MAKALAH MAL PRAKTEK KEPERAWATAN.docx

21
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keperawatan di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat menuju perubahan keperawatan sebagai profesi. Proses ini merupakan suatu perubahan yang sangat mendasar dan konsepsional, yang mencakup seluruh aspek keperawatan baik aspek pelayanan atau aspek-aspek pendidikan, pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kehidupan keprofesian dalam keperawatan. Undang-undang No. 23 Tahun 1992 telah memberikan pengakuan secara jelas terhadap tenaga keperawatan sebagai tenaga profesional sebagaimana pada Pasal 32 ayat (4), Pasal 53 ayat (I j dan ayat (2)). Selanjutnya, pada ayat (4) disebutkan bahwa ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Perkembangan keperawatan menuju keperawatan profesional sebagai profesi di pengaruhi oleh berbagai perubahan, perubahan ini sebagai akibat tekanan globalisasi yang juga menyentuh perkembangan keperawatan professional antara lain adanya tekanan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan

Transcript of MAKALAH MAL PRAKTEK KEPERAWATAN.docx

Page 1: MAKALAH MAL PRAKTEK KEPERAWATAN.docx

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat

pesat menuju perubahan keperawatan sebagai profesi. Proses ini merupakan suatu

perubahan yang sangat mendasar dan konsepsional, yang mencakup seluruh aspek

keperawatan baik aspek pelayanan atau aspek-aspek pendidikan, pengembangan

dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kehidupan keprofesian

dalam keperawatan.

Undang-undang No. 23 Tahun 1992 telah memberikan pengakuan secara

jelas terhadap tenaga keperawatan sebagai tenaga profesional sebagaimana pada

Pasal 32 ayat (4), Pasal 53 ayat (I j dan ayat (2)). Selanjutnya, pada ayat (4)

disebutkan bahwa ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Perkembangan keperawatan menuju keperawatan profesional sebagai

profesi di pengaruhi oleh berbagai perubahan, perubahan ini sebagai akibat

tekanan globalisasi yang juga menyentuh perkembangan keperawatan professional

antara lain adanya tekanan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

keperawatan yang pada hakekatnya harus diimplementasikan pada perkembangan

keperawatan professional di Indonesia.

Disamping itu dipicu juga adanya UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan

dan UU No. 8 tahun 1999 tentang perkembangan konsumen sebagai akibat

kondisi sosial ekonomi yang semakin baik, termasuk latar belakang pendidikan

yang semakin tinggi yang berdampak pada tuntutan pelayanan keperawatan yang

semakin berkualitas. Jaminan pelayanan keperawatan yang berkualitas hanya

dapat diperoleh dari tenaga keperawatan yang profesional. Dalam konsep profesi

terkait erat dengan 3 nilai sosial yaitu:

1. Pengetahuan yang mendalam dan sistematis.

Page 2: MAKALAH MAL PRAKTEK KEPERAWATAN.docx

2

2.  Ketrampilan teknis dan kiat yang diperoleh melalui latihan yang lama dan

teliti.

3. Pelayanan atau asuhan kepada yang memerlukan, berdasarkan ilmu

pengetahuan dan ketrampilan teknis tersebut dengan berpedoman pada filsafat

moral yang diyakini yaitu “Etika Profesi”.

Dalam profesi keperawatan tentunya berpedoman pada etika profesi

keperawatan yang dituangkan dalam kode etik keperawatan. Sebagai suatu

profesi, PPNI memiliki kode etik keperawatan yang ditinjau setiap 5 tahun dalam

MUNAS PPNI. Berdasarkan keputusan MUNAS VI PPNI No. 09/MUNAS

VI/PPNI/2010 tentang Kode Etik Keperawatan Indonesia.

Bidang Etika keperawatan sudah menjadi tanggung jawab organisasi

keprofesian untuk mengembangkan jaminan pelayanan keperawatan yang

berkualitas dapat diperoleh oleh tenaga keperawatan yang professional. Dalam

menjalankan profesinya sebagai tenaga perawat professional senantiasa

memperhatikan etika keperawatan yang mencakup tanggung jawab perawat

terhadap klien (individu, keluarga, dan masyarakat). Selain itu dalam memberikan

pelayanan keperawatan yang berkualitas tentunya mengacu pada standar praktek

keperawatan yang merupakan komitmen profesi keperawatan dalam melindungi

masyarakat terhadap praktek yang dilakukan oleh anggota profesi dalam hal ini

perawat.

Dalam menjalankan tugas keprofesiannya, perawat bisa saja melakukan

kesalahan yang dapat merugikan klien sebagai penerima asuhan keperawatan,

bahkan bisa mengakibatkan kecacatan dan lebih parah lagi mengakibatkan

kematian, terutama bila pemberian asuhan keperawatan tidak sesuai dengan

standar praktek keperawatan, kejadian ini di kenal dengan Malpraktek. Di dalam

setiap profesi termasuk profesi tenaga kesehatan berlaku norma etika dan norma

hukum.

Oleh sebab itu apabila timbul dugaan adanya kesalahan praktek sudah

seharusnyalah diukur atau dilihat dari sudut pandang kedua norma tersebut.

Kesalahan dari sudut pandang etika disebut Ethical Malpractice dan dari sudut

Page 3: MAKALAH MAL PRAKTEK KEPERAWATAN.docx

3

pandang hukum disebut Yuridical Malpractice. Hal ini perlu dipahami mengingat

dalam profesi tenaga perawatan berlaku norma etika dan norma hukum, sehingga

apabila ada kesalahan praktek perlu dilihat domain apa yang dilanggar. Karena

antara etika dan hukum ada perbedaan-perbedaan yang mendasar menyangkut

substansi, otoritas, tujuan dan sangsi, maka ukuran normatif yang dipakai untuk

menentukan adanya ethical malpractice atau yuridical malpractice dengan

sendirinya juga berbeda. Yang jelas tidak setiap ethical malpractice merupakan

yuridical malpractice akan tetapi semua bentuk yuridical malpractice pasti

merupakan ethical malpractice. untuk menghindari terjadinya malpraktek ini,

perlu di adakan kajian-kajian etika dan hukum yang menyangkut malpraktek

khususnya dalam bidang keperawatan sehingga sebagai perawat nantinya dalam

menjalankan praktek keperawatan senantiasa memperhatikan kedua aspek

tersebut.

1.2. Tujuan

a. Tujuan Umum

- Mahasiswa dapat memahami yuridical dan ethical malpraktek sebagai

dasar dalam menjalankan tugas keprofesian sesuai dengan profesinya.

b. Tujuan Khusus

- Mahasiswa memahami pengertian malpraktik,

- Mahasiswa memahami pengertian malpraktik keperawatan

- Mahasiswa mampu membedakan ethical dan yuridical malpraktik

- Mengidentifikasi dan menganalisis jenis malpraktek pada kasus

Page 4: MAKALAH MAL PRAKTEK KEPERAWATAN.docx

4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Istilah malpraktek dalam Kamus Bahasa Indonesia berarti tindakan yang

dilakukan dengan jalan tidak baik atau tindakan yang menimbulkan celaka. Dalam

Kamus Bahasa Inggris dikenal istilah malaprakxis dan malpractice yang

mengandung arti perbuatan buruk (bad) sering juga disebut bad practice. Menurut

Bambang Poernomo (2000), pengertian malpraktek adalah perilaku tidak baik

atau perilaku buruk dari tugas profesi. Malpraktek itu mencakup pelanggaran

terhadap etika, hukum, dan disiplin yang berhubungan dengan tugas profesi. Ellis

dan Hartley (1998) mengungkapkan bahwa malpraktek merupakan batasan yang

spesifik dari kelalaian (negligence) yang ditujukan pada seseorang yang telah

terlatih atau berpendidikan yang menunjukkan kinerjanya sesuai bidang

tugas/pekerjaannya.

Ada dua istilah yang sering dibicarakan secara bersamaan dalam kaitannya

dengan malpraktek yaitu kelalaian dan malpratek itu sendiri. Kelalaian adalah

melakukan sesuatu dibawah standar yang ditetapkan oleh aturan/hukum guna

melindungi orang lain yang bertentangan dengan tindakan-tindakan yang tidak

beralasan dan berisiko melakukan kesalahan (Keeton, 1984 dalam Leahy dan

Kizilay, 1998).

Malpraktik sangat spesifik dan terkait dengan status profesional dan

pemberi pelayanan dan standar pelayanan profesional. Malpraktik adalah

kegagalan seorang profesional (misalnya, dokter dan perawat) untuk melakukan

praktik sesuai dengan standar profesi yang berlaku bagi seseorang yang karena

memiliki keterampilan dan pendidikan (Vestal, K.W, 1995).

Malpraktik lebih luas daripada negligence karena selain mencakup arti

kelalaian, istilah malpraktik pun mencakup tindakan-tindakan yang dilakukan

Page 5: MAKALAH MAL PRAKTEK KEPERAWATAN.docx

5

dengan sengaja (criminal malpractice) dan melanggar undang-undang. Di dalam

arti kesengajaan tersirat adanya motif (guilty mind) sehingga tuntutannya dapat

bersifat perdata atau pidana. Dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud

dengan malpraktik adalah :

a) Melakukan suatu hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh seorang

tenaga kesehatan;

b) Tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan atau melalaikan

kewajibannya. (negligence); dan

c) Melanggar suatu ketentuan menurut atau berdasarkan peraturan perundang-

undangan.

2.2 Malpraktek Dalam Keperawatan

Malpraktik lebih spesifik dan terkait dengan status profesional seseorang,

misalnya perawat, dokter, atau penasihat hukum. Vestal, K.W. (l995) mengatakan

bahwa untuk mengatakan secara pasti malpraktik, apabila penggugat dapat

menunjukkan hal-hal dibawah ini :

a. Duty – Pada saat terjadinya cedera, terkait dengan kewajibannya yaitu,

kewajiban mempergunakan segala ilmu dan kepandaiannya untuk

menyembuhkan atau setidak-tidaknya meringankan beban penderitaan

pasiennya berdasarkan standar profesi.

Hubungan perawat-klien menunjukkan, bahwa melakukan kewajiban

berdasarkan standar keperawatan.

b. Breach of the duty – Pelanggaran terjadi sehubungan dengan kewajibannya,

artinya menyimpang dari apa yang seharusnya dilakukan menurut standar

profesinya. Contoh pelanggaran yang terjadi terhadap pasien antara lain,

kegagalan dalam memenuhi standar keperawatan yang ditetapkan sebagai

kebijakan rumah sakit.

c. Injury – Seseorang mengalami cedera (injury) atau kerugian (damage) yang

dapat dituntut secara hukum, misalnya pasien mengalami cedera sebagai

akibat pelanggaran. Kelalaian nyeri, adanya penderitaan atau stres emosi

Page 6: MAKALAH MAL PRAKTEK KEPERAWATAN.docx

6

dapat dipertimbangkan sebagai akibat cedera jika terkait dengan cedera

fisik.

d. Proximate caused – Pelanggaran terhadap kewajibannya menyebabkan

cedera yang dialami pasien. Misalnya, cedera yang terjadi secara langsung

berhubungan. dengan pelanggaran kewajiban perawat terhadap pasien).

Sebagai penggugat, seseorang harus mampu menunjukkan bukti pada setiap

elemen dari keempat elemen di atas. Jika semua elemen itu dapat dibuktikan, hal

ini menunjukkan bahwa telah terjadi malpraktik dan perawat berada pada tuntutan

malpraktik. Caffee (1991) dalam Vestal, K.W. (1995) mengidentifikasi 3 area

yang memungkinkan perawat berisiko melakukan kesalahan, yaitu tahap

pengkajian keperawatan (assessment errors), perencanaan keperawatan (planning

errors), dan tindakan intervensi keperawatan (intervention errors). Untuk lebih

jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :

1      Assessment errors, termasuk kegagalan mengumpulkan data atau informasi

tentang pasien secara adekuat atau kegagalan mengidentifikasi informasi

yang diperlukan, seperti data hasil pemeriksaan laboratorium, tanda-tanda

vital, atau keluhan pasien yang membutuhkan tindakan segera. Kegagalan

dalam pengumpulan data akan berdampak pada ketidaktepatan diagnosis

keperawatan dan lebih lanjut akan mengakibatkan kesalahan atau

ketidaktepatan dalam tindakan. Untuk menghindari kesalahan ini, perawat

seharusnya dapat mengumpulkan data dasar secara komprehensif dan

mendasar.

2.      Planning errors, termasuk hal-hal berikut :

a).    Kegagalan mencatat masalah pasien dan kelalaian menuliskannya dalam

rencana keperawatan.

b) .    Kegagalan mengkomunikaskan secara efektif rencana keperawatan yang

telah dibuat, misalnya menggunakan bahasa dalam rencana keperawatan

yang tidak dimahami perawat lain dengan pasti.

Page 7: MAKALAH MAL PRAKTEK KEPERAWATAN.docx

7

c).     Kegagalan memberikan asuhan keperawatan secara berkelanjutan yang

disebabkan kurangnya informasi yang diperoleh dari rencana

keperawatan.

d).    Kegagalan memberikan instruksi yang dapat dimengerti oleh pasien.

Untuk mencegah kesalahan tersebut, jangan hanva menggunakan

perkiraan dalam membuat rencana keperawatan tanpa

mempertimbangkannya dengan baik. Seharusnya, dalam penulisan harus

memakai pertimbangan yang jelas berdasarkan masalah pasien. Bila

dianggap perlu, lakukan modifikasi rencana berdasarkan data baru yang

terkumpul. Rencana harus realistis berdasarkan standar yang telah

ditetapkan, termasuk pertimbangan yang diberikan oleh pasien.

Komunikasikan secara jelas baik secara lisan maupun dengan tulisan.

Lakukan tindakan berdasarkan rencana dan lakukan secara hati-hati

instruksi yang ada. Setiap pendapat perlu divalidasi dengan teliti.

3. Intervention errors, termasuk kegagalan menginterpretasikan dan

melaksanakan tindakan kolaborasi, kegagalan melakukan asuhan keperawatan

secara hati-hati, kegagalan mengikuti/mencatat order/pesan dari dokter atau

dari penyelia. Kesalahan pada tindakan keperawatan yang sering terjadi

adalah kesalahan dalam membaca pesan/order, mengidentifikasi pasien

sebelum dilakukan tindakan/prosedur, memberikan obat, dan terapi

pembatasan (restrictive therapy).

Dari seluruh kegiatan ini yang paling berbahaya tampaknya pada tindakan

pemberian obat. Oleh karena itu, perlu adanya komunikasi yang baik di antara

anggota tim kesehatan maupun terhadap pasien dan keluarganya.

Untuk menghindari kesalahan ini, sebaiknya rumah sakit tetap melaksanakan

program pendidikan berkelanjutan (Continuing Nursing Education). Untuk

malpraktek hukum atau yuridical malpractice dibagi dalam 3 kategori sesuai

bidang hukum yang dilanggar, yaitu :

1. Criminal malpractice

Page 8: MAKALAH MAL PRAKTEK KEPERAWATAN.docx

8

Perbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminal malpractice

manakala perbuatan tersebut memenuhi rumusan delik pidana,yaitu :

a. Perbuatan tersebut (positive act maupun negative act) merupakan perbuatan

tercela.

b. Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rea) yang berupa

kesengajaan (intensional) misalnya melakukan euthanasia (pasal 344

KUHP), membuka rahasia jabatan (pasal 332 KUHP), membuat surat

keterangan palsu (pasal 263 KUHP), melakukan aborsi tanpa indikasi medis

pasal 299 KUHP). Kecerobohan (reklessness) misalnya melakukan tindakan

medis tanpa persetujuan pasien informed consent. Atau kealpaan

(negligence) misalnya kurang hati-hati mengakibatkan luka, cacat atau

meninggalnya pasien, ketinggalan klem dalam perut pasien saat melakukan

operasi. Pertanggungjawaban didepan hukum pada criminal malpractice

adalah bersifat individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat dialihkan

kepada orang lain atau kepada badan yang memberikan sarana pelayanan

jasa tempatnya bernaung.

2. Civil malpractice

Seorang tenaga jasa akan disebut melakukan civil malpractice apabila tidak

melaksanakan kewajiban atau tidak memberikan prestasinya sebagaimana yang

telah disepakati (ingkar janji). Tindakan tenaga jasa yang dapat dikategorikan civil

malpractice antara lain :

1.      Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan.

2.    Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi

terlambat melakukannya.

3.      Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak

sempurna.

4.      Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan.

Pertanggungjawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau korporasi

dan dapat pula dialihkan pihak lain berdasarkan principle ofvicarius liability.

Dengan prinsip ini maka badan yang menyediakan sarana jasa dapat

Page 9: MAKALAH MAL PRAKTEK KEPERAWATAN.docx

9

bertanggung gugat atas kesalahan yang dilakukan karyawannya selama orang

tersebut dalam rangka melaksanakan tugas kewajibannya.

3. Administrative malpractice

Tenaga jasa dikatakan telah melakukan administrative malpractice manakala

orang tersebut telah melanggar hukum administrasi. Perlu diketahui bahwa dalam

melakukan police power, pemerintah mempunyai kewenangan menerbitkan

berbagai ketentuan di bidang kesehatan, misalnya tentang persyaratan bagi tenaga

perawatan untuk menjalankan profesinya (Surat Ijin Kena, Surat Ijin Praktek),

batas kewenangan serta kewajiban tenaga perawatan. Apabila aturan tersebut

dilanggar maka tenaga kesehatan yang bersangkutan dapat dipersalahkan

melanggar hukum administrasi.

2.3 Kajian Hukum

Dalam perjalanannya hukum berkembang lebih lamban jika dibandikangkan

dengan kemajuan dunia kedokteran dan keperawatan serta tuntutan masyarakat,

lahirnya hukum kesehatan bukan berarti menghapus atau meniadakan norma

etika. Norma hukum dan norma etika memiliki kedudukan yang sama di

masyarakat, keduanya merupakan parameter untuk mengukur perilaku manusia.

Perkembangan hukum kesehatan yang relatif baru belum menemukan

ukuran secara tegas pemisah antara kesalahan medis dan kesalahan yuridis bagi

petugas kesehatan dalam melaksanakan tugas profesinya. Demikian pula dalam

undang-undang tentang kesehatan tidak secara tegas menyebutkan unsur-unsur

tindak pidana malpraktek secara ekplisit dalam suatu pasal tertentu, melainkan

menentukan tolak ukur pelaksanaan profesi. Pasal 24 ayat 1 undang-undang

nomor 36/2009, menegaskan bahwa tenaga kesehatan seperti yang dimaksud

dalam pasal 23 undang-undang tersebut harus memenuhi ketentuan kode etik,

standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan

standar prosedur pelayanan.

Selanjutnya pasal 58 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap orang berhak

menuntut ganti rugi terhadap seseorang tenaga kesehatan dan atau penyelenggara

Page 10: MAKALAH MAL PRAKTEK KEPERAWATAN.docx

10

kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam

pelayanan kesehatan yang diterimanya. Dalam kepustakaan dapat diperoleh

petunjuk konsepsional bahwa kesalahan melaksanakan tugas profesi terjadi ketika

perilakunya menunjukan:

1. Melalaikan tugas atau kewajiban yang seharusnya dilakukan.

2. Melakukan sesuatu hal yang yang seharusnya tidak boleh diperbuat baik

mengingat sumpah profesi maupun sumpah jabatan.

3. Mengabaikan sesuatu yang seharusnya dilakukan menurut standar profesi.

4. Berperilaku tidak sesuai dengan patokan umum mengenai kewajaran yang

diharapkan dari sesama rekan profesi dalam keadaan yang sama dan

tempat yang sama.

5. Adanya suatu akibat yang yang berbahaya bagi tugas profesi atau akibat

yang merugikan bagi pihak lain.

Kelima bentuk melaksanakan tugas profesi dapat disingkat menjadi

kesalahan tugas profesi atas dasar ketentuan profesional dari berbagai standar

pelayanan kesehatan. Kesalahan melaksanakan tugas profesi atas dasar ketentuan

profesional harus dibedakan dengan kesalahan melaksanakan tugas profesi atas

dasar peraturan perundang-undangan. Standar profesi harus menjadi bagian yang

terpenting dalam menentukan kesalahan profesi dan standar profesi menjadi suatu

pertimbangan pada tingkat standar penegakan hukum yang objektif.

2.4 Contoh Kasus

Kesalahan Dalam Pemberian Obat

Pada kasus Tn V. Tahun 2009 Jakarta di RS X. Terjadi tuntutan terhadap sebuah

Rumah Sakit, dimana pengadilan memutuskan untuk menentang sebuah Rumah

Sakit atas meninggalnya seorang pasien berinisial Tn. V, putusan tersebut dibuat

atas putusan berdasarkan ketentuan hukum atas kematian akibat kesalahan yang

menetapkan sebuah Rumah Sakit melalui staf keperawatan dan medisnya, telah

melakukan kelalaian.

Page 11: MAKALAH MAL PRAKTEK KEPERAWATAN.docx

11

Seorang yang datang ke Rumah sakit dengan keluhan nyeri setelah

mengalami cedera di tempat kerja dan dokter mendiagnosanya mengalami

nekrosis avaskuler bilateral. Pasien tersebut setuju atas tindakan yang akan

dilakukan, dan pasien di berikan alternatif berupa tindakan pembedahan, sebelum

dilakukan pembedahan pasien tersebut diberikan terapi profilaksis anti koagulan

yang bertujuan menurunkan insiden pembentukan bekuan atau emboli pulmoner

selama bedah penggantian panggul, pada hari penggantian bedah panggul kiri

berlangsung pasien diprogramkan mendapat heparin, namun pasien tidak

mendapatkannya karena kelalaian dari perawat, pasien tersebut tidak mendapatkan

terapi profilaksis antikoagulan selama 36 jam setelah pembedahan ketika ia mulai

diberi aspirin dengan frekuensi 2x/hari.

Tujuh hari berikutnya pembedahan selanjutnyaa dilakukan pada panggul

sebelah kanan dan satu-satunya terapi yang diberikan kepada pasien adalah

aspirin. Pada hari berikutnya pemeriksaan venogram pada tungkai kiri ada bekuan

darah dibeberapa vena dalam di bawah lutut dan trombus pada banyak

percabangan otot. Meskipun telah ditemukan dari hasil pemeriksaan venogram,

heparin tidak diprogamkan untuk mengatasi bekuan yang ada, dan pemeriksaan

pembuluh darah pada tungkai kanan tidak diprogramkan.

Pada hari kepulangan pasien, perawat mencatat pergelangan kaki sebelah

kanan bengkak. Akan tetapi, perawat tidak mengukur betis pasien atau memberi

tahu dokter jaga. Pasien telah di pulangkan tanpa pemerikasaan lebih lanjut dan

pemberian terapi anti koagulan untuk mengatasi bekuaan darah yang telah

terbentuk tidak dilakukan. Beberapa hari kemudian pasien meninggal di rumah

akibat emboli polmuner bilateral dan tidak diragukan lagi bahwa bekuan pada

tungkai kanan bawah adalah penyebab emboli terbentuk.

Page 12: MAKALAH MAL PRAKTEK KEPERAWATAN.docx

12

Dari kasus di atas bisa di ambil mekanisme putusan tuntutan malpraktek

seperti dibawah ini:

Tuntutan Kasus Malpraktek

Penilaian dengan tolak

ukur standar profesional

Kesalahan berat ←Ada tidaknya kesalahan→ Kesalahan ringan

Jika tidak ada kesalahan

Memenuhi standar profesi

Bebas

Keterangan:

Untuk Kesalahan Berat mendapatkan sanksi berupa:

1. Pidana

2. Administrasi

3. Perdata

Untuk Kesalahan ringan mendapat sanksi berupa:

1. Perdata

2. Administrasi

Page 13: MAKALAH MAL PRAKTEK KEPERAWATAN.docx

13

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Malpraktek merupakan isu hukum yang dapat menimbulkan kecemasan

bagi perawat karena secara psikologis dapat menyiksa, secara profesi dapat

menghancurkan karir, dan dapat menurunkan status sosial di masyarakat. Oleh

sebab itu apabila timbul dugaan adanya kesalahan praktek sudah seharusnyalah

diukur atau dilihat dari sudut pandang norma etic dan hukum. Hal ini perlu

dipahami mengingat dalam profesi tenaga perawatan berlaku norma etika dan

norma hukum, sehingga apabila ada kesalahan praktek perlu dilihat domain apa

yang dilanggar.

Kesalahan dari sudut pandang etika disebut Ethical Malpractice dan dari

sudut pandang hukum disebut Yuridical Malpractice. Antara etika dan hukum ada

perbedaan-perbedaan yang mendasar menyangkut substansi, otoritas, tujuan dan

sangsi, maka ukuran normatif yang dipakai untuk menentukan adanya ethical

malpractice atau yuridical malpractice juga berbeda. Dalam menjalankan praktek

keperawatan, perawat sentiasa memperhatikan kedua aspek tersebut untuk

menghindari terjadinya malpraktik.

Kesalahan melaksanakan tugas profesi atas dasar ketentuan profesional

harus dibedakan dengan kesalahan melaksanakan tugas profesi atas dasar

peraturan perundang-undangan. Standar profesi harus menjadi bagian yang

terpenting dalam menentukan kesalahan profesi dan standar profesi menjadi suatu

pertimbangan pada tingkat standar penegakan hukum yang objektif.

Page 14: MAKALAH MAL PRAKTEK KEPERAWATAN.docx

14