Issu Dan Legal Etik Dalam Keperawatan

34
TREND DAN ISU KEPERAWATAN KELUARGA LANSIA REGIONAL Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas Keperawatan Komunitas I Dosen : Yeria Allen F, S. Kep., Ns. Disusun oleh : Kelompok 6 1. Holis 2. Jonli 3. John Guruh 4. Jefri Adrianus 5. Lisa Bertini 6. Liu Gundala Putra 7. Modesta 8. Mufti Maulidzar M 9. Nor Gisa 10. Novi Kristina YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

Transcript of Issu Dan Legal Etik Dalam Keperawatan

Page 1: Issu Dan Legal Etik Dalam Keperawatan

TREND DAN ISU KEPERAWATAN KELUARGA

LANSIA REGIONAL

Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas Keperawatan Komunitas I

Dosen : Yeria Allen F, S. Kep., Ns.

Disusun oleh :

Kelompok 6

1. Holis

2. Jonli

3. John Guruh

4. Jefri Adrianus

5. Lisa Bertini

6. Liu Gundala Putra

7. Modesta

8. Mufti Maulidzar M

9. Nor Gisa

10. Novi Kristina

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

SEMESTER IV

TAHUN AJARAN 2012/2013

Page 2: Issu Dan Legal Etik Dalam Keperawatan

KATA PENGANTAR

Page 3: Issu Dan Legal Etik Dalam Keperawatan

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Penulisan 3

1.4 Manfaat Penulisan 3

1.5 Metode Penulisan 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fenomena lansia dalam kependudukan di Indonesia 5

2.2 Permasalahn pada lansia 6

2.3 Fenomena bio-psico-sosio-spiritual dan penyakit lansia 6

2.4 Masalah  kesehatan gerontik 7

2.5 Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia 9

2.6 Hukum dan perundang-undangan yang terkait dengan lansia 11

2.7 Peran perawat 13

2.8 Program pemerintah dalam meningkatkan kesehatan masyarakat

khususnya lansia 13

BAB 3 PENUTUP

3.1 Simpulan 18

3.2 Saran 18

DAFTAR PUSTAKA

ii

Page 4: Issu Dan Legal Etik Dalam Keperawatan

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini praktek perawat komunitas dan kebanyakan para pekerja

komunitas di seluruh dunia di landasi oleh konsep kemitraan, kerjasama,

pemberdayaan. Bersama pihak terkait lainnya dalam komunitasnya mereka

berupaya dengan sungguh-sungguh untuk mencapai sehat untuk semua. Tujuan

mereka hanya dapat di capai mana kala hak asasi semua pihak, khususnya para

wanita, anak-anak serta semua orang yang terpinggirkan dan lemah di tingkatkan

dan di lindungi. Dengan kata lain, perawat komunitas mengarahkan upaya-upaya

mereka untuk mencapai keadilan social dan kesamaan untuk semua. Untuk

mencapai tujuan ini, perawat komunitas sangat memahami bahwa berbagai upaya

peningkatan kesehatan seharusnya di dasarkan kepada konteks yang lebih luas.

Pada aspek social ekonomi untuk masyarakat setempat, regional, maupun masalah

isu global. Pada batasan suatu Negara dalam pandangan tradisional secara

berangsur hilang dan pembatasan lain juga di tinggalkan, dasar keterkaitan dunia

kita berserta berbagai permasalahannya dapat di lihat secara mudah dalam

kerjasama internasional, regional, maupun setempat untuk memecahkan berbagai

persoalan. Pada saat yang sama dunia kita cenderung mengalami ketidakstabilan

politik dibandingkan dengan situasi sebelum perang dingin, yang masih relative

muda untuk mengidentifikasi mana “teman” dan mana “musuh” kita. Format baru

dari nasionalisme, identitas suku, fundamentalisme agama, maupun fasisme

bermunculan kembali dan mengancam harapan dunia baru yang menginginkan

kedamaian dan keadilan untuk semua.

Visi Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah memandirikan

masyarakat untuk hidup sehat dengan misi membuat rakyat sehat. Guna

mewujudkan visi dan misi tersebut berbagai program kesehatan telah

dikembangkan termasuk pelayanan kesehatan di rumah. Pelayanan kesehatan

dirumah merupakan program yang sudah ada dan perlu dikembangkan, karena

telah menjadi kebutuhan masyarakat, Salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang

sesuai dan memasyarakat serta menyentuh kebutuhan masyarakat yakni

1

Page 5: Issu Dan Legal Etik Dalam Keperawatan

2

melalui pelayanan keperawatan Kesehatan di rumah atau Home Care.

Berbagai faktor yang mendorong perkembangannya sesuai dengan

kebutuhan masyarakat yaitu melalui pelayanan keperawatan kesehatan di rumah.

Hasil kajian Depkes RI tahun 2000 diperoleh hasil : 97,7 % menyatakan perlu

dikembangkan pelayanan kesehatan di rumah, 87,3 % mengatakan bahwa perlu

standarisasi tenaga, sarana dan pelayanan, serta 91,9 % menyatakan pengelola

keperawatan kesehatan di rumah memerluka ijin oprasional. Berbagai faktor yang

mendorong perkembangan pelayanan keperawatan kesehatan dirumah antara lain :

Kebutuhan masyarakat, perkembangan IPTEK bidang kesehatan,tersedianya SDM

kesehatan yang mampu memberi pelayanan kesehatan di rumah

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang menjadi fokus

pembahasan dalam makalah ini yaitu.

1.2.1 Bagaimana fenomena lansia dalam kependudukan di Indonesia ?

1.2.2 Apa permasalahan pada lansia ?

1.2.3 Bagaimana fenomena bio-psico-sosio-spiritual dan penyakit lansia

1.2.4 Apa masalah  kesehatan gerontik yang dialami lansia ?

1.2.5 Apa upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia ?

1.2.6 Apa hukum dan perundang-undangan yang terkait dengan lansia ?

1.2.7 Bagaimana peran perawat yang terkait dengan lansia ?

1.2.8 Apa program pemerintah dalam meningkatkan kesehatan masyarakat

khususnya lansia ?

Page 6: Issu Dan Legal Etik Dalam Keperawatan

3

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Agar para pembaca dan mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui

tentang trend dan isu keperawatan regional.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini sebagai berikut:

1. Mengetahui fenomena lansia dalam kependudukan di Indonesia.

2. Mengetahui permasalahan pada lansia.

3. Mengetahui fenomena bio-psico-sosio-spiritual dan penyakit lansia.

4. Mengetahui masalah kesehatan gerontik pada lansia.

5. Mengetahui upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia.

6. Mengetahui hukum dan perundang-undangan yang terkait dengan lansia

7. Menhetahui peran perawat yang terkait dengan lansia.

8. Mengetahui program pemerintah dalam meningkatkan kesehatan

masyarakat khususnya lansia.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan ini yaitu bagi para pembaca selain dapat

memberikan tambahan pengetahuan juga agar pembaca dapat lebih memahami

tentang trend dan isu keperawatan keluarga lansia regional. Selain itu, bagi

mahasiswa Prodi S1 Keperawatan khususnya dapat dijadikan sebagai dasar atau

pedoman dalam memberikan pembelajaran yang sesuai sehingga hasil yang

diharapkan dapat tercapai.

1.5 Metode Penulisan

Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penulis

menggunakan metode kepustakaan dan Internet. Adapun teknik-teknik yang

dipergunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

Page 7: Issu Dan Legal Etik Dalam Keperawatan

4

1.5.1 Studi Pustaka

Pada metode ini, penulis membaca buku referensi yang berhubungan

dengan penulisan makalah ini.

1.5.2 Internet

Dalam metode ini penulis mencari informasi dari internet dan situs-situs

yang relevan dan realistis.

Page 8: Issu Dan Legal Etik Dalam Keperawatan

BAB 2

KAJIAN TEORI

2.1 Fenomena Lansia dalam Kependudukan di Indonesia

Pada tahun 2000 jumlah lansia diproyeksikan sebesar 7,28% dan pada

tahun 2002 menjadi sebesar 11,34% (BPS,1992). Data Biro Sensus Amerika

Serikat memperkirakan Indonesia akan mengalami pertambahan warga lanjut usia

terbesar di seluruh dunia pada tahun 1990-2025, yaitu sebesar 414% (Kinsella dan

Taeuber,1993).

Menurut Dinas Kependudukan Amerika Serikat (1999), jumlah populasi

lansia berusia 60 tahun atau lebih diperkirakan hampir mencapai 600 juta orang

dan diproyeksikan menjadi 2 milyar pada tahun 2050, saat itu lansia akan

melebihi jumlah populasi anak (0-14 tahun). Proyeksi penduduk oleh Biro Pusat

Statistik menggambarkan bahwa antara tahun 2050-2010 jumlah lansia akan sama

dengan jumlah anak balita yaitu sekitar 19 juta jiwa atau 8,5% dari seluruh jumlah

penduduk.

Seiring dengan berkembangnya Indonesia sebagai salah satu negara

dengan  tingkat perkembangan yang cukup baik, maka makin tinggi pula harapan

hidup penduduknya. Diperkirakan harapan hidup orang Indonesia dapat mencapai

70 tahun pada tahun 2000.

Kesejahteraan penduduk usia lanjut karena kondisi fisik dan/atau

mentalnya tidak memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan, maka

lansia perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat (GBHN,

1993).

Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah diantaranya

pelayanan kesehatan, sosial, ketenaga kerjaan dan lainnya telah dikerjakan pada

berbagai tingkatan, yaitu tingkat individu lansia, kelompok lansia, keluarga, Panti

Sosial Tresna Wreda (PSTW), Sarana pelayanan kesehatan tingkat dasar (primer),

tingkat pertama (sekunder), tingkat lanjutan, (tersier) untuk mengatasi

permasalahan yang terjadi pada lansia.

5

Page 9: Issu Dan Legal Etik Dalam Keperawatan

6

2.2 Permasalahan Pada Lansia

1. Permasalahan Umum

a) Makin besar jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan.

b) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang

berusia lanjut kurang diperhatikan,dihargai dan dihormati.

c) Lahirnya kelompok masyarakat industry.

d) Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan

lanjut usia.

e) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan

kesejahteraan lansia.

2.    Permasalahan Khusus

a) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik

fisik,mental maupun sosial.

b) Berkurangnya integrasi sosial lansia.

c) Rendahnya produktifitas kerja lansia.

d) Banyaknya lansia yang miskin,terlantar dan cacat.

e) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan

masyarakat individualistik.

f) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat

mengganggu kesehatan fisik lansia.

2.3 Fenomena Bio-psico-sosio-spiritual dan Penyakit Lansia

1.    Penurunan fisik

2.    Perubahan mental

3.    Perubahan-perubahan Psikososial

Karakteristik Penyakit pada Lansia:

1.    Penyakit sering multiple,yaitu saling berhubungan satu sama lain.

2.    Penyakit bersifat degeneratif yang sering menimbulkan kecacatan.

Page 10: Issu Dan Legal Etik Dalam Keperawatan

7

3.    Gejala sering tidak jelas dan berkembang secara perlahan.

4.    Sering bersama-sama problem psikologis dan sosial.

5.    Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut.

6.    Sering terjadi penyakit iatrogenik.

Hasil Penelitian Profil Penyakit Lansia di 4 Kota (Padang,Bandung,Denpasar dan

Makassar) sbb:

1.    Fungsi tubuh yang dirasakan menurun : penglihatan (76,24%), daya ingat

(69,39%), seksual (58,04%), kelenturan(53,23%), gigi dan mulut

(51,12%).

2.    Masalah kesehatan yang sering muncul : sakit tulang atau sendi (69,39%),

sakit kepala (51,15%), daya ingat menurun (38,51%), selera makan

menurun (30,08%), mual/perut perih (26,66%), sulit tidur (24,88%), dan

sesak nafas (21,28%).

3.    Penyakit kronis : rematik (33,14%), darah tinggi (20,66%), gastritis

(11,34%), dan jantung (6,45%).

2.4 Masalah  Kesehatan Gerontik

1. Masalah Kehidupan Sexual

Adanya anggapan bahwa semua ketertarikan seks pada lansia telah hilang

adalah mitos atau kesalahpahaman. (parke, 1990). Pada kenyataannya hubungan

seksual pada suami isri yang sudah menikah dapat berlanjut sampai bertahun-

tahun. Bahkan aktivitas ini dapat dilakukan pada saat klien sakit aau mengalami

ketidakmampuan dengan cara berimajinasi atau menyesuaikan diri dengan

pasangan masing-masing. Hal ini dapat menjadi tanda bahwa maturitas dan

kemesraan antara kedua pasangan sepenuhnya normal. Ketertarikan terhadap

hubungan intim dapat terulang antara pasangan dalam membentuk ikatan fisik dan

emosional secara mendalam selama masih mampu melaksanakan.

2. Perubahan Perilaku

Pada lansia sering dijumpai terjadinya perubahan perilaku diantaranya:

daya ingat menurun, pelupa, sering menarik diri, ada kecendrungan penurunan

merawat diri, timbulnya kecemasan karena dirinya sudah tidak menarik lagi,

Page 11: Issu Dan Legal Etik Dalam Keperawatan

8

lansia sering menyebabkan sensitivitas emosional seseorang yang akhinya

menjadi sumber banyak masalah.

3. Pembatasan Fisik

Semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran

terutama dibidang kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan penurunan pada

peranan – peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya gangguan di

dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan

ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain.

4. Palliative Care

Pemberian obat pada lansia bersifat palliative care adalah obat tersebut

ditunjukan untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh lansia. Fenomena

poli fermasi dapat menimbulkan masalah, yaitu adanya interaksi obat dan efek

samping obat. Sebagai contoh klien dengan gagal jantung dan edema mungkin

diobatai dengan dioksin dan diuretika. Diuretik berfungsi untuk mengurangi

volume darah dan salah satu efek sampingnya yaitu keracunan digosin. Klien

yang sama mungkin mengalami depresi sehingga diobati dengan antidepresan.

Dan efek samping inilah yang menyebaban ketidaknyaman lansia.

5. Pengunaan Obat

Medikasi pada lansia memerlukan perhatian yang khusus dan merupakan

persoalan yang sering kali muncul dimasyarakat atau rumah sakit. Persoalan

utama dan terapi obat pada lansia adalah terjadinya perubahan fisiologi pada

lansia akibat efek obat yang luas, termasuk efek samping obat tersebut. (Watson,

1992). Dampak praktis dengan adanya perubahan usia ini adalah bahwa obat

dengan dosis yang lebih kecil cenderung diberikan untuk lansia. Namun hal ini

tetap bermasalah karena lansia sering kali menderita bermacam-macam penyakit

untuk diobati sehingga mereka membutuhkan beberapa jenis obat. Persoalan yang

dialami lansia dalam pengobatan adalah :

1) Bingung

2) Lemah ingatan

Page 12: Issu Dan Legal Etik Dalam Keperawatan

9

3) Penglihatan berkurang

4) Tidak bisa memegang

5) Kurang memahami pentingnya program tersebut unuk dipatuhi dan

dijalankan

6. Kesehatan Mental

Selain mengalami kemunduran fisik lansia juga mengalami kemunduran

mental. Semakin lanjut seseorang, kesibukan soialnya akan semakin berkurang

dan dapat mengakibatkan berkurangnya intregrasi dengan lingkungannya.

2.5 Upaya Pelayanan Kesehatan terhadap Lansia

Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azas, pendekatan, dan

jenis pelayanan kesehatan yang diterima.

1. Azas

Menurut WHO (1991) adalah to Add life to the Years that Have Been

Added to life, dengan prinsip kemerdekaan (independence), partisipasi

(participation), perawatan (care), pemenuhan diri (self fulfillment), dan

kehormatan (dignity).

Azas yang dianut oleh Departemen Kesehatan RI adalah Add life to the

Years, Add Health to Life, and Add Years to Life, yaitu meningkatkan mutu

kehidupan lanjut usia, meningkatkan kesehatan, dan memperpanjang usia.

2. Pendekatan

Menurut World Health Organization (1982), pendekatan yang digunakan

adalah sebagai berikut :

1) Menikmati hasil pembangunan (sharing the benefits of social

development).

2) Masing-masing lansia mempunyai keunikan (individuality of aging

persons).

3) Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal (nondependence)

4) Lansia turut memilih kebijakan (choice)

Page 13: Issu Dan Legal Etik Dalam Keperawatan

10

5) Memberikan perawatan di rumah (home care)

6) Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accessibility)

7) Mendorong ikatan akrab antar kelompok/ antar generasi (engaging the

aging)

8) Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia (mobility)

9) Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya (productivity)

10) Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (self help care

and family care)

3. Jenis Pelayanan Kesehatan

Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan,

yaitu: Promotif, prevention, diagnosa dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan,

serta pemulihan.

1) Promotif

Upaya promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk

meningkatkan dukungan klien, tenaga profesional dan masyarakat terhadap

praktek kesehatan yang positif menjadi norma-norma sosial. Upaya perlindungan

kesehatan bagi lansia sebagai berikut :

a. cedera

b. Meningkatkan keamanan di tempat kerja

Meningkatkan perlindungan  dari kualitas udara yang buruk

a. Meningkatkan keamanan, penanganan makanan dan obat-obatan

b. Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut

2) Preventif

a. Mencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier. Contoh pencegahan

primer : program imunisasi, konseling, dukungan nutrisi, exercise,

keamanan di dalam dan sekitar rumah, menejemen stres, menggunakan

medikasi yang tepat.

Page 14: Issu Dan Legal Etik Dalam Keperawatan

b. Melakukakn pencegahan sekuder meliputi pemeriksaan terhadap penderita

tanpa gejala. Jenis pelayanan pencegahan sekunder: kontrol hipertensi,

11

deteksi dan pengobatan kanker, skrining : pemeriksaan rektal, mamogram,

papsmear, gigi, mulut.

c. Melakukan pencegahan tersier dilakukan sesudah gejala penyakit dan

cacat. Jenis pelayanan mencegah berkembangnya gejala dengan

memfasilisasi rehabilitasi, medukung usaha untuk mempertahankan

kemampuan anggota badan yang masih bnerfungsi

3) Rehabilitatif

Prinsip:

a. Pertahankan lingkungan aman

b. Pertahankan kenyamanan, istirahat, aktifitas dan mobilitas

c. Pertahankan kecukupan gizi

d. Pertahankan fungsi pernafasan

e. Pertahankan aliran darah

f. Pertahankan kulit

g. Pertahankan fungsi pencernaan

h. Pertahankan fungsi saluran perkemihaan

i. Meningkatkan fungsi psikososial

j. Pertahankan komunikasi

k. Mendorong pelaksanaan tugas

2.6 Hukum dan Perundang-undangan yang Terkait dengan Lansia

a) UU No. 4 tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan bagi Orang Jompo

b) UU No.14 tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja

Page 15: Issu Dan Legal Etik Dalam Keperawatan

c) UU No.6 tahun 1974 tentang Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial

d) UU No.3 tahun 1982 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

e) UU No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional

f) UU No. 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian

g) UU No.4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman

h) UU No.10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera

12

i) UU No.11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun

j) UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan

k) PP No.21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga

Sejahtera

l) PP No.27 tahun 1994 tentang Pengelolaan Perkembangan Kependudukan

m) UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia (tambahan lembaran

negara Nomor 3796) sebagai pengganti UU No.4 tahun 1965 tentang

Pemberian Bantuan bagi Orang Jompo.

UU No. 13 tahun 1998 ini berisikan antara lain :

a) Hak, kewajiban, tugas, serta tanggung jawab pemerintah, masyarakat, dan

kelembagaan.

b) Upaya pemberdayaan

c) Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lansia potensial dan tidak

potensial

d) Pelayanan terhadap lansia

e) Perlindungan social

Page 16: Issu Dan Legal Etik Dalam Keperawatan

f) Bantuan social

g) Koordinasi

h) Ketentuan pidana dan sanksi administrasi

i) Ketentuan peralihan

Beberapa undang-undang yang perlu disusun adalah :

a) UU tentang Pelayanan Lansia Berkelanjutan (Continum of Care)

b) UU tentang Tunjangan Perawatan Lansia

c) UU tentang Penghuni Panti (Charter of Resident’s Right)

d) UU tentang Pelayanan Lansia di Masyarakat (Community Option

Program)

13

2.7 Peran Perawat

Berkaitan dengan kode etik yang harus diperhatikan oleh perawat adalah :

a) Perawat harus memberikan rasa hormat kepada klien tanpa memperhatikan

suku, ras, gol, pangkat, jabatan, status social, maslah kesehatan.

b) Menjaga rahasia klien.

c) Melindungi klien dari campur tangan pihak yang tidak kompeten, tidak

etis, praktek illegal.

d) Perawat berhak menerima jasa dari hasil konsultasi dan pekerjaannya.

e) Perawat menjaga kompetesi keperawatan.

f) Perawat memberikan pendapat dan menggunakannya. Kompetei individu

serta kualifikasi daalm memberikan konsultasi.

Page 17: Issu Dan Legal Etik Dalam Keperawatan

g) Berpartisipasi aktif dalam kelanjutanyaperkembangannya body of

knowledge.

h) Berpartipitasi aktif dalam meningkatan standar professional.

i) Berpatisipasi dalam usaha mencegah masyarakat, dari informasi yang

salah dan misinterpretasi dan menjaga integritas perawat

j) Perawat melakukan kolaborasi dengan profesi kesehatannya yang lain atau

ahli dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan

oleh masyarakat termasuk pada lansia.

2.8 Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Masyarakat

Khususnya Lansia

Contoh upaya pemerintah di negara maju dalam meningkatkan kesehatan

masyarakatnya, diantaranya adanya medicare dan medicaid. Medicare adalah

program asuransi social federal yang dirancang untuk menyediakan perawatan

kesehatan bagi lansia yang memberikan jaminan keamanan social. Medicare

dibagi 2 : bagian A asuransi rumah sakit dan B asuransi medis. Semua pasien

berhak atas bagian A, yang memberikan santunan terbatas untuk perawatan rumah

sakit dan perawatan di rumah pasca rumah sakit dan kunjungan asuhan kesehatan

yang tidak terbatas di rumah. Bagian B merupakan program sukarela dengan

penambahan sedikit premi perbulan, bagian B menyantuni secara terbatas layanan

14

rawat jalan medis dan kunjungan dokter. Layanan mayor yang tidak di santuni

oleh ke dua bagian tersebut termasuk asuhan keperawatan tidak terampil, asuhan

keperawatan rumah yang berkelanjutan obat-obat yang diresepkan, kaca mata dan

perawatan gigi. Medical membayar sekitar biyaya kesehatan lansia (U.S Senate

Committee on Aging, 1991).

Medicaid adalah program kesehatan yang dibiayai oleh dana Negara dan

bantuan pemerintah bersangkutan. Program ini beredar antara satu Negara dengan

lainya dan hanya diperuntukan bagi orang tidak mampu. Medicaid merupakan

sumber utama dana masyarakat yang memberikan asuhan keperawatan di rumah

Page 18: Issu Dan Legal Etik Dalam Keperawatan

bagi lansia yang tidak mampu. Program ini menjamin semua layanan medis dasar

dan layanan medis lain seperti obat-obatan, kaca mata dan perawatan gigi.

Adapun program kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia  yang

diperuntukkan khusunya bagi lansia adalah JPKM yang merupakan salah satu

program pokok perawatan kesehatan masyarakat yang ada di puskesmas

sasarannya adalah yang didalamnya ada keluarga  lansia. Perkembangan jumlah

keluarga yang terus menerus meningkat dan banyaknya keluarga yang berisiko

tentunya menurut perawat memberikan pelayanan pada keluarga secara

professional. Tuntutan ini tentunya membangun “ Indonesia Sehat 2010 “ yang

salah satu strateginya adalah Jaminan Pemeliharan Kesehatan Masyarakat

(JPKM). Dengan strategi ini diharapkan lansia mendapatkan yang baik dan

perhatian yang selayaknya.

15

Page 19: Issu Dan Legal Etik Dalam Keperawatan

Medan, 21/3 - Posyandu Lansia. Sejumlah petugas mendata dan

memeriksa kesehatan seorang lansia di Posyandu Pelangi VII Kelurahan Petisah

Tengah Kota Medan, Sumut, Senin (21/3). Posyandu tersebut memberikan

penyuluhan cara hidup sehat sehingga diharapkan kualitas hidup lansia dapat

bertambah.

1. Lansia Telantar Dapat Tunjangan Seumur Hidup

Program yang bernama Jaminan Sosial Lanjut Usia (JSLU) ini, sebenarnya

telah masuki tahun ke-5 sebagai proyek percontohan yang dilakukan di 28

provinsi dengan total lansia sebanyak 10 ribu jiwa.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2008 menyebutkan populasi lanjut usia

di Indonesia sebanyak 19,5 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, terdapat sekitar 1,6

juta jiwa atau 8,2 persen yang lanjut usia telantar dan dalam kondisi miskin.

Program ini akan dijadikan program nasional serupa dengan bantuan

langsung tunai BLT di program ini, para lansia tidak perlu repot untuk

mendatangi Kantor Pos. Petugas pos akan mengantarkan langsung bantuan ke

rumah lansia yang tertera stiker khusus.

Namun, berdasarkan penelitian yang dilakukan Dirjen Pelayanan dan

Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial, pelaksanaan program ini masih menemui

16

Page 20: Issu Dan Legal Etik Dalam Keperawatan

kendala dan hambatan di beberapa daerah. Di Jawa Barat, misalnya, program

masih ini terkendala urusan koordinasi, monitoring, dan evaluasi.

Di Banten, kualitas fasilitator program yang belum sepenuhnya mengerti

tugas pokok dan fungsinya, menjadi masalah tersendiri. Sementara, di ibu kota

Jakarta, permasalahan intinya terletak pada pencairan dana JSLU.

Di antaranya, dengan membenahi pola perekrutan lansia terlantar,

sehingga lansia yang menerima tunjangan seumur hidup ini betul-betul tepat

sasaran. Yang paling penting adalah masyakarat juga tidak lagi menjadikan para

lansia, terutama mereka yang terlantar sebagai beban. Agar para lansia dapat

menikmati taraf hidup dengan wajar.

2. Posyandu Lansia

Posyandu lansia  merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan bersumber

daya masyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif

dan kebutuhan itu sendiri khususnya pada penduduk usia lanjut. Pengertian usia

lanjut adalah mereka yang telah berusia 60 tahun keatas. Sasaran Posyandu

Lansia adalah:

1. Sasaran langsung:

a) Kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun) 

b) Kelompok usia lanjut (60 tahun keatas)

c) Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi (70 tahun ke atas)

2. Sasaran tidak langsung

a) Keluarga tempat usia lanjut berada

b) Organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut

c) Masyarakat luas

Tujuan Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk

mencapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam keluarga dan masyarakat

sesuai dengan eksitensinya dalam strata kemasyarakatan sedang bagi lansia

sendiri, kesadaran akan pentingnya bagi dirinya, keluarga dan masyarakat luas

agar selama mungkin tetap mandiri dan berdaya guna.

17

Page 21: Issu Dan Legal Etik Dalam Keperawatan

Jenis Pelayanan kesehatan di posyandu lansia meliputi: kesehatan fisik dan

mental emosional. Dengan menggunakan KMS, mencatat dan memantau kondisi

kesehatan, mengetahui lebih awal penyakit atau ancaman/masalah kesehatan yang

dihadapi dan perkembangannya. Tindakan yang dilakukan adalah :

1) Pemeriksaan aktivitas harian (activity of daily living), meliputi kegiatan dasar

dalam kehidupan, seperti makan-minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik

turun tempat tidur, buang air kecil dan besar.

2) Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental

emosional, dengan menggunakan pedoman metode 2 menit ( bisa dilihat KMS

usia lanjut)

3) Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran

tinggi badan dan dicatat pada grafik indek massa tubuh

4) Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan sfingnomanometer dan

stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.

5) Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist, Sahli, atau Cuprisulfat. 

6) Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adannya

penyakit gula.

7) Pemeriksaan protein dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit

ginjal.

8) Pelaksanaan rujukan ke puskemas bila mana ada keluhan dan atau

ditemukan kelainan pada pemeriksaan pada nomor 1 hingga 7.

9) Penyuluhan bisa dilakukan didalam atau diluar kelompok dalam rangka

kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah

kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau kelompok usia lanjut.

10) Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia lanjut

yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat.

Page 22: Issu Dan Legal Etik Dalam Keperawatan

BAB 3PENUTUP

3.1 Simpulan

Isu yang masih mungkin dihadapi keadaan geografi negara Indonesia yang

terdiri dari ribuan pulau yang terpencar-pencar, merupakan salah satu tantangan

dalam upaya pembangunan nasional terutama dalam pembangunan kesehatan.

Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya. Selain itu pembangunan Kesehatan

juga merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak rakyat, yaitu hak untuk

memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan amanat Undang Undang Dasar

1945 dan Undang Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan Pembangunan

kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk peningkatan kualitas

sumber daya manusia, yang diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Kesejahteraan penduduk usia lanjut karena kondisi fisik dan/atau mentalnya tidak

memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan, maka lansia perlu

mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat. Berbagai upaya telah

dilaksanakan oleh instansi pemerintah diantaranya pelayanan kesehatan, sosial,

ketenagakerjaan dan lainnya telah dikerjakan pada berbagai tingkatan, yaitu

tingkat individu lansia, kelompok lansia, keluarga, Panti Sosial Tresna Wreda

(PSTW), Sarana pelayanan kesehatan tingkat dasar (primer), tingkat pertama

(sekunder), tingkat lanjutan, (tersier) untuk mengatasi permasalahan yang terjadi

pada lansia.

3.2 Saran

Mengingat banyaknya masalah gerontik yang dialami lansia diharapkan

dengan dibentuknya puskesmas untuk lansia, lansia dapat memeriksakan dirinya

agar mengetahui dari dini jenis penyakit yang diderita. Yang diharapkan agar

dapat meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa

tua yang bahagia dan berguna dalam keluarga.

18

Page 23: Issu Dan Legal Etik Dalam Keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

Maryam, R siti.Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya. 2008. Jakarta:

Salemba medika

Situart dan Sundart. Keperawatan Medikal Bedah 1.2001. Jakarta: EGC

Mubarak Wahid iqbal,dkk. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. 2006. Jakarta:

Sagung Seto

http://qie30.wordpress.com/2009/05/07/tren-dan-isu-pelayanan-kesehatan-

lansia/

http://www.tegalkota.go.id/index.php/component/content/article/412-tahun-

2011-posyandu-lansia-harus-sudah-terbentuk.html

http://kebijakansosial.wordpress.com/2010/02/11/2011-lansia-telantar-dapat-

tunjangan-seumur-hidup/