Issu Legal dan Tantangan Dalam Pelayanan Keperawatan.docx

22
ISSUE LEGAL DALAM KEPERAWATAN YANG BERKAITAN DENGAN PELAYANAN KEPERAWATAN, TANTANGAN DAN KESEMPATAN DALAM PROFESI KEPERAWATAN YANG BERKAITAN DENGAN PELAYANAN KEPERAWATAN OLEH DEDE SAEFUL HIDAYAT MARIA AGNES KABELEN UZI REGINA SEMBIRING

Transcript of Issu Legal dan Tantangan Dalam Pelayanan Keperawatan.docx

Page 1: Issu Legal dan Tantangan Dalam Pelayanan Keperawatan.docx

ISSUE LEGAL DALAM KEPERAWATAN YANG BERKAITAN DENGAN PELAYANAN KEPERAWATAN,

TANTANGAN DAN KESEMPATAN DALAM PROFESI KEPERAWATAN YANG BERKAITAN DENGAN PELAYANAN

KEPERAWATAN

OLEH

DEDE SAEFUL HIDAYAT

MARIA AGNES KABELEN

UZI REGINA SEMBIRING

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS

PRODI S1 KEPERAWATAN KELAS B

TAHUN AJARAN 2013/2014

Page 2: Issu Legal dan Tantangan Dalam Pelayanan Keperawatan.docx

A. ISSUE LEGAL DALAM PELAYANAN KESEHATAN

Issue merupakan masalah yang dikedepankan untuk ditanggapi. Issue adalah sesuatu yang sedang dibicarakan oleh banyak orang namun belum jelas faktanya atau buktinya. Legal artinya sah, benar, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Masalah etika keperawatan pada dasarnya merupakan masalah etika kesehatan, dimana telah terjadi perkembangan-perkembangan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Issue dalam Pelayanan Kesehatan antara lain :

1. Pemberian pelayanan kesehatan. 2. Penolakan dan penghentian pelayanan kesehatan. 3. Informed consent. 4. Konfidensialitas (kerahasiaan). 5. Advance directives and living will6. Awal hidup (konsepsi kehamilan, kelahiran). 7. Peningkatan mutu kehidupan dengan rekayasa genetik. 8. Operasi penggantian kelamin.9. Eksperimen pada manusia; obat baru, cara pengobatan baru, alat medis baru. 10. Menunda proses kematian (transplantasi organ, respirator, pacu jantung, hemodialisis). 11. Mengakhiri hidup (aborsi, euthanasia). 12. Kelangkaan sumber daya kesehatan (tenaga kesehatan, dana teknologi, obat, dsb) yang

cenderung tidak mencukupi karena jumlah penduduk yang meningkat.

Euthanasia Dalam bahasa Yunani diartikan sebagai “meninggal dunia dengan baik atau bahagia”, yang berasal dari kata Eu : mudah, bahagia, baik dan Thanatos : meninggal dunia. Menurut “oxford english dictionary” yaitu : tindakan untuk mempermudah mati dengan tenang dan mudah. Jenis-jenis Euthanasia : a. Ditinjau dari Permintaan

1. Euthanasia Volunteer Euthanasia yang dilakukan oleh petugas medis berdasarkan permintaan dari pasien sendiri. Permintaan dari pasien dilakukan dalam kondisi sadar atau dengan kata lain permintaan pasien secara sadar dan berulang-ulang, tanpa tekanan dari siapapun juga.

2. Euthanasia InvolunteerEuthanasia ini dilakukan oleh petugas medis kepada pasien yang tidak sadar. Permintaan biasanya dilakukan oleh keluarga pasien, dengan berbagai alasan, antara lain biaya perawatan, kasihan kepada penderitaan pasien. Tindakan yang menyebabkan kematian dilakukan bukan atas persetujuan klien.

Page 3: Issu Legal dan Tantangan Dalam Pelayanan Keperawatan.docx

b. Dilihat dari Cara Dilaksanakannya1. Euthanasia Aktif

Tindakan disengaja yang menyebabkan klien meninggal, misalnya menginjeksikan obat dosis letal. Dengan kata lain, euthanasia aktif adalah tindakan medis secara sengaja melalui obat sehingga menyebabkan pasien tersebut meninggal.

2. Euthanasia PasifMenghentikan atau mencabut segala tindakan atau pengobatan atau perawatan suportif yang sedang berlangsung untuk mempetahankan hidup (antibiotika, nutrisi, respirator).

Aspek Hukum Euthanasia : Ketentuan hukum yang berkaitan langsung dengan euthanasia terdapat dalam beberapa pasal dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), yaitu : 1. Barangsiapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang

disebutnya dengan nyata dan dengan sungguh-sungguh, dihukum penjara selama-lamanya 12 tahun (KUHP Pasal 344).

2. Barangsiapa dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain, dihukum karena pembunuhan direncanakan dnegan hukuman mati atau penjara selama-lamanya seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya 20 tahun (KUHP Pasal 340).

3. Barangsiapa karena kesalahannya menyebabkan matinya orang lain dihukum penjara selama-lamanya 5 tahun atau kurungan selama-lamanya setahun (KUHP Pasal 359).

4. Barangsiapa dengan sengaja menghasut orang lain untuk bunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu, atau memberikan daya upaya itu jadi bunuh diri, dihukum penjara selama-lamanya 4 tahun.

Abortus Abortus secara umum dapat diartikan sebagai keluarnya atau dikeluarkannya hasil konsepsi dari kandungan seorang ibu sebelum waktunya. Abortus atau aborsi dapat terjadi secara spontan dan buatan. Abortus secara spontan merupakan mekanisme alamiah keluarnya hasil konsepsi yang abnormal (keguguran). Sedangkan abortus buatan atau terminasi kehamilan, yang mempunyai dua macam, yaitu : 1. Bersifat Legal

Aborsi legal dilakukan oleh tenaga kesehatan atau tenaga medis yang berkompeten berdasarkan indikasi medis, dan dengan persetujuan ibu yang hamil dan atau suami. Meskipun demikian, tidak setiap tindakan aborsi yang sudah mempunyai indikasi medis ini dapat dilakukan aborsi buatan. Persyaratan lain yang harus dipenuhi sebuah aborsi adalah :

- Aborsi hanya dilakukan sebagai tindakan therapeutik.

Page 4: Issu Legal dan Tantangan Dalam Pelayanan Keperawatan.docx

- Disetujui secara tertulis oleh dua orang dokter yang berkompeten. - Dilakukan di tempat pelayanan kesehatan yang diakui oleh suatu otoritas yang sah.

2. Bersifat IlegalAborsi ilegal dilakukan oleh tenaga kesehatan atau tenaga medis yang tidak kompeten, melalui cara-cara di luar medis ( pijat, jamu atau ramu-ramuan), dengan atau tanpa persetujuan ibu hamil dan atau suaminya. Aborsi ilegal sering juga dilakukan oleh tenaga medis kompeten, tetapi tidak mempunyai indikasi medis.

Abortus telah menjadi perdebatan internasional masalah etika. Berbagai pendapat muncul, baik pro maupun kontra.Argumentasi Pro : - Konsepsi awal tanpa bentuk dan tidak stabil, jauh dari bentuk manusia. - Hak untuk memilih dalam arti, seorang perempuan berhak untuk memilih dan untuk

memutuskan mengakhiri atau meneruskan kehamilan karena alasan tertentu, misalnya karena perkosaan.

Argumentasi Kontra : - Hidup manusia dimulai saat konsepsi (pembuahan). - Menghentikan kehamilan sejak awal bertentangan dengan moral dan dinilai sebagai

tindakan pembunuhan. Di Indonesia, tindakan abortus dilarang sejak 1978 sesuai dengan pasal 346-349 KUHP, dinyatakan bahwa “ Barangsiapa melakukan suatu dengan sengaja yang menyebabkan keguguran atau matinya kandungan, dapat dikenai penjara”. Apapun alasan yang dikemukakan, abortus sering menimbulkan konflik nilai bagi perawat bila ia harus terlibat dalam tindakan abortus. Masalah abortus memang kompleks namun perawat profesional tidak diperkenankan memaksakan nilai yang ia yakini kepada klien yang memiliki nilai berbeda, termasuk pandangan terhadap abortus.

Informed Consent Secara etimologis, informed consent berasal dari kata informed yang artinya sudah

diberikan informasi atau sudah dijelaskan atau sudah diuraikan dan kata consent yang artinya persetujuan atau izin. Jadi, informed consent atau persetujuan tindakan medik adalah persetujuan dari pasien atau keluarganya terhadap tindakan medik yang akan dilakukan terhadap dirinya atau keluarganya setelah mendapat penjelasan yang adekuat dari dokter.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka semakin kompleks jenis-jenis penyakit yang ditemukan para ahli dibidang kedokteran. Sehingga dalam perkembangannya tidak saja diperlukan tenaga kesehatan yang biasa akan tetapi juuga memerlukan perawatan khusus dari dokter ahli seperti operasi.

Page 5: Issu Legal dan Tantangan Dalam Pelayanan Keperawatan.docx

Sebelum dokter melakukan tindakan operasi medik, dokter berkewajiban untuk memberikan informasi tentang jenis penyakit yang diderita pasien dan tindakan yang dilakukan untuk menyelamatkan jiwa pasien serta resiko-resiko yang mungkin timbul dari tindakan medik tersebut kepada pasien dan keluarganya.

Karena informed consent merupakan perjanjian untuk melakukan tindakan operasi medik, maka keberadaan informed consent sangat penting bagi para pihak yang melakukan perjanjian pelayanan kesehatan, sehingga dapat diketahui keberadaan infrmed consent sangat diperlukan di rumah sakit.

Dasar Hukum Informed Consent : 1. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1998 tentang Tenaga Kesehatan. 2. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.159b/Menkes/SK/Per/II/1998 tentang RS. 3. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.749A/Menkes/Per/IX/1989 tentang Rekam Medis. 4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 585/Menkes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan

Tindakan Medis. 5. Kep Menkes I No.466/Menkes/SK dan Standar Pelayanan Medis di RS. 6. Fatwa pengurus IDI Nomor:319/PB/A.4/88 tertanggal 22 Februari 1988 tentang

Informed Consent.

Tujuan Persetujuan Tindakan Medik : 1. Perlindungan pasien untuk segala tindakan medik, perlakuan medik tidak

diketahui/disadari pasien/keluarga, yang seharusnya tidak dilakukan ataupun yang merugikan/membahayakan diri pasien.

2. Perlindungan tenaga kesehatan terhadap terjadinya akibat yang tidak terduga serta dianggap merugikan pihak lain.

Jenis-jenis persetujan tindakan medik : 1. Implied Consent, yaitu persetujuan yang dianggap telah diberikan walaupun tanpa

pernyataan resmi, yaitu pada keadaan darurat atau emergency. Pada keadaan gawat darurat yang mengancam nyawpasien, tindakan menyelamatkan kehidupan (life saving) tidak memerlukan persetujuan tindakan medik.

2. Expressed Consent, yaitu persetujuan tindakan medik yang diberikan secara eksplisit, baik secara lisan ataupun tertulis.

Isi persetujuan tindakan medik : Hal-hal yang perlu di informasikan : 1. Alasan perlunya tindakan medik. 2. Sifat tindakan. 3. Tujuan tindakan. 4. Resikonya 5. Saksi-saksi yang memperkuat perjanjian tersebut.

Page 6: Issu Legal dan Tantangan Dalam Pelayanan Keperawatan.docx

Informed Consent dianggap benar, bila : 1. Persetujuan atau penolakan medis dilakukan untuk tindakan medis yang dinyatakan

spesifik. 2. Persetujuan atau penolakan medis diberikan tanpa paksaan. 3. Persetujuan dan penolakan medis diberikan oleh seseorang (pasien) yang sehat mental

dan memang berhak memberikan dari segi hukum. 4. Setelah diberikan informasi yang adekuat dan penjelasan yang diperlukan. 5. Informasi dan penjelasan yang diberikan terkait dengan penerapan persetujuan

tindakan medik : a. Tentang tujuan dan prospek keberhasilan tindakan medis yang akan dilakukan

(purhate of medical procedure). b. Tentang tata cara tindakan medis yang akan dilakukan (consenpleated medical

procedure). c. Tentang resiko (risk inherence in sual medical).d. Komplikasi yang akan terjadi. e. Tentang alternatif tindakan medis lain yang tersedia dan resiko-resikonya

(alternative medical procedure and risk). f. Tentang prognosis penyakit, bila tindakan dilakukan. g. Diagnosis.

Contoh Kasus :

13 Juni 2001, pasien berobat ke dr.S di diagnosa OA Vt Cervical C4-7, Spondylolistesis L5-S1, saran MRI 18 Juni 2001: Hasil MRI : Lesi SOL Inradural extra meduller L3-S1, dijelaskan therapi terbaik rekonstruksi Spondilolistesis L5-S1 dan mengangkat tumor L3-S1 dan debulking tumor resiko lumpuh dan mati juga dijelaskan 27 Juni 2001: Penderita di operasi Follow Up selama 6 bulan (14 January 2002) pindah ke dokter lain tanpa sepengatahuan dr.S. 3 tahun kemudian (25 February 2005) pasien menuntut merasa tertipu dan terkesan keikutsertaan pihak ketiga.

Pembahasan Kasus : 1. Dokter telah melakukan tindakan dengan benar terhadap trauma, akan tetapi lebih

aman lagi dibuat “informed consent” yang bila terjadi apapun dokter tidak akan dituntut dengan risiko yang sudah dijelaskan ditanggung sepenuhnya oleh pasien dan ibu pasien.

Page 7: Issu Legal dan Tantangan Dalam Pelayanan Keperawatan.docx

2. Jelas kasus ini secara medis bukan malpraktek, akan tetapi malpraktek informed consent yang bisa saja diseret ke perdata atau pidana. Membayar ganti rugi merupakan hal yang wajar bila RS tidak dapat membuktikan infomed consent.

Transplantasi Organ Merupakan tinadakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia kepada tubuh manusia yang lain atau tubuhnya sendiri. Transplantasi merupakan terapi pengganti yang merupakan upaya terbaik untuk menolong pasien yang mengalami kegagalan organ tubuh. Di samping pertimbangan medis dan kesehatan, tranplantasi juga harus mempertimbangkan dari segi non medis, yakni agama, budaya, hukum, kepercayaan. Jenis-jenis Transplantasi : 1. Autograft

Yaitu pemindahan organ jaringan atau organ dari satu tempat ke tempat lain dalam tubuh pasien sendiri. Misalnya, operasi bibir sumbing, dimana jaringan atau organ yang diambil utuk menutup bagian yang sumbing diambil dari jaringan tubuhnya sendiri, misalnya dari pantat atau dari pipi pasien sendiri.

2. Allograft Pemindahan jaringan atau organ dari tubuh ke tubuh yang lain yang sama spesiesnya, yakni antara manusia dengan manusia. Tranplantasi allograft yang sering terjadi dan tingkat keberhasilannya tinggi antara lain transplantasi ginjal dan kornea mata. Transfusi darah sebenarnya juga merupakan bagian dari transplantasi ini, karena melalui transfusi darah bagian dari tubuh manusia yakni darah dari seseorang (donor) dipindahkan untuk menggantikan darah orang dan pada tubuh orang lain (recipient).

3. Xenograft Pemindahan jaringan atau organ dari satu tubuh ke tubuh lain yang tidak sama spesiesnya, misalnya antara spesies manusia dengan binatang. Yang sudah terjadi contohnya pencangkokan hati manusia dengan hati dari baboon, meskipun tingkat kebrhasilannya masih kecil.

Organ atau bagian-bagian tubuh yang diambil dari seseorang atau “donor” dan dipindahkan untuk menggantikan tubuh orang lain ini, dibedakan menjadi dua : 1. Diambil donor hidup, misalnya kulit, ginjal, darah, sum-sum tulang. 2. Diambil dari donor mati (jenazah), misalnya jantung, hati, ginjal, kornea mata, paru-

paru dan pankreas.

Aspek Hukum Transplantasi : Dari aspek etik dan hukum kesehatan, transplantasi organ tubuh, jaringan, sel merupaka upaya sangat mulias untuk kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Namun demikian guna pelaksanaan transplantasi tidak menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan perlu ada pengaturan hukumnya.

Page 8: Issu Legal dan Tantangan Dalam Pelayanan Keperawatan.docx

Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis, bedah mayat anatomis dan trasnplantasi alat serta jaringan tubuh manusia, diatur sebagai berikut :

a. Pasal 11. Alat tubuh manusia adalah kumpulan jaringa-jaringan tubuh yang dibentuk oleh

beberapa jenis sel dan mempunyai bentuk faal atau fungsi tertentu untuk tubuh tersebut.

2. Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mempunyai bentuk dan faal yang sama dan tertentu.

3. Transplantasi adalah rangkaian tindakan kedokteran untuk pemindahan alat tubuh dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain dalam rangka pengobatan untuk menggantikan alat dan atau jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.

4. Donor adalah orang yang menyumbangkan alat atau jaringan tubuhnya kepada oranga lain untuk keperluan kesehatan.

5. Meninggal dunia adalah keadaan insan yang diyakini oleh ahli kedokteran yang berwenang bahwa fungsi otak, pernapasan, dan atau denyut jantung seseorang telah berhenti.

b. Pasal 10Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia dilakukan dengan memperhatikan persetujuan tertulis penderita dan atau keluarganya setelah penderita meninggal dunia.

c. Pasal 111. Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia hanya boleh dilakukan oleh

dokter yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan. 2. Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia tidak boleh dilakukan oleh

dokter yang merawat atau mengobati donor yang bersangkutan. d. Pasal 12

Dalam rangka transplantasi, saat mati ditentukan oleh dua orang dokter yang tidak ada sangkut paut medis dengan dokter yang melakukan transplantasi.

e. Pasal 13Persetujuan tertulis dari donor dan atau keluarga dibuat di atas kertas yang bermeterai dengan dua orang saksi.

f. Pasal 14Pengambilan alat dan atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau Bank Mata korban kecelakaan yang meninggal dunia, dilakukan dengan persetujuan tertulis keluarga yang terdekat.

g. Pasal 151. Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan jaringan tubuh diberikan oleh

donor hidup, calon donor yang bersangkutan terlebih dahulu diberi tahu oelh dokter

Page 9: Issu Legal dan Tantangan Dalam Pelayanan Keperawatan.docx

yang merawatnya, termasuk dokter konsultan mengenai operasi, akibat-akibatnya dan kemungkina yang terjadi.

2. Dokter tersebut harus yakin benar, bahwa calon donor yang bersangkutan telah menyadari sepenuhnya dari pemberitahuan tersebut.

h. Pasal 16Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak atas kompensasi materiil apapun sebagai imbalan transplantasi.

i. Pasal 17 Dilarang mengirim dan menerima alat dan atau jaringan tubuh manusia dalam semua bentuk ke dan dari luar negeri.

j. Sanksi Pidana 1. Setiap orang yang dengan sengaja memperjualbelikan organ atau jaringan tubuh

dengan dalih apapun dipidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp.1.000.000.000 (satu miliar rupiah).

2. Setiap orang yang memperjualbelikan darah dengan dalih apapun dipidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah).

Bedah Mayat Mayat adalah orang yang telah meninggal dunia atau mati. Menurut UU Kesehatan No.36 tahun 2009, Pasal 117 menjelaskan seseorang dinyatakan mati apabila fungsi sistem jantung-sirkulasi dan sistem pernafasan sudah terbukti telah berhenti secara permanen atau apabila kematian batang otak telah dapat dibuktikan. Dari aspek sosial, ekonomi, budaya, orang yang sudah dinyatakan meninggal berarti sudah tidak ada artinya. Namun tidak demikian dari aspek pengembangan ilmu pengetahuan dan hukum, mayat seseorang yang sudah meninggal mempunyai manfaat. Bedah mayat adalah suatu tindakan medis pasca pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk memastikan penyebab kematian dan untuk kepentingan penelitian. Bedah mayat dapat dibedakan menjadi beberapa golongan sesuai dengan tujuan bedah mayat tersebut, yakni : 1. Bedah Mayat Klinis Dilakukan untuk kepentingan penelitian dan pengembangan

pelayanan kesehatan. Tujuannya untuk menegakkan diagnosis dan atau penyimpulan penyebab kematian. Untuk melakukannya harus didasarkan persetujuan tertulis dari keluarga.Namun, apabila pasien yang meninggal ini diduga karena menderita penyakit menular tertentu yang membahayakan masyarakat, maka bedah mayat tersebut tidak perlu persetujuan dari siapapun.

2. Bedah Mayat Anatomis

Page 10: Issu Legal dan Tantangan Dalam Pelayanan Keperawatan.docx

Dilakukan untuk kepentingan pendidikan bidang ilmu kedokteran dan biomedik. Bedah mayat ini hanya dapat dilakukan terhadap mayat tidak dikenal atau mayat yang tidak diurus oleh keluarganya. Bedah mayat anatomis dapat dilakukan dengan ketentuan : - Di rumah sakit pendidikan. - Dilakukan oleh dokter sesuai dengan keahliannya. - Mayat harus diawetkan terlebih dahulu.

3. Bedah Mayat Forensik Dilakukan guna kepentingan penegakan hukum. Bedah mayat forensik hanya dapat dilakukan oleh dokter ahli forensik atau dokter lain bila diwilayah tersebut tidak ada dokter ahli forensiknya. Menurut ketentuang undang-undang, pemerintah atau pemerintah daerah bertanggung jawab atas tersedianya pelayanan bedah mayat forensik di wilayahnya.

4. Bedah Mayat sebagai DonorBagi seseorang yang pada waktu hidupnya telah bersedia untuk mendonorkan organ tubuhnya, maka apabila orang ini meninggal dunia, perlu dilakukan bedah mayat. Tujuan bedah mayat ini adalah untuk mengambil organ tubuh yang telah didonorkan untuk dipindahkan kepada tubuh lain yang menerimanya.

Tindakan-tindakan bedah mayat dengan tujuan apapun seperti disebutkan di atas, dan yang dilakukan oleh petugas kesehatan yang mempunyai kewenangan untuk itu, harus dilakukan sesuai dengan norma agama, etika dan hukum-hukum yang berlaku untuk itu.

Teknologi Reproduksi Buatan Atau merupakan teknologi bayi tabung merupakan teknik dimana oosit (sel telur yang telah dibuahi) dimanipulasi (disemaikan) dalam media tabung (tube) sebelum ditanamkan ke dalam rahim ibu. TRB ini dilakukan sebagai upaya terakhir bagi pasangan suami istri yang mempunyai masalah untuk mengalami kehamilan secara alamiah. Boleh dikatakan sebagai upaya terakhir atau pengobatan pasangan yang kurang atau tidak subur (infertille). Meskipun telah terjadi pembuahan ee3dalam media tabung, tetapi setelah dipindahkan ke dalam rahim ibu bisa saja terjadi kegagalan. Hal ini dapat dianalogikan pada waktu kita membuat persemaian suatu tanaman dan sudah tumbuh. Tetapi setelah dipindahkan ke tempat lain mempunyai resiko tidak hidup karena media tanah dan lingkungannya berbeda. Lahirnya teknologi bayi tabung ini dipelopori oleh Louise Brown dari Inggris tahun 1978. Pada tahun 1997, oleh Dr.Ian Wemut, menemukan teknologi reproduksi buatan lagi yang disebut “cloning”, yang memanfaatkan teknologi transplatasi inti sel dari sel dewasa sehingga dapat menumbuhkan kehidupan baru. Pengembangan sel inti dari sel dewasa ini akhirnya dapat melahirkan seekor domba yang diberi nama Dolly. Meskipun clonning ini baru berhasil pada binatang, khususnya domba, namun penemuan ini telah menimbulkan gelombang kegelisahan, bahkan keprihatinan. Mereka yang tidak setuju mengkhawatirkan kalau-kalau clonning ini diterapkan pada manusia seperti halnya teknologi bayi tabung.

Page 11: Issu Legal dan Tantangan Dalam Pelayanan Keperawatan.docx

Dalam kedokteran telah dilakukan pengkloningan sel-sel dan jaringan kanker pada hewan percobaan dan pada manusia untuk tujuan penelitian. Namun semuanya hanya terbatas pada penelitian percobaan, dan belum menghasilkan”clonning” sebagai kehidupan sendiri.

Terkait dengan kehamilan diluar alami ini, undang-undang kesehatan mengatur sebagai berikut : 1. Kehamilan di luar cara alami dapat dilaksanakan sebagai upaya terakhir untuk

membantu suami istri untuk mendapatkan keturunan. 2. Upaya kehamilan diluar cara alami hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami istri

yang sah dengan ketentuan : - Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan ditanamkan

dalam rahim istri dari mana ovum berasal. - Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.

B.MASALAH ETIKA YANG BERKAITAN LANGSUNG PRAKTIK

KEPERAWATAN

Beberapa masalah etika keperawatan yang berkaitan ditemui dalam praktik keperawatan, antara lain : 1. Evaluasi Diri

Evaluasi diri mempunyai hubungan erat dengan pengembangan karir, aspek hukum dan pendidikan berkelanjutan. Dengan evaluasi diri, perawat dapat mengetahui kelemahan, kekurangan atau kelebihan sebagai perawat. Pengembangan diri diperlukan agar dapat memberikan pelayanan yang lebih optimal atau lebih kompeten memberikan asuhan keperawatan.

2. Tanggung Jawab Terhadap Peralatan dan Barang Adanya tenaga kesehatan/perawat yang membawa pulang barang-barang kecil seperti kapas alkohol, larutan antiseptik maupun obat-obatan. Perawat harus dapat memberi penjelasan bahwa hal tersebut tidak dibenarkan karena dapat menimbulkan kerugian institusi dan semua bertanggung jawab terhadap perlatan dan barang ditempat kerja.

3. Merekomendasikan Klien Pada Dokter Klien sering menanyakan tentang dokter umum atau dokter ahli mana yang baik dan dapat menangani penyakitnya. Perawat menghadapi dilema bila klien menanyakan tentang dokter yang tidak baik pelayanannya. Secara hukum perawat tidak boleh memberikan kritik tentang dokter kepada klien, karena dapat dituntut oleh dokter yang bersangkutan.

4. Menghadapi Asuhan Keperawatan Yang Buruk

Page 12: Issu Legal dan Tantangan Dalam Pelayanan Keperawatan.docx

Pada dasarnya keperawatan ditujukan untuk membantu percepatan penyembuhan klien. Perawat harus mampu mengenal/tanggap bila ada asuhan keperawatan yang buruk dan tidak bijak. Beberapa tahap yang dapat dilakukan : - Mengumpulka informasi yang lengkap dan sah. - Mengetahui sistem kekuasaan atau struktur organisasi, untuk mengetahui siapa yang

membuat keputusan atau memiliki pengaruh untuk terjadinya perubahan. - Membawa masalah tersebut sesuai jenjang hirarki untuk mendapatkan penyelesaian.

5. Peran Perawat dan MengobatiPeran perawat secara formal adalah memberikan asuhan keperawatan. Namun, karena berbagai faktor sering bersamaan dengan mengobati terutama di puskesmas atau daerah terpencil. Para perawat dalam tugas delegatif, yaitu pelayanan pengobatan secara hukum tidak terlindungi. Untuk mengatasi hal tersebut perlu diberikan surat tugas dengan uraian tugas yang jelas dari pimpinan, yang merupakan aspek legal yang perlu dimiliki oleh perawat di unit pelayanan yang tidak memiliki tenaga medis/perawat yang melaksanakan tugas delegatif, sudah mendapat pendelegasian wewenang dari dokter sehingga tanggung jawab tetap pada dokter tersebut.

C.TANTANGAN DALAM PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN

Tantangan profesi perawat di Indonesia di abad 21 ini semakin meningkat. Seiring tuntutan menjadikan profesi perawat yang di hargai profesi lain. Profesi keperawatan dihadapkan pada banyak tantangan. Tantangan ini tidak hanya dari eksternal tapi juga dari internal profesi ini sendiri. Pembenahan internal yang meliputi empat dimensi dominan yaitu : keperawatan, pelayanan keperawatan, asuhan keperawatan dan praktik keperawatan. Belum lagi tantangan eksternal berupa tuntutan akan adanya registrasi, lisensi, sertifikasi, kompetensi dan perubahan pola penyakit, peningkatan kesadaran masyarakat akan hak dan kewajiban, perubahan system pendidikan nasional, serta perubahan-perubahan pada supra system dan pranata lain yang terkait.Untuk menjawab tantangan-tantangan itu dibutuhkan komitmen dari semua pihak yang terkait dengan profesi ini, organisasi profesi, lembaga pendidikan keperawatan juga tidak kalah pentingnya peran serta pemerintah. Organisasi profesi dalam menentukan standarisasi kompetensi dan melakukan pembinaan, lembaga pendidikan dalam melahirkan perawat perawat yang memiliki kualitas yang diharapkan serta pemerintah sebagai fasilitator dan memiliki peran-peran strategis lainnya dalam mewujudkan perubahan ini.

Perawat mempunyai tantangan yang sangat banyak salah satunya yaitu menjalankan tanggung jawab dan tanggung gugat yang besar. Tantangan dalam profesi keperawatan salah satunya yaitu mempunyai tanggung jawab yang tinggi. Tanggung jawab ( Responsibility) merupakan penerapan ketentuan hukum (eksekusi) terhadap tugas-tugas yang berhubungan dengan peran tertentu dari perawat, agar tetap kompeten dalam

Page 13: Issu Legal dan Tantangan Dalam Pelayanan Keperawatan.docx

pengetahuan, sikap dan bekerja sesuai kode etik. Tanggung jawab tersebut tidak hanya kepada kliennya saja tetapi tanggung jawab yang diutamakan yaitu tanggung jawab terhadap Tuhannya (Responsibility to God), tanggung jawab tehadap klien dan masyarakat (Responsibility to Client and Society), dan tanggung jawab terhadap rekan sejawat dan atasan (Responsibility to Colleague and Supervisor). Dalam melakukan pelayanan kepada pasien, maka perawat harus bekerja sesuai dengan peran dan kompetensinya. Peran penting perawat adalah memberikan pelayanan keperawatan (care) atau memberikan perawatan (caring). Bukan untuk mengobati (cure). Diluar peran dan kompetensinya bukan menjadi tanggung jawab perawat. Tanggung jawab secara umum, yaitu:

1. Menghargai martabat setiap pasien dan keluargannya.2. Menghargai hak pasien untuk menolak pengobatan, prosedur atau obat-obatan tertentu

dan melaporkan penolakan tersebut kepada dokter dan orang-orang yang tepat di tempat tersebut.

3. Menghargai setiap hak pasien dan keluarganya dalam hal kerahasiaan informasi.4. Apabila didelegasikan oleh dokter menjawab pertanyaan-pertanyaan pasien dan

memberi informasi yang biasanya diberikan oleh dokter.5. Mendengarkan pasien secara seksama dan melaporkan hal-hal penting kepada orang

yang tepat.

Tangggung jawab perawat ditunjukkan dengan cara siap menerima hukuman secara hukum kalau perawat terbukti bersalah dan melangggar hukum. Dalam kasus kesalahan pemberian obat, maka perawat harus bertanggung jawab, meskipun tanggung jawab utama ada pada pemberi tugas atau atasan perawat. Sebelum melakukan pendelegasian, seorang pimpinan atau ketua tim yang ditunjuk, harus melihat pendidikan, skill, loyalitas, pengalaman dan kompetensi perawat agar tidak melakukan kesalahan dan bisa bertanggung jawab bila salah melaksanakan pendelegasian.

Dan tanggung gugat yang menjadi salah satu tantangan dalam profesi keperawatan didasarkan peraturan perundang-undangan yang ada. Tanggung gugat dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat dalam membuat suatu keputusan dan belajar dengan keputusan itu terhadap konsekuensi-konsekuensinya. Perawat hendaknya memiliki tanggung gugat, artinya bila ada pihak yang menggugat, ia menyatakan siap dan berani menghadapinya, dapat memberikan alasan atas tindakannya. Tanggung gugat bertujuan untuk :(1). Mengevaluasi praktisi-praktisi professional baru dan mengkaji ulang praktisi-praktisi

yang sudah ada.(2). Mempertahankan standart perawatan kesehatan.(3).Memberikan fasilitas refleksi professional, pemikiran etis dan pertumbuhan pribadi

sebagai bagian dari professional perawatan kesehatan. (4). Memberi dasar untuk membuat keputusan etis.

Tanggung gugat pada setiap tahap proses keperawatan, meliputi:1. Tahap Pengkajian

Page 14: Issu Legal dan Tantangan Dalam Pelayanan Keperawatan.docx

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang mempunyai tujuan mengumpulkan data. Perawat bertanggung gugat untuk pengumpulan data atau informasi, mendorong partisipasi pasien dan penentuan keabsahan data yang dikumpulkan. Pada saat mengkaji perawat bertanggung gugat untuk kesenjangan-kesenjangan dalam data yang bertentangan, data yang tidak atau kurang tepat atau data yang meragukan.

2. Tahap Diagnosa KeperawatanDiagnosa merupakan keputusan professional perawat menganalisa data dan merumuskan respon pasien terhadap masalah kesehatan baik actual atau potensial. Perawat bertanggung gugat untuk keputusan yang dibuat tentang masalah-masalah kesehatan pasien seperti pernyataan diagnostic (masalah kesehatan yang timbul pada pasien apakah diakui oleh pasien atau hanya perawat). Apakah perawat mempertimbangkan nilai-nilai, keyakinan dan kebiasaan atau kebudayaan pasien pada waktu menentukan masalah-masalah kesehatan.

3. Tahap PerencanaanPerencanaan merupakan pedoman perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan, terdiri dari prioritas masalah, tujuan serta rencana kegiatan keperawatan. Tanggung gugat yang tercakup pada tahap perencanaan meliputi: penentuan prioritas, penetapan tujuan dan perencanaan kegiatan-kegiatan keperawatan. Langkah ini semua disatukan ke dalam rencana keperawatan tertulis yang tersedia bagi semua perawat yang terlibat dalam asuhan keperawatan pasien. Pada tahap ini perawat juga bertanggung gugat untuk menjamin bahwa prioritas pasien juga dipertimbangkan dalam menetapkan prioritas asuhan.

4. Tahap ImplementasiImplementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari rencana asuhan keperawatan dalam bentuk tindakan-tindakan keperawatan. Perawat bertanggung gugat untuk semua tindakan yang dilakukannya dalam memberikan asuhan keperawatan. Tindakan-tindakan tersebut dapat dilakukan secara langsung atau dengan bekerja sama dengan orang lain atau dapat pula didelegasikan kepada orang lain. Kegiatan keperawatan harus dicatat setelah dilaksanakan, oleh sebab itu dibuat catatan tertulis.

5. Tahap EvaluasiEvaluasi merupakan tahap penilaian terhadap hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan, termasuk juga menilai semua tahap proses keperawatan. Perawat bertanggung gugat untuk keberhasilan atau kegagalan tindakan keperawatan. Perawat harus dapat menjelaskan mengapa tujuan pasien tidak tercapai dan tahap mana dari proses keperawatan yang perlu dirubah dan mengapa hal itu terjadi.

Dapat disimpulkan bahwa menghadapi tantangan yang sangat berat tersebut, diperlukan perawat dengan sikap yang selalu dilandasi oleh kaidah etik profesi. Upaya yang paling strategik untuk dapat menghasilkan perawat pofesional melalui pendidikan keperawatan profesional.

Page 15: Issu Legal dan Tantangan Dalam Pelayanan Keperawatan.docx

Daftar Pustaka

Dalami, Ermawati. 2010. Etika Keperawatan. CV. Trans Info Media : JakartaDermawan, Dede. 2013. Pengantar Keperawatan Profesional. Gosyen

Publishing:YogyakartaNotoadmojo, Soekidjo. Prof. Dr. 2010. Etika dan Hukum Kesehatan. Rineka Cipta : JakartaTa’adi, S.Kep, Ns. 2010. Hukum Kesehatan : Pengantar Menuju Perawat Profesional. EGC:

Jakarta Triwibowo, Cecep. 2010. Hukum Keperawatan:Panduan Dan Etika Bagi Perawat. Pustaka

Book Publisher : Yogyakarta