitannya dengan penerimaan yang diterima

dan biaya yang dikeluarkan oleh rumah tangga petani. Penerimaan

menyatakan jumlah rupiah yang diterima dan merupakan hasil kali antara

harga dengan jumlah barang yang dijual.

Rumus penerimaan menurut Suparmoko (1992) sebagai berikut :

TR = P x Q

Keterangan :

TR = Total Penerimaan

P = Harga Barang

Q = Jumlah Barang

Page 32: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Ada empat kategori biaya (Hernanto, 1991), yaitu :

1. Biaya tetap, yaitu biaya yang pnggunaannya tidak habis dalam satu masa

produksi, meliputi : pajak tanah, penyusutan alat dan bangunan, mesin

traktor, dan sebagainya.

2. Biaya variabel, yaitu biaya yang besar kecilnya tergantung kepada biaya

skala produksi, meliputi : biaya pupuk, pestisida, bibit, tenaga kerja,

pengolahan, sewa tanah, dan sebagainya.

3. Biaya tunai dari biaya tetap, dapat berupa biaya air dan pajak tak tanah.

Sedangkan biaya tunai dari biaya variabel meliputi biaya bibit, pupuk,

obat-obatan, dan tenaga kerja luar.

4. Biaya tidak tunai yang diperhitungkan, meliputi biaya tenaga kerja

keluarga, biaya panen dan pengolahan serta jumlah pupuk kandang yang

dipakai.

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dengan

semua biaya atau total biaya yang dikeluarkan (Soekartawi, 2006). Secara

umum dapat dirumuskan :

Pd = TR – TC

Keterangan :

Pd = Pendapatan (Rp)

TR = Total penerimaan (Rp)

TC = Total biaya (Rp)

Lahan merupakan faktor utama dalam pertanian memang tidak dapat

ditambah, sedangkan jumlah pertumbuhan manusia terus bertambah,

akibatnya luas lahan pertanian terus menyempit. Fenomena yang terjadi

adalah munculnya pembagian kepemilikan dan penguasaan lahan pertanian

yang tidak merata. Kondisi yang demikian tentu saja akan mempengaruhi

skala usaha yang dikelola oleh petani.

Luas lahan pertanian yang relatif sempit mengakibatkan jumlah hasil

produksi yang dihasilkan dari lahan tersebut juga sedikit, sehingga

pendapatan yang diterima oleh petani pun juga sedikit atau rendah.

Page 33: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Fenomena semakin kecilnya kepemilikan lahan oleh petani diindikasikan

hampir tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Selain itu, seringkali kecilnya

kepemilikan lahan petani diikuti oleh timpangnya distribusi penguasaan

lahan. Hal ini disebabkan karena terdapat sebagian kecil individu yang

mempunyai akses untuk memiliki lahan dalam jumlah yang relatif luas.

Sementara itu, terdapat banyak masyarakat yang tidak memiliki akses untuk

menguasai lahan. Ketimpangan yang terkait dengan lahan dapat dibedakan

menjadi 2 bagian, yaitu ketimpangan penguasaan lahan, dan ketimpangan

pengusahaan lahan. Indikator untuk melihat besar kecilnya ketimpangan

adalah dengan cara melihat atau menghitung indeks Gini berdasarkan lahan

milik, lahan yang dikuasai, dan lahan yang diusahakan oleh rumah tangga

petani, yaitu dengan rumus :

n

GR = 1- ∑ fi (Yi + Yi-1)

1

Keterangan :

Yi = proporsi jumlah rumah tangga kumulatif ke – i

Yi-1 = Yi sebelumnya

fi = frekuensi luas lahan yang dimiliki/digarap kumulatif ke – i

GR = Rasio Gini

Kriteria menurut H. T. Oshima (Putong, 2000) :

GR ≤ 0,3 = ketimpangan distribusi penguasaan lahan rendah

0,3 < GR < 0,4 = ketimpangan distribusi penguasaan lahan sedang

GR ≥ 0,4 = ketimpangan distribusi penguasaan lahan tinggi

Sama halnya dengan distribusi penguasaan lahan, untuk menghitung

atau mengukur distribusi pendapatan masyarakat pada suatu daerah dapat

digunakan koefisien gini/ gini rasio, dengan rumus :

n

GR = 1- ∑ fi (Yi + Yi-1)

1

Keterangan :

Yi = proporsi jumlah rumah tangga kumulatif ke – i

Page 34: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Yi-1 = Yi sebelumnya

fi = frekuensi pendapatan kumulatif ke – i

GR = Rasio Gini

Indeks atau rasio gini adalah suatu suatu koefisien yang berkisar dari

angka 0 – 1, menjelaskan kadar pemerataan distribusi pendapatan. Semakin

kecil koesfisiennya, maka pertanda semakin baik atau merata distribusinya.

Tetapi apabila semakin besar, maka mengisyaratkan distribusi pendapatan

yang kian timpang atau terjadi kesenjangan (Dumairy, 1997).

Menurut kriteria H. T. Oshima dalam Putong (2000), klasifikasi nilai

gini rasio adalah sebagai berikut :

GR ≤ 0,3 = ketimpangan distribusi pendapatan rendah (distribusi

pendapatan relatif merata)

0,3 < GR < 0,4 = ketimpangan distribusi pendapatan sedang

GR ≥ 0,4 = ketimpangan distribusi pendapatan tinggi

Cara lain untuk menganalisis distribusi penguasaan lahan dan

distribusi pendapatan adalah dengan membuat kurva lorentz. Kurva lorentz

menujukkan hubungan kuantitatif antara persentase penduduk dengan

persentase penguasaan lahan atau pendapatan. Semakin jauh kurva lorentz

dari garis kemerataan sempurna, maka semakin besar terjadinya

ketimpangan distribusi (Arsyad, 2004).

Gambar 2.1. Kurva Lorentz

Page 35: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Pendapatan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu yang pertama

kelompok yang membagi kelas pendapatan menjadi lima kelas, antara lain

dari 20% termiskin (pendapatannya paling rendah), 20% termiskin kedua,

20% termiskin ketiga, 20% termiskin keempat, dan 20% termiskin kelima.

Sedangkan kelompok kedua adalah yang membagi kelas pendapatan dalam

tiga kelas, yaitu 40% termiskin, 40% menengah, dan 20% kaya

(Putong, 2000).

Pendapatan usahatani jagung dipengaruhi oleh luas penguasaan

lahan, biaya tenaga kerja, biaya saprodi dan produksi. Untuk menguji

pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap pendapatan maka digunakan

analisis regresi fungsi keuntungan yang telah disesuaikan dengan penelitian

sebagai berikut :

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Keterangan :

Y = Pendapatan (Rp)

b0 = Konstanta

X1 = Luas penguasaan lahan (Ha)

X2 = Tenaga kerja (HKP)

X3 = Biaya saprodi (Rp)

X4 = Produksi (Kg)

b1, b2, b3 = Koefisisen masing-masing variabel

e = error (kesalahan pengganggu)

Untuk mengetahui faktor-faktor tersebut secara bersama-sama

berpengaruh terhadap pendapatan digunakan uji F, sedangkan untuk

mengetahui pengaruh masing-masing faktor terhadap pendapatan secara

individu digunakan uji t (Priyatno, 2008).

Page 36: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Gambar 2.2. Kerangka Berpikir Pendekatan Masalah

2.4. Hipotesis

1. Diduga bahwa ketimpangan distribusi penguasaan lahan petani jagung

tinggi.

2. Diduga bahwa ketimpangan distribusi pendapatan petani jagung tinggi.

3. Diduga bahwa distribusi penguasaan lahan berpengaruh terhadap

distribusi pendapatan.

4. Diduga bahwa penguasaan lahan, tenaga kerja, biaya saprodi, dan

produksi pertanian berpengaruh terhadap pendapatan petani jagung.

Usahatani Jagung

Penguasaan

Lahan

Analisis Distribusi

Penguasaan Lahan Aktivitas Budidaya

Petani Jagung

Biaya Usahatani

Jagung

Penerimaan

Usahatani Jagung

Analisis Pendapatan

Usahatani Jagung

Analisis Pengaruh Faktor-Faktor

Usahatani terhadap Pendapatan

Usahatani Jagung

Analisis Distribusi

Pendapatan

TK

Biaya Saprodi

Produksi

Page 37: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

III. METODE PENELITIAN

3.1. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif analitis, yaitu metode penelitian yang menuturkan dan

menafsirkan data sehingga kegiatannya tidak hanya mengumpulkan dan

menyusun data namun juga menganalisis dan menginterpretasikan arti data

tersebut. Metode deskriptif analitik mempunyai ciri bahwa metode ini

memusatkan perhatian pada pemecahan masalah yang ada pada masa

sekarang, pada masalah-masalah yang aktual, dan data yang dikumpulkan

mula-mula disusun, dijelaskan, dan kemudian dianalisis (Surakhmad, 1994).

Teknik pelaksanaan penelitian ini menggunakan teknik survei, yaitu

pengumpulan data dari sejumlah unit atau individu dalam waktu (atau

jangka waktu) yang bersamaan dengan menggunakan beberapa daftar

pertanyaan berbentuk kuesioner (Surakhmad, 1994).

3.2. Metode Penentuan Sampel

1. Metode Penentuan Sampel Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bandungharjo, Kecamatan

Toroh, Kabupaten Grobogan yang merupakan salah satu penghasil

jagung. Pengambilan Desa Bandungharjo sebagai lokasi penelitian

dilakukan secara studi kasus, yaitu penelitian yang dilakukan terhadap

satu latar atau satu orang atau satu tempat, yang dilakukan secara

seutuhnya, menyeluruh dan mendalam dengan berbagai macam sumber

data (Ardhana, 2011). Desa Bandungharjo terpilih sebagai lokasi

pengambilan sampel penelitian, karena Desa Bandungharjo memiliki

luas lahan kering terbesar di Kecamatan toroh yaitu 1.242,07 ha, namun

untuk jagung sendiri di Desa Bandungharjo luas panennya terkecil yaitu

hanya 133 ha (BPS, 2011). Selain itu, Desa Bandungharjo merupakan

salah satu desa di Kecamatan Toroh yang lokasinya dekat dengan hutan

yang produktivitasnya dinilai sudah mulai menurun serta hasilnya hanya

dapat dipanen secara tahunan, sehingga usahatani jagung dapat

24 25

Page 38: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

digunakan sebagai sumber daya alternatif yang sesuai dengan keadaan

geografis dan jenis lahan lokasi tersebut. Alasan yang lain yaitu

sehubungan dengan akan dibangunnya bendungan untuk membendung

Sungai Glugu di Desa Bandungharjo yang setiap musim penghujan air

dari sungai tersebut meluap dan membanjiri beberapa daerah di

Grobogan dan Purwodadi. Dengan demikian, maka penelitian ini dapat

digunakan sebagai pertimbangan dampak ekonominya, dalam hal ini

khususnya untuk usahatani jagung.

2. Metode Pengambilan Sampel Responden

Pengambilan responden diperlukan untuk mempermudah

penelitian. Pengambilan sampel petani jagung menggunakan metode

snowball sampling, yaitu pengambilan sampel secara tidak acak

bilamana peneliti mengumpulkan data yang berupa informasi dari

informan (responden) dalam suatu lokasi (populasi), tetapi peneliti tidak

banyak tahu tentang populasi penelitiannya. Untuk itu informasinya

diperoleh dengan secara langsung datang ke lokasi penelitian dan

bertanya mengenai informasi yang diperlukan kepada siapapun yang

pertama dijumpai. Dari informan yang pertama tersebut bisa menemukan

informan yang kedua yang bisa dijadikan sampel. Selanjutnya dari

sampel atau informan kedua tersebut dapat diketahui sampel lainnya,

begitu seterusnya (Sutopo, 2002). Dalam penelitian ini mengambil

sampel rumah tangga petani jagung di Desa Bandungharjo sebagai unit

analisis.

Menurut Singarimbun dan Sofian (1995), data yang dianalisis

harus menggunakan jumlah sampel yang cukup besar sehingga dapat

mengikuti distribusi normal. Sampel yang mengikuti distribusi normal

adalah sampel yang jumlahnya lebih besar atau sama dengan 30.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, jumlah sampel pada penelitian ini

adalah 60 orang petani jagung.

Page 39: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Gambar 3.1. Bagan Pengambilan Sampel

Desa

Dimoro

Desa

Genengadal

Desa

Sindurejo

Desa

Bandungharjo

Desa

Genengsari

Desa

Kenteng

Desa

Ngrandah

Desa

Tunggak

Desa

Boloh

Desa

Plosoharjo

Desa

Tambirejo

Desa

Depok

Desa

Krangganharjo

Desa

Sugihan

Desa

Pilangpayung

Desa

Katong

Kecamatan Toroh

60 Petani Jagung

27

Page 40: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

3.3. Jenis dan Sumber data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari petani

yang mengusahakan jagung maupun pihak lain yang berhubungan

dengan usahatani jagung. Misalnya data mengenai hasil produksi jagung,

faktor produksi yang digunakan, biaya, penerimaan, serta proses

produksi yang dilakukan. Data ini diperoleh melalui wawancara.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pencatatan

terhadap laporan maupun dokumen dari instansi-instansi yang berkaitan

dengan penelitian, yaitu Kantor Kecamatan Toroh, Dinas Pertanian,

Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Grobogan, Bappeda

Kabupaten Grobogan, dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Grobogan.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi merupakan teknik atau pendekatan untuk

mendapatkan data primer dengan cara mengamati langsung obyek

datanya. Pendekatan observasi baik digunakan untuk mengamati suatu

proses, kondisi, kejadian-kejadian atau perilaku manusia

(Hartono, 2007).

2. Wawancara

Wawancara adalah suatu proses interaksi dan komunikasi untuk

mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada

responden (Singarimbun dan Sofian, 1995). Teknik ini dilakukan untuk

pengumpulan data primer berdasarkan daftar pertanyaan yang telah

dipersiapkan terlebih dahulu.

3. Pencatatan (Analisis Data Sekunder)

Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder yang

diperlukan dalam penelitian, yaitu dengan mencatat data yang telah ada

pada instansi atau lembaga terkait dengan penelitian

(Singarimbun dan Sofian, 1995).

Page 41: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

3.5. Asumsi-asumsi

1. Petani bersifat rasional untuk memperoleh pendapatan setinggi-

tingginya.

2. Kondisi daerah penelitian yang meliputi jenis tanah, kesuburan tanah,

iklim, curah hujan dan topografi dianggap berpengaruh normal terhadap

proses usahatani serta tidak ada serangan hama dan penyakit.

3. Ketidakpastian dan perubahan teknologi ditiadakan dalam penelitian.

4. Harga sarana produksi maupun hasil produksi dihitung berdasarkan

harga setempat yang berlaku pada saat penelitian dan dianggap konstan.

5. Seluruh hasil panen dianggap terjual.

3.6. Pembatasan Masalah

1. Lahan pertanian yang dimaksud adalah lahan yang mengusahakan

jagung.

2. Penelitian ini dilaksanakan pada usahatani jagung yang diusahakan

secara monokultur pada musim tanam periode Juni 2011 – September

2011.

3. Petani yang menjadi sampel adalah petani jagung.

4. Pendapatan petani yang dimaksud adalah pendapatan petani yang berasal

dari usahatani jagung.

3.7. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Pendapatan petani adalah pendapatan yang diterima oleh petani dari

usahatani jagung. Pendapatan tersebut diperoleh dari pengurangan

penerimaan yang dihasilkan dari penjualan hasil produksi jagung dengan

seluruh biaya selama proses produksi dan dinyatakan dalam Rupiah.

2. Penerimaan yang dimaksud adalah keseluruhan hasil penjualan produksi

jagung yang diterima oleh petani dan dinyatakan dalam Rupiah.

3. Biaya yang dimaksud adalah biaya yang dikeluarkan petani, meliputi

biaya benih, pupuk, pengolahan, pajak, tenaga kerja luar, dan biaya

panen yang dinyatakan dalam Rupiah.

4. Biaya saprodi yaitu biaya yang dikeluarkan petani untuk biaya benih,

biaya pupuk urea, biaya pupuk SP-36 dan biaya pupuk Phonska.

Page 42: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

5. Lahan pertanian adalah lahan yang digunakan untuk mengusahakan

jagung, dinyatakan dalam Ha.

6. Status penguasaan lahan pertanian adalah lahan yang dikelola oleh

petani jagung baik berdasar hak milik sendiri ataupun hak

mengusahakan (sewa atau bagi hasil).

7. Petani jagung yang dimaksud terdiri dari :

a. Petani pemilik penggarap, adalah petani yang memiliki lahan

pertanian dan yang mengelolanya sendiri.

b. Petani penyewa, adalah petani yang mengelola lahan pertanian

dengan cara menguasai lahan pertanian milik orang lain dengan

memberikan kompensasi berupa uang sewa kepada pemilik.

c. Petani penyakap adalah petani yang menguasai lahan pertanian milik

orang lain dengan cara menggarap lahan tersebut kemudian hasil dari

lahan tersebut dibagi dengan pemilik sesuai kesepakatan.

8. Distribusi penguasaan lahan adalah proporsi penguasaan lahan pertanian

pada kelompok petani dari total lahan yang dinyatakan dalam persentase.

9. Distribusi pendapatan adalah proporsi pendapatan yang diterima oleh

kelompok petani dari hasil total pendapatan yang diterima dan

dinyatakan dalam persentase.

3.8. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini digunakan

untuk mengolah data primer yang diperoleh, menganalisis pendapatan usahatani

berdasarkan penerimaaan dan biaya usahatani, menganalisis distribusi

penguasaan lahan dan distribusi pendapatan usahatani , serta menganalisis

hubungan antara pendapatan usahatani jagung dengan faktor-faktor yang diduga

mempengaruhinya.

1. Analisis Pendapatan Usahatani

Penerimaan total usahatani (total farm revenue) merupakan nilai

produk dari usahatani yaitu harga produk dikalikan dengan total produksi

periode tertentu. Total biaya atau pengeluaran adalah semua nilai faktor

produksi yang dipergunakan untuk menghasilkan suatu produk dalam

Page 43: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

periode tertentu. Pendapatan total usahatani merupakan selisih antara

penerimaan total dengan pengeluaran total (Soekartawi 1995).

Besarnya pendapatan dari petani sangat tergantung dengan

besarnya penerimaan yang diperoleh. Untuk menghitung penerimaan

dihitung dengan cara :

TR = P x Q

Keterangan :

TR = Total penerimaan (Rp)

P = Harga barang (Rp/Kg)

Q = Jumlah produksi (Kg)

Pendapatan petani dari usahatani jagung dihitung dengan rumus

sebagai berikut :

Pd = TR – TC

Keterangan :

Pd = Pendapatan petani (Rp)

TR = Total penerimaan (Rp)

TC = Total biaya (Rp)

Pendapatan petani dianalisis berdasarkan biaya tunai dan biaya

tidak tunai atau biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai digunakan untuk

melihat seberapa besar likuiditas tunai yang dibutuhkan petani untuk

menjalankan kegiatan usahataninya. Biaya tidak tunai digunakan untuk

menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani jika penyusutan,

sewa lahan dan nilai kerja keluarga diperhitungkan.

2. Analisis Gini Rasio

Untuk mengetahui kemerataan distribusi penguasaan lahan dan

distribusi pendapatan menggunakan rumus Gini Rasio sebagai berikut :

a. Distribusi Penguasaan lahan

Indikator ketimpangan distribusi pemilikan dan penggarapan

tanah yang lazim digunakan adalah koefisien Gini (GR) yang formulanya

sebagai berikut : n

GR = 1- ∑ fi (Yi + Yi-1)

1

Page 44: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Keterangan :

Yi = proporsi jumlah rumah tangga kumulatif ke – i

Yi-1 = Yi sebelumnya

fi = frekuensi luas lahan yang dimiliki/digarap kumulatif ke – i

GR = Rasio Gini

Ketimpangan distribusi pemilikan dan penggarapan tanah perlu

dikaji, karena mengandung implikasi terhadap distribusi pendapatan,

terutama di wilayah dimana tingkat ketergantungan pendapatan

masyarakat terhadap pertanian land base yang sangat tinggi. Dalam

penelitian ini, dengan asumsi bahwa distribusi pemilikan dan

penggarapan tanah sangat berkorelasi positif dengan distribusi

pendapatan, patokan yang digunakan mengacu pada kriteria yang

dikembangkan oleh H. T. Oshima (1976).

Kriteria menurut H. T. Oshima :

GR ≤0,3 = ketimpangan distribusi penguasaan lahan rendah

0,3 < GR < 0,4 = ketimpangan sedang

GR ≥ 0,4 = ketimpangan tinggi

b. Distribusi Pendapatan

Untuk mengetahui kemerataan distribusi pendapatan

digunakan rumus Gini Rasio sebagai berikut :

n

GR = 1- ∑ fi (Yi + Yi-1)

1

Keterangan :

Yi = proporsi jumlah rumah tangga kumulatif ke – i

Yi-1 = Yi sebelumnya

fi = frekuensi pendapatan kumulatif ke – i

GR = Rasio Gini

Kriteria menurut H. T. Oshima :

GR ≤ 0,3 = ketimpangan distribusi pendapatan rendah

0,3 < GR < 0,4 = ketimpangan sedang

GR ≥ 0,4 = ketimpangan tinggi

Page 45: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

3. Analisis Regresi Linear Berganda

Menurut Sumodiningrat (2004) analisis regresi linier berganda

ialah suatu model regresi yang variabel terikatnya merupakan fungsi

linier dari dua variabel bebas atau lebih. Untuk mengetahui pengaruh

luas penguasaan lahan, biaya tenaga kerja, biaya saprodi, dan produksi

terhadap pendapatan usahatani jagung digunakan model fungsi

kepangkatan keuntungan, dengan rumus sebagai berikut :

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

Keterangan :

Y = Pendapatan (Rp)

b0 = Konstanta

X1 = Luas lahan (Ha)

X2 = Tenaga kerja (HKP)

X3 = Biaya saprodi (Rp)

X4 = Produksi (Kg)

b1, b2, b3, b4 = Koefisisen masing-masing variabel

e = error (kesalahan pengganggu)

a. Pengujian Model

1) Uji Asumsi Klasik

Uji pelanggaran asumsi klasik meliputi uji deteksi

multikolinearitas dan heteroskedastisitas. Hasil dari uji ini dapat

diketahui sebagai berikut :

a) Multikolinearitas

Uji deteksi multikolinearitas dilakukan dengan melihat

nilai Varians Inflation Factor (VIF), jika lebih dari 5 maka

variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas

dengan variabel bebas lainnya. Nilai VIF tidak ada yang

bernilai lebih besar dari 5, berarti bahwa antara variabel-

variabel bebas tidak terjadi multikolinearitas. Uji deteksi

multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai Pearson

Correlation (PC), jika lebih dari |0,8| maka variabel tersebut

Page 46: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel

lainnya. Nilai PC setelah di uji tidak ada yang melebihi |0,8|

maka antar variabel-variabel bebas tersebut tidak terjadi

multikolinearitas.

b) Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan melalui metode grafik

dengan melihat diagram pencar (scatterplot). Berdasarkan

analisis data, diketahui bahwa titik-titik yang ada dalam

diagram pencar (scatterplot) menyebar dan tidak membentuk

suatu pola tertentu yang berarti tidak terjadi hetetoskedastisitas

pada model regresi.

2) Uji adjusted R2

U Uji ini dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh

variabel-variabel bebas terhadap pendapatan. Nilai R2 mempunyai

range antara 0-1 atau (0 < R2

≤ 1). Semakin besar R2 (mendekati

satu) semakin baik hasil regresi tersebut (semakin besar pengaruh

variabel bebas terhadap variabel tak bebas), dan semakin

mendekati 0 maka variabel bebas secara keseluruhan semakin

kurang bisa menjelaskan variabel tidak bebas. Koefisien

deteminasi (R2) merupakan angka yang memberikan proporsi atau

persentase variasi total dalam variabel tak bebas (Y) yang

dijelaskan oleh variabel bebas (X).

3) Uji F

Pengujian terhadap pengaruh semua variabel independen

di dalam model dapat dilakukan dengan uji simultan (uji F).

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua

variabel independen yang terdapat dalam model secara bersama-

sama terhadap variabel dependen, uji F dihitung dengan rumus

sebagai berikut :

)/(

)1/(

kNTSS

kESSF

Page 47: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Keterangan :

ESS = Explained Sum of Square

= Jumlah kuadrat yang bisa dijelaskan atau variasi yang

bisa dijelaskan

TSS = Total Sum of Square

= Jumlah kuadrat total

k = Jumlah variabel

N = Jumlah sampel

Dengan hipotesis :

Ho : bi = 0

Hi : bi ≠ 0

Dengan tingkat signifikasi = 5% maka kriteria pengujian yang

digunakan sebagai berikut :

a) Jika Fhitung > Ftabel : Ho ditolak dan Hi diterima, yang berarti

variabel independen secara bersama-sama berpengaruh nyata

terhadap variabel dependen.

b) Jika Fhitung < Ftabel : Ho diterima dan Hi ditolak, yang berarti

variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh

nyata terhadap variabel dependen.

4) Uji t

Uji statistik t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh

pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual

dalam menerangkan variasi variabel dependen. Uji t ini dilakukan

dengan membandingkan t hitung dengan t tabel (Ghozali, 2011).

Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan statistik t, dimana

nilai t hitung dapat diperoleh dengan formula sebagai berikut:

)(biSe

bithitung

Dimana :

bi = koefisien regresi ke-i

Se (bi) = standard error koefisien regresi ke-i

Page 48: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Dengan hipotesis :

Ho : bi = 0

Hi : bi 0

Pada tingkat signifikasi = 5%, kriteria pengujian yang

digunakan sebagai berikut :

a) Jika t hitung > t tabel : Ho ditolak dan Hi diterima, yang

berarti variabel independen ke-i berpengaruh nyata secara

individual terhadap variabel dependen.

b) Jika t hitung < t tabel : Ho diterima dan Hi ditolak, yang

berarti variabel independen ke-i tidak berpengaruh nyata

secara individual terhadap variabel dependen.

Page 49: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1. Keadaan Geografis

Kabupaten Grobogan merupakan salah satu kabupaten di Jawa

Tengah yang memiliki luas wilayah sebesar 197.586,420 Ha dan merupakan

kabepaten terluas nomor dua setelah Kabupaten Cilacap. Secara administrati

Kabupaten Grobogan terdiri dari 19 (sembilan belas) kecamatan dan 280

desa/ kelurahan. Ditinjau secara letak geografis, wilayah Kabupaten

Grobogan terletak diantara 110o 15’ – 111

o 25’ BT dan 7

o -7

o 30’ LS.

Kabupaten Grobogan memiliki relief daerah berupa pegunungan kapur,

perbukitan, dan dataran di bagian tengahnya, secara topografi terbagi

kedalam 3 kelompok yaitu :

1. Daerah dataran rendah berada pada ketinggian sampai 50 meter di atas

permukaan air laut dengan kelerengan 0o - 8

o meliputi 6 kecamatan yaitu

Kecamatan Gubug, Tegowanu, Godong, Purwodadi, Grobogan sebelah

selatan dan Wirosari sebelah selatan.

2. Daerah perbukitan berada pada ketinggian antara 50 - 100 meter di atas

permukaan air laut dengan kelerengan 8o - 15

o meliputi 4 kecamatan yaitu

Kecamatan Klambu, Brati, Grobogan sebelah utara dan Wirosari sebelah

utara.

3. Daerah dataran tinggi berada pada ketinggian 100 - 500 meter di atas

permukaan air laut dengan kelerengan lebih dari 15o, meliputi wilayah

kecamatan yang berada di sebelah selatan dari wilayah Kabupaten

Grobogan.

Batas-batas wilayah Kabupaten Grobogan meliputi :

Sebelah Utara : Kabupaten Kudus, Kabupaten Demak, Kabupaten Pati,

dan Kabupaten Blora

Sebelah Selatan : Kabupaten Ngawi (Jawa Timur), Kabupaten Sragen,

Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Semarang

Sebelah Timur : Kabupaten Blora

Sebelah Barat : Kabupaten Semarang dan Kabupaten Demak

37

Page 50: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Kecamatan Toroh merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

Kabupaten Grobogan. Kecamatan Toroh terletak pada terdiri dari 16 desa

dengan luas wilayah 11.930,59 Ha. Kecamatan Toroh terletak pada

ketinggian 45 meter di atas permukaan laut. Batas – batas wilayah

Kecamatan Toroh adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Purwodadi

Sebelah Selatan : Kecamatan Geyer

Sebelah Timur : Kecamatan Pulokulon

Sebelah Barat : Kecamatan Penawangan

Desa Bandungharjo memiliki luas daerah 1.405,97 Ha dengan batas-

batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Desa Depok

Sebelah Selatan : Desa Jambangan

Sebelah Timur : Desa Genengsari dan Desa Tambirejo

Sebelah Barat : Desa Sindurejo

4.2. Keadaan Penduduk

Keadaan penduduk di Kecamatan Toroh meliputi penduduk menurut

jenis kelamin, penduduk menurut kelompok umur, keadaan penduduk

menurut tingkat pendidikan, keadaan penduduk menurut mata pencaharian

adalah sebagai berikut :

1. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Penggolongan penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat

memberikan gambaran tentang Angka Beban Tanggungan (ABT) dan sex

ratio (SR). Angka Beban Tanggungan (ABT) dapat diketahui dengan

membandingkan jumlah penduduk non produktif dengan penduduk

produktif. Penduduk usia belum produktif adalah penduduk yang berusia

0-14 tahun, sedangkan penduduk usia produktif adalah penduduk dengan

usia 15-64 tahun, dan penduduk tidak produktif adalah penduduk yang

memiliki usia lebih dari atau sama dengan 65 tahun. Sex ratio (SR) dapat

diketahui dengan membandingkan jumlah penduduk laki-laki dengan

jumlah penduduk perempuan.

Page 51: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Menurut data BPS Grobogan tahun 2012, jumlah penduduk

Kabupaten Grobogan dan Kecamatan Toroh menurut kelompok umur dan

jenis kelamin adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Grobogan dan Kecamatan Toroh

Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2011

No.

Kelom-

pok

Umur

(Thn)

Kabupaten Grobogan Kecamatan Toroh

Laki-

laki

(org)

Perem-

puan

(org)

Jml

(org)

Laki-

laki

(org)

Perem-

puan

(org)

Jml

(org)

1.

2.

3.

0-14

15-64

≥ 65

193.332

468.406

44.565

183.859

474.567

58.532

377.191

942.973

103.097

15.547

39.092

4.205

14.463

39.423

5.255

30.010

78.515

9.460

Jumlah 706.303 716.958 1.423.261 58.844 59.141 117.985

Sumber : BPS Kabupaten Grobogan, 2012

Berdasarkan data pada Tabel 4.1 jumlah penduduk usia produktif di

Kabupaten Grobogan dan Kecamatan Toroh adalah 942.973 orang dan

78.515 orang. Angka ini menunjukkan adanya sumber daya manusia yang

relatif besar untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di sektor

perekonomian wilayah tersebut, terutama sektor pertanian. Jumlah

penduduk usia produktif yang cukup besar akan menunjang keberhasilan

usahatani di daerah tersebut. Penduduk usia produktif masih

dimungkinkan adanya keinginan untuk meningkatkan ketrampilan dan

menambah pengetahuan dalam mengelola usahataninya serta penyerapan

teknologi baru untuk memajukan usahataninya, khususnya dalam hal

usahatani jagung.

Dari perhitungan ABT Kabupaten Grobogan didapatkan nilai ABT

sebesar 50,93 persen, artinya dalam setiap 100 orang penduduk usia

produktif di wilayah tersebut harus menanggung 50 orang penduduk usia

non produktif. Untuk Kecamatan Toroh besarnya nilai ABT adalah 33,45

persen sehingga 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung 33

orang usia non produktif.

Berdasarkan perhitungan sex ratio dapat diperoleh nilai sex ratio

(SR) di Kabupaten Grobogan sebesar 98, artinya jika di kabupaten tersebut

terdapat 100 orang penduduk perempuan maka terdapat 98 penduduk laki-

Page 52: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

laki. Sex ratio (SR) untuk Kecamatan Toroh adalah 99 sehingga jika ada

100 orang penduduk perempuan, maka terdapat 99 orang penduduk laki-

laki. Dalam hal ini jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada

jumlah penduduk laki-laki.

Perbedaan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan disuatu desa

juga menyebabkan perbedaan besarnya sex ratio atau rasio jenis kelamin.

Berikut ini menunjukkan jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Desa

Bandungharjo.

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Desa Bandungharjo,

Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan Tahun 2011

No. Jenis Kelamin Jumlah (orang)

1.

2.

Laki-laki

Perempuan

3.791

3.747

Jumlah 7.538

Sumber : BPS Kabupaten Grobogan, 2012

Berdasarkan data dari tabel di atas maka dapat dihitung bahwa

besarnya rasio jenis kelamin dari Desa Bandungharjo, Kecamatan Toroh,

Kabupaten Grobogan yaitu 101, yang artinya jika ada 100 orang penduduk

perempuan, maka terdapat 101 orang penduduk laki-laki di desa tersebut.

Dalam hal ini jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada penduduk

perempuan. Penduduk laki-laki dapat berperan aktif dalam dalam kegiatan

usahatani. Sehingga akan dapat mengurangi penggunaan tenaga kerja luar

keluarga.

2. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Menurut data BPS Kabupaten Grobogan tahun 2012, jumlah

penduduk menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Grobogan dan

Kecamatan Toroh adalah sebagai berikut :

Page 53: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Tabel 4.3. Komposisi Penduduk Kabupaten Grobogan dan Kecamatan

Toroh Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2011

No. Pendidikan

Kabupaten

Grobogan

Kecamatan

Toroh

Jumlah

(orang) %

Jumlah

(orang) %

1 Tdk/Blm Pernah

Sekolah 117.774 8,27 9.675 8,20

2 Tdk/Blm Tamat SD 424.548 29,83 30.324 25,70

3 Tamat SD/MI 509.438 35,79 45.157 38,27

4 Tamat SLTP 224.343 15,76 20.482 17,35

5 Tamat SLTA 119.447 8,39 10.576 8,96

6 Tamat Akademi/PT 27.711 1,96 1.771 1,52

JUMLAH 1.423.261 100,00 117.985 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Grobogan, 2012

Berdasarkan pada Tabel 4.3, dapat diketahui bahwa persentase

tingkat pendidikan terbesar di Kabupaten Grobogan dan Kecamatan

Toroh adalah tamat SD yaitu sebesar 35,79 persen untuk Kabupaten

Grobogan, dan untuk Kecamatan Toroh sebesar 38,27 persen. Persentase

tingkat pendidikan terkecil di Kabupaten Grobogan dan Kecamatan Toroh

adalah tamat Akademi/PT yaitu hanya sebesar 1,96 persen untuk

Kabupaten Grobogan, dan untuk Kecamatan Toroh sebesar 1,52 persen.

Angka ini menunjukkan bahwa penduduk di Kabupaten Grobogan

dan Kecamatan Toroh masih memiliki tingkat pendidikan yang rendah, hal

ini dapat dikarenakan berbagai alasan, salah satunya adalah masalah

ekonomi yang menyebabkan mereka tidak dapat meneruskan sekolah ke

tingkat yang lebih tinggi. Namun, dalam kegiatan pertanian yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sebagian besar dari mereka

mendapatkan pengetahuan usahatani secara turun temurun dan dari

pendidikan non formal seperti penyuluhan dan pelatihan.

Page 54: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Menurut data BPS Grobogan tahun 2011, jumlah penduduk di

Kecamatan Toroh dan Desa Bandungharjo menurut mata pencaharian

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4. Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan

Toroh dan Desa Bandungharjo, 2010

No. Mata

Pencaharian

Kecamatan Toroh Desa Bandungharjo

Jumlah(org) % Jumlah(org) %

1. Petani 20.747 17.80 1.477 19,59

2. Buruh Tani 17.902 15.35 1.487 19,73

3. Pedagang 4.567 3.92 193 2,56

4. Buruh Industri 1.293 1.12 110 1,46

5. Buruh Bangunan 3.792 3.25 289 3,83

6. Pemulung 199 0.10 6 0,08

7. Pengangkutan 681 0.60 16 0,21

8. PNS/TNI/POLRI 1.872 1.60 98 1,30

9. Pensiunan 1.042 0.90 31 4,11

10.

11.

Lain-lain

Belum Bekerja

15.478

49.147 13.26

42.10

435

3.391 5,77

42,36

Jumlah 116.729 100.00 7.538 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Grobogan, 2011

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang

bermata pencaharian pemulung merupakan mata pencaharian penduduk

paling kecil di Kecamatan Toroh yaitu sebesar 199 orang dan jumlah

petani sendiri dan buruh tani cukup besar jika dibandingkan dengan

penduduk dengan mata pencaharian yang lain yaitu sebesar 20.747 dan

17.902 orang. Di Desa Bandungharjo sendiri pekerjaan pemulung juga

paling kecil jumlahnya, yaitu hanya 6 orang atau sekitar 0,08 persen dari

total semua penduduk di Desa itu. Sama halnya dengan Kecamatan Toroh,

jumlah terbesar yaitu buruh tani yakni sebanyak 1.487 orang dan disusul

petani sebanyak 1477 orang. Banyaknya penduduk yang bekerja di bidang

pertanian, dapat dikarenakan banyaknya lahan pertanian di Kecamatan

Toroh dan juga di Desa Bandungharjo sehingga sebagian besar penduduk

melakukan kegiatan pertanian secara turun temurun.

Page 55: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

4.3. Kondisi Pertanian

1. Tata Guna Lahan

Tata guna lahan di Kabupaten Grobogan dibedakan menjadi dua,

yaitu lahan sawah dan lahan kering. Penggunaan lahan di Kecamatan

Toroh dan Desa Bandungharjo dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Tata Guna Lahan di Kecamatan Toroh dan Desa Bandungharjo

Tahun 2011

No. Tata Guna Lahan

Kecamatan

Toroh

Desa

Bandungharjo

Luas (Ha) % Luas (Ha) %

1.

2.

Lahan Sawah

a. Irigasi Teknis

b. Irigasi ½ Teknis

c. Irigasi Sederhana

d. Tadah Hujan

Lahan Kering

a. Pekarangan/Bangunan

b. Tegalan,Kebun&Ladang

c. Kolam/Tambak

d. Hutan Negara

e. Hutan Rakyat

f. Lain-lain

4.518,00

1.912,00

80,00

252,00

2.274,00

7.413,89

1.802,00

2.143,00

6,00

2.919,00

34,00

509,89

37,86

16,02

0,67

2,11

19,06

62,13

15,10

17,96

0.05

24,46

0,28

4,28

163,90

-

-

-

163,90

1.242,07

173,60

256,57

0,70

683,10

-

119,10

11,66

-

-

-

11,66

88,34

12,35

18,25

0.05

48,58

-

9,11

JUMLAH 11.931,89 100 1.405,97 100

Sumber : BPS Kabupaten Grobogan, 2012

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa penggunaan lahan terluas di

Kecamatan Toroh berupa lahan kering yang besarnya mencapai 7.413,89

ha atau sebesar 62,13 persen, yang sebagian besar digunakan untuk hutan

negara, yaitu seluas 2.919,00. Sedangkan penggunaan lahan sawah di

Kecamatan Toroh seluas 4.518,00 ha atau sebesar 37,86 persen, yang

sebagian besar berupa sawah tadah hujan, yaitu seluas 2.274,00 ha. Di

Desa Bandungharjo, penggunaan lahan terluas juga berupa lahan kering

seluas 1.242,07 ha atau sebesar 88,34 persen. Penggunaaan lahan sawah di

Desa Bandungharjo seluas 163,90 ha atau sebesar 11,66 persen yang

keseluruhannya berupa sawah tadah hujan. Luasnya lahan sawah tadah

hujan ini memungkinkan petani menanam jagung pada musim penghujan

atau pada awal musim penghujan.

Page 56: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

2. Produksi Tanaman Pangan

Produksi tanaman hasil pertanian di Kabupaten Grobogan dan

Kecamatan Toroh dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Grobogan dan

Kecamatan Toroh Tahun 2010

No

Jenis

Tanaman

Pangan

Kabupaten Grobogan Kecamatan Toroh

Luas

Panen(Ha)

Produksi

(ton)

Luas

Panen(Ha)

Produksi

(ton)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Padi

Jagung

Ubi Kayu

Ubi Jalar

Kacang Tanah

Kedelai

Kacang Hijau

104.526

131.103

1.487

120

1.129

32.893

22.065

663.785

708.013

22.036

1.295

1.441

78.164

23.842

6.017

15.080

25

5

28

4.944

19

36.368

81.171

362

34

35

11.877

20

Sumber : Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten

Grobogan, 2011

Dari Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa diantara tanaman pangan yang

diusahakkan di Kabupatn Grobogan dan di Kecamatan Toroh, jagung

merupakan komoditi yang paling banyak diusahakan. Luas panen jagung

pada tahun 2010 di Kabupaten Grobogan sebesar 131.103 ha, sedangkan

di Kecamatan Toroh luas panen jagung sebesar 15.080 ha. Produksi

jagung di Kabupaten Grobogan juga menduduki peringkat pertama, begitu

juga di Kecamatan Toroh produksi jagung menduduki peringkat pertama.

Produksi jagung pada tahun 2010 di Kabupaten Grobogan sebanyak

708.013 ton jagung pipil kering, sedangkan produksi jagung di Kecamatan

Toroh sebanyak 81.171 ton jagung pipil kering. Kondisi ini menunjukkan

bahwa Kabupaten Grobogan dan Kecamatan Toroh merupakan daerah

potensial penghasil jagung.

4.4. Kondisi Sarana Perekonomian

Jumlah sarana perekonomian yang ada di Kabupaten Grobogan dan

Kecamatan Toroh dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Page 57: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Tabel 4.7. Sarana Perekonomian di Kabupaten Grobogan dan Kecamatan

Toroh Tahun 2011

No. Sarana Kabupaten

Grobogan(unit)

Kecamatan

Toroh(unit)

1.

2.

3.

4.

KUD (Koperasi Unit Desa)

Bank Umum

BPR (Bank Perkreditan Rakyat)

Pasar

a. Umum

b. Desa

c. Hewan

24

33

32

28

68

9

2

3

3

2

2

1

Sumber : BPS Kabupaten Grobogan, 2012

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa sarana perekonomian

yang paling banyak terdapat di Kabupaten Grobogan dan Kecamatan Toroh

adalah pasar. Di Kabupaten Grobogan terdapat 28 pasar umum, 68 pasar desa

dan 9 pasar hewan, sedangkan di Kecamatan Toroh terdapat 2 pasar umum

dan 2 pasar desa. Pasar merupakan sarana perekonomian yang penting,

karena pasar merupakan tempat terjadinya transaksi jual beli, khususnya

untuk jual beli hasil pertanian. Koperasi Unit Desa (KUD) yang terdapat di

Kabupaten Grobogan sebanyak 24 unit, sedangkan di Kecamatan Toroh

terdapat 2 unit. KUD berperan penting dalam penyediaan saprodi dan tempat

jual beli hasil pertanian. Sarana perekonomian yang tidak kalah pentingnya

adalah Bank, baik Bank Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat. Di

Kabupaten Grobogan terdapat 33 Bank Umum dan 32 Bank Perkerditan

Rakyat, sedangkan di Kecamatan Toroh terdapat 2 Bank Umum dan 2 Bank

Perkreditan Rakyat. Peran bank sangat penting dalam penyaluran modal bagi

petani. Bank yang memberikan bunga pinjaman yang ringan sangat

memudahkan petani untuk mendapatkan modal, untuk menjalankan

usahataninya.

Page 58: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

V. HASIL PENELITIAN

5.1. Identitas Responden

Identitas petani sampel atau responden merupakan gambaran secara

umum tentang keadaan responden yang meliputi umur, pendidikan formal,

jumlah anggota keluarga, rata-rata luas lahan garapan. Adapun identitas

responden pada usahatani jagung di Desa Bandungharjo, Kecamatan Toroh,

Kabupaten Grobogan dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Identitas Petani Sampel Usahatani Jagung MT Agustus-

November 2011 di Desa Bandungharjo, Kecamatan Toroh,

Kabupaten Grobogan

No. Identitas Petani Keterangan

1.

2.

3.

4.

6.

7.

Jumlah petani sampel (orang)

Rata-rata umur (th)

Pendidikan

a. Tidak tamat SD

b. SD (orang)

c. SLTP (orang)

d. SLTA (orang)

e. Perguruan Tinggi (orang)

f. Tidak Sekolah

Rata-rata jumlah anggota keluarga (orang)

Rata-rata jumlah anggota yang aktif dalam

usahatani

Rata-rata luas lahan garapan (Ha)

60

47

21

28

7

2

-

2

4

2

0,74

Sumber : Analisis Data Primer

Tabel 5.1 di atas menunjukkan bahwa rata-rata umur petani

responden adalah 47 tahun, sehingga dapat dikatakan bahwa petani

responden termasuk dalam kelompok usia produktif. Hal ini menunjukkan

bahwa para petani tersebut masih mempunyai produktivitas kerja yang

tinggi karena tenaga yang dimiliki dan kemampuan untuk bekerja masih

cukup besar.

Tingkat pendidikan dari petani responden sebagian besar hanya

tamat SD yaitu sebanyak 28 orang, tidak tamat SD sebanyak 21, tamat SLTP

sebanyak 7 orang, tamat SLTA sebanyak 2 orang dan tidak sekolah

sebanyak sebanyak 2 orang. Tingkat pendidikan mempengaruhi sikap petani

46

Page 59: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

dalam mengambil keputusan terhadap berbagai teknologi dan inovasi baru

yang telah dikembangkan terutama untuk peningkatan usahatani yang

dijalankannya. Dengan tingkat pendidikan yang cenderung rendah, maka

para petani dalam mengelola usahataninya kebanyakan mengandalkan

pengalaman. Pengalaman merupakan faktor penting dalam berusahatani,

karena pengalaman seseorang dapat berpengaruh terhadap pekerjaan yang

sekarang dilakukan. Dengan belajar dari pengalaman yang dimiliki, petani

mendapatkan pengetahuan baik teori maupun praktek untuk memperlancar

usahataninya. Petani yang memiliki pengalaman lebih lama akan lebih

memahami situasi dan kondisi usahataninya, sehingga akan lebih mudah

dalam mengelola resiko kegagalan usahataninya. Umur, pendidikan dan

pengalaman yang dimiliki petani akan berpengaruh terhadap pola pikir, cara

kerja dan kemampuan petani dalam menerima informasi dan menyerap

teknologi, serta berpengaruh pula dalam pengambilan keputusan dalam

usahatani untuk meningkatkan pendapatan usahaninya.

Rata-rata jumlah anggota keluarga petani responden yaitu 4 orang.

Jumlah anggota yang tidak begitu besar menunjukkan bahwa petani

responden termasuk keluarga kecil. Rata-rata jumlah anggota keluarga yang

aktif dalam usahatani yaitu hanya 2 orang. Rata-rata anggota keluarga yang

aktif dalam usahatani adalah ayah dan ibu, sedangkan sebagian besar anak

petani bekerja sebagai buruh maupun wiraswasta di luar kota. Namun juga

ada anak petani yang juga ikut membantu dalam kegiatan usahatani.

Sedikitnya anggota keluarga yang aktif dalam usahatani menyebabkan

petani sering menggunakan tenaga luar untuk membantu pekerjaan

pertaniannya.

Rata-rata luas lahan garapan dari petani responden yaitu sebesar

0,74 ha. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan, petani responden

merupakan golongan petani berlahan sedang. Menurut Hernanto (1991),

golongan petani berlahan sedang adalah para petani yang mempunyai lahan

pertanian 0,5 ha sampai 1 ha.

Page 60: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

5.2. Analisis Usahatani Jagung

1. Penggunaan Sarana Produksi dan Tenaga Kerja Usahatani Jagung

a. Penggunaan Sarana Produksi pada Usahatani Jagung

Macam dan jumlah sarana produksi yang digunakan dalam

usahatani akan menentukan hasil yang diperoleh, oleh karena itu

kombinasi dalam penggunaan sarana produksi harus tepat untuk

memperoleh hasil yang maksimal. Sarana produksi yang digunakan

dalam usahatani jagung meliputi benih, pupuk Urea, pupuk

Phonska, dan pupuk SP36. Rata-rata penggunaan sarana produksi

pada usahatani jagung dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.2. Rata-rata Penggunaan Sarana Produksi Pada Usahatani

Jagung MT Agustus – November 2011 di Desa

Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan

No. Sarana Produksi Per Usahatani Per Hektar 1. 2. 3. 4. 5.

Luas lahan garapan (Ha) Benih (kg) Pupuk Urea (kg) Pupuk Phonska (kg) Pupuk SP36 (kg)

0,74 8,13

124,17 33,5

141,25

1,00 10,94

166,95 40,04

189,92

Sumber : Analisis Data Primer

Berdasarkan pada Tabel 5.2, dapat diketahui bahwa rata-rata

penggunaan sarana produksi pada usahatani di Desa Bandungharjo

Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan dengan luas lahan per

usahatani seluas 0,74 ha menggunakan benih sebanyak 8,13 kg per

usahatani atau 10,94 kg per ha. Benih yang digunakan dalam

usahatani jagung ini yaitu jenis P21. Para petani memilih benih jenis

P21 dikarenakan hasil produksi yang dianggap lumayan tinggi serta

cocok dengan kondisi lahan yang rata-rata lahan tadah hujan.

Pupuk Urea yang diperlukan per usahatani sebanyak 124,16

kg atau 166,95 kg per ha. Pupuk Phonska yang diperlukan per

usahatani sebanyak 33,5 kg atau 40,04 kg per ha, penggunaan pupuk

SP36 per usaha tani sebanyak 141,25 kg atau 189,92 kg per ha.

Dosis penggunaan pupuk yang diberikan oleh petani ini berbeda-

Page 61: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

beda karena selain pertimbangan harga pupuk, juga karena kebiasaan

dari para petani dalam pemberian dosis pupuk. Dari ketiga pupuk

yang digunakan pupuk SP36 merupakan pupuk yang paling banyak

digunakan, hal ini dikarenakan sudah menjadi kebiasaan petani di

Desa Bandungharjo dalam pemberian pupuk SP36 paling banyak

daripada pupuk yang lain, mereka percaya bahwa dengan begitu

hasil dari usahatani jagung dapat maksimal. Kebalikannya, pupuk

phonska yang paling sedikit digunakan, hal ini dikarenakan selain

memang kebutuhan dari pupuk Phonska sendiri yang relatif sedikit

juga karena harga pupuk Phonska yang lebih mahal dibanding pupuk

lain yang mereka gunakan dalam usahatani jagung. Menurut

rekomendasi dosis pupuk yang dianjurkan oleh dinas pertanian

Kabupaten Grobogan yaitu 300 kg Urea, 200 kg SP36 dan 100 kg

Phonska untuk setiap hektar. Pemberian pupuk dilakukan secara

berkala yaitu tiga kali pemberian pupuk dalam satu musim tanam.

Pemberian pupuk pertama dilakukan pada saat mulai tanam, hal ini

bertujuan sebagai starter atau pupuk awal, selanjutnya pemberian

kedua pada saat tanaman berumur empat minggu dan pemberian

pupuk yang terakhir diberikan petani pada saat tanaman berumur

delapan minggu.

b. Penggunaan Tenaga Kerja pada Usahatani Jagung

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang juga

sangat penting dalam usahatani jagung. Tenaga kerja terdiri dari

tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar, tenaga kerja luar

membantu petani dalam melaksanakan berbagai kegiatan dalam

usahataninya. Rata-rata penggunaan tenaga kerja pada usahatani

jagung dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Page 62: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Tabel 5.3. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja pada Usahatani

Jagung MT Agustus – November 2011 di Desa

Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan

No. Keterangan TKD (HKP) TKL (HKP) Jumlah (HKP)

Per UT Per Ha Per UT Per Ha Per UT Per Ha

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Pengolahan tanah

Penanaman

Pemupukan

Penyiraman

Penyulaman

Pemanenan

3,43

2,52

3,00

3,93

2,38

2,71

4,62

3,38

4,03

5,24

3,20

3,64

1,40

3,90

0,90

1,00

0,68

3,99

1,88

5,24

1,21

1,34

0,92

5,36

4,83

6,42

3,90

4,93

3,06

6,70

6,50

8,62

5,24

6,58

4,12

9,00

JUMLAH 17,97 24,11 12,77 15,95 30,74 40,06

Sumber: Analisis Data Primer

Keterangan: TKD : Tenaga Kerja Dalam/Keluarga

TKL : Tenaga Kerja Luar

HKP : Hari Kerja Pria

UT : Usahatani

Perhitungan penggunaan tenaga kerja dalam penelitian

usahatani menggunakan satuan Hari Kerja Pria (HKP). Tenaga kerja

yang ada di daerah penelitian dalam satu hari bekerja kurang lebih

selama 8 jam, upah yang diterima adalah Rp.40.000,00 untuk tenaga

pria dan Rp.35.000,00 untuk tenaga wanita. Berdasarkan Tabel 5.3 di

atas dapat diketahui bahwa rata-rata penggunaan tenaga kerja pada

usahatani jagung di Desa Bandungharjo, Kecamatan Toroh,

Kabupaten Grobogan adalah sebesar 30,74 HKP per usahatani atau

40,06 HKP per ha. Penggunaan tenaga kerja dalam/keluarga lebih

besar daripada penggunaan tenaga kerja luar, yaitu sebesar 17,97

HKP per usahatani atau 24,11 HKP per ha. Sedangkan rata-rata

penggunaan tenaga kerja luar yaitu sebanyak 12,77 HKP per

usahatani atau 15,95 HKP per ha. Kegiatan pemanenan

membutuhkan tenaga kerja paling banyak, yaitu sebanyak 6,70 HKP

per usahatani atau 9 HKP per ha. Hal ini dikarenakan proses

pemanenan yang dilakukan petani terdiri dari pemetikan jagung,

hingga pelangsiran atau pengangkutan jagung dari lahan menuju

kendaraan yang digunakan untuk mengangkut jagung. Sebaliknya

kegiatan penyulaman membutuhkan tenaga kerja paling sedikit, yaitu

sebanyak 3,06 HKP per usahatani atau 4,12 HKP per ha. Sedikitnya

Page 63: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan penyulaman

dikarenakan, jarang atau tidak banyak tanaman yang rusak atau mati

pada saat penanaman, sehingga petani tidak memerlukan banyak

tenaga kerja untuk kegiatan penyulaman.

2. Usahatani Jagung

a. Biaya Usahatani Jagung

Biaya adalah sejumlah nilai uang yang dikeluarkan oleh petani

untuk membiayai kegiatan usahataninya yang meliputi biaya sarana

produksi, biaya tenaga kerja, dan biaya lain-lain. Konsep biaya yang

digunakan dalam analisis ini adalah biaya mengusahakan. Biaya

mengusahakan terdiri dari biaya alat-alat luar yang ditambah dengan

upah tenaga kerja keluarga sendiri, yang diperhitungkan berdasarkan

upah yang dibayarkan kepada tenaga luar.

1). Biaya Sarana Produksi

Macam sarana produksi serta besar biayanya dapat dilihat

pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4. Rata-rata Biaya Sarana Produksi pada Usahatani Jagung

MT Agustus – November 2011 di Desa Bandungharjo,

Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan

No Macam Sarana

Produksi

Biaya

Per Usahatani (Rp)

Biaya

Per Hektar (Rp)

1. Benih 516.983,33 695.103,64

2. Pupuk Urea 220.266,67 296.156,86

3.

4.

Pupuk Phonska

Pupuk SP36

77.075,00

304.716,67

103.630,25

409.703,08

JUMLAH 1.119.041,67 1.504.593.83

Sumber : Analisis Data Primer

Berdasarkan data pada Tabel 5.4, dapat diketahui bahwa

rata-rata biaya sarana produksi pada usahatani jagung

Rp.1.504.593,83/ha/MT. Dari berbagai macam sarana produksi

yang digunakan, biaya sarana produksi paling besar digunakan

yaitu untuk membeli benih. Biaya yang harus dikeluarkan untuk

pembelian benih sebesar Rp.695.103,64/ha/MT. Benih yang

digunakan dalam usahatani jagung ini jenis P21 dengan harga rata-

Page 64: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

rata yang dibeli oleh petani sebesar Rp.64.000,00/Kg. Biaya yang

dikeluarkan untuk pembelian pupuk Urea sebesar

Rp.296.156,86/ha/MT dengan per kilogramnya sebesar

Rp.1.800,00. Biaya untuk pembelian pupuk Phonska sebesar

Rp.103.630,25/ha/MT, dan untuk pembelian pupuk SP36 sebesar

Rp.409.703,08/ha/MT dengan masing-masing harga per

kilogramnya sebesar Rp.2.300,00 untuk Phonska dan Rp.2.100,00

untuk SP36. Biaya pembelian pupuk Phonska merupakan biaya

sarana produksi yang paling kecil yaitu hanya sebesar

Rp.103.630,25/ha/MT, Hal ini karena disamping harga pupuk yang

mahal juga karena dosis yang digunakan untuk pupuk Phonska

hanya sedikit.

Pembelian sarana produksi diatas biasanya dibeli petani di

kelompok tani ataupun agen-agen saprodi di Kecamatan Toroh.

Harga pembelian sarana produksi merupakan harga subsidi dari

pemerintah, sehingga petani masih bisa mendapatkan sarana

produksi dengan harga terjangkau.

2). Biaya Tenaga Kerja Usahatani Jagung

Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani jagung terdiri

dari tenaga kerja dari dalam keluarga dan tenaga kerja dari luar.

Rata-rata biaya penggunaan tenaga kerja pada usahatani jagung

dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja pada Usahatani Jagung

MT Agustus – November 2011 di Desa Bandungharjo,

Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan

No. Keterangan Per Usahatani (Rp) Per Hektar (Rp)

1. Pengolahan tanah 239.833,33 322.464,99

2. Penanaman 237.312,50 319.075,63

3. Pemupukan 156.000,00 209.747,90

4. Penyiraman 197.333,33 265.322,13

5. Penyulaman 120.266,66 161.703,08

6. Pemanenan 248.645,83 334.313,73

JUMLAH 1.199.391,65 1.612.627,46

Sumber : Analisis Data Primer

Page 65: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Upah tenaga kerja per hari kerja pada usahatani jagung di

Desa Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan ini

sebesar Rp.40.000,00 untuk tenaga kerja pria, dan Rp.35.000,00

untuk tenaga kerja wanita. Oleh karena itu perbandingan tenaga

kerja pria dibandingkan tenaga kerja wanita adalah 8:7.

Berdasarkan tabel 5.5, Total biaya tenaga kerja yang

digunakan adalah sebesar Rp.1.612.627,46/ha/MT, kegiatan

pemanenan merupakan komponen biaya yang paling besar, yaitu

membutuhkan biaya sebesar Rp.334.313,73/ha/MT. Biaya panen

menjadi biaya tenaga kerja paling besar karena seperti yang sudah

dijelaskan sebelumnya karena kegiatan pemanenan membutuhkan

paling banyak tenaga kerja, sehingga biaya yang dikeluarkanpun

menjadi besar. Sebaliknya biaya tenaga kerja paling sedikit

dikeluarkan untuk kegiatan penyulaman yaitu sebesar

Rp.161.703,08/ha/MT, karena tenaga kerja yang dibutuhkan juga

sedikit.

3). Biaya Lain-lain pada Usahatani Jagung

Komponen biaya lain-lain yang dikeluarkan petani pada

usahatani jagung dapat dilihat pada Tabel 5.6, berikut ini.

Tabel 5.6. Rata-rata Biaya Lain-lain pada Usahatani Jagung MT

Agustus – November 2011 di Desa Bandungharjo,

Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan

No. Macam biaya Per usahatani

(Rp)

Per hektar

(Rp)

1. Biaya pajak tanah 20.833,33 28.011,20

2. Biaya pengangkutan 56.666,67 76.190,48

3. Biaya pemipilan 213.300,00 286.789,92

JUMLAH 290.800,00 390.991,60

Sumber : Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 5.6 diatas, dapat diketahui bahwa biaya

lain-lain yang dikeluarkan petani adalah sebesar

Rp.390.991,60/ha/MT. Biaya lain-lain ini terdiri dari pajak tanah

Rp.28.011,20/ha/MT, biaya pengangkutan hasil panen atau biaya

Page 66: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

yang dikeluarkan petani untuk sewa mobil angkut yaitu sebesar

Rp.76.190,48/ha/MT dan biaya pemipilan sebesar

Rp.286.789,92/ha/MT. Biaya pajak tanah dibayar oleh petani

berbeda-beda, berdasarkan luas lahan, lahan lokasi lahan, kondisi

lahan, topografi, kesuburan dan ketersedian saluran irigasi yang

dimiliki. Semakin luas dan semakin strategis lokasi lahan, maka

pajak akan lebih tinggi. Biaya pengangkutan juga berbeda-beda

untuk tiap petani, hal ini berdasarkan jarak lokasi dengan pasar

ataupun gudang penyimpanan. Pemipilan jagung di Desa

Bandungharjo rata-rata menggunakan mesin yang tarif yang

dikenakan untuk setiap karung yaitu rata-rata berisi 40 kg dihargai

Rp.3.000,00.

4). Biaya Total Usahatani Jagung

Biaya total yang dikeluarkan dalam usahatani jagung dapat

dilihat pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7. Rata-rata Biaya Total Usahatani Jagung MT Agustus –

November 2011 di Desa Bandungharjo, Kecamatan

Toroh, Kabupaten Grobogan

No. Macam biaya Per usahatani

(Rp)

Per hektar

(Rp)

1. Biaya Saprodi 1.119.041,67 1.504.593,83

2. Biaya Tenaga Kerja 1.199.391,65 1.612.627,46

3. Biaya Lain-lain 290.800,00 390.991,60

JUMLAH 2.609.133,32 3.508.212,89

Sumber : Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 5.7 diatas, dapat diketahui bahwa biaya

usahatani jagung terdiri dari biaya pengadaan sarana produksi yaitu

sebesar Rp.1.504.593,83/ha/MT, biaya untuk tenaga kerja sebesar

Rp.1.612.627,46/ha/MT, dan pengeluaran untuk biaya lain-lain

sebesar Rp.390.991,60/ha/MT. Jadi, biaya total yang dikeluarkan

petani dalam mengusahakan jagung adalah sebesar

Rp.3.508.212,89/ha/MT. Pengeluaran biaya yang paling besar

adalah untuk biaya tenaga kerja. Hal ini dikarenakan selama proses

Page 67: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

produksi, yaitu mulai dari pengolahan tanah sampai pemanenan

membutuhkan banyak tenaga kerja yaitu tenaga kerja dari

dalam/keluarga dan juga tenaga kerja dari luar keluarga, sehingga

biaya upah tenaga kerja yang dikeluarkan juga besar.

b. Penerimaan Total Usahatani Jagung

Penerimaan merupakan hasil perkalian dari produksi usahatani

dengan harga per satuan. Rata-rata penerimaan usahatani jagung di

Desa Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan dapat

dilihat pada Tabel 5.8 berikut ini.

Tabel 5.8. Rata-rata Penerimaan Total Usahatani Jagung MT Agustus

– November 2011 di Desa Bandungharjo, Kecamatan

Toroh, Kabupaten Grobogan

No. Keterangan Per usaha tani Per hektar

1. Produksi (kg) 2.857,17 3.841,57

2. Harga Produksi (Rp/kg) 2.485,00 2.485,00

3. Penerimaan (Rp) 7.100.067,45 9.546.301,45

Sumber : Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 5.8, dapat diketahui bahwa produksi jagung

yang diperoleh petani adalah 3.841,57 kg/ha, dengan harga jagung per

kilogramnya Rp.2.485,00, sehingga diperoleh penerimaan petani pada

usahatani jagung sebesar Rp.9.546.301,45/ha/MT. Penerimaan yang

diperoleh petani merupakan hasil perkalian dari jumlah produksi

jagung dengan harga jagung per satuan. Harga jagung tersebut

merupakan harga jagung kering pipilan yang setiap musim harganya

bisa berubah.

c. Pendapatan Usahatani Jagung

Rata-rata pendapatan petani dari hasil usahatani jagung di Desa

Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan dapat dilihat

dari Tabel 5.9.

Page 68: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Tabel 5.9. Rata-rata Pendapatan Usahatani Jagung MT Agustus –

November 2011 di Desa Bandungharjo, Kecamatan Toroh,

Kabupaten Grobogan

No. Keterangan Per usaha tani

(Rp)

Per hektar

(Rp)

1. Penerimaan usahatani 7.100.067,45 9.546.301,45

2. Biaya usahatani 2.609.133,32 3.508.212,89

3. Pendapatan usahatani 4.490.934,13 6.038.088,56

Sumber : Analisis Data Primer

Pendapatan petani merupakan ukuran penghasilan yang diterima

oleh petani dari usahataninya yang dihitung dari selisih antara

penerimaan dengan biaya untuk produksi yang digunakan dalam

usahatani. Berdasarkan Tabel 5.9, dapat diketahui bahwa rata-rata

penerimaan usahatani jagung sebesar Rp.9.546.301,45/ha/MT dengan

biaya usahatani sebesar Rp.3.508.212,89/ha/MT, sehingga diperoleh

rata-rata pendapatan usahatani jagung sebesar Rp.6.038.088,56/ha/MT.

5.3. Distribusi Penguasaan Lahan

Distribusi penguasaan lahan petani jagung dapat dilihat dari

perhitungan Nilai Gini Rasio di bawah ini.

Tabel 5.10. Data Penguasaan Lahan Petani Jagung MT Agustus –

November 2011 di Desa Bandungharjo, Kecamatan Toroh,

Kabupaten Grobogan

No. Rata-rata Luas

Lahan (Y) (Ha) Proporsi Y dalam Kelas

Kelas

Pendapatan (%)

1.

2.

3.

4.

5.

2,225 3,700 6,650

12,550 19,500

0,04985994

0,08291317

0,14901961

0,28123249

0,43697479

20

20

20

20

20

Jmlh 44,625 1 100

Sumber :Analisis Data Primer

Page 69: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Tabel 5.11. Perhitungan Nilai Gini Rasio Penguasaan Lahan

No. fi Y Yi Yi-1 Yi+(Yi-1) Fi(Yi+(Yi-1))

1

2

3

4

5

0,2

0,2

0,2

0,2

0,2

0,04985994

0,08291317

0,14901961

0,28123249

0,43697479

0,04985994

0,13277311

0,28179272

0,56302521

1

-

0,04985994

0,13277311

0,28179272

0,56302521

0,04985994

0,18263305

0,41456583

0,84481793

1,56302521

0,00997199

0,03652661

0,08291317

0,16896359

0,31260504

∑ 0,61098039

Sumber : Analisis Data Primer

n

GR = 1- ∑ fi (Yi + Yi-1)

1

= 1- 0,61098039

= 0,38901961

= 0,389

Gambar 5.1. Kurva Lorentz Penguasaan Lahan

Dari hasil analisis distribusi penguasaan lahan pada Tabel 5.11,

maka diketahui nilai Gini Rasio untuk penguasaan lahan petani jagung di

Desa Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan sebesar 0,389.

Hal ini menunjukkan bahwa terjadi ketimpangan distribusi penguasaan

lahan masuk dalam kriteria sedang, karena menurut H.T. Oshima apabila

nilai dari perhitungan Gini Rasio diperoleh angka diantara 0,3-0,4 maka

termasuk ketimpangan sedang. Sehingga dengan masih adanya ketimpangan

penguasaan lahan dapat mempengaruhi kesejahteraan petani berlahan

sempit. Selain itu ketimpangan penguasaan lahan oleh para petani juga dapat

Page 70: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

dilihat dari Gambar 5.1, yaitu kurva lorentz dari penguasaan lahan yang

derajatnya jauh dari garis diagonal (garis kemerataan sempurna).

5.4. Distribusi Pendapatan

Distribusi pendapatan petani jagung beserta pemerataannya dapat

dilihat dari perhitungan Nilai Gini Rasio di bawah ini.

Tabel 5.12. Data Sampel Pendapatan Petani Jagung MT Agustus –

November 2011 di Desa Bandungharjo, Kecamatan Toroh,

Kabupaten Grobogan

No. Jumlah Petani

Sampel

Rata-rata Pendapatan

Petani (Y) (Rp)

Proporsi Y

dalam Kelas

Kelas

Pendapatan (%)

1.

2.

3.

4.

5.

12

12

12

12

12

12173500,00

23244333,33

42776333,33

80351416,67

124099416,67

0,04306993

0,08223861

0,15134297

0,28428388

0,43906461

20

20

20

20

20

Jmlh 60 282645000,00 1 100

Sumber : Analisis Data Primer

Tabel 5.13. Perhitungan Nilai Gini Rasio Pendapatan

No. fi Y Yi Yi-1 Yi+(Yi-1) fi(Yi+(Yi-1))

1.

2.

3.

4.

5.

0,2

0,2

0,2

0,2

0,2

0,04306993

0,08223861

0,15134297

0,28428388

0,43906461

0,04306993

0,12530854

0,27665151

0,56093539

1

-

0,04306993

0,08223861

0,15134297

0,28428388

0,04306993

0,12530854

0,23358158

0,43562685

0,72334849

0,00861399

0,03367569

0,08039201

0,16751738

0,31218708

∑ 0,60238625

Sumber : Analisis Data Primer

n

GR = 1- ∑ fi (Yi + Yi-1)

1

= 1- 0,60238625

= 0,39761385

= 0,398

Page 71: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Gambar 5.2. Kurva Lorenz Pendapatan

Perhitungan Gini Rasio menghasilkan angka sebesar 0,398, ini

berarti terjadi ketimpangan distribusi pendapatan yang diterima oleh para

petani jagung di Desa Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten

Grobogan. Besarnya angka Gini Rasio melebihi 0,398 menurut H.T. Oshima

mengindikasikan bahwa terjadi ketimpangan distribusi pendapatan yang

masuk dalam kategori sedang. Selain itu ketimpangan pendapatan para

petani juga dapat dilihat dari gambar kurva lorentz dari pendapatan yang

disitu terlihat derajat dari kurva lorentz jauh dari garis diagonal (garis

kemerataan sempurna). Dengan demikian berarti belum ada pemerataan

pendapatan antar petani.

5.5. Analisis Regresi Linear

Hasil analisis data dilakukan terhadap variabel-variabel yang diduga

mempengaruhi pendapatan petani jagung. Variabel yang dianalisis dalam

model terdapat 4 variabel, variabel tersebut antara lain adalah luas lahan,

tenaga kerja, biaya saprodi, dan produksi. Analisis variabel-variabel yang

mempengaruhi pendapatan petani jagung di Desa Bandungharjo, Kecamatan

Toroh, Kabupaten Grobogan diestimasi menggunakan model persamaan

berikut :

Y= b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

Data yang telah dianalisis menggunakan analisis regresi linier

dengan program SPSS di dapat persamaan adalah sebagai berikut :

Page 72: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Y = -1,559 x 106 + 887.509,074

X1 + 50.828,860 X2 + 0,712 X3 +

1.116,042 X4

Tabel 5.14. Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Pendapatan

Uji t

Variabel Koefisien regresi t hitung Sig

Luas Lahan (X1)

Tenaga Kerja (X2)

887.509,074

50.828,860

1,142

2,311

0,258ns

0,025**

Biaya Saprodi (X3) 0,712 2,230 0,030**

Produksi (X4) 1.116,042 4,295 0,000***

Sumber : Analisis Data Primer

R = 0,892

adjusted R2 = 0,795

F = 0,000***

Keterangan :

***) signifikan pada tingkat kepercayaan 99%

**) signifikan pada tingkat kepercayaan 95%

ns) tidak signifikan pada tingkat kepercayaan 95%

Dari persamaan model diatas, menunjukkan bahwa variabel

luas(X1) lahan dan produksi(X4) terjadi multikolonearitas. Salah satu cara

yang dapat digunakan untuk mengmengobati multikolinearitas yaitu dengan

mengeluarkan satu atau lebih variabel independen yang mempunyai korelasi

tinggi dari model regresi dan identifikasikan variabel independen lainnya

untuk membantu prediksi (Ghozali, 2009).

Variabel produksi dikeluarkan, sehingga diperoleh model

persamaan yang baru adalah sebagai berikut:

Y = -953.116,271 + 3,186 x 106 X1 + 69.352,637 X2 + 1.036 X3

Untuk mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhi

pendapatan usahatani jagung di Desa Bandungharjo, Kecamatan Toroh,

Kabupaten Grogogan dilakukan pendekatan antara lain :

1) Uji Asumsi Klasik

Uji pelanggaran asumsi klasik meliputi uji deteksi

multikolinearitas dan heteroskedastisitas. Hasil dari uji ini dapat diketahui

sebagai berikut :

Page 73: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

a) Multikolinearitas

Nilai VIF tidak ada yang bernilai lebih besar dari 5 Dengan

demikian namun, nilai PC (Pearson Corelation) setelah di uji ada

yang melebihi |0,8| maka antar variabel-variabel bebas tersebut

terjadi multikolinearitas. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui

bahwa nilai Pearson Corelation diketahui bahwa nilai terbesar dari

keseluruhan korelasi antara variabel-variabel bebas adalah 0,843,

dengan nilai ini dapat diartikan bahwa dalam model diindikasikan

terdapat multikolinearitas karena besarnya korelasi antara veriabel

luas lahan dan variabel produksi melebihi nilai 0,80. Dalam bidang

ekonomi, hampir tidak mungkin terdapat variabel yang tidak

berhubungan satu sama lain. Sama halnya dalam penelitian ini,

apabila terjadi peningkatan luas lahan, maka akan terjadi pula

peningkatan produksi. Karena dengan lahan yang semakin luas, maka

semakin banyak pula kemungkinan jagung yang dapat ditanam

sehingga produksi akan semakin tinggi.

Multikolinearitas ini perlu dilakukan pengobatan untuk

mengatasi multikolinearitas tersebut, salah satunya dengan

mengeluarkan salah satu atau lebih variabel independen. Karena luas

lahan merupakan variabel pokok atau dasar dari usahatani, maka

dipilih variabel produksi untuk dikeluarkan dari model sehingga

diperoleh model baru yaitu:

Y = -953.116,271 + 3,186 x 106 X1 + 69.352,637 X2 + 1.036 X3

Berdasarkan Matriks Pearson Corelation dalam hasil regresi

model baru, maka diperoleh bahwa nilai Pearson Corelation antar

variabel-variabel bebas terbesar adalah sebesar 0,663 ini berarti sudah

tidak ada yang bernilai lebih dari 0,8, sehingga dapat disimpulkan

bahwa dalam model baru tidak terdapat multikolinearitas.

b) Heteroskedastisitas

Berdasarkan analisis data, diketahui bahwa titik-titik yang ada

dalam diagram pencar (scatterplot) menyebar dan tidak membentuk

Page 74: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

suatu pola tertentu yang berarti tidak terjadi hetetoskedastisitas pada

model regresi.

2) Uji adjusted R2

Nilai uji koefisien relasi guna melihat hubungan kekuatan antar

variabel bebas dalam persamaan regresi. Nilai uji koefisien relasi dalam

regresi ditunjukkan dengan nilai R. Nilai uji koefisien relasi pada uji

regresi yakni sebesar 0,852, yang artinya bahwa hubungan antara variabel

bebas yaitu luas lahan, tenaga kerja, dan variabel biaya saprodi memiliki

hubungan yang sangat kuat.

Nilai koefisien determinasi berguna untuk melihat ketepatan

model. Nilai uji koefisien determinasi dilihat pada nilai adjusted R2

(adjusted R2). Nilai adjusted R

2 berdasarkan analisis model adalah

sebesar 0,711. Nilai adjusted R2

yang mendekati 1 menunjukan

persamaan regresi tersebut tepat untuk digunakan (goodness of fit).

Artinya, bahwa seluruh variabel bebas yang digunakan dalam penelitian

yaitu luas lahan tenaga kerja, dan variabel biaya saprodi secara bersama-

sama mampu menjelaskan variasi perubahan yang terjadi pada variabel

tidak bebasnya yakni pendapatan usahatani jagung di Desa Bandungharjo,

Kecamatan Toroh, Kabupeten Grobogan sebesar 71,1% sedangkan

sisannya sebesar 28,9% di jelaskan variabel-variabel lain di luar

penelitian.

3) Uji F

Tabel 5.15. Analisis Varians Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan

Usahatani Jagung MT Agustus - November 2011 di Desa

Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan

Model Jumlah

Kuadrat df

Kuadrat

Tengah Fhitumg

Sig.

Regression

Residual

5,518 x 1014

2,105 x 1014

3

56

1,860 x 1014

3,759 x 1014

49,490 0,000a

Total 7,686 x 1014

59

Sumber : Analisis Data Primer

Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai F hitung 49,490 dengan

signifikasi F sebesar 0,000. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa variabel

Page 75: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

luas lahan, tenaga kerja, dan variabel biaya saprodi secara bersama-sama

berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya yakni pendapatan

usahatani jagung di Desa Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten

Grobogan.

4) Uji t

Tabel 5.16. Analisis Uji Keberartian Koefisien Regresi Faktor yang

Mempengaruhi Pendapatan pada Usahatani jagung MT

Agustus - November 2011 di Desa Bandungharjo

Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan

No Variabel Koefisien

Regresi t hitung

Sig

1.

2.

3.

Luas Lahan

Tenaga Kerja

Biaya Saprodi

3,186 x 106

69.352,637

1,036

4,938

2,808

2,917

0,000***

0,007***

0,005***

Sumber : Analisis Data Primer

Keterangan :

***) signifikan pada tingkat kepercayaan 99%

Tabel di atas menunjukkan bahwa semua variabel bebas yaitu luas

lahan, tenaga kerja, dan biaya saprodi secara individu berpengaruh nyata

terhadap pendapatan usahatani jagung di Desa Bandungharjo, Kecamatan

Toroh, Kabupaten Grobogan.

Variabel luas lahan memiliki nilai signifikansi 0,000, maka luas

lahan berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani jagung di Desa

Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan pada tingkat

kepercayaan 99 %. Variabel luas lahan memiliki koefisien arah bernilai

positif, artinya semakin tinggi luas lahan dan diikuti dengan peningkatan

produksi, maka akan semakin besar pula pendapatan usahatani petani

jagung di Desa Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan.

Variabel tenaga kerja juga memiliki nilai signifikansi 0,007, maka

tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani jagung di

Desa Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan pada

tingkat kepercayaan 99 %. Variabel tenaga kerja memiliki koefisien arah

Page 76: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

positif, yang artinya semakin banyak tenaga kerja yang digunakan, maka

akan semakin besar pula pendapatan usahatani jagung.

Variabel biaya saprodi memiliki nilai signifikansi 0,005, maka

variabel biaya saprodi berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani

jagung di Desa Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan

pada tingkat kepercayaan 99 %. Variabel biaya saprodi memiliki

koefisien arah positif yang artinya semakin besar biaya saprodi maka

akan semakin besar pula pendapatan usahatani jagung di Desa

Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan.

Page 77: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

VI. PEMBAHASAN

6.1. Usahatani Jagung

Konsep biaya yang digunakan dalam analisis usahatani jagung ini

adalah biaya mengusahakan. Komponen biaya yang dikeluarkan petani

antara lain biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja, biaya dan biaya lain-

lain yang didalamnya termasuk biaya pajak tanah, biaya angkutan hasil

panen, dan biaya pemipilan. Tenaga kerja dari dalam keluarga petani juga

ikut diperhitungkan dalam analisis dan diperhitungkan sama dengan tenaga

kerja dari luar.

Biaya sarana produksi terdiri dari biaya pengadaan benih, pupuk urea,

pupuk Phonska, dan pupuk SP36. Berdasarkan data perhitungan diketahui

bahwa rata-rata biaya sarana produksi pada usahatani jagung di Desa

Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan sebesar

Rp.1.504.593,83/ha/MT. Secara rinci biaya ini terdiri dari biaya benih P21

sebesar Rp.695.103,64/ha/MT. Biaya yang dikeluarkan untuk pembelian

pupuk Urea sebesar Rp.296.156,86/ha/MT. Biaya untuk pembelian pupuk

Phonska sebesar Rp.103.630,25/ha/MT, dan untuk pembelian pupuk SP36

sebesar Rp.409.703,08/ha/MT. Sarana produksi yang digunakan petani

dalam menjalankan usahatani sebagian besar diperoleh melalui pembelian di

Kelompok Tani, namun jika terjadi keterlambatan dalam pendistribusian

pupuk ke kelompok tani maka, petani membeli sarana produksi di toko-toko

saprodi yang berada di Kecamatan Toroh. Hal ini untuk dilakukan agar

usahatani dapat terus berjalan. Harga pembelian saprodi merupakan harga

subsidi dari pemerintah, sehingga petani masih bisa mendapatkan sarana

produksi dengan harga terjangkau.

Biaya tenaga kerja diperoleh dari penggunaan tenaga kerja dalam

usahatani jagung. Tenaga kerja yang digunakan di daerah penelitian adalah

tenaga kerja luar (buruh tani) dan tenaga kerja dalam (keluarga). Upah

tenaga kerja dinyatakan dengan satuan Hari Kerja Pria (HKP). Pekerjaan

petani dilakukan selama delapan jam yaitu dari pukul 07.00 WIB sampai

65

Page 78: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

pukul 16.00 WIB, dengan waktu istirahat satu jam. Upah tenaga kerja untuk

satu HKP adalah Rp.40.000,00. Adapun tenaga kerja wanita juga sering

terlibat dalam usahatani jagung dengan upah sebesar Rp.35.000,00 atau 0,88

HKP. Kegiatan pemanenan membutuhkan tenaga kerja paling banyak,

sehingga biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan ini juga paling banyak. Hal

ini dikarenakan selain memetik hasil panen, kegiatan pemanenan juga

meliputi pengangkutan atau pelangsiran hasil panen dari lahan menuju

kendaraan angkut yang berada di luar lahan, sehingga memerlukan tenaga

yang cukup banyak. Kegiatan penyulaman membutuhkan tenaga kerja

paling sedikit. Sedikitnya tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan

penyulaman dikarenakan, jarang atau tidak banyak tanaman yang rusak atau

mati pada saat penanaman pertama. Rata-rata jumlah anggota keluarga

petani yang aktif dalam kegiatan usahatani hanya dua orang. Oleh karena itu

untuk pekerjaan yang membutuhkan banyak tenaga, seperti pengolahan

tanah, penanaman, dan pemanenan petani harus mempekerjakan tenaga dari

luar keluarga petani.

Selain biaya sarana produksi dan biaya tenaga kerja, komponen biaya

lain yang harus dikeluarkan petani adalah biaya lain-lain yang dalam hal ini

meliputi biaya pemipilan, biaya pajak tanah, dan biaya angkut panen. Biaya

pemipilan jagung yang dikeluarkan petani sebesar Rp.286.789,92/ha/MT.

Kegiatan pemipilan dilakukan menggunakan mesin pipil yang sudah

digerakkan menggunakan mesin, sehingga tidak dilakukan secara manual.

Biaya yang dikeluarkan untuk pemipilan yaitu Rp.3.000,00 per 40 kg. Biaya

angkut panen yang dikeluarkan petani sebesar Rp.76.190,48/ha/MT. Biaya

angkut panen ini dikeluarkan petani untuk mengangkut hasil panen ke rumah

petani ataupun ke gudang penyimpanan dengan biaya sebesar Rp.25.000,00

sampai Rp.35.000,00 untuk satu kali angkut, atau untuk pembelian bensin

yang digunakan sebagai bahan bakar sepeda motor yang digunakan sebagai

alat angkut panen. Komponen biaya terkecil dari usahatani jagung adalah

biaya pajak tanah yaitu sebesar Rp.28.011,20/ha/MT. Besarnya biaya pajak

tanah antara petani yang satu dengan petani yang lain tidak sama, yaitu

Page 79: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

tergantung dari luas lahan, lokasi lahan, kondisi lahan, topografi, kesuburan

dan ketersedian saluran irigasi.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa dengan lahan seluas satu hektar

per musimnya dapat diperoleh penerimaan sebesar Rp.9.546.301,45.

Penerimaan ini diperoleh dari produksi jagung yang dihasilkan oleh petani

sebesar 3.841,57 kg/ha/MT, dengan harga jagung kering pipilan per

kilogramnya Rp.2.485,00. Dari penerimaan dan biaya tersebut, dapat

diketahui besarnya pendapatan yang diperoleh petani. Berdasarkan analisis

hasil penelitian diperoleh pendapatan usahatani jagung yaitu sebesar

Rp.6.038.088,56/ha/MT.

Petani dalam menjual hasil panen biasanya telah bekerja sama dengan

pedagang pengumpul. Pada saat musim panen jagung tiba, pedagang

pengumpul mendatangi ke rumah petani jagung untuk membeli hasil panen,

sehingga petani jagung tidak perlu lagi menjual hasil panennya ke lokasi

sarana prasarana ekonomi seperti, menjual ke pasar, toko-toko hasil bumi,

ataupun dijual ke gudang milik para pedagang besar didaerah Kecamatan

Toroh. Beberapa petani melakukan penjualan hasil panen jagung dilakukan

secara bertahap sehingga, tidak sekaligus dijual semua dalam sekali waktu.

Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan sehari-hari petani dari tersebut. Jika

petani membutuhkan biaya yang mendesak maka hasil panen baru dijual

untuk mencukupi biaya tersebut. Pendapatan yang diperoleh dari usahatani

ini sebagian digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan sebagian digunakan

untuk menjalankan usahatani pada musim yang selanjutnya.

6.2. Distribusi Penguasaan Lahan dan Distribusi Pendapatan Petani Jagung

Perbedaan penguasaan lahan yang dimiliki petani sangat

mempengaruhi distribusi penguasaan lahan. Terlihat dari hasil perhitungan

distribusi penguasaan lahan yang menunjukkan nilai 0,389, yang artinya

terjadi ketimpangan atau ketidakmerataan penguasaan lahan yang tergolong

dalam kriteria sedang diantara para petani jagung di Desa Bandungharjo,

Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan. Ketimpangan penguasaan lahan di

Desa Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan disebabkan

Page 80: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

antara lain karena adanya penggabungan lahan yaitu karena adanya

pernikahan, sehingga terdapat petani yang berlahan besar, selain itu

terjadinya penyempitan lahan atau fragmentasi lahan yang dikarenakan

sistem warisan, ini berakibat rata-rata petani memiliki lahan pertanian yang

sempit. Ketimpangan lahan juga disebabkan karena ada juga diantara para

petani yang menjual sebagian lahannya untuk digunakan anggota

keluarganya sebagai modal usaha ataupun biaya sekolah, sehingga lahan

yang dimilikinyapun menjadi relatif sempit.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Syukur (1998), terdapat

hubungan searah antara distribusi penguasaan lahan dengan distribusi

pendapatan. Luas lahan mempunyai peranan penting dalam menciptakan

arus masuk pendapatan masyarakat pedesaan. Dengan demikian distribusi

pendapatan akan terefleksi oleh distribusi penguasaan lahan. Hal ini sesuai

dengan hasil analisis yang dapat dilihat dari nilai Gini Rasio pendapatan

yang hampir sama dengan nilai Gini Rasio penguasaan lahan, yakni 0,398,

yang menunjukkan bahwa di Desa Bandungharjo, Kecamatan Toroh,

Kabupaten Grobogan juga terjadi ketimpangan atau ketidakmerataan

pendapatan yang masuk dalam kriteria sedang antar para petani jagung.

Ketimpangan pendapatan ini sedikit lebih tinggi dibandingkan ketimpangan

penguasaan lahan, dikarenakan selain penguasaan lahan, faktor lain seperti

produksi dan biaya produksi juga mempengaruhi besarnya pendapatan.

Sehingga dengan kata lain semakin baik atau efisien petani dalam

melakukan usahataninya, maka bisa dikatakan semakin tinggi produksi dan

pendapatan yang mereka terima juga akan meningkat.

6.3. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan bahwa luas lahan, tenaga

kerja, dan variabel biaya saprodi secara bersama-sama memiliki pengaruh

yang nyata atau signifikan terhadap pendapatan usahatani jagung di Desa

Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan.

Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang mempunyai

kontribusi yang cukup besar terhadap usahatani. Luas lahan yang dimiliki

Page 81: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

semakin luas, semakin besar pendapatan usahatani jagung. Berdasarkan hasil

analisis luas lahan berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani jagung.

Hal ini dikarenakan semakin besar lahan yang diusahakan petani maka

semakin banyak pula jumlah tanaman jagung yang dapat ditanam dan

kemungkinan produksi jagung yang diperoleh meningkat, sehingga dapat

pula meningkatkan pendapatan usahatani jagung.

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang penting

digunakan dalam kegiatan usahatani. Tenaga kerja yang digunakan dalam

mengelola usahatani jagung antara lain untuk kegiatan pengolahan tanah,

penanaman, penyulaman, pemupukan, penyiraman, pemanenan, dan

pengangkutan. Berdasarkan hasil analisis, tenaga kerja berpengaruh nyata

terhadap pendapatan usahatani jagung. Penambahan tenaga kerja akan

meningkatkan pendapatan usahatani jagung. Penambahan tenaga kerja

memang secara langsung tidak meningkatkan pendapatan usahatani jagung.

Penambahan tenaga kerja ini diharapkan dapat menjalankan kegiatan

usahatani misalnya, pemeliharaan tanaman yang lebih teliti, karena dengan

pemeliharaan yang teliti dapat menekan serangan gulma, hama dan penyakit,

sehingga produksi jagung dapat meningkat. Kegiatan pemanenan dengan

cara yang tepat diharapkan dapat menekan resiko kerusakan pada hasil

produksi. Usahatani jagung bukan pada banyaknya jumlah tenaga kerja yang

diperlukan tetapi kualitas ketrampilan sumber daya manusianya dalam

budidaya, oleh karena itu diperlukan kualitas sumber daya manusia yang

baik sehingga menghasilkan produksi yang meningkat, dan dari produksi

yang meningkat, maka meningkat pula pendapatan usahatani jagung.

Saprodi atau sarana produksi merupakan faktor yang penting dalam

usahatani. Dalam penelitian ini yang dimaksud biaya saprodi yaitu biaya-

biaya yang dikeluarkan petani untuk kebutuhan sarana usahatani jagung,

yaitu antara lain biaya benih, biaya pupuk urea, biaya pupuk phonska, dan

biaya pupuk SP36. Berdasarkan hasil analisis bahwa biaya saprodi

berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani jagung. Hal ini

dikarenakan dengan penggunaan saprodi yang lebih banyak atau lebih

Page 82: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

berkualitas dapat juga meningkatkan produksi jagung. Sebagai contoh yaitu

penambahan benih, dengan benih yang ditanam lebih banyak maka lebih

banyak pula produksi yang diperoleh. Peningkatan kualitas benih juga dapat

meningkatkan produksi, hal ini dikarenakan selain adanya jenis benih yang

memang mempunyai hasil produksi tinggi, juga dengan semakin baiknya

benih maka semakin tahan pula tanaman terhadap penyakit ataupun hama.

Dengan peningkatan penggunaan saprodi lainnya seperti pupuk juga dapat

meningkatkan produksi, hal ini karena dengan semakin banyaknya pupuk

yang diberikan maka semakin terpenuhi pula kebutuhan nutrisi yang

dibutuhkan tanakan jagung, sehingga tanaman jagung tumbuh dengan baik

dan produksipun dapat meningkat.

Dari tiga faktor usahatani yang dimasukkan dalam model yaitu faktor

luas lahan, tenaga kerja, dan biaya saprodi, ternyata semua faktor tersebut

berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani jagung. Dengan demikian,

petani harus memperhatikan untuk menambah penggunaan luas lahan,

tenaga kerja, dan sarana produksi usahatani jagung agar dapat meningkatkan

pendapatan usahataninya.

Page 83: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada usahatani jagung di Desa

Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Besarnya biaya mengusahakan adalah Rp 3.508.212,89/ha/MT, besarnya

penerimaan usahatani adalah Rp 9.546.301,45/ha/MT, sehingga

pendapatan yang diperoleh petani dari usahatani jagung adalah sebesar

Rp 6.038.088,56/ha/MT.

2. Terjadi ketimpangan distribusi penguasaan lahan yang masuk dalam

tingkatan sedang diantara para petani jagung, dibuktikan dengan Nilai

Gini Rasio dari penguasaan lahan yaitu sebesar 0,389.

3. Terjadi ketimpangan distribusi pendapatan yang masuk pada tingkatan

sedang diantara para petani jagung, dibuktikan dengan Nilai Gini Rasio

dari pendapatan yaitu sebesar 0,398.

4. Distribusi penguasaan lahan berbanding lurus dengan distribusi

pendapatan diantara petani jagung, atau dengan kata lain semakin

timpang distribusi penguasaan lahan maka semakin timpang pula

distribusi pendapatan.

5. Faktor usahatani jagung yang berupa luas lahan, tenaga kerja, dan biaya

saprodi, secara bersama-sama berpengaruh terhadap pendapatan

usahatani jagung. Pengaruh dari setiap faktor menunjukkan bahwa luas

lahan, tenaga kerja, biaya dan saprodi berpengaruh nyata terhadap

pendapatan usahatani jagung.

7.2. Saran

1. Dalam penggunaan faktor-faktor produksi jagung perlu diperhatikan, hal

ini untuk memaksimalkan pendapatan usahatani jagung. Contohnya

penggunaan dosis pupuk yang sesuai dengan rekomendasi dari dinas

pertanian.

Page 84: ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN …/Analisis... · Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Untuk mengurangi timpangnya distribusi penguasaan lahan, dapat

dilakukan beberapa hal, yaitu :

a. Mencegah tingginya frekuensi jual-beli lahan dengan pengawasan

dan pengaturan yang ketat.

b. Adanya pembatasan luas pemilikan atau garapan minimum untuk

mencegah inefisiensi usahatani.

3. Pembangunan pedesaan perlu dilakukan dengan menambah dan

memperbaiki infrastruktur di pedesaan agar petani berlahan sempit

mempunyai pendapatan sampingan diluar pertanian, sehingga dapat

menekan terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan.

72