REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN (A...
Transcript of REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN (A...
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
LAPORAN AKHIR TAHUN
REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNANPERTANIAN (ANJAK) PROVINSI ACEH
(Analisis Kebijakan Pengembangan Sapi Aceh danAnalisis Kebijakan Pengembangan Lahan Kering Padi Gogo)
PENELITI UTAMA
Ir. T. Iskandar, MSi
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHBALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANKEMENTERIAN PERTANIAN
2012
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadhirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan laporan tengah tahunan kegiatan Analisis Kebijakan Pembangunan
Pertanian Provinsi Aceh tahun anggaran 2012.
Kegiatan Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian Provinsi Aceh
bertujuan untuk menemukan solusi permasalahan pertanian atau issu aktual
yang terjadi di tingkat petani maupun pemerintah daerah. Oleh karena itu Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh selaku lembaga penelitian
menganalisis akar permasalahan dan menemukan tahapan-tahapan penyelesaian
yang direkomendasikan kepada pemerintah daerah dengan harapan dapat
menjawab permasalahan di tingkat petani.
Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan
ini yang telah banyak membantu dalam melaksanakan kegiatan ini di lapangan
sejak awal sampai kegiatan Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian Provinsi
Aceh ini terlaksana dengan baik hingga siapnya laporan akhir tahun ini.
Demikian laporan ini kami buat dan kami sampaikan segala kritikan dan
saran yang membangun terhadap laporan ini kami ucapkan terima kasih.
Banda Aceh, Desember 2012Penanggung Jawab Kegiatan,
Ir. T. Iskandar, M.SiNIP. 19580121 198303 1 001
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
2
RRIINNGGKKAASSAANNAnalisis Kebijakan Pembangunan Pertanian Di Provinsi Aceh; Respon Terhadap IsuAktual. Dalam pelaksanaan pembangunan pertanian di Provinsi Aceh, berbagaipermasalahan dan isu kebijakan dapat muncul setiap saat. Berbagai permasalahan danisu-isu kebijakan pembangunan pertanian tersebut memerlukan kajian untuk menyiapkanbahan kebijaksanaan secara cepat dan tepat baik yang bersifat antisipatif atau yangmenjawab permasalahan yang berkembang. Studi analsis kebijakan bertujuan untuk: (a)menginventarisir berbagai issu dan masalah pembangunan pertanian yang berkembangdi masyarakat; (b) melakukan berbagai kajian spesifik tentang issu dan maslahpembangunan pertanian; (c) memberikan masukan kepada pengambil kebijakan tentangberbagai issu dan masalah pembangunan pertanian dari hasil penelitian yang dilakukansecara cepat dan lengkap. Studi ini berupa kegiatan penelitian dengan menggunakanmetoda: (1) Survey: untuk mendapatkan data dan informasi teknis dan sosial ekonomiyang bersifat responsive dan berorientasi partisipatif, (2) Desk study: analisis data-datasekunder yang menunjang berkaitan dengan topik yang atau objek yang sedangdipelajari. Topik kajian dalam penelitian ini adalah masalah dan isu kebijaksanaan yangaktual yang terkait dengan sektor pertanian. Data yang dikumpulkan dalam meliputi datasekunder dan data primer. Penarikan sampel menggunakan teknik kuota sampling yangjumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan untuk menjawab permasalahan yang dikajitetap berpegang pada prinsip representatif. Analisis yang digunakan akan disesuaikandengan topik kajian dan landasan teoritis yang mendukung. Metode analisis data dapatdilakukan baik secara statistik maupun deskriptif. Rekomendasi analisis kebijakan tentangpengembangan sapi aceh: Perlu kebijakan dari pemerintah pusat dan Pemerintah daerahsebagai payung hukum untuk dijabarkan oleh Dinas teknis dan masyarakat dalam upayapengembangbiakan sapi aceh seperti melakukan usaha Pembibitan dan Pemurnian SapiAceh; Membatasi kegiatan persilangan untuk maksud yg tidak jelas ; Perlu insentif bagipeternak yang melakukan pemurnian dan pembibitan sapi aceh; Perlu adanya programpengembangan sapi Aceh jangka panjang (Penentuan Wilayah Pembibitan); RevitalisasiBPTU Sapi Aceh. Selain Kebijakan, perlu program operasional seperti: Program IBdengan menyediakan semen beku dari Pejantan Unggul (Elit) hasil seleksi sertamelengkapi sarana prasarana & kelembagaannya; Program InKA dengan penyebaranPejantan Unggul hasil seleksi (perlu memperkuat institusi seperti BPTU agar mampumenyediakan pejantan tersebut); Mengembangkan kelembagaan pembibitan sapi aceh;Program sosialisasi mencegah seleksi negatif; Mencegah pemotongan betina produktif.Rekomendasi analisis kebijakan tentang padi gogo: Menyediakan VUB dan stok pupukdan pestisida; Memperbaiki infrastruktur jalan-jalan desa untuk kelancaran distribusi hasilproduksi petani.
Kata Kunci : Analisis kebijakan, pembangunan pertanian, , sapi aceh, padi gogo
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
3
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan pertanian dipengaruhi oleh dinamika lingkungan strategis
baik global maupun dalam negeri. Perubahan lingkungan strategis global yang
mengarah kepada semakin kuatnya liberalisasi dan globalisasi perdagangan akan
membawa berbagai konsekuensi terhadap daya saing komoditas pertanian
Indonesia di pasar global. Globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas sangat
mempengaruhi seluruh sendi kehidupan di dunia termasuk sektor pertanian yang
merupakan andalan bagi sebagian besar negara berkembang (Kasryno et al,
2002). Untuk mendukung arah pembangunan nasional menyongsong era
globalisasi maka pembangunan sektor pertanian diarahkan kepada pembangunan
agribisnis yang tangguh dan bertumpu pada potensi daerah dengan pendekatan
agribisnis. Pendekatan agribisnis memberi perhatian kepada usaha-usaha
peningkatan efisiensi dan kelestarian daya dukung sumberdaya pertanian.
Di Provinsi Aceh, produksi minyak dan gas tidak lagi dianggap sebagai
pendorong utama pertumbuhan ekonomi di Kontribusi minyak dan gas terhadap
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Aceh pada tahun 2006 mencapai 7,3
persen, namun pada tahun 2006 kontribusi sektor ini terhadap PDRB menurun
menjadi 5,3 persen (Aceh Dalam Angka, 2006 dan 2011). Beberapa industri
yang bahan bakunya tergantung dari gas alam di Aceh seperti pabrik pupuk dan
pabrik kertas telah dihentikan dan sebagian lainya telah mengurangi
produksinya. Tingkat penganguran di Provinsi Aceh tergolong tinggi, yaitu 11,2
persen dan lebih tinggi dari tingkat pengangguran nasional sebesar 9,5 persen
pada tahun 2011.
Sebaliknya, kontribusi sektor pertanian, pengolahan, dan jasa tetap
meningkat dari tahun ke tahun, dimana kontribusi sektor pertanian terhadap
PDRB Provinsi Aceh meningkat dari 22,67 persen pada tahun 2007 menjadi 26,78
persen pada tahun 2010. Sektor pertanian di masa depan berpotensi sebagai
pendorong utama perekonomian di Provinsi Aceh. Pada tahun 2010, sektor
pertanian telah menyerap bagian terbesar (48 persen) dari tenaga kerja. Hal ini
mengindikasikan bahwa sektor pertanian memegang peranan penting dalam
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
4
proses pembangunan secara keseluruhan. Di masa sekarang, sektor pertanian
diharapkan memegang peranan penting dalam penyediaan pangan dan
penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat. Dengan demikian kebijakan
pembangunan pertanian yang tepat di Provinsi Aceh menjadi hal yang sangat
penting dalam penurunan tingkat kemiskinan dan percepatan pertumbuhan
ekonomi.
Dalam pelaksanaan pembangunan pertanian di Provinsi Aceh, berbagai
permasalahan dan isu kebijakan dapat muncul setiap saat. Permasalahan-
permasalahan seperti terjadinya konflik di Aceh yang berkepanjangan telah
menggangu terlaksananya pembangunan pertanian menyebabkan terpuruknya
perekonomian masyarakat, lapangan kerja tidak terbuka, dan bertambahnya
pengangguran. Bencana alam gempa bumi dan gelombang tsunami pada akhir
tahun 2004 telah memunculkan kebutuhan berbagai kebijakan untuk mengatasi
kerusakan lahan pertanian dan mengembalijan kehidupan ekonomi petani yang
hancur. Beberapa Isu kebijakan pertanian penting lainnya yang perlu dicermati
misalnya penanganan penyebaran penyakit flu burung, pengurangan subsidi
pupuk, bantuan langsung tunai kepada masyarakat, dan peningkatan daya saing
komoditas unggulan daerah.
Berbagai permasalahan dan isu-isu kebijakan pembangunan pertanian
tersebut memerlukan kajian untuk menyiapkan bahan kebijaksanaan secara
cepat dan tepat baik yang bersifat antisipatif atau yang menjawab permasalahan
yang berkembang.
1.2. Tujuan
a. Menginventarisir berbagai issu dan masalah pembangunan pertanian
yang berkembang di masyarakat.
b. Melakukan berbagai kajian spesifik tentang issu dan masalah
pembangunan pertanian yang berkembang di masyarakat secara
cepat dan lengkap.
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
5
c. Memberikan masukan kepada pengambil kebijakan tentang berbagai
issu dan masalah pembangunan pertanian dari hasil penelitian yang
dilakukan secara cepat dan lengkap.
1.3. Keluaran Yang Diharapkan
a. Data dan informasi tentang dinamika permasalahan pembangunan
pertanian di Provinsi Aceh.
b. Data dan informasi mengenai dampak kebijaksanaan terhadap
sumberdaya, produksi dan pendapatan.
c. Bahan rumusan alternatif kebijaksanaan untuk mengatasi berbagai
masalah pembangunan pertanian.
1.4. Hasil Yang Diharapkan
Tersedianya data dan informasi mengenai dinamika permasalahan
pembangunan pertanian dan dampak kebijaksanaan terhadap sumberdaya,
produksi dan pendapatan petani serta sebagai bahan rumusan alternatif
kebijaksanaan untuk mengatasi berbagai masalah pembangunan pertanian.
1.5. Perkiraan Manfaat Dan Dampak
Dengan tersedianya hasil analisis terhadap issu dan permasalahan aktual
pembangunan pertanian di Provinsi Aceh secara cepat, maka akan cepat tersedia
bahan masukan bagi pengambil kebijakan di daerah untuk menentukan langkah
kebijakan dalam merespon issu dan permasalahan pembangunan pertanian
secara cepat dan tepat. Dengan demikian kebijakan yang akan ditempuh adalah
berdasarkan hasil kajian ilmiah dan didasarkan pada fakta kuantitatif dan
kualitatif.
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
Perubahan pola pemerintahan yang sentralistik menjadi desentralistik
secara legal di wujudkan dengan lahirnya undang-undang No.22 tahun 1999 dan
No. 25 tahun 1999. Hal tersebut memberikan konsekwensi kewenangan kepada
Pemerintah daerah, bukan hanya terbatas pada merencanakan dan
melaksanakan pembangunan namun lebih dari itu untuk mengembangkan
perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mengelola
sumber daya yang ada di daerah.
Pembangunan agribisnis memiliki keterkaitan yang erat dengan
pembangunan daerah. Agribisnis telah dan akan terus menjadi andalan dalam
pembangunan perekonomian daerah, hal ini disebabkan karena sampai saat ini
hampir seluruh ekonomi daerah di Indonesia berbasiskan pada sistem agribisnis,
baik dikaji dari pembentukan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)
maupun penyerapan tenaga kerja.
Untuk dapat memerankan fungsinya secara baik sebagai penyedia bahan
makanan pokok, penyumbang perolehan devisa dan penampung tenaga kerja,
sektor pertanian terus memperbaiki kinerja pembangunannya melalui berbagai
kebijakan. Kebijakan pembangunan pertanian merupakan keputusan dan
tindakan pemerintah untuk mengarahkan, mendorong, mengendalikan dan
mengatur pembangunan pertanian guna mewujudkan tujuan pembangunan
nasional (Mubyarto, 1989).
Pada lingkungan strategis domestik, sesuai dengan arah reformasi
pembangunan yang lebih mengedepankan kreatifitas rakyat dan otonomi daerah,
sebagaimana diamanatkan oleh UU No. 22 dan 25 tahun 1999 dan PP No. 25
tahun 2000, pada masa yang akan datang peran Pemerintah Daerah dan pelaku
ekonomi di daerah untuk pengembangan agribisnis dan mengembangkan
ketahanan pangan regional akan semakin menonjol. Sejalan dengan beberapa
perubahan lingkungan strategis di atas, pelaksanaan pembangunan pertanian
dituntut untuk dapat meningkatkan kapasitas dan produktivitas sumberdaya
manusia yang bekerja di pertanian, melalui peningkatan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Petani dan pengguna sumberdaya alam
lainnya diharapkan mampu memilih dan menerapkan teknologi pertanian secara
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
7
tepat, agar proses produksi dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya
didasarkan pada prinsip pertanian yang berkelanjutan. Selain itu, melalui
penguasaan IPTEK, petani dan pelaku kegiatan pertanian lainnya diharapkan
dapat bersaing secara sehat dalam pasar global yang semakin terbuka.
Kondisi di atas menyebabkan tuntutan terhadap lembaga penelitian akan
semakin besar, terutama dalam menghasilkan teknologi dan menginformasikan
secara cepat dan tepat apa yang telah dihasilkan kepada pengguna. Dalam
pengembangan teknologi yang dilakukan, penekanan lebih pada pemberdayaan
komunitas lokal, dengan didasarkan pada teknologi yang telah dikembangkan
petani dan mengakomodasi kearifan lokal. Dengan demikian proses adopsi dan
keberlanjutan penerapannya di petani dapat lebih terjamin.
2.1 Sapi Aceh
Sapi aceh adalah ternak sapi hidup dan berkembang biak di Provinsi Aceh
dan umumnya dimiliki oleh petani pedesaan sejak dahulu hingga sekarang. Sapi
ini termasuk tipe sapi potong berukuran kecil serta mempunyai kontribusi yang
cukup besar bagi pemenuhan kebutuhan daging di daerah. Menurut Martojo
(2003), sapi aceh merupakan satu dari empat bangsa sapi asli Indonesia (Aceh,
Pesisir, Madura dan Bali). Sapi Sumba-Ongole dan Java-Ongole (PO) juga
dianggap sebagai bangsa sapi lokal Indonesia. Noor (2008) menyatakan bahwa,
ternak-ternak asli telah terbukti dapat beradaptasi dengan lingkungan dan iklim
tropik. Dengan demikian, ternak-ternak inilah yang paling cocok untuk dipelihara
dan dikembangkan di Indonesia, walaupun produksinya lebih rendah dari ternak
impor.
Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda pernah dilaporkan Merkens
(1962) bahwa, sapi Aceh tersebar di kawasan Aceh dan diminati sebagai ternak
potong. Sapi kecil yang banyak ditemukan di bagian barat, lebih mendekati jenis
Sumatera biasa (sapi pesisir). Sedangkan sapi yang lebih baik dan lebih besar
yang diminati sebagai komoditas ekspor ke kawasan budaya Deli dan Medan,
merupakan tipe yang lebih dekat ke jenis zebu (Bos indicus), yang berasal dari
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
8
Aceh. Sebagian sapi Aceh digunakan sebadai alat transportasi pada perusahaan-
perusahaan berlokasi dekat rel kereta di Deli dan Medan.
Sapi Aceh mempunyai keunggulan yang sangat menonjol, terutama pada
daya reproduksinya, karena sapi Aceh tergolong ternak masak dini dengan berahi
postpartum sangat singkat. Disamping itu, sapi Aceh mempunyai kemampuan
menyesuaikan diri yang relatif cepat terhadap lingkungan baru pada berbagai
faktor pendulung lokal yang tersedia, terutama kemampuan adaptasi atas
berbagai jenis pakan lokal, baik terhadap jenis pakan serat segar dan kering
yamg berasal dai dedaunan, rumput dan leguminosa, menurut Gunawan (1998),
sapi Aceh mempunyai daya tahan terhadap lingkungan yang buruk seperti krisis
pakan, air dan pakan berserat tinggi, penyakit parasit, temperatur panas dan
sistem pemeliharaan ekstensif tradisional.
Adaptasi sapi Aceh terhadap lingkungan cukup baik, mulai dari daerah
pesisir pantai, dataran rendah sampai dataran tinggi dengan berbagai tipe hutan
tropis atas bermacam-macam ekosistem rawa, padang rumput yang didapati di
lokasi tersebut. Diakui, sapi Aceh memang memiliki tubuh yang lebih kecil.
Namun, di sisi lain punya keistimewaan yang tak dimiliki sapi luar. Cita rasa
dagingnya enak dengan kadar air yang lebih rendah. Pakan yang dibutuhkan
juga sedikit (Gambar 1).
Gambar 1. Sapi Aceh, mampu beradaptasi dengan iklim ekstrem dan wilayahmarjinal, dapat mengonsumsi sampah organik, ketahanan terhadappenyakit
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
9
Sedangkan sapi luar sampai di Aceh banyak yang mencret, kurus-kering,
dan tak mau bereproduksi jika pakannya minim. Ujung-ujungnya, program
pemerintah menjadi sia-sia ungkap Prof Dr drh Tongku N Siregar MP (42). Guru
Besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah).
Selain unggul atas daya reproduksi dan daya adaptasi pada lingkungan
baru, sapi Aceh juga mempunyai keunggulan persentase karkas (Wahab et al.,
1989). Selanjutnya Manan (1992) mengatakan bahwa, sapi Aceh tahan terhadap
serangan caplak dan cacing serta serangan MCF (Makignant catarrhal fever).
Secara unum keunggulan sapi Aceh tertera dalam Tabel 1. Selanjutnya menurut
Mohd Agus Nashri Abdullah, dosen Fakultas Pertanian Unsyiah, menyebutkan,
sapi lokal Aceh memiliki beberapa keunggulan, seperti ketahanan terhadap
penyakit, mampu beradaptasi dengan iklim ekstrem dan wilayah marjinal, dapat
mengonsumsi sampah organik, kemampuan berproduksi yang baik, dan rasa
daging yang khas dan enak (Gambar 2).
Gambar 2. Keunggulan Sapi Aceh memiliki kemampuan berproduksi yang tinggi.
Sapi Aceh banyak dipelihara petani di sekitar bantaran sungai (krueng)
seperti Krueng Aceh, Krueng Peusangan, Krueng Tamiang. Saat ini jumlah sapi
Aceh terutama induk sebanyak 281.398 ekor tersebar di kabupaten dan kota
dalam Provinsi Aceh.
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
10
Tabel 1. Beberapa keunggulan sapi Aceh
No. Sifat Penilaian
1. Sifat Kuantitatif :a. Kesubuhan indukb. Angka kelahiranc. Persentase karkasd. Kadar lemak daginge. Kemampuan hidup hingga dewasa
85-90 %60-72 %52-55 %
3-6 %70-85 %
2. Sifat Kualititatif :a. Kemampuan kerjab. Kemampuan hidup secara liarc. Daya adaptasi terhadap pakan terbatasd. Daya adaptasi terhadap air minum payau/buruke. Daya adaptasi terhadap tekanan panasf. Daya tahan terhadap serangan parasitg. Kemampuan mencerna pakan dan serat kasar
tinggi
BaikBaikBaikBaikBaikBaikBaik
Sumber : Manan (2011)
Sapi Aceh sudah selayaknya dikembangkan dalam upaya pemurnian sapi
Aceh dimaksud setelah Menteri Pertanian menetapkan sapi Aceh sebagai rumpun
ternak asli Indonesia.
Keberadaan plasma nutfah sapi Aceh sangat dibutuhkan sebagai bahan
untuk merakit bibit ternak unggul, sehingga peternakan sapi Aceh akan mampu
berkembang secara nasional. Melalui pelestarian ini, peningkatan potensi dan
pemanfaatan plasma nutfah sapi Aceh secara baik dan berkelanjutan, diharapkan
dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat pemeliharanya, ketersediaan
bahan pangan, menciptakan lapangan pekerjaan, dan menghasilkan devisa
negara. Oleh katena itu, pelestarian, pengembangan dan pemanfaatan plasma
nutfah ternak khususnya sapi Aceh perlu didukung dalam upaya melindungi
potensi genetik ternak lokal ini dan untuk mencegah terjadinya masalah di
kemudian hari yang berkaitan dengan klaim terhadap sapi Aceh oleh negara-
negara lain
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
11
Perkembangan Sapi Aceh
Sapi Aceh merupakan salah satu komoditas unggulan Provinsi Aceh karena
sapi ini sejak dahulu telah memegang peranan cukup penting bagi masyarakat di
pedesaan.
Pada tahun 1926, di Aceh terdapat sekitar 150 ribu ekor sapi Aceh. Sejauh
ini tidak banyak literatur mengenai jenis sapi ini yang berperan penting di seluruh
kawasan Sumatera Utara (Merkens, 1926). Pada saat ini, berdasarkan laporan
Dinas Kesehatan Hewan san Peternakan Aceh (2010), populasi sapi Aceh dalam
tahun 2009 adalah 590.315 ekor (88,11)% dari total populasi sapi di Aceh yaitu
669.996 ekor yang menyebar pada 23 kabupaten/kota dalam Provinsi Aceh. Tiga
wilayah sapi Aceh dengan populasi terbesar meliputi Kabupaten Aceh Timur
(100.992 ekor) diikuti Aceh Utara (97.394 ekor) dan Aceh Besar (96.789 ekor).
Apabila dibandingkan populasi sapi Aceh yang ada sekarang dengan
populasi sapi Aceh yang pernah dilaporkan Merkens (1926) menunjukan bahwa,
sapi Aceh telah mengalami penurunan bobot badan dan ukuran tubuh (Abdullah
et al., 2007). Ada beberapa kemungkinan penyebab yang dapat terjadi
penurunan tersebut di antaranya pengaruh tekanan seleksi alam, seleksi negatif,
erosi genetik, dan atau fenomena kelenturan fenotipik (Abdullah et al., 2007).
Apabila dibandingkan sapi Aceh dengan sapi Bali, Madura, PO dan Pesisir
berdasarkan literatur terdahulu, maka sapi Aceh termasuk tipe sapi berukuran
kecil. Namun secara umum, bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh sapi Aceh
cenderung lebih tinggi dibandingkan bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh sapi
Pesisir di Sumatera Barat, terutama unruk sapi-sapi Aceh di bagian Kota Banda
Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Pidie, dan Aceh Utara.
Bobot badan sapi-sapi Aceh pada semua tingkat umur lebih rendah dari
pada bobot badan sapi-sapi Bali, Madura dan PO pada tingkat umur yang sama.
Demikian juga dengan semua ukuran tubuh sapi Aceh lebih rendah dari ukuran-
ukuran tubuh dapi-sapi lokal tersebut (Tabel 3). Hal ini menunjukan bahwa,
secara fenotipik terdapat perbedaan antara sapi Aceh terhadap sapi Bali, Madura
dan PO (Abdullah et al., 2007).
Walaupun sapi Aceh termasuk tipe sapi kecil, tetap saja kecintaan
masyarakat Aceh terhadap sapi ini tidak pernah hilang dan mendapat kedudukan
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
12
tersendiri (kesukaan rasa khas daging) dalam kehidupan masyarakat Aceh hingga
sekarang. Bahkan harga daging sapi Aceh di pasaran lokal hampir dua kali lipat
dibandingkan harga daging sapi non-Aceh dan hal ini tidak menjadi halangan
bagi masyarakat Aceh untuk tetap membelinya.
Tabel 3. Ukuran-ukuran tubuh dan bobot badan sapi-sapi jantan lokal padaumur dewasa.
Sifat SapiAceh Bali1 Madura1 PO1 Pesisir1
Lingkar dada, cm 138,69 176,71 154,56 160,37 131,43Lebar dada, cm 28,25 44,27 41,61 44,28 25,76Dada dalam, cm 49,50 66,45 56,71 59,15 49,56Tinggi pundak, cm 105,56 122,35 116,59 127,46 103,46Tinggi pinggul, cm 110,25 122,14 116,83 129,82 108,37Lebar pinggul, cm 32,06 37,62 32,95 35,96 33,73Panjang badan, cm 107,69 120k67 114,54 120,15 115,56Panjang kepala, cm 40,63 44,30* - - 37,1Lebar kepala, cm 19,75 18,20* - - 16,9Bobot badan, kg 191,78 337-
494**300# 225-
420#117,6
Sumber : Sapi Aceh kolompok umur 4 tahun hasil penelitian ;*) Otsuka et al. (1980), 1) Surjoatmodjo (1993);2) Sarbaini (2004); **)Pane (1991); #)Wijono dan Setiadi (2004); ##)Astuti(2004).
Pemeliharaan sapi di Kabupaten Aceh Besar dan kota Banda Aceh,
umumnya dilakukan secara mengikat sapi di lapangan rumput atau lahan sawah
dan ditemui juga sapi-sapi yang digembalakan. Para peternak di daerah
Seulimum, Jantho dan sekitarnya yang bertempat tinggal dekat bukit,
mengembalakan sapi-sapinya sampai ke kaki pegunungan buluit barisan. Namun,
sapi jantan umumnya digemukkan dalam kandang secara semi intensif
(kereman) dan sapi diberikan pakan tumpur lapangan, rumput gajah dan rumput
raja serta batang pisang (Abdullah et al., 2007).
Pemeliharaan sapi di Kabupaten Pidie, Aceh Utara dan Aceh Jaya, hampir
seluruh sapi di lepas ke lapangan-lapangan rumput atau sawah-sawah yang baru
dipanen pada pagi hari dan sapi-sapi tersebut membentuk beberapa kelompok.
Pemberian pakan pada sapi Aceh disaat musim tanam dan musim kemarau
hanya mengandalkan jerami padi dan sangat sedikit diberikan rumput segar
bahkan rumput kering (Abdullah, et al., 2007).
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
13
Penggemukan sapi Aceh jantan terintegrasi dengan kebun sawit dapat
ditemukan di Cot Girek, Aceh Utara. Sapi-sapi dilepas digembalakan sepanjang
hari dalam areal kebun sawit yang luas. Kandang-kandang sapi dibangun dekat
pemukiman penduduk. Pada sore hari, sapi peliharaan kembali ke kandang dan
mendapat penambahan pakan rumput gajah yan telah disediakan pemiliknya di
kandang. Penampilan sapi-sapi penggemukan tersebut cukup baik dan dalam
waktu singkat sangat bernilai ekonomis untuk dijual (Abdullah, et al., 2007).
Sapi Aceh masih sangat merumpun dengan baik walaupun keadaan padang
rumput yang miskin hijauan. Pemeliharaan sapi Aceh masih menguntungkan
walaupun cukup dengan menyediakan lahan dan kandang seadanya (Gambar 3).
Sapi-sapi dipelihara sesuai dengan kemampuan ekonomis si peternak yang dapat
diarahkan kepada produksi optimal, bukan kepada produksi maksimal yang
membutuhkan input besar.
Gambar 3. Bentuk kandang seadanya di Patek Kabupaten Aceh Jaya
Karakteristik Sapi Aceh
Karakteristik sapi Aceh secara mayoritas hampir serupa dengan sapi Bali,
yaitu warna rambutnya/bulu merah bata. Merkens (1926) mengatakan bahwa
kepala sapi Aceh jantan berwarna antara coklat merah sampai coklat keabu-
abuan. Hasil penelitian Abdullah (2008) bahwa, sapi Aceh didominasi warna
merah bata. Kenyataan ini sesuai dengan hasil pengamatan Manan et al. (2007)
pada sapi petani di daerah Kabupaten Aceh Utara dan aceh Timur. Namikawa et
al (1982) melaporkan bahwa, sapi Aceh dan sapi Sumatera (sapi Pesisir) di
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
14
Sumatera Barat memiliki warna tubuhnya sangat beragam, yaitu merah bata,
hitam, coklat kehitaman. Selanjutnya Abdullah, et al., (2007) menyatakan bahwa,
warna sapi Aceh juga ada yang coklat (9,0%), coklat kehitaman (5,25%), hitam
(5,75%), putih kemerahan (9,75%), putih (4,75%) dan putih keabuan (0,75%).
Warna putih atau putih keabuan pada sapi Aceh merupakan warna yang
mirip dan dimiliki sapi Tharparkar, Guzerat, Ongole (Nellore) di India. Warna
coklat kehitaman, merupakan warna yang mirip sapi Kankrey juga dari India,
sedangkan warna kelompok gelap yang dominasi merah bata dengan garis hitam
tipis disepanjang tengah punguung pada sapi Aceh menyerupai warna yang
dimiliki sapi Bali betina dewasa (Abdullah, 2008)
Kecuali sapi berwarna putih, umumnya sapi Aceh mempunyai warna yang
lebih muda (lebih terang) pada tubuh bagian bawah (kaki bagian bawah, sekitar
dada, perut sampai bagian antara kedua kaki belakang), bagian dalam telinga,
sekeliling mata dan pinggiran bibir atas (Abdullah, 2008).
Rangkuman karakteristik warna dan pola warna sapi Aceh tertera dalam
Tabel 4. Warna dan pola warna yang dimiliki sapi Aceh sejak lahir, tidak
mengalami perubahan sampai sapi tersebut dewasa, misalnya sapi Aceh yang
sejak lahir telah berwarna hitam maka tetap berwarna hitam sampai dewasa.
Warna tubuh sapi Aceh beragam tidak ditemukan pada sapi Bali, Madura,
dan PO. Namun, warna yang beragam tersebut relatif menyerupai warna-warna
pada sapi pesisir di Sumatera Barat seperti dikemukakan Otsuka et al (1980) dan
Sarbaini (2004).
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
15
Tabel 4. Rangkuman karakteristik warna dan pola warna sapi Aceh
No. Bagian tubuh Uraian warna
1. Keempat kaki bagian bawah Keputih-putihan
2. Kedua paha belakang Merah bata
3. Pantat Bagian luar coklat muda,bagian lateralis dan kakiberwarna keputih-putihan
4. Punggung Garis coklat
5. Leher jantan Warna lebih gelap
6. Ekor Bagian ujung ekorberwarna hitam
7. Bibir atas, sekeliling mata dan telinga Keputih-putihan
8. Bulu/rambut : - Betina- - Jantan
Merah batacoklat
Bentuk Tubuh
Keadaan tubuh sapi Aceh jantan lebih besar dibandingka betina. Tubuh
bagian depan lebih rendah dibandingkan bagian belakang baik pada jantan
maupun betina. Sapi betina bergumba kecil dan bergumba jelas pada jantan
serta bergelambir baik pada jantan maupun pada betina dengan tampilan lebih
tebal dan lebih berat pada jantan. Gelambir pada sapi Aceh jantan san betina
dijumpai mulai bawah kerongkongan sampai bawah dada antara dua kaki depan.
Pada sapi jantan memiliki selaput penis (preputium) yang pendek (Abdullah, et
al., 2007) (Gambar 5)
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
16
Gambar 5. Karakteristik sapi aceh sebagai pejantan
Umumnya, populasi sapi aceh mempunyai garis muka yang cekung. Namun
demikian, ada sebagian(4,5%) yang memiliki gaaris muka yang lurus. Garis muka
yang cekung pada sapi Aceh juga terdapat pada sifat sapi pesisir. Sedangkan
garis muka sapi Madura umumnya lurus (Abdullah, et al., 2007).
Garis punggung dapat menunjukan bentuk tubuh yang ideal pada seekor
ternak. Pada umumnya sapi Aceh mempunyai garis punggung yang cekung
(89,25%), sebagian mempunyai garis punggung yang cembung (6,25%) dan
sebagian kecil mempunyai garis punggung lurus (4,5%). Garis punggung yang
cekung pada sapi Aceh, merupakan sifat yang dimiliki sapiPesisir dan PO.
Sedangkan sapi Bali menurut Handiwirawan san Subandriyo (2004), memiliki
garis punggung yang lurus merupakan tipe bangsa turunan Bos sondaicus atau
Bos Banten. Selanjutnya hasil penelitian Setiadi dan Dwiyanto (1993), sapi
Madura mempunyai garis punggung yang lurus, tetapi ditemukan juga sapi yang
mempunyai garis punguung cekung (34,7%) dan sebagian kecil (6,1%)
mempunyai garis punggung yan cembung.
Bentuk telinga sapi Aceh adalah kecil, ujungnya meruncing dan berarah ke
samping, tidak terkulai.
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
17
Bentuk Tanduk
Sapi Aceh umumnya bertanduk, tetapi terdapat juga sapi kupung sebesar
7% hanya dijumpai pada betina. Panjang dan bentuk pertumbuhan tanduk
beragam dan terus memanjang seiring pertumbuhan sapi. Pertumbuhan tanduk
sapi betina mengarah ke samping melengkung ke atas kemudian ke depan dan
pada jantan mengarah ke samping melengkung ke atas. Tanduk sapi jantan lebih
besar dari betina (Abdullah, et al., 2007).
Tempramen
Umumnya sapi Aceh bertempramen nervous dan pada sapi jantan memiliki
sifat menyerang. Sifat tersebut akan berkurang jika digunakan cincin hidung dan
sering diusap-usap pada tubuhnya oleh peternak. Sapi Aceh jantan yang
dipelihara secara kereman akan dijupai keadaan yang sangat nervous dan
mengosok-gpsokan tanduk pada bagian kandang, bahkan akan berusaha
menanduk apa saja yang ditemuinya juka sewaktu-waktu dikeluarkan dari
kandang. Sifat nervous dimiliki sapi Aceh merupakan keunikan tingkah laku. Sifat
tersebut suatu keuntungan dalam pemeliharaan sapi Aceh yaitu untuk
menghindari dirinya dari hewan buas pemangsa apabila sapi ini digembalakan di
hutan dan di samping itu juga tidak mudah dicuri. Sebagian masyarakat Aceh
memanfaatkan sifat pada sapi Aceh ini untuk adu sapi (pók leumó) (Abdullah, et
al., 2008).
Sapi Aceh berbeda temperamen dibanding dengan sapi Pesisir di Sumatera
Barat. Menurut Saladin (1983), sapi Pesisir mempunyai temperamen yang jinak
sehingga lebih mudah dikendalikan dalam pemeliharaan.
Tubuh Sapi Aceh
Djagra dan Budiarta (1990) melaporkan pertumbuhan fetus sapi mulai
meningkat pesat pada saat umur kebuntingan sesudah tujuh bulan. Tambahan
bobot fetus jantan dan betina identik dnegan 2/3 dari bobot lahir pedet. Ukuran
tubuh dapat diketahui melalui ukuran lingkar dada ternak dewasa.
Bobot hidup sapi Aceh umur muda, betina : 128±30 kg jantan 145±37 kg,
sapi jantan Aceh memiliki berat 253±65 kg. Ukuran tinggi gumba sapi muda
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
18
Aceh;betina: 99±21 cm, jantan 107±21 kg; sapi dewasa betina : 102±21 cm,
jantan: 116±24 cm. Ukuran panjang badan sapi Aceh muda, betina : 102±21,
jantan: 105±22 cm. Sedangkan panjang badan sapi Aceh dewasa, betina:
105±22 cm, jantan 121±26 cm. Lingkar dada sapi Aceh muda, betina : 127±27
cm: jantan muda: 135±29 cm. Sedangkan sapi Aceh dewasa memiliki ukuran
lingkar dada:betina :127±27 cm dan jantan dewasa: 153±32 cm (BPTU Sapi
Aceh, 2010).
Hasil paparan Otsuka et al (1980 dan 1982) yang melakukan survei di
SNAKMA Saree dan Rumah Potong Hewan Banda Aceh, sapi betina Aceh
memiliki tinggi pundak 105,0 cm, tinggi punggung 108,2 cm, panjang badan
118,8 cm, lebar dada 22,0 cm, dalam dada 52,9 cm, lebar pinggul 34,54 cm,
lingkar dada 131,0 cm, panjang kepala 41,7 dan lebar kepala 14,0 cm. Laporan
Abdullah, et al., (2007), sapi Aceh mempunyai bobot badan 191,78 kg, tinggi
pundak 105,56 cm, tinggi pinggul 110,25 cm, panjang badan 107,69 cm, lebar
dada 28,25 cm, lebar pinggul 32,06 cm, dalam dada 49,50 cm dan lingkar dada
138,69 cm.
Karkas Sapi Aceh
Bentuk tubuh sapi Aceh kompak, halus dan harmonis, merupakan ciri sapi
potong yang bagus dengan postur tubuh yang besar dibagian depan (dada),
punuk dan sekitarnya sehingga memiliki potensi untuk diseleksi menjadi sapi tipe
daging sedang untuk selanjutnya menjadi tipe sapi besar. Berdasarkan data
BPTU Sapi Aceh (2009), berat karkas sapi Aceh muda, betina 57±14 kg dan
jantan 70±19 kg; betina dewasa 63±16 kg dan jantan dewasa 126±36 kg.
Sapi Aceh mempunyai daya tahan terhadap berbagai penyakit parasit
(caplak dan cacingan). Sapi Aceh resisten terhadap infeksi penyakit mikroba
seperti Surra, ingusan (Malignant Catarrhal Fever). Pada saat dimana ternak
kerbau dijumpai banyak yang mati karena penyakit Surra, namun tidak demikian
terhadap sapi Aceh.
Sapi Aceh dapat digolongkan sedalam golongan ternak masak dini. Daya
reproduksi induk sapi Aceh tergolong tinggi, karena sebagian besar induk yang
mendapat pakan dan air minum cukup per hari mampu melahirkan anak(pedet)
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
19
setiap tahunnya satu ekor. Manan et al. (2009) melaporkan bahwa, angka
kelahiran pedet sapi Aceh bervariasi antara 65-85% setiap tahunnya.
Perkembangbiakan sapi Aceh tergolong cepat karena mempunyai tingkat
kesuburan yang tergolong tinggi. Sapi Aceh pada masa yang akan datang
mampu dipasarkan sebagai ternak potong dikawasan Asia Tenggara serta dapat
menjadi sapi potong yang potensial di Indonesia. Data kemampuan reproduksi
sapi Aceh tertera dalam Tabel 5.
Gambar 6. Sapi Aceh digolongkan sedalam golongan ternak masak dini, karenadaya reproduksi induk sapi Aceh tergolong tinggi.
Secara umum, sapi Aceh beranak pertama pada umur 24 bulan lebih cepat
dari pada sapi Bali 32 bulan, karena umur pencapaian dewasa kelamin pada sapi
Aceh adalah 10-12 bulan. Selanjutnya setiap 11-13 bulan sapi Aceh melahirkan
seekor pedet. Manan et al.(1992) melaporkan bahwa, umur beranak pertama
sapi Aceh sekitar 24 bulan, dengan jarak beranak 12 bulan dan angka panen
pedet 86%.
Tabel 5. Kemampuan reproduksi sapi Aceh
No. Sifat Nilai1. Umur pubertas (hari) 300-3902. Bobot saat pubertas (kg) 125-1303. Siklus birahi (hari) 18-204. Lama birahi (jam) 18-245. Servise/Conception 1,2-1,66. Lama bunting (hari) 275-2827. Beranak pertama (hari) 690-7208. Kawin pertama (bulan) 14-15
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
20
9. Persentase melahirkan pertahun
(%) 65-85
10. Berahi postparfum (hari) 35-40Sumber : Manan et al. (2009)
Tingkat kesuburan sapi Aceh adalah 86-90% atau minimal 72% lebih baik
dari sapi Bali 82-86%. Tingkat kesuburan ini tidak berkaitan dengan lingkungan
tetapi erat kaitannya dengan panjang masa birahi sapi Aceh yaitu 18-24 jam.
Sapi Aceh yang dipelihara secara digembalakan, diikat secara berpindah-pindah
dan dikandangkan terus menerus mempunyai perbedaan pada keberhasilan sapi
hidup hingga dewasa, walaupun kemampuan reproduksinya hampir sama.
Perbedaan kemampuan reproduksi saip Aceh yang dipelihara pada tiga sisitem
pemeliharaan tertera dalam tabel 6.
Tabel 6. Kemampuan reproduksi sapi Aceh yang dipelihara secaradigembalakan, diikat berpindah-pindah dan dikandangkan
No Sifat
PemeliharaanGembal
aIkat Kandang
1. Umur beranak pertama(bulan)
24 23 23
2. Jarak beranak (bulan) 13 12 123. Umur sapih pedet (bulan) 7 7 64. Sapi hidup s/d sapih (%) 90 80 825. Sapi hidup s/d dewasa
(%)88 75 80
Sapi Aceh bunting dipakai untuk kerja mengolah tanah sawah atau kebun
palawija tidak menunjukan pengaruh negatif terhadap kemampuan reproduksi.
Sapi Aceh yang berada dalam kondisi bunting tua (bunting pada semester tiga
kebuntingan) dipekerjakan mengolah lahan sawah/kebun akan memperpendek
periode kebuntingan 7-9 hari dari periode kebuntingan sapi Aceh yang tidak
dipekerjakan.
Wilayah Sebaran Sapi Aceh
Sapi Aceh saat ini telah tersebar secara meluas ke seluruh wilayah Propinsi
Aceh, sebagian kabupaten dalam wilayah Provinsi Sumatera Utara (Binjei, Karo).
Sapi Aceh juga pernah dipasarkan di perbatasan Sumatera Utara dan Sumatera
Barat (Bonjol) dan Talu (Sumatera Barat). Pada tahun 1972 sapi Aceh sebanyak
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
21
160 ekor (110 jantan dan 50 betina fertil) pernah diekspor ke Malaysia melalui
pelabuhan Ulee Lheu-Banda Aceh dan menurut perantau dari Aceh disana
mengatakan bahwa sapi Aceh di Malaysia telah berkembang biak. Peda tahun
yang sama sapi Aceh jantan sebanyak 40 ekor telah diekspor ke Hongkong oleh
pedagan Aceh pada masa itu melalui pasar gelap.
Upaya pengembangan ternak ruminansia disuatu daerah sangat ditentukan
oleh ketersediaan sumber daya pendukung yakni sumber daya pakan, kondisi
agroekosistem, faktor manusia (skill, tenaga kerja) dan modal.
Sapi Aceh masih sangat memungkinkan dikembangkan disuatu daerah
yang memiliki imbangan antara lahan terhadap populasi. Sapi Aceh berpotensi
dikembangkan diluar habitat asalnya (ex situ) karena sapi Aceh memiliki daya
adaptasi yang cukup luas dengan kinerja produksi dan reproduksi tetap baik.
Berdasarkan sifat-sifat tersebut pada sapi Aceh, maka dipertimbangkan
bahwa sapi Aceh dapat dipilih menjadi ternak yang dapat dikembangkan
diseluruh Indonesia. Sumber bibit sapi Aceh diluar Provinsi Aceh terutama berasal
dari daerah sentral ternak sapi Aceh, yaitu Provinsi Sumatera Utara dan Malaysia.
Sapi Aceh dari beberapa daerah tersebut merupakan sumber bibit yang perlu
dipertimbangkan dalam pelaksanaan program pemurnian dan peningkatan mutu
genetik sapi Aceh. Selain penentuan wilayah sumber bibit, ditentukan pula
wilayah produksi dengan pembinaan yang intensif, sehingga diharapkan ada
wilayah sumber bibit dan wilayah produksi. Hanya wilayah produksi yang
memungkinkan dapat dilakukan persilangan sapi Aceh dengan bangsa sapi
lainnya. Hal ini perlu di atur dalam bentuk undang-undang atau peraturan
daerah.
Saat ini sapi Aceh sebgai calon akseptor tersebar diwilayah Kabupaten Aceh
Besar, Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Utara, Kota Lhokseumawe, Aceh Tamiang,
Aceh Tengah, Gayo Lues, Aceh Jaya, Aceh Barat, Aceh Selatan, Aceh Barat Daya,
Aceh Singkil, Kota Subussalam, Kutacane (Aceh Tenggara), Bener Meriah, dan
Simeulue. Disamping itu, BPTU sapi Aceh telah menyiapkan 415 ekor induk sapi
Aceh fertil. Selanjutnya pada tahun 2011 ini akan dibangun Balai Inseminasi
Buatan (BIB) Saree, Aceh yang akan memproses semen beku sapi Aceh dan
kerbau Aceh.
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
22
Pemerintah Aceh dalam hal ini Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan
Provinsi Aceh, pada tahun 2009 telah menetapkan Pulau Raya dan Pulau Aceh
sebagai wilayah pemurnian sapi Aceh. Setelah penetapan sapi Aceh sebagai
rumpun ternak nasional, maka mulai tahun 2011 langkah-langkah strategis
program kebijakan perencanaan yang diambil dalam upaya pelestarian,
pemurnian, pengembangan, menghasilkan bibit unggul dan pemanfaatan sapi
Aceh secara berkelanjutan adalah :
1. Seleksi fenotipe : sapi Aceh (jantan, betina) yang menunjukan fenotipe
tidak sesuai (menyimpang) akan dikeluarkan dari pulau tersebut.
Seleksi kualitatif dan kuantitatif akan mengikuti rataan sebaran data
populasi sapi Aceh.
2. Seleksi genetik (analisis molekuler/DNA) : upaya pemurnian sapi Aceh
(jantan, betina)akan dianalisis materi genetik pada sapi Aceh. Individu
yang mempunyai gene pool terbaik akan menjadi sumber bibit dari
kedua pulau tersebut.
3. Pemanfaatan pejantan Aceh unggul : semen pejantan Aceh unggul
akan diproduksi untuk diinseminasikan pada sapi Aceh betina dikedua
pulau secara massal atau juga untuk diinseminasikan pada sapi Aceh
betina di dataran.
PADI GOGOPadi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman
pertanian kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan
subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang
(Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan
di Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan India,
beberapa wilayah asal padi adalah, Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos,
Vietnam.
Jenis Tanaman
Klasifikasi botani tanaman padi adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
23
Kelas : Monotyledonae
Keluarga : Gramineae (Poaceae)
Genus : Oryza
Spesies : Oryza spp.
Padi gogo merupakan tanaman padi yang ditanam baik pada lahan kering
yang datar maupun lahan kering berlereng tanpa galengan dimana pengolahan
lahan dan tanam pada kondisi kering serta pertumbuhan dan produksinya sangat
tergantung pada ketersediaan curah hujan yang mempengaruhi kelembaban
tanah (Bantulkab, 2008).
Peningkatan produksi padi yang dilakukan pemerintah lebih terfokus pada
lahan sawah, terutama melalui program intensifikasi. Upaya itu memang dapat
menigkatkan produktivitas maupun produksi, tetapi belum memecahkan masalah
penyediaan pangan yang mencukupi kebutuhan nasional (Suwono, 2008).
Padi gogo kurang mendapat perhatian karena produktivitasnya rendah.
Laporan BPS (2005) rata-rata produktivitas padi gogo adalah 2,56 ton per hektar,
hasil ini jauh dibawah rata-rata produksi padi sawah Indonesia yang mencapai
4,78 ton per hektar. Pada tahun 2005 diperkirakan produksi beras 30,79 juta ton
namun kebutuhan beras nasional sebanyak 35 juta ton sehingga terjadi deficit
mencapai 4,21 juta ton.
Untuk menanggulangi kekurangan beras tersebut perlu pengembangan
padi tidak hanya pada lahan persawahan tapi juga secara gogo yang ditanam
pada lahan kering. Produksi padi gogo pada tingkat petani masih rendah, lahan
yang ditanami merupakan jenis tanah Ultisol dengan berbagai masalah antara
lain: kesuburan tanah, kandungan bahan organik yang rendah, kemampuan
menyimpan air yang rendah serta kurangnya pengelolaan (Simanihuruk,
dkk,2007).
Terdapat 25 spesies Oryza, yang dikenal adalah O. sativa dengan dua
subspecies yaitu Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi
cere). Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di
dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan
penggenangan. Varietas padi gogo lokal yang berasal dari Kalimantan yang
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
24
masih diminati oleh petani karena daya adaptifnya yang baik antara lain :
varietas Buyung, Cantik, Katumping, Sabai dan Sasak Jalan.
Demikian pula di Sumatera varietas lokal seperti Arias, Simaritik, Napa,
Jangkong, Klemas, Gando, Seratus Malam, dll. Varietas-varietas lokal umumnya
selain berumur panjang, potensi hasilnya rendah sekitar 2 ton GKG/ha. Namun
kelebihannya varietas lokal mempunyai rasa enak yang sesuai dengan etnis
daerah setempat. Selain itu varietas lokal toleran terhadap keadaan lahan yang
marjinal, tahan terhadap beberapa jenis hama dan penyakit, memerlukan
masukan (pupuk dan pestisida) yang rendah, serta pemeliharaan mudah dan
sederhana.
Beras merupakan makanan sumber karbohidrat yang utama di
kebanyakan Negara Asia. Negaranegara lain seperti di benua Eropa, Australia
dan Amerika mengkonsumsi beras dalam jumlah yang jauh lebih kecil daripada
negara Asia. Selain itu jerami padi dapat digunakan sebagai penutup tanah pada
suatu usaha tani.
Syarat Pertumbuhan Padi Gogo
Pada dasarnya dalam budidaya tanaman, pertumbuhan dan
perkembangan tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor genetis dan faktor
lingkungan. Faktor lingkungan yang paling penting adalah tanah dan iklim serta
interaksi kedua faktor tersebut. Tanaman padi gogo dapat tumbuh pada berbagai
agroekologi dan jenis tanah. Sedangkan persyaratan utama untuk tanaman padi
gogo adalah kondisi tanah dan iklim yang sesuai. Faktor iklim terutama curah
hujan merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan budidaya padi
gogo. Hal ini disebabkan kebutuhan air untuk padi gogo hanya mengandalkan
curah hujan.
1. Iklim
Padi gogo memerlukan air sepanjang pertumbuhannya dan kebutuhan air
tersebut hanya mengandalkan curah hujan. Tanaman dapat tumbuh pada derah
mulai dari daratan rendah sampai daratan tinggi. Tumbuh di daerah
tropis/subtropis pada 450 LU sampai 450 LS dengan cuaca panas dan
kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan. Rata-rata curah hujan yang
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
25
baik adalah 200 mm/bulan selama 3 bulan berturut-turut atau 1500-2000
mm/tahun.
Padi dapat ditanam di musim kemarau atau hujan. Pada musim kemarau
produksi meningkat asalkan air irigasi selalu tersedia. Di musim hujan, walaupun
air melimpah prduksi dapat menurun karena penyerbukankurang intensif. Di
dataran rendah padi memerlukan ketinggian 0-650 m dpl dengan temperature
22-27 derajat C sedangkan di dataran tinggi 650-1.500 m dpl dengan
temperature 19-230C.
Tanaman padi memerlukan penyinaram matahari penuh tanpa naungan.
Di Indonesia memiliki panjang radiasi matahari ± 12 jam sehari dengan
intensitas radiasi 350 cal/cm2/hari pada musim penghujan. Intensitas radiasi ini
tergolong rendah jika dibandinkan dengan daerah sub tropis yang dapat
mencapai 550 cal/cm2/hari. Angin berpengaruh pada penyerbukan dan
pembuahan tetapi jika terlalu kencang akan merobohkan tanaman.
2. Tanah
Padi gogo harus dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, sehingga jenis
tanah tidak begitu berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil padi gogo.
Sedangkan yang lebih berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil adalah sifat
fisik, kimia dan biologi tanah atau dengan kata lain kesuburannya. Untuk
pertumbuhan tanaman yang baik diperlukan keseimbangan perbandingan
penyusun tanah yaitu 45% bagian mineral, 5% bahan organik, 25% bagian air,
dan 25% bagian udara, pada lapisan tanah setebal 0 – 30 cm.
Struktur tanah yang cocok untuk tanaman padi gogo ialah struktur tanah
yang remah. Tanah yang cocok bervariasi mulai dari yang berliat, berdebu halus,
berlempung halus sampai tanah kasar dan air yang tersedia diperlukan cukup
banyak. Sebaiknya tanah tidak berbatu, jika ada harus < 50%. Keasaman (pH)
tanah bervariasi dari 5,5 sampai 8,0. Pada pH tanah yang lebih rendah pada
umumnya dijumpai gangguan kekahatan unsur P, keracunan Fe dan Al.
sedangkan bila pH lebih besar dari 8,0 dapat mengalami kekahatan Zn.
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
26
III. METODOLOGI
3.1. Ruang Lingkup
Seperti telah disebutkan di atas, yang termasuk dalam topik kajian dalam
penelitian ini adalah masalah Pengembangan lahan kering padi gogo dan
Pengembangan sapi aceh yang terkait dengan sektor pertanian. Oleh sebab itu,
agar tidak ketinggalan dan kehilangan relevansi, analisi kebijaksanaan ini perlu
dilakukan secara cepat sehingga diperoleh hasil kajian yang masih tetap relevan
untuk perumusan kebijaksanaan. Meskipun demikian, metoda penelitian ini akan
tetap memperhatikan landasan teoritis dan mempertahankan objektivitas.
3.2. Pendekatan (Kerangka Pemikiran)
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan, antara lain : (i) informasi
relevan dalam bentuk perumusan kebijaksanaan, dan (ii) rekomendasi
kebijaksanaan. Bentuk penyajian berupa : (i) memo atau policy brief untuk
masalah sensitif, (ii) bahan untuk Rakorbang di Propinsi Aceh, dan (iii) makalah
kerja untuk masalah kebijaksanaan yang tidak sensitif. Adapun pengguna hasil
kajian ini sangat terbatas, antara lain : (i) Gubernur Propinsi Aceh (ii) Dinas
lingkup pertanian, (iii) Kepala Biro Perekonomian, Bappeda, serta (iv) beberapa
Eselon II lingkup Propinsi Aceh.
Penelitian ini akan dilaksanakan oleh peneliti BPTP Aceh dan
berkoordinasi dengan instansi-instansi terkait di daerah. Penelitian akan
dilaksanakan di Aceh. Pemilihan lokasi penelitian akan disesuaikan dengan topik
kajian.
3.3. Metode Pelaksanaan
a. Penarikan Contoh dan Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data sekunder dan data
primer. Data sekunder adalah data mengenai perkembangan sektor
pertanian dalam bentuk data deret waktu 15 tahun terakhir, sedangkan data
primer adalah data mengenai dampak dari suatu kebijaksanaan
pembangunan yang diperoleh dengan teknik pemahaman secara singkat
(Rapid Appraisal). Penarikan contoh untuk memperoleh data primer
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
27
menggunakan teknik kuota sampling yang jumlahnya disesuaikan dengan
kebutuhan untuk menjawab permasalahan yang dikaji tetap berpegang pada
prinsip representatif.
b. Analisi Data
Untuk menjawab tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini seperangkat
analisis yang digunakan akan disesuaikan dengan topik kajian dan landasan
teoritis yang mendukung. Metode analisis data dapat dilakukan baik secara
statistik maupun deskriptif.
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
28
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Lokasi Survey Kabupaten Aceh Jaya
1. Kondisi Geografis
Kabupaten Aceh Jaya terletak pada 04.22o – 05.16 o LU dan 95.02 o -
96.03 o BT dengan luas wilayah 372.700 km2 yang berbatasan langsung (Gambar
1) :
a. Sebelah Utara dengan Kabupaten Aceh Besar dan Pidie
b. Sebelah Selatan dengan Samudera Indonesia dan Kabupaten Aceh Barat
c. Sebelah Timur dengan Kabupaten Pidie dan Aceh Barat
d. Sebelah Barat berbatas dengan Samudera India
Gambar 1. Peta Kabupaten Aceh Jaya
Kabupaten Aceh Jaya terdiri dari 9 Kecamatan, 21 Kemukiman dan 172
desa dengan jumlah Penduduk 80.000 jiwa, secara umum topografinya berbukit-
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
29
bukit pada bagian timur Kabupaten dan Hamparan datar pada sepanjang pantai,
secara umum Aceh Jaya memiliki musim tropis, untuk uraian lebih terperinci
tentang karakteristik tanah dan iklim dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Karakteristik Tanah dan Iklim Kabupaten Aceh Jaya
No Uraian Kisaran
1. Ph Tanah 4 – 4,5
2 Ketinggian Tempat 0 – 397 Dpl dari permukaan laut
3 Kemiringan Tempat 0o – 9o Persen
4 Curah Hujan Rata-rata 3.000 mm/ tahun
5 Curah hari hujan 25o – 37o C
6 Temperatur 187 hari/ Tahun
7 Kedalaman Gambut 25o – 2.00o meter
8 Drainase Umumnya kurang baik
9 Asal Tanah Daerah DAS, Daerah Dasaran dan DaerahGambut
Sumber: Aceh Jaya dalam Angka 2010
2. Potensi Pengembangan Ternak Sapi di Aceh Jaya
Pada sub sektor Peternakan pada tahun 2011, luas area penggembalaan
ternak mencapai 4000 Ha dan luas kebun rumput/ Hijauan Pakan Ternak
mencapai 300 Ha. Dari hasil survey oleh tim BPTP Aceh dilapangan masih
tersedia lahan potensi peternakan yang perlu digarap, seperti lahan tidur, hutan
ulayat, kebun sawit, kebun karet, persawahan dan lahan lainnya, oleh karena itu
pengembangan peternakan di Kabupaten Aceh Jaya sangatlah menjanjikan,
karena sektor ini mampu untuk meningkatkan pendapatan masyarakat miskin.
seperti kita ketahui Indonesia masih kekurangan populasi sapi, sehingga
Kabupaten Aceh Jaya sangat berpeluang untuk melakukan usaha peternakan
sapi, disamping sumber daya alam yang sangat mendukung, juga kesiapan
sumber daya manusia juga tersedia.
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
30
Potensi dan Sumber Daya Lahan
1. Desa Pulo Raya (daerah kepulauan)
Pulo raya merupakan sebuah pulau yang memiliki luas 42 kilometer
terletak sebelah barat ibu kota Kecamatan Sampoiniet, memiliki hamparan yang
rata-rata ditumbuhi rumput-rumput alam dan semak belukar, dengan sumber air
alur dan tanah berai, sehingga sangat potensial untuk penanaman lahan Hijauan
Makanan Ternak (HMT). Luas hamparan lahan cukup tersedia ± 600 hektar.
Sebelum tsunami pulo ini di huni sekitar 96 KK, akibat gempa dan gelombang
tsunami 2004 yang lalu, masyarakat desa ini tinggal 85 KK lagi dengan jumlah
penduduk 310 jiwa (thn. 2008) dan sekarang telah di relokasi, mengungsi ke
desa krueng no, sehingga lahan di pulo raya terbengkalai karena tidak lagi di
garap oleh pemiliknya.
Pulo raya sebuah desa kepulauan yang memiliki sejarah sentral produksi
ikan di Aceh Jaya, khususnya kecamatan sampoiniet selain patek, juga dikenal
sebagai lumbungnya ternak, baik sapi lokal aceh dan kerbau, dimana jumlah
populasi mencapai seribu ekor (sebelum tsunami 4 desember 2006), sekarang
masih ada beberapa penduduk yang melepaskan ternaknya di pulo sapi lebih
kurang 150 ekor yang tergabung dalam beberapa kelompok ternak. perjalanan
kepulau ini harus menggunakan boat dengan jarak tempuh sekitar 10-15 menit.
Sekarang pemerintah daerah kabupaten aceh jaya sudah memulai melakukan
upaya pelestarian (plasma nutfah) sapi aceh di pulo raya, sarana yang sudah
tersedia adalah lahan hijauan makanan ternak, boat penyeberangan,
perkandangan 2 unit, balai musyawarah ternak, dan pelabuhan (dalam usulan),
selain ternak sapi yang mencapai 150 ekor. Sedangkan fasilitas pendukung
lainnya mengharapkan dapat di bantu oleh berbagai pihak.
Untuk memurnikan sapi aceh di pulo ini sangat mendukung di samping
lahan yang baru di garap sekitar 20 hektar, dan berbagai sarana pendukung
seperti dalam uraian di atas, selain itu masyarakat sudah menyediakan lahan
seluruh pulo raya untuk di manfaatkan untuk pelestarian sapi aceh dan tersebut
sangat antusias dalam mendukung kegiatan ini. Di sisi lain masyarakat bersama
pemerintah daerah terus melakukan berbagai upaya agar pulo ini menjadi
sumber bibit sapi aceh di masa mendatang.
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
31
2. Balai pembibitan ternak dan hijauan makanan ternak (BPT-HMTlageun)
Balai pembibitan ternak dan hijauan makanan ternak merupakan cikal
bakal unit pelayanan teknis yang bertujuan untuk mewujudkan pembibitan
ternak ruminan khusunya sapi aceh, BPT-HMT memiliki luas lahan sekitar 500
hektar, lahan tersebut milik eks ADB (Asian Development Bank), dan pada tahun
2010 akhir lahan tersebut sudah mulai di garap oleh dinas pertanian dan
peternakan kabupaten aceh jaya seluas lebih kurang 70 Hektar, sarana yang
sudah tersedia adalah gedung perkantoran, kandang 3 unit, HMT 10 Hektar,
lahan persawahan 20 Hektar, selebihnya lahan pengembalaan. Sedangkan
sisanya masih hutan muda.
BPT-HMT juga telah membina 2 kelompok ternak di lokasi BPT-HMT yang
terus berkembang dengan jumlah ternak sapi aceh sudah mencapai 130 ekor.
Hal ini sangat berpeluang untuk memurnikan sapi aceh di samping lahan yang
tersisa yang begitu potensial. Pengembangan sapi aceh merupakan target
utama Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Aceh Jaya untuk memenuhi
kebutuhan sapi murni aceh beberapa tahun kedepan. Aceh Jaya menargetkan
pada 2022 menjadi lumbung sapi aceh di Propinsi Aceh, sehingga kebutuhan
akan bakalan atau bibit sapi aceh dapat di peroleh di Kabupaten Aceh Jaya.
2. Pemurnian dan Pengembangan Ternak Sapi Aceh di Kabupaten Aceh
Jaya
Pola kegiatan
Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Aceh Jaya bapak Ir. H.
T. Rusdi, M.Sc (Gambar 2) pola yang dikembangkan adalah dengan menitipkan
ternak sapi pemerintah pada kelompok-kelompok ternak yang kemudian akan
dilakukan bagi hasil, hasil tersebut akan di revolving kembali kepada kelompok-
kelompok ternak yang menyebar di kabupaten aceh jaya. Untuk mencapai tujuan
pemurnian sapi aceh maka pada kelompok-kelompok ternak akan di lakukan
seleksi ternak sapi yang memenuhi kriteria sapi aceh, jika tidak memenuhi
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
32
kriteria maka hasil ternak tersebut akan di lelang dan terus dikembangkan,
sehingga tercapai tujuan utama pemurnian sapi aceh. sedangkan Model kandang
akan di upayakan tersentral satu lokasi, dimana petani ternak dapat
mengusahakan usaha ternak sapi dengan satu tempat dan untuk perawatan dan
pemberian pakan dilakukan sitem bergilir (piket perhari), sehingga dalam satu
kelompok terdapat 20 0rang anggota kelompok, yang di bagi sift per bulan, per
hari 5 orang yang merawat sapi dan bergantian seterusnya, selebihnya anggota
kelompok dapat bekerja sampingan seperti bertani dan Nelayan.
Gambar 2. Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Aceh Jaya bapak Ir. H. T.Rusdi, M.Sc Memaparkan Program Pemurnian dan PengembanganTernak Sapi Aceh di Kabupaten Aceh Jaya
Sementara itu Kepala Bidang Bina Produksi Peternakan Dinas Pertanian
dan Peternakan Kabupaten Aceh Jaya bapak Drh. Nuri Assirri (Gambar 3)
menambahkan beberapa langkah garis besar yang akan dilakukan dalam
pelaksanaan program pengembangan Pembibitan Ternak Sapi ini adalah:
Penyebaran bibit ternak kepada kelompok-kelompok ternak; Penyediaan fasilitas
sarana dan prasarana peternakan; Penyediaan Kebun Rumput dan lahan
gembalaan; Pembinaan manajemen produksi; Pembinaan manajemen
pemasaran; Pembinaan manajemen pengembangan ternak dalam kelompok;
Penyediaan obat-obatan dan tenaga medis; Monitoring dan evaluasi; Pelaporan.
METODE PENYEBARAN DAN PENGGULIRAN
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
33
Assesment Kelompok/CPCL
Sebelum dilakukan penyebaran ternak, maka dilakukan Asesment
terhadap kelompok-kelompok petani ternak yang sesuai untuk pengembangan
peternakan, baik didasari pada kemampuan petani, ketersediaan lahan dan
lainnya yang mendukung usaha peternakan sapi. Kemudian di lakukan evaluasi
dan di tetapkannya sebagai kelompok penerima bantuan usaha pemurnian
pembibitan sapi aceh, kelompok yang terpilih akan di berikan pengarahan dan
pelatihan usaha peternakan sapi oleh Tim dari Dinas Pertanian dan Peternakan
Kabupaten Aceh Jaya dengan bekerjasama dengan intansi vertikal dan civitas
akademika.
1. Pembinaan Kelompok
Selama usaha produksi, setiap anggota kelompok menerima
pembinaan/pendampingan secara regular dari pengelola. Pembinaan dan layanan
ini diantaranya meliputi:
- Teknik bekerjasama dan saling bantu-membantu dalam kelompok
- Pengelolaan administrasi dalam organisasi kelompok
- Teknik beternak Sapi secara benar dan efisien
- Teknik pamasaran dan evaluasi usaha
Gambar 3. Kepala Bidang Bina Produksi Peternakan Dinas Pertanian danPeternakan Kabupaten Aceh Jaya bapak Drh. Nuri AssirriMenjelaskan Program Pengembangan Pembibitan Ternak Sapi Aceh
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
34
2. Penyebaran ternak
Keterangan:
- Jumlah induk yang akan disebarkan dalam 2 (dua) lokasi 600 ekor
- Jumlah pejantan untuk melayani induk dengan teknik kawin alam
sebanyak 60 ekor.
3. Mekanisme:
Setiap peternak akan mendapatkan 5 ekor calon induk dewasa yang siap
dikawinkan dan 1 ekor jantan pemacek, Setelah Lima tahun, setiap peternak
wajib mengembalikan anak yaitu 5 ekor betina berumur sekitar 2 tahun dan 1
ekor anak jantan siap kawin Plus 1 ekor anak jantan untuk di jadikan modal
pembuatan kandang dan fasilitas lainnya kepada pihak kedua untuk di revolving
ke kelompok bentukan baru.
Dalam hal ini Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten aceh Jaya akan
bekerja sama dengan Civitas Akademika dan BPTP Aceh untuk pemurnian sapi
Lokal Aceh, dimana anakan yang unggul akan di Murnikan di Lokasi Pulo Raya
dan Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak Lageun kabupaten
Aceh Jaya.
Alasan peternak memilih sapi Aceh
Menurut Rasyidin (45 Tahun) salah seorang peternak sapi aceh
yang memiliki 102 ekor sapi di Desa Gampong Baro Kecamatan Darul
Hikmah Kabupaten Aceh Jaya (Gambar 4), pelihara sapi aceh sangat
menguntungkan, karena Sapi Aceh sebagai Sumber Daya Genetik ternak Lokal
yang sudah ditetapkan sebagai rumpun tersendiri di Indonesia. Sudah
beradaptasi dengan lingkungan setempat.
Iklim dan cuaca yang ektrim tidak menjadi faktor pembatas atau kendala
bagi sapi yang banyak diminati oleh masyarakat aceh untuk berkembang biak.
Apalagi pakan untuk makanannya, sering kita melihat banyak sapi-sapi hidup
sehat dan gemuk di tempat pembuangan sampah. Padahal makanannya hanya
sampah-sampah non organik.
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
35
Gambar 4. Rasyidin (45 Tahun) Peternak Sapi Aceh Desa Gampong BaroKecamatan Darul Hikmah Kabupaten Aceh Jaya Mengatakan AlasanMemilih Sapi Aceh
Sementara peternak lain Hasan (50 Tahun) warga Lageun Kabupaten
Aceh Jaya, mengutarakan sapi aceh mudah dipelihara. Pagi hari di halau ke
hamparan pinggir pantai yang banyak rumput-rumput liar, sementara sorenya di
masukkan kembali ke kandangnya yang terbuka memiliki luas 25 m x 25 m.
Disamping harganya tinggi, sapi aceh juga memiliki rasa dagingnya sangat enak,
demikian ujarnya kepada tim Anjak BPTP Aceh.
Alasan peternak memilih sapi aceh untuk dipeliharanya:
• Sapi Aceh sebagai Sumber Daya Genetik ternak Lokal spesifik yangsudah ditetapkan sebagai rumpun tersendiri
• Sudah beradaptasi dengan habitat sendiri/lokal
• Mempunyai daya reproduksi yg baik (hampir beranak setiap tahun/Jarak beranak pendek)
• Mampu berkembangbiak dengan pakan lokal yang ada, bahan-bahan oraganik lainnya
• Relatif mudah dipelihara tanpa membutuhkan kandang yangpermanen, cukup di hamparan terbuka dengan dipagar kawat durisaja
• Dagingnya disukai masyarakat aceh
• Harga dagingnya sangat bagus (menguntungkan peternak)
• Populasinya masih cukup banyak dan cenderung menurun
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
36
sehingga perlu segera ditingkatkan/dipertahankan
• Pernah Ekspor pada tahun 1970an
Sapi Aceh terancam punah
Prof Dr drh Tongku N Siregar MP (42). Guru Besar Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) pakar teknologi manipulasi ovulasi dan
transfer embrio mengawatirkan keberadaan sapi aceh karena pemerintah
nasional memiliki kebijakan yang tidak berpihak padanya. Pemerintah secara
khusus pernah menetapkan bahwa sapi bali dan madura dikembangkan di pulau
Madura dan Bali, namun sapi Aceh tak dimasukkan. Sementara itu dia
menambahkan pemerintah provinsi atau kabupaten/kota kurang berpihak pada
sapi Aceh. Banyak sapi luar dimasukkan, lantas dibagi-bagikan kepada peternak
sapi di Aceh. Entah berapa banyak uang yang telah dihabiskan pemerintah untuk
itu. Sayangnya, sapi-sapi itu gagal berkembang dengan baik di Aceh karena tak
mampu beradaptasi dengan kondisi alam Aceh, banyak yang mencret, kurus-
kering, dan tak mau bereproduksi jika pakannya minim. pada akhirnya program
pemerintah menjadi sia-sia.
Populasinya cendrung menurun karena pertumbuhan dan
permintaan/pemotongan lebih besar dari pertambahan populasi (saat ini
populasinya sekitar 500 ribu ekor). Pada saat hari meugang (saat hari memasuki
bulan ramadhan) banyak sapi aceh yang disembilih untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Pejantan yang memiliki pertumbuhan besar dan harga tinggi turut
juga disembelih, terjadi seleksi negatife demikian kecemasan ini diungkap oleh
Prof Samsul Bahri.
Keturunannya cenderung lebih kecil/inbreeding. Pada umumnya peternak
sapi Aceh di Lageun dan Patek Kabupaten Aceh Jaya jarang melakukan
pemeliharaan yang mengutamakan keturunan-keturunannya akan lebih
bagus/besar. Sapi dilepas di hamparan yang luas, sehingga terjadi perkawinan
sesama (ibreeding) yang tidak bisa dihindari, sehingga keturunan cenderung
lebih kecil.
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
37
Ancaman Terhadap Populasi Sapi Aceh
Populasinya cendrung menurun karena pertumbuhanpermintaan/ pemotongan lebih besar pertambahan populasi(Saat ini populasinya sekitar 500 ribu ekor)
Mulai banyak yg melakukan persilangan dengan sapieksotik/sapi lain
Keturunannya cenderung lebih kecil/ inbreeding
Terjadi seleksi negatif (yang bagus dipotong/dijual denganberbagai alasan, yang kecil dipelihara)
Belum tersedia program pembibitan Sapi Aceh yg terarah
GAMBARAN UMUM KABUPATEN NAGAN RAYA
1. Kondisi Geografis Daerah
A. Geografis
Kabupaten Nagan Raya merupakan Kabupaten Pemekaran dari
Kabupaten Aceh Barat dengan Ibu Kota Suka Makmue yang dibentuk dengan
undang-undang Nomor 4 Tahun 2002.
Kabupaten Nagan Raya terletak pada 03°40’ - 04°38’ Lintang Utara dan
96°11’ - 96°48 Bujur Timur dengan luas wilayah 3.363,72 Km² (336.372 hektar)
dengan batas-batas sebagai berikut (Gambar 5) :
a. Sebelah Utara dengan Kabupaten Aceh Barat dan Aceh Tengah
b. Sebelah Selatan dengan Samudera Indonesia
c. Sebelah Timur dengan Kabupaten Gayo Luwes dan Aceh Barat Daya
d. Sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Barat
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
38
Gambar 5. Peta Kabupaten Nagan Raya
Wilayah Kabupaten Nagan Raya adalah wilayah yang sangat cocok untuk
budidaya berbagai komoditi pertanian karena didukung oleh iklim yang bagus.
Salah satu cuaca yang sangat signifikan untuk budidaya pertanian adalah tingkat
curah hujan, dimana untuk setiap tahunnya jumlah curah hujan yang terjadi
sebesar 3.301,9 mm atau rata-rata 275,2 mm setiap bulannya. Selain
ketersediaan hamparan sawah yang cukup luas dan potensial, dengan
berdasarkan keadaan geografisnya, Kabupaten Nagan Raya merupakan daerah
yang subur bagi tanaman bahan makanan, berpotensi besar bagi peningkatan
produksi tanaman perkebunan dan kehutanan serta mempunyai peluang besar
bagi peningkatan potensi kelautan. Karena hampir sepanjang garis pantai yang
ada, merupakan daerah potensi perikanan laut yang masih belum dikelola secara
optimal.
B. Topografis
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
39
Secara Topografis, Kabupaten Nagan Raya dibagi menjadi 8 Kecamatan,
27 Kemukiman dan 222 Desa. Wilayah daratan tinggi berupa pegunungan yang
merupakan daerah penghasil produk perkebunan dan daratan rendah dengan
berbagai potensi produk hasil pertanian serta daerah sekitar garis pantai
membujur dari arah barat ke selatan yang merupakan daerah penghasil berbagai
biota laut. Luas daerah pengairan dari sungai-sungai di Kabupaten Nagan Raya
sebagian besar digunakan untuk mendukung kegiatan bidang pertanian dan
perkebunan yang merupakan salah satu komoditi unggulan di Kabupaten Nagan
Raya.
C. Kondisi Iklim
Kondisi iklim di Kabupaten Nagan Raya memiliki 2 (dua) musim yaitu
musim kamarau dan musim penghujan. Namun demikian secara umum
perbedaan waktu antara musim kemarau dan musim penghujan tidak membawa
dampak berarti bagi pengembangan pertanian di Kabupaten Nagan Raya.
Adapun rata-rata curah hujan selama setahun angkanya berkisar antara 5 mm –
15 mm, terjadi pada bulan Januari sampai dengan Juni. Sedang bulan Juli sampai
dengan Desember angkanya berkisar antara 1 mm – 18 mm. sedang bulan-bulan
lain angka rata-rata suhu udara yang terjadi pada kisaran 27 derajat celcius.
Kisaran angka-angka dalam ukuran tersebut merupakan tingkat kedinginan satu
wilayah yang cukup ideal bagi pengembangan bidang pertanian, perkebunan dan
kehutanan. Namun dalam dua tiga tahunini kondisi iklim di Kabupaten Nagan
Raya tidak menentu, ini disebabkan karena terjadinya Pemanasan Global
deseluruh dunia. Kondisi seperti ini tidak sepenuhnya mempengaruhi aktifitas
masyarakat pada bidang pertanian, perkebunan, kehutanan maupun pada bidang
kelautan oleh para masyarakat pesisir pantai.
D. Gambaran Umum Demografis
Kabupaten Nagan Raya merupakan Kabupaten baru yang dimekarkan dari
Kabupaten induk yaitu Kabupaten Aceh Barat. Awalnya Kabupaten Nagan Raya
terdiri dari 5 (lima) Kecamatan dan pada tahun 2004 dimekarkan menjadi 8
(delapan) Kecamatan, namun didalam melakukan pendataan penduduk sampai
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
40
dengan tahun 2006 masih didata pada Kecamatan induk yaitu pada 5 (lima)
Kecamatan awal. Dengan memperhatikan laju pertumbuhan penduduk
diharapkan dapat memprediksi perkembangan penduduk pada setiap tahunnya
dan dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan kebijakan pemerintah daerah
dalam berbagai bidang. Selengkapnya dapat dilihat laju pertumbuhan penduduk
Kabupaten Nagan Raya pada Tabel 1.
Tabel 1. Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Nagan Raya
NO KECAMATANPERTUMBUHAN PENDUDUK TAHUN
(individu) KET2006 2007 2008 2009
1 Beutong 12.973 13.131 13.815 14.431
2 Seunagan Timur 11.375 11.989 12.130 12.315
3 Seunagan 25.578 14.567 15.093 15.374
4 Suka Makmue 10.889 10.916 9.290
5 Kuala 34.965 17.935 18.071 18.116
6 Kuala Pesisir 13.416 13.554 13.620
7 Tadu Raya 11.316 11.567 11.688
8 Darul Makmur 46.732 50.256 52.291 52.717
Jumlah 131.623 143.519 144.959 146.651
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nagan Raya 2011
Dari jumlah penduduk yang ada, telah terbangun rumah tangga sebanyak
51.437 rumah tangga, dengan keanggotaan setiap rumah tangga rata-rata pada
kisaran 3-4 jiwa.
Tabel 2. Banyaknya Rumah Tangga dan Rata-Rata Penduduk Per-rumah tanggapada Akhir Tahun 2009 s/d 2010
NO KECAMATANJUMLAH RUMAH TANGGA TAHUN
2009 KETJUMLAH RUMAHTANGGA
JUMLAHPENDUDUK
1 Beutong 5.327 14.431
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
41
2 Seunagan Timur 4.139 12.315
3 Seunagan 5.563 15.374
4 Suka Makmue 4.981 9.290
5 Kuala 6.782 18.116
6 Kuala Pesisir 3.915 13.620
7 Tadu Raya 3.911 11.688
8 Darul Makmur 16.819 52.717
Jumlah 51.437 146.651
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nagan Raya 2011
Pada akhir tahun 2011 banyaknya pencari kerja yang belum disalurkan
menurut lapangan pekerjaan dan tingkat pendidikan tercatat sebanyak 9.178
orang. Angka sebanyak 9.178 orang tersebut merupakan akumulasi jumlah
pencari kerja pada tahun ketahun yang terdaftar di Dinas Sosial, Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Kabupaten Nagan Raya.
Tabel 3. Jumlah Angkatan Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan KabupatenNagan Raya Tahun 2011.
NoKualifikasi
Pendidikan AngkatanKerja
JumlahAngkatan
Kerja(Orang)
JumlahBanyakBekerja(Orang)
Jumlal PencariKerja/
Pengangguran(Orang)
1 2 3 4 51 Angkatan Kerja Tidak
Tamat SD 9.032 7.243 1.0872 Angkatan Kerja Tamat
SD 22.031 19.765 2.6713 Angkatan Kerja Tamat
SLTP 15.993 13.976 2.6354 Angkatan Kerja Tamat
SLTA 13.071 10.527 1.9985 Angkatan Kerja Tamat
D-1 598 367 1796 Angkatan Kerja Tamat
D-2 1.257 789 3017 Angkatan Kerja Tamat
D-3 987 621 197
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
42
POTENSI PENGEMBANGAN PEMBIBITAN SAPI ACEH
Pada subsektor peternakan pada tahun 2010, Jumlah populasi ternak
pada tahun 2010 dapat dilihat pada table 4.
Tabel 4. Data jumlah populasi ternak ruminansia di Kabupaten Nagan Raya 2010
No KecamatanJenis Ternak Ruminansia
Kerbau Sapi Kambing Domba
1 2 3 4 5 6
1 Beutong 7.377 1.702 3.776 1.166
2 Seunagan Timur 4.629 1.652 1.812 42
3 Seunagan 6.257 2.046 3.534 1.067
4 Suka Makmue 4.733 1.040 2.733 653
5 Kuala 1.333 1.624 1.395 521
6 Kuala Pesisir 1.951 2.421 1.193 826
7 Tadu Raya 1.750 1.620 1.525 682
8 Darul Makmur 2.773 4.548 1.589 135
Jumlah Total 20.803 16.653 17.557 5.092
Sumber : Nagan Raya dalam Angka 2011
Kepala Bidang Bina Produksi Peternakan Dinas Pertanian dan Peternakan
Kabupaten Nagan Raya bapak Drh. Moh. Zahed Menjelaskan dilapangan masih
tersedia lahan potensi untuk peternakan, seperti lahan tidur, hutan ulayat, kebun
sawit, kebun karet dan lahan lainnya, oleh karena itu pengembangan peternakan
di Kabupaten Nagan Raya sangatlah menjanjikan, karena sektor ini mampu untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat miskin. Seperti kita ketahui Indonesia
masih kekurangan populasi sapi, sehingga Kabupaten Nagan Raya sangat
berpeluang untuk melakukan usaha peternakan sapi, di samping sumber daya
alam yang sangat mendukung, juga kesiapan sumber daya manusia juga
tersedia.
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
43
Gambar 6. Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan PeternakanKabupaten Nagan Raya bapak Drh. Moh. Zahed MenjelaskanProgram Pengembangan Pembibitan Ternak Sapi Aceh diKabupaten Nagan Raya.
PERMASALAHAN
Bebarapa permasalahan yang dihadapi oleh para petani/peternak di Kabupaten
Nagan Raya adalah :
1. Kurangnya permodalan awal untuk memulai usahanya secara efisien
sehingga tidak mampu beternak sesuai dengan harapan.
2. Penawaran permodalan dari tengkulak yang berbunga tinggi dengan masa
tenggang pengembalian yang pendek sehingga petani/peternak tidak bisa
menyisihkan sebagian penghasilan tabungan dan pemodalan berikutnya.
3. Tingkat pendidikan dan pengetahuan menejemen usaha produksi yang
rendah sehingga belum mampu menghasilkan suatu sistem usaha yang
efesien.
4. Manajemen pengembangan permodalan dan usaha yang rendah sehingga
hampir terlihat tidak ada peningkatan usaha dari waktu ke waktu.
5. Manajemen pemasaran yang rendah sehingga penentuan harga hampir
semuanya tertentu oleh tengkulak.
GAMBARAN UMUM KECAMATAN WOYLA TIMUR KABUPATENACEH BARAT
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
44
2.1 Biofisik
a) Deskripsi Umum Wilayah
Balai Penyuluhan Pertanian (BP3K) Woyla Timur terletak di Buket Rata
Kecamatan Woyla Timur Kabupaten Aceh Barat yang secara geografis terletak
pada 3,300 – 4,300 LU dan diantara 950 BB hingga 970 BT.
Adapun batas-batas wilayah binaan BP3K Woyla Timur sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Wilayah kerja BPP Sungai Mas
Sebelah Selatan berbatasan dengan BPPP Woyla
Sebelah Timur berbatasan dengan BPP Kaway XVI
Sebelah Barat berbatasan dengan BPP Woyla
Luas wilayah kerja BP3K ± 132,60 KM2 dan terdiri dari 26 gampong, 2
kemukiman dan 8 WKPP (wilayah kerja Penyuluh Pertanian).
b) Topografi dan Karakteristik Tanah
Wilayah kerja BP3K Woyla Timur memiliki topografi daerah kurang lebih
40% berada pada daerah dataran rendah dan 60% daerah dataran tinggi dengan
ketinggian rata-rata 10 – 50 m dpl.
Secara umum, jenis tanah yang mendominasi di BP3K Woyla Timur
disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Gambaran umum jenis tanah di BP3K Woyla Timur
No. Jenis Tanah %
1. Alluvial Kelabu Tua 60
2. Podsolik merah kuning 40
c) Iklim dan Curah Hujan
Uraian keadaan iklim, jumlah bulan basah/kering, rata-rata hujan selama
10 tahun.
Tabel 2. Data rata-rata keadaan curah hujan bulanan
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
45
N
o
Kecamata
n
Woyla
Timur
MM/Hari
Ja
n
Pe
b
Mar
t
Ap
r
Me
i
Ju
n
Jul
i
Ags
t
Sep
t
Ok
t
No
p
De
s
11 10 14 20 15 9 10 12 14 14 14 13
d) Luas Lahan Menurut Ekosistem dan Penggunaan
Luas lahan menurut ekosistem
Berdasarkan ekosistemnya luas lahan du Kecamatan Woyla Timur dirincikan
sebagaimana terlihat pada tabel 3 berikut ini :
Luas lahan menurut penggunaan
Luas lahan menurut penggunaannya, baik yang telah dipergunakan
maupun yang belum dipergunakan.
N
o
Muki
m
Luas lahan (Ha)
Total(1) (2) (3) (4
)
(5) (6) (7) (8
)
(9
)
(10
)
(11) (12
)
(13
)
(14)
1. Woyla
Tunon
g
138,4
5
20
0
77 - 909 10
9
70
0
- - - 302,9
5
- 15 366 2817,4
0
2. Krung
Bhee
119,1 35
9
44 - 347 37 - - - - 108,8
4
- - 126
8
2282,9
6
Jumlah 257,5
7
55
9
12
1
125
6
14
6
70
0
411,7
9
15 193
4
5100,
36
Catatan :(1) Pekarangan(2) Ladang Huma(3) Tegalan/lahan kering(4) Tambak/kolam/empang(5) Perkebunan rakyat(6) Perkebunan besar (negara/swasta)(7) Hutan(8) Pertambangan(9) Sawah irigasi perdesaan(10) Sawah pompanisasi(11) Sawah tadah hujan(12) Sawah terlantar(13) Padang alang-alang/semak belukar
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
46
(14) Lain-lain
e) Luas Lahan Komoditas Utama
Perincian luas lahan menurut jenis tanaman atau per komoditi yang telah
diusahakan terutama untuk jenis komoditas tertentu yang banyak diusahakan
oleh petani di wilayah kerja BP3K Woyla Timur.
Tabel 5. Komoditas Utama menurut Sub Sektor
Subsektor/komoditas
Luas tanam(Ha)
Luaspanen/populasi/luasArea (Ha/kg/ekor)
Produksi(ton/kg)
Tanaman panganPadi1. Padi sawah2. Padi gogoPalawija1. Kacang tanah2. Jagung3. KedelaiHortikultura1. Rambutan2. DurianSayuran1. Kacang panjang2. Talas
585600
-1055
26-40
5-
572585
-1003
535
2-
2,5
-1,23,2
--
--
Perkebunan1. Kelapa2. Kelapa sawit3. Karet4. Kakao
18409125615
1011539020
306600
-1500
PeternakanTernak Besar1. Kerbau2. SapiTernak kecil1. Kambing2. Biri-biriUnggas1. Ayam2. Itik
1.35045
357115
4500500
75-
55,240
301,2
PerikananAir tawar1. Kolam air deras 500 1,7
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
47
2. Kolam air tenangAir payau1. Tambak2. KerambaAir asin1. Penangkapan2. Budidaya
--
--
--
--
f) Penerapan Teknologi diTingkat Petani
Tabel 7. Teknologi tingkat petani Tanaman Pangan dan Perkebunan
No Komoditas
Penerapan teknologi (%)
Varietas PengolahanTanah
Takaran Pupuk Penyiangan Panen
Tida
k
Ung
gas
Trak
tor
Tern
ak
Cang
kul
Kcl
Ure
a
Tsp
Kand
ang
Mes
in
Man
ual
Mes
in
Man
ual
1.
2.
Tanaman
Pangan
- Padi sawah
- Palawija
- Hortikultura
- Sayuran
Perkebunan
- Karet
- Kelapa
dalam
- Kopi/kakao
- Pinang
25
40
40
50
25
75
75
90
75
60
60
50
75
25
25
10
70
35
35
25
0
0
0
0
-
-
-
-
0
0
0
0
30
65
65
75
50
50
50
50
10
-
-
10
35
35
-
25
40
25
25
10
35
35
-
25
50
20
5
10
35
35
-
25
-
-
-
50
5
10
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
75
90
75
75
20
50
10
10
-
-
-
-
-
-
-
-
90
90
90
90
35
75
10
10
Keterangan :
Rekomendasi wilayah untuk pemakaian pupuk :
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
48
N
o.Komoditas
Penerapan Teknologi (%)
Bibit
Unggul/
lokal
Penganda-
ngan/kolam
Pakan/HMT/
ransum
Pemeliharaan/
sistem
budidaya
Vaksinasi/penge
ndalian penyakit
Panen Pema-
saran
1.
2.
Peternakan
Ternak Besar
- Sapi
- Kerbau
Ternak Kecil
- Kambing
- Domba
- Kelinci
Unggas
- Ayam
- Itik
- Puyuh
Perikanan
- Ikan Lele
- Ikan Nila
30
75
30
80
80
20
30
65
50
75
50
40
0
0
30
30
30
45
45
10
25
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
g) Rencana/Sasaran Pengembangan Usaha Tani
Uraian hasil rekapitulasi rencana definitive kelompok /RDK untuk
kegiatana usaha tani tahun 2012.
Tabel 9. : Tanaman Pangan/Hortikultura
Subsektor/Komoditas
Jumlahpetani/orang
Luas TanamProduktivitas
Ton/haTotal
produksiTanam Panen
Padi1. Padi Sawah2. Padi Ladang
Palawija1. Kacang tanah2. Jagung3. Kedelai
Hortikultura1. Rambutan2. Durian
Sayuran
585600
1055
2640
572585
1003
535
2,52
1,23,2
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
49
1. Kacangpanjang
2. Talas-
-
-
-
2.2 Sumber Daya Manusia
Adapun data-data yang termasuk dalam kriteria data Sumber DayaManusia adalah sebagai berikut :
a) Jumlah Penduduk Menurut UmurUntuk mengetahui lebih jelas tentang jumlah penduduk dalam wilayahkerja BP3K Woyla Timur sesuai dengan golongan umurnya dapat dilihatpada tabel berikut ini :
Tabel 10. Rincian jumlah penduduk berdasarkan Golongan Umur pada wilayahkerja BP3K Woyla Timur
No MukimJumlah Penduduk yang berumur
Total0 – 10 11–20 21–30 31–40 41–50 50– 60 ‘> 60
1. Krung Bhee 188 220 289 307 402 337 125 1868
2. Woyla Tunong 390 407 493 481 474 314 210 2769
Total 578 627 728 788 876 651 335 4637
b) Jumlah Penduduk Menurut PendidikanUntuk dapat diketahui lebih lanjut jumlah penduduk yang dirincikanberdasarkan pendidikan dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 11. Rincian jumlah penduduk menurut pendidikan pada wilayah kerjaBP3K Woyla Timur
No Mukim
Jumlah Penduduk berdasarkan Pendidikan
Belum/tidak sekolah
SD SLTP SLTA Akademi
PerguruanTinggi
Jumlah
1. Krung Bhee 925 567 275 167 - 25 1959
2. Woyla Tunong 1025 721 337 195 - 72 2350
Total 1950 1288 612 362 - 97 4309
c) Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
50
Berdasarkan jenis pekerjaan /mata pencaharian sehari-hari pendudukdalam wilayah kerja BP3K Woyla Timur dapat dirincikan seperti terlihatpada tabel berikut :
Tabel 12. Rincian jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan pada wilayah kerjaBP3K Woyla Timur
No MukimPekerjaan
Petani (TP) Pekebun Peternak Nelayan Lain-lain
1. Krung Bhee 478 217 18 - 7
2. Woyla Tunong 779 157 21 - 5
Total 1257 374 39 - 12
Permasalahan padi gogo
Kendala Budidaya Tanaman Padi Gogo di Lahan Kering
Lahan kering sebagai tempat pertanaman padi gogo memiliki beberapa
keterbatasan yaitu kesuburan tanah yang rendah, kekahatan berbagai unsure
hara, dan adanya keracunan berkaitan dengan reaksi tanah (pH) yang memiliki
kemasaman yang tinggi. Pada tanah masam faktor pembatas utama
pertumbuhan adalah keracunan alumunium (Al). Pengaruh utama alumunium
ialah terhadap pertumbuhan akar, yang menyebabkan akar tampak pendek
membengkak, tidak memiliki akar lateral yang sehat (Sopandie 1997; Syafruddin
et al. 2006). Keracunan Al pada padi dapat menyebabkan terjadinya
penghambatan pemanjangan akar (Rusdiansyah et al. 2001; Watanabe & Okada
2005b). Hambatan pertumbuhan tajuk (Fageria et al. 1988) merupakan
pengaruh sekunder akibat induksi kekahatan hara terutama Mg, Ca, dan P serta
induksi cekaman kekeringan sebagai gangguan pertumbuhan dan aktivitas
perakaran sehingga pertumbuhan akar padi menjadi kerdil . Lilley dan Fukai
(1994) menemukan bahwa kekeringan selama tahap vegetatif dapat
menyebabkan penurunan hasil yang nyata. Stres selama tiga tahap pertumbuhan
padi yaitu penyemaian, vegetatif dan anthesis dapat mengurangi tinggi tanaman,
komponen hasil dan hasil biji padi (Dey & Upadhyaya 1996).
Kendala terpenting pada pola budidaya tanaman sela di bawah tegakan
tanaman perkebunan adalah intensitas cahaya rendah, defisit cahaya dapat
menyebabkan penurunan daya hasil 53-67% pada galur padi gogo yang peka
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
51
(Sopandie et al. 2003). Kemampuan tanaman untuk beradaptasi terhadap
naungan dan perubahan iklim mikro yang terjadi ditentukan oleh faktor genetika
tanaman. Menurut Mohr dan Schopfer (1995) secara genetik tanaman yang
toleran terhadap naungan mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap
perubahan lingkungan.
Fukai dan Cooper (1995), menjelaskan bahwa sebagian besar galur padi
yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dan berkembang relatif baik selama
kekeringan adalah dengan memelihara potensial air daun tetap tinggi. Tanaman
dapat memelihara potensial air tetap tinggi dengan cara memperbaiki serapan air
dan menyimpannya dalam jaringan tanaman, dan mengurangi hilangnya air.
Tanaman pada kondisi kekeringan akan bertahan hidup dengan cara
pemeliharaan turgor sel melalui penambahan kedalaman akar, efisiensi sistem
perakaran dan mengurangi kehilangan air.
Secara umum, tanaman yang ternaungi akan menurunkan titik
kompensasi dan perlambatan fotosintesis (Salisbury & Ross 1995). Penurunan
intensitas cahaya juga akan menyebabkan peningkatan jumlah tilakoid,
menghambat transpirasi, menghambat respirasi, menghambat sintesis protein,
menghambat produksi hormon, menghambat translokasi, menghambat
pertumbuhan akar, dan menghambat penyerapan mineral (Marschner 1995),
pengurangan proses respirasi gelap dan kerapatan stomata (Marler 1994) dan
pengurangan sintesis rubisco (Mae et al. 1993).
Penyakit Blas pada Tanaman PadiPenyakit blas adalah penyakit utama pada padi yang disebabkan oleh
cendawan Pyricularia grisea (Cooke) Sacc, Sinonimnya Pyricularia oryzae Cavara
(Rossman et al. 1990). Penyakit ini dapat menyerang pertanaman padi sawah
dan padi gogo. Cendawan blas dapat menginfeksi tanaman padi pada setiap
tahapan pertumbuhannya dengan membentuk bercak pada daun, ruas batang,
leher malai, malai yang dapat menyebabkan kehampaan pada biji sehingga
mengakibatkan terjadinya puso atau gagal panen. Secara umum ada dua jenis
serangan blas yaitu blas daun yang menyerang tanaman pada persemaian dan
blas leher malai yang menyerang pada awal pembungaan (Bonman 1992).
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
52
Patogen penyakit blas bersifat dinamis, rasnya dapat berubah dalam
waktu yang singkat dan berkembang membentuk ras baru, dan mematahkan
ketahanan varietas yang tahan menjadi rentan. Pengendalian penyakit blas
secara terpadu meliputi penggunaan varietas tahan, pupuk N dengan takaran
yang tidak berlebihan, dan penggunaan fungisida pada waktu yang tepat (Sudir
et al. 2002). Gejala yang terlihat adalah muncul bercak pada daun dan pelepah
daun yang berbentuk belah ketupat. Pada varietas padi rentan (R), bercak dapat
meluas dan akhirnya bersatu sehingga helaian daun kering dan mati. Pada 9
varietas padi tahan (T) terhadap cendawan ini gejala serangan hanya berupa
bintik kecil berwarna coklat (Ou 1985).
IRRI (1996) merekomendasikan klasifikasi sifat ketahanan tanaman
berdasarkan tipe bercak yang muncul. Bercak belah ketupat dengan pusat
berwarna abu-abu dikelompokkan sebagai tipe bercak rentan. Bercak berbentuk
gelendong dan bercak berupa bintik kecil dan bercak elips tanpa pusat sporulasi
dikelompokkan sebagai bercak tahan. Tanaman yang sangat rentan memiliki
daun yang penuh dengan bercak sehingga hijau daun tidak nampak, lama
kelamaan tanaman akan mengering dan mati. Menurut Bastian et al. (1991) hal
ini terjadi karena proses fotosintesis terhambat, respirasi pada daun yang
terinfeksi meningkat, konsumsi asimilat diambil alih oleh patogen dan proses
penuaan daun dipercepat. Serangan blas pada leher malai menyebabkan leher
malai membusuk dan bulir hampa. Bercak juga tampak pada permukaan bulir
pada padi (Semangun 1991).
Membusuknya leher malai dapat menghambat pengiriman fotosintat ke
biji sehingga menyebabkan bulir-bulir padi menjadi hampa dan dapat
menurunkan hasil. Ketahanan terhadap blas leher malai cukup untuk menekan
penurunan hasil akibat serangan penyakit blas (Bonman, 1996). Tingkat
serangan blas leher malai ditetapkan berdasarkan persentase malai terinfeksi
terhadap total malai yang dihasilkan oleh tanaman. Reaksi ditetapkan
berdasarkan skala penyakit. Skala 1-3 adalah tanaman tahan, sedangkan
tanaman rentan memiliki skala 5-9 (IRRI 1996).
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
53
Penyakit blas mempunyai ras patogenik yang berbeda kemampuannya
dalam menginfeksi tanaman padi. Adanya beberapa ras utama dalam suatu
daerah menyulitkan untuk memberikan anjuran varietas yang sebaiknya ditanam
di daerah itu. Usaha mengembangkan secara luas suatu varietas tertentu akan
menimbulkan perubahan komposisi ras utama cendawan pada musim tanam
selanjutnya, dan suatu saat akan mengakibatkan serangan blas yang menyebar
di seluruh daerah tersebut (Rahama 1988).
Hasil pengujian blas daun dan blas leher malai menunjukkan ada empat
kombinasi sifat ketahanan tanaman terhadap blas, yaitu tahan terhadap blas
daun dan leher malai, tahan blas daun rentan blas malai, rentan blas daun tahan
blas malai, dan rentan terhadap keduanya (Ramli 2000).
Ketahanan tanaman adalah salah satu aspek dalam pengendalian blas di
lapangan. Pada awal upaya mencari varietas tahan, para peneliti bekerja dengan
10 sifat ketahanan yang dimiliki suatu varietas terhadap suatu ras cendawan
blas. Varietas dengan satu gen ketahanan tersebut ternyata tidak dapat
bertahan menghadapi ras cendawan blas yang demikian cepat berkembang. Oleh
karena itu pemuliaan mulai diarahkan kepada mencari varietas yang dapat
bertahan menghadapi infeksi beragam ras blas di lapangan pada musim yang
berbeda.
GAMBARAN UMUM KABUPATEN ACEH BESAR
1. Letak Geografis
Secara fisik geografis kabupaten Aceh Besar terletak diujung paling Utara
Pulau Sumatera pada posisi 520-580 LU dan 950-95,80 BT dengan luas wilayah
2.916,97 Km2 (5,18 % dari luas Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam) yang
berbatasan dengan :
a. Sebelah Utara dengan Selat Malaka dan Kota Banda Aceh
b. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Aceh Barat
c. Sebelah Timur dengan Kabupaten Pidie
d. Sebelah Barat dengan Samudera Indonesia
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
54
Kabupaten Aceh Besar terdiri dari 23 kecamatan, 68 kemukiman, 604 desa
(termasuk non status dan kelurahan) dengan rincian seperti terlihat pada tabel 1.
2. Topografi
Secara umum topologi Kabupaten Aceh Besat bercariasi, mulai dari daerah
dataran, perbukutan sampai pegunungan dengan ketinggian antara 0-1500
meter diatas permukaan laut. Sebagian wilayah berada pada ketinggian antara
100-500 meter dari permukaan laut (42,64%) dan hanya sebagian kecil wilayah
berada pada ketinggian diatas 1500 M dari permukaan laut.
3. Tanah
Tanah merupakan sumber daya alam yang paling penting bagi
pembangunan suatu daerah. Secara umum jenis tanah yang terdapat di
Kabupaten Aceh Besar adalah : Latogol, Podsolid Merah Kuning, Hidromorf
Kelabu, Regosol, Aluvial, komplek Podsolid Merah Kuning.
4. Iklim
Kabupaten Aceh Besar dikategorikan dalam daerah beiklim tropis dengan
curah hujan rata-rata per tahun 1.077 mm sampai 2.225 mm, rata-rata haru
hujan 74 hari dan bulan basah antara September sampai Nopember. Temperatur
maksimum rata-rata 260-350 C sedangkan temperatur munimum 25,70 C dengan
kelembaban rata-rata 82% dan minimum 69%.
5. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan suatu daerah erat kaitannya dengan campur tangan
manusia, yaitu macam peruntukan yang merupakan aktifitas kegiatan manusia
diatas lahan tersebut. Pola penggunaan lahan pada dasarnya merupakan
gambaran tata ruang disuatu daerah tersebut.
Apabila ditinjau dari penggunaan lahan maka Kabupaten Aceh Besar
ternyata sebahagian dari padanya adalah semak belukar yaitu seluas 40.000 Ha
atau 13,45% dari luas wilayah Aceh Besar. Ini menunjukan prospek yang sangat
baik untuk pengembangan peternakan karena lahan tersebut dapat
diamanfaatkan sebagai padang pengembalaan ternak, disamping adanya padang
pengembalaan yang sudah sejak lama diusahakan oleh masyarakat.
6. Penduduk
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
55
Jumlah penduduk di Kabupaten Aceh Besar berdasarkan data yang dikutip
dengan kepadatan rata-rata 117,76 jiwa/Km2, dengan rincian tiap kecamatan
seperti pada tabel 1 beikut ini :
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
56
Tabel 1 : Luas Wilayah, Jumlah Kecamatan dan Jumlah PendudukKabupaten Aceh Besar tahun 2011
No. Kecamatan Luas(km2)
JumlahDesa
JumlahMukim
*) JumlahPenduduk
(jiwa)
Rata-ratapenduduk/km
1. Kota Jantho 274,04 13 1 8.443 30,802. Seulimum 487,26 47 5 21.519 44,163. Lbh. Seulawah 322,85 12 2 10.753 33,304. Kuta Cot Glie 230,25 32 2 12.388 53,805. Indrapuri 285,25 52 3 19.975 70,026. Kuta Malaka 36,00 15 1 5.891 163,637. Sukamakmur 106,00 35 4 13.905 131,178. Simpang Tiga 55,00 18 2 5.360 97,459. Darul Kamal 16,20 14 1 6.766 417,6510. Montasik 94,10 39 3 17.732 188,4311. Kr. Barona Jaya 9,06 12 3 14.096 1.555,8412. Kuta Baro 83,81 47 5 23.541 280,8813. Darussalam 76,42 29 3 22.633 296,1614. Baitussalam 37,76 13 2 16.590 439,3515. Mesjid Raya 110,38 13 2 20.864 189,0116. Ingin Jaya 73,68 50 6 28.064 380,8917. Darul Imarah 32,95 32 4 46.397 1.408,1018. Peukan Bada 31,90 26 4 15.462 484,7019. Lhoknga 98,95 28 4 14.874 150,3120. Lhoong 125,00 28 4 9.093 72,7421. Leupung 76,00 6 1 2.553 33,5922. Pulo Aceh 240,75 17 3 3.976 16,5123. Blang Bintang 70,51 26 3 10.723 152,08
2.974,12 604 68 351.418 285,00Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Aceh Besar, Angka Hasil Sensus Penduduk 2010 (pertengahantahun 2010)
Kegiatan survey dan koordinasi dalam rangka mengumpulkan data dan
permasalahan dilapangan terkait pengembangan sapi aceh di Kabupaten Aceh
Besar. Pemilihan lokasi survey yang dilaksanakan oleh BPTP Aceh sesuai
kebijakan Pemerintah Provinsi Aceh menetapkan dua lokasi sebagai tempat
pelestarian sapi aceh, yakni Kecamatan Pulo Aceh di Kabupaten Aceh Besar dan
Kawasan Pulo Raya di Kabupaten Aceh Jaya.
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
57
Ir. Salahuddin Sekretaris Dinas Peternakan Kabupaten Aceh Besar
menyambut baik kegiatan BPTP yang dilaksanakan di Kabupaten Aceh
Besar. Hal ini sejalan dengan Master Plain Pemerintah Aceh Besar bidang
peternakan yang tertuang dalam sebuah program yang disebut “Program
Pemurnian sapi aceh”, Program ini yang ditujukan kepada kelompok
tani dan peternak agar mereka mendapatkan pekerjaan dan tambahan
penghasilan dalam mencukupi kebutuhan hidupnya.
Adapun pemberdayaan yang diusulkan melalui sektor peternakan,
lebih spesifik lagi ternak yang dikembangkan adalah sapi aceh, yang
nantinya program ini diharapkan mampu melestarikan keragaman genetic
spesifik lokasi sapi aceh. Hal ini sangat di mungkinkan karena di
Kabupaten Aceh Besar memiliki potensi yang cukup baik di lihat dari
sarana pendukung yang sangat memadai.
Seluruh Instansi terkait, Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan
Provinsi Aceh, Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh, Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh, Pemerintah Aceh Jaya, mari kita
Gambar 1. Sekretaris Dinas Peternakan Kabupaten Aceh Besar, Ir.Salahuddin sangat mengharapkan kegiatan ini dapat bermanfaat untukpengembangan sapi Aceh di Aceh Besar
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
58
sama-sama menyukseskan program nasional ini, demikian harapan
Sekretaris Dinas Peternakan Kab Aceh Besar kepada team survei BPTP
Aceh.
Beberapa permasalahan tentang perkembangan sapi aceh lahan
pengembalaan sempit, tidak ada pemacek/ pejantan unggul sapi aceh,
terjadi perkawinan sesama akibatnya anak-anaknya (F1) memiliki postur
badan kecil, dan masa kawin pejantan sapi aceh lebih cepat walaupun fisik
belum optimal. Selain itu sapi aceh proses pertambahan berat badan
(penggemukan) lambat dibandingkan dengan
sapi lain demikian penjelasan Syaribanun SP Kepala UPTB-BPP Kecamatan
Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar.
Menurut Bpk TM Yunus (65 Thn) salah seorang peternak sapi aceh yang
memiliki 98 ekor sapi di Desa Peukan Selimum Kecamatan Selimum Kabupaten
Aceh Besar pelihara sapi aceh disini sangat menguntungkan, karena memiliki
hamparan rumput sangat luas. Sapi-sapi di lepas ke gunung pagi hari, dan sore
di masukkan kandang. Penyakit yang meyerang sapi adalah flu dan kembung,
selama ini hanya diobati dengan obat daun-daunan.
Selanjutnya dia menambahkan keuntungan dalam setahun mencapai tiga puluh
enam juta rupiah. Rata-rata setahun sapi terjual enam ekor, dengan
Gambar 2. Syaribanun SP Kepala UPTB-BPPKecamatan Ingin Jaya Kabupaten A. besar
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
59
keuntungan enam juta rupiah per ekor. Penjualan sapi tidak ada kendala, agen
datang langsung ke tempat menawarkan harga. Jika harga sapi terjadi
kesepakan dengan pemilik, langsung di bawa ke Banda Aceh.
Gambar 3. Team Peneliti Anjak mewawancarai peternak sapi aceh
GAMBARAN UMUM KABUPATEN ACEH TIMUR
Pemilihan lokasi survey yang dilaksanakan oleh BPTP Aceh sesuai data
statistik Provinsi Aceh tentang luas areal tanam, produksi, dan produktivitas padi
gogo. Luas tanam padi gogo di Aceh Timur pada Tahun 2012 mencapai 678 Ha,
dengan produktivitas 3,5 ton/ha.
Ir. Marwi Umar, Kepala Dinas Pertanian dan Hortikultura Kabupaten Aceh
Timur menyambut baik kegiatan BPTP yang dilaksanakan di Kabupaten Aceh
Timur. Hal ini sejalan dengan Visi dan Misi Pemerintah Aceh Timur bidang
pertanian yang tertuang dalam Visi dan Misi pembangunan pertanian.
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
60
Gambar 8. Kepala Dinas Pertanian dan Hortikultura Kabupaten Aceh Timur, Ir.Marwi Umar mendengar penjelasan kegiatan Analisis danKebijakan BPTP Aceh tentang Padi Gogo
Visinya: menjadi penggerak agribisnis pertanian profesional dan
mensejahterakan petani dengan sistem agribisnis berkelanjutan. Sedangkan Misi
: Meningkatkan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Pelaksana Pembangunan
Tanaman Pangan dan Hortikultura; Mengembangkan Usaha Tanaman Pangan
dan Hortikultura dengan sistem agribisnis berbasis pedesaan; Meningkatkan
produksi tanaman pangan dan hortikultura melalui penerapan teknologi pertanian
dan penanganan pasca panen.
“Permasalahan mendasar untuk pengembangan padi gogo di Aceh Timur
adalah penggunaan varietas padi gogo”, Demikian ungkapan Ir Marwi Umar.
Bantuan pemerintah VUB padi gogo Situ Begendit yang dibagikan kepada petani
tidak di tanam, dengan alasan rasa tidak enak, tidak wangi serta mudah rebah.
Petani tetap menggunakan varietas lokal Arieas kuning yang sudah adaptif dan
spesifik lokasi. Rasa nasi beras arias lebih pulen dan wangi.
Ir Sawaluddin Kasie produksi Pangan Dinas pertanian dan hortikultura
Aceh Timur menambahkan varietas lokal padi gogo “arieas” yang di tanam
petani di Peneron dan Serbajadi memilki kwalitas bagus, harganya jauh lebih
tinggi dari HPP rata-rata Rp.4.500 /Kg GKG. Pedagang-pedagang beras dari
medan membeli langsung kelokasi dengan harga rendah, dan selanjutnya setelah
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
61
diproses/digiling dengan mesin modern dijual kembali ke Aceh dengan harga
tinggi, ini juga merupakan masalah sekarang yang kita hadapi, ujar Sawaluddin.
Kebiasaan petani di Aceh Timur, mulai mengolah tanah untuk menanam padi
gogo pada bulan Mei dan Juni. “ Kalau kami menanam di luar bulan tersebut
hasil yang kami peroleh menurun”, demikian ungkapan Syahminan salah seorang
petani di Kecamatan Serbajadi. Pada bulan tersebut curah hujan cocok untuk
padi ladang. Sedangkan gangguan hama dan penyakit tidak ada.
Gambar 2. Ir Sawaluddin Kasie produksi Pangan Dinas pertanian danhortikultura Aceh Timur menjelaskan permasalahan Padi Gogokepada team Anjak BPTP Aceh (A). Kelompok tani padi gogosedang menanam padi gogo varietas situbegendid (B)
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
62
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
Rekomendasi Sapi Aceh
Perlu kebijakan dari pemerintah pusat dan Pemerintah daerah sebagai
payung hukum untuk dijabarkan oleh Dinas teknis dan masyarakat dalam upaya
pengembangbiakan sapi aceh seperti melakukan usaha Pembibitan dan
Pemurnian Sapi Aceh; Membatasi kegiatan persilangan untuk maksud yg tidak
jelas ; Perlu insentif bagi peternak yang melakukan pemurnian dan pembibitan
sapi aceh; Perlu adanya program pengembangan sapi Aceh jangka panjang
(Penentuan Wilayah Pembibitan); Revitalisasi BPTU Sapi Aceh. Selain Kebijakan,
perlu program operasional seperti: Program IB dengan menyediakan semen beku
dari Pejantan Unggul (Elit) hasil seleksi serta melengkapi sarana prasarana &
kelembagaannya; Program InKA dengan penyebaran Pejantan Unggul hasil
seleksi (perlu memperkuat institusi seperti BPTU agar mampu menyediakan
pejantan tersebut); Mengembangkan kelembagaan pembibitan sapi aceh;
Program sosialisasi mencegah seleksi negatif; Mencegah pemotongan betina
produktif.
Rekomendasi Padi Gogo
1. Harga padi meningkat, petani akan memanfaatkan lahan kering seoptimal
mungkin untuk padi gogo.
2. Penyediaan VUB padi gogo, stok pupuk dan obat anti serangga/hama yang
mencukupi bagi kebutuhan petani dan tepat waktu, tentunya akan meningkatkan
produktivitas padi gogo yang mengakibatkan terjadinya peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
3. Penyediaan bibit unggul yang diinginkan petani, tahan kekeringan, tahan
hama dan penyakit, produksi tinggi, umur pendek, rasa enak dan wangi akan
membantu petani dalam menghasilkan kualitas padi gogo yang baik dengan
jumlah panen yang meningkat sehingga mampu mendongkrak margin
keuntungan petani. Sedangkan bantuan sarana pertanian kepada petani dapat
dijadikan insentif yang diharapkan mampu meminimalisir keinginan petani padi
dalam mengalih fungsikan lahannya.
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
63
4. Perlunya pembangunan infrastruktur jalan desa untuk mendukung
peningkatan produksi padi gogo terutama di daerah-daerah penggunungan/
dataran tinggi yang belum memiliki jalan yang memadai.
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
64
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, F. 1993. Daur biokimia produk sisa organic. Pidato pada PengukuhanGuru Besar
Tetap Ilmu Tanah pada Fakultas Pertanian Univ.Andalas.
Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh, 2011, Aceh Dalam Angka 2010. KerjasamaBadan Pusat Statistik Aceh dan Bapeda Aceh, hal 197 – 207.
Badan Litbang Pertanian. 2005. Pupuk organic tingkatkan produksi pertanian.Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol 27 (6):13-15.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ACEH, 2009. Pengelolaan Terpadu Jagunguntuk Meningkatkan Produktivitas Jagung di Provinsi Aceh. Makalahdisampaikan pada Seminar Sehari Fakultas Pertanian Universitas SyiahKuala.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Pidie, 2005.Laporan Tahunan 2005 Kabupaten Pidie.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Aceh, 2007. LaporanTahunan 2006 Provinsi Aceh.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Aceh, 2008. LaporanTahunan 2007 Provinsi Aceh.
Foth, H.D. 1988. Dasar-dasar ilmu tanah Edisi ke Tujuh Diterjemahkan oleh DwiRetno Lukiwati. et al. Fakultas Pertanian Universitas Diponegoro GajahMada Press.
Sutedjo, M.M. 1992. Pupuk dan cara pemupukan. Rineka Cipta 177 hlm.
Tan,K.H. 1991. Dasar-dasar kimia tanah. Didik Hadjar Goeacehi (PenerjemaH),Bostang Raja Gukguk (Penyunting). Fakultas Pertanian Universitas GajahMada. Gajah Mada University Press.
Toha, H. 2008. Peningkatan Produktivitas Padi Gogo melalui PenerapanPengelolaan Tanaman Terpadu dengan Introduksi Varietas Unggul” BalaiBesar Penelitian Padi Sukamandi, Jawa Barat
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
65
Lampiran 3. Organisasi Pelaksana Kegiatan
No Nama Jabatan dalamKegiatan Uraian Tugas
AlokasiWaktu
(Jam/mg)
1. Ir. Iskandar, M.Si Penjab Kegiatan Mengkoordinir kegiatan mulaiperencanaan sampai laporan
10
2. Yatiman, SP Pelaksana - Menyusun proposal danlaporan
5
3. M. Yusuf Ali Pelaksana - Mengolah dan menganalisisdata
- Mengumpulkan data
5
4. Ahmad Pelaksana - Pelaksana 55. Ir. M. Nasir Umar, M.Si Pelaksana - Pelaksana 56. Mahdi, SP Pelaksana - Pelaksana 57. Tarmizi SP Pelaksana - Pelaksana 58 Suryani Novita -9 Sarianto -
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
29
Lampiran 5. Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKT) Tahun 2012INSTANSI : BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) ACEH
KEGIATAN
RencanaTingkatCapaianTarget
Realisasi
PersentasiPencapaianRencanaTingkatCapaian
Target (%)
Ket
Program Uraian Indikator Kinerja Satuan1 2 3 4 5 6 7 8
100.000.000 89.906.000 89,90
2 2 100,00 -2 2 100,00 -2 2 100,00 -1 1 100,00 -
2 2 100,00 -2 2 100,00 -
5,5 6,0 < 10 Setelahpenanamanumur 1 mingguterjadi banjir
2 2 100,00
Hasil :Kabupaten 1 1 100,00 -
Ton/ha 5,5 6,0 > 10
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
30
KEGIATAN
RencanaTingkatCapaianTarget
Realisasi
PersentasiPencapaianRencanaTingkatCapaian
Target (%)
Ket
Program Uraian Indikator Kinerja Satuan1 2 3 4 5 6 7 8
Varietas 3 3 100 Distribusi danpenyediaanbenih yangkurang
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
1
FOTO-FOTO KEGIATAN1. Kunjungan ke Kabupaten Aceh Jaya
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
2
2. Kegiatan di Kabupaten Aceh Besar
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
3
3. Kegiatan di Kabupaten Aceh Timur
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
4
4. Kegitan di Kabupaten Nagan Raya